no. 7 inovasi pendidikan agustus 2010 media komunikasi smp ... fileberita utama hal 2 media...

20
No. 7 Agustus 2010 Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net Rencana USAID Memperpanjang DBE USAID berencana untuk memperpanjang program DBE1, DBE2, dan DBE3 sampai Juni 2011dengan tambahan dana. Prioritas DBE3 dengan tambahan waktu dan dana tersebut adalah untuk memantapkan program di sekolah mitra, serta mendiseminasikannya ke sekolah non-mitra. Untuk menunjang proses tersebut DBE3 bekerjasama dengan pemerintah daerah secara lebih intensif dalam perencanaan dan pelaksanaan program dengan adanya kegiatan advokasi dan perencanaan di tingkat daerah maupun nasional. Pemerintah Daerah Menindaklanjuti Kegiatan DBE3 KEGIATAN perencanaan nasional DBE3 yang dilaksanakan di Medan pada tgl. 3-4 Agusutus bertujuan membuat perencanaan pengembangan program DBE3 di 25 daerah mitra DBE3, yang mengikuti program pemantapan. Kegiatan yang dihadiri unsur Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, Bappeda, DPRD, dan LPMP dari daerah mitra tersebut merumuskan dua hal utama: merumuskan perencanaan program berkaitan perpanjangan DBE3 sampai April 2011 dan merumuskan program untuk menindaklanjutinya. Beberapa karakteristik program yang muncul dalam perencanaan diantaranya adalah melakukan replikasi ke sekolah lainnya, melakukan studi banding ke sekolah mitra DBE3 di tingkat lokal, dan melibatkan para fasilitator daerah dalam kegiatan pelatihan yang diselenggarakan daerah. Pembiayaan program juga melibatkan partisipasi dana APBD. KUNJUNGAN ke sekolah juga menjadi bagian dari kegiatan perencanaan nasional DBE3 yang diadakan pada tgl. 3-4 Agustus di Medan. Para peserta diajak berkunjung ke sekolah dan menyebar ke 4 sekolah mitra yaitu SMPN 2 Binjai, SMPN 11 Binjai, MTsN Binjai, SMPN 2 Lubuk Pakam, serta satu sekolah yang mereplikasi program DBE3 yaitu SMPN 9 Binjai. Peserta dibuat berdecak kagum melihat proses pembelajaran di sekolah yang dikunjungi. Siswa yang diajak berdiskusi menunjukkan kepercayaan dirinya. ”Saya merasa kagum ketika masuk kelima kelas yang berbeda di SMPN 2 Binjai. Guru berhasil berperan sebagai fasilitator, dan siswa menunjukkan partisipasi aktifnya dalam belajar,” kata Najamudin anggota DPRD Bogor. Melihat pembelajaran aktif di MTsN Binjai membuat bangga peserta peren- canaan nasional DBE3 yang sebagian Kunjungi Sekolah, Peserta Bangga Hj. Ratu Ati Marliati, Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Jawa Barat menjelaskan rencana implementasi program pendidikan yang disinergikan dengan program DBE3, dihadapan perwakilan 25 daerah mitra DBE3. Utusan Gedung Putih Berkunjung ke SMP8 Bogor Dr. Bruce Alberts, staf khusus pemerintah AS bidang ilmu pengetahuan, didampingi isterinya berkunjung ke SMPN 8 Kota Bogor (17/05). Mereka menyaksikan langsung proses belajar- mengajar di sekolah mitra DBE3 ini. Mereka secara khusus menyaksikan pembelajaran IPA dan Matematika, ruang laboratorium ICT, dan pajangan karya siswa. Selain menghargai karya siswa yang terpajang di setiap kelas/ Dr. dan Mrs. Alberts juga menyatakan kekagumannya pada SMPN 8 tentang ‘Dinding Pengetahuan.’ Pak Alberts yang juga seorang peneliti dalam bidang rekayasa genetika ini, merasa salut dengan inisiatif SMPN 8 untuk memanfaatkan tembok sekolah sebagai sumber belajar. Bacalah lebih lanjut pada halaman 8. Dr. dan Mrs Alberts pada saat kunjungan ke SMPN 8 Bogor. Kegiatan TIK diceritakan pada halaman 20, termasuk peresmian laboratorium komputer di MTs Al Ahliya Karawang oleh Dubes Amerika Serikat, serta kegiatan pelatihan pemanfaatan TIK dalam mata pelajaran umum.

Upload: tranque

Post on 19-Jun-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

No. 7 Agustus 2010

Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs

Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net

Rencana USAID Memperpanjang DBE USAID berencana untuk memperpanjang program DBE1, DBE2, dan DBE3 sampai

Juni 2011dengan tambahan dana. Prioritas DBE3 dengan tambahan waktu dan dana tersebut adalah untuk memantapkan program di sekolah mitra, serta mendiseminasikannya ke sekolah non-mitra. Untuk menunjang proses tersebut DBE3 bekerjasama dengan pemerintah daerah secara lebih intensif dalam perencanaan dan pelaksanaan program dengan adanya kegiatan advokasi dan perencanaan di tingkat daerah maupun nasional. Pemerintah Daerah Menindaklanjuti Kegiatan DBE3 KEGIATAN perencanaan nasional DBE3 yang dilaksanakan di Medan pada tgl.

