pameran ilustrasi cerpen 2014 - bentara · pdf filesastra murni yang tak ada gunanya. ......

2014PAMERAN ILUSTRASI CERPEN

Katalog ini diterbitkan olehHarian KOMPAS

PAMERAN ILUSTRASI CERPENKOMPAS 2014di Bentara Budaya Jakarta | 10-19 Juni 2015

PenyeliaHariadi SaptonoMyrna Ratna

PenulisBambang Bujono

Ilustrasi SampulKarya Yuswantoro Adi

Pameran & ReproduksiPaulina Dinartisti

Desain dan Tata LetakMuhammad Safroni

Tim Bentara Budaya JakartaIka W. BurhanCicilia NatalindaRini Yulia HastutiMuhammad SafroniSamaniAristiantoAgus Purnomo

PAMERAN ILUSTRASI CERPEN KOMPAS 2014 3

Soalnya ialah, apakah pekerjaan membuat ilustrasi seperti pekerjaan seorang fashion desainer? Sepotong kemeja atau t-shirt boleh dibuat tanpa “dasar konsep”, namun sebuah seri busana koleksi tak bisa ditawar harus digerakkan oleh sebuah ide dan dasar konsep (101 Things I Learned in Fashion School, 2010). Sumbangan Giorgio Armani yang menawarkan busana casual dan relaks tetapi dengan jahitan elegan---, rupanya merespons merebaknya model-model bisnis baru yang lebih informal di tahun 1970-an dan 1980-an. Sedangkan Diane von Fustenberg dengan gaya wrap dress-nya memang berniat tetap mempertahankan sisi feminin dan seksi wanita, di tengah jembarnya jagad kemungkinan bagi mereka.

Perayaan pameran, dan pembukuan karya-karya ilustrasi cerpen Kompas, sudah berlangsung sejak tahun 2002, artinya sudah

14 katalog pameran ilustrasi, dan 14 buku kumpulan cerpen pilihan Kompas dengan ilustrasinya diterbitkan. Menyebut Ipe Ma’ruf, sebagai model misalnya, orang mengenalnya karena dia nyaris seperti Armani atau Fustenberg tadi: ada dasar dan bukannya tanpa dasar. Ia menyisir kesan dan suasana hati, di sana ia berkarya.

Renungan sederhana ini kami kembalikan kepada dua pihak, yaitu lembaga Cerpen Pilihan Kompas di satu sisi, dan para ilustrator yang “mendapat jatah” dimintai membuat ilustrasi cerpen. Sebagai sebuah produk (seni) yang menjadi “koleksi”—maaf melompat dan mengaduk dua pengertian di atas—bolehlah tantangan ini menjadi pergunjingan untuk produksi ilustrasi dan pameran ilustrasi di kemudian hari. Selamat menerjuni jagad jembar bernama ilustrasi!

ILUSTRASI CERPEN DAN SEPOTONG T-SHIRT

Jakarta, 10 Juni 2015Hariadi Saptono

Direktur Eksekutif Bentara Budaya

Meski kebanyakan orang mengidentifikasi ilustrasi sebagai kesatuan wujud visual dari sebuah teks; ilustrasi secara sejajar dapat dimanfaatkan sebagai sebuah

produk. Ilustrasi adalah bidang yang luas dan bisa berwujud etching, line drawing, intaglio, linocut, woodcut, atau goresan tinta dan lukisan (Drawings, Characters

and More Illustrations2, 2012).

4 PAMERAN ILUSTRASI CERPEN KOMPAS 2014

MEMBACA “Those Lazy- Hazy-Crazy Days of Summer”1, seperti saya mendengar suara Danarto, penulis cerita pendek tersebut beserta penggambar ilustrasinya.

“Apa kamu bisa sabar menghadapi kegagalanmu ini.” Dalam imaji saya terbayang Danarto sedang memarahi tukang sulap akbar David Copperfield dengan kata-

kata itu. “Lalu kenapa bisa gagal?” Suara Danarto yang menyusul ini bukan hanya terdengar seperti yang tertulis; di telinga saya, pun bahasa “asli” Danarto untuk

kalimat itu terngiang: “Lo, kok ngono?”

1 Cerita pendek di Kompas 19 Oktober 2014

BIARKANLAH CERITA DAN GAMBAR BERSAING!

Memang, terus terang, membaca cerita pendek tersebut dari awal, dari “Pertengkaran saya dengan David Copperfield mencapai puncaknya ketika ilusionis itu menawarkan duit ….” kedanartoan menguasai saya. Bagaimana tidak; nama “Danarto” tercetak di bawah judul, di bawah namanya intro cerita yang saya kutip sebagian, lalu sebuah gambar ilustrasi: foto Patung Liberty dengan latar belakang gedung-gedung tinggi ditambahi goresan tangan Danarto berupa jantung hati tertembus anak panah. Gambar jantung hati tertembus anak panah memperkuat kedanartoan cerita pendek ini. Gambar itu milik Danarto, gambar itu merupakan judul untuk cerita pendeknya yang tokoh utamanya bernama Rintrik, dimuat di Horison, Februari 1968 (dan mendapat hadiah sebagai prosa terbaik Horison tahun itu). Setahu saya,

sepanjang sejarah cerita pendek Indonesia, baru Danarto yang membikin judul cerita berupa gambar. Setidaknya, andai ada yang sudah pernah melakukannya, Danartolah yang berhasil “mensahkan” gambar sebagai judul cerita pendek. Satu kedanartoan lagi, pada “Those Lazy …”: judul yang langsung menggemakan imaji suara Nat King Cole yang serak berat; itulah lagu dan penyanyi favorit Danarto.

Untunglah, saya menikmati “Those Lazy…”. Terbayang Danarto dengan kalem tapi mantap memarahi Copperfield; terbayang ia berlari masuk ke terowongan patung, setelah patung yang dihilangkan oleh Copperfield itu dikembalikan ke tempatnya. Danarto berharap menemukan Cindy, sang pacar.


“Those Lazy-Hazy-Crazy Days Of Summer”, Danarto

Saya juga menikmati gambar ilustrasi itu. Memang, gambar itu pasti bukan karya terbaik Danarto. Namun, napas kreativitas perupa Sanggar Bambu ini terasa meruap dari gambar itu, paduan antara foto dan gambar, dengan karakter gambar yang ornamentik namun lebih daripada hiasan, apalagi sekadar gincu. Karakter ornamen pada karya-karya gambar Danarto (misalnya sejumlah ilustrasi cerita wayang di majalah Zaman di awal 1980-an), menurut saya seserius dan sesantai hiasan gambar pada tubuh orang-orang Papua atau Aborigin –alami, magis, indah.

Jadi, bagaimana sebenarnya hubungan antara cerita pendek dan ilustrasinya? Sejak 2002 Kompas bereksperimen untuk tak hanya memberikan tugas membuat ilustrasi cerita pendek kepada ilustrator tetapnya, melainkan kepada perupa, siapa saja, berganti-ganti menurut pilihan redaktur budaya surat kabar ini. Dan redaksi Kompas tak membatasi tafsir, terserah kepada perupanya, meski ada batas waktu pengiriman gambar: dua minggu.2 Hasilnya? Menurut saya, muncul hal yang boleh dibilang baru dalam dunia ilustrasi cerita pendek: bukan membekukan (ini istilah dari Sapardi Djoko Damono) satu adegan dari cerita tersebut menurut pilihan ilustratornya, lalu diwujudkan dalam gambar. Pada katalog pameran ilustrasi cerita pendek Kompas 2002 saya menulis: “Para penggambar itu tak tertarik hanya pada adegan [cerita], melainkan tafsir atas keseluruhan teks. Maka adalah sebuah daun telinga berhiaskan hulu keris. Wajah seorang perempuan tua yang di dahinya menempel gembok. Lalu sebuah wajah

2 Putu Fajar Arcana dalam katalog Pameran Ilustrasi Cerpen Kompas 2012


bersusun dengan mulut kotak bergambar sayap kupu-kupu. [Dan] pada umumnya, para penggambar itu tak membuat jarak antara ilustrasi yang dibuatnya dan karya-karya mereka sehari-hari.”

