pabrik pengolahan sampah di kabupaten …eprints.ums.ac.id/70267/12/publikasi ilmiah.pdfpabrik...
TRANSCRIPT
PABRIK PENGOLAHAN SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Oleh :
FLANDI PRAMUDITYO
D300 140 073
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PABRIK PENGOLAHAN SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
FLANDI PRAMUDITYO
D300 140 073
Telah dipriksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen pembimbing
Ir. Samsudin Raidi, M.Sc.
NIK. 652
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Pabrik Pengolahan Sampah di Kabupaten Klaten
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
FLANDI PRAMUDITYO
D300 140 073
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 02 Januari 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Ir. Samsudin Raidi, M.Sc. (..........................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Ir. Indrawati, MT (..........................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Ir. W. Nurjayanti, MT (..........................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan Fakultas Teknik
Ir. Sri Sunarjono, MT., Ph.D., IPM
NIK. 682
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana
atau memperoleh hibah pada suatu perguruan tinggi mana pun. Serta sepanjang
pengetahuan penulis tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan
diterbitkan oleh orang lain. Terkecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti terdapat ketidak benaran dalam pernyataan saya
diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, ………….. 2019
Peneliti
Flandi Pramudityo
NIM. D 300 140 073
1
PABRIK PENGOLAHAN SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN
Abstrak
Sampah merupakan hasil dari suatu proses yang tidak dibutuhkan lagi dan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sampah masih saja menjadi sumber
permasalahan di seluruh daerah di Indonesia, terutama di kota-kota besar dan padat
penduduk. Permasalahan yang muncul mulai dari pencemaran udara, pencemaran
lingkungan, banjir, penurunan kualitas lingkungan hidup, dan masih banyak lagi.
Permasalahan ini dipicu oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan
sampah, dan lagi pengelolaan sampah dari pemerintah yang kurang maksimal.
Penggunaan sistem Sanitary Landfill (penimbunan sampah) dalam penanganan
sampah yang dicanangkan oleh pemerintah sudah terbukti tidak mampu lagi
mengatasi permasalahan sampah, karena laju produksi sampah dengan lahan untuk
penimbunan sudah tidak berimbang. Perlu adanya sistem pengelolaan yang baru,
bukan hanya jangka pendek seperti sebelumnya, namun juga penanganan sampah
jangka panjang. Permasalahan yang dihadapi antara lain: pemilihan lokasi pabrik
pengolahan sampah, penataan kawasan pengolahan sampah, desain pabrik dengan
konsep islami. Pembangunan ini bertujuan agar masyarakat sadar dan menerima
pabrik pengolahan sampah, memaksimalkan pengolahan sampah melalui penataan
dan sirkulasi kawasan, dan menjadi percontohan bangunan fungsi industri dengan
konsep penekanan islami. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan diatas
meliputi, pencarian data berupa studi pustaka; studi kasus; wawancara; pengamatan
data fisik dan data non fisik wilayah perencanaan. Pengolahan data dilakukan
berupa analisa terhadap data yang diperoleh, selanjutnya perumusan konsep
dilakukan berdasarkan analisa yang telah dilakukan. Berdasarkan metode tersebut
diperolah beberapa hasil, antara lain: proses pengolahan sampah dengan konsep
Waste to Energy Plan (WTE); menggabungkan fungsi industri dan wisata edukasi,
untuk menarik minat masyarakat agar datang dan belajar tentang pengolahan
sampah; penataan kawasan dengan sirkulasi searah dan membagi sirkulasi prifat
dan publik; menjadi kawasan hijau yang dapat diterima masyarakat di kecamatan
terpilih; desain konsep islami Ukhuwah (hubungan), dengan analogi bentuk berupa
sarang semut yang menyatukan beberapa bangunan menjadi satu fasad.
Kata kunci: Sampah, Pabrik,Waste to Energy Plan, WTE, Pengolahan Sampah.
Abstract
Waste is the result of a process that is no longer needed and cannot be separated
from human life. Garbage is still a source of problems in all regions in Indonesia,
especially in large cities and densely populated. Problems that arise from air
pollution, environmental pollution, floods, degradation of the quality of the
environment, and much more. This problem was triggered by a lack of public
awareness in waste management, and more waste management from the
government that was not optimal. The Sanitary Landfill system is used for handling
waste launched by the government has been proven to be unable to cope with the
2
garbage problem anymore, because the rate of waste production with land for
landfilling is not balanced. There needs to be a new management system, not only
short-term as before, but also long-term waste management. The problems faced
include: choosing the location of the waste processing plant, structuring the waste
processing area, factory design with the Islamic concept. This development aims to
make the community aware and accept waste processing plants, maximize waste
management through regional arrangement and circulation, and become a model
for building industrial functions with the concept of Islamic emphasis. The method
used to achieve the above objectives includes, searching for data in the form of
literature studies; case study; Interview; observation of physical data and non-
physical data in the planning area. Data processing is done in the form of analysis
of the data obtained, then the formulation of the concept is based on the analysis
that has been done. Based on this method, several results were obtained, including:
waste processing with the concept of Waste to Energy Plan (WTE); combining
industrial functions and educational tourism, to attract the public to come and learn
about waste management; structuring the area with direct circulation and dividing
private and public circulation; become a green area that can be accepted by people
in selected sub-districts; the design of the Islamic concept of Ukhuwah
(relationship), with an analogy in the form of an ant nest that unites several
buildings into one facade.
Keywords: Waste, Plant, Waste to Energy Plan, WTE, Waste Management.
1. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Pabrik pengolahan sampah merupakan suatu tempat atau kawasan yang menjadi
tempat pengolahan sampah yang mengembangkan hasil olahan berbahan dasar
sampah yang berlokasi di Kabupaten Klaten. Kabupaten Klaten merupakan
kabupaten yang berbatasan langsung oleh oleh 2 kota besar (Yogyakarta dan
Surakarta) dan 2 kabupaten berkembang (Sukoharjo dan Boyolali). Bangunan
dengan fungsi industri ini bertujuan untuk mengolah sampah dengan cara
dimusnahkan, daur ulang, dan pemrosesan alami. Fasilitas lainnya pada kawasan
ini juga terdapat fungsi rekreasi dan edukasi tentang sampah. Desain kawasan
didasarkan pada material yang digunakan dan penataan kawasan, dengan konsep
modern futuristik dan pendekatan arsitektur islami.
1.2 Latar belakang
Dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang dimaksud
dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
3
berbentuk padat. Dalam kehidupan sehari-hari ada 2 jenis sampah, yakni organik
dan anorganik. Menurut staff ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Sabar Ginting mengatakan bahwa, “diperkirakan produksi sampah 0,5-0,8 kg per
hari per orang. Mencapai 100 Ton/hari untuk 200.000 jiwa. TPA mampu
menampung 40-50%, dan sisanya dilahan kosong/dibakar”(Rikin, 2018).
Pengelolaan sampah di Indonesia masih belum maksimal, sehingga masih
banyak tumpukan sampah yang belum bisa ditangani. Dalam pengelolaan sampah,
pemerintah masih menggunakan sistem sanitary landfill yakni dengan mengubur
sampah yang ditampung oleh TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) pada lahan yang
luas. Cara ini cukup beresiko dalam perusakan lahan, karena berbagai macam
sampah yang ada didalamnya dan waktu penguraian yang panjang, juga
membutuhkan lahan yang luas sebagai tempat penimbunan sampah, begitu pula
dengan pengelolaan sampah di Kabupaten Klaten. Masyarakat Klaten dalam
pengelolaan sampah masih banyak yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat
melalui komposting, pembakaran, pengolahan kreatif dan lain sebagainya. Belum
ada upaya pemerintah dalam pengolahan dan pemanfaatan sampah secara padat
modal yang mampu mengurangi jumlah tumpukan sampah secara signifikan.
Dalam beberapa kasus penumpukan sampah dalam jumlah besar dapat
mengakibatkan pencemaran air tanah, ini dibuktikan banyaknya aksi penolakan
terkait keputusan pemerintah dalam memilih lokasi yang difungsikan sebagai TPS
maupun TPA sementara. Sesungguhnya perilaku perusakan lingkungan seperti ini
telah membuat manusia keluar dari fitrahnya sebagai Khalifahdi bumi.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui"(Q.S. Al-Baqarah,30).
Dijelaskan dalam buku Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi, bahwa
khalifah adalah suatu jabatan yang bersifat kreatif ketimbang sekedar status.
4
Eksistensinya terletak pada daya kreatifitasnya dalam misi memakmurkan bumi
(Saefuddin, 1991).
Kurangnya edukasi tentang sampah membuat warga semakin enggan berurusan
dengan sampah, yang selanjutnya menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat
tentang pengelolaan sampah yang baik. Semakin lama semakin banyak produk-
produk inovasi ditengah-tengah masyarakat, namun pengetahuan masyarakat akan
sampah masih sama seperti kakek dan nenek mereka, yang didominasi oleh sampah
organik.
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda:
“Ilmu itu memberi kepada seseorang untuk membedakan antara yang haq
dan yang bathil, serta menuntun ke jalan yang lurus…”
Ini adalah bukti pentingnya edukasi terhadap masyarakat luas sehingga mereka
terhindar dari perbuatan yang bathil dan menyeru kepada yang haq, agar manusia
dapat kembali kepada fitrahnya sebagai khalifah di bumi yang membawa kebaikan
(Saefuddin, 1991).
Secara turun-temurun pengelolaan sampah dilakukan dengan membuat lubang
di kebun lalu setelah terkumpul cukup banyak selanjutnya akan dibakar. Pada masa
sekarang ini masyarakat kesulitan untuk memiliki lahan yang luas sebagai
pekarangan, akibatnya sampah tidak mampu dikelola dengan sistem yang sama
yang diedukasi oleh kakek-kakek mereka. Akibatnya ruang-ruang kosong, tepi
jalan, lahan pertanian, dan sungai yang dianggap tidak bermanfaat bagi mereka
menjadi tempat pembuangan sampah bagi masyarakat. Masyarakat tidak menyadari
bahwa ini akan merugikan orang lain, dengan kata lain pelaku yang membuang
sampah dilahan orang lain tanpa izin atau ridho dari sang pemilik lahan sudah
berbuat dzalim.
Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, menuturkan bahwa Rasulullah saw
bersabda:
“Waspadailah do’a orang yang dizalimi, sebab ia akan diangkat naik ke
langit seakan-akan bagai percikan bunga api.” (Hadits shahih).
5
Dalam hadits lain dari Anas bin Malik dan diriwayatkan Ahmad disebutkan
bahwa tidak ada penghalang (hijab) do’a orang yang terdzalimi untuk diterima
Allah, karena do’a-do’a mereka mustajab dan akan dikabulkan Allah dalam sekejab
(El-Ashim, 2016).
Dalam hal ini, pemerintah dituntut untuk mempercepat laju pembangunan pabrik
pengolahan sampah yang mampu menangani secara penuh sampah di Kabupaten
Klaten yang statusnya saat ini sudah darurat sampah. Isu yang berkembang
ditengah-tengah masyarakat, tentang perlakuan terhadap buruh pabrik.