3-4 Agusutus bertujuan membuat perencanaan pengembangan program DBE3 di 25 daerah mitra DBE3, yang mengikuti program pemantapan. Kegiatan yang dihadiri unsur Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, Bappeda, DPRD, dan LPMP dari daerah mitra tersebut merumuskan dua hal utama: merumuskan perencanaan program berkaitan perpanjangan DBE3 sampai April 2011 dan merumuskan program untuk menindaklanjutinya. Beberapa karakteristik program yang muncul dalam perencanaan diantaranya adalah melakukan replikasi ke sekolah lainnya, melakukan studi banding ke

sekolah mitra DBE3 di tingkat lokal, dan melibatkan para fasilitator daerah dalam kegiatan pelatihan yang diselenggarakan daerah. Pembiayaan program juga melibatkan partisipasi dana APBD.

KUNJUNGAN ke sekolah juga menjadi bagian dari kegiatan perencanaan nasional DBE3 yang diadakan pada tgl. 3-4 Agustus di Medan. Para peserta diajak berkunjung ke sekolah dan menyebar ke 4 sekolah mitra yaitu SMPN 2 Binjai, SMPN 11 Binjai, MTsN Binjai, SMPN 2 Lubuk Pakam, serta satu sekolah yang mereplikasi program DBE3 yaitu

SMPN 9 Binjai.

Peserta dibuat berdecak kagum melihat proses pembelajaran di sekolah yang dikunjungi. Siswa yang diajak berdiskusi menunjukkan

kepercayaan dirinya.

”Saya merasa kagum ketika masuk kelima kelas yang berbeda di SMPN 2 Binjai. Guru berhasil berperan sebagai fasilitator, dan siswa menunjukkan partisipasi aktifnya dalam belajar,” kata

Najamudin anggota DPRD Bogor.

Melihat pembelajaran aktif di MTsN Binjai membuat bangga peserta peren-canaan nasional DBE3 yang sebagian

Kunjungi Sekolah, Peserta Bangga

Hj. Ratu Ati Marliati, Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Jawa Barat menjelaskan rencana implementasi program pendidikan yang disinergikan dengan program DBE3, dihadapan perwakilan 25 daerah mitra DBE3.

Utusan Gedung Putih Berkunjung ke SMP8 Bogor Dr. Bruce Alberts, staf khusus pemerintah AS

bidang ilmu pengetahuan, didampingi isterinya berkunjung ke SMPN 8 Kota Bogor (17/05). Mereka menyaksikan langsung proses belajar-mengajar di sekolah mitra DBE3 ini. Mereka secara khusus menyaksikan pembelajaran IPA dan Matematika, ruang laboratorium ICT, dan pajangan karya siswa. Selain menghargai karya siswa yang terpajang di setiap kelas/ Dr. dan Mrs. Alberts juga menyatakan kekagumannya pada SMPN 8 tentang ‘Dinding Pengetahuan.’ Pak Alberts yang juga seorang peneliti dalam bidang rekayasa genetika ini, merasa salut dengan inisiatif SMPN 8 untuk memanfaatkan tembok sekolah sebagai sumber belajar. Bacalah lebih lanjut pada halaman 8.

Dr. dan Mrs Alberts pada saat kunjungan ke SMPN 8 Bogor.

Kegiatan TIK diceritakan pada halaman 20, termasuk peresmian laboratorium komputer di MTs Al Ahliya Karawang oleh Dubes Amerika Serikat, serta kegiatan pelatihan pemanfaatan TIK dalam mata pelajaran umum.

Berita Utama Hal 2

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

RINGKASAN INDIKATOR MONITORING Kegiatan Siswa

• Guru mendorong interaksi antar siswa.

• Guru memberikan tugas yang menantang dan bervariasi(diskusi, percobaan, pemecahan masalah dsb).

• Guru melakukan penilaian formatif. Kegiatan Guru

• Kegiatan siswa bervariasi termasuk kerja kooperatif, memecahkan masalah, percobaan dsb.

• Siswa mengungkapkan pemikirannya sendiri secara lisan dan tulisan.

• Siswa menggunakan media yang bervariasi.

Lingkungan Kelas

• Siswa duduk dan bekerja dalam kelompok.

• Ada pajangan hasil karya siswa.

• Sumber belajar lebih beragam (media, lingkungan). Kepemimpinan Kepala Sekolah

• Mendorong perubahan.

• Menunjang pengembangan profesional guru. Pengelolaan & Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Pengembangan Profesional Melalui MGMP

• Penyusunan program untuk menunjang perubahan.

• Merancang kegiatan yang menarik dan praktis.

• Mendorong perubahan di kelas.

Monitoring di Sekolah Mitra Menunjukkan Hasil yang Mengesankan

MONITORING tersebut dilakukan di 156 sekolah dari seluruhnya 250 sekolah mitra di 25 kabupaten pemantapan (extension district). Indikator untuk sekolah-sekolah di kabupaten pemantapan dibagi menjadi tiga bagian, yang berhubungan den-gan (a) pembelajaran, (b) prestasi siswa, dan (c) manajemen sekolah dan pengembangan profesional guru.

