noise mikroseismik

Upload: dyah-arum-arimurti

Post on 11-Oct-2015

260 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tentang mikroseismik

TRANSCRIPT

  • ANALISIS KUALI

    INDONESIA

    TAS DATA SEISMIK 6 STASIUN

    MENGGUNAKAN PQLX PERIODE 21 30 APRIL 2009

    Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Sains

    Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh :

    Andri Setiyaji NIM: 107097003945

    PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2009 M / 1430 H

  • ANALISIS KUALI

    TAS DATA SEISMIK 6 STASIUN INDONESIA MENGGUNAKAN PQLX

    PERIODE 21 30 APRIL 2009

    Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Sains

    Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh :

    Andri Setiyaji NIM: 107097003945

    Menyetujui,

    Pembimbing I

    Agus Marsono, Msi NIP. 120 112 648

    Pembimbing II

    Sutrisno, M.Si NIP. 120 129 109

    Mengetahui, Ketua Prodi Fisika

    Sutrisno, M.Si NIP. 120 129 109

    ii

  • PE

    NGESAHAN UJIAN

    Skripsi yang berjudul Analisis Kualitas Data Seismik 6 Stasiun Indonesia Menggunakan PQLX Periode 21 30 April 2009telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakltas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jumat, 17 Juli 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Jurusan Fisika.

    Jakarta, 17 Juli 2009

    Tim Penguji,

    Penguji I Penguji II

    Arif Tjahjono, ST, M.Si Ambran Hartono, M.Si NIP. 150 389 715 NIP. 19710408 200212 1 002

    Mengetahui,

    Dekan Fak. Sains dan Teknologi Ketua Jurusan Fisika

    DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si Drs. Sutrisno, M.Si NIP. 150 317 956 NIP. 120 129 109

    iii

  • LEMB

    ANALISIS KUALITAS D

    AR PENGESAHAN

    ATA SEISMIK STASIUN INDONESIA

    MENGGUNAKAN PQLX PERIODE APRIL 2009

    Skripsi Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi

    Untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)

    Oleh :

    Andri Setiyaji NIM: 107097003945

    Pembimbing I

    Agus Marsono, Msi

    NIP. 120 112 648

    Pembimbing II

    Sutrisno, M.Si

    NIP. 120 129 109

  • A

    BSTRAC

    T

    Until year-end 2008 BMG has around 102 seismograph stations, its build by

    indonesian government without help with foreign, and data online goes to Jakarta.

    Resulting data is still have bad quality, so required by evaluation to know problem that

    befall seismograph station. Bad data quality reverential because gaps, spike, steps, off

    tool, long is noise period, and nature noise.

    Of research result with PQLX'S software Manado station (MNI) one that lovely its data quality

    because this station constitute Indonesian Japanese collaboration station (JISNET) such as Tual

    (TLE)). Meanwhile Libra Station such as Sorong (SWI), Labuha (LBMI), Padang (PDSI), Citeko (CBJI) need at check, fixed up gets to be done by beginning of fixed up on data communication, fixed up and seismograph equipment substitution,

    fixed up seismic vault until seismic vault's move on new location. seismic vault's

    move or seismograph station location is gone upon because marks sense trouble of

    tall activity at seismic vault's vicinity. Tall activity reverential seismic vault nearby

    highway, air station, industrial region, settlement and minefield region. Besides trouble

    of nature gets to come from oceanic, an river or waterfall. For above mentioned

    problem, fixed up can't be done besides with seismic vault's location move. But

    location move is last solution, since it can evoke the other problem, as security, Power

    supply, data communication, and coverage area.

    Keyword: noise analysis, seismik broadband's censor, JISNET , Libra

  • KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahiim

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah senantiasa memberikan nikmat dan

    karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu sebagai tugas

    akhir dengan judul Analisa Kualitas Data Seismik 6 Stasiun Indonesia

    Menggunakan PQLX Periode 21 30 April 2009.

    Penulis sangat menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak

    terlepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

    ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

    1. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknik

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

    2. Drs. Sutrisno, M.Si. selaku ketua Jurusan Fisika yang membuka jalan penulis

    untuk melanjutkan kuliah di UIN jakarta dan menjadi Pembimbing II yang

    membimbing dan mengarahkan penulis selama kuliah di UIN Jakarta

    3. Drs. Agus Marsono, M.Si, sebagai pembimbing I yang telah memberikan

    ilmu, waktu, motifasi dan perbaikan teknis penulisan.

    4. Fauzi, Msc, Ph.D selaku Kepala Pusat Geofisika BMKG yang telah

    mengizinkan penggunaan dan akses seluruh alat-alat yang digunakan untuk

    skripsi ini

    iv

  • 5. Bapak dan Emak, Fadli, Mertuaku (Papa dan Mama) atas dukungan moral dan

    material yang telah diberikan, Istriku tercinta Kurniati Retno Dewi dan

    Anakku Hilmy Muhammad Hafizh.

    6. Seluruh Dosen FISIKA, atas ilmu pengetahuan dan motifasi yang diberikan

    serta bantuannya selama penulis kuliah di UIN Jakarta.

    7. Handi Daging Sulistyo Widodo, Jajat Jatnika, Fadly Yusuf (In Fay I Trust),

    Furqon Alfahmi, Artadi Pria sakti dan Mas Bayu yang berjuang bersama dan

    selalu menemani melewati suka duka selama kuliah.

    8. Temen-temen seperjuanganku FISIKA 06 atas bantuan, semangat dan

    kekompakannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    9. Teman temanku kelompok shift di BMKG, atas pengertiannya selama

    penulis menjalankan tugas kerja sekaligus kuliah bersamaan

    Penulis Menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna karena

    keterbataan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk perbaikan karya tulis ini

    penulis mengharapkan kritik, saran, dan pendapat yang membangun.

    Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah. Oleh karena itu penulis

    sangat mengharap kritik dan saran yang membangun agar laporan ini mendekati

    kesempurnaan.

    Jakarta, Juni 2009

    Penulis

    v

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul ........................................................................... i

    Lembar Pengesahan ........................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ............................................................... iv

    DAFTAR ISI ........................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN

    ...............................................................

    xii

    DAFTAR TABEL ........................................................................... xiii

    ABSTRAK

    ...........................................................................

    xiv

    ABSTRACT

    ...........................................................................

    xv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................... 1

    1.2 Rumusan permasalahan

    ......................................

    4

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................... 6

    1.4 Batasan Masalah

    ...................................................

    6

    1.5 Sistematika Penelitian ....................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 8

    vi

  • 2.1 Pengertian Gempabumi ....................................... 8

    2.1.1 Jenis Gempa Bumi ....................................... 13

    2.1.2 Sumber Gempa Bumi ....... 15

    2.2 Sistem Pemantauan Gempa Bumi di BMKG ............... 18

    2.2.1 Pemantauan Gempabumi ........................... 19

    2.2.2 Data seismograf ....................................... 20

    2.2.3 Data akselerograf

    .......................................

    20

    2.3 Seismometer ............................................................... 21

    2.4 Tingkat noise Pada Alat ....................................... 26

    2.4.1 Noise Seismik .................................................. 26

    2.4.2 Noise Observasi ....................................... 26

    2.5 Spektrum Noise ................................................... 26

    2.6 Analisa Sistem Noise .................................................. 30

    2.7 Kekuatan Spektral Densitas (PSD) ............................... 31

    2.8 Fungsi Probabilitas Densitas (PDF) .................. 34

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 36

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................ 36

    3.2 Alat ............................................................................ 36

    3.3 Data Penelitian ............................................................... 36

    vii

  • 3.4 Pengolahan Dan Analisa Data Alat ............................ 37

    3.4.1 Instalasi Perangkat Lunak PQLX Dengan

    Varian Linux openSUSE 10.3 ........................... 37

    3.4.2 Penggunaan Software PQLX Untuk

    Analisa Tingkat Noise ...................................... 38

    3.5 PQLX .............................................................. 41

    3.5.1 Bagian Server Untuk Analisa .............. 42

    3.5.2 Aplikasi Perangkat Lunak Grafis

    Untuk Operator ............................................ .. 44

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................ 50

    4.1 Jenis Problem Data .................................................... 50

    4.1.1 Sensor yang mati ........................................ 50

    4.1.2 Step ................................................................ 51

    4.1.3 Spike

    ................................................................

    52

    4.1.4 Strange signal (Sinyal yang telihat aneh) ............ 53

    4.1.5 Gaps (Data Hilang) ............................................. 54

    4.1.6 Noise Periode Panjang (Long Periode Noise) ... 56

    4.1.7 Noise Alam ................................................... 57

    4.2 Karakteristik Sumber Noise Seismik ............... 59

    viii

  • 4.2.1 Noise Akibat Perilaku Manusia ............... 60

    4.2.2

    Noise angin, air dan geologi

    ...............

    61

    4.2.3 Mikroseismik ....................................... 61

    4.2.4

    Permasalahan Sistem .......................................

    62

    4.2.5

    Gempabumi .......................................

    62

    BAB V PENUTUP ............................................................... 63

    5.1 Kesimpulan ................................................... 63

    5.2

    Saran

    ...................................................

    63

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    ix

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 : Sketsa jenis pertemuan lempeng tektonik ....................... 11

    Gambar 2.2

    :

    Peterson menunjukkan spektral kurva dan tingkatan

    noise pada stasiun IRIS BOCO .....................................

    28

    Gambar 3.1

    :

    Diagram Alir analisis kualitas data menggunakan

    PQLX .............................................................................

    40

    Gambar 3.2 : Contoh pembagian (split) layar sinyal yang

    mempertunjukkan tiga sinyal yang lengkap .................... 45

    Gambar 3.3

    :

    Menunjukkan sembilan layar Utama PDF ......................

    46

    Gambar 3.4

    :

    Menunjukkan layar PDF stasiun MNI (Manado) secara

    Detil .................................................................................

    47

    Gambar 3.5

    :

    Menunjukkan layar Utama dari layar STN .....................

    49

    Gambar 4.1

    :

    Contoh Sensor Tual yang mati .......................................

    50

    Gambar 4.2

    :

    Contoh step pada sinyal .................................................

    51

    Gambar 4.3

    :

    Contoh spike pada stasiun lain di indonesia ..................

    52

    Gambar 4.4

    :

    Contoh Spike Pada Stasiun SWI ( Sorong) ...................

    52

    Gambar 4.5

    :

    Sinyal Aneh di Stasiun Tual ..........................................

    54

    Gambar 4.6

    :

    Contoh gaps di stasiun lain di Indonesia (Tanjung

    Pandan) ..........................................................................

    55

    Gambar 4.7

    :

    Contoh gaps Di stasiun Labuha .....................................

    55

    x

  • Gambar 4.8 : Contoh Noise periode panjang ....................................... 56

    Gambar 4.9

    :

    Contoh Noise Alam di Stasiun Tegal ( 20 Meter dari

    Jalur Pantura) ..................................................................

