noise induce hearing loss

37
Keterangan Umum I. Identitas Pasien Nama : Tn.Agus Mulyadi Umur : 44 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Marga Mulya RT.01 RW.19, Cimahi Agama : Islam Pekerjaan : PUSDIKBEKANG Tgl Pemeriksaan : 14 November 2012 II. Anamnesis Keluhan Utama : Penurunan pendengaran pada kedua telinga Anamnesis Khusus : Pasien mengeluhkan kurang pendengaran pada kedua telinganya sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Keluhan awalnya dirasakan karena pasien sering tidak mendengar suara telepon genggamnya yang disimpan di meja (± 3 meter dari tempat tidur) di rumahnya. Keluhan semakin lama dirasakan semakin memberat, sehingga terkadang pasien mengeluh sulit menangkap pembicaraan rekan kerja bila berbica dengan suara yang pelan. 1

Upload: ridha-surya-nugraha

Post on 05-Aug-2015

69 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: NoIse Induce Hearing Loss

Keterangan Umum

I. Identitas Pasien

• Nama : Tn.Agus Mulyadi

• Umur : 44 tahun

• Jenis Kelamin : Laki-laki

• Alamat : Jl. Marga Mulya RT.01 RW.19, Cimahi

• Agama : Islam

• Pekerjaan : PUSDIKBEKANG

• Tgl Pemeriksaan : 14 November 2012

II. Anamnesis

• Keluhan Utama : Penurunan pendengaran pada kedua telinga

• Anamnesis Khusus :

Pasien mengeluhkan kurang pendengaran pada kedua telinganya sejak

kurang lebih 2 tahun yang lalu. Keluhan awalnya dirasakan karena pasien sering

tidak mendengar suara telepon genggamnya yang disimpan di meja (± 3 meter dari

tempat tidur) di rumahnya. Keluhan semakin lama dirasakan semakin memberat,

sehingga terkadang pasien mengeluh sulit menangkap pembicaraan rekan kerja bila

berbica dengan suara yang pelan.

Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai telinga berdenging.

Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai dengan pusing berputar.

Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai keluarnya cairan dari telinga.

Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai rasa penuh pada telinga

Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai nyeri pada telinga yang

terutama dirasakan bila digerakan.

Keluhan penurunan pendengaran tidak didahului atau disertai dengan demam.

1

Page 2: NoIse Induce Hearing Loss

Pasien berkeja di Pusat Pendidikan Perbekalan Angkatan

(PUSDIKBEKANG). Pasien bekerja di gudang perbekalan yang sehari-seharinya

terpapar oleh suara bising mobil angkutan senjata dan perbekalan. Selama bekerja

pasien tidak menggunakan pelindung telinga. Pasien sehari bekerja selama kurang

lebih 7 jam. Pasien telah bekerja di PUSDIKBEKANG selama kurang lebih 6 tahun.

Riwayat pengobatan TB, tekanan darah tinggi, dan jantung tidak ada. Riwayat

benturan pada telinga tidak ada. Riwayat Operasi tidak ada.

Riwayat peyakit kencing manis tidak ada. Riwayat penyakit stroke tidak ada.

III. Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum : Sakit ringan

• Kesadaran : CM

• Tanda Vital : TD: 110/70 mmHg; N: 80x/mnt; R: 20x/mnt; S: 36,60C

St. Generalis :

• Kepala : simetris

• Mata : Konjungtiva injeksi +/-

Sklera tidak ikterik

• Leher : KGB tidak teraba membesar

• Thorax : Bentuk dan gerak simetris

Pulmo : VBS kiri = kanan, wheezing -/-, ronkhi -/-

Cor : BJ I II murni regular, murmur (-)

• Abdomen : Datar, lembut

Hepar, lien tidak teraba

BU (+) normal

2

Page 3: NoIse Induce Hearing Loss

• Ekstremitas : edema -/-

Status lokalis

• Auris Dextra Sinistra

Kelainan Auris Dextra Auris Sinistra

Preaurikular Kelainan kongenital

Radang dan tumor

Trauma

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Aurikula Kelainan kongenital

Radang dan tumor

Trauma

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Retroaurikula Edema

Hiperemis

Nyeri tekan tragus

Nyeri pergerakan

aurikula

Sikatriks

Fistula

Fluktuasi

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Canalis

akustikus

eksterna

Kelainan kongenital

Kulit

Sekret

(-)

Tenang

(-)

(-)

Tenang

(-)

3

Page 4: NoIse Induce Hearing Loss

Serumen

Edema

Jaringan granulasi

Massa

Kolesteatoma

(+) minimal

(-)

(-)

(-)

(-)

(+) minimal

(-)

(-)

(-)

(-)

Membran

timpani

Warna

Intak

Reflek Cahaya

Hiperemis (-)

(+)

(+)

Hiperemis (-)

(+)

(+)

• Tes pendengaran :