Perancangan desain pabrik yang hanya diperuntukkan memaksimalkan penataan
mesin-mesin produksi, yang secara psikologis dan emosional buruh-buruh pabrik
tidak diperhatikan. Akhirnya produktivitas buruh hanya diukur melalui besar
kecilnya gaji yang diberikan. Konsep kolonialisme (eksploitasi) tidak sesuai dengan
konsep islami, sesuai dengan firman ALLAH:
“kekayaan dilarang untuk hanya berputar di kalangan orang-orang yang
kaya saja.” (QS. Al-Hashr:7).
Selain perancangan pabrik yang lebih memperhatikan pengguna ruang/buruh
pabrik, diharapkan keberadaan kawasan pengolahan sampah ini dapat menjadi
lahan baru dalam penyerapan pengangguran melalui program-program
pemberdayaan masyarakat dan mitra kerja.
1.3 Rumusan masalah
Rumusan masalah yang dapat diperoleh berdasarkan latar belakang diatas adalah
bagaimana pemilihan lokasi yang tepat sebagai wadah penolahan sampah; penataan
kawasan yang mampu menampung fungsi industri dan rekresi edukasi di dalamnya;
merancang bangunan pabrik dengan konsep pendekatan islami.
1.4 Tujuan dan sasaran
Tujuan yang hendak diperoleh, antara lain: agar masyarakat dapat menerima
keberadaan Pabrik Pengolahan Sampah yang diperlukan untuk mengatasi
permasalahan sampah di Klaten; untuk menciptakan sirkulasi yang efektif di
kawasan pengolahan sampah yang juga memiliki fungsi edukasi; menciptakan
atmosfer baru yang mematahkan konsep eksploitasi buruh pada bangunan fungsi
6
industri dengan konsep pendekatan desain islami. Adapun sasaran yang ingin
dicapai melalui pengolahan sampah ini adalah membangun ukhuwah dan
menghindari perbuatan dzalim; meningkatkan mutu lingkungan hidup yang bersih
dari sampah; menghasilkan energi mandiri melalui pengolahan sampah;
menghasilkan produk-produk baru yang bermanfaat melalui penelitian tentang
sampah.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam mencapai tujuan yang diharapkan melalui beberapa
proses, meliputi pengumpulan data berupa studi pustaka, studi banding, serta data
fisik dan non fisik wilayah perencanaan. Pengolahan data dan pembahasan berupa
analisa terhadap data yang diperoleh. Perumusan konsep dilakukan berdasarkan
analisa yang telah didapatkan.
2.1 Studi pustaka
Sampah adalah limbah padat terdiri dari sampah organik, sampah anorganik dan
sampah B3 yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan (Anggraini, Pertiwi, & Bahrin, 2012 dalam Kepala
Dinas dan Tata Kota Palembang, 1999). Bagi kalangan pabrik, yang dimaksud
dengan sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah diolah di pabrik yang mungkin
saja bentuknya sudah tidak seperti aslinya yang dapat berupa cairan atau padatan,
sebagai contoh: ampas tebu; bungkil kacang; kulit biji kelapa sawit (Hadiwiyoto,
1983).
Ir. Soewedo Hadiwiyoto (1983), menjelaskan bahwa ada beberapa perbedaan
pengertian tentang sampah, yang jawabannya didasarkan pada bidang profesinya
atau kebiasaan di lingkungan pekerjaannya. Dari sana ia mengambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan “sampah” adalah sisa-sisa bahan yang mengalami
perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena
pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya lagi, yang ditinjau dari segi
ekonomis sudah tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestarian.
7
Pabrik adalah suatu bangunan industri besar di mana para pekerja mengolah
benda atau mengawasi pemrosesan mesin dari satu produk menjadi produk lain,
sehingga mendapatkan nilai tambah (https://kbbi.web.id/, 2012). Menurut undang-
undang No 5 tahun 1984 tentang perindustrian, yang dimaksud dengan “industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah menjadi bahan baku, bahan
setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk
penggunaannya termasuk perekayasaan industri”(Hasanah & Widowati, 2011).
Pada umumnya di masyarakat pengolahan sampah yang dilakukan secara mandiri
yakni dengan cara dibakar, cara ini sangat beresiko mengakibatkan kemungkinan
kontaminasi udara dari hasil pembakaran sampah. Salah satu pencemar udara
adalah Total Suspended Particulate (TSP) (Palureng, Jati, & Siahaan, 2017).
Produk yang dihasilkan nantinya melalui pengelolaan sampah yang
berkonsepkan Waste to Energy Plan (WTE). Konsep Waste to Energy Plan (WTE)
merupakan konsep pengelolaan sampah yang memanfaatkan sampah menjadi
energi
Gambar 1. Konsep Waste to Energy Plan (WTE)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Destilia A.; Mutuara B. P.; dan David
Bahrin (2012), menunjukkan bahwa sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku untuk pembuatan pupuk organik (kompos) dan biogas. Jenis sampah
organik dari hewani berpotensi menghasilkan gas metana (CH4) yang lebih banyak
8
dibandingkan dengan sampah organik nabati (sayuran). Dengan melalui komposisi
yang tepat dan waktu fermentasi yang sesuai maka akan menghasilkan gas metana
(CH4) yang maksimal.