Saya menduga, “ditinggalkannya” kaidah ilustrasi yang konvensional –selain ada kebebasan dari redaksi Kompas -- karena para perupa tidak memiliki latar belakang pendidikan ilustrasi3. Kalaupun latar belakang itu ada, agaknya ilustrasi tak lagi menjadi mata kuliah yang seksi seperti di ASRI Yogya sampai tahun 1960-an. Karena itu para perupa tersebut lebih bebas menafsirkan apa itu ilustrasi. Mereka, seperti sudah disinggung, tidak lagi hanya menggambarkan satu adegan cerita untuk sekadar menghias atau lebih daripada itu, misalnya, untuk memberikan tafsir visual atas sebuah cerita. Hal ini terutama ada pada cerita anak-anak, yang dianggap perlu ada gambar agar lebih menarik anak-anak. Di Eropa dan Amerika, ilustrasi menjadi populer seiring perkembangan teknologi cetak, ketika surat kabar dan majalah menyuguhkan juga cerita pendek dan memerlukan gambar untuk mengiringinya.4 Perkembangan teknologi cetak ini pun membuat ilustrasi mendapat tempat di dunia sastra. Konon, Charles Dickens sangat peduli ilustrasi untuk buku-bukunya –hanya dua buku Dickens yang tak berilustrasi.

3 Mata kuliah Ilustrasi pernah populer di ASRI Yogya, kemudian kalah pamor oleh Reklame, dan kini, sebagai mata kuliah di jurusan desain dan komunikasi visual lebih menjurus ke penciptaan komik. 4 Wikipedia tentang Ilustrasi

Memang, dalam dunia sastra, tak semua sastrawan seperti Dickens. Banyak buku novel tanpa ilustrasi. Satu artikel ditulis di majalah New Yorker menyoal hal itu. Di zaman emas ilustrasi, tulis kolumnis tersebut, ilustrasi adalah sahabat penting dari novel. Namun, “kita hampir tak lagi menemukan ilustrasi dalam novel-novel kontemporer (pada kasus yang jarang, bila ada ilustrasinya, itu merupakan anakronisme yang ironis)…” Padahal antara gambar dan teks akan saling memengaruhi dan ini melahirkan kemungkinan yang begitu kaya sehingga beberapa penulis fiksi hendak menggarapnya. “Membuang ilustrasi,” kata Sacks, “mengorbankan kenikmatan yang nyata untuk suatu pandangan sempit tentang sastra murni yang tak ada gunanya.”5

Masalahnya, apa itu “sastra murni”? Menurut tafsir saya, dalam kaitan antara cerita pendek dan ilustrasinya, istilah itu bermakna: biarkanlah pembaca menikmati cerita pendek tanpa gangguan, biarkanlah pembaca mengembangkan imajinasinya “murni” dari ceritanya dan bukan juga dari yang lain-lain, misalnya sosok penulisnya, ilustrasi, dan lain-lain.

Saya termasuk yang percaya bahwa kita menikmati karya seni tak mungkin tak membawa pengalaman yang kita miliki. Yang mungkin kita lakukan, mencoba “menetralkan” pengalaman itu hingga tak memunculkan prasangka, tak “menilai” sebelum melihat dan membaca karyanya.

5 Sam Sacks, The New Yorker, 22 Februari 2013


Pada akhirnya, terserah kepada kita, pada cerita, dan pada gambar. Kasus saya dan cerita pendek “Those Lazy…” karya Danarto mungkin sebuah contoh yang menyenangkan: saya menikmati semuanya: ceritanya, gambarnya, dan bayang-bayang penulisnya yang muncul sepanjang cerita karena cerita tentang itu “aku” dan kebetulan saya mengenalnya. Juga saya menikmati “Lima Cerpen Sapardi Djoko Damono”6: “Wartawan Itu Menunggu Pengadilan Terakhir”, “Dalam Tugas”, “Naik Ka-Er-El”, “Naik Garuda”, dan “Meditasi Sunan Kalijaga”. Namun saya tak melibatkan ilustrasinya, gambar rel kereta, di tengah sebuah pohon besar berbuah buat-bulat, tiada daun dengan akar mengangkangi rel. Gambar itu tak masuk dalam imajinasi saja karena menurut imajinasi saya tak “sejalan” dengan lima cerpen itu. Bukan karena gambar Rifda Amalia itu buruk; perupanya sudah berusaha untuk membikin gambar yang tidak “realistis” untuk cerpen yang tidak “realistis” ini. Cuma ilustrasi ini tergolong, “…meskipun berhasil secara visual, lebih merupakan karya lukis murni daripada ilustrasi …” 7

Tapi, dalam hal Rifda Amalia, inilah salah satu risiko ketika para perupa yang membuat ilustrasi membuat tafsir bebas atas apa itu ilustrasi. Mungkin ada yang lalu bilang, kalau begitu kenapa tak dihilangkan saja risiko itu? Misalnya, kembali menugasi ilustrator profesional, atau menghilangkan sama sekali ilustrasi. Bagi saya, pertama, masih adakah ilustrator profesional, ketika jurusan

6 Kompas, 9 Februari 20147 Jean Couteau, dalam Pengantar katalog “Pameran Ilustrasi Cerpen Kompas 2009”.

ilustrasi hanya menjadi mata kuliah dalam jurusan desain visual? Andai ada ilustrator profesional, tidakkah ia akan terpengaruh perkembangan seni rupa yang, di Indonesia, sejak Pameran Seni Rupa Baru, 1975, perupa kita sekarang terbuka horizon acuannya, tak lagi terkungkung pada pembedaan seni rupa dalam seni lukis, patung dan sebagainya? Dalam hal menghilangkan ilustrasi, perlu diingat kembali Sam Sacks di The New Yorker itu: anda akan kehilangan kenikmatan nyata untuk hal yang tiada gunanya. Di samping, sebagai halaman dari sebuah media massa, halaman cerita pendek pun perlu memiliki hal yang segera menarik pembaca --dan segera ini adalah unsur rupa, karena sebelum membaca kita melihat terlebih dahulu (dalam hal ini Kompas tampaknya tak ingin terlalu repot, sehingga tata letak cerita pendek sudah terpatok: gambar selalu berada di tengah, simetris).

Menurut saya, setidaknya ada tiga kemungkinan ketika membaca cerita pendek dengan berbekal dalam ingatan akan gambar ilustrasinya tersebut. Antara cerita dan gambar sama memikatnya, sehingga pembaca menikmati semuanya. Inilah yang terjadi ketika saya membaca “Those Lazy…” Danarto. Pembaca melupakan ilustrasinya karena cerita pendek yang menurut dia memikat sementara itu ilustrasinya, meski mungkin dinikmati pula oleh pembaca, tak bisa diajak “berjalan” bersama cerita pendeknya. Ini yang terjadi ketika saya membaca “Lima Cerpen Sapardi Djoko Damono”. Juga, ketika saya membaca “Arsip Aku di Kedalaman Krisis” Afrizal


Jakarta, pekan kedua Mei 2015Bambang Bujono

Penulis Seni Rupa

Malna8. Ilustrasi Laksmi Shitaresmi sangat eye catching dengan hewan hibrida itu, kura-kura hijau dengan kaki belalang mengarungi padang pasir, di punggungnya perempuan seperti patung memegang guci besar, dan bunga-bunga putih terserak di bawahnya. Namun, gambar ini tak masuk dalam imajinasi selama menikmati cerita pendek yang merupakan rangkaian gambaran suatu peristiwa dan suasana, yang satu dengan yang lain seperti terkait tapi tidak, seperti menjelaskan yang sebelumnya dan ternyata juga tidak, dan seterusnya. Satu lagi, ilustrasi berupa komposisi gambar benda (gedung, telepon) dan figur-figur (wajah, lelaki berdiri, seseorang di kursi roda) yang riuh membentuk imaji musik karya Rober Kan untuk cerita pendek Budi Darma “Hotel Tua”.

Kemungkinan ketiga, pembaca ternyata hanya menikmati gambar ilustrasinya karena cerita pendeknya dinilainya tidak begitu memikat. Dalam hal ini, bisa saja antara ilustrasi dan ceritanya bisa berjalan bersama dalam imajinasi pembaca, bisa juga tidak.