AD AS

Tes Suara Jarak 1 meter terdengar

suara

Jarak 1 meter terdengar

suara

Tes Rinne + +

Tes Weber tidak ada lateralisasi

Tes Schawabach Memendek Memendek

Kesan Tuli sensorineural ADS

• Cavum Nasi

Rinoskopi anterior :

4

Page 5: NoIse Induce Hearing Loss

Mukosa : tenang +/+, livide -/-

Sekret : -/-

Septum deviasi : (-)

Massa : - / -

Konkha : eutrofi +/+, livide -/-

Pasase udara : +/+ 

• Transiluminasi :

Rinoskopi Posterior :

Mukosa : tenang +/+

Sekret : -/-

Koana : terbuka

Torus tubarius : tenang +/+

Ostium tuba eustachius : tertutup

Fossa rosenmuller : tenang +/+, massa -/-

• Oropharing

Mulut : mukosa: basah, hiperemis (-)

Lidah : gerakan normal ke segala arah

Palatum molle : tenang, simetris

Uvula : simetris, normal

Gigi geligi : Tidak ada kelainan

Tonsil : T1 –T1, hiperemis -/-, kripta melebar - / -, detritus - / -

5

4 4

44

Page 6: NoIse Induce Hearing Loss

Faring : Tenang

Laring :

Laringoskopi indirek :

• Epiglottis : tenang

• Kartilago arythenoid : tenang

• Plika ariepiglotis : tenang +/+

• Plika vestibularis : tenang +/+

• Plika vocalis : gerak +/+, simetris +/+, masa -/-

• Rima glottis : terbuka

• Cincing trachea : ditengah

• Maksilofasial : simetris +/+, parese N.Cranialis (-), NT (-)

• Leher : KGB tidak teraba membesar, massa (-)

IV. RESUME

Seorang laki-laki, usia 44 tahun, datang ke poliklinik THT-KL dengan keluhan

utama penurunan pendengaran. Yang dirasakan semakin lama semakin berat. Dari

anamnesis khusus didapatkan keluhan dirasakan sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu.

Keluhan tinitus (-),otalgia (-), rasa penuh pada telinga(-), otorrhea (-), dan vertigo (-) .

Penderita belum mengobati keluhannya.

Pasien bekerja ditempat yang bisisng, selama kurang 6 tahun terakhir, sehari

bekerja selama 7, tanpa menggunakan pelindung telinga,

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis tampak sakit ringan,

komposmentis. Status generalis lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan status

lokalis didapatkan

6

Page 7: NoIse Induce Hearing Loss

ADS : CAE tenang +/+, sekret -/-, serumen +/+ (minimal)

MT intak +/+, RC +/+, RA tenang +/+

Tes pendengaran :

AD AS

Tes Suara Normal Normal

Tes Rinne + +

Tes Weber tidak ada lateralisasi

Tes Schawabach Memendek Memendek

Kesan Tuli sensorineural ADS

V. Diagnosis Banding :

Tuli Sensorineural e.c Noise Induce Hearing Loss

Tuli Sensorineural e.c trauma akustik

VI. Diagnosis Kerja :

Tuli Sensorineural e.c Noise Induce Hearing Loss

VI. Usul Pemeriksaan

- Audiometri

- Emisi otoakustik7

Page 8: NoIse Induce Hearing Loss

VII. Terapi :

Terapi umum :

1. Hindari paparan bising dengan melakukan rotasi kerja.

2. Menggunakan alat pelindung telinga (era muff atau ear plug)

Terapi khusus :

Neurotropik

VIII. Prognosa

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad malam

8

Page 9: NoIse Induce Hearing Loss

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Anamnesis

a. “Pasien mengeluhkan kurang pendengaran pada kedua telinganya sejak kurang

lebih 2 tahun yang lalu.”

Keluhan utama pada pasien ini adalah penurunan pendengaran. Penurunan

pendengaran merupakan tanda ketulian yang disebabkan karena adanya gangguan

dalam hantaran suara (tuli konduktif) dan atau perseptif (tuli sensorineural).

b. “Keluhan awalnya dirasakan karena pasien sering tidak mendengar suara telepon

genggamnya yang disimpan di meja (± 3 meter dari tempat tidur) di rumahnya.

Keluhan semakin lama dirasakan semakin memberat, sehingga terkadang pasien

mengeluh sulit menangkap pembicaraan rekan kerja bila berbica dengan suara yang

pelan.”

Gangguan dengar pada pasien bersifat menetap, kemungkinan telah terjadi

peningkatan ambang dengar menetap dan semakin lama semakin semakin memburuk.

Kemungkinan sudah terjadi kerusakan pada organ corti, sel-sel rambut, stria

vaskularis, dll

c. “Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai telinga berdenging.”

Keluhan penurunan pendengaran biasanya disertai oleh keluhan telinga berdenging.

d. “Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai dengan pusing berputar.”

