obat risperidone

33
OBAT RISPERIDONE Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (WHO,1966). Obat antipsikotik dapat juga disebut sebagai Neuroleptics, major tranquillizers, ataractics, antipsychotics, antipsychotic drugs, neuroleptika. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar- benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekuivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat anti psikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekuivalennya. 1.1 Pembagian Obat Psikotik 1

Upload: amelianuri

Post on 08-Dec-2014

115 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Obat Risperidone

OBAT RISPERIDONE

Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah

obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (WHO,1966). Obat

antipsikotik dapat juga disebut sebagai Neuroleptics, major tranquillizers, ataractics,

antipsychotics, antipsychotic drugs, neuroleptika. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi,

delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat

mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat

antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50

tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati

Skizofrenia.

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang

sama pada dosis ekuivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping: sedasi,

otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis

yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekuivalen.

Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah

optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat anti psikosis lain

(sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekuivalennya.

1.1 Pembagian Obat Psikotik

Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek samping yang

ditimbulkannya, obat ini dibagi ke dalam dua kelompok yakni antipsikotik generasi pertama

(tipikal) dan antipsikotik generasi kedua ( atipikal).

Antipsikotik Generasi Pertama (Tipikal)

a. High Potency

- Haloperidol

- Flupenazin

- Pimozid

b. Low Potency

- Klorpromazin (CBZ/ Largactil)

1

Page 2: Obat Risperidone

- Proclorperazin

- Tioridazin

Antipsikotik Generasi Kedua (Atipikal)

- Aripiprazol

- Clozapine

- Olanzapin

- Paliperidon

- Risperidon

- Ziprasidon

- Quatiapine

1.2 Sejarah Obat Psikotik

Obat anti-psikotik pertama atipikal, clozapine, ditemukan pada 1950-an, dan

diperkenalkan ke dalam praktek klinis pada 1970-an. Clozapine disukai karena keprihatinan

atas obat yang dapat menginduksi agranulocytosis. Penelitian menunjukkan efektivitas dalam

pengobatan skizofrenia. Meskipun efektivitas clozapine untuk pengobatan terhadap

skizofrenia, agen dengan profil efek samping yang lebih menguntungkan yang dicari untuk

digunakan secara luas.

Selama tahun 1990-an, olanzapine, risperidone dan quetiapine diperkenalkan, dengan

ziprasidone dan aripiprazole berikut di awal 2000-an. The paliperidone anti-psikotik atipikal,

terbaru, telah disetujui oleh FDA pada akhir tahun 2006.Anti-psikotik atipikal sekarang

dianggap sebagai pengobatan garis pertama untuk skizofrenia dan secara bertahap

menggantikan antipsikotik tipikal. Di masa lalu sebagian besar peneliti sepakat bahwa

karakteristik mendefinisikan suatu antipsikotik atipikal adalah kecenderungan efek Samping

ekstrapiramidal (EPS) (Farah A. 2005) dan tidak adanya elevasi prolaktin berkelanjutan.

(Seeman P.February 2002)

Terminologi tersebut dapat tepat. Yang dimaksud dengan "atypicality" didasarkan atas

tidak adanya efek samping ekstrapiramidal, tapi sekarang ada pemahaman yang jelas bahwa

masih antipsikotik atipikal dapat menyebabkan efek tersebut (meskipun pada tingkat yang

lebih rendah daripada antipsikotik tipikal) (Seeman P.2002)Tidak ada garis pemisah yang

jelas antara antipsikotik atipikal yang khas dan oleh karena itu berdasarkan kategorisasi cara

kerja obat kurang tepat. (Seeman P.February 2002).

2

Page 3: Obat Risperidone

Penelitian yang lebih baru mempertanyakan gagasan anti-psikotik generasi kedua lebih

unggul daripada generasi pertama. Menggunakan beberapa parameter untuk menilai kualitas

hidup, peneliti Manchester University menemukan bahwa tipikal anti-psikotik tidak lebih

buruk daripada antipsikotik atipikal.(Jones PB, Barnes TR, Davies L, et al.2006) Karena

setiap obat-obatan (baik generasi pertama atau kedua) memiliki profil sendiri efek yang

diinginkan dan merugikan, neuropsychopharmacologist mungkin merekomendasikan salah

satu yang lebih tua ("khas "atau generasi pertama) atau yang lebih baru(" atipikal "atau

generasi kedua) antipsikotik sendiri atau dalam kombinasi dengan obat lain, berdasarkan

profil gejala, pola respon, dan efek yang merugikan pada masing-masing pasien.(D.P. 2003).

Setiap obat memiliki waktu paruh yang berbeda. Obat antipsikotik atipikal yang bekerja

pada reseptor D2 mempunyai waktu paruh 24 jam, sementara antipsikotik tipikal berlangsung

lebih dari 24 jam (Seeman P (February 2002).). Hal ini mungkin menjelaskan mengapa

kekambuhan psikosis terjadi lebih cepat dengan antipsikotik atipikal dibandingkan dengan

antipsikotik tipikal,karena obat ini diekskresi lebih cepat dan tidak lagi bekerja di otak

(Seeman P (February 2002).). Ketergantungan fisik dengan obat ini sangat jarang, karena itu

gejala withdrawal jarang terjadi. (Höschl, C. 2006). Terkadang jika AAP tiba-tiba berhenti

dapat terjadi gejala psikotik, gangguan gerak dan kesulitan dalam tidur (Höschl, C. 2006).