8 Kompas, 9 Maret 2014

Jadi, sekali lagi, biarkanlah cerita dan ilustrasi bersaing dalam imajinasi pembaca. Keduanya bisa berjalan bersama, bisa berpisah. Dalam hal yang kedua, cerita yang kuat akan dengan sendirinya meninggalkan ilustrasinya, cerita yang lemah akan membawa pembaca menengok ke ilustrasi, dan tergantung pada ilustrasi itu mengesankan atau biasa-biasa saja. Selain yang sudah saya sebutkan (Danarto dan lain-lain), yaitu cerita dan ilustrasi jalan bersama, cerita dan ilustrasi jalan sendiri-sendiri dan masing-masing kuat di dunianya, ada beberapa ilustrasi yang lebih kuat daripada cerita pendeknya. Menurut saya, tersebut terakhir itu adalah: karya Absurditas Malda untuk “Semilyar Ikan Memakan Anjing-Anjing”; Tatang BSP untuk “Gadis Kupu-Kupu”; Agnisa Wisesa untuk “Jalan Sunyi Kota Mati”; Muhammad Vilhany untuk “Syukuran”; Made Gunawan untuk “Rumah Air”; Samuel Indratma untuk “Kaing-Kaing Anjing Terlilit Jaring”; Rahardi Handining untuk “Tenggat Waktu”, Hardiman untuk “Travelogue”; dan Yoyok Suryo untuk “Jalan Asu”.

AGNISA WISESAALIT AMBARA

ANNA JOSEFINANTHONIUS KHO

ARI CADIAATMI KRISTIADEWI

BAMBANG AWBAMBANG HERAS

D TJANDRA KIRANADANARTODIDIE SW

DIKDIK SAYAHDIKUMULLAHDOLLAR ASTAWA

GEDE SUANDA “SAYUR”HADI SOESANTO

HARDIMANHERJAKA HS

I WAYAN SUJA

JANGO PRAMARTHAJITET KUSTANAJUNI WULANDARILAKSMI SHITARESMIM FADHILL ABDI

MADE GUNAWANMOELYOTO

MUHAMMAD VILHAMYNAJIB AMRULLAHNOOR IBRAHIMPANDI NAKULAPOLENK REDIASA

PUTRI FIDHINIRAHARDI HANDINING

RIFDA AMALIARIZKY ZAKARIA

ROBET KANSAMUEL INDRATMASIDDHARTHA KANDAHDJAJASIGIT RAMADHANSTEFAN BUANASUPROBO PRASADASUNARYOTATANG BSPTHREEDA MAYRAYANTIWAYAN UPADANAYOYOCK SURYOYUSWANTORO ADI

KARYA-KARYA ILUSTRATOR CERPEN

KOMPAS 2014


Karya Jitet Kustana | Ilustrasi Cerpen “KAMBOJA DI ATAS NISAN”Cerpen Herman RN, 5 Januari 2014


Karya Didie SW | Ilustrasi Cerpen “HARIMAU BELANG” Cerpen Guntur Alam, 12 Januari 2014


Karya Stefan Buana | Ilustrasi Cerpen “SEMILYAR IKAN MEMAKAN ANJING-ANJING” Cerpen Absurditas Malka, 19 Januari 2014


Karya Rahardi Handining | Ilustrasi Cerpen “MATINYA SEORANG DEMONSTRAN” Cerpen Agus Noor, 26 Januari 2014


Karya Tatang BSP | Ilustrasi Cerpen “GADIS KUPU-KUPU” Cerpen Candra Malik, 2 Februari 2014


Karya Rifda Amalia | Ilustrasi Cerpen “LIMA CERPEN SAPARDI DJOKO DAMONO” Cerpen Sapardi Djoko Damono, 9 Februari 2014


Karya Herjaka HS | Ilustrasi Cerpen “BUKIT CAHAYA” Cerpen Yanusa Nugroho, 16 Februari 2014


Karya Bambang AW | Ilustrasi Cerpen “DARAH PEMBASUH LUKA”Cerpen Made Adnyana Ole, 23 Februari 2014


Karya Putri Fidhini | Ilustrasi Cerpen “WANITA DAN SEMUT-SEMUT DI KEPALANYA” Cerpen Anggun Prameswari, 2 Maret 2014


Karya Laksmi Shitaresmi | Ilustrasi Cerpen “ARSIP AKU DI KEDALAMAN KRISIS”Cerpen Afrizal Malna, 9 Maret 2014


Karya Gede Suanda “Sayur” | Ilustrasi Cerpen “DONGENG NEW YORK MIRING UNTUK AIMEE ROUX”Cerpen Triyanto Triwikromo, 16 Maret 2014


Karya Agnisa Wisesa | Ilustrasi Cerpen “JALAN SUNYI KOTA MATI”Cerpen Radhar Panca Dahana, 23 Maret 2014


Karya Hadi Soesanto | Ilustrasi Cerpen “TENTANG SEORANG YANG MEMBUNUH KEADILAN DI PENJAGA KONSTITUSI”Cerpen Remy Sylado, 30 Maret 2014


Karya Polenk Rediasa | Ilustrasi Cerpen “BIDADARI SERAYU”Cerpen Sungging Raga, 6 April 2014


Karya Muhammad Vilhamy (Pojok Kiri Kita Pernah Bersama) | Ilustrasi Cerpen “SYUKURAN”Cerpen Sori Siregar, 13 April 2014


Karya Alit Ambara | Ilustrasi Cerpen “ANGELA”Cerpen Budi Darma, 20 April 2014


Karya Made Gunawan | Ilustrasi Cerpen “RUMAH AIR” Cerpen Anton Kurnia, 27 April 2014


Karya Yuswantoro Adi | Ilustrasi Cerpen “DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON”Cerpen Faisal Oddang, 4 Mei 2014


Karya Suprobo Prasada | Ilustrasi Cerpen “PENJUAL KORAN SATU LENGAN” Cerpen Arswendo Atmowiloto, 11 Mei 2014


Karya Sigit Ramadhan | Ilustrasi Cerpen “NEKA”Cerpen Eep Saefulloh Fatah, 18 Mei 2014


Karya Pandi Nakula | Ilustrasi Cerpen “GARONG” Cerpen Indra Tranggono, 25 Mei 2014


Karya Juni Wulandari | Ilustrasi Cerpen “KURSI BERNYAWA”Cerpen Apendi, 1 Juni 2014


Karya Dikdik Sayahdikumullah | Ilustrasi Cerpen “I KOLOK” Cerpen I Wayan Suardika, 8 Juni 2014


Karya M Fadhill Abdi | Ilustrasi Cerpen “TURI-TURI TOBONG”Cerpen Eko Triono, 15 Juni 2014


Karya Noor Ibrahim | Ilustrasi Cerpen “KUDA EMAS” Cerpen Tawakal M Iqbal, 22 Juni 2014


Karya I Wayan Suja | Ilustrasi Cerpen “JOYEUX ANNIVERSAIRE*”Cerpen Tenni Purwanti, 29 Juni 2014


Karya Samuel Indratma | Ilustrasi Cerpen “KAING-KAING ANJING TERLILIT JARING” Cerpen Parakitri T Simbolon, 6 Juli 2014


Karya Anthonius Kho | Ilustrasi Cerpen “PACAR PERTAMA”Cerpen Vika Wisnu, 13 Juli 2014


Karya Jitet Kustana | Ilustrasi Cerpen “MENUNDA-NUNDA MATI” Cerpen Gde Aryantha Soethama, 20 Juli 2014


Karya D Tjandra Kirana | Ilustrasi Cerpen “SUARA 2” Cerpen Taufik Ikram Jamil, 3 Agustus 2014


Karya Yoyock Suryo| Ilustrasi Cerpen “JALAN ASU” Cerpen Joko Pinurbo, 10 Agustus 2014


Karya Moelyoto | Ilustrasi Cerpen “MS. WATSON”Cerpen Des Alwi, 24 Agustus 2014


Karya Siddhartha Kandahdjaja | Ilustrasi Cerpen “POHON KAKEK” Cerpen I Putu Agus Phebi Rosadi, 31 Agustus 2014