Pada penyakit meniere, ditemukan trias penurunan pendengaran, tinitus, dan pusing

berputar. Pada pasien tidak ada keluhan vertigo, maka penyakit meniere bisa

disingkirkan.

e. “Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai keluarnya cairan dari telinga”

9

Page 10: NoIse Induce Hearing Loss

Untuk mengetahui ada tidaknya otitis media dengan komplikasi perforasi membran

timpani sebagai penyebab keluhan penurunan pendengaran.

f. “Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai rasa penuh pada telinga”

Keluhan penuh pada telinga sering didapatkan pada sumbatan liang telinga, terutama

oleh serumen sebagai penyebab utama pada tuli konduktif.

g. “Keluhan penurunan pendengaran tidak disertai nyeri pada telinga yang terutama

dirasakan bila digerakan.”

Keluhan nyeri pada telinga menrupakan manifestasi pada infeksi pada liang telinga.

Selain infeksi, trauma pada gendang telinga juga bisa bermanifestasi nyeri, nyeri yang

dirasakan berupa nyeri tajam dengan gangguan pendengaran yang cepat timbul.

h. “Keluhan penurunan pendengaran tidak didahului atau disertai dengan demam.”

Untuk mengetahui ada tidak infeksi pada telinga atau tidak, sebagai penyebab

penurunan pendengaran.

i. “Pasien berkeja di Pusat Pendidikan Perbekalan Angkatan (PUSDIKBEKANG).

Pasien bekerja di gudang perbekalan yang sehari-seharinya terpapar oleh suara

bising mobil angkutan senjata dan perbekalan. Selama bekerja pasien tidak

menggunakan pelindung telinga. Pasien sehari bekerja selama kurang lebih 7 jam.

Pasien telah bekerja di PUSDIKBEKANG selama kurang lebih 6 tahun.”

Riwayat pekerjaan menunjukkan lingkungan kerja pasien yang bising, lama paparan

yang sudah cukup panjang, dan frekuensi paparan yang sering.

j. “Riwayat pengobatan TB, tekanan darah tinggi, dan jantung tidak ada.”

Gangguan pendengaran akibat obat-obatan ototoksik sering disebabkan pada obat-

obatan TB, tekanan darah tinggi, dan jantung.

k. “Riwayat benturan pada telinga tidak ada.”

10

Page 11: NoIse Induce Hearing Loss

Trauma pada telinga seperti pukulan keras pada telinga sering diikuti oleh robeknya

gendang telinga

l. “Riwayat penyakit stroke tidak ada.”

Pada pasien stroke sering diikuti oleh gangguan pendengaran akibat kerusakan

korteks serebri sebagai pusat pengolahan pendengaran.

1.2 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik telinga tidak ditemukan adanya kelainan dar i telinga luar

hingga membran timpani dengan otoskop. Pemer iksaan telinga, hidung, tenggorokan

per lu dilakukan secara lengkap dan seksama untuk menyingkirkan penyebab kelainan

organik yang menimbulkan gangguan pendengaran seperti infeksi telinga, trauma telinga

karena agen fisik lainnya, gangguan telinga karena agen toksik. dan alergi. Selain itu

pemeriksaan saraf pusat perIu dilakukan untuk rnenyingkirkan adanya masalah di

susunan saraf pusat yang (dapat) menganggu pendengaranya.

1.3 Pemeriksaan dengan Garpu Tala

Pada tes dengan garpu tala menunjukkan adanya tuli sensorineural. Untuk hasil

pemeriksaan fisik NIHL, pada pemeriksaan fisik, tidak tampak kelainan anatomis telinga luar

sampai gendang telinga. Pemeriksaan dengan garpu tala (Rinne, Weber, dan Schwabach)

akan menunjukkan suatu keadaan tuli saraf: Tes Rinne menunjukkan hasil positif,

pemeriksaan Weber menunjukkan adanya lateralisasi ke arah telinga dengan pendengaran

yang lebih baik, sedangkan pemeriksaan Schwabach memendek.

11

Page 12: NoIse Induce Hearing Loss

Tabel 1. Hasil tes garpu tala

1.4 Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri nada murni terdapat audiogram hantaran udara dan

hantaran tulang. Kegunaan audiogram hantaran udara adalah untuk mengukur kepekaan

seluruh mekanisme pendengaran, telinga Iuar dan tengah serta mekanisme sensorineural

koklea dan nervus auditori. Audiogram hantaran udara diperoleh dengan memperdengarkan

pulsa nada murni melalui earphone ke telinga. Kegunaan audiometri hantaran tulang adalah

untuk mengukur kepekaan mekanisme sensorineural saja. Audiogram hantaran tulang

diperoleh dengan memberikan bunyi penguji langsung ketengkorak pasien menggunakan

vibrator hantaran tulang. Dua pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara tuli sensor

ineural atau tuli konduktif.

