pemberian obat chy

25
Tugas Kelompok KDM IV OLEH : NURUL HALFYANI NUR SUKMAWATY F. RISKA ANDRIANA RISNAWATI SMK KESEHATAN TERPADU SMK KESEHATAN TERPADU SMK KESEHATAN TERPADU SMK KESEHATAN TERPADU MEGA REZKY MAKASSAR 2009

Upload: causahrul

Post on 24-Jun-2015

1.996 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIAN OBAT Chy

Tugas Kelompok KDM IV

OLEH :

NURUL HALFYANI

NUR SUKMAWATY F.

RISKA ANDRIANA

RISNAWATI

SMK KESEHATAN TERPADUSMK KESEHATAN TERPADUSMK KESEHATAN TERPADUSMK KESEHATAN TERPADU

MEGA REZKY MAKASSAR

2009

Page 2: PEMBERIAN OBAT Chy

PEMBERIAN OBAT-OBATAN

A. PENTINGNYA PEMBERIAN OBAT DALAM KEPERAWATAN

Obat merupakan sebuah subastansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai

perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di

dalam tubuhnya. Seorang perawat yang akan bekerja secara langsung dalam pemenuhan

asuhan keperawatan sangat membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa

pengobatan. Mengingat tindakan yang bersifat dependen (kolaboratif), maka perawat

membutuhkan suatu peran tersendiri. Dalam pelaksanaan tugasnya, tenaga medis memiliki

tanggung jawab mengenai keamanan obat dan pemberian secara langsung kepada pasien.

Akan tetapi, kenyataannya di lapangan, pemberian obat yang merupakan peran dokter

dilakukan oleh perawat. Hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam

pengobatan dan juga sebagai bagian dari kolaborasi perawat dengan dokter.

Karena dituntut untuk memahami secara lebih jauh proses pengobatan, maka perawat

dianjurkan untuk mempelajari farmakologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang efek dari

obat sehingga diharapkan mampu mengevaluasi efek pengobatan.

Pada kehidupan sehari-hari, kita biasa mendengar beberapa istilah yang berhubungan

dengan obat, di antaranya: generik, yaitu nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan

lisensi dan belum diterima secara resmi; official, yaitu nama di bawah lisensi salah satu

publikasi resmi; chemikal, yaitu nama yang berasal dari susunan zat kimia, seperti obat

acetylsalicyic acid atau aspirin; nama dagang (trade mark), yaitu nama yang keluar sesuai

dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin, bufferin empirin

analgetis; dan lain-lain.

B. STANDAR OBAT

Sebaiknya obat yang akan digunakan memenuhi berbagai standar persyaratan obat, di

antaranya: kemurnian, yaitu bahwa obat mengandung unsur keaslian, tidak ada percampuran;

standar potensi yang baik; memiliki bioavailability, yaitu keseimbangan obat; adanya

keamanan; dan efektivitas. Kelima standar tersebut harus dimiliki agar menghasilkan efek

yang baik terhadap kepatenan obat sendiri.

Page 3: PEMBERIAN OBAT Chy

C. REAKSI OBAT

Sebagai bahan atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh, obat akan bekerja sesuai

dengan proses kimiawi. Salah satu reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh,

yaitu suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga

terjadi pengurangan konsentrasi obat (12� dari kadar puncak) dalam tubuh.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI OBAT

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi reaksi dari pengobatan di antaranya: absorpsi obat,

distribusi obat dalam tubuh, metabolism (biotransformasi) obat, dan ekskresi. Faktor-faktor

tersebut dapat dipelajari dalam ilmu farmakokinetik (sub-ilmu farmakologi).

1. Absorpsi obat

Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh melalui

aliran darah, kecuali jenis topical yang dipengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat,

jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.

2. Distribusi obat ke dalam tubuh

Setelah absorpsi, obat didistribusikan ke dalam tubuh melalui darah dan sistem limfatis

menuju sel dan masuk ke dalam jaringan tertentu. Proses ini dapat dipengaruhi oleh

keseimbangan cairan, elektrolit, dan keadaan patologis.

3. Metabolisme obat

Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses metabolism. Obat akan ikut

sirkulasi ke dalam jaringan kemudian berinteraksi dengan sel dan mengalami perubahan

zat kimia untuk kemudian diekskresikan.