Ringkasan masing-masing indikator (a) dan (c) di samping dibagi menjadi tiga bagian, (1) keadaan dari 156 sekolah mitra pada monitoring tahun 2010; (2) keadaan dari 156 sekolah mitra pada monitoring tahun 2009; (3) keadaan dari 20 sekolah pembanding yang belum mengikuti program DBE3.

a) Pembelajaran

Grafik 1 menujukkan hasil dari tiga indikator yang berkai-tan dengan pembelajaran. Ada peningkatan yang sangat jelas antara tahun 2009 dan 2010 dalam hal kegiatan guru, ling-kungan kelas, kegiatan siswa. Sekolah pembanding hampir tidak menunjukkan adanya indikator tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah mitra telah mencapai 90% pada semua indikator. Hasil ini mencerminkan hasil pelatihan guru telah difokuskan pada indikator monitoring ini.

b) Prestasi Siswa

DBE3 melaksanakan penilaian dengan menggunakan sampel sebanyak 54 sekolah menggunakan tes yang lebih berfokus pada kecakapan siswa. Tes dilaksanakan di sekolah-sekolah yang sama pada tahun 2009 dan 2010 tersebut. Grafik 2 menunjukkan peningkatan yang cukup besar pada nilai tes rata-rata secara keseluruhan. Analisis data dari tes individual menunjukkan bahwa pada semua kelompok – laki-laki, perempuan, SMP, MTs, sekolah negeri dan swasta – terlihat peningkatan nilai yang substansial pada setiap tes.

Hasil monitoring yang dilakukan pada sekolah mitra DBE3 pada bulan Februari dan Maret 2010 menunjukkan kema-juan yang sangat jelas di hampir semua indikator dibandingkan dengan tahun sebelumnya, apalagi kalau dibanding-

kan dengan sekolah yang belum pernah mengikuti program DBE3.

Grafik 1: Perbandingan Indikator Berkaitan dengan Pembelajaran

90.9 91.194.2

50.5

35.5

47.5

2.6 2.6 1.3

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kegiatan Guru Lingkungan Kelas Kegiatan SiswaP

ers

en

tasi yan

g m

em

en

uhi kri

teri

a

Sekolah Mitra 2010

Sekolah Mitra 2009

Sekolah Pembanding

Grafik 2: Hasil Penilaian Belajar Siswa 2009-2010

66.6

51.6

32.0

38.4 38.4

73.0

60.4

41.7

49.7

64.6

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

B. Indonesia

Membaca

B. Indonesia

Menulis

Matematika B. Inggris

Menyimak,

Membaca,

Menulis

B. Inggris Bicara

Sko

r R

ata

-Rata

(%

)

2009

2010

Berita Utama Hal 3

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

d) Monitoring Kecakapan Hidup di Kabupaten Inti

DBE3 juga telah melakukan moni-toring di 80 sekolah mitra di daerah inti (core district) untuk mengukur perkembangan Kecakapan Hidup dan Kecakapan Kerja pada siswa. DBE3 menilai apakah siswa di sekolah target menunjukkan sejumlah kecakapan hidup sosial, vokasional, dan personal yang sudah ditentukan. Data yang terkumpul menunjukkan persentase yang tinggi, dimana 98,6% siswa di 5 provinsi berhasil dalam penilaian pres-tasi siswa. Perbandingan dengan data yang didapatkan pada tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan secara umum, yaitu sebanyak 3,6%. Peningkatan terlihat di hampir semua provinsi. Data juga menunjukkan bahwa hasil tes siswa perempuan lebih tinggi dari siswa laki-laki, dan hasil tes siswa SMP sedikit lebih baik dibandingkan den-gan siswa MTs.

Siswa 2009/10 98.6%

Siswa 2008/9 95%

Perbedaan +3.6%

Saat monitoring tahun 2009, tidak terlalu banyak perbe-daan pada indikator terkait dengan kepemimpinan kepala sekolah dan MGMP antara sekolah mitra dengan sekolah pembanding. Namun, peningkatan pesat terjadi pada tiap indi-kator saat monitoring tahun 2010, seperti yang terlihat pada grafik 3.

Peningkatan tertinggi pada indikator tentang kepemimpinan kepala sekolah adalah pada jumlah kepala sekolah yang mela-kukan monitoring saat proses pembelajaran.

Pengelolaan dan penggunaan perpustakaan sekolah mening-kat dengan adanya 84,7% sekolah yang memiliki perpustakaan yang tertata rapi dan digunakan, dibandingkan dengan hanya 61,8% pada tahun sebelumnya. Namun, sebagian besar per-pustakaan masih kekurangan bahan bacaan yang memadai.