Pemer iksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi

antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz ser ing terdapat takik (notch) yang

patognomonik untuk jenis ketulian akibat taruma akustik.

Ada tidaknya jarak antara konduksi tulang dan konduksi udara menunjukkan ada

tidaknya keterlibatan gangguan dari telinga luar maupun telinga tengah yang mempengaruhi

gangguan sensorineural yang terjadi pada NIHL. Beberapa faktor dapat mempengaruhi

reliabilitas pemeriksaan konduksi tulang dan konduksi udara pada audiogram. Pemeriksaan

timpanometri dan pemer iksaan reflex akustik penting untuk dilakukan agar tuli konduksi

dapat disingkirkan. Tuli konduksi tidak biasa terjadi pada NIHL, kecuali terdapat penyebab

12

Page 13: NoIse Induce Hearing Loss

multipel pada perjalanan penyakit NIHL. Meskipun tanda takik mer upakan gambaran khas

pada audiogram NIHL, tidak adanya takik pada audiogram tidak serta merta menyingkirkan

NIHL dan bukan menjadi indikator yang dapat diper caya pada pemeriksaan NIHL.

1.5 Penatalaksanaan

Pencegahan merupakan penatalaksanaan pertama dan utama pada kebisingan di

lingkungan peker ja. Pelaksanaan program pemeliharaan pendengaran (hearing program

conservation) merupakan upaya pencegahan pr imer yang dapat dilakukan di tempat ker

ja. Survei kebisingan di tempat kerja harus memperhatikan teknik sampling agar pemeriksaan

tingkat kebisingan dapat memberikan gambaran keadaan yang terjadi; pemeriksaan

audiometri berkala juga merupakan upaya deteksi dini pula. Sesuai dengan penyebab

ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak

mungkin dipindahkan dapt dipergunakan alat pelindung telinga terhadap bising, seperti

sumbat telinga (ear plug), tutup telinga (ear muff) dan pelindung kepala (helmet).

Bila sudah terjadi gangguan pendengaran yang mengakibatkan gangguan

komunikasi maka dapat dipikirkan peng-gunaan alat bentu dengar . Jika pendengaran

sudah sedemikian buruknya sehingga komunikasi sangat sulit maka perlu dilakukan

psikoterapi lebih intensif agar peker ja dapat menerima keadaannya. Jika dipergunakan

alat bantu dengar, perlu dilakukan latihan pendengaran agar peker ja dapat menggunakan sisa

pendengaran dengan alat bantu dengar secara efisien dibantu dengan membaca ucapan

bibir, mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa isyarat untuk dapat

berkomunikasi. Selain itu, penderita tuli akibat bising ini juga sulit mendengar suaranya

sendiri sehingga diperlukan rehabilitasi suara agar dapat mengendalikan volume, tinggi

rendah dan irama percakapan.

13

Page 14: NoIse Induce Hearing Loss

Gambar 1. Implan koklea

Pada yang mengalami tuli total bilateral dapat dipertimbangkan implant koklea

Tidak ada pengobatan yang spesifIk dapat diber ikan pada penderita dengan trauma

akustik. Oleh karena tuli karena trauma akustik adalah tuli saraf koklea yang bersifat

menetap (irreversible). Apabila penderita sudah sampai pada tahap gangguan

pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan berkomunikasi maka dapat

dipertimbangkan menggunakan ABD ( alat bantu dengar) atau hearing aid. Pada pasien

yang gangguan pendengarannya lebih buruk harus dibantu dengan penanganan

psikoterapi untuk dapat menerima keadaan. Latihan pendengaran (auditory training)

dengan alat bantu dengar dibantu dengan membaca ucapan bibir ( lip reading), mimik,

anggota gerak badan, serta bahasa isyarat agar dapat berkomunikasi. Selain itu diper lukan

juga rehabilitasi suara agar dapat mengendalikan volume, tinggi rendah dan irama

percakapan.

Gambar 2. Alat bantu dengar

14

Page 15: NoIse Induce Hearing Loss

Pencegahan dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya tuli pada trauma akustik.

Bising dengan intensitas lebih dari 85 dB dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan

ketulian, oleh karena itu bising di lingkungan kerja harus diusahakan lebih rendah dar i 85

dB. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan meredam sumber

bunyi, sumber bunyi diletakkan di area yang kedap suara. Apabila bekerja di daerah industr

i yang penuh dengan kebisingan menetap, maka dianjurkan untuk menggunakan alat

pelindung bising seperti sumbat telinga, tutup telinga dan pelindung kepala, Ketiga alat

tersebut terutama melindungi telinga terhadap bising berfrekuensi tinggi yang masing-

masing mempunyai keuntungan dan kerugian .

Sumbatan telinga efektif digunakan pada level kebisingan rendah sekitar 10 dB hingga

32 dB. Adakalanya tutup telinga lebih efektif daripada sumbatan telinga khususnya

pada pekerja yang berpindah-pindah tempat. Sedangkan pelindung kepala selain sebagai

pelindung telinga terhadap bising juga sekaligus sebagai pelindung kepala.