4. Ekskresi sisa melalui obat

Setelah obat mengalami metabolism atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak

dapat dipakai dan tidak bereaksi. Sisa zat ini kemudian keluar melalui ginjal dalam

bentuk urine, intestinal dalam bentuk feses, dan paru dalam bentuk udara.

Page 4: PEMBERIAN OBAT Chy

Reaksi obat di dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada kalanya obat memiliki reaksi

yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat. Semuanya tergantung dari faktor-

faktor yang mempengaruhinya, di antaranya usia dan berat badan, jenis kelamin, faktor

genetis, faktor psikologis, kondisi patologis, waktu, cara pemberian, dan lingkungan.

Dalam perjalanannya, obat memiliki dua efek, yaitu efek terapeutik dan efek samping.

Efek terapeutik merupakan kesesuaian obat terhadap efek yang diharapkan sebagaimana

kandungan dalam obat, seperti paliatif (berefek mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek

pengobatan), suportif (berefek menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutive (berefek

sebagai pengganti), kemoterapi (berefek mematikan atau menghambat), restoratif (berefek

memulihkan fungsi tubuh). Efek samping merupakan dampak yang tidak diharapkan dari

obat, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan, seperti adanya

alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-

lain.

E. MASALAH DALAM PEMBERIAN OBAT DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Menolak pemberian obat

Jika pasien menolak pemberian obat, intervensi keperawatan pertama yang dapat

dilakukan adalah dengan menanyakan alasan pasien melakukan hal tersebut. Kemudian,

jelaskan kembali kepada pasien alasan pemberian obat. Jika pasien terus menolak

sebaiknya tunda pengobatan, laporkan ke dokter dan catat dalam pelaporan.

2. Integritas kulit terganggu

Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit, lakukan penundaan dalam

pengobatan, kemudian laporkan ke dokter dan catat ke dalam laporan.

3. Disorientasi dan bingung

Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat dengan cara melakukan

penundaan pengobatan. Jika pasien ragu, laporkan ke dokter dan catat ke dalam

pelaporan.

Page 5: PEMBERIAN OBAT Chy

4. Menelan obat bukal atau sublingual

Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien menelan obat bukal atau

sublingual, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut kepada dokter, untuk selanjutnya

dokter yang akan melakukan intervensi.

5. Alergi kulit

Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan sebanyak

mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam pelaporan.

F. CARA PEMBERIAN OBAT

Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya: oral,

parental, rectal, vaginal, kulit, mata, telinga, dan hidung, dengan menggunakan prinsip lima

tepat, yaitu tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian, dan

tepat waktu pemberian.

� Pemberian Obat Melalui Oral

Pemberian obat melalui oral merupakan pemberian obat melalui mulut dengan tujuan

mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan jenis obat.

Alat dan Bahan:

1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.

2. Obat dan tempatnya.

3. Air minum dalam tempatnya.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Baca aturan pakai yang tertera pada bungkus obat.

Page 6: PEMBERIAN OBAT Chy

4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:

• Apabila memberikan obat tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah

yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan

sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul, jangan dilepaskan

pembungkusnya.

• Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur

dengan minuman.

• Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan

pengkajian.

5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respons terhadap obat

dengan mencatat hasil pemberian obat.

6. Cuci tangan.

� Pemberian Obat Intrakutan

Pemberian obat intrakutan merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam

jaringan kulit, tujuannya adalah untuk melakukan tes terhadap reaksi alergi jenis obat

yang akan digunakan. Pemberian intrakutan pada dasarnya di bawah dermis atau

epidermis, secara umum pada daerah lengan bagian ventral.

Alat dan Bahan:

1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Spuit 1 cc / spuit insulin.

4. Kapas alkohol dalam tempatnya.

5. Cairan pelarut.

6. Bak steril dilapisi kasa steril (tempat spuit).

7. Bengkok.

8. Perlak dan alasnya.

Page 7: PEMBERIAN OBAT Chy

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan. Bila menggunakan baju lengan

panjang, buka dan gulung ke atas.

4. Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik.

5. Ambil obat yang akan diberikan, tes alergi, kemudian larutkan/encerkan dengan

aquades (cairan pelarut). Lalu, ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1

cc, dan siapkan pada bak injeksi atau steril.