Efektivitas MGMP meningkat dengan 28,7% dinilai efektif di tahun 2010, dibandingkan dengan 15,9% di tahun 2009. Kekurangan yang paling terlihat adalah frekuensi pertemuan MGMP, yang pada sebagian besar kasus kurang dari 1 kali dalam sebulan. Akses juga merupakan salah satu masalah yang dihadapi karena seringkali MGMP meliputi wilayah cakupan yang sangat luas (biasanya seluruh kabupaten) dan banyak sekolah. Terlihat pula bahwa kebutuhan pengembangan profe-sional guru lebih banyak terpenuhi melalui MGMP tingkat sekolah, bukan MGMP tingkat kabupaten.

c) Manajemen Sekolah dan Pengembangan Profesional Guru

Grafik 3: Perbandingan Indikator Terkait dengan Manajemen

62.8

84.7

28.7

12.0

61.8

15.915.0

40.0

23.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

Kepemimpinan Kepala Sekolah Pengelolaan dan Pemanfaatan

Perpustakaan

MGMP memenuhi kebutuhan

guru

Perc

en

tasi

yan

g m

em

en

uh

i kri

teri

a

Sekolah Mitra 2010

Sekolah Mitra 2009

Sekolah Pembanding

Menikmati karena Banyak Praktik

IMAM AlFRUQ sekarang merasakan perbedaan belajar di SMPN 1 Batang Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Siswa berkacamata ini begitu menikmati praktik pembelajaran di sekolahnya. “Aku lebih suka suasana belajar

sejak guru-guru di sekolah lebih banyak mengajar dengan praktik. Dulu guru banyak bicara, sangat membosankan, sekarang tidak lagi,” ungkap siswa yang mengaku gurunya telah banyak berubah. SMPN 1 Batang Angkola merupakan salah satu sekolah mitra DBE3 di Tapanuli Selatan yang telah melakukan banyak perubahan.

Pameran Karya Tahunan

RIZMA RESKANANGA, siswa kelas VIII SMPN 1 Tellulim-poe Sidrap, Sulawesi Selatan, men-gusulkan kegiatan pameran karya siswa diselenggarakan tiap tahun. Menurut Rizma manfaat pam-

eran hasil pembelajaran dapat menjadi arena unjuk kompetensi siswa. Hal Ini memberikan penghargaan terhadap hasil karya yang dihasilkan selama bela-jar dan memotivasi untuk berkarya yang terbaik. “Saya sangat senang seandainya pameran karya siswa bisa dilaksanakan setiap tahun. Ini saya usulkan ke dinas pendidikan atau DBE3,” katanya.

Berita Utama Hal 4

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

PENGEMBANGAN kecakapan hidup sosial dan akademik siswa melalui pembelajaran saat ini belum efektif. Penyebabnya guru masih kurang mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran kontekstual yang diintegrasikan dengan pengembangan kecakapan hidup. Upaya peningkatan kemampuan guru melalui pelatihan sudah dilakukan, tetapi karena tidak ada komitmen untuk berubah dari guru serta tidak adanya tagihan perubahan yang dituntut setelah pelatihan, berdampak kurang optimalnya perubahan dalam pembelajaran.

Program DBE3 memfasilitasi pelatihan tentang pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna yang mengintegrasikan pengembangan kecakapan hidup. Setelah pelatihan ditindaklanjuti dengan adanya tagihan RTL dan upaya pendampingan kepala sekolah dan fasilitator agar komitmen melakukan perubahan berjalan secara berkesinambungan.

Permasalahan penelitian ini dirumuskan, apakah melalui tagihan penyusunan rencana tindak lanjut (RTL) setelah mengikuti pelatihan DBE3 akan meningkatkan kemampuan guru menerapkan pembelajaran kontekstual dalam mengembangkan kecakapan hidup siswa di SMP N 2 Kradenan? Sesuai dengan permasalahan tersebut tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan guru merancang dan menerapkan pembelajaran kontekstual dalam mengembangkan kecakapan hidup peserta didik melalui tagihan RTL setelah mengikuti pelatihan DBE3 di SMPN 2 Kradenan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap putaran terdiri empat tahap yaitu: perencanaan, kegiatan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran

penelitian adalah guru SMPN 2 Kradenan yang mengikuti pelatihan DBE3. Data diperoleh me-lalui wawan-cara dan lem-bar observasi.

Hasil anal-isis menunjuk-kan bahwa kemampuan pembelajaran guru men-galami peningkatan dari kondisi awal sampai siklus II, pada kondisi awal kemampuan guru merancang dan menerapkan pembelajaran kontekstual sebesar (57,27%), siklus I (73,75%), siklus II (86,02%). Peningkatan cara pembelajaran guru juga berdampak terhadap rasa kepuasan belajar siswa; pada kondisi awal (48,55%), siklus I (70,87%), siklus II (80,44%)

Kesimpulan penelitian bahwa pemberian pendampingan me-lalui tagihan RTL setelah pelatihan dapat meningkatkan kemam-puan guru menerapkan pembelajaran kontekstual dalam mengem-bangkan kecakapan hidup. Hasil tersebut berdampak pula pada

kepuasan anak dalam belajar.

Hasil Penelitian Drs. Agus Suprapto, MM Kepala SMPN 2 Kradenan

Tagihan RTL DBE 3, Berhasil Mengembangkan Kecakapan Hidup Siswa

Para guru SMPN 2 Kradenan berdiskusi dalam merancang metode pembelajaran kontekstual.

