penelitian serebral palsy

Upload: utiiizz

Post on 09-Oct-2015

74 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

keperawatan anak

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    1/76

    PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

    CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGIC

    DISUSUN OLEH :

    Ade Fitri (1006719652)

    AsmallahPutriWandasari (1006778011)

    IrmanGalihPrihantoro (1006778213)

    Nabila Fatana (1006720181)

    VertiliaDesi (1006720420)

    PROGRAM VOKASI KEDOKTERAN

    BIDANG STUDI FIFIOTERAPI 2010

    UNIVERSITAS INDONESIA

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    2/76

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena akan

    limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

    penyusunan makalah konferensi kasus Fisioterapi Pediatri (FT A) dengan tepat

    waktu.

    Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas dalam Praktek

    Klinik I Semester V.

    Dalam penyusunan makalah ini kami telah banyak memperoleh bimbingan

    dan dukungan dari berbagai pihak baik dokter, instruktur atau fisioterapis, senior

    fisioterapis angkatan 2009, dan teman-teman seperjuangan.Oleh sebab itu pada

    kesempatan kali ini tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

    yang telah banyak membantu penyusunan makalah ini.

    Kami menyadari tanpa bimbingan dan pengarahan dari semua pihak, maka

    laporan ini tidak akan tersusun dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami

    mengucapkan terima kasih kepada dokter, dosen mata ajar fisioterapi pediatri,

    seluruh pembimbing praktek klinik fisioterapi di Rumah Sakit Umum Pusat

    Nasional Dr Cipto Mangunkusumo dan teman-teman mahasiswa fisioterapi

    Universitas Indonesia.

    Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

    makalah konferensi ini. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan saran-saran dan

    kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga

    makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan rekan-

    rekan fisioterapis pada khususnya.

    Makalah ini belum atau tidak bisa dijadikan acuan sebelum disetujui dosen

    pembimbing dan dikonferensikan atau dipresentasikan.

    Jakarta, 23 November 2012

    Penulis

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    3/76

    ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Makalah konferensi kasus telah dikoreksi, disetujui, dan diterima Pembimbing

    Praktek Klinik Program Studi Fisioterapi Pediatri (FTA) RSCM untuk melengkapi

    tugas Praktek Klinik dan memenuhi persyaratan untuk mengikuti Ujian Akhir

    Semester (UAS) 2012.

    Pada hari : Selasa

    Tanggal : 27 November 2012

    Pembimbing,

    ..

    Sri Novia Fauza, S. ST. FT

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    4/76

    iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

    BAB I PENDAHULUAN

    a. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

    b. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 2

    c.

    Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

    d. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3

    e. Metode Penulisan ......................................................................................... 3

    BAB II KAJIAN TEORI

    1. Definisi Cerebral Palsy................................................................................. 5

    2. Anatomi dan Fisiologi Otak ......................................................................... 6

    3. Patofisiologi Cerebral Palsy .......................................................................10

    4.

    Etiologi Cerebral Palsy.............................................................................. 11

    5. Manifestasi KlinisCerebral Palsy............................................................... 14

    6. PrognosisCerebral Palsy............................................................................. 15

    7. Klasifikasi Cerebral Palsy ..........................................................................17

    8.

    Cerebral PalsySpastik Quadriplegi ............................................................23

    9. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Cerebral PalsySpastik Quadriplegi...... 26

    BAB III ISI

    1.

    Formulir fisioterapi .................................................................................... 51

    BAN IV PENUTUP

    1. Kesimpulan ................................................................................................ 69

    2. Saran ........................................................................................................... 69

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 70

    LAMPIRAN .................................................................................................................. 72

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    5/76

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang Masalah

    Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 memperkirakan

    jumlah anak penyandang cacat di Indonesia sekitar 7-10% dari jumlah

    penduduk Indonesia. Sebagian besar anak penyandang cacat atau sekitar

    295.250 anak berada di masyarakt dalam pembinaan dan pengawasan orang

    tua dan keluarga. Pada umumnya mereka belum mendapatkan pelayanan

    kesehatan sebagaimana mestinya (Depkes, 2011). Kecacatan ini timbul

    karena bawaan lahir ataupun didapat setelah lahir. Adapun faktor faktor

    yang mempengaruhi yaitu natal, prenatal, postnatal, dan social ekonomi.

    Banyak jenis kecacatan yang terjadi pada anak, diantanranya adalah

    Cerebral Palsy. Cerebral Palsy sendiri merupakansekelompok gangguan

    gerak atau postur yang disebabkan oleh lesi yang tidak progresif yang

    menyerang otak yang sedang berkembang atau immatur. Lesi yang terjadi

    sifatnya menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai

    akibat proses pertumbuhan dan maturasi otak. Kerusakan jaringan saraf yang

    tidak progresif pada saat prenatal dan sampai 2 tahun post natal termasuk

    dalam kelompok Cerebral Palsy.

    Di Indonesia 1 - 5 dari setiap 1.000 anak yang lahir hidup di Indonesia

    memiliki kondisi tersebut. Sedangkan di USA ada kecenderungan

    peningkatan prevalensi pada dua dekade terakhir. Hal ini disebabkan

    kemajuan penanganan obstetri dan perinatal, sehingga terdapat peningkatan

    bayi immatur, berat lahir rendah dan bayi prematur dengan komplikasi yang

    bertahan hidup. Insiden bervariasi antara 2-2,5/1000 bayi lahir hidup. Di USA

    perkiraan prevalensi pada yang sedang atau berat antara 1,5-2,5/1000

    kelahiran, kurang lebih mengenai 1.000.000 orang (Elita Mardiani, 2006).

    Cerebral Palsy bukanlah termasuk penyakit secara tersendiri, tetapi

    istilah yang diberikan untuk sekelompok gejala motorik yang bervariasi

    akibat lesi otak yang tidak progresif. Akibat lesi otak yang bevariasi maka

    muncul berbagai macam klasifikasi Cerebral Palsy,diantaranya berdasarkan

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    6/76

    2

    bagian tubuh yang terkena atau topografinya pada tubuh; hemiplegic,diplegic,

    atau quadriplegic; gangguan motorik yang dominan; apakah itu spastic,

    floopy, atau athetose. Nantinya dalam makalah ini akan dibahas secara

    mendalam tentang Cerebral Palsy Spastic Quadriplegic.

    2. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

    kami sebagai penulis dapat mengidentifikasikan masalah untuk kasus tersebut

    sebagai berikut:

    a.

    Gangguan ambulasi dan transfer

    b. Gangguan gerak

    c. Gangguan Postur

    2.1 Pembatasan Masalah

    Banyaknya jenis dan masalah yang timbul pada kasus

    Cerebral Palsy, maka kami akan membatasi permasalahan yang

    akan dibahas dalam makalah ini. Adapun masalah yang dibahas

    akan dibatasi pada Penatalaksanaan fisioterapi pada penderita

    Cerebral Palsy Spastic Quadriplegic.

    2.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah:

    1. Apa definisi dari Cerebral Palsy?

    2.

    Bagaimana anatomi dan fisiologi otak?3.

    Bagaimana epidemiologi dari Cerebral Palsy?

    4. Bagaimana Patofisiologi dari Cerebral Palsy?

    5. Apa etiologi dari Cerebral Palsy?

    6.

    Apa saja manifestasi klinis dari Cerebral Palsy?

    7. Bagaimana prognosa dari Cerebral Palsy?

    8. Apa definisi dari Cerebral Palsy Spastic Quadriplegic?

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    7/76

    3

    9. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral

    Palsy Spastic Quadriplegic?

    3. Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi dua,

    yakni:

    3.1 Tujuan Umum

    3.1.1 Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir kami

    sebelum kami pindah stase pada peminantan lain.

    3.1.2 Untuk mengaplikasikan pengetahuan kami dalam mengatasi

    masalah pada kasus Cerebral Palsy Spastic Quadriplegic

    3.2 Tujuan Khusus

    3.2.1 Mengetahui definisi dari Cerebral Palsy

    3.2.2 Mengetahui anatomi dan fisiologi otak

    3.2.3 Mengetahui patofisiologi dari Cerebral Palsy

    3.2.4 Mengetahui etilogi dari Cerebral Palsy

    3.2.5 Mengetahui manifestasi klinis dari Cerebral Palsy

    3.2.6 Mengetahui prognosa dari Cerebral Palsy

    3.2.7 Mengetahui klasifikasi dari Cerebral Palsy

    3.2.8 Mengetahui definisi dari Cerebral Palsy Spastic

    Quadriplegic

    3.2.9 Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasusCerebral palsy

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    8/76

    4

    4. Metode Penulisan

    Dalam Penyusunan makalah ini, metode yang kami gunakan adalah

    metode kepustakaan yaitu dengan membaca buku buku yang bersangkutan

    dengan kasus ini. Selain itu kami juga mencari literatur dari internet untuk

    menambah informasi yang bersangkutan, dan observasi langsung pada pasien.

    Dalam sistematika penulisan, BAB I merupakan pendahuluan yang

    meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,

    perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

    penulisan.BAB II merupakan kajian teori yang meliputi definisi, anatomi

    fisiologi otak, epidemiologi, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis,

    prognosis, dan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy Spastic

    Quadriplegic. BAB III merupakan pembahasan status, serta BAB IV yang

    merupakan penutupan berupa kesimpulan dan saran.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    9/76

    5

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    1. Definisi Cerebral Palsy

    Cerebral Palsyadalah kondisi neurologis yang terjadi permanen tapi tidak

    mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena itu bersifat non progresif

    pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immatur (Campbell SK et al,

    2001 dalam Jan S, 2008).

    Cerebral palsy adalah masalah-masalah pada sistem saraf pusat yang

    berakibat tidak berkembangnya sistem saraf pusat atau mempengaruhi otak

    atau tulang belakang (Pamela, 1993).

    Cerebral palsy mencakup kelompok dari kondisi yang mempengaruhi

    anak sehingga memiliki kekurangan dalam kontrol pergerakan. Cerebral palsy

    adalah sebuah gangguan dari perkembangan dan postur dikarenakan sebuah

    kerusakan atau lesi dari otak yang belum berkembang (Bax, 1964). Biasanya

    yang dijadikan acuan onset kejadiannya sebelum 3 tahun. Lesi saraf pada

    cerebral palsytidak progresif, walaupun menjadi perubahan dan variasi dalam

    perjalanannya tergantung kelainan yang terlihat dan perkembangan pada tiap

    anak. Perubahan ini terjadi tergantung dari beberapa faktor yakni maturasi

    otak, pertumbuhan tubuh, keseimbangan otot, dan gerakan anak dan

    kecenderungan postur (Pamela, 1993).

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    10/76

    6

    2. Anatomi Fisiologi Otak

    Brain anatomy. The brain is presented in three views: lateral, coronal, and

    midsaggital (Lane R. et al, 2009).

    2.1.

    Bagianbagian Otak

    Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku

    dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah,

    keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung

    jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia.