6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan disuntik.

7. Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik.

8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat

pada permukaan kulit.

9. Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.

10. Tarik spuit dan jangan lakukan masase.

11. Catat reaksi pemberian.

12. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat, tanggal dan waktu, serta jenis obat.

Gambar Posisi Penusukan Intrakutan

Page 8: PEMBERIAN OBAT Chy

� Pemberian Obat Subkutan

Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke bawah kulit yang

dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah

luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat melalui

subkutan ini pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan

untuk mengontrol kadar gula darah. Dalam pemberian insulin terdapat dua tipe larutan,

yaitu larutan yang jernih dan larutan yang keruh. Larutan jernih adalah insulin tipe reaksi

cepat (insulin reguler) dan larutan keruh adalah tipe lambat karena adanya penambahan

protein yang memperlambat absorpsi obat.

Alat dan Bahan:

1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Spuit insulin.

4. Kapas alkohol dalam tempatnya.

5. Cairan pelarut.

6. Bak injeksi.

7. Bengkok.

8. Perlak dan alasnya.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan atau bebaskan suntikan dari pakaian.

Apabila menggunakan baju maka buka atau lipat ke atas.

4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan, setelah itu

tempatkan pada bak injeksi.

5. Desinfeksi dengan kapas alkohol.

6. Tegangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).

7. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat pada

permukaan kulit.

Page 9: PEMBERIAN OBAT Chy

8. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.

9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukkan spuit yang telah terpakai ke

dalam bengkok.

10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat.

11. Cuci tangan.

Gambar Letak Pemberian Subkutan

� Pemberian Obat Intravena Langsung

Pemberian obat intravena langsung adalah pemberian obat yang dilakukan melalui vena,

di antaranya vena mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena

jugularis (leher), dan vena frontalis/temporalis (kepala), serta bertujuan memberikan obat

dengan reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

Alat dan Bahan:

1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Spuit sesuai dengan jenis ukuran.

4. Kapas alkohol dalam tempatnya.

5. Cairan pelarut.

6. Bak injeksi.

7. Bengkok.

8. Perlak dan alasnya.

9. Karet pembendung (torniquet).

Page 10: PEMBERIAN OBAT Chy

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian. Apabila tertutup pakaian, buka

atau lipat pakaian ke atas.

4. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan diberikan.

Apabila obat berbentuk bubuk maka larutkan dengan pelarut (aquades steril).

5. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.

6. Tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.

7. Desinfeksi dengan kapas alkohol.

8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah

yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan

atau bending di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan.

9. Ambil spuit yang telah ada obatnya.

10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke

pembuluh darah.

11. Lakukan aspirasi. Bila sudah ada darah, lepaskan karet pembendung dan langsung

semprotkan obat hingga habis.

12. Setelah selesai, ambil spuit dengan menarik dan melakukan penekanan pada daerah

penusukan dengan kapas alkohol. Letakkan spuit yang telah digunakan ke dalam

bengkok.

13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis obat.

14. Cuci tangan.

Gambar Pemberian Injeksi Intravena Secara Langsung

Page 11: PEMBERIAN OBAT Chy

� Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan Intravena

Pemberian obat melalui wadah cairan intravena merupakan cara memberikan obat dengan

menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena yang bertujuan

untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.

Alat dan Bahan:

1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Wadah cairan (kantong/botol).

4. Kapas alkohol.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.

5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menmbus bagian

tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong/wadah cairan.

7. Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan kantong cairan

secara perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.

8. Periksa kecepatan infus.

9. Cuci tangan.

10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

� Pemberian Obat Melalui Selang Intravena

Alat dan Bahan:

1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Selang intravena.

4. Kapas alkohol.

Page 12: PEMBERIAN OBAT Chy

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.

4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena.

5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran.

6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian

tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.

7. Setelah selesai takik spuit.

8. Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat.

9. Cuci tangan.

10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.

� Pemberian Obat Intramuskular

Pemberian obat intramuskular dilakukan dengan cara memasukkan obat ke dalam

jaringan otot. Lokasi penyuntikan adalah pada daerah paha (vastus lateralis),

ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisis tengkurap), atau lengan atas

(deltoid). Tujuan pemberian obat dengan cara ini adalah agar absorpsi obat lebih cepat.

