pa doren kirim ke ryan

36
STATUS PASIEN A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. D Umur : 42 tahun Agama : Kristen Protestan Pekerjaan : PNS Wamena-Jayapura Status Pernikahan : Menikah Suku Bangsa : Papua Tanggal Masuk RS : 14 Januari 2012 Dirawat yang Ke : 1 Tanggal Pemeriksaan : 26 Januari 2012 B. ANAMNESA Autoanamnesa Keluhan Utama : Tangan dan kaki kanan lemah sejak lima hari SMRS. Keluhan Tambahan : Wajah miring ke arah kanan, rasa baal dan berat ketika berjalan. Riwayat Penyakit Sekarang 1

Upload: yana-uly

Post on 19-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kk

TRANSCRIPT

Page 1: Pa Doren Kirim Ke Ryan

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. D

Umur : 42 tahun

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : PNS Wamena-Jayapura

Status Pernikahan : Menikah

Suku Bangsa : Papua

Tanggal Masuk RS : 14 Januari 2012

Dirawat yang Ke : 1

Tanggal Pemeriksaan : 26 Januari 2012

B. ANAMNESA

Autoanamnesa

Keluhan Utama :

Tangan dan kaki kanan lemah sejak lima hari SMRS.

Keluhan Tambahan :

Wajah miring ke arah kanan, rasa baal dan berat ketika berjalan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan kelemahan mendadak pada tangan dan kaki

kanannya sejak lima hari SMRS. Pasien berada di Jayapura-Papua saat kelemahan

tersebut pertama dirasakan. Kelemahan pada tangan dan kaki kanannya dirasakan saat

bangun tidur secara tiba-tiba sehabis melakukan aktifitas padat sehari sebelumnya. Pasien

segera berangkat ke Jakarta dengan pesawat terbang. Selama diperjalanan pasien harus

transit beberapa kali, saat itu pasien masih berusaha berjalan meskipun sulit dan kakinya

1

Page 2: Pa Doren Kirim Ke Ryan

harus diseret. Saat sampai di Jakarta pasien segera memeriksakan tekanan darahnya di

klinik kecil, dan hasilnya adalah 140/100 mmHg. Menurut pasien saat itu belum ada

perubahan pada wajahnya. Terus mulai ngerasa miring kapan ya?? Gw gatau

Saat di UGD RSPAD tanggal 14 Januari 2012, wajah pasien sudah miring ke arah

kanan, kelopak mata kiri pasien lemah dan sulit dibuka, serta bicara pasien terdengar

pelo, tekanan darah 190/100 mmHg.

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Hipertensi : Sejak tahun XXX, tidak terkontrol

Diabetes Mellitus : Sejak tahun XXX, tidak terkontrol

Sakit Jantung : Disangkal

Trauma Kepala : Disangkal

Sakit Kepala : Tidak Ada

Obesitas : Tidak Ada

Gastritis : Disangkal

Stroke : Disangkal

Kejang : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi : Disangkal

Diabetes Mellitus : Disangkal

Sakit Jantung : Disangkal

Trauma Kepala : Disangkal

Sakit Kepala : Disangkal

Obesitas : Disangkal

Gastritis : Disangkal

Stroke : Disangkal

Kejang : Disangkal

Riwayat Kelahiran, Pertumbuhan, dan Perkembangan

2

Page 3: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Tidak ada penyakit bermakna selama masa kelahiran, pertumbuhan, dan

perkembangan. Pasien sejak tahun XXXX didiagnosa dengan hipertensi, diabetes

mellitus, dan dyslipidemia. Sebelumnya pasien rutin berobat jalan ke poliklinik RSPAD

Gatot Soebroto. Namun sejak tahun 2010 pasien tidak meneruskan pengobatannya.