    Otak dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena

    infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis. Ketiga lapisan

    membran meningesdari luar ke dalam adalah sebagai berikut.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    11/76

    7

    a.Duramateratau Lapisan Luar

    Duramaterkadangkala disebut pachimeningen atau meningen fibrosa

    karena tebal, kuat, dan mengandung serabut kolagen. Pada duramater

    dapat diamati adanya serabut elastis, fibrosit, saraf, pembuluh darah,

    dan limfe. Lapisan dalam duramaterterdiri dari beberapa lapis fibrosit

    pipih dan sel-sel luar dari lapisan arachnoid.

    b.Araknoidatau Lapisan Tengah

    Arachnoid merupakan selaput halus yang memisahkan duramater

    dengan piamater. Lapisan arachnoid terdiri atas fibrosit berbentuk

    pipih dan serabut kolagen. Arachnoid berbentuk seperti jaring laba-

    laba. Antara arachnoid dan piamater terdapat ruangan berisi cairan

    yang berfungsi untuk melindungi otak bila terjadi benturan.

    c.Piamateratau Lapisan Dalam

    Piamater merupakan membran yang sangat lembut dan tipis penuh

    dengan pembuluh darah dan sangat dekat dengan permukaan otak.

    Lapisan ini berfungsi untuk memberi oksigen dan nutrisi serta

    mengangkut bahan sisa metabolisme.

    Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu cerebrumatau otak besar,

    cerebellum atau otak kecil, brainstem atau batang otak, dan

    dienchepahalons(Satyanegara, 1998).

    2.1.1.Cerebrumatau Otak Besar

    Bagian terbesar dari otak manusia disebut cerebrum disebut juga

    sebagai cortex cerebri. Cerebrum membuat manusia memiliki

    kemampuan berpikir atau intelektual, analisa, logika, bahasa, kesadaran,persepsi, memori, aktifitas motorik yang kompleks, dan kemampuan

    visual.

    Cerebrum dibagi menjadi dua belahan, yaitu hemisfer kanan dan

    hemisfer kiri. Kedua belahan tersebut terhubung oleh saraf. Secara

    umum, hemisferkanan berfungsi mengontrol sisi kiri tubuh dan terlibat

    dalam kreativitas serta kemampuan artistik. Sedangkan hemisfer kiri

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    12/76

    8

    berfungsi mengontrol sisi kanan tubuh dan untuk logika serta berpikir

    rasional.

    Cerebrum dibagi menjadi empat lobus. Bagian lobus yang

    menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan disebut sulcus. Keempat

    lobus tersebut masing-masing adalah:

    a.

    LobusFrontalmerupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari

    cerebrum. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat

    alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian

    masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol

    perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

    b.

    LobusParietalberada di tengah, berhubungan dengan proses sensor

    perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

    c. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan

    kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam

    bentuk suara.

    d. Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan

    rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan

    interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

    2.2. Cerebellumatau Otak Kecil

    Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung

    leher bagian atas. Cerebellum berfungsi dalam pengaturan koordinasi

    perencanaan gerak, pengaturan tonus, kontrol postur dan keserasian

    gerak, pengaturan keseimbangan. Cerebrum juga berfungsi sebagai

    pengatur sistem saraf otonom, seperti pernafasan, mengatur ukuranpupil, dan ain-lain.

    Jika terjadi cedera atau terdapat kerusakan pada area ini, dapat

    mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot.

    Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak

    mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu

    mengancingkan baju.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    13/76

    9

    2.3.Brainstematau Batang Otak

    Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala

    bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum

    tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia

    termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur

    proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu

    fight or flightsaat datangnya bahaya.

    Brainstemterdiri dari tiga bagian, yaitu:

    a.

    Mesencephalon disebut juga mid brain adalah bagian teratas dari

    batang otak yang menghubungkan cerebrum dan cerebellum. Mid

    brainberfungsi dalam mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,

    pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

    b.Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari

    sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga

    sebaliknya. Medulla oblongata bertugas mengontrol fungsi otomatis

    otak seperti: detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan

    pencernaan.

    c.

    Ponsmerupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat

    otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan

    apakah kita terjaga atau tertidur.

    2.4.Dienchephalons

    Terdiri dari thalamus, hypothalamus, subthalamus, dan

    epithalamus.

    a.

    Thalamus berfungsi sebagai station relay dari sensoris, berperandalam perilaku dan emosi sejalan dengan hubungannya dengan

    system limbic, serta mempertahankan kesadaran.

    b.Hypothalamus terletak dibawah thalamus yang berfungsi mengatur

    emosi, hormon, temperatur tubuh, kondisi tidur dan bangun,

    keseimbangan kimia tubuh, serta makan dan minum.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    14/76

    10

    c. Subthalamus merupakan nukleus motorik ekstrapiramida yang

    penting. Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi

    padasubtalamusdapat menimbulkan diskinesia.

    d.

    Epithalamusberhubungan dengan sistem limbik dan berperan pada

    beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.

    3. Patofisiologi

    Karena kompleksitas dan kerentanan otak selama masa perkembangannya,

    menyebabkan otak sebagai subyek cedera dalam beberapa waktu. Cerebral

    ischemia yang terjadi sebelum minggu ke20 kehamilan dapat menyebabkan

    defisit migrasi neuronal, antara minggu ke24 sampai ke34 menyebabkan

    periventricular leucomalaciaatau PVL dan antara minggu ke34 sampai ke-40

    menyebabkanfocalatau multifocal cerebral injury.

    Cedera otak akibat vascular insufficiencytergantung pada berbagai faktor

    saat terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran

    darah ke otak dan sistem peredaran darah, serta respon biokimia jaringan otak

    terhadap penurunan oksigenasi. Kelainan tergantung pada berat ringannya

    asfiksia yang terjadi pada otak. Pada keadaan yang berat tampak

    ensefalomalasia kistik multipel atau iskemik yang menyeluruh. Pada keadaan

    yang lebih ringan terjadi patchy necrosisdi daerah paraventrikular substansia

    albadan dapat terjadi atrofi yang difus padasubstansia griseakorteks serebri.

    Kelainan dapat lokal atau menyeluruh tergantung tempat yang terkena.

    Stres fisik yang dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran prematur

    seperti imaturitas pada otak dan vaskularisasi cerebralmerupakan suatu buktiyang menjelaskan mengapa prematuritas merupakan faktor risiko yang

    signifikan terhadap kejadian cerebral palsy. Sebelum dilahirkan, distribusi

    sirkulasi darah janin ke otak dapat menyebabkan tendensi terjadinya

    hipoperfusi sampai dengan periventrikular white matter. Hipoperfusi dapat

    menyebabkan haemorrhage pada matrik germinal atau periventricular

    leucomalacia,yang berhubungan dengan kejadian diplegia spastik.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    15/76

    11

    Pada saat dimana sirkulasi darah ke otak telah menyerupai sirkulasi otak

    dewasa, hipoperfusi kebanyakan merusak area batas dari arterycerebral mayor,

    yang selanjutnya menyebabkan fenotip spastik quadriplegia. Ganglia basal

    juga dapat terpengaruh dengan keadaan ini, yang selanjutnya menyebabkan

    terjadinya koreoathetoid atau distonik. Kerusakan vaskular yang terjadi pada

    saat perawatan seringkali terjadi dalam distribusi artery cerebral bagian

    tengah, yang menyebabkan terjadinya fenotip spastik hemiplegia.

    Tidak ada halhal yang mengatur dimana kerusakan vaskular akan terjadi,

    dan kerusakan ini dapat terjadi lebih dari satu tahap dalam perkembangan otak

    janin. Autoregulasi peredaran darah cerebral pada neonatal sangat sensitif

    terhadap asfiksia perinatal, yang dapat menyebabkan vasoparalysis dan

    cerebral hyperemia. Terjadinya kerusakan yang meluas diduga berhubungan

    dengan vaskular regional dan faktor metabolik, serta distribusi regional dari

    rangsangan pembentukkan synaps.

    Pada waktu antara minggu ke-26 sampai dengan minggu ke-34 masa

    kehamilan, area periventricular white matter yang dekat dengan lateral

    ventriclessangat rentan terhadap cedera. Apabila area ini membawa fiber yang

    bertanggungjawab terhadap kontrol motorik dan tonus otot pada kaki, cedera

    dapat menyebabkan spastik diplegia.Saat lesi yang lebih besar menyebar

    sebelum area fiber berkurang dari korteks motorik, hal ini dapat melibatkan

    centrum semiovale dan corona radiata, yang dapat menyebabkan spastisitas

    pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah.

    4.

    Etiologi Cerebral PalsyCerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun faktor lainnya.

    Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini, maka

    kemungkinan besar disebabkan oleh faktor genetik. (Soetjiningsih, 1995).

    Menurut Soetjiningsih, kerusakan pada otak dapat terjadi pada masa prenatal,

    natal dan postnatal.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    16/76

    12

    4.1.RiwayatPrenatal

    a. Kelainan perkembangan dalam kandungan, faktor genetik, kelainan

    kromosom.

    b.

    Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun.

    c. Infeksi intrauterin : TORCH (Toxoplasma, Rubella atau campak

    Jerman, Cytomegalovirus, Herpes simplexvirus) dan sifilis

    d. Radiasi saat masih dalam kandungan

    e.Asfiksia intrauterin (abrubsio plasenta, plasenta previa, anoksia

    maternal, kelainan umbilikus, perdarahan plasenta, ibu hipertensi, dan

    lainlain).

    f.

    Keracunan saat kehamilan, kontaminasi air raksa pada makanan, rokok

    dan alkohol.

    g. Induksi konsepsi.

    h. Riwayat obstetrik (riwayat keguguran, riwayat lahir mati, riwayat

    melahirkan anak dengan berat badan < 2000 gram atau lahir dengan

    kelainan morotik, retardasi mental atausensory deficit).

    i. Toksemia gravidarum,yaitu kumpulan gejalagejala dalam kehamilan

    yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuriadan Edema), yang

    kadangkadang bila keadaan lebih parah diikuti oleh KK (kejang

    kejangataukonvulsi dan koma). Patogenetik hubungan antara toksemia

    pada kehamilan dengan kejadian cerebral palsy masih belum jelas.

    Namun, hal ini mungkin terjadi karena toksemia menyebabkan

    kerusakan otak pada janin.

    j. Disseminated Intravascular Coagulationoleh karena kematian prenatal

    pada salah satu bayi kembar

    4.2.RiwayatNatal

    a.Anoksia/hipoksia

    Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa natal ialah cidera otak.

    Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal demikian

    terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, partus lama, plasenta

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    17/76

    13

    previa,infeksiplasenta, partusmenggunakan bantuan alat tertentu dan

    lahir dengan seksio sesar.

    b.

    Perdarahan otak

    Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar

    membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,

    mengganggu pusat pernapasan dan peredaran darah sehingga terjadi

    anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid dan

    menyebabkan penyumbatan CSS atau cairan serebrospinalis sehingga

    mangakibatkan hidrosefalus. Perdarahan di ruang subdural dapat

    menekan korteks serebri sehingga timbul kelumpuhan spastis.

    c.