Karya Robet Kan | Ilustrasi Cerpen “HOTEL TUA”Cerpen Budi Darma, 7 September 2014


Karya Dollar Astawa | Ilustrasi Cerpen “PABRIK SKRIPSI” Cerpen On Thok Samiang, 14 September 2014


Karya Anna Josefin | Ilustrasi Cerpen “PENYAIR YANG JATUH CINTA PADA TELEPON GENGGAMNYA”

Cerpen Agus Noor, 21 September 2014


Karya Atmi Kristiadewi | Ilustrasi Cerpen “BERAS GENGGAM” Cerpen Gus TF Sakai, 28 September 2014


Karya Threeda Mayrayanti | Ilustrasi Cerpen “PENJUAL BUNGA BERSYAL MERAH”Cerpen Yetti A KA, 12 Oktober 2014


Karya Danarto | Ilustrasi Cerpen “THOSE LAZY-HAZY-CRAZY DAYS OF SUMMER” Cerpen Danarto, 19 Oktober 2014


Karya Rizky Zakaria | Ilustrasi Cerpen “BULU BARIYABAN”Cerpen Zaidinoor, 26 Oktober 2014


Karya Jango Pramartha | Ilustrasi Cerpen “YANG MENIKAH DENGAN MAWAR…” Cerpen Yanusa Nugroho, 2 November 2014


Karya Wayan Upadana | Ilustrasi Cerpen “KARMA TANAH”Cerpen Ketut Syahruwardi Abbas, 9 November 2014


Karya Hardiman | Ilustrasi Cerpen “TRAVELOGUE” Cerpen Seno Gumira Ajidarma, 16 November 2014


Karya Sunaryo | Ilustrasi Cerpen “PROTES”Cerpen Putu Wijaya, 23 Novemver 2014


Karya Ari Cadia | Ilustrasi Cerpen “RUANG ISOLASI UNTUK SI GILA” Cerpen Han Gagas, 30 November 2014


Karya Bambang Heras | Ilustrasi Cerpen “SARONAY DAN BULAN BULAT”Cerpen Toni Lesmana, 7 Desember 2014


Karya Polenk Rediasa | Ilustrasi Cerpen “MASS IN B MINOR” Cerpen Deasy Tirayoh, 14 Desember 2014


Karya Rahardi Handining | Ilustrasi Cerpen “TENGGAT WAKTU”Cerpen Djenar Maesa Ayu, 21 Desember 2014


Karya Najib Amrullah | Ilustrasi Cerpen “PEREMPUAN YANG MENJAHIT BIBIRNYA SENDIRI”Cerpen Mashdar Zainal, 28 Desember 2014


AGNISA WISESAALIT AMBARA

ANNA JOSEFINANTHONIUS KHO

ARI CADIAATMI KRISTIADEWI

BAMBANG AWBAMBANG HERAS

D TJANDRA KIRANADANARTODIDIE SW

DIKDIK SAYAHDIKUMULLAHDOLLAR ASTAWA

GEDE SUANDA “SAYUR”HADI SOESANTO

HARDIMANHERJAKA HS

I WAYAN SUJA

JANGO PRAMARTHAJITET KUSTANAJUNI WULANDARILAKSMI SHITARESMIM FADHILL ABDI

MADE GUNAWANMOELYOTO

MUHAMMAD VILHAMYNAJIB AMRULLAHNOOR IBRAHIMPANDI NAKULAPOLENK REDIASA

PUTRI FIDHINIRAHARDI HANDINING

RIFDA AMALIARIZKY ZAKARIA

ROBET KANSAMUEL INDRATMASIDDHARTHA KANDAHDJAJASIGIT RAMADHANSTEFAN BUANASUPROBO PRASADASUNARYOTATANG BSPTHREEDA MAYRAYANTIWAYAN UPADANAYOYOCK SURYOYUSWANTORO ADI

BIODATA ILUSTRATOR CERPEN

KOMPAS 2014


AGNISA WISESALahir di Jakarta pada 21 September 1991, lulus dari perguruan tinggi Seni Rupa Institut Teknologi Bandung dengan mayor studio seni grafis. Pada waktu kuliah pernah beberapa kali mengikuti pameran yakni Self-Metaphor, pameran mahasiswa Seni Grafis di Padi ArtSpace (2011), Natamorta, pameran bersama desain grafis (2013), Jogja International Mini Print Festival di Jogjakarta (2013). Pameran terakhir yang diikuti adalah Cut & Remix Visual Art Exhibition di Jogja Gallery, Jogjakarta (2014).

ALIT AMBARATahun 1993 Menyelesaikan studi seni patung di Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta kemudian tahun 1996-1998 melanjutkan ke Art History di Savannah College of Art & Design (SCAD) di Savannah, Georgia, USA. Tahun 1993 mendirikan Nobodycorp. Internationale Unlimited, merupakan label yang memproduksi poster dengan mengusung tema politik, hak asasi manusia, sosial dan pergerakan. Karya posternya dapat dilihat di http://nobodycorp.org/, http://posteraksi.org/, https://www.facebook.com/Nobodycorp .

ANNA JOSEFINLahir di Jakarta, 5 Mei 1986. Menyelesaikan studi sarjana maupun pasca sarjana di Studio Seni Grafis FSRD ITB. Saat ini aktif mengelola kreatif brand Batu Gunting Kertas, yang menjual aneka aksesoris dari kertas. Pengalaman pameran, Solo Exhibition Make A Wish di Bandung dan the 1st Jogja Miniprint Bienalle (JMB), Museum Bank Indonesia Yogyakarta, keduanya tahun 2014. Email : [email protected].

ANTHONIUS KHOLahir di Klaten, 1 Mei 1958. Merampungkan studinya di Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB). Pernah pula mengikuti pendidikan Art & Design di FH Cologne, Cologne, Germany, Meisterschule dibawah bimbingan Prof. Schaffmeister & M.Brinkhaus. Sejak tahun 1980 hingga sekarang aktif berpameran baik pameran bersama maupun tunggalm, baik di dalam maupun luar negri seperti Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya, Malang, & Bali, Jerman, Belanda, Perancis, USA, Beijing, Bangkok, Myanmar, Philipina, India, Kuala Lumbar, Malaysia, Kamboja dan Korea. Penghargaan yang pernah diterima First price “Malen auf Liegestuehle”, Olivandenhof, Cologne, Germany (1989), First price “Mask in Venice”, Pallazo Correr, Venice, Italy. (1991).


ARI CADIA (Aricadia)Lahir di Semarang, 4 Nopember 1965. Pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata Semarang hingga semester IV. Otodidak melukis, menginjak Bali 1998 dan mulai bergabung dengan sanggar Senin-Kamis, Sanur. Pernah pula pameran bersama diantaranya Ten Fene Art Sanur, Brisbane Australia, KOLCAI di Bentara Budaya Bali dan Artomorrow Artspace di Ubud Bali pada tahun 2015. Beberapa kali pula berpameran tunggal seperti di Balai Soedjatmoko Solo dan Iona Art Gallery. Email : [email protected].