Alat dan Bahan:

1. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.

2. Obat dalam tempatnya.

3. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran: dewasa 2,5-3,75 cm dan anak - anak

1,25-2,5 cm.

4. Kapas alkohol dalam tempatnya.

5. Cairan pelarut.

6. Bak injeksi.

7. Bengkok.

Page 13: PEMBERIAN OBAT Chy

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, setelah itu

letakkan pada bak injeksi.

4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan).

5. Desinfeksi dengan kapas alkohol tempat yang akan dilakukan penyuntikan.

6. Lakukan penyuntikan:

• Pada daerah paha (vestus lateralis), anjurkan pasien untuk berbaring terlentang

dengan lutut sedikit fleksi.

• Pada ventrogluteal, anjurkan pasien untuk miring, tengkurap, atau terlentang

dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam

keadaan fleksi.

• Pada daerah dorso gluteal, anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut diputar

ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan

diletakkan di depan tungkai bawah.

• Pada daerah deltoid (lengan atas), anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring

mendatar dengan lengan atas fleksi.

7. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.

8. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, semprotkan obat

secara perlahan hingga habis.

9. Setelah selesai, ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan

dengan kapas alkohol, kemudian letakkan spuit yang telah digunakan pada bengkok.

10. Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian.

11. Cuci tangan.

Gambar Daerah Deltoid

Page 14: PEMBERIAN OBAT Chy

� Pemberian Obat Melalui Anus/Rektum

Pemberian obat melalui anus/rektum dilakukan dengan cara memasukkan obat melalui

anus atau rektum, bertujuan memberikan efek lokal dan sistematik. Tindakan pengobatan

ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi

obat, menjadikan lunak pada daerah feses, dan merangsang buang air besar.

Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal adalah pada obat dulcolac

supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defeakksi dan contoh efek

sistemik adalah pada obat aminofilin supositoria yang berfungsi mendilatasi bronkhus.

Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rektal yang melewati sfingter

ani interna. Kontra indikasi terjadi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.

Alat dan Bahan:

1. Obat supositoria dalam tempatnya.

2. Sarung tangan.

3. Kain kasa.

4. Vaselin/pelican/pelumas.

5. Kertas tisu.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Gunakan sarung tangan.

4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.

5. Oleskan pelican pada ujung obat supositoria.

6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan supositoria dengan

perlahan melalui anus, sfingter anal interna, dan mengenai dinding rektal kurang lebih

10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi atau anak.

7. Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.

8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5

menit.

9. Lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.

Page 15: PEMBERIAN OBAT Chy

10. Cuci tangan.

11. Catat obat, jumlah/dosis, dan cara pemberian.

Gambar Posisi Pemberian Obat Melalui Rektum

� Pemberian Obat Melalui Vagina

Pemberian obat yang dilakukan dengan memasukkan obat melalui vagina bertujuan untuk

mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini

tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi

lokal.

Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya.

2. Sarung tangan.

3. Kain kasa.

4. Kertas tisu.

5. Kapas sublimat dalam tempatnya.

6. Pengalas.

7. Korentang dalam tempatnya.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Gunakan sarung tangan.

4. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.

5. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.

6. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.

Page 16: PEMBERIAN OBAT Chy

7. Apabila jenis obat supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada

obat.

8. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding

kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.

9. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orificium dan labia dengan tisu.

10. Anjurkan pasien untuk tetap pada posisinya selama kurang 10 menit agar obat

bereaksi.

11. Cuci tangan.

12. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

Apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim

yang tertera pada kemasan, regangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang

lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan

nomor 8,9,10,11.

Gambar Posisi Cara Pemberian Obat Melalui Vagina

� Pemberian Obat Topical

� Pada Kulit

Pemberian obat yang dilakukan pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi,

melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit atau mengatasii infeksi. Obat

kulit terdiri atas bermacam-macam, yaitu krim, losion, aerosol, dan sprei.

Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosol, sprei).

2. Pinset anatomis.

3. Kain kasa.

Page 17: PEMBERIAN OBAT Chy

4. Kertas tisu.

5. Balutan.

6. Pengalas.

7. Air sabun, air hangat.

8. Sarung tangan.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskaan prosedur yang akan dilakukan.

3. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilkukan tindakan.