    Prematuritas

    Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita pendarahan

    otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi cukup bulan, karena

    pembuluh darah, enzim, factor pembekuan darah dan lain-lain masih

    belum sempurna.Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan

    menderita pendarahan otak lebih banyak dibandingkan dengan bayi

    cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah

    dan lain-lain masih belum sempurna.

    d.Postmaturitas

    e.Ikterus neonatorum

    Ikterusadalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat

    penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus

    dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya

    kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak

    dikendalikan (Tjipta, 1994 dalam Arif Mansjoer, 2008). Ikterus padamasa neonatusdapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal

    akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan

    inkompatibilitasgolongan darah.

    f.

    Kelahiran sungsang

    g. Bayi kembar

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    18/76

    14

    Ternyata bahwa makin canggih unit perawatan infeksi neonatal, makin

    tinggi angka kejadian cerebral palsy. Sehingga dikatakan bahwa cerebral palsy

    adalah produk sampah dari suatu kemajuan unit perawatan intensif neonatal.

    (Soetjiningsih, 1995)

    4.3.

    RiwayatPostnatal

    a. Trauma kepala

    b.Meningitis / ensefalitisyang terjadi 6 bulan pertama kehidupan

    c.

    Racun berupa logam berat, CO.

    d. Luka parut pada otak paska bedah.

    5. Maniferstasi Klinis

    5.1.Terdapat spastisitas , terdapat gerakan-gerakan involunter seperti atetosis,

    khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas,

    atau campuran.

    5.2.Terdapat ataksia, gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan

    serebelum. Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun atau

    hipotonus, dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.

    Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.

    5.3.Menetapnya refleks primitif dan tidak timbulnya refleks-refleks yang lebih

    tinggi, seperti refleks landau atau parasut.

    5.4.Penglihatan

    Masalah penglihatan yang biasanya muncul pada anak cerebral palsy

    adalah juling. Bila terjadi hal tersebut harus segera diperiksakan ke dokterkarena dapat menyebabkan hanya dapt menggunakan satu matanya saja.

    5.5.Pendengaran

    Kehilangan pendengaran berhubungan dengan mikrosefali,

    mikroftalmia dan penyakit jantung bawaan, dimana disarankan untuk

    memeriksa ada tidaknya infeksi TORCH (toksoplasma, rubella,

    sitomegalovirus danherpes simpleks). Pada sebagian penderita diskinesia,

    kernikterus dapat menyebabkan ketulian sensorineural frekuensi tinggi.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    19/76

    15

    Gangguan pendengan dapat menyebabkan terjadinya gangguan bahasa

    atau komunikasi.

    5.6.

    Kesulitan makan dan komunikasi

    Kesulitan makan dan komunikasi ini kemungkinan disebabkan karena

    adanya air liur yang berlebihan akibat fungsi bulbar yang buruk, aspirasi

    pneumonia yang berulang dan terdapat kegagalan pertumbuhan paru-paru.

    Masalah kesulitan makan yang menetap dapat menjadi gejala awal

    dari kesulitan untuk mengekspresikan bahasa di masa yang akan datang.

    Penilaian awal kemampuan berkomunikasi dilakukan dengan bantuan ahli

    terapi bicara dan bahasa adalah penting dilakukan untuk mengetahui alat

    yang sesuai sebagai alternatif untuk membantu berkomunikasi. Hal ini

    penting dilakukan untuk memantau perkembangan kognitif anak.

    5.7.Pertumbuhan

    Kesulitan makan dapat menyebabkan anak tidak tumbuh dengan

    semestinya. Anak tersebut dapat kekurangan berat badan.

    5.8.Kesulitan belajar

    Anak dengan gangguan komunikasi akan sulit dalam menerima suatu

    pemahan, walau tidak semua anak dengan cerebral palsy mengalami hal

    tersebut.

    5.9.Gangguan tingkah laku

    Anak cerebral palsy mengalami kesulitan dalam komunikasi dan

    gerak, sehingga anak akan lebih mudah marah jika dia diajarkan sesuatu

    pelajaran atau hal baru akan mengalami kesulitan. Sehingga harus lebih

    sabar dalam menghadapinya.

    6. Prognosis

    Beberapa faktor berpengaruh terhadap prognosis penderita cerebral palsy

    seperti tipe klinis, keterlambatan dicapainya milestones, adanya reflek

    patologik dan adanya defisit intelegensi, sensoris dan gangguan emosional.

    Anak dengan hemiplegi sebagian besar dapat berjalan sekitar umur 2 tahun,

    kadang diperlukan short leg brace, yang sifatnya sementara. Didapatkannya

    tangan dengan ukuran lebih kecil pada bagian yang hemiplegi, bisa disebabkan

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    20/76

    16

    adanya disfungsi sensoris di parietal dan bisa menyebabkan gangguan motorik

    halus pada tangan tersebut. Lebih dari 50% anak tipe diplegi belajar berjalan

    pada usia sekitar 3 tahun, tetapi cara berjalan sering tidak normal dan sebagian

    anak memerlukan alat bantu. Aktifitas tangan biasanya ikut terganggu,

    meskipun tidak tampak nyata. Anak dengan tipe kuadriplegi, 25% memerlukan

    perawatan total, sekitar 33% dapat berjalan, biasanya setelah umur 3 tahun.

    Gangguan fungsi intelegensi paling sering didapatkan dan menyertai terjadinya

    keterbatasan dalam aktifitas. Keterlibatan otot-otot bulber, akan menambah

    gangguan yang terjadi pada tipe ini (Steven et all, 2004).

    Sebagian besar anak yang dapat duduk pada umur 2 tahun dapat belajar

    berjalan, sebaliknya anak yang tetap didapatkan reflek moro, asimetri tonic

    neck reflex, extensor thrustdan tidak munculnya reflek parasut biasanya tidak

    dapat belajar berjalan. Hanya sedikit anak yang tidak dapat duduk pada umur 4

    tahun akan belajar berjalan (Steven et all, 2004).

    Pada penderita Cerebral Palsydidapatkan memendeknya harapan hidup.

    Pada umur 10 tahun angka kematian sekitar 10% dan pada umur 30 tahun

    angka kematian sekitar 13%. Penelitian didapatkan harapan hidup 30 tahun

    pada gangguan motorik berat 42%, gangguan kognitif berat 62% dan gangguan

    penglihatan berat 38%. Hasil tersebut lebih buruk dibanding gangguan yang

    ringan atau sedang.

    Jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh penderita Cerebral Palsy

    bervariasi seperti sheltered whorkshops, home based program, pekerjaan

    tradisional, pekerja pendukung. Hasil penelitian menunjukkan adanya prediktor

    sukses atau tidak suksesnya bekerja pada penderita Cerebral Palsy. Dimana

    yang dapat bekeja secara kompetitif bila mempunyai IQ>80, dapat melakukanaktifitas dengan atau tanpa alat bantu, berbicara susah sampai normal dan dapat

    menggunakan tangan secara normal sampai membutuhkan bantuan

    (Rosenbaum et all, 2002).

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    21/76

    17

    7. KlasifikasiCerebral Palsy

    (Laurie Glazener, 2009)

    7.1.Klasifikasi Cerebral Palsy berdasarkan Berdasarkan gejala dan tanda

    neurologis:

    7.1.1. Tipe Spastik

    Spastik berarti kekakuan pada otot. Hal ini terjadi ketika

    kerusakan otak terjadi pada bagian cortex cerebri atau pada traktus

    piramidalis. Tipe ini merupakan tipe cerebral palsyyang paling sering

    ditemukan yaitu sekitar 7080 % dari penderita.

    Pada penderita tipe spastik terjadi peningkatan tonus otot

    (hipertonus), hiperefleks dan keterbatasan ROM sendi akibat adanya

    kekakuan. Selain itu juga dapat mempengaruhi lidah, mulut dan faring

    sehingga menyebabkan gangguan berbicara, makan, bernapas dan

    menelan. Jika terus dibiarkan pederita cerebral palsydapat mengalamidislokasi hip, skoliosis dan deformitas anggota badan.

    Tipe spastik dapat diklasifikasikan berdasarkan topografinya,

    yaitu:

    a.

    Monoplegi

    Pada monoplegi, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami

    spastik. Umumnya hal ini terjadi pada lengan atau anggota gerak

    atas.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    22/76

    18

    b. Diplegi

    Disebabkan oleh spastik yang menyerang traktus

    corticospinalbillateral. Kekakuan terjadi pada dua anggota gerak,

    sedangkan sistemsistem lain normal. Anggota gerak bawah

    biasanya lebih berat dibanding dengan anggota gerak atas.

    c.

    Triplegi

    Spastik pada triplegi menyerang tiga anggota gerak. Umumnya

    menyerang pada kedua anggota gerak atas dan satu anggota gerak

    bawah.

    d. Tetraplegiatau quadriplegi

    Ditandai dengan kekakuan pada keempat anggota gerak dan juga

    terjadi keterbatasan pada tungkai.

    7.1.2. TipeDiskinetik

    Merupakan tipe cerebral palsy dengan otot lengan, tungkai dan

    badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan tak

    terkendali, tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang.

    Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk. Gerakan

    akan menghilang jika anak tidur. Tipe ini dapat ditemukan pada 10

    15 % kasus cerebral palsy.

    Terdiri atas 2 tipe, yaitu :

    a.Distonik

    Gerakan yang dihasilkan lambat dan berulangulang sehingga

    menyebabkan gerakan melilit atau meliuk-liuk dan postur yangabnormal.

    b.Athetosis

    Menghasilkan gerakan tambahan yang tidak dapat dikontrol,

    khususnya pada lengan, tangan dan kaki serta disekitar mulut.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    23/76

    19

    7.1.3. TipeAtaxsia

    Pada tipe ini terjadi kerusakan pada cerebellum, sehingga

    mempengaruhi koordinasi gerakan, keseimbangan dan gangguan

    postur. Tipe ini merupakan tipe cerebral palsy yang paling sedikit

    ditemukan yaitu sekitar 5 10 % dari penderita. Pada penderita tipe

    ataxia terjadi penurunan tonus otot atau hipotonus, tremor, cara

    berjalan yang lebar akibat gangguan keseimbangan serta kontrol gerak

    motorik halus yang buruk karena lemahnya koordinasi.

    7.1.4. Tipe Campuran

    Merupakan tipe cerebral palsy yang merupakan gabungan dari

    dua tipe cerebral palsy. Gabungan yang paling sering terjadi adalah

    antaraspasticdan athetoid.

    7.2.

    Klasifikasi cerebral palsyberdasarkan derajat keparahan fungsional:

    7.2.1. Cerebral Palsy ringan (10%), masih bisa melakukan pekerjaan atau

    aktifitas sehari hari sehingga tidak atau hanya sedikit sekali

    membutuhkan bantuan khusus.

    7.2.2. Cerebral Palsysedang (30%), aktifitas sangat terbatas sekali sehingga

    membutuhkan bermacam bentuk bantuan pendidikan, fisioterapi, alat

    bracedan lain lain.