Rekreasi, dalam bahasa latin “re-creare” yang berarti memuat ulang, yakni
kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang,
yang dilakukan diluar pekerjaan dalam bentuk pariwisata, olah raga, permainan,
dan hobi (Pribadi, 2013). Menurut Nur Fahmy (2013), taman rekreasi adalah tempat
yang digunakan orang pada umumnya dalam melakukan aktifitas yang bersifat
menghibur, yang bertujuan untuk menyegarkan pikiran mereka setelah jenuh
dengan rutinitas yang mereka jalani. Ada banyak macam jenis rekreasi, dalam dunia
pariwisata ada beberapa jenis rekreasi, yaitu: rekreasi alam; bangunan: dan buatan.
Edukasi dalam KBBI, diartikan sebagai pendidikan, yakni proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Ada 3 bentuk pendidikan
(Andhiecka.Wordpress, 2011), yakni: Pendidikan Formal; Pendidikan Non-formal;
Pendidikan Informal.
Konsep yang diambil dalam perancangan bangunan adalah konsep Muamalah.
Fiqih Muamalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang
berdasarkan hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam
kehidupannya yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci;dari segi bahasa,
muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti perlakuan atau
tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan (Buitenzorg, 2018).
Selain aqidah Rosulullah selalu mengingatkan kita untuk menjaga silaturahmi
dan selalu memuliakan tamu. Ini berarti begitu pentingnya konsep hubungan sosial
dalam kehidupan manusia. Implementasi dalam perancangan adalah pembentukan
kawasan yang terbuka dan dapat menampung kegiatan sosial masyarakat, dengan
memperhatikan potensi-potensi sekitar sehingga tidak terjadi konflik sosial.
2.2 Studi banding
Amager Barkke merupakan buah karya dari seorang arsitek Byarke Ingels, dalam
kompetisi Amager Resource Center di Copenhagen, Denmark. Byarke Ingels
9
mendapatkan penghargaan “2015 Progressive Architecture Awards” atas karyanya
dalam bidang industri untuk fasilitas umum. Menerapkan konsep High-Tech dan
gayaPost Modern, dengan mengintegrasikan lereng ski ke atap dan dinding panjat
tebing di satu wajah, arsitek membangun lokasi proyek: bagian dari Copenhagen di
pulau Amager yang telah menjadi tujuan bagi penggemar olahraga ekstrim, berkat
tamannya, pantai, bukit pasir, dan laguna untuk kayak dan selancar angin. Dengan
luas 1,02 ft² atau 9,5 Ha dan tinggi 100 meter, yang akan menjadi salah satu
landmark tertinggi di Copenhagen (Keegan, 2015).
Gambar 2. Amager Barkke
Proyek yang dinamakan Amager Barkke ini dimaksudkan sebagai bangunan
pengolahan limbah menjadi energi atau Waste to Energy Plant. Pabrik ini dirancang
untuk memproses 435.000 ton sampah per tahun, yang diubah menjadi energi panas
dan energi listrik rumah tangga lokal (Keegan, 2015). Ketika selesai pada tahun
2017, Pabrik ini menghasilkan energi panas bagi 160.000 rumah tangga dan energi
listrik untuk 62.500 tempat tinggal, yang sepenuhnya didorong oleh sampah kota,
cerobong asapnya menandai setiap ton karbon dioksida yang habis dengan cara
mengalirkan uap “lingkaran asap” yang memberikan indikasi jelas dan
menyenangkan kepada penduduk Kopenhagen (https://www.modlar.com/, 2015).
Eksterior terdiri dari kotak damar pekebun ditumpuk dengan kaca antara,
menciptakan semacam dinding masonry hijau super besar porositas yang akan
memberikan interior dengan cahaya alami substansial dan memberikan elevasi
penampilan bermotif (Keegan, 2015). Bagian atap digunakan sebagai ruang publik
10
yang menarik minat masyarakat untuk datang karena digunakan sebagai lintasan
ski, selain itu juga terdapat fasilitas-fasilitas umum lainnya yang bisa digunakan
masyarakat saat berkunjung.
2.3 Gambaran umum wilayah perencanaan
Kabupaten Klaten merupakan salah satu kabupaten di Povinsi Jawa Tengah, yang
diapit oleh dua kota besar, yakni Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakata, juga
berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali. Secara
geografis Kabupaten Klaten terletak diantara 110°30′-110°45′ Bujur Timur dan
7°30′-7°45′ Lintang Selatan.
Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km², dengan jumlah penduduk
mencapai ±1.486.426 jiwa pada tahun 2015 dan laju pertumbuhan penduduk rata-
rata sebesar 0,41% per tahun (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2017).
Kabupaten Klaten terdiri atas 26 kecamatan, saat ini Klaten mengalami
perkembangan pada sektor pariwisata karena memiliki potensi sumber mata air
yang melimpah. Pada sektor budaya dan kearifan lokal juga masih dapat dilihat
dibeberapa kecamatan dengan pengembangan sektor pertanian dan perikanan.
Sama halnya dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten Klaten juga
menghadapi masalah dalam persampahan.
Dari laporan pemberitaan jumlah sampah yang diterima di TPA dengan
perhitungan sampah per jiwa memiliki selisih lebih dari 90%, ini menunjukkan
bahwa pengelolaan sampah di Klaten masih belum berjalan dengan baik. Begitu
halnya dengan pengelolaan sampah di kabupaten-kabupaten tetangga, yang
pengelolaannya sudah berjalan namun belum dapat menangani permasalahan
sampah secara penuh dan optimal. Dalam laman http://sipsn.menlhk.go.id/
merupakan situs resmi Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN)
dapat dilihat jumlah sampah yang tertampung di TPA dan yang tidak terkelola.