Ada kemungkinan bahwa withdrawal jarang terjadi karena AAP disimpan di jaringan lemak

dalam tubuh dan direalese perlahan-lahan.

1.3 Mekanisme Kerja

Antipsikotik generasi pertama (APG 1) mempunyai cara kerja dengan memblok

reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga

dengan Antagonis Reseptor Dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau antipsikotik

tipikal.

Kerja dari APG 1 menurunkan hiperaktifitas dopamine di jalur mesolimbik sehingga

menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG 1 tidak hanya memblok reseptor D2

di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan

tuberoinfundibular.

Apabila APG 1 memblok reseptor D2 di jalur mesokortikal, dapat memperberat gejala

negative dan gejala kognitif disebabkan penurunan dopamine di jalur tersebut. Blokade

reseptor D2 di nigrostriatal dapat menyebabkab timbulnya gangguan dalam mobilitas seperti

3

Page 4: Obat Risperidone

pada Parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat menyebabkan gangguan pergerakan

hiperkinetik (tardive dyskinesia). Blokade reseptor D2 di tuberoinfundibular oleh APG 1

menyebabkan peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan

peningkatan berat badan.

APG 1 selain menyebabkan terjadinya blockade reseptor D2 pada keempat jalur

dopamine, juga menyebabkan terjadinya blockade reseptor kolinergik muskarinik sehingga

timbul efek samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur, konstipasi dan

kognitif tumpul. APG 1 juga memblok reseptor histamine (H1) sehingga timbul efek samping

mengantuk dan peningkatan berat badan. APG 1 juga memblok reseptor 1 adrenergik

sehingga dapat menimbulkan efek samping pada kardiovaskuler berupa hipotensi orthostatic,

mengantuk, pusing, dan tekanan darah menurun.

Antipsikotik generasi kedua (APG II) sering disebut sebagai Serotonin Dopamin

Antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui

interaksi antara serotonin dan dopamine pada keempat jalur dopamine di otak. Hal ini yang

menyebabkan efek samping extrapyramidal system lebih rendah dan sangat efektif untuk

mengatasi gejala negative.

Perbedaan antara APG I dengan APG II adalah APG I hanya memblok reseptor D2

sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor serotonin (5HT2A) dan reseptor

dopamine (D2).

APG II bekerja secara simultan pada keempat jalur dopamine yaitu :

Mesolimbik : APG II menyebabkan antagonis 5HT2A gagal untuk

mengalahkan antagonis D2 di jalur ini sehingga blockade

reseptor D2 menang. Hal ini yang menyebabkan APG II dapat

memperbaiki simptom positif skizofrenia. Pada keadaan normal

serotonin akan menghambat pelepasan dopamine.

Mesokortikal : APG II lebih banyak berpengaruh dalam memblok reseptor

5HT2A dengan demikian meningkatkan pelepasan dopamine dan

dopamine yang dilepas menang daripada yang dihambat. Hal

ini menyebabkan berkurangnya gejala negatif.

Nigrostriatal : pelepasan dopamine melebihi dari blokade reseptor dopamine

sehingga mengurangi extrapyramidal simptom

Tuberoinfundibular : pemberian APG II dalam dosis terapi akan menghambat

reseptor 5HT2A menyebabkan pelepasan dopamine meningkat

4

Page 5: Obat Risperidone

sehingga pelepasan prolaktin menurun sehingga tidak terjadi

hiperprolaktinemia.

APG II tidak hanya bekerja pada antagonis reseptor 5HT2A dan D2, tetapi juga beberapa

subtipe antara lain reseptor 5HT1A, 5HT1D, 5HT2c, 5HT3, 5HT6, 5HT7 dan D1, D3, D4 juga

antimuskarinik (M1), antihistamin (AH1), 1, dan 2. Hal ini mengakibatkan APG II juga

dapat memperbaiki mood dan menurunkan suicide, tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga

pada bipolar I dan II.

Dopamin

Dopamin memiliki banyak fungsi di otak, termasuk peran penting dalam perilaku dan

kognisi, gerakan sukarela, motivasi dan penghargaan, penghambatan produksi prolaktin

(yang terlibat dalam laktasi), tidur, mood, perhatian, dan belajar. Neuron dopaminergik

(yaitu, neuron yang utama adalah dopamin neurotransmitter) yang hadir terutama di daerah

tegmental ventral (VTA) dari otak tengah, substantia nigra pars compacta, dan inti arkuata

dari hipotalamus.

Neuron dopaminergik membentuk sistem neurotransmitter yang berasal substantia nigra pars

compacta, daerah tegmental ventral (VTA), dan hipotalamus. Akson ini proyek ke daerah-

daerah besar dari otak melalui empat jalur utama:

Mesocortical jalur menghubungkan daerah tegmental ventral lobus frontal korteks

pre-frontal. Neuron dengan somas di wilayah proyek akson ventral tegmental ke

korteks pre-frontal.

Mesolimbic jalur membawa dopamin dari daerah tegmental ventral ke nucleus

accumbens melalui amigdala dan hipokampus. Para somas dari neuron

memproyeksikan berada di daerah tegmental ventral.

Nigrostriatal jalur berjalan dari nigra substantia untuk neostriatum tersebut. Somas

dalam proyek substantia nigra akson ke dalam nukleus dan putamen berekor. jalur ini

terlibat dalam loop motor ganglia basal.

Tuberoinfundibular jalur dari hipotalamus ke kelenjar pituitari.