    7.2.3. Cerebral Palsy berat (60%), penderita sama sekali tidak bisa

    melakukan aktifitas fisik. Pada penderita ini sedikit sekali menunjukan

    kegunaan fisioterapi ataupun pendidikan yang diberikan. Sebaiknya

    penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus.

    7.3.Derajat keparahan cerebral palsy berdasarkan Gross Motor Function

    Classification Systemmatau GMFCS :

    Berdasarkan faktor dapat tidaknya beraktifitas atau ambulation, Gross

    Motor Functional Classification Systematau GMFCS secara luas

    digunakan untuk menentukan derajat fungsional penderita cerebral palsy.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    24/76

    20

    Pembagian derajat fungsional cerebral palsy menurut Motor

    Functional Classification System, dibagi menjadi 5 level dan berdasarkan

    kategori umur dibagi menjadi 4 kelompok (Peter Rosenbaum et al, 2002)

    yaitu:

    7.3.1. Kelompok sebelum usia 2 tahun

    a.

    Level 1: Bayi bergerak dari terlentang ke duduk di lantai dengan

    kedua tangan bebas untuk memainkan objek. Bayi merangkak

    menggunakan tangan dan lutut, menarik untuk berdiri dan mengambil

    langkah-langkah berpegangan pada benda. Bayi berjalan antara 18

    bulan dan 2 tahun tanpa memerlukanalat bantu atau walker.

    b.

    Level 2: Bayi mempertahankan posisi duduk di lantai namun perlu

    menggunakan tangan menjaga keseimbangan. Bayi merayap pada

    perut atau merangkak pada tangan dan lutut. Bayi mungkin menarik

    untuk berdiri dan mengambil langkah berpegangan pada benda.

    c.

    Level 3: Bayi duduk di lantai dengan tegak ketika trunk controlbaik.

    Bayi merayap maju dengan perut.

    d. Level 4: Bayi memiliki head control tetapi memerlukan trunk control

    untuk duduk di lantai. Bayi dapat berguling untuk terlentang dan

    mungkin berguling untuk telungkup.

    e. Level 5: Gangguan fisik membatasi kontrol gerakan. Bayi tidak dapat

    mempertahankan kepala dan trunk untuk melawan gravitasisaat

    telungkup dan duduk. Bayi memerlukan bantuan orang dewasa untuk

    berguling.

    7.3.2.

    Kelompok 24 tahuna.

    Level 1: Anak-anak duduk di lantai dengan kedua tangan bebas untuk

    memainkan objek. Bergerak dari duduk ke berdiri dilakukan tanpa

    bantuan orang dewasa. Anak-anak berjalan untuk berpindah

    tempattanpa memerlukan alat bantu atau walker.

    b. Level 2: Anak-anak duduk di lantai, tetapi mungkin memiliki

    kesulitan dengan keseimbangan ketika kedua tangan bebas untuk

    memainkan objek. Anak-anak menarik benda yang tidak bergerak

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    25/76

    21

    untuk berdiri. Anak-anak merangkak dengan tangan dan lutut

    bergerak bergantian, berpindah tempat dengan berjalan berpegangan

    pada benda dan berjalan menggunakan alat bantu atau walker.

    c.

    Level 3: Anak-anak duduk di lantai dengan posisi duduk W dan

    mungkin memerlukan bantuan orang dewasa untuk mengasumsikan

    duduk. Anak-anak merayap atau merangkak dengan tangan dan lutut

    (sering dengan gerakan tangan dan lutut yang tidak bergantian) untuk

    berpindah tempat. Anak-anak mungkin menarik pada benda yang

    stabil untuk berdiri. Anak-anak mungkin berjalan dalam ruangan

    dengan jarak dekat dengan menggunakan alat bantu atau walkerdan

    memerlukan bantuan orang dewasa untuk mengarahkan langkahnya.

    d. Level 4: Anak-anak duduk di lantai ketika ditempatkan, tetapi tidak

    dapat menjaga keseimbangan tanpa menggunakan tangan untuk

    mendukung. Anak-anak sering membutuhkan alat bantu untuk duduk

    dan berdiri. Mobilisasi diri untuk jarak pendek atau dalam ruangan

    tercapai melalui berguling, merayap, atau merangkak pada tangan dan

    lutut tanpa gerakan bergantian atau simultan.

    e.

    Level 5: Gangguan fisik membatasi gerakan dan kemampuan untuk

    menjaga kepala dan trunk dalam melawan gravitasi. Semua bidang

    fungsi motorik terbatas. Beberapa anak mobilisasi menggunakan kursi

    roda.

    7.3.3. Kelompok 46 tahun

    a. Level 1: Anak dapat duduk dan bangkit dari duduk pada kursi, tanpa

    membutuhkan bantuan tangan. Anak bergerak dari lantai dan darikursi untuk berdiri tanpa bantuan obyek. Anak berjalan baik dalam

    ruangan maupun diluar ruangan, dan dapat naik tangga. Terdapat

    kemampuan untuk berlari atau melompat.

    b.

    Level 2: Anak duduk di kursi dengan kedua tangan bebas

    memanipulasi obyek. Anak dapat bergerak dari lantai untuk berdiri,

    tetapi seringkali membutuhkan obyek yang stabil untuk menarik atau

    mendorong dengan tangannya. Anak berjalan tanpa alat bantu

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    26/76

    22

    didalam ruangan dan dengan jarak pendek pada permukaan yang rata

    diluar ruangan. Anak dapat berjalan naik tangga dengan berpegangan

    pada tepi tangga., tetapi tidak dapat berlari atau melompat.

    c.

    Level 3: Anak dapat duduk pada kursi, tetapi membutuhkan alat bantu

    untuk pelvis atau badan untuk memaksimalkan fungsi tangan. Anak

    dapat duduk dan bangkit dari duduk menggunakan permukaan yang

    stabil untuk menarik atau mendorong dengan tangannya. Anak

    seringkali dibantu untuk mobilitas pada jarak yang jauh atau diluar

    ruangan dan untuk jalan yang tak rata.

    d. Level 4: Anak duduk di kursi tapi butuh alat bantu untuk kontrol

    badan untuk memaksimalkan fungsi tangan. Anak duduk dan bangkit

    dari duduk membutuhkan bantuan orang dewasa atau obyek yang

    stabil untuk dapat menarik atau mendorong dengan tangannya. Anak

    dapat berjalan pada jarak pendek dengan bantuan walker dan dengan

    pengawasan orang dewasa, tetapi kesulitan untuk jalan berputar dan

    menjaga keseimbangan pada permukaan yang rata. Anak dibantu

    untuk mobilitas ditempat umum. Anak bisa melakukan mobilitas

    dengan kursi roda bertenaga listrik.

    e. Level 5: Kelainan fisik membatasi kemampuan kontrol gerakan,

    gerakan kepala dan postur tubuh. Semua area fungsi motorik terbatas.

    Keterbatasan untuk duduk dan berdiri yang tidak dapat dikompensasi

    dengan alat bantu, termasuk yang menggunakan teknologi. Anak

    tidak dapat melakukan aktifitas mandiri dan dibantu untuk mobilisasi.

    Sebagian anak dapat melakukan mobilitas sendiri menggunakan kursi

    roda bertenaga listrik dengan sangat membutuhkan adaptasi.

    7.3.4. Kelompok 612 Tahun

    a. Level 1: Anak berjalan didalam dan diluar ruangan, naik tangga tanpa

    keterbatasan. Anak menunjukkan performa fungsi motorik kasar

    termasuk lari dan lompat, tetapi kecepatan, keseimbangan dan

    koordinasi berkurang.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    27/76

    23

    b. Level 2: Anak berjalan didalam dan diluar ruangan dan naik tangga

    dengan berpegangan di tepi tangga, tetapi terdapat keterbatasan

    berjalan pada permukaan yang rata dan mendaki, dan berjalan

    ditempat ramai atau tempat yang sempit. Anak dapat melakukan

    kemampuan motorik kasar, seperti berlari atau melompat yang

    minimal.

    c. Level 3: Anak berjalan didalam dan diluar ruangan pada permukaan

    yang rata dengan bantuan alat bantu gerak. Anak masih mungkin

    dapat naik tangga dengan pegangan pada tepi tangga. Tergantung

    fungsi dari tangan, anak menggerakan kursi roda secara manual atau

    dibantu bila melakukan aktifitas jarak jauh atau diluar ruangan pada

    jalan yang tidak rata.

    d. Level 4: Anak bisa dengan level fungsi yang sudah menetap dicapai

    sebelum usia 6 tahun atau lebih mengandalkan mobilitas

    menggunakan kursi roda dirumah, disekolah dan ditempat umum.

    Anak dapat melakukan mobilitas sendiri dengan kursi roda bertenaga

    listrik.

    e.

    Level 5: Kelainan fisik membatasi kemampuan kontrol gerakan,

    gerakan kepala dan postur tubuh. Semua area fungsi motorik terbatas.

    Keterbatasan untuk duduk dan berdiri yang tidak dapat dikompensasi

    dengan alat bantu, termasuk yang menggunakan teknologi. Anak

    tidak dapat melakukan aktifitas mandiri dan dibantu untuk mobilitas.

    Sebagian anak dapat melakukan mobilitas sendiri menggunakan kursi

    roda bertenaga listrik dengan sangat membutuhkan adaptasi.

    8.Cerebral Palsy Spastic Quadr iplegi

    Dalam makalah ini, kelompok kami kami mengambil kasus mengenai

    Cerebral Palsy Spastis Quadriplegi.

    8.1.Pengertian Cerebral Palsy Spastis Quadriplegi

    Cerebral Palsy Spastis Quadriplegiyaitu kerusakan pada sistem saraf

    pusat yang berdampak tidak berkembangnya sistem saraf tersebut ditandai

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    28/76

    24

    tonus otot yang meninggi serta semua badan terasa kaku terutama pada

    lengan sehingga mengalami gangguan pada bagian motorik dan

    terlambatnya perkembangan anak. Quadriplegi dibeberapa klinik disebut

    juga sebagai double hemiplegi yaitu dua sisi tubuh terutama dilengan

    lebih kaku dibanding kaki. (Pamela, 1993)

    8.2.Manifestasi klinis Cerebral Palsy Spastis Quadriplegi

    Menurut Sherrill, 1984, ciri fisik yang sering ditemui adalah sebagai

    berikut:

    1.) Pada kasus iniAssymetrical Tonic Neck Reflex dan Moro Reflex atau

    ATNR yang harusnya sudah hilang pada usia 6 bulan, masih ada.

    2.) Kepala dan leher cenderung ke arah fleksi, hal ini dapat disebabkan

    oleh gangguan visual.

    3.) Persendian bahu atau shoulder cederung ke arah abduksi disebabkan

    adanya hipertonus.

    4.) Lengan bawah atau forearm akan cendurung ke arah pronasi.

    5.) Pergelangan tangan atau wrist seringkali dalam posisi fleksi,

    sedangkan jari-jari tangan dalam posisi mengepal.

