paranasal sinus

27
1. Anatomi Rongga hidung atau cavum nasi berbentuk terowongan dipisahkan kiri dan kanan oleh septum nasi. Pintu masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior atau koana yang menghubungan dengan nasofaring. Tiap cavum nasi mempunyai 4 buah dinding : 1. Dinding medial hidung : septum nasi 2. Dinding lateral hidung : konka (inferior yang paling bawah dan terbesar, medial yang lebih kecil dan Meatus inferior Meatus media Meatus superi

Upload: satrio-adi-nugroho

Post on 03-Jul-2015

660 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paranasal Sinus

1. Anatomi

Rongga hidung atau cavum nasi berbentuk terowongan dipisahkan kiri dan kanan oleh

septum nasi. Pintu masuk cavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan lubang

belakang disebut nares posterior atau koana yang menghubungan dengan nasofaring.

Tiap cavum nasi mempunyai 4 buah dinding :

1. Dinding medial hidung : septum nasi

2. Dinding lateral hidung : konka (inferior yang paling bawah dan terbesar,

medial yang lebih kecil dan superior yang lebih kecil lagi).

Di antara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga kecil yang disebut

meatus. Juga ada 3 meatus yang ditentukan berdasarkan letaknya :

a. meatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung dan

dinding lateral rongga hidung yang merupakan muara dari duktus

Meatus inferior

Meatus media

Meatus superior

Page 2: Paranasal Sinus

nasolakrimalis

b. meatus media terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga

hidung yang merupakan muara dari sinus frontal, maksilaris dan etmoid

anterior ( kelompok sinus anterior)

c. meatus superior merupakan ruang di antara konka media dan superior yang

merupakan muara dari sinus etmoid posterior dan sphenoid ( kelompok sinus

posterior).

3. Dinding inferior adalah dasar rongga hidung yang dibentuk oleh os maksila

dan os palatum.

4. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh lamina

kribriformis yang memisahkan rongga tengkorak dan rongga hidung, tempat

masuknya serabut saraf olfaktorius.

Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral hidung yang

dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi pentingnya adalah :

processus uncinatus, infundibulum ethmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger

nasi dan resesus frontal. KOM merupakan unit fungsional yang merupakan tempat

ventilasi dan drainase dari sinus yang letaknya anterior (maksila, frontalis, ethmoid

anterior). Jika terjadi obstruksi pada celah sempit ini maka akan terjadi perubahan

patologis yang signifikan pada sinus yang terkait.

Page 3: Paranasal Sinus
Page 4: Paranasal Sinus

Paranasal sinus merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala sehingga

terbentuk rongga di dalam tulang. Rongga tersebut berisi udara dan dilapisi oleh

mukosa bersilia dan palut lendir. Pada keadaan normal sinus tidak mengandung

organisme atau bakteri. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk

mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya pada rongga hidung mengikuti jalur

pola yang telah ditentukan. Jadi mucus tersebut dapat dikeluarkan dan udara dapat

bersirkulasi dengan baik.

Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transpot mukosiliar sinus. Lendir yang

berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid

dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba eustacius. Lendir yang berasal dari sinus

posterior bergabung di resesus sfenoetmoidalis dialirkan ke nasofaring di posterior-

superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati post nasal drip tetapi

belum tentu ada sekret di tenggorokan.

Fungsi:

Sebagai pengatur kondisi udara

Sebagai penahan suhu

Membantu keseimbangan kepala

Membantu resonansi suara

Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Membantu produksi mucus

1. Sinus frontal : terletak pada tulang frontal, biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus

berlekuk –lekuk. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang tipis dari orbita dan fossa

cerebri sehingga infeksi akan mudah menyebar ke daerah ini. Persarafan adalah

dengan nervus supraorbital (V1)

Page 5: Paranasal Sinus

2. Sinus maksilaris adalah sinus paranasal terbesar. Dengan batas-batas: superior

dasar orbit, inferior = prosesus alveolaris dan palatum, anterior = permukaan facial os

maksila, posterior : permukaan infra temporal maksila, medial = dinding lat dari

rongga hidung. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus

dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum ethmoid.