C. PEMERIKSAAN

Status Internus

Keadaan Umum : Sakit sedang

Gizi : Diet rendah garam, diet DM, cukup serat

Tanda Vital

TD kanan : 170 / 100 mmHg

TD kiri : 165 / 90 mmHg

Nadi kanan : 85x / menit

Nadi kiri : 83 x / menit

Pernafasan : 22 x / menit

Suhu : 36,6o C

Limfonodi : Tidak teraba membesar

Jantung : BJ I-II regular, gallop -, murmur -

Paru : Vesikuler, wheezing -, ronkhi -

Hepar : Tidak teraba membesar

Lien : Tidak teraba membesar

Ekstremitas : Lengkap, akral hangat, tidak ada edema

Status Psikiatrik

Tingkah Laku : Baik

Perasaan hati : Baik

Orientasi : Baik

3

Page 4: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Jalan Pikiran : Baik

Daya Ingat : Baik

Status Neurologis

Kesadaran : Compos mentis E4 M6 V5 GCS 15

Sikap Tubuh : Berbaring terlentang

Cara Berjalan : Tidak dapat diperiksa

Gerakan Abnormal : Tidak ada

Kepala

Bentuk : Normocephal

Simetris : Simetris

Pulsasi A. Temporalis : Teraba

Nyeri Tekan : Tidak ada

Leher

Sikap : Normal

Gerakan : Terbatas

Vertebrae : Normal

Nyeri Tekan : Tidak ada

Pulsasi A. Carotis : Teraba

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk : - / -

Laseque : - / -

Kernig : - / -

Brudzinsky I : - / -

Brudzinsky II : - / -

4

Page 5: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Nervi Kraniales

N. I (Olfactorius)

Daya penghidu : N / N

N. II (Optikus)

Ketajaman pengelihatan : N / N

Pengenalan warna : N / N

Lapangan pandang : N / N

Fundus : Tidak dilakukan

N. III (Occulomotorius) / N. IV (Trochlearis) / N. VI (Abducens)

Ptosis : - /+

Strabismus : - /-

Nistagmus : - /-

Eksophtalmos : - /-

Enoftalmos : - /-

Gerakan bola mata

Lateral : N / N

Medial : N / N

Atas lateral : N / N

Atas medial : N / N

Bawah lateral : N / N

Bawah medial : N / N

Atas : N / N

Bawah : N / N

Gaze : Sama dengan pemeriksa

Pupil

Ukuran pupil : ф 2 mm / ф 2 mm

Bentuk pupil : Bulat

Isokor / anisokor : Isokor

Posisi : Di tengah

5

Page 6: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Refleks cahaya langsung : + /+

Refleks cahaya tidak langsung : + / +

Releks akomdasi / konvergensi : +/ +

N. V (Trigeminus)

Menggigit : Baik / Baik

Membuka mulut : Simetris

Sensibilitas

Atas : Normal / Normal

Tengah : Normal / Normal

Bawah : Normal / Normal

Refleks masseter : + / +

Refleks zigomatikus : + / +

Refleks kornea : + / +

Refleks bersin : + / +

N. VII (Facialis)

Pasif

Kerutan kulit dahi : Asimetris

Kedipan mata : Asimetris

Lipatan naso labial : Asimetris

Sudut mulut : Asimetris

Aktif

Mengerutkan dahi : Asimetris

Mengerutkan alis : Asimetris

Menutup mata : Asimetris

Meringis : Asimetris

Menggembungkan pipi : Asimetris

Gerakan bersiul : Asimetris

Daya pengecapan lidah : Normal

6

Page 7: Pa Doren Kirim Ke Ryan

2/3 depan

Hiperlakrimasi : -/+

Lidah kering : -

N. VIII (Acusticus)

Mendengar suara gesekan : + / +

jari tangan

Mendengar detik arloji : + / +

Tes Swabach : Tidak dilakukan

Tes Rinne : Tidak dilakukan

Tes Weber : Tidak dilakukan

N. IX (Glossopharyngeus)

Arcus pharynx : Simetris

Posisi uvula : Di tengah

Daya pengecapan lidah : Normal

1/3 belakang

Reflex muntah : +

N. X (Vagus)

Denyut nadi : Teraba / teraba

Arcus pharynx : Simetris

Bersuara : Normal

Menelan : Normal

N. XI (Accessorius)

Memalingkan kepala : N / N

Sikap bahu : Simetris

Mengangkat bahu : Simetris

N. XII (Hipoglossus)

7

Page 8: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Menjulurkan lidah : Normal

Kekuatan lidah : Normal

Atrofi lidah : Tidak ada

Artikulasi : Kurang jelas

Tremor lidah : Tidak ada

Motorik

Gerakan

Bebas pada ekstrmitas sinistra superior

Bebas pada ekstremitas sinistra inferior

Terbatas pada ekstrmitas dextra superior

Terbatas pada ekstremitas dextra inferior

Kekuatan

5- 5- 5- 5- 5 5 5 5

5- 5- 5- 5- 5 5 5 5

Tonus

Normal Normal

Normal Normal

Trofi

Eutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Refleks Fisiologis

8

Page 9: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Refleks Tendon:

Refleks biceps : ↓ / normal

Refleks triceps : ↓ / normal

Refleks patella : ↓ / normal

Refleks achilles : ↓ / normal

Refleks permukaan

Dinding perut : ↓ / normal

Cremaster : Tidak dilakukan

Sphinchter anii : Tidak dilakukan

Refleks Patologis:

Hoffman Trommer : - / -

Babinsky : - / -

Chaddock : - / -

Openheim : - / -

Gordon : - / -

Schaefer : - / -

Rossolimo : - / -

Mendel bechterew : - / -

Klonus paha : - / -

Klonus kaki : - / -

9

Page 10: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Sensibilitas:

Eksteroseptif

Nyeri : + / +

Suhu : + / +

Taktil : + / +

Propioseptif

Vibrasi : Tidak dilakukan

Posisi : + / +

Tekanan dalam : + / +

Koordinasi dan Keseimbangan

Tes Romberg : Tidak dapat diperiksa

Tes Tandem : Tidak dapat diperiksa

Tes Fukuda : Tidak dapat diperiksa

Disdiadokokinesis : Tidak dapat diperiksa

Tes telunjuk hidung : Normal

Tes telunjuk telunjuk : Normal

Fungsi Otonom

Miksi

Inkontinentia : -

Retensi : -

Anuria : -

10

Page 11: Pa Doren Kirim Ke Ryan

\ Defekasi

Inkontinentia : -

Retensi : -

Fungsi Luhur

Fungsi bahasa : Baik

Fungsi orientasi : Baik

Fungsi memori : Baik

Fungsi emosi : Baik

Fungsi kognisi : Baik

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan laboratorium

Tanggal 14 dan 21 Januari 2012

14 Januari 2011 16 Januari 2011 Nilai Normal

Hematologi

Hemoglobin 16.4 12-16 g/dL

Hematokrit 48 37-47%

Eritrosit 5.6 4.3-6.0 jt/µL

Leukosit 9600 4500-11000 /µL

Trombosit 176000 150000-400000/µL

MCV 86 80-96 fl

MCH 29 27-32 pg

MCHC 34 32-36 g/dL

Kimia

Ureum 33 20-50 mg/dL

Kreatinin 1.3 0.5-1.5 mg/dL

Elektrolit

Natrium 140 135-145 mEq/L

11

Page 12: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Kalium 4.3 3.5-5.3 mEq/L

Klorida 99 97-107 mEq/L

Glukosa Darah

GDS 498 133 <140 mg/dL

Aceton darah - (NEG) - (NEG)

Laboratorium 16 Januari 2012

Kimia 16/01/2012 Nilai Normal

Protein total 7.8 6 – 8.5 g/dL

Albumin 4.1 3.5 – 5.0 g/dL

Globulin 3.7 2.5 – 3.5 g/dL

Cholesterol 322 <200 mg/dL

Trigliserida 153 <160 mg/dL

HDL Cholesterol 29 >35 mg/dL

LDL Cholesterol 262 <100 mg/dL

Bilirubin Total 1.3 <1.5 mg/dL

SGPT (ALT) 39 <40 U/L

SGOT (AST) 27 <35 U/L

CPK 184 <190 U/L

CKMB 29 <24 U/L

Asam Urat 6.1 3.5 – 7.4 mg/dL

Glukosa puasa 177 70 – 100 mg/dL

Glukosa 2 jam PP 275 <140 mg/dL

Urinalisa

Urin Lengkap

pH 6.0 4.6 – 8.0

Berat Jenis 1.025 1.010 – 1.030

Protein -(NEG) negatif

Glukosa - (NEG) negatif

Bilirubin -(NEG) negatif

12

Page 13: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Eritrosit 1-1-1 <2/LPB

Leukosit 3-2-3 <5/LPB

Torak -(NEG) negatif

Kristal -(NEG) negatif

Epitel +(POS) Positif

Lain-lain -(NEG) negatif

Hasil pemeriksaan CT scan

14 Januari 2011

CT scan kepala

Pemeriksaan CT scan keplaa tanpa kontras, potongan axial, dengan hasil:

Deviasi septum nasi ke kanan

Sinus-sinus paranasalis dan air cells mastoid kanan kiri cerah

Bulbus oculi simetris

Sulci perifer, sulcus Sylvii dan sisterna sistem tampak prominent

Tampak lesi hipodens di corona radiata kanan

Tak tampak lesi hipo/hiperdens pada pons, cerebellum, basal ganglia , maupun thalamus.