    6.) Sendi panggul atau hip cenderung dalam posisi adduksi, yang

    menyebabkan tungkai dan kaki dalam posisi menggunting dan

    menyebabkan terjadinya dislokasi hip. Dislokasi ini terjadi karena

    adanya gaya yang berlebih yang menyebabkan sendi melampaui

    batas normal anatominya.

    7.) Sendi lutut atau knee akan cenderung dalam posisi semifleksi.

    8.)

    Ankle joint akan cenderung dalam posisi plantar fleksi, karenaterjadi ketengan dari tendong achilles.

    9.) Masalah keseimbangan, terjadi karenan adanya kerusakan pada

    cerebellum. Anak dengan pola jalan menggunting akan rawan untuk

    jatuh ke depan.

    10.) Spastik sering berpengaruh pada otot-otot pernafasan.

    11.) Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    29/76

    25

    12.) Pada kebanyakan kasusCerebral Plasy Spastic Quadriplegia, anak

    berguling dan keduduk denganflexipatrondan tanpa rotasi trunk.

    8.3.

    Prognosis Cerebral Palsy Spastis Quadriplegi

    Prognosis pasien Cerebral Palsy Spastic Quadriplegi dipengaruhi

    beberapa faktor antara lain:

    8.3.1. Berat ringannya kerusakan yang dialami pasien.

    Menurut tingkatannya Cerebral Palsy Spastic Quadriplegisecara

    umum diklasifikasikan dalam tiga tingkat yaitu:

    a.Mild

    Pasien dengan Mild Quadriplegi dapat berjalan tanpa

    menggunakan alat bantu seperti billateral crutchesatau walker, dan

    dapat bersosialisasi dengan baik dengan anak-anak normal

    seusianya pasien.

    b.

    Moderate

    Pasien denganModerate Quadriplegimampu untuk berjalan

    saat melakukan aktifitas sehari-hari tetapi terkadang masih

    membutuhkan alat bantu seperti billateral crutches atau walker.

    Namun demikian untuk perjalanan jauh atau berjalan dalam waktu

    yang relatif lama dan jarak tempuh yang relatif jauh, pasien masih

    memerkulan bantuan kursi roda.

    c. Severe

    Sedangkan pasien dengan Severe Quadriplegi sangat

    tergantung pada alat bantu atau bantuan dari orang lain untuk

    berjalan meskipun hanya untuk mencapai jarak yang dekat,misalnya untuk berpindah dari satu ruangan ke ruangan yang lain

    dalam satu rumah. Pasien sangat tergantung pada kursi roda atau

    orang lain untuk melakukan aktifitas.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    30/76

    26

    8.3.2. Pemberian terapi pada pasien Cerebral Palsy Spastic Quadriplegi

    Pemberian terapi dengan dosis yang tepat dan adekuat juga

    berpengaruh terhadap prognosis pasien. Semakin tepat dan adekuat

    terapi yang diberikan semakin baik prognosisnya.

    8.3.3.

    Kondisi tubuh pasien.

    Dengan kondisi tubuh yang baik akan mempermudah pasien

    untuk mengembangkan kemampuannya pada saat latihan sehingga

    pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri.

    8.3.4.

    Lingkungan tempat pasien tinggal dan bersosialisasi.

    Peran lingkungan terutama keluarga sangat mempengaruhi

    perkembangan pasien, dukungan mental yang diberikan keluarga

    kepada pasien sangat dibutuhkan pasien tidak hanya pada saat

    menjalani terapi sehingga pasien bersemangat setiap kali menjalani

    sesi latihan tetapi juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri pasien

    untuk bersosialisasi dengan dunia luar.

    9. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Cerebral PalsySpastik Quadr iplegi

    Asesmen merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi maupun

    data pemeriksaan pasien. Asesmen dilakukan bertujuan untuk

    mengidentifikasikan urutan masalah yang timbul pada kasus Cerebral Palsy

    Spastic Quadriplegic kemudian menjadi dasar dari penyusunan program terapi

    dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien serta lingkungansekitar pasien. Dalam asesmen meliputi:

    9.1. Anamnesis

    Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya

    jawab antara sterapis dengan sumber data. Dilihat dari segi

    pelaksanaannya anamnesis dibedakan atas dua yaitu: Autoanamnesis,

    merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada pasien yang

    bersangkutan dan Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    31/76

    27

    terhadap orang lain yaitu keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan

    pasien yang mengetahui keadaan pasien tersebut. Anamnesis yang akan

    dilakukan berupa :

    9.1.1.

    Identitas Penderita atau Anamnesis Umum

    Anamnesis ini berisi tentang : nama, umur, jenis kelamin, alamat,

    pekerjaan, hobi dan agama. Identitas pasien harus diisi selengkap

    mungkin, ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam pemberian

    tindakan.

    Dari data identitas pasien, kita juga mendapatkan kesan mengenai

    keadaan sosial ekonomi, budaya dan lingkungan dari pendidikan

    terakhir dan pekerjaan pasien. Sehingga kita dapat memberikan

    tindakan dan edukasi yang sesuai bagi pasien.

    9.1.2. Keluhan Utama

    Keluhan utama merupakan keluhan yang paling mengganggu

    pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien dijadikan sebagai

    acuan dalam menggali informasi lebih dalam, melakukan

    pemeriksaan dan pemberian tindakan. Pada anak, keluhan utama

    yang ditanyakan anak belum bisa apa dan sudah bisa apa.

    9.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang

    Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan

    utama, yang berisi riwayat perjalanan penyakit secara kronologis

    dengan jelas dan lengkap serta keterangan tentang riwayat

    pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya dan hasil yangdiperoleh. Riwayat penyakit sekarang harus meliputi: lokasi dan

    penjalaran, intensitas atau keparahan, disabilitas, durasi,

    frekuensi, kondisi atau keadaan saat munculnya gejala, faktor

    pencetus, faktor yang memperberat, faktor yang memperingan,

    kaitannya dengan aktivitas sehari-hari. Hal ini bertujuan sebagai

    acuan dalam melakukan pemeriksaan serta pemberian tindakan.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    32/76

    28

    9.1.4. Riwayat Prenatal

    Mencakup usia ibu saat hamil, kehamilan direncanakan atau

    tidak, rutin kontrol ke dokter atau dokter atau tidak, selama hamil

    ibu mengalami trauma, perdarahan, dan menderita penyakit

    lainnya atau tidak, mengkonsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan

    tidak.

    9.1.5. Riwayat Natal

    Mencakup usia kehamilan, lahir normal atau caesar, ditolong

    oleh siapa, dimana, langsung menangis atau tidak, berat badan

    lahir, panjang badan lahir, saat lahir apakah anak berwana biru

    atau kuning tidak.

    9.1.6. Riwayat Post Natal

    Mencakup penah kejang atau tidak, berwana biru atau kuning

    tidak, anak minum ASI sampai usia berapa tahun.

    9.1.7.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik

    maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Meliputi,

    anak pernah deman, kejang, diare, atau penyakit lainnya yang

    tidak berhubungan secara langsung dengan keluhan utama anak

    atau tidak, pernah dirawat di rumah sakit atau tidak, dimana,

    kapan atau saat usia berapa tahun, dan berapa lama. Hal ini perlu

    diketahui karena ada beberapa penyakit yang sekarang dialamiada hubungannya dengan penyakit yang pernah dialami

    sebelumnya serta sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan

    tindakan yang akan dilakukan.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    33/76

    29

    9.1.8. Riwayat Penyakit Keluarga

    Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi

    kesehatan seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari satu

    orang keluarga terdekat dapat meningkatkan resiko untuk

    menderita penyakit tersebut. Penyakit yang muncul bersamaan

    pada keluarga juga mengindikasikan resiko yang lebih besar,

    misalnya diabetes dan penyakit jantung.

    9.1.9.

    Riwayat Psikososial

    Riwayat psikososial pada kasus anak berisikan anak tersebut

    anak ke berapa dari berapa bersaudara, usia, pendidikan, dan

    pekerjaan orang tua, sehari-hari anak diasuh oleh siapa.

    Pentingnya mengetahui riwayat psikososial adalah untuk

    merancang terapi dan home programyang tepat bagi pasien.

    9.1.10.Riwayat Imunisasi

    Berisikan imunisasi apa saja yang pernah diberikan kepada

    anak tersebut.

    (Depkes dalam Lunar 2012)

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    34/76

    30

    Keterangan gambar:

    a. Imunisasi BCG: Ditujukan untuk memberikan kekebalan bayi

    terhadap bakteri tuberkolosis atau TBC.

    b.

    Imunisasi DPT: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadapat

    penyakit Dipteri, Pertusis atau batuk rejan dan tetanus.

    c.

    Imunisasi Polio: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadap

    penyakit polio atau kelumpuhan

    d. Imunisasi Hib: Mencegah bayi terkena infeksi Haemophils

    influenza tipe b yang dapat menyebabkan penyakit meningitis,

    infeksi tenggorokan dan pnemonia. Imunisasi Hib ini sangat

    mahal, maka belum di wajibkan.

    e. Imunisasi Pneumokokus: melindung bayi dari bakteri penyebab

    infeksi pada telinga. Selain itu bakteri ini bisa menimbulkan

    permasalah serius seperti meningits dan infeksi pada darah.

    9.1.11.Riwayat Tumbuh Kembang

    Riwayat tumbuh kembang normal anak meliputi: fase-fase

    perkembangan dan pertumbuhan anak dapat dilalui pada saat usia

    anak berapa tahun, senyum pada orang untuk pertama kali;

    berbicara pertama kali, pemberian ASI sampai dengan usia berapa

    tahun, pemberian susu formula sejak usia berapa, alasan

    pemberian susu formula, cara minumnya, jenis makanan yang

    dapat dimakan oleh anak pada saat ini, cara makannya, bahasa

    yang dapat anak ucapkan saat itu.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    35/76

    31

    Normal Development Childmenurut WHO, 1993:

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    36/76

    32

    Normal Development and Cerebral Palsy Development

    menurut WHO, 1993

    9.2. Pemeriksaan

    Pemeriksaan terdiri dari:

    9.2.1.

    Pemeriksaan Umum mencakup cara datang, normal, digendong,atau menggunakan alat bantu, kesadaran,koperatif atau tidak, tensi,

    pemeriksaan lingkar kepala, nadi,respirasi rate, status gizi, suhu

    tubuh.

    a.

    Kesadaran

    Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon

    seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat

    kesadaran dibedakan menjadi :

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    37/76

    33

    1. Compos Mentis atau conscious, yaitu kesadaran normal,

    sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan

    tentang keadaan sekelilingnya.

    2.

    Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk

    berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

    3.

    Delirium, yaitu gelisah, disorientasi berupa orang, tempat,

    waktu, memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,

    kadang berhayal.

    4.

    Somnolen atau Obtundasi, Letargi, yaitu kesadaran

    menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,

    namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang atau mudah

    dibangunkan tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi

    jawaban verbal.