a. sinus maksilaris sangat berdekatan dengan akar gigi (P1,P2, M1,M2) sehingga

infeksi gigi geligi mudah naik ke atas disebut sinusits dentogen

b. sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita

c. pembukaan sinus maksila ini terletak lebih tinggi daripada dasar sinus,

sehingga drainase hanya tergantung gerak cilia dan juga hanya melalui

infundibulum yang sempit. Pembengkakan pada daerah iniakibat radang atau

alergi dapat menghalangi drainase sinus maksila dan bisa terinfeksi lebih

mudah = sinusitis

Suplai darah : arteri superior alveolar (arteri maksilaris) Persarafan = cabang dari

nervus anterior/ middle / posterior alveolar superior (V2)

3. Sinus Etmoidal yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap penting karena

merupakan focus infeksi bagi sinus lainnya. Sinus ini berongga-rongga terdiri dari sel-

sel yang menyerupai sarang tawon yang terletak di dalam massa bagian lateral os

etmoid, antara konka media dan dinding medial orbita. Dibagi menjadi sinus etmoid

anterior dan posterior.

Di bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit yang disebut resesus

frontal yang berhubungan dengan sinus frontal dan pembengkakan pada daerah ini

dapat menyebabkan sinusitis frontalis. Set etmoid yang terbesar disebut bula etmoid

juga di daerah ini ada penyempitan yang disebut infundibulum tempat bermuaranya

ostium sinus maksila dan pembengkakannya dapat menyebabkan sinusitis maksila.

Batas-batas : atap = lamina kribosa, lateral = lamina papirasea yang sangat tipis dan

membatasi sinus etmoid dari rongga orbita, posterior = sinus sfenoid.

Persarafan adalah nervus anterior/posterior etmoid cabang dari C1

4. Sphenoid : sinus terletak di tulang sphenoid, bagian dari atap rongga hidung adalah

atap rongga hidung pada bagian ni lemah. Jika rusak dalam perkelahian, dapat

menyebabkan kebocoran isi sinus atau bahkan CSF keluar dari hidung. Persarafan

adalah nervus ethmoidal posterior.

Page 6: Paranasal Sinus

2. Fisiologi

Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara

sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang

akan terdesak.

- Sebagai pengatur udara (air conditioning).

- Peringan cranium.

- Resonansi suara.

- Membantu produksi mukus.

3. Definisi

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi

virus,bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus

yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat

akut (berlangsung selama 4 minggu atau kurang) , subakut 4 minggu- 3 bulan maupun

kronis (berlangsung selama lebih dari 3 bulan tetapi dapat berlanjut sampai berbulan

bulan)

4. Epidemiologi

Prevalensi sinusitis tinggi di masyarakat. Di bagian THT RSCM Jakarta, pada

tahun 2008 didapatkan sata sekitar 25% pasien dengan ISPA menderita sinusitis

maksila akut, dan pada sub bagian Rinologi didapatkan ata dari sekitar 496 penderita

rawat jalan, 249 orang terkena sinusitis (50%). Di Amerika Serikat diperkirakan 0,5%

dari infeksi saluran napas atas karena virus dapat menyebabkan sinusitis akut.

Sinusitis kronis mengenai hampir 31 juta rakyat Amerika Serikat.

5. Etiologi

Penyebab sinusitis tergantung dari klasifikasi sinusitis yaitu akut dan kronis.

Penyebab sinusitis akut :

- rinitis akut ( alergi, hormonal, vasomotor )

- infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut

Page 7: Paranasal Sinus

- infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)

Infeksinya sering disebabkan :

Infeksi virus.

Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan

bagian atas (misalnya pilek).

Bakteri.

Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan

normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase

dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang

sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam

sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut. Penyebab paling sering adalah

Streptococcus pneumoniae (30-50%), Haemophilus influenzae (20-40%),

moraxella cataralis (5%) pada anak lebih banyak ditemukan.(20%).

Infeksi jamur.

Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut.

Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita

gangguan sistem kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur

merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.

- kelainan hidung ( septum deviasi, polip hidung, hipertrofi konka, sumbatan

KOM)

- berenang dan menyelam

- trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal

- barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa

- penyakit tertentu : imunologik, diskinesia silia seperti pada sindrom Katagener,

fibrosis kistik ( kelainan sekresi lendir)

Penyebab sinusitis kronis :

Page 8: Paranasal Sinus

- polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa

hidung

- alergi dan defisiensi imunologi juga dapat menyebabkan perubahan mukosa

hidung

- infeksi bakteri biasanya gram negatif dan anaerob.