Penelitian Tindakan Kelas alias PTK, awalnya dipandang seba-gai momok yang menakutkan oleh kedua mitraku (Budi Santoso dan Hading Rasyid) dan penelitian yang kuanggap kurang menan-tang. Buat kedua mitraku, PTK menjadi momok karena PTK di-anggap hal yang sulit dan tak mungkin mereka mampu lakukan. Bukan karena mereka tidak pernah mau berupaya. Sudah sering mereka mengikuti workshop PTK yang akhir-akhir ini menjamur. Akan tetapi, semakin disodori teori tentang PTK mereka semakin bingung dan belum mampu menghasilkan satu pun PTK. Alhasil, kedua mitraku sampai detik ini masih bertahan pada golongan IVa. Sebaliknya, secara pribadi aku (sebagai akademisi kampus) selama ini memandang PTK kalah gaung dari penelitian eksperimen atau penelitian etnografi. Mungkin karena aku belum pernah memberi perhatian penuh, meskipun sering kulatihkan di beberapa work-shop atau diklat. Tapi maaf, lebih berorientasi teori.

Namun, seiring dengan pelatihan PTK program DBE3 yang kami ikuti, cara pandang kami sedikit demi sedikit bergeser dan bertemu dalam satu titik kesepahaman bahwa PTK itu penting untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembe-lajaran, harus dan dapat dilakukan oleh guru serta mengasyikkan dilakukan dengan kolaborasi antara guru dan dosen karena ada aktivitas saling mengisi dan saling mengerti.

Sistem pelatihan PTK yang digulirkan oleh DBE3, secara jujur, sangat efektif diterapkan. Dengan sistem pelatihan yang lebih menitikberatkan pada aktivitas meneliti bukan sekadar berteori;

sistem pembimbin-gan dan pendampin-gan yang kuat dan kontinu; dari awal (nol), proses (siklus I dan II), sampai akhir (laporan hasil) penelitian memberi pengalaman baru buat tim kami. Hal ini aku coba adapatasi dalam Diklat PLPG Sertifikasi Guru Rayon 24, dan ternyata mengundang respon positif dari peserta.

Satu hal yang dapat dipetik dari aktivitas kami ber-PTK bahwa masalah terbesar yang dihadapi oleh siswa kelas VII5 SMPN 5 Pirang dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu kesulitan menulis, khususnya menulis naratif, akhirnya dapat diatasi dengan pembelajaran kooperatif pola Dua-Dua-Empat melalui kegiatan PTK. Selain itu, tertanam kesadaran pada diri kamu sebagai guru dan dosen bahwa kami tidak boleh membiarkan anak didik kami terus berlarut-larut mengalami kesulitan belajar, tanpa berupaya membantunya dan setiap masalah pembelajaran dapat dipecahkan dengan cara bekerja secara sistematik, terencana, dan kolaboratif dengan menggalakkan kegiatan ber-PTK.

Paradigma Kami Tentang PTK Kini Berubah

Saat PTK di kelas

Berita Utama Hal 5

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

LAYAKNYA seorang dokter, ia mendiagnosis penyakit guru. Di awal presentasinya, Drs. H.Rusdi, M.Si, Kasek SMPN 3 Watansoppeng menguraikan 12 penyakit guru. Di antaranya yang sudah kronis: ASMA (asal masuk kelas), KUSTA (kurang strategi), TIPUS (tidak punya selera), Asam Urat (asal sajikan materi dan tak berurutan), serta TBC (tidak bisa computer). Menurutnya, isi dari paket Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 dan 3 DBE 3 terbukti menjadi penawar atas penyakit temuannya itu.

Dirinya memastikan bahwa hasil pelatihan pembelajaran aktif berfungsi sebagai terapi mengatasi penyakit guru. “Kalau guru tidak punya perencanaan pembelajaran yang baik, ia menderita

asma. Jika tak mampu merancang lembar kerja (LK) yang membuat siswa berpikir kritis atau miskin ide pembelajaran, pasti kena kusta. Ternyata peran fasilitator memberikan asistensi lewat pendampingan sangat efektif. Para guru terbantu menerapkan hasil pelatihan di kelas,” ungkap pak Rusdi.

Bagi yang telah merubah mindsetnya, menurut pak Rusdi, mengajar tidak sekadar menggugurkan kewajiban, melainkan kewajiban mencerdaskan, maka ia pasti sembuh dari tipus.

Ketidakmampuan melakukan pemetaan kompetensi dasar, mengurutkannya berdasarkan kelompok struktur di bawah standar kompetensi, berarti ia terserang asam urat. Ini perlu terapi berkelanjutan oleh fasilitator

lewat pengaktifan MGMP. Pak Rusdi optimis kalau TBC di

sekolahnya dapat dihapus dengan penerapan TIK dalam pembelajaran. ”Di sekolah kami telah terjadi peningkatan performa pembelajaran. Khususnya berkaitan 7 aspek yang dikuatkan fasilitator. Kemajuan ini masih membutuhkan perawatan agar tetap berlanjut. Terutama untuk meningkatkan daya serap pembelajaran dan kecakapan hidup siswa,” tuturnya.

Mengobati Penyakit Guru

Hasil UN dari Peringkat 39 ke Peringkat 8

SMPN 31 Surabaya berada di pinggir Kota Surabaya arah menuju Jembatan Suramadu. Hasil ujian nasional (UN) lalu, sekolah ini berhasil menempatkan dirinya pada peringkat delapan untuk tingkat SMP/MTs Kota Surabaya. Prestasi ini bukanlah hasil kerja semalam, melainkan hasil kerja keras tak kenal lelah dari seluruh komponen sekolah.