Fungsi Dopamin :

5

Page 6: Obat Risperidone

a. Gerakan

Melalui reseptor dopamin, D 1-5, dopamin mengurangi pengaruh dari jalur tidak

langsung, dan meningkatkan tindakan jalur langsung dalam ganglia basal. Kurangnya

dopamin biosintesis dalam neuron dopaminergik dapat menyebabkan penyakit

Parkinson, di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mengeksekusi halus,

gerakan terkontrol.

b. Kognisi dan korteks frontal

Di lobus frontal, dopamin mengontrol arus informasi dari daerah lain di otak.

Dopamin gangguan di wilayah otak dapat menyebabkan penurunan fungsi

neurokognitif, terutama memori, perhatian, dan pemecahan masalah. Mengurangi

konsentrasi dopamin di prefrontal cortex diperkirakan untuk memberikan kontribusi

terhadap gangguan perhatian defisit. Telah ditemukan bahwa reseptor D1 serta

reseptor D4 bertanggung jawab atas efek kognitif-meningkatkan dopamin. Pada

sebaliknya, bagaimanapun, obat anti-psikotik bertindak sebagai antagonis dopamin

dan digunakan dalam pengobatan gejala positif skizofrenia, meskipun, yang lebih tua

disebut "biasa" antipsikotik yang paling sering bertindak pada reseptor D2, sedangkan

obat atipikal juga bertindak pada reseptor D1, D3 dan D4.

c. Pengaturan sekresi prolaktin

Dopamin adalah inhibitor neuroendokrin utama dari sekresi prolaktin dari kelenjar

hipofisis anterior. Dopamine dihasilkan oleh neuron dalam nukleus arkuata

hipotalamus adalah dikeluarkan ke dalam pembuluh darah hypothalamo-hypophysial

dari median eminence, yang memasok kelenjar pituitary. Sel-sel lactotrope yang

menghasilkan prolaktin, dalam ketiadaan dopamin, prolaktin mensekresi terus

menerus; dopamin menghambat sekresi ini. Dengan demikian, dalam konteks

mengatur sekresi prolaktin, dopamine kadang-kadang disebut prolaktin-faktor

penghambat (PIF),-menghambat hormon prolaktin (PIH), atau prolactostatin.

d. Motivasi dan kesenangan

6

Page 7: Obat Risperidone

Dopamin ini umumnya terkait dengan sistem kesenangan otak, memberikan perasaan

kenikmatan dan penguatan untuk memotivasi seseorang secara proaktif untuk

melakukan kegiatan tertentu. Dopamin dilepaskan (terutama di daerah seperti

accumbens inti dan korteks prefrontal) secara alami pengalaman berharga seperti

makanan, seks, obat-obatan, dan netral rangsangan yang menjadi terkait dengan

mereka. Studi terbaru menunjukkan bahwa agresi juga dapat merangsang pelepasan

dopamin dengan cara ini. Teori ini sering dibahas dalam hal obat-obatan seperti

kokain, nikotin, dan amfetamin, yang secara langsung atau tidak langsung

mengakibatkan peningkatan dopamin di jalur imbalan mesolimbic otak, dan dalam

kaitannya dengan teori neurobiologis dari kecanduan kimia

Serotonin

Serotonin memiliki efek pada nafsu makan, tidur dan metabolisme umum. Dalam darah, situs

penyimpanan utama adalah trombosit, yang mengumpulkan serotonin dari plasma.

Pendarahan menyebabkan pelepasan serotonin, yang menyempitkan pembuluh darah.

Iritasi hadir dalam makanan memicu sel enterochromaffin untuk merilis serotonin untuk

meningkatkan gerakan peristaltik untuk pengosongan usus. Kebocoran serotonin usus ke

dalam aliran darah pada tingkat yang lebih cepat dari trombosit dapat menyerapnya

meningkatkan serotonin bebas dalam darah, yang mengaktifkan 5HT3 reseptor di zona

memicu chemoreceptor yang merangsang muntah.

Pada manusia sejak tingkat HT 1A aktivasi reseptor-5 di negatif menunjukkan hubungan otak

dengan agresi, dan mutasi pada gen yang kode untuk HT 2A reseptor-5 mungkin dua kali lipat

risiko bunuh diri bagi mereka dengan genotipe itu.

Serotonergik isyarat memainkan peran penting dalam modulasi manusia, marah mood dan

agresi. Individu dari C.elegans''''menghadapi stres (misalnya lingkungan dengan makanan)

kembali perilaku normal jika diberi obat serotonin meningkat. Obat yang sama memiliki efek

yang sama pada manusia, tindakan serotonin pada cacing kawin dan bertelur menyerupai efek

pada seksualitas manusia.

7

Page 8: Obat Risperidone

Serotonin juga dapat bertindak sebagai faktor pertumbuhan langsung. kerusakan hati

meningkatkan ekspresi seluler dari 5-HT2A dan reseptor 5-HT2B. Serotonin hadir dalam

darah kemudian merangsang pertumbuhan sel untuk memperbaiki kerusakan hati.

5HT2B juga mengaktifkan reseptor osteoblas, yang membangun tulang Namun, serotonin

juga mengaktifkan osteoklas, tulang yang menurunkan.