ATMI KRISTIADEWI (Ni Komang Atmi Kristiadewi)Lahir di Denpasar, 24 juni 1990. Menempuh pendidikan seni di SMSR (SMKN 1 Sukawati), lulus pada tahun 2008. Kemudian melanjutkan pendidikan ke IKIP PGRI BALI dan masih tetap mengambil jurusan Seni Rupa. Tahun 2013 melanjutkan Pendidikan ke Pasca Sarjana ISI Denpasar dengan mengambil jurusan Penciptaan Seni. Mulai mengikuti pameran pada tahun 2008. Dua pameran bersama yang diikutinya di tahun 2015 yaitu Penciptaan Seni Rupa Dan Desain PABUAN, Lingkar Art Space, Denpasar dan Sama-Sama”, Indonesia-Malaysia-Philipine Art Exchange Project Exhibition, Bentara Budaya Bali. Pameran tunggalnya Polusi Rasa di TEN Fine Art Gallery, Sanur, Bali. Email : [email protected]

BAMBANG AWLahir di Banyuwangi, 2 Desember. Sejak tahun 1997 aktif berpameran di dalam dan luar negeri. Tahun 2007 mengikuti Bali Bienal, Pameran Lukisan perupa Indonesia di Brisbane Australia & Guan Zhou, Tiongkok. Pameran bersama A Beautiful Death di BentaraBudaya Yogyakarta, Surabaya dan Bali. Pameran tunggal nya antara lain Floating souls ( 2008) di Yogyakarta dan pameran Gang Demokrasi di Malang – Surabaya (2009) dan Pameran Slenco di Bentara Budaya Jakarta (2012). Menulis tiga buku Prosa Liris, salah satunya ditulis bersama Rieke Dyah Pitaloka (2013). E-mail : [email protected]

BAMBANG HERASLahir pada tanggal 9 Maret 1966. Aktif berkarya dan berpameran baik tunggal maupun bersama. Beberapa pamerannya seperti pameran bersama 69 Seksi Nian di Jogja Gallery (2008), Suka Pari Suka di Bentara Budaya Bali dan di Rumah Seni Sidoarum Yogyakarta. (2015) Pameran tunggalnya Menawan Hati di Sangkring Art Space Yogyakarta (2013).


D TJANDRA KIRANADilahirkan di Denpasar 29 Juni 1944. Belajar melukis dan fotografi secara otodidak namun tahun 1965 belajar serius pada Tan Win Yan dan sejak itu menggeluti fotografi sebagai bidang profesinya. Mendirikan studio fotografi di Semarang pada tahun 1969 dan banyak terlibat dalam keanggotaan beberapa asosiasi fotografi seperti Royal Photography Society RPS of Great Britain, Photography Society America PSA of United States of Amerika, Semarang Photo Club SPC of Semarang, Lembaga Fotografi Candranaya Jakarta dll. Aktif ikut serta dalam berbagai pameran bersama sejak tahun 1975 – 2012, lalu tahun 2008 Pameran Tunggal di Santrian Galery Sanur Bali. Pameran terakhirnya di Festival Foto Surabaya (2014). Beberapa penghargaan pun pernah diraihnya, yang terakhir mendapat Monochrome Award pada penyelenggaraan Salon Photo Indonesia XXXII di Makasar (2011).

DANARTODikenal sebagai penulis dan perupa. Hingga saat ini telah menulis 6 buku cerpen berjudul Godlob, Adam Ma’rifat, Berhala, Gergasi, Setangkai Melati di Sayap Jibril. Pada tahun 2004 mendapat penghargaan Life Time Achivement dari Harian Kompas.

DIDIE SWBernama lengkap Didie Sri Widiyanto, dilahirkan di Solo, 25 Januari 1970. Mengawali karier sebagai illustrator di tahun 1988, lalu di media politik pada tahun 1993, dan sejak tahun 2003 bekerja sebagai kartunis di harian Kompas. Beberapa kali mendapatkan penghargaan di bidang kartun, ilustrasi dan desain di beberapa kompetisi baik nasional maupun internasional.

DIKDIK SAYAHDIKUMULLAHLahir di Majalengka tahun 1973. Menyelesaikan studi S1 dan S2 nya di Institut Teknologi Bandung. Gelar Doktor Seni Rupa diraihnya pada tahun 2012 di Kyushu Sangyo University Fukuoka Japan. Sejak tahun 1999 hingga sekarang menjadi Dosen Prodi Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung. Beberapa kali berpartisipasi dalam pameran bersama di tahun 2014 seperti Pameran Melihat Indonesia di Ciputra Artpreneur, Pameran Maestro Seni Rupa Indonesia Ahmad Sadali : Karya, Pemikiran dan Penafsiran di Galeri Nasional, Pameran Peperium 4 Fiber to Paper di Museum Tekstil. Sedangkan pamerannya di tahun 2015 Now : Here – There – Everywhere di Semarang Gallery. Email : [email protected].


DOLLAR ASTAWA (I Made’Dollar’Astawa)Dilahirkan di Gianyar 22 Agustus 1972. Menyelesaikan pendidikan di SMSR N Denpasar. Aktif mengikuti pameran bersama sejak tahun 1991. Pameran bersama terakhir yang diikutinya yaitu Ten Fine Art Tour, Satu Natah Tiga Langit, Langit Gumintang di Sand Galeri Sanur Bali (2013), Pameran Fellowship di KOI galeri Jakarta dan Semarang (2014) dan Pameran Art Exchange Project Indonesia, Malaysia, Phillippine di Bentara Budaya Bali (2015) GEDE SUANDA “SAYUR” (I Wayan Gede Suanda Sayur)Lahir di Ubud, 4 Oktober 1980. Menyelesaikan studinya di Fakultas Seni Murni (Lukis) ISI Yogyakarta tahun 2006. Aktif berkarya dan berpameran sejak tahun 2000. Beberapa pameran terakhir yang diikutinya pada tahun 2014 antara lain: Pameran TANDUR MENYEMAI DIRI di Bentara Budaya Bali, COLEK PAMOR di Museum Arma Ubud Bali, CROSSING THE LINE di Art Patio Singaraja Bali, ASAH ASIH ASUH di Sika gallery Ubud Bali. Tahun 2000 pernah mendapatkan penghargaan Sketsa terbaik FSR ISI Yogyakarta. Email : [email protected]

HADI SOESANTOLahir di Jember, 25 Mei 1968. Sejak tahun 1989 aktif mengikuti pameran bersama, diantaranya di dua tahun terakhir adalah Thai & Indonesian Art Exchange Exhibition , Thailand, ISI isi Art Exhibition, Gallery Kemang 58, Jakarta, Art In The Air Kuala Selangor, Malaysia (2014). Lalu di tahun 2015 diantaranya Suka Pari Suka di Bentara Budaya, Bali, Asropa Yegip Art Museum, Korea, International Art Exhibition di Turki. Beberapa penghargaan yang pernah diraih Top Five Indonesia Art Award VI dan beberapa kali menjadi finalis antara lain finalis Jakarta Art Award (2006), finalis Akili Museum Art Award (2008),). Email : [email protected]

HARDIMANLahir di Garut, 7 Mei 1957. Lulusan Seni Rupa IKIP (kini UPI) Bandung dan Magister Kajian Budaya UNUD Denpasar. Mengajar di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Undiksha Singaraja, Bali. Selain melukis, juga pernah menekuni fotografi, teater dan puisi. Kini lebih berkonsentrasi sebagai kurator dan penulis seni rupa. Tulisannya dipublikasikan di Gatra, Media Indonesia, Kompas, Visual Art, dan sejumlah jurnal. Salah seorang penulis dalam buku Modern Indonesian Art From Raden Saleh to the Present Day.


HERJAKA HS (Petrus Agus Herjaka, Drs)Lahir di Yogyakarta, 4 Agustus 1957. Menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Seni Rupa IKIP Yogyakarta. Pameran terakhir yang diikutinya yaitu Pameran Nominasi Creative Visual Art PPPPTK Yogyakarta (2014) dan Pameran Bersama di Hadiprana Galeri Kemang Jakarta (2015). Email : [email protected], Website : www.herjaka.com

I WAYAN SUJADilahirkan di Gianyar 8 Desember 1975. Merampungkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Seni Indonesia, sekarang menjadi ISI Denpasar. Aktif mengikuti pameran bersama sejak tahun 1994 – 2014 di Bali, Surabaya, Jakarta, Kuala Lumpur, Korea, Beijing, Milan, Switzerland dll. Pameran bersama yang terakhir diikuti Master of Modern Indonesian Portraiture di National Portrait Gallery, Canberra, Australia. Pameran tunggalnya MYTHICAL BEAUTY di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2009) , WRAPPING IDENTITY Vanessa Art Link, CIGE, Beijing, China (2007) dan “PLUSH-TICK”, Komaneka Fine Art Gallery, Ubud, Bali. Beberapa penghargaan yang pernah diterima yaitu Lukisan Terbaik dari Depparpostel Bali (1996), Sketsa Terbaik dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar, Bali (1997), Penghargaan dari Yayasan Seni Rupa Indonesia (2000 & 2010) dan Top 30 Finalist The 2005 Sovereign Asian Art Prize , dari The Sovereign Art Foundation, HK (2005).