Menurut Kepala Sekolah SMPN 31, Anwaruddin, sejak sekolahnya bermitra dengan DBE3, telah banyak perubahan. Guru yang dulunya terbiasa dengan model ceramah kini telah berubah kepada student centered. Bahkan tak jarang mereka memanfaatkan lingkungan luar kelas dan masyarakat sekitar sebagai sumber belajar.

Selain itu, guru-guru yang telah mengikuti pelatihan DBE3 diwajibkan untuk membagi pengetahuan pada kawan sejawatnya melalui forum MGMPS yang diadakan rutin seminggu sekali. Tak heran dengan perubahan tersebut membawa dampak bagi kemajuan sekolah. Murid-murid yang dulunya pasif kini sudah tak segan-segan lagi untuk mengungkapkan pendapatnya. ”Semangat mereka untuk belajar meningkat drastis,” tukas pak Anwarudin.

Kepemimpinan Partisipatif

Prestasi SMPN 31 Surabaya tak lepas dari kepemimpinan kepala sekolah, Drs. Anwaruddin, M.Si, M.Pd. Di lingkungan sekolah, pak Anwaruddin dikenal bersahaja, kalem, mudah bergaul dan enak diajak bicara. Kepala sekolah ini sangat menghargai teman bicaranya, meskipun kepada bawahan.

Kepemimpinan kepala sekolah ini disamping menerapkan pola formal juga menerapkan pola informal. Pola formal dipakai seperti pada rapat-rapat dinas. Pak Anwaruddin sering

mengumpulkan guru-guru dalam suasana informal. Dalam suasana seperti itu terasa rasa kekeluargaan terbangun, tidak canggung sehingga para guru bebas mengutarakan uneg-unegnya. Banyak ide-ide menarik untuk kemajuan sekolah datang dari forum seperti ini.

Dalam hal pembelajaran di kelas, guru diberi kebebasan untuk berkreasi sekreatif mungkin. M. Yunus, S.Pd, MM, guru IPA di SMPN 31 mengungkapkan kebanggaannya bisa dipimpin oleh Anwaruddin, karena kepemimpinan yang diterapkannya sangat mendukung guru untuk maju. Dampaknya, SMPN 31 Surabaya berhasil melompat dengan meraih peringkat 8 hasil UN 2010. Selamat untuk SMPN 31 Surabaya.

Suasana pembelajaran sehari-hari di SMPN 31 Kota Surabaya. Inzet: Pak Anwaruddin.

Guru kreatif membuat siswa optimal berkarya dan berprestasi.

Berita dari Provinsi Hal 6

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

Sumatera Utara

Keterangan foto atas:

1. Walikota, Ketua DPRD (Bapak Eka Hadi, SE) mengamati proses pembelajaran di SMPN 1 Tan-jungbalai.

2. Ketua DPRD mengamati proses uji coba yang dilakukan siswa SMPN 4 Tanjungbalai. Uji coba mengambil topik penyaringan (filtration) dengan menggunakan bahan sederhana akar pohon dan serabut kelapa.

3. Lokasi pameran pendidikan MTs YMPI tampak meriah. Hasil pembelajaran seperti produksi siswa dan media pembelajaran disusun sedemikian apik.

4. Bapak Jinjing Sinurat, guru SMPN 1 Tanjungbalai mempresentasikan perubahan yang dialaminya setelah mendapatkan pelatihan dari DBE3.

5. Dua siswa MTs YMPI mempresentasikan roket sederhana yang mereka buat. Roket ini berhasil memenangi kontes sains antar MTs se-Sumatera Utara.

1

2

3 4 5

WALIKOTA Tanjungbalai, Dr. Sutrisno Hadi, SP.OG menyambut positif ke-berhasilan DBE3 di Tanjungbalai. Dalam lokakarya yang digelar Sabtu, 26 April 2010 di Pendopo Rumah Dinas Walikota Tanjungbalai, Walikota meminta Kepala Dinas Pendidikan untuk melakukan replikasi dan diseminasi kepada sekolah non mitra DBE3. “Harus disebarluaskan,” kata Walikota.

Dukungan senada juga diungkapkan Ketua DPRD Tanjungbalai, Bapak EkaHadi, SE. Saat melihat secara langsung dampak dan perubahan di sekolah-sekolah mitra DBE3, Pak Sutrino menyampaikan apresiasinya. Menurut Pak Sutrino, praktik pem-belajaran di sekolah mitra DBE3, hampir sama dengan pratik di sekolah-sekolah mahal di Medan.” Kami siap mendukung pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” ungkap ketua DPRD.

Direktur Program DBE3, Stuart Weston yang hadir dalam lokakarya juga men-yampaikan apresiasi positif. Menurut Pak Stuart, sekolah mitra DBE3 di Tanjung-balai tidak kalah unggul dari sekolah lain yang ada di pulau Jawa.