Bila terjadi tuli bilateral berat yang tidak dapat dibantu dengan a1at bantu dengar maka

dapat diper tirnbangkan dengan memasang implan koklea. Implan koklea ialah suatu

perangkat elektronik yang mempunyai kemampuan memper baiki fungsi pendengaran

sehingga akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi penderita tuli saraf ber at dan

tuli saraf bilater al.

Penatalaksanaan ketulian akibat bising kedepannya dapat dilakukan pemberian

oksigenasi hiperbarik dikombinasikan dengan terapi kortikosteroid untuk penatalaksanaan

trauma akustik yang terjadi akut dan diketemukan secara dini. Hal ini sudah diuji coba

pada hewan percobaan. Dan menunjukkan angka keberhasilan yang signifikan. Lebih

jauh lagi penelitian dijerman sudah melakukan percobaan penanaman cell-permeable pada

intratimpani pasien dengan trauma akustik. 12,13

15

Page 16: NoIse Induce Hearing Loss

1.6 Prognosis

Pada pasien NIHL, pendengaran umumnya stabil bila pasien dijauhkan dari pajanan

bising. NIHL tidak berkembang semakin buruk bila pasien sudah dijauhkan dari pajanan

bising. Namun demikian, secara umum prognosis NIHL kurang baik.

Bila masih terjadi NITT fungsi pendengaran masih dapat dikembalikan, namun bila

sudah terjadi NIPTS ketulian bersifat permanen yang sifatnya menetap dan tidak bisa diobati

dengan obat maupun pembedahan. Penggunaan alat bantu dengar hanya sedikit manfaatnya

bagi pasien, bahkan alat tersebut hanya memberikan rangsangan vibrotaktil dan bukannya

perbaikan diskriminasi bicara pada pasien tersebut. Untuk sebagian pasien dianjurkan

pemakaian implan koklearis. Implan koklearis dirancang untuk pasien-pasien dengan tuli

sensorineuralBagaimanapun proses kehilangan pendengaran tidak seharusnya terus ber lanjut

bila paparan bising dapat dieliminir. Karena prognosis yang buruk terhadap fungsi

pendengaran, pada NIHL pencegahan lebih diutamakan.

16

Page 17: NoIse Induce Hearing Loss

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss) adalah gangguan

pendengaran yang disebabkan oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup

lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli

sensorineural koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga. (THT UI)

Sedikitnya 7 juta orang (35 % dari total populasi industri di Amerika dan Eropa)

terpajan bising 85 dB atau lebih. Di Indonesia sendiri, Hasil Survei Kesehatan Indera

Penglihatan dan Pendengaran tahun 1994-1996 yang dilaksanakan di 7 (tujuh) propinsi di

Indonesia menunjukkan prevalensi ketulian 0,4 %, morbiditas telinga 18,5%. Penyakit telinga

luar (6,8%), penyakit telinga tengah (3,9%), presbikusis (2,6%), Ototoksisitas (0,3%), tuli

mendadak (0,2%) dan tuna rungu (0,1%). Penyebab terbanyak dari morbiditas telinga luar

adalah serumen prop (3,6%) dan penyebab terbanyak morbiditas telinga tengah adalah Otitis

Media Supurativa Kronik (OMSK) tipe jinak (3,0%). Serumen prop mempunyai potensi

menyebabkan gangguan pendengaran, hal ini dapat ditanggulangi dengan melibatkan dokter

umum/dokter Puskesmas. OMSK tipe jinak umumnya juga disertai gangguan pendengaran,

hal ini juga dapat ditanggulangi di Puskesmas agar tidak berlanjut menjadi tipe yang

berbahaya atau menimbulkan komplikasi.2(referat NIHL)

2.1 Klasifikasi

Efek pemaparan bising terhadap fungsi auditori dibagi menjadi 3 kategori :

1. Noise Induced Temporary Treshold Shift (TTS)

Merupakan keadaan terdapatnya peningkatan ambang dengar akibat pajanan bising

dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan dapat terjadi dalam beberapa menit

atau jam. Jarang terjadi pemulihan dalam satu hari.

2. Noise Induced Permanent Treshold Shift (NIPTS)

Merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan ambang dengar menetap akibat

pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi berlangsung singkat (explosif) atau

berlangsung lama yang menyebabkan kerusakan pada berbagai struktur koklea, antara

lain organ Corti, sel-sel rambut, stria vaskularis, dll.