- obstruksi osteomeatal complex

- kelainan anatomi

6. Patologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran

klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus

juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai

pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.

Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa

yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak

dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif

didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan

drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang

dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila

tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang

poten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi

purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik.

Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan

bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan

kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista

Sinusitis & Gangguan Sistem Kekebalan

Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol atau penderita gangguan sistem

kekebalan, jamur bisa menyebabkan sinusitis yang berat dan bahkan berakibat

fatal.Mukormikosis (fikomikosis) adalah suatu infeksi jamur yang bisa terjadi pada

penderita diabetes yang tidak terkontrol. Pada rongga hidung terdapat jaringan mati

Page 9: Paranasal Sinus

yang berwarna hitam dan menyumbat aliran darah ke otak sehingga terjadi gejala-

gejala neurologis (misalnya sakit kepala dan kebutaan). Diagnosis ditegakkan

berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap jaringan yang mati tersebut.

Pengobatannya meliputi pengendalian diabetes dan pemberian obat anti-jamur

amfoterisin B secara intravena (melalui pembuluh darah).

Aspergillosis dan kandidiasis merupakan infeksi jamur pada sinus yang bisa berakibat

fatal pada penderita gangguan sistem kekebalan akibat terapi anti-kanker atau

penyakit (misalnya leukemia, limfoma, mieloma multipel atau AIDS). Pada

aspergillosis, di dalam hidung dan sinus terbentuk polip.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap polip. Pengobatannya

berupa pembedahan sinus dan pemberian amfoterisin B intravena.

7. Gejala dan Tanda

Gejala klinis sinusitis akut ( diderita sampai dengan 4 minggu)

1. Hidung tersumbat

2. Nyeri / rasa tekanan pada daerah sinus

3. Ingus yang purulen yang sering kali turun ke tenggorok ( post nasal drip)

4. Demam dan lesu

5. Adanya reffered pain

Sinusitis maksila adanya nyeri pada pipi kadang ada nyeri alih ke telinga dan gigi

Sinusitis ethmoid adanya nyeri di antara bola mata atau di belakang bola mata

Sinusitis frontal adanya nyeri pada dahi atau seluruh kepala

Sinusitis sphenoid adanya nyeri di verteks, oksipital, belakang bola mata dan

daerah mastoid

6. Sakit kepala

7. Hiposmia / anosmia

8. Halitosis atau bau mulut

9. Post nasal drip yang dapat menyebabkan batuk dan sesak nafas pada anak

Pada anak juga didapatkan gejala

1. Infeksi saluran nafas atas yang mulai membaik tetapi kemudian memburuk

2. Demam tinggi yang diikuti oleh sekret hidung yang makin kental minimal 3

hari

Page 10: Paranasal Sinus

3. Sekret dari hidung dengan atau tanpa batuk yang tetap ada setelah 10 hari dan

tidak membaik.

Gelaja sinusitis kronis ( diderita lebih dari 3 bulan) tidak khas dan lebih ringan

sehingga kadang sulit didiagnosis , kadang hanya 1 atau 2 gejala di bawah ini :

1. Sakit kepala kronik

2. Post nasal drip

3. Batuk kronik

4. Gangguan tenggorokan

5. Gangguan telinga akibat sumbatan kronik tuba eustachius

6. Gangguan pada paru seperti bronchitis, bronkiektasis dan asma

7. Pada anak mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gasteroenteritis

8. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Untuk mengetahui adanya kelainan pada sinus paranasal dilakukan inspeksi dari luar,

palpasi, rinoskopi anterior, rinoskopi posterior, transiluminasi, pemeriksaan radiologic

dan sinoskopi.

Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Yang diperhatikan ialah adanya pembekakan pada muka. Pembengkakan di pipi

sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerah-merahan mungkin menunjukan

sinus maksila akut. Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin menunjukkan

sinusitis frontal akut.

Sinus etmoid akut jarang menyebabkan pembengkakan di luar, kecuali bila telah

terbentuk abses.

Palpasi

Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya sinusitis maksila.

Pada sinusitis frontal terdapat nyeri tekan di dasar sinus frontal, yaitu pada bagian

medial atap orbita. Sinusitis etmoid menyebabkan rasa nyeri tekan di daerah kantus

medius.