    57

    Gambar 4.10

    :

    Contoh Noise Alam di stasiun Padang ............................

    58

    Gambar 4.11

    :

    Contoh Noise Alam di stasiun Citeko ...........................

    58

    Gambar 4.12

    :

    Variasi Noise akibat lalu lintas kendaraan di dekat

    Stasiun Manado .............................................................

    60

    xi

  • D

    AFTAR TABEL

    Tabel Tingkatan Noise Spektral pada 4 daerah filter ................ 27

  • DAF

    TAR LAMPIRAN

    Lampiran A : Contoh File Kepekaan (response file) dari Stasiun CBJI

    (Citeko, Bogor)

    Lampiran B : File laporan (log) dari PQLX tentang proses yang telah

    dikerjakan

    Lampiran C : Bentuk program perintah (script) yang digunakan pada

    proses analisa tingkat noise menggunakan PQLX

    Lampiran D

    Lampiran E

    Lampiran F

    : Daftar Stasiun Seismograf Yang dipakai dalam

    penelitian

    : Daftar rencana pembangunan sistem Monitoring yang

    akan dibangun hingga 2009

    : Jaringan Seismograf Badan Meteorologi dan Geofisika

    yang dibagi Menjadi 10 jaringan regional.

  • Lampiran G : Contoh Data yang Masuk di dalam Server libra

    Lampiran H

    :

    Kondisi Status Dari Tanggal 21 April 30 April 2009

    xii

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Indonesia adalah negara kepulauan yang letak geografisnya yang membentang

    pada koordinat 6 LU 11 LS dan 94 BT 144 BT terletak di daerah seismik aktif

    dimana merupakan pertemuan tiga mega lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Eurasia,

    Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik serta patahan kecil (lokal) yang ada

    pada pulau-pulau di Indonesia seperti P. Sumatera dengan Patah Semangko, P.

    Sualwesi dengan Palu Koro. Rata-rata 10-20 kali kejadian gempa bumi baik skala

    besar atau kecil terjadi setiap harinya. Bahkan tidak jarang diantaranya yang

    menimbulkan korban jiwa, harta benda, serta kepanikan dan kecemasan pada

    masyarakat.

    Ribuan gempa terdeteksi setiap tahunnya dimana sebagian besar hanya

    terdeteksi oleh seismograph, beberapa merupakan gempa kuat dan dirasakan (70 kali

    gempa) dan beberapa bahkan merusak (3 kali gempa). Beberapa gempabumi besar di

    dasar laut juga mengakibatkan tsunami setiap 2 tahun. Getaran Gempa bumi yang

    terjadi di Indonesia maupun di luar Indonesia dapat direkam dan dilihat pada alat

    perekam gempa yang terdapat di masing-masing wilayah dan juga yang ada di Sub

    Bidang Informasi Dini Gempa bumi secara real time.

    1

  • Gempabumi pada 26 De

    sember 2004 dengan momen magnitudo 9.3

    menghasilkan tsunami yang sangat besar dan memakan korban jiwa lebih dari

    200.000 orang di 9 negara yang terkena oleh gelombangnya. Sementara di Indonesia

    sendiri tepatnya di Propinsi Aceh merupakan area dengan dampak kerusakan terparah

    dimana lebih dari 160.000 orang meninggal dunia dan dinyatakan hilang.

    Tragedi ini sangatlah memilukan dan menyakitkan dimana dirasakan tidak

    hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga oleh sebagian besar penduduk dunia.

    Bantuan dan pertolongan banyak mengalir dari seluruh dunia kepada negara-negara

    yang terkena dampak bencana ini. Bencana kemanusiaan ini membangunkan

    pemerintah dan para ilmuwan di seluruh dunia, terutama di sepanjang Samudera

    Hindia, untuk memahami pentingnya mendirikan Tsunami Early Warning Sytem:

    IOTWS (Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System). Saat IOTWS telah

    berdiri maka peringatan akan menyiagakan masyarakat di daerah yang berpotensi

    terkena dampak untuk evakuasi dan lari ke dataran tinggi untuk menghindari

    gelombang tsunami. Pemerintah Indonesia didukung oleh negara-negara lain terutama

    Jerman, Perancis, China, Jepang, USA dan organisasi internasional; UNESCO

    melalui IOC-nya berkomitmen untuk membangun InaTEWS (Indonesia Tsunami

    Early Warning System).

    Badan Meteorologi dan Gofisika merupakan salah satu instansi yang

    mempunyai tugas dan wewenang memonitor, menganalisa, menyebarkan informasi

    mengenai meteorologi dan geofisika masyarakat dan instansi-instansi pemerintah

    2

  • yang membutuhkan. Untuk bidan

    g geofisika khususnya yang berhubungan dengan

    Gempa bumi tugas tersebut dilaksanakan oleh Bidang Gempa bumi dengan Sub

    Bidang Informasi Dini Gempa Bumi.

    Ketika gempa terjadi, sinyal seismik akan terlepas ke segala arah. Sinyal

    tersebut akan terekam oleh jaringan seismometer. Sinyal tersebut kemudian dikirim

    via VSAT (satelit) ke Pusat dan akan diproses dan dianalisa oleh seismologist yang

    bertugas untuk menghasilkan informasi sumber gempabumi. Ketika parameter

    gempa memenuhi kriteria menimbulkan tsunami maka peringatan tsunami akan

    dikeluarkan. Diharapkan sinyal dari alat pendeteksi tsunami di laut (DART Buoy)

    akan datang segera dimana akan digunakan untuk konfirmasi atau pembatalan

    peringatan.

    Jaringan Seismik telah didesain terdiri dari 160 seismometer broadband, 500

    accelerometer dan akan dikelompokan kedalam 10 Regional Center. Dengan jumlah

    sensor tersebut dan jarak tiap sensor 100 km maka dalam 3 menit pertama sumber

    gempa dapat ditentukan lokasinya setelah terjadi di wilayah Indonesia

    Karena banyak stasiun yang ada, informasi kalibrasi merasa menjadi faktor

    yang penting. Peningkatan jumlah alat instrumentasi, dapat membuat petugas sukar

    untuk memelihara keakuratan dan ketepatan data. Sehingga Penggunaan data seismik

    real-time memerlukan alat quality control yang otomatis untuk memastikan ketelitian

    dari data real-time gempabumi produk BMKG

    3

  • Penelitian ini hasilnya da

    pat dipakai untuk memudahkan teknisi dalam

    perbaikan stasiun seismik. Stasiun stasiun tersebut berada pada lokasi yang

    memiliki aktivitas tinggi seperti jalan raya, laut dan Bandar udara. Permasalahan

    lain yaitu step, data hilang (gaps), spike, strange signal dan Noise periode panjang

    lebih disebabkan karena peralatan, seismograf, komunikasi dan seismik vault (tempat

    sensor)

    I.2. Perumusan Masalah

    Untuk mendapatkan sistem peringatan dini gempabumi dan tsunamiyang baik,

    maka BMG terus menerus mengembangkan jaringan seismograf baik dari segi jumlah

    maupun jenisnya. Sampai 2009 BMG melalui proyek TWS yang dikoordinir RISTEK

    mentargetkan untuk memasang 160 unit Seismograf yang tersebar di seluruh

    Indonesia. Target pencapaian yang begitu banyak dengan waktu yang singkat

    mengakibatkan terjadinya hal hal yang secara teknis tidak sesuai dengan kondisi

    idealnya. Hal ini berimbas pada kualitas data yang dihasilkan oleh seismograf.

    Kualitas data yang buruk menyulitkan operator dalam melakukan proses analisis

    sehingga berdampak pada menurunnya kualitas informasi gempa dan memperlambat

    proses penyebaran. Dapat dikatakan dalam hal ini bahwa peranan kualitas data

    sangat vital dalam pembuatan informasi yang akurat dan percepatan proses

    penyebaran informasi.

    Untuk mempercepat instalasi sensor seismik broadband BMG memasang

    sebagian sensor seismik di fasilitas stasiun BMG, dengan pertimbangan dasar bahwa

    4

  • tsunami hanya akan terjadi oleh g

    empa kuat, untuk langkah pertama banyak sensor

    dilokasikan di stasiun BMG dimana normalnya dilokasi tersebut tidak cukup tenang

    untuk penempatan sensor seismik, kita akan menganalisa kualitasnya dan apabila

    kualitas stasiun dibawah standar minimum maka memungkinkan untuk direlokasi.

    Sampai akhir tahun 2008 BMG memiliki sekitar 102 stasiun seismograf yang

    datanya online ke Jakarta. Data yang dihasilkan masih memiliki kualitas yang buruk,

    sehingga diperlukan evaluasi untuk mengetahui problem yang menimpa stasiun

    seismograf. Kualitas data yang buruk disebabkan karena gaps, spike, steps, alat yang

    mati, long periode noise, dan noise alam. Masing masing masalah pada data

    tersebut memiliki sumber masalah yang berbeda. Sumber masalah sangat

    berpengaruh pada tindakan yang akan dilakukan untuk perbaikan pada stasiun

    seismograf. Perbaikan dapat dilakukan mulai dari perbaikan pada komunikasi data,

    perbaikan dan penggantian peralatan seismograf, perbaikan seismik vault hingga

    pemindahan seismik vault pada lokasi baru. Pemindahan seismik vault atau lokasi

    stasiun seismograf didasarkan karena adanya gangguan dari aktivitas yang tinggi

    disekitar seismik vault. Aktivitas yang tinggi disebabkan seismik vault berdekatan

    dengan jalan raya, lapangan terbang, daerah industri, daerah pemukiman dan daerah

    pertambangan. Selain itu gangguan dari alam dapat berasal dari laut, sungai atau air

    terjun. Untuk masalah tersebut di atas, perbaikan tidak dapat dilakukan selain dengan

    pemindahan lokasi seismik vault. Namun pemindahan lokasi adalah solusi terakhir,

    5

  • karena hal ini dapat menimbulkan

    masalah yang lain, seperti keamanan, penyediaan

    power (power supply), komunikasi data, dan coverage area.

    I.3. Tujuan Penelitian

    a. Mengetahui penyebab gangguan pada sinyal yang ada pada stasiun stasiun

    yang berada pada lokasi yang memiliki aktivitas tinggi seperti jalan raya,

    laut dan Bandar udara

    b. Mengetahui apakah stasiun stasiun yang di teliti layak atau tidak sebagai

    tempat pemasangan seismograf

    c. Menganalisa kualitas data seismograf karena kualitas data sangat vital

    dalam pembuatan informasi yang akurat dan percepatan proses penyebaran

    informasi.