4. Gunakan sarung tangan.

5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit

mengeras) dan gunakan pinset anatomis.

6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau

mengompres.

7. Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.

8. Cuci tangan.

� Pada Mata

Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau

mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan

dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara

mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,

kemudian dapat juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.

2. Pipet.

3. Pinset anatomi dalam tempatnya.

4. Korentang dalam tempatnya.

5. Plester.

Page 18: PEMBERIAN OBAT Chy

6. Kain kasa.

7. Kertas tisu.

8. Balutan.

9. Sarung tangan.

10. Air hangat/kapas pelembab.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping

kanan.

4. Gunakan sarung tangan.

5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke

arah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.

6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari

telunjuk di atas tulang orbita.

7. Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva. Setelah tetesan selesai sesuai

dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan.

8. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata

kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata

bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara

bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien

untuk memejamkan mata dan menggerakkan kelopak mata.

9. Tutup mata dengan kasa bila perlu.

10. Cuci tangan.

11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.

Gambar Pemberian Obat Melalui Mata

Page 19: PEMBERIAN OBAT Chy

� Pada Telinga

Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau

salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga,

khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna), dan dapat berupa obat antibiotik.

Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya.

2. Penetes.

3. Spekulum telinga.

4. Pinset anatomi dalam tempatnya.

5. Korentang dalam tempatnya.

6. Plester.

7. Kain kasa.

8. Kertas tisu.

9. Balutan.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan

daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien di atas.

4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/ke belakang (pada

orang dewasa), ke bawah pada anak.

5. Apabila obat berupa tetes, maka teteskan obat pada dinding saluran untuk

mencegah terhalang oleh gelembung udara, dengan jumlah tetesan sesuai dosis.

6. Apabila obat berupa salep, maka ambil kapas lidi dan oleskan salep kemudian

masukkan atau oleskan pada liang telinga.

7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit.

8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester jika diperlukan.

9. Cuci tangan.

10. Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.

Page 20: PEMBERIAN OBAT Chy

� Pada Hidung

Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang

dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.

Alat dan Bahan:

1. Obat dalam tempatnya.

2. Pipet.

3. Spekulum hidung.

4. Pinset anatomi dalam tempatnya.

5. Korentang dalam tempatnya.

6. Plester.

7. Kain kasa.

8. Kertas tisu.

9. Balutan.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur posisi pasien dengan cara:

• Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.

• Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.

• Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.

4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis).

5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit.

6. Cuci tangan.

7. Catat, cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.

Gambar Pemberian Obat Melalui Hidung

Page 21: PEMBERIAN OBAT Chy

G. JENIS – JENIS OBAT

� Obat paten : obat dengan nama dagang dan menggunakn nama yang merupakan milik

produsen obat yang bersangkutan atau yang memproduksinya.

� Obat generic : obat yang mempunyai zat berkhasiat sesuai yang tercantum dalm buku

farmakope Indonesia atau buku resmi lainnya seperti INN (International Non

Proprietary Names)

� Obat anestesi umum

Obat Penggunaan dan Informasi Lain

Inhalasi cairan

Eter

Cairan berbau khas, mudah terbakar, efek kardiovaskuler dan

hati lebih ringan, waktu induksi lambat. Khasiat anestetik tak

kuat, relaksan otot baik. Dosis 6-7% tercampur udara dengan

sistem terbuka atau tertutup.

ESO: merangsang mukosa saluran napas, kerja lambat, recovery

tak enak

Kontra indikasi: penyakit hati, ginjal dan DM. Ekskresi obat

paling banyak melalui paru-paru.

Vinyl Eter Cairan tak berwarna, berbau seperti eter, mudah rusak maka

harus ditutup rapat, sekali terbuka harus terpakai dalam 24 jam.

Daya anestesi 7 kali lebih kuat dari Eter. Cara pemberian sistem

terbuka, tak dapat digunakan untuk operasi lebih dari 1 jam

karena dapat merusak hati dan hipoksia.

Halotan

(Fluothan)

Sifatnya sama dengan kloroform, khasiat 4 x eter, 2 x kloroform.