Tampak kalsifikasi fisiologis di pleksus khoroideus bilateral dan pineal body

Tidak tampak distorsi midline

Tulang intact.

Kesan:

Infark di corona radiata kanan.

Tak tampak lesi hemoragik maupun SOL parenkhim otak.

19 Januari 2012

MRI kepala

13

Page 14: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Pemeriksaan MRI kepala tanpa kontras, potongan axial T1 TE/T2 TSE/FLAIR/DWI,

dengan hasil:

Tampak penebalan mukosa dan perselubungan hiperintens pada sinus maksilaris kanan

kiri dan ethmoidalis kanan kiri, Air cell mastoid kanan kiri cerah.

Bulbus oculi, Nn. Optici serta lemak retrobulber kanan-kiri normal.

Jaringan infratentorium:

Tampak lesi hipointens (T1/DWI) hiperintens (T2/FLAIR) di pons. Kedua cerebellum

dan ventrikel IV normal.

Jaringan supratentorium:

Sulci dan sisterna sistem normal

Ventrikel lateralis kanan kiri, V.III normal

Tidak tampak distorsi midline

Tampak lesi hipointensitas kecil di ganglia basalis kanan

Kesan:

Infark lacunar di pons dan ganglia basalis kanan.

Sinusitis maksilaris kanan kiri dan ethmoidalis bilateral.

E. RESUME

Pasien, pria, umur 42 tahun, dengan keluhan hemiparesis dextra, parese n. VII

perifer sinistra, parese n. III, parese n.XII? riwayat hipertensi, dislipidemia dan diabetes

mellitus tipe 2 tidak terkontrol.

Pemeriksaan

Status Internus

Keadaan Umum : Sakit sedang

Gizi : Diet rendah garam, diet DM, cukup serat

Tanda Vital

TD kanan : 170 / 100 mmHg

14

Page 15: Pa Doren Kirim Ke Ryan

TD kiri : 165 / 90 mmHg

Nadi kanan : 85x / menit

Nadi kiri : 83 x / menit

Pernafasan : 22 x / menit

Suhu : 36,6o C

Limfonodi : Tidak teraba membesar

Jantung : BJ I-II regular, gallop -, murmur -

Paru : Vesikuler, wheezing -, ronkhi -

Hepar : Tidak teraba membesar

Lien : Tidak teraba membesar

Ekstremitas : Lengkap, akral hangat, tidak ada edema

Status Psikiatrik

Tingkah Laku : Baik

Perasaan hati : Baik

Orientasi : Baik

Jalan Pikiran : Baik

Daya Ingat : Baik

Status Neurologis

N. V (trigeminus)

Sensibilitas

Atas : Normal / Normal

Tengah : Normal / Normal

Bawah : Normal / Normal

N. III (Occulomotorius)

Ptosis : - /+

N. VII (Facialis)

15

Page 16: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Pasif

Kerutan kulit dahi : Asimetris

Kedipan mata : Asimetris

Lipatan naso labial : Asimetris

Sudut mulut : Asimetris

Aktif

Mengerutkan dahi : Asimetris

Mengerutkan alis : Asimetris

Menutup mata : Asimetris

Meringis : Asimetris

Menggembungkan pipi : Asimetris

Gerakan bersiul : Asimetris

Daya pengecapan lidah : Normal

2/3 depan

Hiperlakrimasi : -/+

Lidah kering : -

N. XII (Hipoglossus)

Menjulurkan lidah : Normal

Kekuatan lidah : Normal

Atrofi lidah : Tidak ada

Artikulasi : Kurang jelas

Tremor lidah : Tidak ada

Motorik

Gerakan

Bebas pada ekstrmitas sinistra superior

Bebas pada ekstremitas sinistra inferior

Terbatas pada ekstrmitas dextra superior

Terbatas pada ekstremitas dextra inferior

16

Page 17: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Kekuatan

5- 5- 5- 5- 5 5 5 5

5- 5- 5- 5- 5 5 5 5

Tonus

↓ Normal

↓ Normal

Trofi

Eutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Reflek Fisiologis: ↓ / normal

F. DIAGNOSIS

Diagnosis klinis : hemiparese dextra, parese n.VII sinistra,

Diabetes mellitus tipe 2, hipertensi grade 2

Diagnosis topis : pons dan ganglia basalis dextra

Diagnosis etiologis : stroke non hemoragik

G. TERAPI

5B:

Breath

o Menjaga kelancaran jalan nafas.

o Membersihkan sumbatan jalan nafas.

o Memberikan O2 yang cukup.