Transiluminasi

Page 11: Paranasal Sinus

Transiluminasi mempunyai manfaat yang terbatas, hanya dapat dipakai untuk

memeriksa sinus maksila dan sinus frontal, bila fasilitas pemeriksaan radiologik tidak

tersedia. Bila pada pemeriksaan transiluminasi tampak gelap di daerah infraorbita,

mungkin berarti antrum terisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat

neoplasma di dalam antrum.

Bila terdapat kista yang besar di dalam sinus maksila, akan tampak terang pada

pemeriksaan transiluminasi, sedangkan pada foto rontgen tampak adanya

perselubungan berbatas tegas di dalam sinus maksila.

Transiluminasi pada sinus frontal hasilnya lebih meragukan. Besar dan bentuk kedua

sinus ini seringkali tidak sama. Gambaran yang terang berarti sinus berkembang

dengan baik dan normal, sedangkan gambaran yang gelap mungkin berarti sinusitis

atau hanya menunjukkan sinus yang tidak berkembang.

Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pencitraan

Dengan foto kepala posisi Water’s, PA, dan lateral, akan terlihat

perselubungan atau penebalan mukosa atau air-fluid level pada sinus yang

sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis.

2. Sinoskopi

Pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan endoskop. Endoskop

dimasukkan melalui lubang yang dibuat di meatus inferior atau di fosa kanina.

Dengan sinoskopi dapat dilihat keadaan di dalam sinus, apakah ada sekret,

polip, jaringan granulasi, massa tumor dan kista, bagaimana keadaan mukosa

dan apakah ostiumnya terbuka.

3. Kultur

Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme

penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus

medius, meatus superior, atau aspirasi sinus.

4. Rontgen gigi

Dilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum.

9. Penatalaksanaan

Page 12: Paranasal Sinus

Tujuan terapi adalah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan

mencegah perubahan menjadi kronik dengan prinsip pengobatan adalah membuka

sumbatan di KOM sehinga drainase dan ventilasi sinus pulih secara alami.

Sinusitis akut

Untuk sinusitis akut biasanya diberikan:

Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan

Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri

Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.

Mukolitik

Steroid oral atau topical

Pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan(diatermi)

Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh

dipakai selama waktu yang terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa

menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung).

Untuk mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat

semprot hidung yang mengandung steroid.

Untuk sinusitis yang disebabkan oleh infeksi virus, tidak ada pengobatan antibiotik

diperlukan. Sering dianjurkan perawatan termasuk pengobatan nyeri dan demam

(seperti acetaminophen, dekongestan dan mucolytics)

Infeksi bakteri pada sinus dicurigai ketika terdapat nyeri wajah, cairan hidung

menyerupai nanah, dan gejala menetap selama lebih dari seminggu dan tidak berespon

terhadap obat-obat OTC hidung. Infeksi sinus bakteri akut biasanya diterapi dengan

antibiotik yang bertujuan untuk mengobati bakteri yang paling umum diketahui

menyebabkan infeksi sinus, karena tidak biasa untuk bisa mendapatkan bahan kultur

tanpa aspirasi sinus. Lima bakteri yang umumnya menyebabkan infeksi sinus adalah

Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis,

Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes. Antibiotik untuk pengobatan

infeksi sinus yang efektif harus mampu membunuh jenis bakteri penyebab tersebut di

atas. Meskipun amoxicillin adalah antibiotik pertama yang diterima untuk infeksi

sinus akut tanpa komplikasi, banyak dokter memilih kombinasi amoksisilin-

Page 13: Paranasal Sinus

klavulanat sebagai obat lini pertama untuk pengobatan infeksi bakteri sinus karena

biasanya kombinasi obat ini efektif terhadap sebagian besar spesies dan strain bakteri

penyebab penyakit. Biasa juga digunalakan antibiotik golongan cephalosporin.

Antibiotik diberikan selama 10-14 hari walaupun gejala klinis sudah hilang.

Dekongestan (pseudoefedrin) dan mucolytics secara oral mungkin dapat membantu

dalam membantu drainase infeksi sinus.