Serotonin selain membangkitkan aktivasi endotel oksida nitrat sintase dan merangsang

melalui reseptor 5-HT1B bermeditasi mekanisme fosforilasi p44/p42 mitogen-diaktifkan

aktivasi protein kinase dalam bovine kultur sel endotel aorta. Serotonin mempunyai kegiatan

yang luas di otak, dan variasi genetik pada reseptor serotonin dan transporter serotonin, yang

memudahkan pengambilan kembali serotonin ke presynapses, telah terlibat dalam penyakit

saraf. Obat menargetkan serotonin-induced jalur yang digunakan dalam pengobatan

gangguan kejiwaan banyak.

1.4 Pemilihan obat

Di antara obat yang sesuai terhadap diagnosis tertentu, obat spesifik harus dipilih

menurut riwayat respons obat pasien (kepatuhan, respons terapeutik, dan yang merugikan).

Pada dasarnya semua obat anti-psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang

sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping). Pemilihan

jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping

obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen. Misalnya pada contoh sebagai

berikut : Chlorpromazine dan Thioridazine yang efek samping sedatif kuat terutama

digunakan terhadap Sindrom Psikosis dengan gejala dominan: gaduh gelisah, hiperaktif, sulit

tidur, kekacauan pikiran, perasaan dan perilaku, dll. sedangkan Trifluoperazine,

Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping sedatif lemah digunakan terhadap Sindrom

Psikosis dengan gejala dominan; apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan

inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dll.

Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain

(sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek

samping belum tentu sama.

8

Page 9: Obat Risperidone

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat

antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya,

dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

Anti-psikosis Mg.q Dosis (mg/h) Sedasi Otono

mik

Eks.Pr

Chlorpromazine

Thioridazine

Perphenazine

Trifluoperazine

Fluphenazine

Haloperidol

Pimozide

Clozapine

Levomepromazine

Sulpiride

Risperidone

100

100

8

5

5

2

2

25

25

200

2

150

100

8

5

5

2

2

25

50

200

2

600

900

48

60

60

100

6

75

300

1600

9

+++

+++

+

+

++

+

+

++++

++++

+

+

+++

+++

+

+

+

+

+

+

++

+

+

++

+

+++

+++

+++

++++

++

-

+

+

+

Tetapi obat yang terakhir ini paling mudah menyebabkan timbulnya gejala

ekstrapiramidal, pada pasien yang rentan terhadap efek samping tersebut perlu digantikan

dengan Thioridazine (dosis ekivalen) dimana efek samping ekstrapiramidalnya sangat ringan.

Untuk pasien yang sampai timbul "tardive dyskinesia" obat antipsikosis yang tanpa efek

samping ekstrapiramidal adalah obat generasi baru/atipikal.

1.5 Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu.

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam.

Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x perhari).

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas

hidup pasien.

9

Page 10: Obat Risperidone

Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran à dinaikkan setiap 2-3 hari à

sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaran sindrom psikosis) à dievaluasi setiap

2 minggu dan timbul bila perlu dinaikkan à dosis optimal à diturunkan setiap 2 minggu à

dosis maintenance à dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2

hari/minggu) à tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu à stop.

Neuroleptika dengan dosis terapeutik tinggi seperti chlorpromazine, thioridazine,

perazine) lebih baik digunakan untuk : Hiperaktivitas motorik, kegelisahan, kegaduhan,

agitasi (agresif).

Neuroleptika dengan dosis terapeutik rendah seperti flufenazin, trifluoperazin,

perfenazin, haloperidol, pimozid lebih manjur untuk : Skizofrenia seperti autisme, gangguan

proses pikir, gangguan afek dan emosi.

Antipsikotik spektrum luas; untuk psikotik akut termasuk : Levomepromazine,

Klorprotixen, Tioridazin, Klorpromazin.

Antipsikotik jangka panjang digunakan untuk psikotik kronik termasuk : Haloperidol,

Trifluoperazin, Flufenazin.

1.6 Antipsikotik tipikal

Antipsikotik tipikal memiliki keuntungan jarang menyebabkan terjadinya Sindrom

Neuroleptik Malignan (SNM) dan cepat menurunkan simptom positif. Namun antipsikotik

tipikal juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1. Mudah terjadi extrapyramidal syndrome dan tardive dyskinesia

2. Memperburuk simptom negative dan kognitif

3. Meningkatkan kadar prolaktin

4. Sering menyebabkan kekambuhan

1.6.1 Pembagian antipsikotik tipikal

A. Berdasarkan Potensi

a) Potensi Tinggi

Potensi tinggi bila dosisi APG 1 yang digunakan kurang atau sama

dengan 10 mg. APG 1 potensi tinggi diantaranya haloperidol, fluphenazine,

dan trifluoperazine, dan thiothixene.

10

Page 11: Obat Risperidone

Potensi antidopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping tinggi

seperti distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanan

darah rendah.

b) Potensi Sedang

Potensi sedang bila dosis APG 1 yang digunakan antara 10 – 50 mg.

APG 1 potensi sedang diantaranya adalah perphenazine, loxapine dan

molindone.

Digunakan untuk penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping

APG 1 potensi tingi dan potens rendah.

c) Potensi Rendah

Potensi rendah bila dosis APG 1 yang digunakan lebih dari 50 mg.

APG 1 potensi rendah diantaranya adalah chlorpromazine, thioridazine dan

mesoridazine.

Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi orthostatic, lethargi dan

simptom antikolinergik meningkat. Simptom antikolinergik berupa mulut

kering, retensi urine, pandangan kabur, dan konstipasi.