17

Page 18: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Blood

Memeriksa dan memantau tekanan darah,

Pada tahap awal, tidak boleh segera diturunkan karena dapat memperburuk

keadaan, kecuali kondisi emergency dimana systole >220 mmHg dan diastole

>120 mmHg.

Brain

Hindari peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK).

Hindari peningkatan suhu tubuh.

Bowel

Perhatikan asupan makanan.

Perhitungkan kalori tubuh.

Hindari konstipasi.

Bladder

Perhatikan input dan output cairan.

Fisioterapi untuk melatih agar otot tidak atrofi dan untuk rehabilitasi.

Konsul ke penyakit dalam untuk penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi.

Untuk tirah baring lama menjaga agar tidak terjadi dekubitus.

Psikofarmaka:

Piracetam 3000 mg 3x1 kaplet

Aspilet-CPG 75 mg 1x1 tablet

Amlodipine 5 mg 1x1 tablet

H. PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan laboratorium

Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, trombosit, eritrosit, diff count)

Fungsi ginjal (ureum, kreatinin)

Profil lemak (kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida)

Elektrolit (Na, K, Cl)

18

Page 19: Pa Doren Kirim Ke Ryan

ECG

CT scan kepala

I. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad malam

Ad fungsionam : Dubia ad malam

Ad sanam : Dubia ad malam

Ad cosmeticum : Dubia ad malam

Analisanya gimana ryan? Ini bagian lo bukan? Klo bukan bilang ya…

ANALISA KASUS

Pasien, wanita, umur 65 tahun, dengan keluhan hemiparesis, tetrahipestesi, neuropati

diabetika, riwayat hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 tidak terkontrol.

Menurut WHO, stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi

secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang

berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh

gangguan peredaran darah otak.

Dari anamnesa, algoritma gajah mada, Siriraj Stroke Score (SSS), Djoenaidi Stroke

Score, serta hasil CT scan kepala, diagnosa mengarah ke stroke non hemoragik.

Algoritma Gajah Mada

Penurunan kesadaran (-)

Nyeri kepala (-)

Refleks Babinski (-)

19

Page 20: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Kesan: stroke non hemoragik

Siriraj Stroke Score (SSS)

Kesadaran = 0 x 2.5 = 0

Muntah = 1 x 2 = 2

Nyeri kepala = 0 x 2 = 0

Tekanan darah = 120 x 10% = 12

Ateroma = 1 x (-3) = -3

Konstanta = -12 = -12

Jumlah = -1

Kesan:

SSS <-1 stroke non hemoragik

Djoenaedi Stroke Score

TIA sebelum serangan = 0

Permulaan serangan = 6.5

Waktu serangan Sakit kepala waktu serangan = 1

Muntah = 1

Kesadaran = 1

Tekanan darah sistolik = 1

Tanda rangsangan selaput otak = 0

20

Page 21: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Pupil = 5

Fundus okuli = -

Jumlah = 15.5

Kesan:

<20 Stroke non hemoragik

1 tahun terakhir ini, mengalami tetrahipestesi, terutama pada ekstremitas inferior sinistra.

Pada pemeriksaan didapatkan sensibilitas pada wajah dan ekstremitas superior et inferior

sinistra menurun sedangkan sensibilitas wajah dan ekstremitas superior et inferior dextra

normal.

Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi yang tidak terkontrol

sejak tahun 1996. Hal ini merupakan faktor resiko stroke. Rasa baal dan nyeri disebabkan

neuropati diabetika. Neuropati diabetika merupakan komplikasi vaskulitis di susunan

saraf perifer. Neuropati diabetika timbul bilateral dan terutama mangenai bagian distal

kedua tungkai saja.

Pada hari minggu, 21 Februari 2010, pada saat dalam posisi terlentang (pasien tidak

tidur) pasien tiba-tiba merasa sakitnya makin hebat. Pasien mengalami hemiparesis

dextra dan tetraparesis. Kekuatan motorik ekstremitas superior dextra dinilai 4,

ekstremitas inferior dextra dinilai 2. Ekstremitas superior sinistra dinilai 5 dan

ekstremitas inferior sinistra dinilai 5. Tipe lesi pada ekstremitas superior et inferior dextra

adalah LMN. Bercirikan flaksid, refleks fisiologis menurun, dan tidak ada refleks

patologis yang ditemukan.