Perlakuan bentuk kronis dari infeksi sinus memerlukan pengobatan yang lebih lama,

dan mungkin memerlukan prosedur drainase sinus. Drainase ini biasanya memerlukan

operasi bedah untuk membuka sinus. Antihistamin harus dihindari kecuali jika infeksi

sinusitis sinus karena alergi, seperti dari serbuk sari, bulu, atau penyebab lingkungan

lainnya. Antihistamin tidak rutin diberikan karena difat antikolinergiknya dapat

menyebabkan secret jadi lebih kental biasa diberikan antihistamin generasi 2

Sangat mungkin bahwa penggunaan steroid topikal nasal spray akan membantu

mengurangi pembengkakan pada individu alergi tanpa pengeringan yang disebabkan

oleh penggunaan antihistamin meskipun keduanya kadang-kadang digunakan.

Pada banyak orang, sinusitis alergi muncul pertama, dan kemudian diikuti infeksi

bakteri. Untuk individu, pengobatan dini sinusitis alergi dapat mencegah

perkembangan bakteri sinusitis sekunder.

Antihistamin  adalah  antagonis  reseptor  H1  yang  akan  menghalangibersatunya

histamin dengan reseptor H1 yang terdapat di ujung saraf danepitel  kelenjar

pada  mukosa  hidung.  Akhir-akhir  ini  antihistamindidefenisikan sebagai inverse

H1-receptor agonists yang menstabilkanreseptor H1 yang inaktif sehingga

aktifasi oleh histamine dapat dicegah.Dengan demikian obat ini efektif untuk

menghilangkan gejala rinore dan bersin sebagai akibat dilepaskannnya histamin pada

RA.

Antihistamin lama (generasi pertama) sudah terbukti secara klinis

sangatefektif mengurangi gejala bersin dan rinorea akan tetapi mempunyai

efek samping yang kurang menguntungkan yaitu menyebabkan efek

mengantuk ka rena oba t t e r s ebu t masuk ke pe r eda ran da rah o t ak .

Page 14: Paranasal Sinus

Secara klinis antihistamin generasi ini sangat efektif menghilangkan rinore karena

mempunyai efek antikolinergik. Efek ini terjadi karena kapasitas ikatan

obat terhadap reseptor yang tidak selektif sehingga obat terikat juga pada

reseptor kolinergik. Kekurangan lain dari antihistamin generasi pertama

ada l ah i ka t annya yang t i dak s t ab i l dengan r e sep to r H1 , s eh ingga

daya kerjanya pendek. Efek samping yang lain adalah :mulut kering, peningkatan

nafsu makan dan retensi urin. Sampai sekarang antihistamin golongan ini masih

banyak digunakan karena masih efektif  dan murah. Beberapa contoh

antihistamin generasi lama yang sampai kinimasih popular adalah : klorfeniramin,

difenhidramin dan triprolidin.

 

Munculnya antihistamin generasi baru dapat menutup kelemahan

antihistamin lama. Karena tidak menembus sawar otak, antihistamin baru bersifat

non-sedatif, sehingga penderita yang menggunakan obat ini dapataman dan tidak

terhambat dalam melakukan aktifitasnya. Kelebihan lainantihistamin baru

adalah mempunyai masa kerja yang panjang sehingga penggunaannya  lebih

praktis  karena  cukup  diberikan  sekali  sehari. Antihistamin  baru  tersebut  adalah  :

astemizol,  loratadin,  setirizin, terfenadin.  Beberapa  antihistamin  baru

kemudian  dilaporkan menyebabkan  gangguan  jantung  pada  pemakaian  jangka

panjang(astemizol, terfenadin), sehingga dibeberapa negara obat –obat

tersebuttidak digunakan lagi. Antihistamin yang unggul adalah yang bekerja

cepatdengan waktu kerja yang panjang, yang tidak ada efek sedatif dan

tidak ada toksik terhadap jantung.

Sinusitis kronis

Diberikan antibiotik dan dekongestan. Antibiotik yang diberikan biasanya adalah

untuk golongan kuman gram negatif dan anaerob. Seperti golongan quinolon.

Untuk mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang

mengandung steroid. Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui

mulut).

Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:

- Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas

- Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam

Page 15: Paranasal Sinus

- Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.

Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk

mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan. Pada anak-anak, keadaannya

seringkali membaik setelah dilakukan pengangkatan adenoid yang menyumbat

saluran sinus ke hidung. Pada penderita dewasa yang juga memiliki penyakit alergi

kadang ditemukan polip pada hidungnya. Polip sebaiknya diangkat sehingga saluran

udara terbuka dan gejala sinus berkurang. Selainterapi medikamentosa yang

dijelaskan diatas, rinosinusitis rekuren ataukronis memerlukan tindakan

bedah. Dengan indikasinya adalah :

1. sinusitis kronik yang tidak membaik dengan terapi adekuat

2. sinusitis kronik disertai dengan kista atau kelainan yang

reversibel

3. polip ekstensif

4. komplikasi sinusitis

5. sinusitis jamur

Radikal

a. Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.

b. Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.

c. Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.

Non Radikal

Bedah  Sinus  Endoskopik  Fungsional  (BSEF).  Prinsipnya  denganmembuka

dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal(Irigasi sinus)

Pada saat ini tindakan bedah yangpalling direkomendasi adalah bedah

sinus endoskopi fungsional (BSEF)atau sering disebut dengan Fungsional

endoskopi sinus surgery (FESS).

10.Komplikasi

Ct scan merupakan suatu aset besar dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan

derajat infeksi di luar sinus ( pada orbita, jaringan lunak dan kranium). Pemeriksaan

ini harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronik atau berkomplikasi.

Page 16: Paranasal Sinus

Komplikasi ini juga telah menurun drastis sejak ditemukan antibiotik dan biasanya

terjadi pada sinusitis akut atau sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut.

Komplikasi orbita

Sinus ethmoid merupakan penyebab komplikasi tersering namun dapat juga karena

sinusitis frontalis dan maksilaris. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis

dan perkontinuitatum. Terdapat 5 tahapan :

1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan

2. Selulitis orbita

3. Abses subperiosteal

4. Abses orbita

5. Trombosis sinus kavernosus

Kelainan intracranial

Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan trombosis

sinus kavernosus.

Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis :

Osteomielitis dan abses subperiosteal

Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak.

Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pipi.

Kelainan paru seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus

paranasal disertai dengan kelainan paru disebut sinobronkitis. Selain itu juga dapat

juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebelum

sinusitisnya sembuh.

10. Prognosis

Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan

sembuh secara spontan tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga

penderita bisa mengalami relaps setelah pengobatan namun

Page 17: Paranasal Sinus

jumlahnya sedikit yaitu kurang dari 5 %. Komplikasi dari penyakit ini

bisa terjadi akibat tidak ada pengobatan yang adekuat yang

nantinya akan dapat menyebabkan sinusitis kronik, meningitis,

brain abscess, atau komplikasi extra sinus lainnya.

Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan

pengobatan yang dini maka akan mendapatkan hasil yang baik.

Untuk komplikasinya bisa berupa orbital cellulitis, cavernous sinus

thrombosis, intracranial extension (brain abscess, meningitis) dan

mucocele formation.

11. Pencegahan

Mengurangi pajanan terhadap alergen.

Meningkatkan ventilasi rumah tangga dengan membuka jendela bila

memungkinkan.

Gunakan humidifier di rumah atau kantor ketika seseorang memiliki dingin.

Tidur dengan kepala tempat tidur ditinggikan. Ini mempromosikan drainase

sinus.

Gunakan dekongestan dengan hati-hati.

Hindari polutan udara (seperti asap) yang mengiritasi hidung.

Makan diet seimbang dan olahraga.

Minimalkan paparan untuk orang dengan infeksi diketahui.

Page 18: Paranasal Sinus

Daftar Pustaka

1. Prof. Dr. Arsyad, Efiaty, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorokan Kepala dan Leher edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI;

2010.

2. Adams, Boies, Higler. BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi enam. Jakarta :

ECG, 1997.

3. Muller, dkk. Basic human anatomy. Available at : www.dartmouth.edu

4. Sahaja. The anatomy of the nasal cavity and paranasal sinuses. The skeletal

and smooth muscle tissues. The development of the pharyngeal   gut. Desember6,

2008. Available at :http://anatomytopics.wordpress.com/2008/12/06/the-

anatomy-of-the-nasal-cavity-and-paranasal-sinuses-the-skeletal-and-smooth-

muscle-tissues-the-development-of-the-pharyngeal-gut/

5. Medscape Acute Community-Acquired Sinusitis: Epidemiology and Causes of

Acute Bacterial Sinusitis. Diunduh pada tanggal 5-4-2011

6. Pubmed health. Sinusitis. Diunduh pada tanggal 5-4-2011