B. Berdasarkan Rumus Kimia

a) Phenothiazine :

Rantai aliphatic : Chlorpromazine, levomepromazine

Rantai piperazine : perphenazine, trifluoperazine, fluphenazine

Rantai piperidine : thioridazine

b) Non Phenothiazine

Butyrophenone : haloperidol

Diphenylbutyl-piperidine : pimozide

Benzamide : sulpiride

Dibenzodiazepine : clozapine

Benzisoxazole : risperidone

No

.

Golongan Obat Sediaan Dosis Anjuran

1. Phenothiazine Chlorpromazine Tablet 25 dan 100mg 150 – 600 mg/hari

11

Page 12: Obat Risperidone

Injeksi 25 mg/ml

Perphenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 – 24 mg/hari

Trifluoperazin Tablet 1 dan 5 mg 10 – 15 mg/hari

Fluphenazine Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 – 15 mg/hari

Thioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150 – 600 mg/hari

2. ButyrophenoneHaloperidol

Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg

Injeksi 5 mg/ml

5 -15 mg/hari

Droperidol Ampul 2,5 mg/ml 7,5 – 15 mg/hari

3.Diphenyl-butyl-

piperidine

Pimozide Tablet 1 dan 4 mg 1 – 4 mg/hari

1.6.2 Beberapa obat antipsikotik tipikal

a. Chlorpromazin

Farmakodinamik :

Susunan Saraf Pusat :

Chlorpromazine (CPZ) menimbulkan efek :

1. Sedasi dan sikap acuh terhadap lingkungan. Pemakaian yang lama dapat

menimbulkan efek sedasi.

2. Antipsikosis.

3. Berkurangnya kepandaian pekerjaan tangan yang memerlukan kecekatan dan daya

pemikiran yang berulang.

4. Gangguan aktivitas motorik.

5. Gejala Parkinsonisme (karena mempengaruhi ganglia basalis) à efek

ekstrapiramidal.

6. Menurunnya ambang kejang. Sehingga penggunaannya pada pasien epilepsi harus

hati-hati. (Derivat piperazin dapat diberikan secara aman pada pasien epilepsi dengan

dosis bertahap dan bersama antikonvulsan.

Otot Rangka :

CPZ menimbulkan relaksasi otot skelet yang dalam keadaan spastik.

Endokrin :

Menghambat ovulasi dan menstruasi.

Kardiovaskular :

Dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.

Farmakokinetik

12

Page 13: Obat Risperidone

Semua fenotiazin diabsorpsi dengan baik bila diberikan peroral maupun parenteral.

Penyebaran luas ke semua jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati, kelenjar

suprarenal dan limpa. Setelah pemeberian CPZ dosis besar, maka masih ditemukan ekskresi

CPZ atau metabolitnya selama 6-12 bulan.

Efek Samping

Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping

berupa gejala idiosinkrasinya mungkin timbul, seperti ikterus, dermatitis, leukopenia. Semua

derivat fenotiazin menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

b. Haloperidol

Haloperidol adalah obat antipsikosis yang kuat dengan nama dagang : haloperidol

decanoas à haloperidol 50 mg/ml. Haloperidol adalah obat yang dikategorikan ke dalam

agen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini digunakan sebagai terapi rumatan

untuk psikotik akut dan kronik, seperti skizofrenia, gangguan manik, dan psikosis yang

diinduksi obat misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga berguna pada penanganan

pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, bat ini dapat digunakan pada pasien sindrom mental

organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol sering digunakan untuk mengatasi

gangguan perilaku yang berat. Dosis inisial 50-100 mg.

Haloperidol sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal/sindroma parkinson; dimana

gejalanya berupa :

- Wajah seperti topeng (kekakuan)

- Tremor

- Suara seperti pelo (susah didengar)

- Hipersalivasi

- Jalan seperti robot

Tindakan untuk mengurangi gejala ekstrapiramidal adalah dengan tablet

trihexyphenidyl (artane) 3-4 x 2 mg/hr, sulfas atropin 0,50-0,75, mg (IM). Haloperidol selain

antipsikotik dapat digunakan sebagai antianxietas dengan dosis rendah dimana 100 CPZ

setara dengan 1,5 - 2,5 mg haloperidol.

Rapid Neuroleptization

Haloperidol 5-10 mg (im) dapat diulangi setiap 30 menit, dosis maksimum adalah 100

mg dalam 24 jam. Biasanya dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejala akut dari

sindrom psikosis.

Kontra indikasi

13

Page 14: Obat Risperidone

- Penyakit hati

- Hematologi

- Epilepsi

- Kelainan jantung

- Febris yang tinggi

- Penyakit SSP (parkinson, tumor otak)

- Ketergantungan alkohol

- Kesadaran makin memburuk

c. Fluphenazine decanoate

Fluphenazine mempunyai 3 bentuk :

1. HCL = oral

2. Enantat (injeksi) à long acting

3. Dekanoat (long acting)

4. Klinikal Farmakologi

Efek dasar fluphenazine decanoate tidak berbeda dari kelompok hidroklorida

fluphenazine lainnya, kecuali durasi kerjanya. Esterifikasi dari fluphenazine memperpanjang

efek kerja obat tanpa mengurangi efek dari penggunaan obat. Decanoate Fluphenazine

memiliki aktivitas di semua tingkat sistem saraf pusat maupun pada sistem multiple organ.

Mekanisme terapeutiknya masih belum dapat diketahui.