Hasil CT scan kepala:

21

Page 22: Pa Doren Kirim Ke Ryan

o Infark lakunar pada paraventrikel lateralis kanan dan pada posterior

capsula eksterna kiri dengan usia infark berbeda.

o Lesi membulat berdiameter ± 2 cm menempel pada os. parietalis kanan

suspect osteoma.

Penatalaksaan stroke harus diawali dengan mempertahankan fungsi vital:

5B:

Breath

o Menjaga kelancaran jalan nafas.

o Membersihkan sumbatan jalan nafas.

o Pemberian O2 yang cukup.

Blood

Memeriksa dan memantau tekanan darah.

Pada tahap awal, tidak boleh segera diturunkan karena dapat memperburuk

keadaan, kecuali kondisi emergency dimana systole >220 mmHg dan diastole

>120 mmHg.

Brain

Hindari peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK).

Hindari peningkatan suhu tubuh.

Bowel

Perhatikan asupan makanan.

Perhitungkan kalori tubuh.

Hindari konstipasi.

Bladder

Perhatikan input dan output cairan.

Psikofarmaka yang diberikan:

o Piracetam 1200 mg 3x1 kaplet

22

Page 23: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Indikasi:

Piracetam (2-oxo-1-pyrrolidin-acetamida) adalah suatu obat

nootropik yaitu obat yang dapat memperbaiki secara langsung

fungsi otak yang berperan pada proses kognitif, yaitu belajar, daya

ingat, berpikir, dan kesadaran, baik dalam keadaan normal maupun

defisiensi, tanpa menimbulkan sedasi maupun stimulasi psikis.

Piracetam bekerja pada otak dengan cara meningkatkan

metabolisme sel dan memperbaiki mikrosirkulasi sehingga

memperbaiki neurotransmisi serebral.

Piracetam menimbulkan perbaikan gelombang dan dan penurunan

gelombang pada EEG yang ditunjukkan dengan peningkatan

kewaspadaan dan kognisi.

Dosis:

Simptom psikis–organik yang berhubungan dengan usia lanjut :

Dosis awal perhari : 2,4 gram ( 6 tablet 400 mg atau 3 kaplet 800

mg atau 2 kaplet 1200 mg) terbagi dalam 2 – 3 waktu selama 6

minggu, diikuti dengan 1,2 gram / hari sebagai dosis perawatan.

Simptom post–trauma : Dosis rata-rata : dosis awal : 2 tablet 400

mg atau 1 kaplet 800 mg, 3 kali sehari. Jika efek yang diharapkan

telah tercapai, kurangi dosis secara bertahap menjadi 1 tablet 400

mg atau ½ kaplet 800 mg.

Lama pengobatan : Pada beberapa kasus akut, efek dari piracetam

segera terlihat, sementara pada kasus lainnya, simptom mereda

biasanya setelah minggu ketiga pemberian. Agar piracetam lebih

efektif, pengobatan yang berkesinambungan sangat dianjurkan.

Efek samping:

23

Page 24: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Nervousness, irritabilitas, insomnia, anxietas, tremor dan agitasi.

Pada beberapa pasien telah dilaporkan : fatigue dan somnolence.

Gangguan gastro-intestinal (nausea, vomiting, diare, gastralgia,

sakit kepala, dan vertigo) pernah dilaporkan. Efek samping lain

yang kadang kala terjadi : mulut kering, meningkatnya libido,

meningkatnya berat badan dan reaksi hipersensitif pada kulit.

o Glimepiride 4 mg 1x 1 tablet

Farmakologi:

Glimipiride bekerja terutama menurunkan kadar glukosa darah dengan

perangsangan sekresi insulin dari sel beta pankreas yang masih berfungsi.

Selain itu, aktivitas sulfonilurea seperti glimipiride dapat juga melalui efek

ekstra pankreas, hal ini didukung oleh studi preklinis dan klinis yang

menunjukkan bahwa pemberian glimipiride dapat meningkatkan

sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin.

Indikasi:

Non-insulin-dependent (type II) Diabetes melitus (NIDDM)

dimana kadar glukosa darah tidak dapat hanya dikontrol dengan

diet dan olahraga saja.