Ketua Dewan Pendidikan Kota Tanjungbalai, Drs. H. Arifin pada saat yang ber-samaan, meminta pemerintah kota segera melakukan replikasi. Menurutnya, rep-likasi dan diseminasi dibutuhkan untuk mengurangi jarak antara sekolah mitra DBE3 dengan sekolah non mitra. “Agar jangan iri,” kata ketua Dewan Pendidikan itu.

Walikota Mendukung Replikasi dan Desiminasi

PRODUK SISWA. Cahaya Putra memberikan penjelasan tentang produk siswa yang dihasilkan siswa SMPN 1 Sumbul, Dairi, kepada siswa yang mengunjungi pameran Lokakarya Keberhasilan DBE3 di Kabupaten Dairi.

Berita dari Provinsi Hal 7

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

SEKRETARIS DAERAH Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Drs. Sanggam Hutagalung, MM dalam pembukaan lokakarya keberhasilan DBE3, meminta Dinas Pendidikan menyusun program untuk menindaklanjuti program DBE3.

Menurut Pak Hutagalung, guru-guru yang dilatih DBE3 mem-berikan manfaat bagi Taput. Lebih lanjut Pak Hutagalung meminta Dinas Pendidikan menyusun rencana kerja minimal 5 tahun untuk memaksimalkan pemanfaatan guru-guru yang dilatih DBE3 itu.

Lokakarya berlangsung pada Selasa, 4 Mei 2010 di Balai Data, Tarutung. Sepuluh sekolah mitra seantero Taput me-mamerkan perubahan praktik pembelajaran. Dalam sesi kun-jungan sekolah, Pak Hutagalung melakukan diskusi dengan siswa SMPN 1 Tarutung. Dalam diskusi itu Pak Hutagalung menanyakan tentang hasil karya siswa. Menurut siswa, karya yang ada di sekolah dibuat oleh mereka sendiri.

Dalam sesi presentasi narasumber, siswa SMPN 1 Sibo-rong-borong melakukan wawancara dengan Dekan FKIP Universitas Nommensen, DR. Tagor Pangaribuan. Wawan-cara itu berlangsung dengan menggunakan bahasa Inggris. Siswa yang diwawancarai menunjukkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris. Hal itu menunjukkan dampak posi-tif perubahan praktik pembelajaran untuk mendorong ke-percayaan diri siswa.

Lokakaya ditutup dengan harapan agar pemerintah men-yebarluaskan keberhasilan program DBE3. Demi melakukan hal tersebut, dinas pendidikan telah mengangarkan dana dalam APBD sebagai biaya replikasi dan diseminasi.

Sekda, Sanggam Hutagalung, MM bersama DR. Tagor Pangaribuan, Dekan FKIP Nommensen mengunjungi stand pameran pendidikan sekolah mitra DBE 3 di Kabupaten Tapanuli Utara.

Dana Replikasi di APBD

Lokakarya Keberhasilan DBE 3 Menuai Dukungan

LOKAKARYA keberhasilan pro-gram DBE 3 yang diselenggarakan di

kabupaten mitra Provinsi Sumatera Utara menuai banyak dukungan. Peme-

rintah dan DPRD yang menjadi bagian dalam program lokakarya tersebut

mendukung program DBE 3.

Ketua DPRD Dairi, Delphi Masdiana Ujung, SH, M.Si, berulang-ulang men-

yampaikan apresiasinya pada DBE 3 setelah melihat presentasi pak Gultom

dari SMPN 1 Sumbul Dairi yang kerap membuat inovasi pembelajaran. Pak

Gultom adalah satu narasumber yang dihadirkan DBE3 dalam lokakarya yang

diselenggarakan di Balai Budaya, Sidi-kalang (12/6).

DPRD dan Pemeritah Kabupaten berkomitmen untuk menyebarluaskan keberhasilan yang sudah dicapai DBE3.

“Jika pemerintah mengalokasikan dalam APBD, kami akan menyetujuinya,” kata

pak Dephi Ketua DPRD Dairi.

Hearing dengan DPRD Lokakarya di Binjai Senin (3/5)

dibuka secara resmi oleh Walikota Bin-jai, Ali Umri, SH. Sebagai langkah nyata dukungan pemangku kepentingan di Kota Binjai atas program DBE3, DBE3 diundang Komisi C DPRD Kota Binjai untuk melakukan dengar pendapat (hearing) (10/5) .

Dengar pendapat diikuti juga oleh dinas Pendidikan, sekolah mitra DBE3 dan utusan dari Kementerian Agama Kota Binjai. Hasilnya, komisi C san-gat mengapreasiasi dan meng-harapkan praktik-praktik baik (good practices) dapat disebarluaskan ke sekolah lain yang ada di kota Binjai. Sebagai tindaklanjut, DPRD, Diknas, Depag dan DBE3 akan duduk ber-sama untuk membahas langkah tek-nisnya.

Perubahan Praktik Pembeljaran Di Tapanuli Selatan, lokakarya

berlangsung di MAN 2 Padangsidem-puan, Tapanuli Selatan, Kamis (6/5).

Peserta diajak berkunjung ke sekolah dan mendengarkan presentasi narasum-ber.

Di sekolah, peserta lokakarya melihat secara langsung praktik pembelajaran aktif. Siswa tidak sekadar duduk berkelompok, tapi secara aktif menyam-paikan gagasannya. Guru tidak bertindak sebagai sumber pengetahuan tunggal, namun memposisikan diri sebagai fasili-tator.