Site terpilih berdasarkan pertimbangan pemilihan lokasi pusat pengolahan
sampah adalah sebagai berikut: tidak berlokasi di danau, sungai, dan laut; kondisi
geologi lahan; kondisi hidrogeologi lahan; jarak dengan lapangan terbang;
11
Ketersediaan sarana prasarana dan utilitas; aksesbilitas pencapaian; status lahan;
ketersediaan zona penyangga yang berfungsi mengurangi akibat dari gangguan-
gangguan kenyamanan (bau, kebisingan, dsb); Daerah/bangunan khusus.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 11 tahun 2011, tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten tahun 2011-2031, paragraph 6
tentang Kawasan Peruntukkan Industri pasal 35 ayat (2), kawasan peruntukkan
lokasi industri besar diantaranya di Kecamatan Ceper dengan luas ±342 Ha. Ayat
(4), kawasan peruntukkan industri kecil dan mikro di Kecamatan Ceper, antara lain:
Industri Pengecoran Logam; Industri Konveksi; Industri Genteng.
Site merupakan lahan bekas Pabrik Gula di Ceper, namun bukan bangunan cagar
budaya dan tidak jelas peruntukkannya. Luas keseluruhan kawasan ±17,9 Ha. Ada
beberapa keuntungan site di Kecamatan Ceper, antara lain: merupakan kawasan
peruntukkan Industri; aksesnya mudah dicapai, ±2,5 km dari Jalan Utama Jl. Jogja-
Solo.
Gambar 3. Eksisting site
12
2.4 Analisa
Berikut merupakan analisa berdasarkan data yang diperoleh:
Tabel 1. Analisa
Kebutuhan ruang
Area parkir
Area masjid
Area zona pengolahan industri
- Loading dock
- R. Pemilahan
- R. Preparasi
- R. Pengolahan
- R. Khusus sampah padat rumah sakit
- Gudang
- Biogas Energy
- Waste to Energy
- R. Administrasi
Area zona edukasi, dan pengembangan produk olahan
- Hall
- R. Komunitas
- R. Seminar
- Lab. Komputer
- R. Perpustakaan
- R. Workshop
- R. Pameran
- Lavatory
- Kantin
Area zona rekreasi
Pencapaian
Site hanya memiliki 2 jalur pencapaian, yakni: Jl. Karangwuni (sisi selatan); dan Jl.
Ceper (sisi timur) yang menjadi jalur angkutan umum.
Berjarak 2.5 km dari Jl. Jogja-Solo.
Site berada pada Kecamatan Ceper yang diperuntukkan sebagai zona industri.
Eksisting site
Site merupakan bekas pabrik gula yang sudah tidak difungsikan lebih dari 10 tahun.
Batas site: Sisi utara (permukiman, instansi pendidikan); sisi selatan (lahan
pertanian); sisi barat (permukiman); sisi timur (pertokoan, permukiman).
Pencemaran udara
Sampah yang akan diolah akan menimbulkan bau yang dapat mengganggu
masyarakat sekitar, karena site dikelilingi oleh permukiman.
Proses pengolahan sampah dengan dibakar, asap pembakaran berpotensi
mengganggu permukiman, diperlukan cerobong asap dengan tinggi ±100 m.
13
Zonasi kawasan
Pembagian zona diperlukan untuk mempertegas posisi bangunan dan lahan hijau.
Sirkulasi
Pola sirkulasi perlu diperhatikan agar tidak terjadi pertabrakan karena terdapat
kegiatan industri (prifat) dan kegiatan wisata (publik).
Massa bangunan
Kawasan dengan 2 bangunan utama dan beberapa massa bangunan pendukung
(massa jamak).
Memperhatikan penataan massa bangunan yang berkaitan dengan sirkulasi site.
Tampilan Arsitektur
Bangunan vertikal dengan standar bangunan bukan skala manusia.
Memberikan kesan kemajuan teknologi.
Memperhatikan bentuk bangunan
Struktur
Menggunakan sistem struktur yang relefan untuk bangunan tinggi.
Penggunaan material bangunan yang dapat merefleksikan konsep futuristik
Utilitas
Menghasilkan listrik yang bisa mencapai 30 MW, yang mampu dimanfaatkan secara
luas untuk kawasan dan masyarakat sekitar.
Pembangkit listrik setara satu kecamatan.
Pendekatan Arsitektur Islam
Merefleksikan konsepsi pemikiran islam.
Penekanan konsep islam pada nilai Ukhuwah (hubungan).
Makhluk ALLAH SWT yang merefleksikan konsep bermuamalah adalah semut,
mulai dari cara bekerja secara berkelompok hingga membangun sarang mereka.
Sumber: Penulis (2019)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gagasan perencanaan
Perancangan Pabrik Pengolahan Sampah dimaksudkan untuk menyelesaikan
permasalahan sampah yang sedang menjadi perhatian penuh di seluruh Indonesia,
bukan hanya karna permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah, namun juga
sebagai evaluasi dari sistem sanitary landfill yang sudah berjalan, serta menjadi
percontohan baru dalam pengadaan bangunan pengolahan sampah dengan konsep
Islami.
Produk yang akan dihasilkan dari pengolahan sampah di pabrik ini, dengan
mengusung konsep Waste to Energy Plan (WTE) dimaksudkan untuk
memanfaatkan sampah untuk kebutuhan masyarakat luas, selain fungsi
14
pemusnahan sampah. Dikolaborasikan dengan pengolahan sampah dengan cara
daur ulang.