Dosis:

1-4 mg satu kali sehari. Dosis maksimum yang dianjurkan 8 mg

satu kali sehari. Pada saat pemberian telah mencapai dosis 2 mg

maka kenaikkan dosis tidak boleh melebihi 2 mg dengan interval

1-2 minggu tergantung dari respon gula darah pasien. Efikasi

jangka panjang harus dimonitor dengan mengukur kadar HbA1c,

sebagai contoh setiap 3-6 bulan.

Efek samping:

Gangguan pada saluran cerna seperti muntah, nyeri lambung dan

diare (<1%).

Reaksi alergi seperti pruritus, erythema, urtikaria, erupsi

morbiliform atau maculopapular, reaksi ini bersifat sementara dan

24

Page 25: Pa Doren Kirim Ke Ryan

akan hilang meskipun penggunaan glimipiride dilanjutkan, jika

tetap terjadi maka penggunaan glimepiride harus dihentikan

(<1%).

Gangguan metabolisme berupa hiponatremia.

Perubahan pada akomodasi dan/atau kaburnya penglihatan

mungkin terjadi pada penggunaan glimepiride (plasebo 0,7%,

glimepiride 0,4%).

Reaksi hematologik seperti leukopenia, agranulositosis,

trombositopenia, anemia hemolitik, anemia aplastik, dan

pansitopenia dilaporkan terjadi pada penggunaan sulfonilurea.

o Amlodipine 10 mg 1x1 tablet

Farmakologi:

Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin

(antagonis ion kalsium) yang menghambat influks (masuknya) ion

kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot

jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan

otot jantung. Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara

selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel otot

polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.

Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung

sebagai vasodilator arteri perifer yang dapat menyebabkan

penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah.

Dosis satu kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah

yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah

perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi

akut.

Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer

sehingga dapat menurunkan resistensi perifer total (afterload).

Karena amlodipine tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung,

25

Page 26: Pa Doren Kirim Ke Ryan

pengurangan beban jantung akan menyebabkan penurunan

kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi.

Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik

pada keadaan oksigenisasi normal maupun keadaan iskemia. Pada

pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat

meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu

timbulnya depresi segmen ST dan menurunkan frekuensi serangan

angina serta penggunaan tablet nitrogliserin.

Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma

dan dapat digunakan pada pasien asma, diabetes serta gout.

Indikasi

Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil

kronik, angina vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina).

Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun

dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.

Dosis

Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada

toleransi dan respon pasien.

Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan

dosis maksimum 10 mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi

dosis, diperlukan waktu 7-14 hari.

Pada pasien usia lanjut atau dengan kelainan fungsi hati, dosis

yang dianjurkan pada awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila

amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan antihipertensi lain,

dosis awal yang digunakan adalah 2,5 mg.

Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun

angina vasospastik adalah 5-10 mg, dengan penyesuaian dosis

pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati.

Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat

golongan tiazida, ACE inhibitor,  β-bloker, nitrat dan nitrogliserin

sublingual.

26

Page 27: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Efek samping

Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan

derajat efek samping yang timbul bervariasi dari ringan sampai

sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara

lain : edema, sakit kepala.

Secara umum : fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat

badan.

Pada keadaan hamil dan menyusui: belum ada penelitian

pemakaian amlodipine pada wanita hamil, sehingga

penggunaannya selama kehamilan hanya bila keuntungannya

lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum

diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu.

Karena keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas

benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu

menyusui.

Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum

jelas benar.

Fisioterapi untuk melatih agar otot tidak atrofi dan untuk rehabilitasi.

Konsul ke penyakit dalam untuk penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi.

Prognosis

Ad vitam : Dubia ad malam

Karena salah satu tanda vital pasien, yaitu tekanan darah sudah terlampau tinggi,

sehingga menyebabkan gangguan pada organ jantung dan aliran darah otak.

Ad fungsionam : Dubia ad malam

Karena terganggunya aliran darah otak menyebabkan otak terganggu secara

fungsional, sehingga menyebabkan pasien mengalami hemiparese dextra.

Ad sanam : Dubia ad malam

27

Page 28: Pa Doren Kirim Ke Ryan

Karena pasien memiliki faktor resiko stroke berulang yaitu berupa hipertensi dan

diabetes mellitus tipe 2 yang tidak terkontrol.

Ad cosmeticum : Dubia ad malam

Karena adanya hemiparese dextra, pasien mengalami sequele.

28