    5. Stupor atau soporo koma, yaitu keadaan seperti tertidur

    lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

    6. Coma atau comatos,yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada

    respon terhadap rangsangan apapun atau tidak ada respon

    kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada

    respon pupil terhadap cahaya.

    b. Tensi atau Tekanan Darah

    Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada

    dinding arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat

    terjadi kontraksi otot jantung. Sedangkan, tekanan diastolik

    adalah tekanan darah yang digambarkan pada rentang di antaragrafik denyut jantung. Tekanan darah biasanya digambarkan

    sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.

    Pengukuran tekanan darah pada anak-anak dilakukan pada

    kasus-kasus tertentu.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    38/76

    34

    Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia

    seseorangadalah:

    - Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg

    - Usia 16 bulan : 90/60 mmHg

    - Usia 612 bulan : 96/65 mmHg

    - Usia 14 tahun : 99/65 mmHg

    - Usia 46 tahun : 160/60 mmHg

    - Usia 68 tahun : 185/60 mmHg

    - Usia 810 tahun : 110/60 mmHg

    (Pamela, 1993)

    c. Lingkar Kepala

    Mengukur lingkar kepala berfungsi untuk mengetahui

    perkembangan otaknya. Meskipun ukuran lingkar kepala anak

    tidak berpengaruh pada tingkat kecerdasannya, namun ukuran

    lingkar kepala berkaitan dengan volume otaknya. Lingkar

    kepala anak akan bertambah sesuai dengan usia dan juga

    diepngaruhi oleh jenis kelamin.

    Lingkar kepala pada anak laki-laki

    Grafik lingkaran kepala anak laki-laki (berdasarkan Nelhaus

    G. Pediatr. 41: 106; 1986) dalam Arif Mansjoer 2000.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    39/76

    35

    Lingkar kepala pada anak perempuan

    Grafik lingkaran kepala anak perempuan (berdasarkan

    Nelhaus G. Pediatr. 41: 106; 1986) dalam Arif Mansjoer

    2000.

    d.Nadi

    Mengetahui denyut nadi merupakan dasar untuk melakukan

    latihan fisik yang benar dan terukur atau mengetahui seberapa

    keras jantung bekerja. Pengukuran nadi dilakukan dengan durasi

    1 menit.

    Frekuensi denyut nadi normal:

    Usia Denyut Nadi

    1 minggu 100140 kali/menit

    28 minggu 90130 kali/menit

    312 bulan 90130 kali/menit

    16 tahun 75115 kali/menit

    712 tahun 7080 kali/menit

    (Pamela, 1993)

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    40/76

    36

    Pola nadi yang normal adalah detaknya berirama.

    Pola nadi

    Deskripsi

    Bradikardia Frekuensi nadi lambat.

    Takikardia Frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak pada

    ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam

    yang menunjukan penyakit jantung.

    Aritmia Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun

    selama ekspirasi. Sinus Aritmia merupakan variasi

    normal pada anak, khususnya selama tidur.

    e.Respirasi Rate

    Respirasi rateadalah jumlah seseorang mengambil napas per

    menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam

    posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas

    selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada

    meningkat.

    Tabel respirasi rate normal pada anak

    Usia Pernapasan

    1 minggu 3060 kali/menit

    28 minggu 3040 kali/menit

    312 bulan 2030 kali/menit

    16 tahun 1929 kali/menit

    712 tahun 1520 kali/menit

    (Pamela, 1993)

    f. Suhu Badan

    Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk

    menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran

    panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran

    panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh

    vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    41/76

    37

    sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu

    tubuh akan menurun. Memeriksa suhu badan bias menggunakan

    punggung tangan. Afebrisberarti dalam batas normal, subfebris

    berarti demam yang tidak tinggi atau saat dipalpasi terasa

    hangat, febrisberarti demam.

    g. Status Gizi

    Status gizi anak dapat dilihat dari pemeriksaan turgor kulit,

    konjungtiva mata, dan proporsi tubuh. Namun, untuk lebih

    meyakinkannya lagi, dapat dihitung dari rumus:

    Panjang badan = 80 + 5n

    Berat badan = 8 + 2n

    Dimana n adalah umur dalam tahun.

    (Arif Mansjoer, 2000)

    9.2.2.

    Pemeriksaan khusus

    Pemeriksaan khusus terdiri dari:

    1. Pengamatan Posisi

    Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya

    gerakan ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan

    yang abnormal. Pengamatan posisi dilakukan pada saat

    terlentang, berguling, telungkup, merayap, ke duduk, duduk,

    merangkak, ke berdiri, berdiri, dan berjalan. Pengamatan posisianak dilakukan sesuai dengan kemampuan anak. Setiap posisi

    memiliki komponennya masingmasing.

    a. Terlentang

    Komponen yang dilihat:

    1.) Gerakannya (aktif, simultan, kecenderungan posisi)

    2.) Posisi kepala

    3.)

    Posisi trunk(simetris atau tidak simetris)

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    42/76

    38

    4.) Posisishoulder

    5.) Posisi elbow

    6.)

    Posisi wrist

    7.)

    Posisijari

    8.) Posisi hip

    9.)

    Posisi knee

    10.)Posisi ankle

    b.

    Berguling

    Komponen yang dilihat:

    1.)

    Via (hip ataushoulder)

    2.) Rotasi trunk(ada atau tidak)

    c. Telungkup

    Komponen yang dilihat:

    1.) Head lifting

    2.) Head control

    3.)

    Forearm support

    4.) Hand support

    5.) Posisi trunk

    6.) Posisi hip

    7.) Posisi knee

    8.) Posisi ankle

    d.

    MerayapKomponen yang dilihat:

    1.) Head control

    2.) Forearm support

    3.)

    Rotasi trunk

    4.) Gerakannya simultan

    5.) Trnsfer weight bearing

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    43/76

    39

    e. Duduk

    Komponen yang dilihat:

    1.)

    Head control

    2.)

    Trunk control

    3.) Hand support

    4.)

    Weight bearing

    5.) Sitting balance

    6.) Protective reaction

    f. Ke duduk

    Komponen yang dilihat:

    1.) Posisi awal

    2.) Proses

    3.) Head control

    4.)

    Forearm support

    5.) Hand suppport

    6.) Fiksasi gerakan

    7.)

    Transfer weight bearing

    g. Merangkak

    Komponen yang dilihat:

    1.) Head control

    2.) Weight bearing

    3.) Rotasi trunk

    4.)

    Transfer wieght bearing5.)

    Gerakannya simultan atau tidak

    h. Berdiri

    Komponen yang dilihat

    1.) Head control

    2.) Posisishoulder

    3.)

    Posisi elbow

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    44/76

    40

    4.) Posisi wrist

    5.) Posisi jari-jari

    6.)

    Posisi trunk

    7.)

    Trunk control

    8.) Posisi hip

    9.)

    Posisi knee

    10.)Posisi ankle

    11.)Weight bearing

    12.)

    Standing balance

    i.

    Ke berdiri

    Komponen yang dilihat:

    1.) Posisi awal

    2.) Proses

    3.)

    Head control

    4.) Trunk control

    5.) Weight bearing

    6.)

    Transfer weight bearing

    7.) Pola ke berdiri

    j. Berjalan

    Komponen yang dilihat:

    1.) Head control

    2.) Trunk control

    3.)

    Rotasi trunk4.)

    Transfer weight bearing

    2. Spastisitas

    Spastisitas merupakan fungsi tonus yang meningkat

    tergantung pada kecepatan gerakan. Merupakan gambaran lesi

    pada Upper Motor Neuron. Membentuk ekstrimitas pada posisi

    ekstensi.Pengukuran spastisitas dilakukan apabila ada

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    45/76

    41

    kecurigaan kecenderungan posisi. Skala pengukuran dapat

    menggunakan ashworth.

    Skala Klinis Spastisitas (ASHWORTH)

    0

    : Tidak terdapat peningkatan tonus postural.

    1 : Sedikit peningkatan tonus, terdapat tahanan minimal

    di akhir Lingkup Gerak Sendi.

    1+ : Sedikit peningkatan tonus, tahanan sedikit kurang dari

    Lingkup Gerak Sendi.

    2 : Peningkatan tonus lebih nyata hampir seluruh

    Lingkup Gerak Sendi, namun masih bisa digerakkan

    3 : Peningkatan tonus bermakna, sehingga gerakan pasif

    sulit dilakuakan.

    4 : Sendi dalam posisi fleksi atau ekstensi atau dalam

    satu posisi.

    (Malene Wesselhoff, 2012)

    3.Ankle Clonus

    Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini

    disebut klonus. Jika kaki dibuat dorsi fleksi dengan tiba-tiba,

    dapat mengakibatkan dua atau tiga kali gerakan sebelum

    selesai pada posisi istirahat. Kadang-kadang pada penyakit

    Sistem Saraf Pusat terdapat aktivitas ini dan kaki tidak mampu

    istirahat di mana tendon menjadi longgar tetapi aktivitas

    menjadi berulang-ulang.

    4. Tightness

    a.

    Pemeriksaan tightnesspada m. hamstring

    Posisi os : terlentang

    Tatalaksana : fleksikan salah satu hip. Positif jika hip

    pada sisi kontralateralterangkat.

    b.

    Pemeriksaan tightnesspada m. illiopsoas

    Posisi os : telungkup

    Tatalaksana : fleksikan kedua knee. Positif jika hip fleksi.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    46/76

    42

    c. Pemeriksaan tightness tendon achilles

    Posisi os : terlentang

    Tatalaksana : dorsi fleksikan ankle. Positif jika ankle sulit

    didosi fleksikan.

    5. Pemeriksaan 7 Refleks

    Merupakan salah satu komponen penentu prognosis

    berjalan. Pemeriksaan 7 refleks dilakukan mulai usia 1 tahun

    hingga usia kurang dari 7 tahun. Pemeriksaan 7 refleks

    meliputi (Pamela, 1993):

    a.

    ATNR atauAsymetrical Tonic Reflex

    Lokasi :brainstem

    Muncul saat usia : 2 bulan

    Hilang saat usia : 4 bulan

    Cara pemeriksaaan : anak terlentang dengan posisi kepala

    pada midline, kemudian kepala dirotasikan ke salah satu

    sisi. Positif jika elbowdan knee pada ipsilateralfleksi, dan

    pada sisi kontralateral:shoulder abduksi, elbow ekstensi.

    b. STNR atau Symetrical Tonic Neck Reflex

    Lokasi : brainstem

    Muncul saat usia : 4 sampai 6 bulan

    Hilang saat usia : 10 bulan

    Cara pemeriksaaan : anak telungkup dipangkuan

    pemeriksa. Kemudian kepala anak difleksikan ataudiekstensikan. Positif jika saat kepala difleksikan, maka

    kedua lengan fleksi dan tungkai ekstensi. Positif jika saat

    kepala ekstensikan, maka kedua lengan ekstensi dan tungkai

    fleksi.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    47/76

    43

    c.Neck Righting

    Lokasi :Midbrain

    Muncul saat usia : Baru lahir

    Hilang saat usia : 4 sampai 6 bulan

    Cara pemeriksaaan : anak dalam posisi terlentang.