NIPTS dapat disebabkan oleh stimulai akustik yang berlebih yang dibedakan dalam

dua kelompok :

17

Page 18: NoIse Induce Hearing Loss

a. Trauma Akustik

Trauma akustik adalah gangguan dengar yang disebabkan paparan bising keras

sesaat pada 1 telinga, yang disebabkan letusan/ledakan. Walaupun yang sering

paparan 1 telinga, tetapi telinga yang lain sering juga mengalami penurunan

ambang dengar ringan. (makalah sigit)

b. Noise Induced Hearing loss

Gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup

keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising

lingkungan kerja. (THT UI)

2.2 Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan:

1. Intensitas kebisingan

Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat mengakibatkan

kerusakan pada reseptor pendengaran Corti di telinga dalam. Yang sering mengalami

kerusakan adalah alat Corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000 Hz sampai

6000 Hz dan yang terberat kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi

4000 Hz (Gambar 2.10).3

Gambar 2.2 Sel rambut normal dan sel rambut yang mengalami kerusakan.

2. Tipe bising

Berdasarkan sifat dan frekuensi bising (Gambar 2.11), bising dapat dibagi atas:

18

Page 19: NoIse Induce Hearing Loss

a. Bising kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas (terus menerus) : Bising ini

tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya

mesin kipas angin dan lampu pijar.

b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit (bising yang

berfluktuasi): Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi dia hanya mempunyai frekuensi

tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000). Misalnya gergaji seluler dan katup

gas.

c. Bising terputus-putus (intermitten): Bising di sini tidak terjadi secara terus-menerus,

melainkan ada periode relatif tenang. Selain itu bising di sini mengganggu di berbagai

periode. Misalnya lalu lintas dan lapangan terbang.2

d. Bising impulsif (bising yang berbentuk dentuman): Bising jenis ini memiliki

perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya

mengejutkan pendengarannya. Misalnya tembakan, suara ledakan, meriam.12 Bising

impusif memiliki karakteristik yang berubah dengan cepat tekanannya yang terdiri

dari intensitas, gelombang pendek, diikuti oleh dengung jauh lebih kecil dan gema

yang terjadi lebih banyak. Bising impulsif berulang: Sama dengan bising impulsif

hanya saja di sini terjadi secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.

3. Lamanya masa kerja

Diperlukan waktu bekerja dilingkungan bising selama 10-15 tahun untuk dapat

mengakibatkan menjadi NIPPTS.

4. Periode pemaparan bising

Menurut Hiperkes, lama pajanan yang diperkenankan dengan tingkat kebisingan 85

dB adalah 8 jam sehari dan 40 jam seminggu dan tidak boleh terpajan kebisingan lebih

dari 140 dB walaupun hanya sesaat. Hal ini sesuai dengan KEPUTUSAN MENTERI

TENAGA KERJA NOMOR KEP.51/MEN/1999 di halaman lampiran.

5. Kerentanan individu

Setelah dilakukan penelitian, beberapa orang mampu mengadakan toleransi untuk

bising frekuensi tinggi dalam jangka panjang, tetapi tidak untuk orang yang lainnya

meskipun berada dalam ligkungan yang sama, bahkan bisa menjadi lebih cepat. Resiko

itu seperti interaksi antara kerentanan genetik dengan intensitas paparan bising.

6. Usia

Usia juga ikut berpengaruh terhadap fungsi pendengaran. Usia lebih tua relatif akan

mengalami penurunan kepekaan terhadap rangsangan suara karena adanya faktor

19

Page 20: NoIse Induce Hearing Loss

presbikusis, yaitu proses degenerasi organ pendengaran yang dimulai pada usia 40 tahun

ke atas. Presbikusis ditandai dengan adanya perubahan rentang frekuensi pendengaran

dari 16-20000 Hz menjadi 50-10000 Hz, sedangkan pada NIHL terdapat notch pada

4000 Hz.2

NIHL dan presbikusis sering kali terjadi bersamaan pada populasi yang tua. Penelitian

yang besar menyebutkan bahwa hal ini merupakan bahan penelitian dari waktu ke waktu

dan sedang dibuat upaya dalam mengukur interaksi ini.4

7. Kelainan di telinga tengah

Penyalit telinga Otitis Media adalah infeksi telinga yang banyak terjadi pada anak-

anak usia 2–5 tahun . Pada penyakit ini terjadi sekresi aktif dari kelenjar pada lapisan

ruang telinga tengah sehingga mengakibatkan terjadinya tuli konduktif. Bila seorang

anak mendapatkan penyakit ini dan tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat maka

penyakit ini akan menjadi kronis dan terus berlanjut sehingga anak menjadi otitis media

kronik. Gejala otitis media kronik adalah keluarnya cairan berwarna kuning abu-abu

disertai bau, nyeri, dan gangguan pendengaran yang bersifat konduktif.