Fluphenazine berbeda dari turunan fenotiazin lain dalam beberapa hal,obat ini lebih

kuat dalam bentuk miligram,dan kurang potensiasi pada sistem saraf pusat depresan dan

anestesi dibandingkan beberapa fenotiazin lainnya dan efek sedatifnya juga kurang, dan efek

samping hipotensi lebih ringan dibandingkan beberapa golongan fenotizin yang terlebih

dahulu.

Indikasi dan Penggunaannya

Injeksi Fluphenazine decanoate merupakan obat antipsikotik long-acting parenteral

yang digunakan untuk pasien yang memerlukan terapi neuroleptik parenteral jangka panjang

(misalnya pada skizofrenia kronis). Fluphenazine injeksi decanoate belum terbukti efektif

dalam pengelolaan komplikasi perilaku pada pasien retardasi mental.

Kontraindikasi

Fenotiazin kontraindikasi untuk pasien dengan suspek kerusakan otak subkortikal.

Senyawa fenotiazin tidak boleh digunakan dalam dosis besar hipnotik. Fluphenazine

decanoate injeksi merupakan kontraindikasi pada keadaan koma atau pada keadaan depresi

14

Page 15: Obat Risperidone

berat . Adanya kelainan darah atau kerusakan hati menghalangi penggunaan decanoate

fluphenazine. Fluphenazine decanoate tidak dapat digunakan pada anak di bawah usia 12

tahun. Fluphenazine injeksi decanoate merupakan kontraindikasi pada pasien yang telah

menunjukkan hipersensitivitas terhadap fluphenazine; lintas kepekaan terhadap fenotiazin

derivatif mungkin terjadi.

Dosis dan Tatalaksana

Fluphenazine decanoate injeksi dapat diberikan secara intramuskuler atau subkutan.

Harus digunakan syringe yang kering. Penggunaan jarum suntik basah dapat menyebabkan

larutan menjadi keruh.

Untuk awal terapi dengan fluphenazine decanoate rejimen berikut disarankan:

Pada kebanyakan pasien, dapat diberikan dengan dosis initial 12,5-25 mg (0,5-1

mL) . Onset aksi yang umumnya muncul antara 24 dan 72 jam setelah penyuntikan dan efek

obat pada gejala psikotik menjadi signifikan dalam waktu 48 sampai 96 jam. suntikan

berikutnya dan interval dosis ditetapkan sesuai dengan respon pasien. Ketika diberikan

sebagai terapi pemeliharaan, injeksi tunggal mungkin efektif dalam mengontrol gejala

skizofrenia hingga empat minggu atau lebih. Respon terhadap dosis tunggal dapat bertahan

selama enam minggu pada beberapa pasien pada terapi pemeliharaan.

. Ketika gejala akut telah mereda, dapat diberikan fluphenazine decanoate 25 mg (1

mL); dosis berikutnya disesuaikan seperlunya. Dosis tidak boleh melebihi 100 mg. Jika dosis

yang lebih besar dari 50 mg yang dianggap perlu, dosis berikutnya dan dosis berhasil harus

ditingkatkan hati-hati dengan penambahan sebesar 12,5 mg.

d. Obat anti psikotik long acting

Obat anti psikosis long acting yang sering digunakan adalah :

Haloperidol decanoat 50 mg/cc

Fluphenazine Decanoate/ Enanthate 25 mg/cc

Obat long acting diberikan secara intramuskular (IM) untuk 2 sampai 4 minggu. Obat

ini sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang

tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan

pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan.

Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral sebaiknya diberikan per oral dahulu beberapa

minggu untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas. Pemberian anti psikosis "long

acting" hanya untuk terapi stabilitas dan pemeliharaan (maintenance therapy/rumatan)

15

Page 16: Obat Risperidone

terhadap kasus skizofrenia. Sebanyak 15-25% kasus menunjukkan toleransi yang baik

terhadap efek samping ekstrapiramidal

1.7 Antipsikotik atipikal

APG II dalam klinis praktis, memiliki empat keuntungan yaitu :

1. APG II menyebabkan extrapyramidal symptom jauh lebih kecil disbanding APG I,

umumnya pada dosis terapi jarang terjadi extrapyramidal symptom.

2. APG II dapat mengurangi symptom negative dari skizofrenia dan tidak memperburuk

gejala negative seperti yang terjadi pada pemberian APG I

3. APG II menurunkan symptom afektif dari skizofrenia dan sering digunakan untuk

pengobatan depresi dan gangguan bipolar yang resisten.

4. APG II menurunkan symptom kognitif pada pasien skizofrenia dan penyakit

Alzheimer.

Akibat interaksi dengan banyak reseptor lainnya maka APG II dapat menyebabkan

terjadinya beberapa efek samping misalnya peningkatan berat badan, sedasi, kejang atau

agranulositosis.

1.7.1 Pembagian antipsikotik atipikal

Antipsikotik Generasi Kedua (APG II) yang digunakan sebagai :

First line : risperidon, olanzapine, quetiapine, ziprasidone, aripiprazole

Second line : clozapine

Indikasi pengobatan dari obat antipsikotik atipikal antara lain :

Sindrom psikosis

Sindrom psikosis fungsional, misalnya : skizofrenia, psikosis paranoid

Sindrom psikosis organik, misalnya : demensia, intoksikasi alkohol

Indikasi spesifik, misalnya : efektif untuk menurunkan gejala negatif skizofrenia dan

terapi pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat antipsikotik konvensional.