    I.4. Batasan Masalah

    Pembahasan Masalah pada penulisan tugas akhir ini dibatasi pada analisa

    aplikasi PQLX mengevaluasi stasiun seismograf memakai beberapa metode, antara

    lain dengan analisis sinyal, analisis spektral dan absen data. Saat ini metode analisis

    sinyal yang dipakai secara optimal, sedangkan dengan metode analisis spectral dan

    absen data belum dapat digunakan. Data yang dipakai adalah data sinyal 6 stasiun

    seismograf bulan april tahun 2009. Dari hasil evaluasi ini diharapkan dapat diketahui

    tingkat kualitas stasiun seismograf yang sudah diterapkan di USGS dan IRIS

    sehingga bisa diterapkan di BMG.

    6

  • I.5. Sistematika Penulisan

    Struktur penulisan ini terbagi menjadi beberapa bab dan sub bab yang tersusun

    sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Terdiri dari uraian latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, metode penelitian

    dan sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini terdiri dari uraian tentang gempa bumi, sistem pemantauan gempa bumi di

    BMKG, seismometer, noise, rumusan yang dipakai untuk perhitungan Fungsi

    probabilitas densitas dan kekuatan spektral densitas

    BAB III METODE PENELITIAN

    Bab ini berisi pengolahan data yang menguraikan tentang data dan peralatan yang

    digunakan, pembahasan pengolahan data dengan PQLX (Passcal Quick Look

    Extended).

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini berisi tentang pembahasan hasil dari analisa PQLX

    BAB V PENUTUP

    Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari skripsi ini

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Gempa Bumi

    Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi pada saat pergeseran

    lapisan bumi. Energi ini dapat dapat berupa fisis yang dapat menyebabkan deformasi

    pada permukaan bumi, energi gelombang maupun bentuk energi lain. Menurut

    penyebabnya gempa bumi dapat dibedakan menjadi 3 macam :

    a. Gempa bumi terban (runtuhan) gempa ini terjadi karena adanya

    runtuhan di dalam bumi biasanya daerah kapur atau daerah tambang.

    b. Gempa bumi Vulkanik, gampa ini tejadi karena adanya aktivitas gunung

    berapi.

    c. Gempa bumi tektonik gempa ini disebabkan oleh patahnya struktur atau

    lapisan bumi yang bekerja secara terus menerus sehingga melampau

    batas elastisitas dari batuan tersebut.

    Setiap tahun planet bumi digoyang oleh lebih dari 10 gempa bumi besar yang

    membunuh ribuan manusia, merusak bangunan dan infrastruktur serta menjadi

    bencana alam yang menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian dan sosial

    pada daerah di sekitar yang diakibatkannya. Pada masyarakat tradisional dan awam

    gempabumi disebabkan oleh bermacam-macam hal sesuai dengan kepercayaan

    masyarakat setempat.

    8

  • Menurut teori tektonik le

    mpeng, bagian luar bumi merupakan kulit yang

    tersusun oleh lempeng-lempeng tektonik yang saling bergerak. Di bagian atas disebut

    lapisan litosfir merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari material yang kaku.

    Lapisan ini mempunyai ketebalan sampai 80 km di daratan dan sekitar 15 km di

    bawah samudra. Lapisan di bawahnya disebut astenosfir yang berbentuk padat dan

    materinya dapat bergerak karena perbedaan tekanan.

    Litosfir adalah suatu lapisan kulit bumi yang kaku, lapisan ini mengapung di

    atas astenosfir. Litosfir bukan merupakan satu kesatuan tetapi terpisah-pisah dalam

    beberapa lempeng yang masing-masing bergerak dengan arah dan kecepatan yang

    berbeda-beda. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya arus konveksi yang terjadi

    di dalam bumi.

    Bila dua buah lempeng bertumbukan maka pada daerah batas antara dua

    lempeng akan terjadi tegangan. Salah satu lempeng akan menyusup ke bawah

    lempeng yang lain, masuk ke bawah lapisan astenosfir. Pada umumnya lempeng

    samudra akan menyusup ke bawah lempeng benua, hal ini disebabkan lempeng

    samudra mempunyai densitas yang lebih besar dibandingkan dengan lempeng benua.

    Apabila tegangan tersebut telah sedemikian besar sehingga melampaui kekuatan

    kulit bumi, maka akan terjadi patahan pada kulit bumi tersebut di daerah terlemah.

    Kulit bumi yang patah tersebut akan melepaskan energi atau tegangan sebagian atau

    seluruhnya untuk kembali ke keadaan semula. Peristiwa pelepasan energi ini disebut

    gempabumi.

    9

  • Gempabumi terjadi di sepanj

    ang batas atau berasosiasi dengan batas pertemuan

    lempeng tektonik. Pada kenyataannya pergerakan relatif dari lempeng berjalan sangat

    lambat, hampir sama dengan kecepatan pertumbuahan kuku manusia (0-20 cm

    pertahun). Hal ini menimbulkan adanya friksi pada pertemuan lempeng, yang

    mengakibatkan energi terakumulasi sebelum terjadinya gempa bumi. Kekuatan

    gempa bumi bervariasi dari tempat ke tempat sejalan dengan perubahan waktu.

    Batas lempeng tektonik dapat dibedakan atas tiga bentuk utama, konvergen,

    divergen, dan sesar mendatar. Bentuk yang lainnya merupakan kombinasi dari tiga

    bentuk batas lempeng ini.

    Pada bentuk konvergen lempeng yang satu relatif bergerak menyusup di bawah

    lempeng yang lain. Zona tumbukan ini diindikasikan dengan adanya palung laut

    (trench), dan sering disebut juga dengan zona subduksi atau zona Wadati-Benioff.

    Zona penunjaman ini menyusup sampai kedalaman 700 km dibawah permukaan bumi

    di lapisan astenosfir. Bentuk konvergen berasosiasi terhadap sumber gempa dalam

    dan juga gunung api.

    Pada bentuk divergen kedua lempeng saling menjauh sehingga selalu terbentuk

    material baru dari dalam bumi yang menyebabkan munculnya pegunungan di dasar

    laut yang disebut punggung tengah samudra (mid oceanic ridge).

    Sedang pada tipe jenis sesar mendatar kedua lempeng saling bergerak mendatar.

    Sketsa jenis pertemuan lempeng tektonik dapat dilihat pada gambar berikut.

    10

  • Gambar 2.1: Sketsa jenis pertemuan lempeng tektonik

    Akibat pergerakan lempeng tektonik, maka di sekitar perbatasan lempeng

    akan terjadi akumulasi energi yang disebabkan baik karena tekanan, regangan

    ataupun gesekan. Energi yang terakumulasi ini jika melewati batas kemampuan atau

    ketahanan batuan akan menyebabkan patahnya lapisan batuan tersebut.

    Jadi gempa bumi tidak lain merupakan manifestasi dari getaran lapisan batuan

    yang patah yang energinya menjalar melalui badan dan permukaan bumi berupa

    gelombang seismik Energi yang dilepaskan pada saat terjadinya patahan tersebut

    dapat berupa energi deformasi, energi gelombang dan lain-lain.

    Energi deformasi ini dapat terlihat pada perubahan bentuk sesudah terjadinya

    patahan, misalnya pergeseran. Sedang energi gelombang menjalar melalui medium

    elastis yang dilewatinya dan dapat dirasakan sangat kuat di daerah terjadinya

    gempabumi tersebut .

    11

  • Pusat patahan didalam bu

    mi dimana gempabumi terjadi disebut fokus atau

    hiposenter, sedang proyeksi fokus yang berada di permukaan bumi disebut episenter.

    Gempabumi selain terjadi pada perbatasan lempeng juga terjadi pada patahan-patahan

    lokal yang pada dasarnya merupakan akibat dari pergerakan lempeng juga.

    Gempabumi yang terjadi di sekitar perbatasan lempeng biasa disebut gempa

    interplate, sedang yang terjadi pada patahan lokal yang berada pada satu lempeng

    disebut gempa intraplate. Karena bentuk pertemuan lempeng ada tiga macam, dengan

    demikian gempa interplate juga bisa terjadi tiga macam, yaitu:

    o Gempa bumi yang terjadi di sepanjang sistem rift dimana lempeng samudra

    terbentuk.

    o Gempa bumi yang terjadi di sepanjang sistem subduksi dimana lempeng samudra

    menyusup di bawah lempeng kontinen.

    o Gempa bumi yang terjadi di sepanjang patahan transform atau sesar geser dimana

    pertemuan lempeng tektonik saling menggeser secara horizontal.

    Di Indonesia gempabumi interplate banyak terjadi di laut dengan kedalaman

    dangkal dan yang terjadi di daratan kedalaman fokusnya menengah sampai dalam dan

    bisa mencapai kedalaman 700 km. Sedangkan gempabumi intraplate di Indonesia

    mempunyai kedalaman sumber gempa relatif dangkal dan bisa terjadi di darat dan

    laut.

    12

  • Gempabumi yang besar selalu

    menimbulkan deretan gempa susulan yang biasa

    disebut dengan aftershock. Kekuatan aftershock selalu lebih kecil dari gempa utama

    dan waktu berhentinya aftershock bisa mencapai mingguan sampai bulanan

    tergantung letak, jenis dan besarnya magnitude gempa utama.

    2.1.1 Jenis Gempabumi

    Gempabumi yang merupakan fenomena alam yang bersifat merusak dan

    menimbulkan bencana dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:

    a. Gempabumi Vulkanik ( Gunung Api )

    Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi

    sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan

    menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya

    gempabumi. Gempabumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.

    b. Gempabumi Tektonik

    Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran

    lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari

    yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan

    kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu

    menjalar keseluruh bagian bumi.

    13

  • c. Gempabumi Runtuhan

    Gempabumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah

    pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

    d. Gempabumi Buatan

    Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari

    manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke

    permukaan bumi.

    Berdasarkan kekuatannya atau magnitude (M), gempabumi dapat dibedakan atas :

    a. Gempabumi sangat besar dengan magnitude lebih besar dari 8 SR.

    b. Gempabumi besar magnitude antara 7 hingga 8 SR.

    c. Gempabumi merusak magnitude antara 5 hingga 6 SR.

    d. Gempabumi sedang magnitude antara 4 hingga 5 SR.

    e. Gempabumi kecil dengan magnitude antara 3 hingga 4 SR .

    f. Gempabumi mikro magnitude antara 1 hingga 3 SR .

    g. Gempabumi ultra mikro dengan magnitude lebih kecil dari 1 SR .

    Berdasarkan kedalaman sumber (h), gempabumi digolongkan atas :

    a. Gempabumi dalam h > 300 Km .

    b. Gempabumi menengah 80 < h < 300 Km .