Gambar 4. Konsep Kerja Sama dalam Investasi
Kawasan pabrik menggabungkan fungsi industri dan wisata edukasi, sebagai
salah satu penanggulangan sampah di Kabupaten Klaten sejak dini melalui edukasi
masyarakat, dan pengembangan masyarakat dalam mengelola sampah. Sampah
merupakan investasi jangka panjang dalam pengolahan yang tepat, akan tetapi
masalah yang ditimbulkan lebih cepat dari penanganannya. Biaya yang dibutuhkan
setara dengan tingkat Provinsi, namun luas daerah yang dapat dilayani hanya 3-5
Kabupaten. Melalui konsep kerjasama dan pengelolaan berkala, direncanakan
penanganan sampah dapat terselesaikan dalam waktu 7-9 tahun dengan masa
investasi lebih dari 20 tahun.
Konsep kerjasama dalam penanganan sampah adalah penggambaran konsep
bermuamalah, tidak ada yang dirugikan dengan perencanaan obyek perancangan,
selain itu bermanfaat bagi Kabupaten Klaten dan sekitarnya. Pendekatan konsep
islami bertumpu pada kemunculan obyek perancangan yang mampu mengurangi
perusakan terhadap lingkungan, meningkatkan edukasi kepada masyarakat akan
sampah, menekan perbuatan dzalim secara langsung, dan meningkatkan ukhuwah
di tengah-tengah masyarakat.
Lingkup yang lebih intim, konsep bermuamalah berjalan di lingkup kawasan
pabrik dan masyarakat sekitarnya. Bukan hanya sekedar pabrik pengolahan,
15
kawasan ini juga difungsikan sebagai rekreasi terbuka bagi masyarakat dalam
menjalankan kehidupannya. Pada lingkup pabrik tidak hanya menggunakan
standar-standar ruang yang universal, karena dalam kehidupannya umat
3.2. Konsep
Tabel 2. Besaran ruang keseluruhan
Kebutuhan ruang Luas (m²)
Area parkir
Area masjid
Area zona pengolahan industri
- Loading dock
- R. Pemilahan
- R. Preparasi
- R. Pengolahan
- R. Khusus sampah padat rumah sakit
- Gudang
- Biogas Energy
- Waste to Energy
- R. Administrasi
Area zona edukasi, dan pengembangan produk
olahan
- Hall
- R. Komunitas
- R. Seminar
- Lab. Komputer
- R. Perpustakaan
- R. Workshop
- R. Pameran
- Lavatory
- Kantin
Area zona rekreasi
5.760,00
4.384,76
2.688,00
2.656,00
3.504,00
1.808,00
896,00
3.483,00
5.174,00
9.929,69
837,31
320,00
608,00
320,00
272,00
592,00
288,00
320,00
256,00
320,00
4.015,48
Jumlah 48.432,24
Sumber: Penulis (2018)
Tabel 3. Konsep
Pencemaran udara
Penyediaan ruang penyangga yang berfungsi sebagai penahan dan penyaring
udara sehingga bau sampah tidak mengganggu ke permukiman.
16
Perancangan bangunan yang tinggi, sehingga gas buang yang akan dilepas
tidak mengganggu permukiman.
Pengolahan asap pembakaran sampah dengan desain bangunan tinggi.
Meningkatkan ruang penyangga di masyarakat pada jarak yang ditentukan
untuk mencegah polusi udara melewati Nilai Ambang Batas (NAB).
Zonasi kawasan
Zona terbagi menjadi 3, yakni: (1) zona rekreasi; (2) zona edukasi dan
pengembangan; (3) zona industri pengolahan sampah.
Sirkulasi
Sirkulasi dalam site menggunakan pola memutar dan searah.
Sirkulasi terbagi menjadi 2 yakni, sirkulasi publik dan prifat.
Massa bangunan
Konsep penataan massa bangunan memusat pada bangunan pabrik
pengolahan.
Bangunan terintegrasi/ saling berhubung (intersection), dan terbagi secara
berkelompok berdasarkan fungsi bangunan.
Tampilan Arsitektur
Konsep bangunan futuristik disematkan pada bangunan, menggambarkan
bahwa islam itu bisa mengikuti zaman.
Struktur
Menggunakan sistem struktur core, dan kabel sebagai pendukung struktur
bangunan.
Menggunakan pelingkup bangunan sebagai penyeimbang beban bangunan
dan pereduksi beban horizontal.
Menggunakan material beton sebagai struktur utama.
Utilitas
Mendistribusikan listrik ke permukiman sekitar site.
Berkerja sama dengan isnstansi terkait untuk mempermudah pendistribusian
energi listrik.
Pendekatan Arsitektur Islam
Sarang semut memiliki keistimewaan dalam arsitektural, rongga-rongga pada
sarang tidak terpaku pada keefektifan sirkulasi, namun juga bagaimana
merekayasa ruang sehingga sirkulasi udara dan pergerakan pelaku lebih
dinamis.
Secara keseluruhan sarang semut memiliki ruang-ruang dengan fungsi
berbeda, namun memiliki satu fasad yang sama.
Pembagian zona berdasarkan fungsi-fungsi ruang.
Sumber: Penulis (2018)
17
3.3 Pembahasan
Penanganan sampah di Kabupaten Klaten diawali dengan penanganan sitem tata
kelola, pemilahan dari Tempat Pemilahan Sementara (TPS) dilakukan untuk
mempermudah proses pengelolaan ditahap akhir, memaksimalkan peran Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) untuk mengelola sampah dari TPS, yang
selanjutnya akan diolah di Pabrik Pengolahan Sampah di Kecamatan Ceper.