Trauma pada telinga dapat mengakibatkan perforasi dari membran telinga. Bentuk

trauma dapat berupa ledakan, perubahan tekanan mendadak atau karena benda asing

dalam liang telinga. Gejala yang timbul akibat trauma pada telinga antara lain nyeri,

keluarnya sekret berdarah dan gangguan pendengaran (suara terasa bergema). Yang

perlu diperhatikan adalah bisa terjadi perforasi yang menyebakan putusnya rantai

osikula. Cedera ini dicurigai bila terdapat kehilangan pendengaran lebih dari 25 dB dan

vertigo.10(REFERAT nihl)

8. Sifat lingkungan

Lingkungan tempat pekerja terpapar bising tentu saja dianggap penting. Papan-

papan yang berbunyi, ruang yang bergema dan dinding yang memantulkan akan

memperkuat lagi bising yang keras.5

9. Posisi telinga terhadap gelombang suara

Posisi masing-masing telinga terhadap bunyi merupakan faktor yang penting pada

anggota militer yang terpapar pada ledakkan dan tembakan pistol, dan kadang-kadang

pada pekerja industri yang karena tugasnya yang khas memerlukan posisi kepala yang

khusus dalam mengerjakan tugas tertentu. Karenanya salah satu telinga akan menderita

pemaparan bising yang lebih besar, menyebabkan perbedaan ambang dengar antara

kedua telinga.

20

Page 21: NoIse Induce Hearing Loss

2.3 Manifestasi Klinik

Umumnya pasien NIHL melakukan konsultasi karena mengalami kesusahan dalam

mendengar dan mengerti pembicaraan, khususnya pada tempat yang memiliki bising latar

belakang. Bising latar belakang, dimana biasanya merupakan frekuensi tinggi yang

membuatnya kehilangan pedengaran, perubahan suara ketika mereka mendengar orang

sedang berbicara dalam nada tinggi. Sehingga bila orang tersebut berkomunikasi di tempat

yang ramai akan mendapat kesulitan mendengar dan mengerti pembicaraan. Keadaan ini di

sebut dengan cocktail party deafness.

ACOM (American College of Occupational medicine) memperkenalkan prinsip-

prinsip karakteristik untuk tuli akibat bising (noise induced hearing loss) adalah :

1. Bersifat sensorineural yang mengenai sel rambut pada telinga dalam

2. Hasi audiogram biasanya selalu simetris bilateral

3. Hampir tidak pernah menyebabkan tuli derajat sangat berat.Biasanya pada frekuensi

rendah terbatas pada 40 dB dan frekuensi tinggi terbatas pada 75 dB.

4. Apabila paparan bising berhenti, ketulian akibat bising tidak akan bertambah.

5. Kerusakan paling dulu terlihat pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz, dimana

kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.

6. Dengan kondisi pajanan menetap , ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz akan

mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.

7. Pajanan bising terus menerus selama bertahun-tahun adalah lebih merusak dari pajanan

bising yang terputus-putus, dimana telinga mempunyai waktu untuk istirahat.

Kriteria audiologi menurut Bashirudin mengenai gambaran audiologi hilang fungsi

pendengaran akibat bising adalah :

1. Rata-rata ambang dengar pada frekuensi 500-4000 Hz lebih dari 25 dB, atau pada

frekuensi 4000 Hz lebih dari 45 dB atau pada frekuensi 500-2000 Hz lebih dari 30 dB.

2. Perbedaan antar telinga kanan dan kiri pada frekuensi 500-2000 Hz lebih dari 15 dB atau

pada frekuensi 4000-8000 Hz lebih dari 30 dB.

3. Perubahan data besar (Baseline) dalam 2 tahun terakhir yaitu pada frekuensi 500-2000 Hz

lebih dari 15 dB, pada ferekuensi 3000 Hz lebih dari 20 dB, dan frekuensi 4000-8000 Hz

lebih dari 30 dB.

Apabila dilakukan pemeriksaan audiologi khusus, hasil menunjukan adanya fenomena

rekrutment (khususnya TTS). Fenomena Rekrutmen merupakan suatu fenomena pada

sensorineural koklea, di mana telinga yang tuli menjadi lebih sensitif terhadap kenaikan

21

Page 22: NoIse Induce Hearing Loss

intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi tertentu setelah terlampaui ambang dengarnya.

Sebagai contoh orang yang pendengarannya normal, tidak dapat mendeteksi kenaikan bunyi 1

dB bila sedang mendengarkan bunyi nada murni yang kontinyu, sedangkan bila ada

rekruitmen dapat mendeteksi kenaikan bunyi tersebut. Contoh sehari-hari orang tua yang

menderita tuli presbikusis (tuli sensorineural koklea akibat proses penuaan) bila kita

berbicara dengan volume yang keras biasa dia mengatakan jangan berisik, tetapi bila kita

berbicara agak keras dia mengatakan jangan berteriak, sedangkan orang yang

pendengarannya normal tidak menganggap kita berteriak.5

2.4 Diagnosis

Penegakkan diagnosis NIHL dibuat dengan cara :

1. Anamnesis

Anamnesis dimulai dari menanyakan gejala kurang pendengaran yang disertai tinitus

atau tidak. Bila sudah cukup berat disertai keluhan sukar menangkap percakapan

dengan kekerasan biasa. Anamnesis dilanjutkan dengan riwayat pekerjaan.