JANGO PRAMARTHADilahirkan di Denpasar 21 Desember 1965. Menyelesaikan study di PSSRD Universitas Udayana Jurusan Design Grafis dan melanjutkan ke UWA Perth, WA Australia. Aktif berpameran baik kartun maupun seni rupa, baik nasional maupun internasional diantaranya Bali Return Economy : Fremantle Art Centre, Perth Western Australia, (2013) dan Expression Session : Griya Santrian Gallery Sanur – Bali (2014). Mendirikan Bog-Bog Bali Cartoon Magazine dan pernah menjabat sebagai Ketua PAKARTI , Indonesian Cartoonist Association (2005 – 2010). Penghargaan yang pernah diterima di tahun 2015 adalah Kerti Budaya Awards dari Pemerintah Kota Denpasar, Lestari, Me and I Entrepreneur of the year 2015. Saat ini berprofesi menjadi dosen luar biasa di ISI Denpasar Jurusan DKV.


JITET KUSTANAAktif sebagai kartunis di Harian Kompas. Aktif mengikuti pameran bersama di dalam maupun luar negeri seperti di Turkey, China, Portugal, Korea dan Rumania. Ia termasuk sering mendapat penghargaan dan memenangi kompetisi. Pernah mendapat penghargaan dari MURI sebagai kartunis penerima penghargaan Internasional terbanyak (1998), dan beberapa penghargaan yang diraih dalam 2 tahun terakhir meliputi Humor Prize pada Red Man Cartoon Contest di China, Honorable Mention pada World Press Cartoon di Portugal, Sylver Prize pada Dicaco International Cartoon Contest di Korea dan Bronze Prize pada International Cartoon Competition on Environmental di China, keempatnya diterima tahun 2013. Penghargaan yang diterima tahun 2014 adalah Sylver Prize pada The 8th Humor Deva International Cartoon Contest di Rumania.

JUNI WULANDARI (Juni Andhitia Wulandari)Lahir di Jepara, 22 Juni 1967 dan menyelesaikan studinya di ISI Yogyakarta. Aktif berpameran baik bersama maupun tunggal. Pameran SUKA PARI SUKA di Bentara Budaya Yogyakarta dan Pameran seni dan peluncuran buku UNTUKMU GURU di Museum Hj. Widayat dan Galeri Hj. Soewarni oleh OHD Museum (2014). Pameran Tunggalnya yang terakhir yaitu LINTASAN PERISTIWA di Santi Gallery Kemang, Jakarta (2001). Penghargaan yang pernah diterima Penghargaan Seni Lukis Terbaik Tingkat SMP (1980), Penghargaan Ilustrasi Terbaik Pratitha Adhi Karya SMSR (1987), dan kurun waktu 1987 – 1990 sering mendapat penghargaan atas karya sketsa dan seni lukis dari Program Studi Seni Lukis ISI Yogyakarta. E-mail : [email protected]

LAKSMI SHITARESMIDilahirkan di Yogyakarta, 9 Mei 1974. Pendidikan terakhir di Fakultas Seni Rupa dan Desain Intistiut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Laksmi cukup aktif berpameran baik pameran tunggal maupun bersama. Pameran bersama yang baru saja diikutinya yaitu Pameran Seni Rupa pada Grand Opening Galeri Prawirotaman Art Work on Paper di Galeri Prawirotaman, Yogyakarta dan Pameran Seni Rupa Bumi Masih Berputar di Langit Art, Yogyakarta. Pameran tunggal terakhirnya berjudul Lakon 3 di Erasmus Huis Jakarta dan Lakon 2 di Sangkring Art Space Yogyakarta. Beberapa penghargaan pun pernah diraihnya, seperti yang terbaru pada tahun 2009 yaitu Penghargaan Distinc Uniquenness Golden Selection Women Artist Art Award Indonesia.


M FADHILL ABDIDilahirkan di Palembang, 30 Agustus 1987. Dua penghargaan yang baru diterimanya, Tahun 2012 menjadi pemenang ke-2 dalam kompetisi Trienal Seni Grafis IV Bentara Budaya, Pemenang ke-3 Kompetisi Karikatur Nasional Sungaiku Kini dan Nanti, Malang (2013). Pameran tunggalnya berjudul Repress, dipamerkan di 4 venue Bentara Budaya yaitu Jakarta, Bali, Solo, dan Yogyakarta. Aktif pula dalam pameran bersama seperti The Inagural Opening Art Xchange Gallery, Singapura, 3rd Graphic Art Biennial Of Szeklerland, Transylvanian Art Center & Szekler National Museum, Romania dan Realistic , Tahun mas Artroom, Yogyakarta, ketiga pameran tersebut di tahun 2015. E-mail : [email protected].

MADE GUNAWANPerupa yang berdomisili di Penatih Denpasar Bali ini, menyelesaikan pendidikannya di STSI Denpasar Bali. Beberapa kali berpameran dan yang terakhir yaitu pada tahun 2015 di Hadiprana Galery Jakarta dan di Ambiente Jakarta dengan judul pameran Garis Bali. Pernah mendapatkan penghargaan MURI sebagai pemrakarsa lukisan 1000 kotak.

MOELYOTODilahirkan di Solo pada tahun 1961. Gemar melukis sejak kanak-kanak dan mendapat pengaruh pula dari keluarga maupun lingkungan. Tahun 1981 – 2005 menekuni design graphic di Bali. Aktif mengikuti pameran bersama dari tahun 1981 hingga sekarang diantaranya Pameran Art Chromatic di Kuta Bali, Pameran National Watercolor di Bentara Budaya Bali dan Pameran Fabrianoinaquarello Italia (IWS), ketiganya di tahun 2015. Pameran Tunggalnya dilaksanakan tahun 2012 di Hotel Conrad Nusa Dua Bali.

MUHAMMAD VILHAMYLahir di Surabaya 7 November 1990. Salah satu perupa muda yang tinggal dan berkarya di Bandung. Menyelesaikan pendidikan di Seni Grafis FSRD ITB. Dalam berkarya ia banyak menggunakan teknik cetak dan gambar (cat air) dengan media kertas, lempengan dan beberapa teknik grafis. Beberapa karya yang dihasilkan mengekspresikan hubungan antara anak dan ibunya, atau bahkan karya beraliran budaya pop dan aliran dadaisme. Bergabung dalam komunitas Pemuda Setempat di Bandung dan pernah mengikuti kursus menggambar dibawah asuhan Erick Maradona. Penghargaan yang pernah diterima sebagai Pemenang dalam Kompetisi Mural di TPA Benowo Surabaya (2008), dan Pemenang Pertama kompetisi Mural STT Telkom Monumen Perjuangan Bandung. E-mail: [email protected].


NAJIB AMRULLAHPelukis kelahiran Tuban pada 19 April 1968, bakat melukisnya sudah tampak sejak kecil yang kemudian dilanjutkan ke pendidikan formal di Jurusan Seni Rupa UNS Surakarta. Aktif berpameran di antaranya ; pameran bersama Seleksi Pelukis Banten dan Koleksi Galnas, pameran seni rupa SLENCO di Bentara Budaya Jakarta dan pameran di Langkawi Art Bienalle Malaysia. Sedangkan pameran tunggalnya yaitu Pameran Penebusan Jiwa Suci di RBN Puspobudoyo. Ditahun 2015 ini mendapat penghargaan sebagai Ulumni UNS Berprestasi.