    14

  • c. Gempabumi dangkal h < 80 K

    m

    Berdasarkan tipenya Mogi membedakan gempabumi atas:

    a. TypeI : Pada tipe ini gempa bumi utama diikuti gempa susulan tanpa

    didahului oleh gempa pendahuluan (fore shock).

    b. Type II : Sebelum terjadi gempa bumi utama, diawali dengan adanya gempa

    pendahuluan dan selanjutnya diikuti oleh gempa susulan yang

    cukup banyak.

    c. Type III: Tidak terdapat gempa bumi utama. Magnitude dan jumlah

    gempabumi yang terjadi besar pada periode awal dan berkurang

    pada periode akhir dan biasanya dapat berlangsung cukup lama dan

    bisa mencapai 3 bulan. Tipe gempa ini disebut tipe swarm dan

    biasanya terjadi pada daerah vulkanik seperti gempa gunung Lawu

    pada tahun 1979.

    2.1.2 Sumber Gempabumi

    Seperti telah dijelaskan diatas bahwa pembangkit utama terjadinya

    gempabumi adalah pergerakan lempeng tektonik. Akibat pergerakan lempeng maka

    di sekitar perbatasan lempeng akan terakumulasi energi, dan jika lapisan batuan telah

    tidak mampu manahannya maka energi akan terlepas yang menyebabkan terjadinya

    patahan ataupun deformasi pada lapisan kerak bumi dan terjadilah gempabumi

    15

  • tektonik. Disamping itu akibat ada

    nya pergerakan lempeng tadi terjadi patahan (sesar)

    pada lapisan bagian atas kerak bumi yang merupakan pembangkit kedua terjadinya

    gempabumi tektonik.

    Jadi sumber-sumber gempabumi keberadaannya ada pada perbatasan lempeng

    lempeng tektonik dan patahan- patahan aktif. Indonesia merupakan salah satu wilayah

    yang sangat aktif terhadap gempabumi, karena terletak pada pertemuan tiga lempeng

    tektonik utama dan satu lempeng tektonik kecil. Ketiga lempeng tektonik itu adalah

    lempeng tektonik Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta

    lempeng kecil Filipina.

    Terdapat tiga jalur utama gempabumi yang merupakan batas pertemuan dari

    beberapa lempeng tektonik aktif:

    1. Jalur Gempabumi Sirkum Pasifik

    Jalur ini dimulai dari Cardilleras de los Andes (Chili, Equador dan Caribia),

    Amerika Tengah, Mexico, California British Columbia, Alaska, Alaution Islands,

    Kamchatka, Jepang, Taiwan, Filipina, Indonesia, Polynesia dan berakhir di New

    Zealand.

    2. Jalur Gempabumi Mediteran atau Trans Asiatic

    Jalur ini dimulai dari Azores, Mediteran (Maroko, Portugal, Italia, Balkan,

    Rumania), Turki, Kaukasus, Irak, Iran, Afghanistan, Himalaya, Burma, I ndonesia

    16

  • (Sumatra, Jawa, Nusa Tenggar

    a, dan Laut Banda) dan akhirnya bertemu dengan

    jalur Sirkum Pasifik di daerah Maluku

    3. Jalur Gempabumi Mid-Atlantic

    Jalur ini mengikuti Mid-Atlantic Ridge yaitu Spitsbergen, Iceland dan Atlantik

    selatan.

    Sebanyak 80 % dari gempa di dunia, terjadi di jalur Sirkum Pasifik yang

    sering disebut sebagai Ring of Fire karena juga merupakan jalur Vulkanik.

    Sedangkan pada jalur Mediteran terdapat 15 % gempa dan sisanya sebanyak 5 %

    tersebar di Mid Atlantic dan tempat-tempat lainnya.

    Di Indonesia lokasi sumber gempabumi berawal dari Sumatra, Jawa, Bali,

    Nusa Tenggara, sebagian berbelok ke Utara di Sulawesi, kemudian dari Nusa

    Tenggara sebagian terus ke timur Maluku dan Irian. Hanya pulau Kalimantan yang

    relatif tidak ada sumber gempa kecuali sedikit bagian timur.

    Lempeng Indo-Australia bergerak menyusup dibawah lempeng Eurasia,

    demikian pula lempeng Pasifik bergerak kearah barat. Pertemuan lempeng tektonik

    Indo-Australia dan Eurasia berada di laut merupakan sumber gempa dangkal dan

    menyusup kearah utara sehingga di bagian darat berturut-turut ke utara di sekitar

    Jawa Nusa tenggara merupakan sumber gempa menengah dan dalam.

    Kedalaman sumber gempa di Sumatra bisa mencapai 300 km di bawah

    permukaan bumi dan di Jawa bisa mencapai 700 km, sesuai dengan kedalaman

    17

  • lempeng Indo-Australia menyusu

    p dibawah lempeng Eurasia. Disamping itu di

    daratan Sumatra juga terdapat sumber sumber gempa dangkal yang disebabkan

    karena aktivitas patahan Sumatra, demikian pula di sebagian Jawa Barat terdapat

    sumber-sumber gempa dangkal karena aktivitas patahan Cimandiri di Sukabumi,

    patahan Lembang di Bandung, dan lain lain.

    Gempa-gempa dangkal di bagian timur Indonesia selain berasosiasi dengan

    pertemuan lempeng (trench) juga disebabkan oleh patahan- patahan aktif, seperti

    patahan Palu Koro, patahan Sorong, patahan Seram, dan lain-lain.

    Beberapa tempat di Sumatra, Jawa, Nusa tenggara, Maluku, Sulawesi dan Irian rentan

    terhadap bencana gempabumi baik yang bersifat langsung maupun tak langsung

    seperti tsunami dan longsor.

    2.2 Sistem Pemantauan Gempa Bumi di BMKG

    Sistem pemantauan, merupakan unit terpenting dalam sistem Ina TEWS, oleh

    karena sistem inilah yang menghasilkan data untuk diproses di PIGB (Pusat

    Informasi Gempa Bumi) , yang akhirnya menghasilkan informasi dini tsunami.

    Salah satu unsur terpenting dalam sistem Ina TEWS adalah sistem

    pemantauan gempabumi, karena sistem inilah yang menghasilkan data yang dapat

    diproses untuk menghasilkan suatu peringatan tsunami. Untuk melakukan

    pedeteksian gempabumi dan tsunami diperlukan jaringan pemantauan gempabumi

    18

  • dan pemantauan tsunami, sehingg

    a data hasil pemantauan tersebut cukup memadai

    untuk menghasilkan parameter gempabumi dengan cepat dan akurat.

    2.2.1 Pemantauan Gempabumi

    Untuk mengetahui terjadinya gempabumi diperlukan instrumentasi pemantauan

    gelombang gempabumi yaitu ; seismograf dan akselerograf, tetapi untuk

    mendapatkan parameter gempabumi dengan cepat dan akurat diperlukan jaringan

    seismograf yang rapat. Oleh karena itu BMG dengan beberapa negara sahabat

    merencanakan pembangunan 160 stasiun pemantauan gempabumi ditambah 500 unit

    akselerograf.

    Keseluruhan pembangunan sistem ini direncanakan selesai pada akhir tahun 2008.

    Jika pembangunan seluruh sistem TEWS selesai maka peringatan dini tsunami akan

    lebih baik dari yang ada sekarang.

    2.2.2 Data seismograf

    Data rekaman gempa yang dihasilkan seismograf dikirim secara real time

    melalui jaringan VSAT dari stasiun-stasiun geofisika yang tersebar di wilayah

    Indonesia ke pusat dan 10 (sepuluh) pusat regional. Jika terjadi gempabumi, data

    tersebut diolah menjadi informasi gempabumi di Pusat Gempa Nasional dan pusat

    regional. Pengolahan data dilakukan secara otomatis (automatic process) dan manual

    (interaktif process), menggunakan perangkat antara lain:

    a. SeiscomP-3 (Jerman)

    b. MSDP (Cina)

    19

  • c. Onyx (Prancis)

    d. NIED (Jepang)

    e. Early Bird (Kanada)

    2.2.3 Data Akselerograf

    Data akselerograf digunakan untuk mengukur percepatan tanah dan

    perhitungan intensitas gempabumi, informasi ini bermanfaat dalam menunjang

    pembuatan peringatan dini tsunami. Jaringan akselerograf dipasang secara

    bersamaan dengan pemasangan jaringan seismograf (co-located).

    Data akselerograf dikirim ke Pusat Gempa Nasional bersama-sama dengan

    data seismograf secara real time. Namun untuk mengolah data ini perangkat lunak

    pendukung dan mekanisme pemindahan data yang bergabung dengan data seismograf

    belum berjalan baik.

    Terkait dengan berbagai Sistem dalam membangun informasi gempabumi dan

    TWS maka diperlukan distribusi stasiun seismik, berkaitan dengan :

    1. Data

    2. Penempatan Sensor Seismik di Stasiun

    3. Jarak antar sensor 80 km.

    4. Distribusi Sensor yang merata diseluruh Indonesia

    5. Prioritas lokasi

    6. Pertimbangan dalam penentukan stasiun oleh masing-masing institusi

    20

  • CEA (China) : 10 l

    okasi pada 10 region

    GFZ (Jerman)

    : 20 lokasi pada 10 region

    NIED (Jepang)

    : 15 lokasi pada 10 region

    BMG, VSI, UGM, Pemerintah Nabire

    CTBTO : 6 lokasi pada 5 region

    7. Pengintegrasian Sistem

    Data real time untuk seismometer dan accelerometer (mengenai band width

    telekomunikasi)

    Sampling rate 50 Hz untuk BB

    Sampling 200 Hz untuk accelerometer

    2.3 Seismometer

    Sensor adalah bagian yang sangat penting dalam rangkaian seismograph

    karena alat inilah yang bereaksi merespon getaran tanah. Sensor sering disebut juga

    seismometer. Seismometer adalah alat untuk mengukur getaran tanah. Selain itu alat

    ini juga bekerja untuk mengubah energi kinetik menjadi energi listrik.

    a) Prinsip dasar

    Prinsip deteksi gempa merupakan deteksi gelombang elastik. Pada saat

    gelombang elastik menjalar melalui medium, medium yang dilalui gelombang akan

    mengalami deformasi yang berupa displacement kompresi / dilatasi dan deformasi

    shear (geser), sehingga untuk mendeteksi sifat gelombang elastik dasar yang

    digunakan adalah deteksi sifat deformasi media karena peristiwa transfer energi

    21

  • dalam bentuk gelombang elastik.

    Sifat deformasi media/batuan dalam hubungannya

    dengan gejala gelombang adalah terjadinya displacement (perpindahan) partikel

    media tersebut.