Waktu induksi cepat dan nyaman, pemulihan cepat, relaksasi

baik tetap menurunkan tekanan darah, curah jantung,

menurunkan reflek baroreseptor dan bronkodilator mulai

kerjanya cepat, pemulihannya juga cepat, sering dipakai untuk

anestesi bedah thorax. Tidak digunakan untuk bedah obstetric.

Pada pernapasan terjadi penurunan control ventilasi volume

tidal, frekuensi pernapasan, respon terhadap CO2 dan hipoksia.

Terjadi bronkodilatasi kuat.

ESO: hapatotoksis, dan eso lain ringan.

Kontra indikasi: penyakit hati berat.

Metoksifluran Waktu induksi lambat, menimbulkan hipotensi.

Kontra indikasi: gangguan ginjal.

Enfluran

(Ethrane)

Sama dengan metoksfluran, waktu induksi cepat, Efek pada

kardiovaskuler: depresi miokardium kuat, penurunan curah

jantung dan resistensi vaskuler sistemik, memperlambat

frekuensi jantung. Indeks terapi lebar, kecuali toksisitas ginjal.

Isofluran Efek minimal pada kardiovaskuler, meningkatkan sedikit

frekuensi jantung, meningkatkan tekanan atrium kanan menekan

fungsi miokardium, menurunkan resistensi vaskuler sistemik,

tetapi sering menimbulkan distres pernapasan. Waktu induksi

cepat.

Page 22: PEMBERIAN OBAT Chy

Trikloretilen

(Trilene)

Cairan tak berwarna, baud an rasa seperti kloroform. Mulai kerja

lama, relaksasinya tak lengkap, pemulihan lambat dengan

muntah-muntah. Hanya digunakan untuk pembedahan kecil.

Penyimpanan harus pada tempat bebas cahaya, udara dan panas.

Hati-hati penggunaan pada penyakit hati dan jantung.

Kloroform

(CHC12)

Cairan tak berwarna, bau khas rasa kemanisan, pedas tak dapat

terbakar. Toksis terhadap jantung dan hati, sekarang jarang

digunakan.

Inhalasi gas

Nitrous Oksida

(gas gelak)

Gas berbau tak khas, rasa kemanis-manisan, berat 1,5 x udara.

Tidak merangsang, tak dapat dibakar, masa eksitasi ditandai

dengan tertawa-tawa. Khasiat anestetik lemah, analgetiknya kuat.

Waktu induksi sangat cepat, pemulihan cepat, efek minimal pada

kardiovaskuler. Diberikan bersama oksigen (20%) semi terbuka.

Siklopropan Waktu induksi sangat cepat, mudah terbakar dan meledak

Kloretil

(Chlorethyl)

Pada suhu dan tekanan biasa berupa gas, pada tekanan lebih

ringan berupa cairan tak berwarna, mudah menyala. Bau seperti

eter, pedas. Banyak digunakan untuk anestesi lokal pada

pembedahan kecil, karena toksis terhadap hati dan jantung. Obat

ini mempunyai titik didih rendah (12 derajat Celsius), maka

apabila disemprotkan pada kulit akan timbul rasa dingin hebat,

dan terjadi anestesi lokal untuk beberapa waktu.

Intra Vena

Natrium

Tiopental

(pentothal,

kemithal,

heksobarbital)

Merupakan barbiturat intra vena yang berkhasiat anestetik.

Digunakan untuk induksi anestesi umum, waktu induksi cepat.

Dapat terjadi gemetar dan tremor pada pasien. Hati-hati potensial

menekan pernapasan, menurunkan tekanan intra cranial.

Menurunkan curah jantung 10-20%, dan menurunkan tekanan

darah.

ESO: hipotensi, takikardi, depresi pernapasan, bronco spasme,

anafilaktik. Obat ini berkhasiat juga hipnotik, tetapi khasiat

analgesi dan relaksanya tak kuat, maka sering digunakan untuk

pembedahan kecil.

Kontraindikasi: pasien gangguan sirkulasi dan hipertensi.

Natrium Tiamilal Waktu induksi cepat, sering digunakan untuk induksi anestesi

umum.

Droperidol Sering dikombinasi cepat, sering digunakan untuk induksi

anastesi umum.