1.7.2 Beberapa obat antipsikotik atipikal

a. Clozapine

16

Page 17: Obat Risperidone

Clozapine adalah obat antipsikotik dari jenis yang baru. Jarang disertai dengan efek

samping yang mirip parkinsonisme dibandingkan antipsikotik konvensional. Bekerja

terutama dengan aktivitas antagonisnya pada reseptor dopamin tipe 2 (D2). Clozapine

efektif terhadap gejala negatif skizofrenia dibandingkan antipsikotik konvensional.

Clozapine disertai agranulositosis pada kira-kira 1 sampai 2 persen dari semua pasien.

Memerlukan monitoring hematologis setiap minggu pada pasien yang diobati dengan

clozapine.

Clozapine cepat diabsorpsi dari saluran gastrointestinal (GI). Kadar puncak dalam

plasma dicapai dalam 1 - 4 jam (rata-rata 2 jam). Clozapine dimetabolisme secara lengkap,

dengan waktu paruh antara 10 dan 16 jam (rata-rata 12 jam). Kadar stabil dicapai dalam

tiga sampai empat hari dengan dosis dua kali sehari. Metabolit diekskresi dalam urin dan

feses.

Clozapine memiliki potensi yang jauh lebih tinggi sebagai antagonis pada resptor D1,

serotonin tipe 2 (5-HT), dan noradrenergik alfa (khususnya 1). Selain itu clozapine

memiliki aktivitas antagonis pada reseptor muskarinik dan histamin tipe 1 (H1) dan

memiliki afinitas yang tinggi untuk reseptor dopamin tipe 4 (D4).

Indikasi Terapeutik

Indikasi satu-satunya yang diusulkan oleh FDA untuk clozapine adalah sebagai terapi

untuk skizofrenia resisten, tardive dyskinesia parah atau kepekaan khusus terhadap efek

samping ekstrapiramidal dari obat antipsikotik standar. Berbeda dengan antipsikotik

konvensional clozapine dapat mengobati pergerakan, gangguan skizoafektif, gangguan

bipolar I yang parah, kepribadian ambang dan pasien dengan penyakit parkinson.

Efek samping

Ciri clozapine yang membedakannya dari antipsikotik standar adalah tidak adanya efek

merugikan ekstrapiramidal, tidak mempengaruhi sekresi prolaktin dan tidak menyebabkan

galaktorea.

Dua efek merugikan yang paling serius dari clozapine adalah :

- Agranulositosis

Dengan monitoring klinis yang cermat terhadap kondisi hematologis pasien yang

diobati dengan clozapine akhirnya dapat mencegah kematian dengan mengenali secara

awal gangguan hematologis dan menghentikan pemakaian clozapine. paling sering terjadi

17

Page 18: Obat Risperidone

dalam enam bulan pertama. Peningkatan usia dan jenis kelamin wanita merupakan faktor

risiko tambahan untuk perkembangan agranulositosis akibat clozapine.

- Kejang

Terapi phenobarbital (luminal) dapat diberikan untuk mengatasi kejang dan clozapine

dapat dimulai kembali pada kira-kira 50 persen dosis sebelumnya. Selanjutnya dinaikkan

kembali secara bertahap. Carbamazepine (Tegretol) tidak boleh digunakan dalam

kombinasi dengan clozapine karena hubungannya dengan agranulositosis.

Efek samping lainnya adalah :

- Efek Kardiovaskular

Takikardia, hipotensi, dan elektroensefalogram (EEG) berhubungan dengan terapi

clozapine menunjukkan terjadinya takikardia, karena inhibisi vagal. Keadaan ini dapat

diobati dengan antagonis adrenergik yang bekerja perifer. Efek hipotensif clozapine cukup

parah, sehingga menyebabkan episode sinkop, bilamana dosis awal melebihi 75 mg sehari.

- Sedasi, kelemahan, penambahan berat badan, berbagai gejala GI (paling sering adalah

konstipasi), efek antikolinergik, dan demam. Sedasi paling sering terjadi pada awal terapi

dan efek sedasi siang hari dapat diturunkan dengan memberikan sebagian besar dosis

clozapine pada malam hari. Obat ini dapat diekskresikan dalam air susu, sehingga tidak

boleh digunakan oleh ibu yang menyusui.

Interaksi Obat

Clozapine tidak boleh digunakan dengan salah satu obat lain yang disertai dengan

perkembangan agranulositosis atau supresi sumsum tulang. Obat-obatan tersebut adalah

carbamazepine, propylthiouracil, sulfonamide dan captopril (Capoten).

Depresan sistem saraf pusat, alkohol, atau obat trisiklik yang diberikan bersama

dengan clozapine dapat meningkatkan resiko kejang, sedasi, dan efek jantung. Pemberian

bersama benzodiazepin dan clozapine dapat berhubungan dengan peningkatan insidensi

hipotensi ortostatik dan sinkop.

Titrasi dan Dosis

Clozapine tersedia dalam bentuk tablet 25 dan 100 mg. Satu mg clozapin ekuivalen

dengan kira-kira 1,5 sampai 2 mg chlorpromazine. Dosis awal biasanya 25 mg, satu atau dua

kali sehari. Dosis awal konservatif adalah 12,5 mg dua kali sehari. Dosis selanjutnya dapat

dinaikkan bertahap (25 mg sehari tiap dua atau tiga hari) sampai 300 mg sehari dalam dosis

terbagi, biasanya dua atau tiga kali sehari.

18

Page 19: Obat Risperidone

Peningkatan dosis secara bertahap diharuskan, terutama karena potensi perkembangan

hipotensi, sinkop, dan sedasi. Efek merugikan tersebut biasanya dapat ditoleransi oleh pasien

jika titrasi dosis dilakukan.