Anamnesis pernah bekerja atau sedang bekerja dilimgkungan bising dalam waktu

yang cukup lama biasanya lima tahun atau lebih

2. Audiometri

Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi

antara 3000 – 6000 Hz dan pada frekuensi 4000Hz sering terdapat takik yang

patognomonik untuk jenis ketulian ini.

3. Hasil Test dari pemeriksaan lainnya.

Pada pemeriksaan audiologi, tes penala didapatkan hasil Rinne positif, Weber

latelarisasi ke telinga yang lebih baik, dan Scwabah memendek. Kesan jenis

ketuliannya sensorineural.

2.5 Patologi

Lesinya sangat bervariasi dari disosiasi organ Corti, Ruptur Membran, Perubahan

Stereosilia, dan organel subseluler. Pada observasi kerusakan organ corti dengan

mikroskop elektron ternyata bahwa sel-sel sensor dan sel penunjang merupakan bagian

paling peka di telinga dalam.

Jenis kerusakan pada struktur organ tertentu yang ditimbulkan bergantung pada

intensitas, lama pajanan, dan frekuensi bising.

22

Page 23: NoIse Induce Hearing Loss

2.6 Pencegahan

Kebisingan dapat dikendalikan dengan :

1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya

Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan penempatan peredam pada sumber getaran

Pengalaman menekankan, bahwa modifikasi mesin atau bangunan untuk maksud

pengurangan kebisingan adalah sangat mahal dan kurang efektif, maka dari itu

perencanaan sejak semula adalah paling utama.20

2. Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga

Jika bising ditimbulkan oleh alat-alat seperti mesin tenun, mesin pengerolan baja,

kilang minyak atau bising yang ditimbulkan sendiri oleh logam, maka pekerja tersebut

harus dilindungi oleh alat pelindung bising, seperti sumbat telinga, tutup telinga, dan

pelindung kepala. Ketiga alat tersebut melindungi telinga terhadap bising yang

berfrekuensi tinggi dan masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Tutup

telinga memberikan proteksi lebih baik daripada sumbat telinga. Earmuff lebih efektif

dan dapat memcegah frekuensi 500 Hz sampai 1 kHz dan dapat meredam sampai 30-40

dB sedangkan penggunaan earplug (sumbat telinga ) yang tepat, maka dapat mengurangi

bising mencapai 15-30 dB dan mencegah sampai telinga tengah dari bising jenis tinggi.

Sedangkan helm selain pelindung telinga terhadap bising juga sekaligus sebagai

pelindung kepala. Kombinasi antara sumbat telinga dan tutup telinga memberikan

proteksi yang terbaik.

2.7 Prognosis

Bagaimanapun NIHL tidak dapat dilakukan pengobatan atau operasi tetapi lebih

kepada masalah pencegahan. Tindakan pencegahan yang diperlukan adalah control

engineering dan juga penggunaan APD (Alat Pelindung Dengar) yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: NoIse Induce Hearing Loss

1. Adam Boies Higler. 1997.Penyakit Sinus Paranasalis dalam Buku Ajar Penyakit THT

Edisi6. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.Amarudin, Tolkha et Anton

Christanto, (2005),

2. Kajian Manfaat Tonsilektomi, Available from :

http://www.cerminduniakedoteran.com, (Accessed : 6 April 2011).

3. Byron J., (2001), Head and Neck Surgery-Otolaryngology 3rd Edition, New York :

LippincottWilliams and Wilkins (CD-ROM).

4. Keith, L., Agur, A.M., (2007), Essential Clinical Anatomy 2nd Edition, New york :

LippincottWilliams and Wilkins.

5. Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007),  Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Keenam, Jakarta :

Gaya Baru.

6. Nurbaiti I. Prof.,Dr.,SpTHT., Efiaty A.S.Dr.,SpTHT., Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Edisi 6. 2011. Balai Penerbit FKUI.

7. Simon, K., (2009. December 10 ± last updated), Pediatric, Pharyngitis, (Emedicine),

Availablefrom : http://emedicine.medscape.com/article/803258-overview , (Accessed:

2011, April 6).

8. Ying, Ming-De, (1988), Immunological Basis of Indications for Tonsillectomy

andAdenoidectomy, Available from : http://informahealthcare.com ,(Accessed : 6

April2011).

24

Page 25: NoIse Induce Hearing Loss

Case Presentation Session

TONSILOFARINGITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT

Diajukan sebagai salah satu tugas di bagian

Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher

Oleh :

Fitriya Mediana 41101031

Siti Mutia Atisundara 41101033

Eka Prasetya Juandana 41101037

Pembimbing:

dr. Nurbaiti Nazarudin, SpTHT-KL., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2012

25