Etomidat Untuk pembedahan singkat, atau induksi anastesi umum, atau

pemeliharaan anestesi. Waktu induksi cepat. Serupa barbiturat,

depresi kardiovaskuler minimal.

ESO: Muntah post anestesi.

Page 23: PEMBERIAN OBAT Chy

Ketamin (ketalar) Efek analgetik kuat walau dalam dosis rendah, toleransi jaringan

baik, sehigga dapat diberikan IM maupun IV, tak menimbulkan

hipotensi, baik untuk pasien anak, rentan dan penderita asma.

Berkhasiat analgesi, amnesia, dan hipnotik.

Digunakan untuk anestesi luka bakar, radioterapi, fungsi sumsum

tulang, ortopedik minor, pembedahan singkat atau induksi

anestesi umum. Dapat meningkatkan salvias, tekanan darah dan

denyut jantung, konsumsi O2 miokard dan otak waktu induksi

cepat.

ESO: peningkatan sekresi oral, mimpi buruk, halusinasi,

peningkatan tekanan intra okuler dan intra cranial, peningkatan

tekanan darah, halusinasi pada fase sadar, mual, muntah,

anoreksi, dan nyeri tempat suntikan.

Kontra indikasi: pasien skizofrenia, hipertensi, CVA, gagal

jantung, peningkatan tekanan intra kranial karena cedera atau

tumor, kenaikan tekanan intraokuli. Diberikan IV, dengan efek

terlihat setelah 3-5 mnt, lama kerja 25 mnt. Dosis 6-8 mg/kg bb.

Suntikan IM efek setelah 1-2 menit, lama kerja 5-10 mnt. Dosis

IM: 1-2 mg/Kg bb.

Propofol Efek 2 x lebih kuat dari Tiopental. Menimbulkan bradikardi dan

penurunan tekanan darah 15-30%, penurunan konsumsi O2 dan

aliran darah miokard.

ESO: nyeri saat suntik, stimulasi SSP, depresi kardiovaskuler

berat dasn hipovolemik pada pasien tua.

Siklopropan Gas tak berwarna, bau dan rasa kemanis-manisan, tak

merangsang, lebih berat dari udara. Khasiat kuat, kerjanya cepat,

pemulihan cepat, sering melompati tahap eksitasi sehingga

berbahaya. Dalam konsentrasi tertentu obat mudah menyala

bersama oksigen.

ESO: Ventrikel ekstra sistol, takikardi karena sensitisasi

Norepinefrin.

H. PENGGOLONGAN OBAT

• Obat bebas : obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter.

• Obat bebas terbatas : obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter dengan ketentuan

atau batas dosis yang yang telah ditentukan.

• Obat keras : obat yang didaftarkan sebagai obat berbahaya yang dapat dibeli hanya

dengan menggunakan resep dokter di Apotik.

Page 24: PEMBERIAN OBAT Chy

• Obat narkotika : obat yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

• Obat psikotropik : obat keras tetapi bukan narkotika yang bekhasiat pengaruh selektif

pada SSP yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.

• Obat trdisional : obat/bahan yang diambil dari bahan alami di olah secara sederhana

dan digunakan berdasarkan pengalaman.

• Obat inhalasi cairan eter :cairan berbau khas,mudah terbakar, efek kadiovaskuler dan

hati lebih ringan, waktu induksi lambat. Khasiat anastetik tak kuat, relaksan otot baik.

Dosis 6-7 % tercampur udarah dengan system terbuka atau tertutup.

Page 25: PEMBERIAN OBAT Chy

DAFTAR PUSTAKA

Foster, PC dan Bennett, AM., 1995, Dorothea E onem, Nursing Theories, the Base for

Professional Nursing Practice, 4th

edition, Norwalk, Connecticut: Appleton & Lange.

La Rocca, Joanne, 1993, Pocket Guide to Intravenous Therapy, 2nd

edition, Mosby Year

Book, Inc.

Morison, MJ., 1992, A Colour Guide to the Nursing Management of Wounds, alih bahasa

Monica Ester, Jakarta: EGC.

Perry, Anne Grifin, 1994, Pocket Guide to Basic Skills and Procedures, 3rd

edition, Mosby

Year Book.

Taylor, C et al., 1997, Fundamental of Nursing the Art and Science of Nursing Care 3rd

edition, Philadelphia: Lippincott.