Sediaan obat

Nama generik : Clozapine

Nama dagang : Clozaril (Novartis), Sizoril (Meprofarm).

Sediaan : tab 25 mg dan tab 100 mg

Dosis anjuran : 25 – 100 mg/hari

b. Risperidon

Risperidone adalah benzisoxazole pertama yang diperkenalkan di Amerika Serikat

untuk terapi Skizofrenia. Afinitasnya bermakna untuk reseptor D2, selain itu, risperidone

merupakan antagonis yang lipoten untuk reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2).

Farmakokinetik

Risperidone diabsorpsi cepat setelah pemberian oral. Absorpsi risperidone tidak

dipengaruhi oleh makanan dan mencapai kadar puncak kira-kira satu jam setelah pemberian

dan memiliki waktu paruh plasma kira-kira 24 jam. Hidroksilasi merupakan jalur

metabolisme terpenting yang mengubah risperidone menjadi 9-hidroxyl-risperidone yang

aktif.

Studi risperidone dosis tunggal menunjukkan konsentrasi zat aktif dalam plasma yang

lebih tinggi dan eliminasi yang lebih lambat pada lanjut usia dan pada pasien dengan

gangguan ginjal. Konsentrasi plasma tetap normal pada pasien dengan gangguan fungsi hati

Farmakodinamik

Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi

terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan

reseptor α1-adrenergik. Risperione tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik.

Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki

gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik

dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin

sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping

ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari

skizofrenia.

Efek pada organ dan sistem spesifik

19

Page 20: Obat Risperidone

Risperidone tidak mempunyai efek merugikan dari segi neurologis dan efek

merugikan lainnya lebih sedikit dibandingkan obat lain dalam kelas ini.

Indikasi terapeutik

Indikasi terapeutik risperidone hampir sama dengan clozapine yaitu untuk terapi

skizofrenia yang resisten terhadap terapi dengan antipsikotik konvensional.

Efek samping

Efek samping seperti sedasi, otonomik dan ekstrapiramidal pada risperidone lebih

ringan dibanding dengan obat antipsikotik konvensional lainnya.

Dosis

Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari

Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari

(titrasi lebih rendah dilakukan pada beberapa pasien)

Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari

Dosis umum 4-8 mg per hari. Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif dari dosis yang

lebih rendah dan bahkan mungkin dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas

10 mg/hari dapat digunakan hanya pada pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih

besar dibanding dengan risikonya. Dosis di atas 16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya

sehingga tidak boleh digunakan.

Interaksi Obat

Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obat-obat yang bekerja pada SSP dan

alkohol.

Risperidone mempunyai efek antagonis dengan levodopa atau agonis dopamin

lainnya.

Karbamazepin dapat menurunkan kadar plasma risperidone.

Clozapine dapat menurunkan bersihan risperidone.

Fluoksetin dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari fraksi antipsikotik

(risperidone dan 9-hydroxy-risperidone) dengan meningkatkan konsentrasi

risperidone.

c. Olanzapine

Farmakokinetik

20

Page 21: Obat Risperidone

Olanzapine mencapai level puncak di dalam plasma dalam waktu 6 jam dan waktu

paruhnya kira-kira 30 jam.

Indikasi Terapeutik

Pengobatan skizofrenia yang resisten dan dapat digunakan untuk mengurangi gejala

negatif dan agitasi.

Efek Samping

Efek samping antikolinergik seperti konstipasi dan mulut kering meningkat

berhubungan erat dengan dosis yang digunakan. Tidak menyebabkan

leukopeni/agranulositosis seperti pada clozapine. Olanzapin menunjukkan peningkatan

hepatik transaminase (ALT, AST, GGT) dosis dependen dan menunjukkan gejala

ekstrapiramidal.

d. Quetiapine

Farmakokinetik

Quetiapine secara cepat diabsorbsi sesudah diminum, mencapai konsentrasi puncak di

plasma dalam waktu 1,5 jam, dimetabolisme oleh hepar. Dengan waktu paruh 6 jam yang

terdapat di dalam batas dosis klinik yang dianjurkan.

Efek Samping

Hipertensi

Quetiapine mungkin dapat menyebabkan hipertensi ortostatik dengan gejala-gejala

kedinginan, takikardi dan pada beberapa pasien terjadi sinkop, khususnya selama periode

pemberian dosis inisial.

Katarak

Liver Secara asimtomatik, trasien dan reversibel meningkatkan serum transaminase

(terutama ALT).

Efek samping lainnya adalah somnolen, gejala ekstrapiramidal, dan NMS.

Indikasi

Gejala positif pada skizofrenia.

Gejala negatif pada skizofrenia.

Gangguan kognitif pada skizofrenia.

Gangguan mood pada skizofrenia.

21

Page 22: Obat Risperidone

Perilaku agresif pada skizofrenia.

e. Aripiprazole

Sediaan obat

Nama generik : Aripriprazole

Nama dagang : Abilify (Otsuka)

Sediaan : tab 10-15 mg

Dosis anjuran : 10-15mg/hari

Indikasi

Skizofrenia (ini masih dalam penelitian lebih lanjut).

Efek samping

Efek samping yang dapat terjadi adalah

Gangguan ekstrapiramidal (insidensnya sangat minimal).

Penambahan berat badan (sangat minimal).

Peningkatan QT interval (miniimal sampai tidak terjadi).

Peningkatan kholesterol, glukosa, dan prolaktin (minimal).

22