    Untuk dapat mencakupi semua gerakan partikel media elastik yang disebabkan oleh

    gelombang body maupun gelombang permukaan, maka deteksi displacement

    bertujuan untuk :

    1. Mendeteksi displacement vertikal.

    2. Mendeteksi displacement horizontal.

    b) Instrumen Gempa

    Beberapa pengertian dari instrumen utama dalam seismologi. Seismoscope

    adalah alat yang menunjukkan bahwa satu atau lebih kejadian gempa telah terjadi

    tetapi tidak merekam apapun. Seismograph adalah instrumen yang memberikan

    rekaman getaran tanah secara kontinyu. Seismometer merupakan seismograph yang

    merekam getaran secara elementer sehingga memungkinkan untuk dilakukan

    perhitungan dari data seismogram yang dihasilkan.

    c) Prinsip Pendulum

    Pada saat gempa terjadi, gelombang elastik menjalar dari sumbernya melalui

    seluruh bagian dari interior bumi. Sebuah seismograph pada suatu tempat

    dipermukaan akan mencatat gelombang tersebut tiba atau melewatinya. Tentu saja

    segala sesuatu yang ada didalam dan dipermukaan bumi akan turut bergetar seperti

    bangunan, kendaraan dan lain-lain. Jadi dibutuhkan instrumen yang paling kecil

    ketergantungannya terhadap bagian dari getaran yang merupakan getaran gempa.

    22

  • Maka digunakanlah prinsip pend

    ulum statik hanyalah keadaan ideal, karena pada

    keadaan sebenarnya pendulum memiliki gerakan sendiri walaupun sangat kecil. Oleh

    karena itu perlu diperhatikan beberapa hal dari pendulum yang digunakan, antara

    lain:

    a. Peredaman (dumping)

    b. Perioda.

    c. Pembesaran (magnification)

    Dari ketiga hal tersebut sebuah seismograph akan disesuaikan dengan dengan

    penggunaan selanjutnya dari rekaman yang dihasilkan, misalnya untuk prediksi

    gempa atau untuk bidang rekayasa (geologi teknik). Pada umumnya gerakan benda

    dapat dibagi atas translasi, rotasi dan deformasi, maka dibutuhkan seismograph yang

    dapat bereaksi terhadap ketiga jenis gerakan tersebut.

    Seismometer dengan damping pendulum horizontal memiliki prinsip berayun

    seperti pintu gerbang pada pagar, sebuah massa yang berat diletakkan di ujung

    triangle, bertumpu pada ujung vertikalnya. Ketika terjadi gerakan pada tanah, massa

    tersebut dalam keadaan tetap tidak bergerak dan mengayunkan pintu gerbang

    tersebut pada tumpuannya.

    Bagian paling dasar dari sensor yang menggunakan adalah pegas, bandul

    massa dan coil. Jika ada getaran tanah maka sensor akan merespon dan pegasnya

    akan bergetar dan menyebabkan massa juga bergetar.

    23

  • Pada awalnya seismomet

    er dibuat dengan menggunakan optik dimana

    pergerakannya direkam sebagai goresan dalam sebuah kertas photograpic yang harus

    terlindung dari cahaya.

    Instrumen modern menggunakan perangkat elektronik, massa pada

    seismometer di tahan supaya tetap dalam kondisi seimbang oleh aliran elektronik

    yang disebut negative feedback loop yang menjalankan coil. Jarak perpindahan,

    kecepatan dan percepatan dari massa tersebut diukur. Hasil dari pengukuran ini

    kemudiaan didigitasi oleh digitizer dan disimpan dalam rekorder yang berupa

    komputer dan dapat secara otomotis dibaca oleh program penganalisa untuk

    menentukan lokasi gempabumi.

    Penelitian seismik profesional biasanya menggunakan instrumen dengan tiga

    sumbu yaitu, sumbu horizontal (utara-selatan dan timur-barat) dan sumbu vertikal

    (up-down). Para seismologist biasanya memilih komponen vertikal jika hanya satu

    sumbu saja yang digunakan.

    Stasiun untuk penelitian seismologi biasanya berada di daerah bedrock

    dimana seismometer dapat ditempatkan dengan baik. Penempatan seismometer yang

    baik adalah pada borehole (lubang) dimana borehole tersebut dapat menjaga

    seismometer dari perubahan temperatur dan getaran akibat perubahan cuaca.

    Sensor tediri dari beberapa jenis, yaitu:

    Berdasarkan range frekuensinya:

    o Short periode, dengan frekuensi antara 0,1 hingga 100 Hz

    24

  • o Long periode, dengan f

    rekuensi antara 0.03 hingga 0,05 Hz

    o Broadband, dengan frekuensi antara 0.01 hingga 50 Hz

    o Very broadband, dengan frekuensi antara 0.0028 hingga 100 Hz

    Berdasarkan kebutuhan power supply:

    Sensor pasif = sensor yang tidak membutuhkan power supply untuk

    beroperasinya sistem sensor, contohnya SPS-1 Ranger Kinematrik.

    Sensor aktif = sensor yang membutuhkan power supply, contohnya

    Trillium, Guralp CMG-3T dan accelerometer.

    Seismometer broadband memiliki range frekuensi yang lebar sehingga

    banyak merekam noise, sensor ini sensitif terhadap perubahan temperatur lingkungan

    dan tekanan udara, dimana komponen horisontalnya lebih sensitif terhadap variasi

    lingkungan dibanding komponen vertikalnya.

    Pada seismograph konvensional yang masih menggunakan sistem inersia pada

    umumnya memiliki keterbatasan dalam sensitivitas terhadap frekuensi rendah.

    Dengan ditemukannya prinsip force balance accelerometer (FBA) yang berarti gaya

    luar yang bekerja pada sensor dikonvensasi oleh gaya elektronik dalam arah yang

    berlawanan sehingga massa dalam kondisi stasioner atau secara eksak mendekati

    stasioner getaran kecil yang diperlukan untuk mendeteksi pergerakan sebuah massa.

    Gaya digerakkan oleh arus menuju coil sehingga arus tersebut digunakan sebagai

    penyeimbang gaya luar yang bekerja sebanding dengan gaya tersebut.

    25

  • 2.4 Tingkat Noise Pada Alat

    2.4.1 Noise Seismik

    Rekaman sinyal seismik selalu mengandung noise, hal penting untuk dipelajari

    yaitu sumber Noise dan bagaimana caranya mengukurnya. Noise berasal dari dua hal

    yakni Noise yang dihasilkan dari instrumentasi dan noise seismik yang berasal dari

    vibrasi bumi. Secara normal, noise instrumen yang dimaksud dibawah adalah noise

    seismik walaupun kebanyakan sensor mempunyai beberapa daerah frekuensi dimana

    noise alat akan mendominasi (misalnya. suatu accelerometer mempunyai daerah pada

    frekuensi rendah).

    2.4.2 Noise Observasi

    Semua seismogram memperlihatkan beberapa macam noise, dimana yang

    paling besar dan paling banyak tempat di dalam dunia, yaitu noise yang selaras (biasa

    disebut noise mikroseismik) yang mempunyai frekuensi 0.1 - 1.0 Hz , seismogram

    dapat diamati dalam keadaan alamiah, kecuali jika dikaburkan oleh satu noise yang

    tinggi

    2.5 Spektrum Noise

    Dengan data digital, sekarang dimungkinkan untuk membuat analisa

    spektral, maka dengan mudah diperoleh tingkatan noise pada semua frekuensi di

    dalam satu operasi sederhana. Ini telah menjadi kesepakatan untuk mewakili

    26

  • spektrum noise sebagai spectrum

    akselerasi kepadatan kekuatan noise Pa() . Ini

    telah menjadi umum untuk mewakili spektrum di dalam unit dari dB menunjuk ke 1

    (m s2)2 / Hz. Dengan demikian noise dapat di hitung seperti :

    Tingkatan noise spektral dapat dihitung, dengan melihat Tabel 2.1, walaupun

    amplitudo sangat berbeda pada 4 filter band, tingkat kekuatan spektral hampir sama

    kecuali untuk filter band 0.6 1.7 Hz dimana amplitudo pada filter yang relatif besar

    dipengaruhi oleh noise background yang lebih kuat di frekuensi rendah rendah

    Tabel 2.1 Tingkatan Noise Spektral pada 4 daerah filter

    27

  • Gambar 2.2 Peterson menunjukkan spektral kurva dan tingkatan noise pada stasiun

    IRIS BOCO. Noise berada di kisaran dB 1 (ms-2)2/ Hz. Model baru tingkatan noise

    tinggi Peterson dan rendah model diperlihatkan dengan baris. Spektrum noise

    diperlihatkan bagi seluruh 3 komponen.

    Asal dari noise seismik

    1. Noise akibat perilaku manusia disekitarnya.

    Sering dikenal sebagai noise cultural, ini berasal dari lalu lintas dan permesinan,

    mempunyai frekuensi tinggi (>2 - 4 Hz) dan menghilang secara jarak jika sumber

    gangguan bergerak jauh dari peralatan. Ini mengaburkan sebagian besar frekuensi

    28

  • tinggi pada gelombang permuka

    an, dengan atenuasi yang cepat pada jarak dan

    penyusutan amplitude dengan kuat pada kedalaman, bias ini terjadi pada posisi sensor

    di lubang, terowongan atau dalam gua. Noise ini biasanya mempunyai satu perbedaan

    besar di antara hari dan malam dan mempunyai karakteristik frekuensi yang

    bergantung pada sumber gangguan. Noise ini dapat sangat tinggi.

    2. Noise Angin.

    Angin akan membuat objek apapun bergerak maka bisa menyebabkan noise.

    Noise ini biasanya mempunyai frekuensi tinggi seperti noise akibat perilaku manusia,

    bagaimanapun objek yang terayun besar seperti tiang kapal dan menara dapat

    menghasilkan frekuensi yang lebih rendah. Pohon juga memancarkan getaran angin

    dan oleh karenanya stasiun seismik harus diinstal jauh dari pohon. Umumnya,

    turbulensi angin di sekitar ketidakteraturan topografi seperti lereng yang curam atau

    batu karang menghasilkan noise lokal dan lokasi sensor didekat pohon harus

    dihindarkan.

    3. Lautan menghasilkan noise

    Noise ini adalah noise yang paling tersebar luas (noise mikroseismik), dan

    dapat dilihat secara global, walaupun pada bagian pedalaman benua mempunyai

    lebih sedikit noise dibandingkan daerah pantai. Panjang periode mikrosesismik

    samudra dihasilkan hanya pada perairan dangkal di daerah pantai (Bormann 2002),

    dimana energi gelombang dikonversi secara langsung ke dalam energi seismik

    29

  • melalui variasi tekanan vertikal, a

    tau ombak yang memecah di pantai. Ombak itu

    mempunyai periode yang sama sebagai ombak air

    (a)

    4. Sumber lain

    Aliran air, getaran vulkanis dan adalah sumber lokal lain dari seismik noise.

    noise buatan manusia dan noise angin biasanya adalah sumber utama pada frekuensi

    tinggi dan mempunyai batas terendah akan 0.01 nm pada 10 Hz

    2.6 Analisa Sistem Noise

    Persiapan data dan persiapan proses

    Pendekatan dari metode analisa noise ini berbeda dengan studi analisa tentang

    noise yang terdahulu dimana penelitian noise dahulu kita tidak dapat memfilterisasi

    gelombang yang berkelanjutan untuk menghilangkan gelombang body dan

    gelombang permukaan dari gempabumi, atau masalah yang ada terus menerus dan

    masalah instrumen seperti data gaps, spike, clipping, mass recenter atau pulsa

    kalibrasi. Sinyal-sinyal ini termasuk penelitian ini karena masalah masalah itu

    biasanya kejadiannya kemungkinannya sangat kecil sehinnga tidak terkontaminasi

    oleh kemungkinan seismik noise yang tinggi yang di observasi oleh PDF. Pada

    kenyataannya sinyal temporer sering berguna untuk evaluasi kinerja stasiun. Dan juga

    30

  • berpengaruh signifikan untu

    k mengurangi perhitungan PSD dengan

    menyederhanakan pra-prosesing data.