Penambahan unit TPST yang semula 3 menjadi 4 titik dan tersebar secara merata
di Kabupaten Klaten, untuk meringankan kerja TPST. Pabrik pengolahan sampah
mengolah sampah dengan maksimal sehingga menjadi produk yang dapat
dimanfaatkan masyarakat, mulai dari energi, bahan baku, sampai dengan berbagai
macam produk olahan yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Konsep edukasi, rekreasi dan pengembangan pada pabrik dimaksudkan untuk
membentuk hubungan (ukhuwah) kepada masyarakat, untuk memutuskan rantai
kebodohan dan kedzaliman; memberi atmosfer baru untuk mengurangi kepenatan;
memfasilitasi masyarakat secara terbuka dalam pengembangan diri. Zona edukasi
dan pengembangan produk olahan sampah yang nantinya akan menjadi wadah bagi
masyarakat, melalui fasilitas-fasilitas yang memadai, mulai dari pembuatan desain;
ruang diskusi; pembuatan produk; sampai dengan ruang pameran untuk penjualan
produk.
Konsep penekanan Arsitektur Islam secara fisik terdapat pada pembagian ruang
pada fungsi ruang, yang selanjutnya memudahkan sirkulasi karena berjalan searah
(straight). Pada massa bangunan tiap kelompok fungsi berkonsep menyatu
(intersection), dengan tata massa yang memusat memberi kesan terhubung. Pada
bangunan utama pabrik dengan konsep bangunan tinggi, dengan ketinggian lebih
dari 100 m, dimaksudkan untuk melepaskan asap pembakaran yang tidak
mengganggu permukiman, adanya pelingkup pada bangunan difungsikan untuk
mereduksi beban horizontal (angin), dan mengarahkan angin ke atas melalui bentuk
dinamisnya.
Konsep futuristik menyiratkan bahwa islam itu dapat mengikuti zaman,
didukung dengan material utama beton dan penguat struktur rangka baja juga
memberikan kesan kekokohan pada bangunan ini.
18
4. PENUTUP
Berdasarkan analisis yang dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan antara lain
sebagai berikut:
a. Pemilihan lokasi Pabrik Pengolahan Sampah menjadi hal yang penting
mengingat sulitnya masyarakat menerima, sehingga perlu adanya hubungan
yang saling menguntungkan, dan memperhatikan lingkungan, sehingga
masyarakat dengan mudah menerima keberadaan pabrik ditengah-tengah
mereka.
b. Penataan pada kawasan pabrik menjadi fokus utama untuk mempermudah
sirkulasi, dengan diawali dengan pembagian zona berdasarkan sifat ruang,
bentuk tata massa, yang selanjutnya pembagian sirkulasi berdasarkan
pengguna.
c. Konsep penekanan Islami tidak hanya terdapat pada fisik, namun juga secara
non-fisik yang menjadi akar permasalahan sebenarnya, sehingga dengan adanya
bangunan ini bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan penyimpangan
penyimpangan melalui ranah Arsitektur secara fisik maupun non-fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, I. S. (2014). Perancangan Balai Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
di Kabupaten Jombang. Malang.
Adnyana, I. M. (1986). Pengelolaan Sampah. Bali: Pusat Penerbitan Akademi
Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi Denpasar.
al-Atsary, M. A. (2009). Beberapa Macam NAJIS yang Perlu Diketahui [Online].
https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/09/25/beberapa-macam-najis-
yang-perlu-diketahui/ [Diakses pada 20 September 2018].
Andhiecka.Wordpress. (2011). Pendidikan Formal Non-Formal dan Informal
[Online]. https://andhiecka.wordpress.com/2011/11/29/pendidikan-formal-
non-formal-dan-in-formal/ [Diakses pada 20 September 2018].
Anggraini, D., Pertiwi, M. B., & Bahrin, D. (2012). Pengaruh Jenis Sampah,
Komposisi Masukan dan Waktu Tinggal Terhadap Komposisi Biogas dari
Sampah Organik. Jurnal Teknik Kimia, 17-23.
BPS Kab. Klaten. (2018). Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten [Online].
https://klatenkab.bps.go.id/ [Diakses pada 8 September 2018].
19
Brylian, B. (2018). Analisis Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) Sampah di Kabupaten Klaten dengan Metode P-Dispersion.
Buitenzorg, I. (2018). Konsep Muamalah dalam Islam [Online]. http://imam-
buitenzorg.blogspot.com/2015/04/konsep-muamalah-dalam-islam.html
[Diakses pada 22 September 2018].
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. (2016). Profil
Perkembangan Kependudukan Kota Surakarta tahun 2016. Surakarta:
Pemerintah Kota Surakarta.
El-Ashim, D. (2016). Hati-Hati dengan Do'a Orang Terzalimi [Online].
https://www.kiblat.net/2016/03/28/hati-hati-dengan-doa-orang-terzalimi/
[Diakses pada 22 September 2018].
Fahmy, N. (2013). Taman Wisata Air Panas Kalianget Wonosobo.
Hadiwiyoto, S. (1983). Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan
Idayu.
Hasanah, E. U., & Widowati, P. (2011). Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Pada
Industri Rumah Tangga Krecek di Kelurahan Segoroyoso. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, 169-182.
Hidayat. (2006). Analisis Biaya Pengelolaan Limbah RS Bethesda Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Irman, J. (2013). Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dalam Rangka
Penyelenggaraan Prasarana.
Jatengprov. (2018). Pemkab Klaten Maksimalkan Pengolahan Sampah [Online].
https://jatengprov.go.id/beritadaerah/pemkab-klaten-maksimalkan-
pengolahan-sampah/ [Diakses pada 8 September 2018].
Karyati, E. B. (2016, Juni 16). Ganjar Soroti Darurat Sampah di Klaten [Online].
http://koran-sindo.com/page/news/2016-06-
16/5/112/Ganjar_Soroti_Darurat_Sampah_di_Klaten [Diakses pada 8
September 2018].