NOOR IBRAHIM (Ibrahim Noor)Lahir di Tidar Magelang, 20 Januari 1966. Belajar seni rupa pertama kali di Taman Budaya Surabaya dibawah bimbingan Yuliascana & Tadjudin. Menyelesaikan pendidikan di Fakultas Seni Rupa bidang studi Patung di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Aktif berpameran baik bersama maupun tunggal, memberi aneka workshop, dan sejumlah karya patungnya dikoleksi oleh banyak institusi dan kolektor. Pameran Tunggal diantaranya Society of Silence Mask’s Performance Art & exhibition di Gallery Igda Caen - Tours - Bordeaux - Toulouse – Paris, Imago di Yogyakarta dan Inkonfeso di Kemang Jakarta (2013). Pameran bersama dua tahun terakhir Langam logam dan ISI isi keduanya tahun 2014 di Kemang Jakarta. Sedangkan Borobudur Art Festival, Suko Pari Suko di Omah Petruk Karang Kletak Yogyakarta dan Grey di Grand Indonesia Jakarta, ketiganya tahun 2013. Pernah mendapat penghargaan sebagai pemenang ketiga dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Surabaya tahun 1984 dan juara pertama dalam Art Competition of Animal yang diselenggarakan oleh kebun binatang Surabaya tahun 1982.

PANDI NAKULA (Achmad Pandi)Lahir di Jember, 10 Maret 1972 dan saat ini menetap di Pemogan Denpasar bali. Sekitar tahun 1999 – 2003 memperdalam teknik drawing di Sanggar Senin – Kamis Sanur Bali. Mengikuti pameran bersama Jatim Art Now (2013) dan pameran KOLCAI (2014), keduanya di Bentara Budaya Bali.


POLENK REDIASA (I Nyoman ‘Polenk’ Rediasa)Bermukim di Singaraja Bali. Menyelesaikan pendidikan Seni Rupa Murni di ISI Denpasar dan Pasca Sarjana Kajian Budaya di Universitas Udayana Denpasar Bali. Sejak tahun 2010 hingga sekarang menjadi Staf pengajar di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan GANESHA Singaraja Bali. Aktif dalam kegiatan seni rupa dalam dan luar negeri, memberi Workshop “Indonesian Body Painting’di Wendeshim University, Zwolle, Nederland, dan di La rocelle University La rocelle, Prancis (2014). Pameran Tunggal Body Exploration di Galeri Nasional Indonesia, Colors and Olympicsm” The 3rd Beijing International Art Biennale di Museum Nasional Biejing China, keduanya tahun 2008. Pameran Lukisan Indonesia Art Motoring dan Indonesia Drawing Contemporary di Galeri Nasional Indonesia (2009). ‘13th Asean art Biennale Bangladesh’ di Ramma, Dhaka Bangladesh.

PUTRI FIDHINIDilahirkan di Bandung, 8 Januari 1992. Menyelesaikan studi di FSRD ITB. Aktif mengikuti pameran bersama, workshop dan mengelola event seni rupa sejak tahun 2009. Pameran bersama yang pernah diiikuti antara lain Spot Art, ARTrium di MCCI Singapore, Garden Art Fest di Goethe Institute Bandung dan Space Intruders 2 di UNKL Store Flagship Bandung, ketiganya di tahun 2014. Terlibat dalam pengelolaan workshop antara lain Asean Art Museum Director Forum di Borobudur Hotel Jakarta, New Media Art in Southeast Asia di ITB, keduanya tahun 2013.

RAHARDI HANDININGLahir di Semarang, 27 Februari 1979. Saat ini bekerja sebagai illustrator di Harian Kompas. Mengawali karier di tahun 1997 dengan mengisi kolom kartun di beberapa media di Indonesia. Beberapa kali berpartisipasi dalam pameran kartun baik di dalam maupun diluar negeri. Aktif mengikuti Festival Cartoon Internasional dan pernah mendapatkan penghargaan dari penyelenggara festival Cartoon Internasional di China, Korea, Jepang dan Turkey, seperti Penghargaan Best Cartoon Daejon Internasional Cartoon Contest Korea (2012), Best Cartoon Saejon International Cartoon Contest Korea (2013), Excellence Award dari University Cartoon Competition on Environmental Protection China (2013) dan terpilih 3rd Gold Panda International Cartoon and Illustration Competition, keduanya diselenggarakan di China.


RIFDA AMALIARifda Amalia lahir di Jakarta, 18 Desember 1991. Ia lulus dari jurusan Studio Seni Lukis Institut Teknologi Bandung pada tahun 2013. Saat ini melanjutkan ke Program Magister Seni Rupa ITB, dalam jalur minat Manajemen Seni dan Kekuratoran. Ia tergabung dalam sebuah kelompok bernama YIFI (bersama 6 orang perempuan perupa). Bersama YIFI aktif mengadakan program-program pameran seni rupa yang berperan sebagai seniman dan kurator.

RIZKY ZAKARIA / I K YDilahirkan di Bandung, 31 Agustus 1991. Menyelesaikan pendidikan di Pendidikan Seni Rupa UPI. Sejak tahun 2010 aktif berpameran baik bersama maupun tunggal. Beberapa pameran bersama yang pernah diikuti antara lain Sotoys, Self Original Toys, Lou belle, Bandung, Indonesia, Kompleks Karya Raya Pasar Seni ITB 2014, bersama United Kiaracondong. Bandung, Indonesia dan Angkot Day, Design Art Week. Holland, ketiganya di tahun 2015. Sementara pameran tunggalnya Gambar Pemandangan, Pemandangan, Bebas. Kotak Abu. Rumahproses. Bandung, Indonesia (2012). Penghargaan yang pernah diterima adalah Consolation Prize Winner, Painting Category. Peksiminas Palangka Raya, Kalimantan di tahun 2014. E-mail : [email protected]

ROBET KANLahir di Sleman, 07 Juni 1979, menyelesaikan pendidikan di ISI Yogyakarta. Aktif berpameran baik tunggal maupun bersama. Pameran Tunggal terbarunya di tahun 2015 berjudul MEDYTACJE di OKiE Bemowo Warsawa Polandia, Pameran Rayuan Pulau Kelapa dan Pameran APRIL MOOD, keduanya di Rumah Seni Sidoarum Yogyakarta

SAMUEL INDRATMABelajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada tahun 1990 hingga 1996. Samuel merupakan seniman visual berbasis komunitas, seorang muralis dan kreatif produser untuk musik di FMI record. Dia merupakan salah satu anggota penting dari kelompok seniman aktivis ApotikKomik, yang bekerja aktif tahun 1997 hingga 2005, menciptakan seni publik di Yogyakarta. Kelompok ini menggunakan seni publik sebagai perangkat komunikasi sosial. Samuel juga merupakan salah satu pendiri Jogja Mural Forum yang berdiri tahun 2005. Ia telah mengadakan berbagai pameran tunggal di Indonesia sejak 1997 hingga 2012, di Singapore Esplanade (2004), dan Australia (2007). Pada tahun 2003, dia menerima hibah residensi di Clarion Alley Mural serta di ArtPlay Melbourne dan Tasmania dari Asia Link dan Kelola pada tahun 2007. Sejak 1997 hingga sekarang, dia secara rutin mengikuti sejumlah pameran kelompok yang menonjol, biennale, dan proyek seni di berbagai negara. Saat ini Samuel aktif menjadi inisiator di Folk Mataraman Institute.


SIDDHARTHA KANDAHDJAJADilahirkan di kota Bogor pada tahun 1990, dan menyelesaikan pendidikan di FSRD ITB pada tahun 2008 dengan mengambil studi utama Seni Grafis. Saat ini bekerja dan tinggal di Bandung, juga aktif sebagai seniman yang berpameran dengan fokus pada karya medium cetak dan drawing. Tahun 2012 pernah menjadi finalis Trienal Seni Grafis Indonesia IV. Pameran terakhir yang diikuti Pameran 90an di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung, dan Encounter di Awanama Art Habitat Jakarta.