    Perhitungan alogaritmanya menggunakan pengembangan dari Albuquerque

    Seismological Laboratory (ASL) Model noise rendah yang baru (new low noise

    model, NLNM) dan model noise tinggi yang baru (new high noise model ,NHNM)

    (Peterson, 1993; Bendat and Piersol, 1971) yang digunakan dalam perhitungan PSD

    pada stasiun-stasiun yang digunakan dalam penelitian ini. Langkah-langkah proses

    perhitungan dijelaskan secara detail di bawah ini.

    Sebuah rekaman seismik yang terbatas yang berkelanjutan , u(t), mempunyai

    N titik sampel datar pada interval t. Dalam analisis ini kami menguraikan rekaman

    gelombang yang berkelanjutan untuk setiap komponen alat kedalam cuplikan per 1

    jam (Th=3600s) overlapping sekitar 50 % terdistribusi secara terus menerus.

    Overlapping segmen time series digunakan untuk mengurangi varians pada estimasi

    PSD (Cooley and Tukey, 1965). Sebagai contoh, kita asumsikan bahwa data seismik

    broadband setiap jam kita bagi 13 segmen dan tiap 3600 detik sampelnya sekitar 40

    sampel per detik (sps) dengan demikian pada t= .. s, terdapat N=144,000 titik

    data.

    2.7 Kekuatan Spektral Densitas (PSD)

    Metode standar yang digunakan dalam perhitungan latar belakang tingkat

    noise seismik adalah perhitungan tingkat noise kekuatan spektral densitas (PSD).

    Kekuatan spektral densitas (PSD) adalah respon frekuensi pada sebuah sinyal yang

    31

  • beraturan atau sinyal yang tak

    beraturan. Metode yang paling umum untuk

    memperkirakan PSD untuk keperluan data seismik secara acak dinamakan

    transformasi fourier langsung atau metode Cooley-Tukey (Cooley and Tukey, 1965).

    Metode ini menghitung PSD menggunakan Transformasi fourier cepat dengan

    jangkauan terbatas (FFT) pada data yang asli dan menguntungkan dalam efisiensi

    perhitungan komputer.

    Transformasi fourier cepat dengan jangkauan terbatas pada seri waktu periodik (t)

    diberikan dengan :

    .. (b)

    Dimana : Tr = Panjang dari segmen rangkaian waktu, 213 = 8192 s,

    f = Frekuensi

    Untuk nilai frekuensi yang terpisah, fk, komponen fourier di definisikan sebagai :

    .. (c)

    Untuk , fk = k/Nt untuk k = 1,2, ., N-1

    Dimana t = sampel interval (0.025s),

    32

  • N = jumlah dari sampel pa

    da masing-masing segmen rangkaian waktu, N=Tr/

    t

    Oleh karenanya, menggunakan komponen fourier yang telah ada di atas,

    estimasi total dari Kekuatan spektral densitas (PSD) didefinisikan sebagai :

    .. (d)

    Seperti rumus di atas, total kekuatan , pk, adalah kuadrat dari spektrum

    amplitudo dengan satu faktor normalisasi 2t/N. Sangat penting untuk menerapkan

    standar normalisasi ini ketika membandingkan estimasi PSD dengan model noise

    tertinggi terbaru dari Albuquerque seismik laboratory ( Peterson, 1993)

    Pada titik dimana estimasi PSD terkoreksi oleh faktor 1.142857 pada

    perhitungan terakhir. Akhirnya respon alat seismometer di buang dengan membagi

    fungsi transfer alat dengan akselerasi, pada daerah frekuensi. Untuk perbandingan

    pada NLNM, estimasi PSD dikonversikan pada satuan desibel (dB) dengan tersendiri

    ke satuan kekuatan spektral densitas percepatan (m/s2)2/Hz.

    Proses PSD berulang untuk data 1 jam, hasil dari estimasi PSD pada semua

    data terhitung sebagai rata-rata dari 13 segmen PSD. Hasil ini memiliki tingkat

    keyakinan 95% pada titik spektrum antara -2.14 dB sampai +2.87 dB pada estimasi

    tersebut (Peterson, 1993)

    33

  • Pembatasan.

    Teknik perhitungan PSD menggambarkan estimasi spectral yang stabil hampir

    disemua jarak yang luas pada periode 0.05-100 s. Pada dasarnya, ini muncul karena

    kurangnya resolusi waktu akibat dari transformasi yang panjang (3600s) dan

    memerlukan banyak data untuk memperhitungkan statistik yang kapabel. Untuk

    resolusi yang bagus pada periode yang pendek, beberapa data harus di analisa.

    2.8 Fungsi Probabilitas Densitas (PDF)

    Untuk menghitung variasi dari noise yang ada pada stasiun seismik, kita

    hasilkan Fungsi probabilitas densitas noise seismik dari ribuan pemrosesan PSD

    menggunakan metode yang didiskusikan sebelumnya. Agar sampel PSDnya cukup,

    rata-rata oktaf penuh sekitar 1/8 oktaf interval. Prosedur ini mengurangi jumlah

    frekuensi dengan faktor 169. Dengan demikian rata-rata kekuatan antara bagian

    periode pendek (frekuensi tinggi), Ts, dan pada bagian periode panjang (frekuensi

    rendah) adalah Tl=2*Ts, dengan periode tengah, Tc, dengan demikian Tc=sqrt(Ts*Tl)

    adalah periode rata-rata pada oktaf.

    Rata-rata geometri biasanya tersimpan dalam log. Rata-rata kekuatan

    tersimpan pada periode tengah di oktaf, Tc, untuk analisa berikutnya. Ts kemudian

    dinaikkan 1/8 oktaf dengan demikian rumusnya menjadi Ts= Ts*20.125, untuk menghitung rata-rata kekuatan untuk periode berikutnya. Tl dan Ts di hitung ulang,

    dan proses berjalan terus sampai mencapai periode terpanjang yang ada pada panjang

    34

  • panel pada data yang asli, berkis

    ar Tr/10. Proses ini berulang terus untuk estimasi

    PSD tiap 1 jam, menghasilkan estimasi PSD yang halus untuk tiap-tiap komponen

    alat. Kekuatannya kemudian di akumulasikan pada daerah 1 dB untuk menghasilkan

    ploting dari distribusi frekuensi (histogram), untuk tiap-tiap periode. Untuk tiap-tiap

    periode ada kemungkinan mendefinisikan model kekuatan noise terendah ketika

    periode tinggi kita observasi puncak sekunder gelombang yang berhubungan dengan

    sistem alam dan sumber noise alami.

    Fungsi probabilitas densitas, untuk periode tengah, Tc, dapat kita estimasi :

    (e)

    Dimana NPTc adalah nilai dari estimasi spektral yang jatuh pada daerah

    kekuatan 1dB, dengan jarak antara -200 sampai dengan -80 dB, serta pada periode

    tengah, Tc. NTc, adalah nilai total dari seluruh setimasi kekuatan spektral dengan

    periode tengah, Tc, Kami kemudian memplot probabilitas kemunculan dari kekuatan

    yang dihasilkan dari periode partikel dengan membandingkan langsung ke model

    noise rendah dan tinggi.

    35

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Januari 24 Mei 2009 bertempat

    di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG ) Pusat Jakarta.

    3.2 Alat

    1. Software SeiscomP3.0

    2. Software OpenSuse 10.3

    3. Software PQLX

    4. Software MYSQL

    5. Software ArcGIS 2.8

    6. Alat tulis

    7. CPU

    3.3 Data Penelitian

    Data yang digunakan meliputi data miniSEED dari stasiun PDSI (Padang),

    TLE (Tual), MNI (Manado), CBJI (Citeko), SWI (Sorong), LBMI (Labuha) dari

    hari 112 120 (april 2009) di sertai file kepekaan (response file) seismograph

    yang terbaru dari tiap-tiap stasiun

    Data miniSEED diperoleh dari komputer server akuisisi SeiscomP3.0 di

    Pusat Gempa Nasional Badan Meterologi dan Geofisika Jakarta. Data berupa

    rekaman seismik digital berasal dari seluruh stasiun seismograf milik BMKG

    36

  • yang tersebar di seluruh Indonesia yang berjumlah 112 stasiun ditambah 30

    stasiun seismograf milik Geofon (GFZ) yang tersebar di beberapa negara

    tetangga.

    Sedangkan data file kepekaan (response file) diperoleh dari file yang

    dikirim oleh alat tersebut secara otomatis kedalam sebuah komputer server Libra.

    File kepekaan tersebut berisi tentang keadaan terakhir alat tersebut dan kondisinya

    seperti poles and zeros, dan lain-lain. (lampiran A)

    3.4 Pengolahan dan Analisa Data

    3.4.1 Instalasi Perangkat Lunak PQLX (Passcal Quick Look Extended)

    Dengan Varian Linux openSUSE 10.3

    Instalasi dan Kompilasi keseluruhan sistem di kerjakan untuk bekerja di

    bawah sistem operasi Linux ( semua varian, termasuk varian 64-bit arsitektur),

    MAC OS X, dan Solaris. PQLX adalah sistem perangkat lunak yang telah

    dikembangkan dengan dasar open-source dan Sistimnya sendiri adalah open

    source. Keseluruhan disain menyediakan suatu kerangka secara ilmu yang

    dimaksudkan untuk dapat diperluas di masa datang sebagai penelitian, (baik

    untuk operator dan administrator) dan untuk meningkatkan pemeliharaan sistem

    perangkat lunak. Sistem terdiri atas perangkat lunak yang di sokong dan

    pengembangan.

    Pengembangan baru yang di rilis sekarang meliputi: d esain database, bagian

    server program analisa, bagian operator, alat penghubung, gambar PDF yang

    dihasilkan (dalam format png), pengekstrakan data, shell scripts, dan lain lain.