KBBI Daring. (2012). Laman Resmi Pencarian Kata Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia [Online]. https://kbbi.kemdikbud.go.id/ [Diakses pada 17
September 2018].
Keegan, E. (2015). Amager Resource Center, Designed by Bjarke Ingels Group
(BIG) [Online]. https://www.architectmagazine.com/awards/p-a-
awards/amager-resource-center-designed-by-bjarke-ingels-group-big_o
[Diakses pada 18 September 2018].
Khasanah, N. U. (2108). Pusat Pengolahan Sampah di Kabupaten Sragen dengan
Prinsip 5R (Reduce, Reuse, Recycle, Reshare, Resell). Tidak Diterbitkan.
Surakarta: Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta.
20
Khasanah, W. A. (2014). Makalah Bentuk, Metode, dan Kontribusi Pendidikan
Non-Formal.
Liputan6. (2018). Peran Industri Pulp dan Kertas dalam Perekonomian RI
[Online]. https://www.liputan6.com/bisnis/read/3194955/peran-industri-
pulp-dan-kertas-dalam-perekonomian-ri [Diakses pada 17 September 2018].
Mas'adi, F. (2014). Hadits Meringankan Beban Orang Lain [Online].
https://fromlearntoearn.wordpress.com/2014/11/04/hadis-meringankan-
beban-orang-lain-fitri-masadi/ [Diakses pada 22 September 2018].
Modlar. (2015). Amager Resource Center-Concept Design [Online].
https://www.modlar.com/photos/6973/amager-resource-center-concept-
design/ [Diakses pada 18 September 2018].
Mujiyono, Y. (2018). Pemkab Klaten Maksimalkan Pengelolaan Sampah [Online].
http://www.rri.co.id/post/berita/497535/ruang_publik/pemkab_klaten_maksi
malkan_pengelolaan_sampah.html [Diakses pada 8 September 2018]
Official Net News. (2014). Mohammad Baedowy Raup Untung Ratusan Juta Tiap
Bulan dari Daur Ulang Sampah-NET17 [Online].
https://www.youtube.com/watch?v=GIjVkZ6oBGI [Diakses pada 8
September 2018].
Official Net News. (2018). IMS-Teknologi Pengelolaan Sampah Dunia [Online].
https://www.youtube.com/watch?v=rOm2POXlXOY [Diakses pada 8
September 2018].
Palureng, R. W., Jati, D. R., & Siahaan, S. (2017). Efektivitas Vegetasi Sebagai
Penyerap Total Suspended Particulate (TSP) di Kawasan SD Negeri 24
Pontianak Utara.
Peraturan Bupati Klaten No. 16 Tahun 2016. (2017). Tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah kabupaten Klaten tahun 2017.
PPIKlaten. (2012). Tentang Klaten [Online].
https://ppiklaten.wordpress.com/tentang-klaten/ [Diakses pada 20 September
2018].
Pribadi, I. K. (2013). Rekreasi.
PT. Centra Rekayasa Enviro. (2018). Jasa Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
[Online]. http://www.cr-enviro.com/jasa-pengelolaan-limbah-rumah-sakit/
[Diakses pada 28 September 2018].
Rikin, A. S. (2018, 12 15). Produksi Sampah Capai 0.8 kg per orang per hari
[Online]. http://www.beritasatu.com/kesra/233419-produksi-sampah-capai-
08-kg-perorang-per-hari.html [Diakses pada 8 September 2018].
Saefuddin, A. M. (1991). Desekularisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi.
Khazanah Ilmu-Ilmu Islam.
21
Sarwat, A. (2008). Ragu-Ragu dengan Bekas Najis di Mana-Mana [Online]
https://rumahfiqih.com/x.php?id=1204605261 [Diakses pada 22 September
2018].
Setyawati, E. P. (2018). Pengembangan Ekowisata Waduk Bade di Boyolali.
Laporan Tidak Diterbitkan. Surakarta: Fakultas Teknik Arsitektur
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
SIPSN. (2018). Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) [Online]
http://sipsn.menlhk.go.id/?q=3a-data-
umum&field_f_wilayah_tid=1449&field_kat_kota_tid=All&field_periode_i
d_tid=2168 [Diakses pada 23 September 2018].
Surjaya, A. M. (2018). PLN Jajaki Pembelian Listrik dari Pengolahan Sampah TPA
Sumur Batu [Online] https://metro.sindonews.com/:
https://metro.sindonews.com/read/1307895/171/pln-jajaki-pembelian-
listrik-dari-pengolahan-sampah-tpa-sumur-batu-1526968664 [Diakses pada
8 September 2018].
Sutrisno, E., & Wardhana, I. W. (2008). Penentuan Faktor Emisi Total Suspended
Particulate (TSP) dari Pembakaran Sampah Domestik Secara Terbuka di
Kelurahan Tembalang, Meteseh dan Bulusan Kecamatan Tembalang-
Semarang.
Sweeden, G. (2016). Go BIG or Go Home [Online].
http://www.dreyfussblackford.com/go-big-or-go-home/ [Diakses pada 18
September 2018].
Tafsirq. (2015). Tafsir Quraish Shihab [Online]. https://tafsirq.com/2-al-
baqarah/ayat-30#tafsir-quraish-shihab [Diakses pada 22 September 2018].
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008. (2008). Tentang
Pengelolaan Sampah.
Wikipedia. (2018). Definisi Pabrik [Online]. https://id.wikipedia.org/wiki/Pabrik
[Diakses pada 17 September 2018].
Yayasan Swadaya Membangun (YSM). (1983). Lapangan Kerja Dari Sampah.
Nusa Tenggara Barat: Yayasan Swadaya Membangun & The Asia
Foundation.