    Kemudian kepala dirotasikan ke salah satu sisi. Positif jika

    tubuh berputar mengikuti kepala, mulai dari shoulder,

    trunk, danpelvis, serta anggota gerak bawah.

    d.Extensor Thrust

    Lokasi : Spinal

    Muncul saat usia : Baru lahir

    Hilang saat usia : 1 sampai 2 bulan

    Cara pemeriksaaan : knee anak dalam posisi fleksi.

    Kemudian telpak kaki digores atau disentuh. Positif jika

    kneemenjadi lurus.

    e.Moro

    Lokasi : Spinal

    Muncul saat usia : Baru lahir

    Hilang saat usia : 1 sampai 2 bulan

    Cara pemeriksaaan : anak dalam posisi terlentang, kepala

    dan punggung anak disangga tangan pemeriksa. Kemudian

    secara tiba-tiba jatuhkan pegangan kepala anak tanpa

    ditekan. Positif jika ada reaksi seperti terkejut, yaitu kedua

    elbow fleksi denganforearm supinasi.

    f.Parachute

    Lokasi : Cortical

    Muncul saat usia : 6 sampai 9 bulan

    Hilang saat usia : tidak hilang atau sepanjang usia

    Cara pemeriksaaan : anak diposisikan seperti akan

    terjun, handling pemeriksa pada bagian torakal, posisi

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    48/76

    44

    kepala lebih rendah dari kaki. Positif jika kedua lengan anak

    lurus, jari-jari tangan diekstensikan seolah hendak

    mendarat, atau sering disebut handsupport.

    g. Foot placement

    Lokasi : Cortical

    Muncul saat usia : Baru lahir

    Cara pemeriksaaan : anak diposisikan berdiri, handling

    pada axillaanak. Kemudian punggung tungkai anak digoreskan

    pada meja. Positif jika kaki anak naik ke atas meja.

    Penilaian 7 refleks:

    ATNR ( - ) : 0

    STNR ( - ) : 0

    Neck righting ( - ) : 0

    Extensor thrust ( - ) : 0

    Moro ( - ) : 0

    Paracute ( + ) : 0

    Foot placement ( + ) : 0

    Keterangan:

    Jika skor 0, maka anak bisa berjalan.

    Jika skor 1, maka anak bisa berjalan tanpa atau dengan alat

    bantu.

    Jika skor 2 atau lebih dari 2, maka prognosa berjalan jelek.

    6. Pemeriksaan Fungsi Bermain

    Anak kecil mempunyai organ memori yang belum banyak

    terisi. Melalui bermain anak akan mengeksplorasi dan

    memanipulasi benda-benda di sekitarnya. Setelah mengenali

    dan mempelajari, selanjutnya anak akan menyimpannya di

    dalam sel-sel memori atau otak. Semakin banyak sel

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    49/76

    45

    memorinya terisi oleh data-data tertentu yang diperolehnya

    melalui permainan, maka akan semakin meningkatkan

    kemampuan kognitifnya. Fungsi bermain anak berbeda-beda

    sesuai dengan usianya.

    Pemeriksaan denver II adalah suatu pemeriksaan yang

    digunakan untuk screening perkembangan anak dari lahir

    sampai usia 6 tahun, yang meliputi 4 aspek penilaian yaitu

    personal sosial, motorik kasar, bahasa, dan motorik halus.

    9.3. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang

    Merupakan data-data yang dijadikan sebagai referensi. Dalam kasus

    ini, data penunjang yang dipakai adalah BERA, pemeriksaan mata, dan

    radiografi panggul.

    a. BERA atau Brain Evoked Response Audiometry merupakan tes

    neurologik untuk fungsi pendengaran batang otak terhadap

    rangsangansuara. BERA dapat digunakan untuk mendeteksi dini

    adanya gangguan pendengaran, bahkan sejak bayi baru saja

    dilahirkan. Tes BERA ini dapat menilai fungsi pendengaran bayi

    atau anak yang tidak kooperatif.

    9.4. 1. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas

    Urutan masalah didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik baik

    pemeriksaan umum maupun pemeriksaan khusus dan juga keluhan

    dari pasien itu sendiri. Masalah yang timbul meliputi:

    2. Diagnosa Fisioterapi

    Disusun berdasarkan dari urutan masalah yang ada. Diagnosa

    Fisioterapi terdiri dari impairment, keterbatasan gerak, keterbatasan

    fungsional yang berhubungan dengan diagnosa medik.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    50/76

    46

    9.5. Program Pemeriksaan Fisioterapi

    1. Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi

    Medik

    Merupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi Medik

    yang bersangkutan.

    2. Tujuan

    a. Tujuan Jangka Pendek

    Tujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan prioritas

    masalah yang utama. Dalam membuat tujuan jangka pendek ini

    harus disertai dengan bagaimana tujuan atau rencana tersebut

    akan dicapai, alokasi waktu pencapaian, dan kondisi-kondisi

    seputar pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan

    tersebut dapat dicapai.

    b.

    Jangka Panjang

    Tujuan jangka panjang juga dibuat berdasarkan prioritas

    masalah, tetapi bukan masalah yang utama atau segera. Tujuan

    jangka panjang harus realistis sesuai dengan perkiraan pemulihan

    yang maksimal sesuai patologi dan keadaan pasien juga harapan

    dari pasien dan keluarga. Pada kasus anak dengan masalah

    Cerebral Palsy Spastic Quadriplegic menentukan prognosis

    berjalan berdasarkan penilain 7 refleks dan komponen prognosis

    berjalan yang lain adalah kognisi, distribusi spastis, level spastis

    berdasarkan nilai Skala Ashworht, penganan atau intervensi dini,

    lingkungan atau persepsi, setelah usia 2 tahun belum bisa dudukmaka prognosis berjalan buruk.

    3. Metode Pemberian Fisioterapi

    Fisioterapis memilih intervensi berdasarkan pada kompleksitas

    dan tingkat keparahan dari problem. Fisioterapis memilih,

    mengaplikasikan atau memodifikasi satu atau lebih prosedur

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    51/76

    47

    intervensi berdasarkan pada tujuan akhir dan hasil yang diharapkan

    yang telah dikembangkan terhadap pasien.

    Metode tersebut meliputi:

    1.)

    MetodeBobathatauNeuro Development Treatment(NDT)

    a. KonsepNeuro Development Treatment

    Neuro Development Treatment (NDT) menekankan pada

    hubungan antara normal postural reflex mechanism

    (mekanisme refleks postural normal), yang merupakan suatu

    mekanisme refleks untuk menjaga postural normal sebagai

    dasar untuk melakukan gerak. Mekanisme refleks postural

    normal memiliki kemampuan yang terdiri dari: (1) normal

    postural tone, (2) normal reciprocal innervations, dan (3)

    variasi gerakan yang mengarah pada fungsional. Syarat agar

    mekanisme refleks postural normal dapat terjadi dengan baik:

    (1) righting reaction yang meliputi labyrinthine righting

    reaction, neck righting reaction, body on body righting

    reaction, body on head righting reaction, dan optical righting

    reaction, (2) equilibrium reaction, yang mempersiapkan dan

    mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas, (3)

    protective reaction, yang merupakan gabungan antara righting

    reaction dengan equilibrium reaction (The Bobath Centre of

    London, 1994).

    b. Prinsip TeknikNeuro Development Treatmentatau NDT

    Prinsip dasar teknik metode Neuro DevelopmentTreatment atauNDTmeliputi 3 hal:

    1. Patterns of movement

    Gerakan yang terjadi pada manusia saat bekerja adalah

    pada pola tertentu dan pola tersebut merupakan representasi

    dari kontrol level kortikal bukan kelompok otot tertentu.

    Pada anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pola gerak

    yang terjadi sangat terbatas, yang mana dapat berupa

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    52/76

    48

    dominasi refleks primitif, berkembangnya pola gerak

    abnormal karena terbatasnya kemampuan bergerak, dan

    adanya kompensasi atau adaptasi gerak abnormal. Akibat

    lebih lanjut anak atau penderita akan menggunakan pola

    gerak yang abnormal dengan pergerakan yang minim.

    2. Use of handling

    Handling bersifat spesifik dan bertujuan untuk

    normalisasi tonus, membangkitkan koordinasi gerak dan

    postur, pengembangan ketrampilan, dan adaptasi respon.

    Dengan demikian anak atau penderita dibantu dan dituntun

    untuk memperbaiki kualitas gerak dan tidak dibiarkan

    bergerak pada pola abnormal yang dimilikinya.

    3. Prerequisites for movement

    Agar gerak yang terjadi lebih efisien, terdapat 3 faktor

    yang mendasari atauprerequisites yaitu (1) normal postural

    tone mutlak diperlukan agar dapat digunakan untuk

    melawan gravitasi, (2) normal reciprocal innervationspada

    kelompok otot memungkinkan terjadinya aksi kelompok

    agonis, antagonis, dan sinergis yang terkoordinir dan

    seimbang, dan (3) postural fixation mutlak diperlukan

    sehingga kelompok otot mampu menstabilkan badan atau

    anggota gerak saat terjadi gerakan/aktivitas dinamis dari

    sisa anggota gerak.

    c. Teknik-Teknik DalamNeuro Development Treatment(NDT)

    Metode Neuro Development Treatment (NDT) memiliki

    teknik-teknik khusus untuk mengatasi pola abnormal aktivitas

    tonus refleks (Wahyono, 2008). Teknik-teknik tersebut

    meliputi:

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    53/76

    49

    1.Inhibisi

    Inhibisi disini menggunakan Reflex Inhibiting Pattern

    (RIP) yang bertujuan untuk menurunkan dan menghambat

    aktivitas refleks yang abnormal dan reaksi asosiasi serta

    timbulnya tonus otot yang abnormal. Sekuensis dalam

    terapi ini meliputi bagian tubuh dengan tingkat affected

    terkecil didahulukan dan handling dimulai dari proksimal.

    2.

    Fasilitasi

    Fasilitasi bertujuan untuk memperbaiki tonus postural,

    memelihara dan mengembalikan kualitas tonus normal,

    serta untuk memudahkan gerakan-gerakan yang disengaja

    (aktivitas sehari-hari).

    3.

    Propioceptive Stimulation

    Merupakan upaya untuk memperkuat dan

    meningkatkan tonus otot melalui propioseptive dan taktil.

    Berguna untuk meningkatkan reaksi pada anak, memelihara

    posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi

    secara otomatis.

    4.Key Points of Control (KPoC)

    Key Points of Control (KPoC) adalah bagian tubuh

    (biasanya terletak di proksimal) yang digunakan untuk

    handling normalisasi tonus maupun menuntun gerak aktifyang normal. Letak Key Points of Control (KPoC) yang

    utama adalah kepala, gelang bahu, dan gelang panggul.

    5.