    37

  • Semua pengembangan asli disajikan oleh Richard Boaz dengan tambahan

    kontribusi perangkat lunak yang disajikan oleh:

    Mysql: Bagian server database yang memegang semua hasil analisa

    GTK+: Perangkat Lunak grafis untuk operator yang menghubungkan

    library yang digunakan ke perangkat lunak grafis bagian klien, yang

    dinamai pqlx

    FFTW3: Fourier Transform Library, yang disajikan oleh MIT ( yang

    dikerjakan oleh Pete Lombard dari Berkely Seismological Laboratory)

    gdbm- GNU: Alat penghubung database yang memegang semua bagian

    klien operator

    libmseed : Data yang berformat mini-SEED yang bisa membaca library,

    yang disajikan IRIS DMS

    evalresp: Data untuk membaca file kepekaan, yang disajikan oleh ISTI

    3.4.2 Penggunaan Software PQLX Untuk Analisa Tingkat Noise

    Analisa tingkat noise suatu stasiun dapat dilakukan dengan perangkat lunak

    PQLX yang membutuhkan data miniSEED dan file kepekaan alat tersebut.

    Untuk penentuan tingkat noise, langkah-langkah yang harus ditempuh :

    1. Mengambil data MiniSEED di komputer server GFZ seiscomP3.0 dan

    memilih data stasiun yang akan kita teliti

    38

  • 2. Mengambil data file kepekaan tiap stasiun yang kita pilih pada Komputer

    server Libra.

    3. Data yang sudah didapat dimasukkan di komputer khusus PQLX pada

    direktori /PQLX/PROD/bin/LINUX/ARCHIEVE

    4. Kemudian menjalankan program PQLX dengan menjalankan script yang

    kita tentukan dan sesuai dengan program tersebut.

    5. Tunggu laporan di log ( laporan hasil dari perhitungan) selesai, yang

    dijelaskan di lampiran B.

    6. Analisa tingkat noise sudah bisa dilakukan.

    39

  • Data Kepekaan: Poles and zeroes Frekuensi

    Data MiniSEED : Amplitudo, Kode Stasiun, Kode lokasi, Kode Jaringan

    Mulai PQLX

    Koneksi Dengan Database data yang ada di direktori /PQLX/PROD/bin/LINUX/ARCHIEVE

    Pengecekan Data Apakah terdapat data kepekaan dan data miniSEED disertai kode Lokasi Stasiun dan kode

    jaringannya.

    Tidak

    Ya

    Perhitungan Data

    Pembentukan grafik hasil perhitungan

    Ploting gambar hasil dalam format PNG

    Selesai

    Gambar 3.1. Diagram Alir analisis kualitas data menggunakan PQLX

    40

  • 3.5 PQLX

    PQLX adalah alat baru yang mengijinkan para pemakai untuk mengevaluasi

    kualitas stasiun seismik dan karakteristiknya dengan menyediakan transisi yang

    mudah dan cepat antara visualisasi domain waktu dan frekuensi. Perangkat lunak

    didasarkan pada Fungsi probabillitas densitas (PDF) pada kekuatan densitas

    spektral (PSD) ( Mcnamara dan Buland, 2004 ) yang didasari pada pengembangan

    aplikasi data layar PQL (IRIS-PASSCAL, alogaritmanya ditulis oleh R.I.BOAZ).

    Dengan PQLX, hasil hitungan PSD disimpan di dalam suatu database Mysql, dan

    mengizinkan seorang pemakai untuk mengakses periode waktu yang spesifik pada

    PSD dan rangkaian segmen waktu melalui sebuah perangkat lunak grafis.

    Kelebihan dari perangkat lunak dan metoda ini adalah tidak usah menyaring data

    gempabumi atau data umum untuk s istem transisi karena perangkat lunak ini akan

    memetakan ke dalam suatu latar belakang tingkatan probabilitas/kemungkinan.

    Sesungguhnya, penelitian ini berhubungan dengan operasi stasiun dan noise

    budaya yang kadang-kadang memungkinkan kita untuk menghitung baik

    keseluruhan operasi setasiun dan database tingkatan noise daerahnya pada

    masing-masing lokasi.

    Keluaran dari alat analisa ini adalah bermanfaat untuk aplikasi ilmiah dan

    operasional.

    Untuk operasional manfaat keluaran dari analisa PQLX adalah :

    a) alat ini ber manfaat untuk menandai performa dari stasiun broadband yang

    sudah terpasang pada masa yang lampau dan yang sekarang,

    41

  • b) untuk membantu tes pada penempatan setasiun seismik baru yang

    potensial, untuk mengevaluasi batas dasar tingkat noise di stasiun

    (Mcnamara et al., 2007),

    c) untuk pendeteksian permasalahan dengan perekaman sensor atau sistem,

    d) dan untuk mengevaluasi keseluruhan mutu data dan metadata.

    Untuk penelitian PQLX adalah alat yang bisa meneliti PSD untuk

    penyelidikan atas evolusi noise seismik (Aster Et al., 2007 ). Sekarang ini, PQLX

    digunakan pada operasional di beberapa organisasi internasional termasuk di

    USGS Pusat Informasi Gempabumi Nasional (NEIC), Albuquerque Seismological

    Laboratorium (ASL), dan Pusat manajemen data IRIS bagian quality control

    untuk monitoring data stasiun dan respon instrument.

    Sistem PQLX baru-baru ini dibuat tersedia untuk masyarakat sebebas-

    bebasnya. Pembiayaan utama Pengembangan PQLX ini didukung oleh program

    IRIS-PASSCAL,USGS, program IRIS data manajemen sistem, dan National

    Science Foundation, dengan pembiayaan tambahan yang diberikan oleh Institut

    de Ciencies de la Terra 'Jaume Almera'.

    3.5.1 Bagian Server Untuk Analisa

    Program server analisa PQLX meneliti semua file data dan hasilnya

    tersimpan dalam sebuah database. Server dapat dieksekusi yang baik dari

    mengetikkan perintah (command line) ataupun secara otomatis dengan cron.

    42

  • Sistem dapat mendeteksi secara automatis dan menangani format data seismik

    data sebagai berikut : mini-SEED, AH, SEGY, SAC, DR100, dan NANO. Sistem ini

    sangat bermanfaat mulai dari instalasi yang kecil ( seperti suatu stasiun yang tidak

    permanen) hingga stasiun yang permanen dan sangat besar ( berbagai

    jaringan yang berisi lebih dari 8000 channel real-time).

    Semua saluran data yang di analisa dengan proses server yang diproses

    dengan semua informasi pendahuluan (start waktu, panjangnya, sample rate, dll.),

    dan lokasi data tak terkirim (gaps) dan data yang tumpang tindih (overlaping)

    yang disimpan di dalam database. Sebagai tambahan, jika suatu stasiun diatur

    untuk dianalisa PSD, hasilnya juga akan disimpan. Metoda yang digunakan untuk

    mengkalkulasi hasil dari mengikuti metoda dan algoritma yang dipersiapkan oleh

    Mcnamara dan Buland, 2004

    Mengenai data sinyal untuk analisa PSD digunaan keluaran dari format

    SEED yang memproses program rdseed, dan digunakan sebagai input ke evalresp .

    Dengan penambahan suatu database sederhana, pemakai mempunyai kemampuan

    untuk memilih, chanel yang mana yang harus dianalisa. Sebagai contoh, satu

    database boleh menggambarkan dua PSD yang berbeda configurasinya baik

    channel BH* dan channel LH*. Sistem sekarang ini dapat meneliti kelompok

    Channel berikut : LH, BH, BL, HG, HN, HL, BH, BN, HH, SH, EH, dan EP.

    Server juga mempertimbangkan menggunakan database via XML untuk

    jenis data yang lain. Ini bisa digunakan untuk meliputi database informasi seismik

    seperti katalog gempa bumi), seperti halnya data yang lain, cara ini juga bisa

    43

  • digunakan untuk masing-masing saluran (seperti nama ID, Lokasi gempabumi,

    garis lintang, garis bujur, jenis instrumen, kepekaan, dll.).

    Setelah semua data telah dianalisa dan hasilnya ditempatkan ke dalam

    database, program klien Perangkat Lunak grafis pqlx dapat berhubungka n dengan

    database untuk visualisasinya dan klien query dari hasil analisanya. Adalah di

    dalam Perangkat Lunak grafis aplikasi yang paling banyak digunakan dan dicoba

    setelah sistem PQLX ditemukan.

    3.5.2 Aplikasi Perangkat Lunak Grafis Untuk Operator

    Kerangka bagian dari PQL, bagian untuk operator dari aplikasi perangkat

    lunak grafis dapat berhubungan dengan database lokal (yang tersimpan dalam

    computer yang sama) atau suatu remote server, baik berbasis LAN (Local Area

    Network) maupun berbasis WAN (mencakup internet). Data aplikasi Visualisasi

    ini bertanggung jawab untuk menunjukkan semua grafik yang ada pada system

    PQLX dan dipisahkan ke dalam tiga sistem pengamatan yang terpisah, yaitu:

    1. Layar Sinyal,

    2. Layar PDF,

    3. Layar STN (stasiun).

    Masing-Masing menyediakan kemampuan pengamatan data seismologi yang

    berbeda dan menyokong secara individu dan secara bersama pada tugas

    pengendalian mutu data

    44

  • 1. Layar Sinyal

    Layar Sinyal digunakan sebagati bagian yang bisa digunakan sebagai tempat

    untuk peraga bentuk gelombang data yang ada di dalam file. Layar Sinyal juga

    menyediakan untuk perbesaran gelombang, analisa spektral dari data yang dipilih,

    mengamati tiap data dengan menggunakan pemisahan layar secara simultan,

    seperti halnya gambar dari nilai dari semua info pendahuluan. (Penggunaan Layar

    Sinyal tidak memerlukan koneksi ke database PQLX. Tentu saja, PQL yang

    berdiri sendiri sudah ada pada sistem PQLX . Sejak semua layar terdapat pada

    aplikasi yang sama (PQLX), layar Sinyal juga dapat dilibatkan dari kedua -duanya

    baik dari layar PDF dan layar STN.

    Gambar 3.2 Menunjukkan suatu contoh pembagian (split) layar sinyal yang

    mempertunjukkan tiga sinyal yang lengkap, perbesaran dan perubahan bentuk

    spektral

    45

  • 2. Layar Fungsi Probabilitas Densitas (PDF)

    Setelah berhubungan dengan database, layar fungsi probabilitas densitas

    bisa digunakan sebagai layar untuk berbagai jenis data PSD yang didasarkan pada

    data fungsi probabilitas densitas yang sebelumnya dihitung dan tersimpan didalam

    server. Semua hasil dari fungsi probabilitas densitas didasarkan pada parameter

    waktu dan tanggal (date user-provided) (contoh: suatu PDF dari semua fungsi

    probabilitas densitas untuk bulan Juni dari 1 tahun data) dapat diminta untuk

    diperlihatkan. Display utama mempunyai sembilan layar dan proses sistem

    termasuk kombinasi dalam berbagai PDF, dengan stasiun (tiga PDF yang berbeda

    untuk suatu saluran pada satu stasiun yang dipilih, dengan PDF (tiga setasiun

    yang berbeda untuk suatu saluran yang dipilih pada suatu kelompok PDF), dengan

    kedua-duanya (tiga PDF yang berbeda untuk tiga saluran yang berbeda), atau

    sebagai suatu daftar (daftar saluran yang dipilih dari suatu PDF yang dipilih).