SIGIT RAMADHANLahir dan berdomisili di Bandung. Alumni Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI Bandung dan sekarang sedang menempuh pendidikan Pascasarjana Magister Seni Rupa di ITB. Aktif berkesenian terutama di medium seni cetak grafis cukil kayu sejaktahun 2008 dan tergabung dalam kelompok seniman United Kiaracondong. Dua pameran terakhir yang diikuti adalah All The Fancies And All The Dreams, di Lawangwangi Art & Science Estate, Bandung dan Kompleks Karya Raya Pasar Seni ITB 2014 bersama kelompok United Kiaracondong. www.sigitrmdhn.blogspot.com // @sigitrmdhn

STEFAN BUANALahir di Padang Panjang Sumatera Barat, 27 Februari 1971. Menyelesaikan studi di ISI Yogyakarta. Aktif ikut pameran bersama sejak tahun 1997, diantaranya yang terbaru The Straight Countour- Kupu-kupu Jimbaran Art Space-Bali (2013) dan BAKABA Sakato Group Exhibition Unity in Diversity, Affinity of Art, Hongkong (2014). Pameran Tunggalnya yang terbaru Memoir of Rice ICC (International Culture Centre) Pandaan, Surabaya, Indonesia (2011) dan Mental Gerilya Toni Raka Contemporary Gallery – Bali, Indonesia (2012). Penghargaan yang pernah diterima yaitu The Best Work di Sumatra Biennale – Padang pada tahun 2013. Email : [email protected] Website : www.stefanbuana.blogspot.com

SUPROBO PRASADALahir di Pati 10 Februari 1958. Bakat melukis mengalir dari Sang Ayah Ngari Mangundihardjo, yg memang seorang pelukis di daerahnya. Semasa SLA sudah dikenal sebagai pelukis dan sering mendapat penghargaan dalam kejuaraan lomba melukis. Sudah 20 kali berpameran tunggal, terakhir tahun 2013 di Pacific Place Jakarta dan tahun 2015 di KOI gallery Jakarta.


SUNARYO (Drs. Sunaryo)Dilahirkan di Banyumas, 15 Mei 1943, saat ini tinggal di Bukit Pakar Timur 25 Bandung. Menyelesaikan pendidikan di ITB (1969) dan mendalami teknik patung marmer di Carrara Itali. (1974 – 1975). Sejak tahun 1970 – 2008 menjadi Dosen Seni Rupa di ITB, lalu tahun 1976 – 1980 menjadi Kepala Studio Seni Patung dan tahun 1988 – 1992 menjadi Ketua Jurusan Seni Murni. Memiliki pengalaman dalam berbagai lembaga seni maupun proyek seni sejak tahun 1966. Tahun 2007 menjabat sebagai Ketua pelaksana “The 22nd Asian International Art Exhibition (AIAE)”, mengelola 10 negara Asia dengan ± 150 seniman, di Selasar Sunaryo Art Space. Tahun 2011 menjadi Tim juri Sayembara Patung Hardscape Ecopark, diselenggarakan oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol. Aktif berpameran baik bersama maupun tunggal. Pameran bersama yang terakhir diikutinya adalah Pameran Trienal Seni Patung Indonesia #2 VERSI di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran Tunggal Pameran Karya Instalasi Titik Bumiku dalam rangka pameran Design diselenggarakan oleh HDII – Jakarta, Gedung JCC, Jakarta (2010). Sejak tahun 1978 sering mendapatkan penghargaan, dan penghargaan yang terakhir diterimanya adalah Penghargaan Anugerah Budaya Kota Bandung dari Walikota Bandung, Penerima Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi kategori “Anugerah Seni” dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Kebudayaan dan Penghargaan Anugerah Adhikarya Rupa dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Direktorat Jendral Ekonomi kreatif berbasis Seni Budaya), ketiganya di tahun 2014. E-mail : [email protected]

TATANG BSPDilahirkan di Tegal pada bulan Maret 1965. Beberapa pameran bersama yang diikutinya tahun 2010 Bazaar Art Jakarta, Green ArtSpace, Jakarta, Myth Of Beauty, The Ritz-Carlton Jakarta dan Festival Hujan, Bentara Budaya Bali. Tahun 2012 Sudamala: An Artistic Journey, Sudakara Artspace, Sanur, Bali dan tahun 2013 Bali Art Fair 2013 : Bali on the Move, Tonyraka Art Gallery, Ubud, Bali.

THREEDA MAYRAYANTILahir di Yogyakarta 13 Mei 1966. Mengenyam pendidikan seni rupa di SMSR Yogyakarta Jurusan Lukis, yang kemudian dilanjutkan di FSRD Seni Murni ISI Yogyakarta. Saat ini tinggal di Yogyakarta. Dua pameran terakhirnya adalah Pameran Bersama Lukis dalam rangka Ulangtahun Sanggar Bambu di Jogja Gallery Yogyakarta (2013) dan Pameran Tunggal StranggerIn My Pilllow di Sangkring Art Space (2010).


WAYAN UPADANALahir di Gianyar, 9 September 1983. Mengikuti pendidikan seni rupa di ISI Yogyakarta dan saat ini menetap di Gianyar Bali. Beberapa kali mengikuti pameran bersama diantaranya Triennale Seni Patung Indonesia VERSI Galeri Nasional Indonesia, Glo-Bali-Sasion di Uluwatu hand made and lace, Sanur, Bali, Colek Pamor Sanggar Dewata Indonesia, Arma Museum, Bali, Bali Return Economy di Fremantle Art Centre Western Australia, semuanya di tahun 2012. Sedangkan Pameran Tunggalnya Home Bentara Budaya Yogyakarta dan di Ganesha Gallery, Four Seasson Jimbaran Bali, keduanya di tahun 2014. Tahun 2015 mendapat kesempatan Artist in residence Fremantle Art Centre, Western Australia. E-mail : [email protected].

YOYOCK SURYOLahir di Yogyakarta, Juni 1971. Menyelesaikan pendidikan di ISI Yogya tahun1998. Pengalaman mengelola beberapa event di Yogyakarta di antaranya mengelola Joglo Seni Art Sociates, Bantul, Jogja National Museum (2008), JNM Yogya, dan JNM Art Space Jakarta (2009 – 2011). Pameran yang pernah diikutinya antara lain Power Wagon, JNM (2009), ASIA ART LINK#3, Manila, Philipina. (2010), The Art Of Motorcycles, TBY; SASARAN International Arts Festival, Kuala Selangor, Malaysia. (2011), ASIA ART LINK#4, Hanoi, Vietnam. (2012). Steak Daging Kacang Ijo, MDTL Bantul; Charity Tribute To Sudjud Kendang, XT Square Yka. (2013). Thai – Indonesian Exhibition#1, Uttaradhit, Thailand; Haiyan International Art Fundraising Exhibition, Pasay City, Philipina; Thai – Indonesian Exhibition#2, BBY; MAS REJO Mengusung Revolusi Mental, Galeri 678 Jakarta (2014). Uluk Salam Sanggarbambu, Kalasan Yogyakarta; Persatuan Paguyuban “Kolam Susu”, TBY; Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta; Sehari Boleh Gila, TahunMas Art Room Yogyakarta (2015).

YUSWANTORO ADILahir di Semarang, 11 November 1966. Sejak tahun 1987 hingga 2014 sekitar 100 kali lebih mengikuti pameran bersama baik di dalam maupun luar negeri seperti di Yogyakarta, Magelang, Solo, Semarang, Surabaya, Jakarta, Malang, Denpasar, Banjarmasin, Philipina, Malaysia, Brunei, Singapura dan Shanghai China. Beberapa kali berpameran tunggal diantaranya Uang dan Bocah Kita di Bentara Budaya Yogyakarta (1998), Proyek Seni rupa Yuswantoro Adi Bermain dan Belajar di Galeri Lontar Jakarta (2002) dan BeranakPinak di Sangkring Art Space (2013), Pameran Untukmu Guruku di Museum H Widayat, Mungkid, Magelang (2014), Pameran Kembalinya Sabdopalon dan Noyogenggong di Bentara Budaya Yogyakarta, Pameran Kelompok Suka Pari Suka Atas Nama Benda di Bentara Budaya Bali (2015). Penghargaan yang pernah diterima tahun 1987 karya Sketsa Terbaik ISI Yogyakarta dan karya Seni Lukis Cat Minyak terbaik ISI Yogyakarta. Tahun 1990 Juara III Lomba Karikatur Pariwisata dari PEMDA DIY dan tahun1997 Lima Besar Utama Lomba LUkis YSRI – PMIAA dan Grand Prize Winner Philip Morris ASEAN Art Award di Manila Philipina.

pameran ilustrasi cerpen 2014 - bentara · pdf filesastra murni yang tak ada gunanya. ......

Documents