    Movement Sequences and Functional Skill

    Teknik inhibisi dan fasilitasi padadasarnya digunakan

    untuk menumbuhkan kemampuan sekuensis motorik dan

    keterampilan fungsional anak

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    54/76

    50

    d. Tujuan PelaksanaanNeuro Development Treatment(NDT)

    Tujuan pelaksanaan metode Neuro Development

    Treatment (NDT) adalah menghambat pola gerak abnormal,

    normalisasi tonus dan fasilitasi gerakan yang normal, serta

    meningkatkan kemampuan aktivitas pasien.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    55/76

    51

    BAB III

    ISI

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PROGRAM VOKASI

    BIDANG STUDI KEDOKTERAN

    PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

    FORMULIR FISIOTERAPI

    Nama fisioterapi : Ibu Sri Novia, SST FT Peminatan : FT APediatric

    Nama dokter : dr. Amendi, SpKFR Ruangan : Pelayanan URM FT lt 2

    Nomer Registrasi : 31211 - 81 TanggalPemeriksaan: 20

    November20

    12

    I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)

    Nama Inisial : An A N

    Tempat & tgl lahir : Bogor, 17 Oktober 2008 (4 tahun 1 bulan)

    Alamat : Cilebut, Bogor

    Pendidikan Terakhir : -

    Pekerjaan : -

    Hobi : -.

    Diagnosa Medik : Cerebral Palsy Quadriplegic

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    56/76

    52

    II.

    PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)

    KU : Belum bisa berguling.

    RPS : Saat ini anak hanya bisa miring kanan dan miring kiri itu pun

    hanya sesekali dan tidak bisa mempertahankannya terlalu

    lama.

    Sejak lahir jarijari anak kaku dan cenderung menggenggam.

    Saat usia 6 bulan, ibu menyadari bahwa perkembangan anak

    terlambat karena anak hanya terlentang saja, kemudian anak

    dibawa berobat ke RSCM bagian tumbuh kembang anak lalu

    anak di rujuk ke fisioterapi anak terkait keterlambatan anak

    saat usia anak 1 tahun. Anak mempunyai dan menggunakan

    back slap sejak usia1 tahun dan menggunakan AFO sejak usia

    3 tahun 8 bulan.

    R. Prenatal : - Usia ibu saat hamil 24 tahun

    - Kehamilan diinginkan

    - Rajin kontrol di bidan secara rutin setiap satu

    bulan sekali dan diberikan vitamin untuk

    menambah kalsium.

    - Pernah USG saat usia kehamilan 4 bulan dan

    dikatakan tidak ada masalah.

    - Rutin minum susu untuk ibu hamil.

    - Trauma tidak pernah

    - Pendarahan tidak pernah

    R. Natal : - Lahir secara normal dan spontan di tolong

    dokter di Rumah Sakit Sunda Kelapa dan anak

    langsung menangis.

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    57/76

    53

    - Usia kehamilan cukup bulan : 9 bulan 6 hari

    - BBL : 2300 gr

    - PBL : 44 cm

    - Kuning tidak ada

    - Biru tidak ada

    R. Postnatal: - Kuning tidak ada

    - Biru tidak ada

    - Kejang tidak

    - ASI sampai usia anak 2 tahun

    RPD : Tidak ada

    RPK : Tidak ada

    RPSi : - Anak ke 2 dari 2 bersaudara.

    - Anak pertama laki-laki, normal, dan sudah meninggal saat

    usia 4 bulan karena sakit dan gagal nafas.

    - Usia ayah 30 tahun, pendidikan terakhir ayah SMK, pekerjaan

    ayah sebagai tukang parkir.

    - Usia ibu 28 tahun, pendidikan terakhir ibu SMK, pekerjaan

    ibu rumah tangga.

    R. Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap.

    R. Tumbang : Gross Motor :

    - Miring kanan dan kiri : usia 3 tahun

    Fine Motor :

    - Senyum sosial : usia 1 tahun

    Bahasa dan Bicara :

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    58/76

    54

    - Mengeluarkan kata-kata hmm dan tidak

    bermakna : usia 3 tahun

    Nutrisi :

    - Makan bubur susu kental, disuapin dan tidak

    langsung telan : usia 2 tahun

    - Minum susu formula dan air putih, dengan botol dot

    dan di pegangin atau di suapin dengan sendok : usia

    2 tahun

    III. PEMERIKSAAN (O)

    a.

    Pemeriksaan Umum

    1) Cara Datang : Di gendong

    2) Kesadaran : Compos Mentis

    3)

    Koperatif

    4) Tensi tidak dilakukan

    5) Lingkar kepala 39 cm (nn : 47-53 cm)

    6) Nadi 100 x/menit

    7)

    RR 20 x/menit

    8) Status Gizi : kesan kurang

    9)

    Suhu :Afebris

    b. Pemeriksaan Khusus

    1.Pengamatan Posisi

    1) Terlentang bisa

    -

    Kepala bergerak bebas dan cenderung menoleh

    kesatu sisi

    - Posisi trunk : Asimetris

    - Ekstremitas atas bergerak aktif dan di dominasi pola

    ATNR

    Dengan kecenderungan posisi :

    Upper Extremity Dextra

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    59/76

    55

    o Shoulder : Retraksi, semifleksi, abduksi,

    eksorotasi

    o Elbow: Semifleksi

    o

    Forearm: Supinasi

    o Wrist : Semifleksi

    o Finger : Fleksi, menggenggam dengan

    thumb in

    Upper Extremity Sinistra

    o Shoulder : Retraksi, fleksi, abduksi,

    eksorotasi

    o

    Elbow: semifleksi

    o Forearm: Pronasi

    o Wrist: Fleksi

    o Fingers : Fleksi, menggenggam dengan

    thumb out

    - Ekstremitas bawah : menggunting

    Dengan kecenderungan posisi :

    Lower Extermity billateral

    o Hip :Semifleksi, adduksi, endorotasi

    o Knee: Semifleksi

    o Ankle : Plantar fleksi, eversi

    o Toes: Fleksi

    2) Berguling tidak bisa

    3) Diposisikan telungkup bisa

    -

    Head liftingbisa-

    Head controlinadekuat

    - Forearm supporttidak bisa

    - Hand supporttidak bisa

    -

    Posisi trunk : Asimetris

    - Ekstremitas atas : Keduanya tertindih oleh badan

    Dengan kecenderungan posisi :

    Upper Extremity Billateral

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    60/76

    56

    o Shoulder : Retraksi, fleksi, adduksi,

    endorotasi

    o Elbow: Fleksi

    o

    Forearm :Pronasi

    o Wrist : Fleksi

    o Fingers: Fleksi dan menggenggam

    - Ekstremitas bawah : menggunting

    Dengan kecenderungan posisi :

    Lower Extremity Billateral

    o Hip: Semifleksi, adduksi, endorotasi

    o

    Knee: Semifleksi

    o Ankle: Plantar fleksi, eversi

    o Toes: Fleksi

    4) Merayap tidak bisa

    5)

    Diposisikan duduk bisa dengan fiksasi dipelvic:

    - Head liftingbisa

    - Headcontrolinadekuat

    -

    Hand supporttidak bisa

    - Trunk controltidak bisa

    - Posisi trunk round back

    - Weight bearingdisacrum

    - Sitting balancetidak ada

    - Protective reactiontidak ada

    - Ekstremitas atas di dominasi pola ATNR

    Dengan kecenderungan posisi :Upper Extremity Dextra

    o Shoulder: Retraksi, adduksi, endorotasi

    o Elbow: Semifleksi

    o Forearm : Supinasi

    o Wrist : Semifleksi

    o Finger : Fleksi, menggenggam dengan

    thumb in

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    61/76

    57

    Upper Extremity Sinistra

    o Shoulder: Retraksi, adduksi, endorotasi

    o Elbow: Semifleksi

    o

    Forearm: Pronasi

    o Wrist: Fleksi

    o Fingers : Fleksi, menggenggam dengan

    thumb out

    - Ekstremitas bawah : menggunting

    Dengan kecenderungan posisi :

    Lower Extremity Billateral

    o

    Hip: Semifleksi, adduksi, endorotasi

    o Knee: Semifleksi

    o Ankle: Plantar fleksi, eversi

    o Toes: Fleksi

    6)

    Ke duduk tidak bisa

    7) Merangkak tidak bisa

    8) Di posisikan berdiri dengan fiksasi di axilla

    -

    Head liftingbisa

    - Head controlinadekuat

    - Trunk controltidak bisa dilihat

    - Weight bearingtidak ada, menapak tetapi tidak

    menumpu

    - Ekstremitas atas bergerak aktif dan di dominasi pola

    ATNR

    Dengan kecenderungan posisi :Upper Extremity Dextra

    o Shoulder: Retraksi, adduksi, endorotasi

    o Elbow: Semifleksi

    o Forearm: Supinasi

    o Wrist : Netral

    o Finger : Fleksi, menggenggam dengan

    thumb in

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    62/76

    58

    Upper Extremity Sinistra

    o Shoulder : Retraksi, adduksi, endorotasi

    o Elbow: Semifleksi

    o

    Forearm: Pronasi

    o Wrist: Fleksi

    o Fingers: Fleksi, mengenggam dengan thumb

    out

    - Ekstremitas bawah : menggunting

    Dengan kecenderungan posisi :

    Lower Extremity Billateral

    o

    Hip: Semifleksi, adduksi, endorotasi

    o Knee : Semifleksi

    o Ankle :Plantar fleksi, eversi

    o Toes: Fleksi

    9)

    Ke berdiri tidak bisa

    2.Spastisitas ada

    SkalaAshworth:

    1) Upper Extremity:

    - Dextra : 1+

    - Sinistra: 1+

    2) Lower Extremity:

    - Dextra :2

    - Sinistra : 2

    3.

    Tonus postural : Tinggi

    4.Ankle Clonustidak ada

    5.

    Tightnessada, pada :

    1) m. Illiopsoas billateral

    2) m. Achilles billateral

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    63/76

    59

    6.Pemeriksaan 7 refleks :

    1) ATNR (+) : 1

    2)

    Neck righting(-) : 0

    3)

    Ekstensor Thrust(-) : 0

    4) Moro(+) : 1

    5)

    STNR (-) : 0

    6) Parachute(-) : 1

    7) Foot Pacement(-) : 1 +

    Skor : 4 (nn : 0)

    Kesimpulan : Prognosis berjalan buruk.

    7. Fungsi bermain :

    Jenis permainan : Puzzle bentuk ember, kerincingan

    - Mengikuti sumber bunyi bisa

    -

    Mengikuti objek bisa

    - Meraih mainan tidak bisa

    - Menggenggam tidak bisa

    -

    Mengikuti perintah sederhana tidak bisa

    - Mengenal bentuk dan warna tidak bisa

    - Berhitung tidak bisa

    - Memainkan mainan sesuai fungsi tidak bisa

    Kesimpulan : Level bermain sesuai anak 4 bulan

    IV.

    PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN

    PENUNJANG

    1.

    BERA, Tanggal pemeriksaan 12 mei 2009

    Kesimpulan : Ambang dengar AS : 30 dB (normal)

    Ambang dengar AD : 40dB (abnormal)

    2.

    MATA, Tanggal pemeriksaan 11 juni 2011

    Kesimpulan : Konjungtiuitas OS

    Observasi cortical visual impairment

  • 5/19/2018 Penelitian Serebral Palsy

    64/76

    60

    3. Radiografi tanpa ko