    46

  • Gambar 3.3 Menunjukkan sembilan layar Utama PDF layar dengan pemilihan

    yang digambarkan oleh kontrol bagian: se mua PSD yang terdapat pada database (

    Semua Sistem PDF); saluran BHZ dan LHZ, untuk semua stasiun yang ada di

    dalam database. Dengan meng-klik pada bagian manapun dari PDF yang ada

    secara keseluruhan, layar akan mengambil PDF untuk analisa lebih lanjut . data

    ini mengijinkan seorang pemakai untuk memilih suatu porsi yang ditetapkan pada

    PDF, suatu histogram mempertunjukkan tentang awal data dan akhir jam semua

    PSD.

    Gambar 3 .4 Menunjukkan layar PDF stasiun MNI (Manado) secara Detil. layar

    bagian atas menunjukkan semua Sistem PDF yang akan di analisa dengan

    membuat batas berbentuk kotak. Layar yang bawah menunjukkan hasil PDF pada

    47

  • potongan PSD yang ada dalam kotakan analisa tadi menggambarkan periode

    antara 0.4 2.5 detik dan - 85 untuk - 103 dB (gempabumi Lokal, sekitaran

    Manado). Layar yang bawah kanan yang menunjukkan suatu histogram dari

    waktu mulai pada saat cuplikan dari PSD. layar Yang bagian atas kanan

    menunjukkan jejak sumber dari cuplikan PSD stasiun MNI, di sini berisi

    gempabumi Lokal.

    3. Layar STN (Stasiun)

    Bagian yang ketiga adalah layar STN, yang berfungsi mengorganisir

    gambar data gempa dari stasiun dan saluran data yang dipilih. Pada bagian ini

    mengijinkan pemakai untuk menetapkan saluran dan setasiun yang mana yang

    harus di analisa (yang ada dalam daftar), berapa banyak hari data harus pilih

    (antara 1 dan 60), berapa banyak sinyal gempa tiap layar, seperti halnya apakah

    data harus di perbesar seperti data nyata, atau memperkecilnya sebagai garis

    mendatar yang menunjukkan bahwa data ada. Ini pilihan akhir mengijinkan

    pemakai untuk melihat kemungkinan keberadaan data ( seperti halnya gaps dan

    gangguan lainnya) melalui suatu koneksi pada database.

    48

  • Gambar 3.5 Menunjukkan layar Utama dari layar STN yang menunjukkan dua

    data stasiun, stasiun CBJI dan LBMI. Saluran yang diperlihatkan yang difilter

    menggunakan "[ BL]H*" ( yaitu., semua saluran BH dan LH ), selama satu

    minggu. Disini kita dapat melihat saluran yang dapat menyediakan saluran

    informasi Meta-Data yang sebelumnya yang diimport oleh server.

    49

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Jenis Problem Data

    4.1.1 Sensor yang mati

    Penyebab sensor yang mati adalah tidak terkoneksinya sensor seismograf.

    Sensor yang mati dapat menyebabkan semua data tidak masuk, sehingga sinyal tidak

    dapat dianalisa. Stasiun yang memiliki masalah sensor yang mati yaitu TLE.

    Solusinya yaitu mengecek koneksi sensor, atau mengganti kabel koneksi sensor.

    Gambar 4.1 Contoh Sensor Tual yang mati

    50

  • 4.1.2 Step

    Step adalah perubahan secara tiba-tiba pada amplitudo utama di seismogram.

    Step dapat disebabkan dari pengaruh elektro magnetik, masalah pada fisik

    sambungan, kesalahan dalam transmisi data, atau dapat juga disebabkan adanya

    masalah pada sensor. Step dapat menimbulkan piking palsu sehingga dapat

    menyimpangkan hasil analisa (event palsu). Stasiun yang memiliki masalah step yaitu

    TLE. Solusinya yaitu perbaikan atau penggantian pada digitizer, mengecek koneksi

    sensor ke digitizer, mengecek koneksi digitizer ke transmisi dan perbaikan serta

    penggantian sensor. Selain itu menjauhkan sensor dari pengaruh elektromagnet

    seperti baterai.

    Gambar 4.2 Contoh step pada sinyal

    51

  • 4.1.3 Spike

    Spike adalah perubahan kecil pada amplitudo secara mendadak dalam seismogram.

    Penyebabnya sama seperti pada Step. Spike dapat menimbulkan picking palsu

    sehingga dapat menyimpangkan hasil analisa juga dapat menimbulkan penyimpangan

    amplitudo yang besar sehingga mengakibatkan kesalahan pada penghitungan

    magnitude. Pada awal penggunaan sistem gempa otomatis, BMG pernah

    menghasilkan informasi yang salah mengenai gempa berpusat di Kalimantan dengan

    magnitude 6 SR. Stasiun yang memiliki masalah spike antara lain, TLE dan SWI.

    Solusinya sama seperti pada step.

    Gambar 4.3. contoh spike pada stasiun lain di indonesia

    52

  • Gambar 4.4 Contoh Spike Pada Stasiun SWI ( Sorong)

    4.1.4 Strange signal (Sinyal yang terlihat aneh)

    Strange signal yaitu bentuk gelombang terlihat aneh, tidak simetris dan tidak

    beraturan. Stasiun yang memiliki masalah strange signal antara lain Tual. Solusinya

    adalah mengecek semua yang berhubungan dengan sensor, termasuk diantaranya

    adalah mengecek temperatur di seismik vault (tempat sensor ditanam), dan mengecek

    kondisi di sekitar seismik vault. Kemudian mengecek sensor dan koneksinya,

    diantaranya adalah mengecek koneksi sensor ke digitizer, dan perbaikan serta

    penggantian sensor.

    53

  • Gambar 4.5 Sinyal Aneh di Stasiun Tual

    4.1.5 Gaps (Data Hilang)

    Gaps adalah data hilang/terpotong selama pengiriman. Gaps dapat disebabkan

    oleh masalah pada pengiriman data, dapat juga disebabkan oleh masalah pada fisik

    sambungan. Gaps dapat menyebabkan kehilangan data yang penting (event gempa),

    gaps juga dapat menimbulkan picking palsu, sehingga dapat meyimpangkan hasil

    analisa. Stasiun yang memiliki masalah gaps ada 2 stasiun antara lain TLE, SWI.

    Solusinya yaitu, mengecek koneksi antara digitizer dan transmisi. Perbaikan dapat

    dilakukan dengan penggantian peralatan transmisi.

    54

  • Gambar 4.6. Contoh gaps di stasiun lain di Indonesia (Tanjung Pandan)

    Gambar 4.7 Contoh gaps Di stasiun Labuha

    55

  • 4.1.6 Noise Periode Panjang (Long Periode Noise)

    Noise periode panjang adalah sinyal yang berbentuk gelombang panjang

    dengan didominasi oleh amplitudo yang besar. Noise periode panjang dapat

    disebabkan oleh pengaruh dari temperatur seismik vault, dapat juga disebabkan oleh

    sensor itu sendiri yang tidak center (akibat guncangan di sekitar sensor). Noise

    periode panjang juga dapat disebabkan oleh gangguan aktivitas di sekitar seismik

    vault. Noise periode panjang dapat menyamarkan sinyal gempa, karena mempunyai

    frekuensi yang sama dengan sinyal gempa tele.

    Stasiun yang memiliki masalah Noise periode panjang antara lain, (padang)

    PDSI. Solusinya adalah perbaikan atau penggantian pada sensor, mengukur

    temperature dan kelembapan di seismik vault setiap bulan. Penanaman rumput di atas

    seismik vault dapat meredam panas dalam ruangan seismik vault, sedangkan untuk

    mengurangi kelembapan dibuat ventilasi pada dinding seismik vault. Pada sensor

    yang tidak center dapat langsung dilevelkan.

    Gambar 4.8 . Contoh Noise periode panjang.

    56

  • 4.1.7 Noise Alam

    Noise alam adalah sinyal yang berbentuk gelombang pendek dan rapat dengan

    amplitudo yang besarannya tidak teratur. Noise alam disebabkan oleh gangguan

    aktivitas di sekitar seismik vault. Gangguan aktivitas berasal dari kendaraan, pabrik,

    pertambangan, pembangkit listrik, laut, sungai dan air terjun. Noise dapat

    menyamarkan sinyal gempa, karena mempunyai frekuensi yang sama dengan sinyal

    gempa lokal. Stasiun yang memiliki masalah noise alam antara lain, CBJI, PDSI.

    Salah satu solusinya yaitu menempatkan pier pada bedrock sehingga

    mengurangi noise yang ditimbulkan aktivitas dipermukaan tanah. Apabila noise

    masih terlihat cukup sering dan rapat, maka solusi akhirnya adalah mencari lokasi

    baru untuk seismik vault yang jauh dari akitfitas tinggi.

    Gambar 4.9 Contoh Noise Alam di Stasiun Tegal ( 20 Meter dari Jalur Pantura)

    57

  • Gambar 4.10. Contoh Noise Alam di stasiun Padang

    Gambar 4.11. Contoh Noise Alam di stasiun Citeko

    58

  • 4.2 Karakteristik Sumber Noise Seismik

    Seismogram broadband akan selalu mempunyai noise. Sumber yang dominan

    biasanya berasal dari alat itu sendiri atau dari vibrasi bumi. Biasanya, noise

    seismometer itu sendiri berada di bawah noise seismik, jadi seismologist harus

    konsentrasi pada karakteristik noise. Sekarang kita asumsikan bahwa noise seismik

    adalah proses yang diam. Biasanya karakteristik statistik pada noise seismik tidak

    tergantung dengan waktu. Yang pertama adalah probabilitas kekuatan noise, terjadi

    kekuatan minimum (garis merah), rata-rata (garis kuning) dan nilai tengah (garis biru

    Tua) mendekati pada probabilitas kekuatan noise puncak. Ini kompresi dari observasi

    ke dalam jangkauan jarak kekuatan memberikan informasi kepada kita bahwa setiap

    stasiun mempunyai karakteristik tingkat minimum pada noise di daerah tersebut.

    Garis putih dan garis hijau biasanya dipengaruhi oleh sistem itu sendiri seperti

    telemetry drop out. Tingkat noise minimum, garis merah, biasanya probabilitasnya

    sangat rendah (1-2%) menyimpulkan bahwa minimum tidak merepresentasikan

    tingkat noise stasiun. Pada kek