Walikota Binjai melihat langsung pameran pendidikan DBE 3.

Jawa Barat-Banten

Hal 8 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

“LIHAT! Luar biasa. Siswa yang sudah mengerti duluan, langsung mengajari siswa lain yang belum mengerti. Ini proses peer teaching yang mengasyik-kan.” Demikian seru

Mrs. Alberts saat melihat siswa SMPN 8 Kota Bogor tengah belajar Matematika. Ia merasa kagum dengan cara siswa belajar aktif dan bahkan saling-mengajari satu sama lain.

Dr. Bruce Alberts dan isteri, staf khusus pemerintah AS bidang ilmu pengetahuan, berkunjung ke SMPN 8 Kota Bogor (17/05). Mereka bersama rombongan menyaksikan langsung proses belajar-mengajar di sekolah mitra DBE3 ini. Mereka secara khusus menyaksikan pembelajaran IPA dan Matematika, ruang laboratorium ICT, dan pajangan karya siswa.

“Ini pasti sedang belajar mengukur getaran ya,” ujar Mr. Alberts ketika memasuki ruang kelas IPA-Fisika. Saat itu tampak para siswa sedang menggunakan bandul sebagai media belajar. Pada setiap kelompok, salah seorang siswa naik kursi dan memegang tali bandul untuk kemudian diayunkan. Siswa lain mengamati ayunan bandul dan mencatat data amatannya.

Di kelas IPA-biologi, keduanya mengajukan sejumlah

pertanyaan kepada siswa yang tengah melakukan percobaan fotosintesis. Siswa dengan percaya diri menjelaskan proses eksperimen yang mereka lakukan. “Kami mengamati gas yang terbentuk sebagai hasil fotosintesis. Kami juga memperhatikan 3 faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis,” jelas salah seorang siswa. Para siswa juga tampak berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan dalam Lembar Kerja sejalan dengan hasil pengamatan masing-masing.

Selain menghargai karya siswa yang terpajang di setiap kelas, Mr. dan Mrs. Alberts juga menyatakan kekagumannya pada SMPN 8 tentang ‘Dinding Pengetahuan.’ Pak Alberts yang juga seorang doktor dalam bidang rekayasa genetika ini, merasa salut dengan inisiatif SMPN 8 untuk memanfaatkan tembok sekolah sebagai sumber belajar. Memang, pada tembok-tembok sekolah ini terpajang rumus-rumus IPA, Matematika, dan berbagai istilah keilmuan. Ter-masuk di salah satu tembok terpampang proses ilmiah mengenai rekayasa genetika berupa kloning, suatu hal yang tentu saja amat menarik bagi Mr. dan Mrs. Alberts, yang seorang ahli genetika.

dengan Pembelajaran di SMPN 8 Bogor

Utusan Gedung Putih Terkesan

Seorang siswa sedang mengajari siswa lain cara mengukur luas sudut segitiga melalui potongan kertas segitiga.

Dr. dan Mrs. Alberts saat mengamati proses pembelajaran di SMPN 8 Bogor.

Showcase DBE3 di Garut

Inspirasi Kebangkitan Dunia Belajar

TEPAT di Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2010, Garut menyelenggarakan Showcase DBE3, sebagai tindak lanjut dari pelatihan sebelumnya. Pada acara ini mereka juga menggelar lokakarya, kunjungan sekolah, dan pameran karya siswa dan guru. Lokakarya menampilkan siswa, guru, kepala sekolah, dan pelatih sebagai pembicara. Kunjungan dilakukan ke SMPN 5 dan MTs Al-Rahmah. Pameran melibatkan sepuluh stand yang menyajikan karya siswa dan guru, serta model lingkungan belajar di sepuluh sekolah mitra DBE3 di Garut. Showcase diselenggarakan sebagai upaya mendorong guru/peserta pelatihan untuk menerapkan hasil pelatihan.

Stand setiap sekolah tampak begitu semarak dengan karya-karya pilihan. Ini merupakan bukti bahwa sekolah mitra DBE3 bekerja keras mengaplikasikan pembelajaran aktif. Pengunjung pameran tampak antusias menyimak sajian pameran dari satu stand ke stand lainnya. Sejumlah siswa tengah asyik membaca Mitra Didaktika dan Inovasi Pendidikan.

Hal 9 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

SELAMA ini karya siswa masih tertumpuk di meja dan lemari di ruang guru. Hasil karya tidak tertata dan tidak bermanfaat. Atas dasar itulah saya melirik sebuah gudang. Gudang itu dicat dan ditata sedemikian rupa menjadi ruang belajar sekaligus ruang media belajar. Saya harus keluarkan kocek sendiri yang cukup lumayan untuk memperbaikinya. Semua itu tiada lain kecuali betul-betul ingin memotivasi para siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan merasa bangga dengan hasil karya yang dibuatnya.

Saya melakukan modifikasi ruang gudang itu menjadi ruang kelas bahasa inggris. Ternyata para siswa sangat senang dan lebih antusias belajar di ruang yang baru dan tampak tertarik. Mereka merasa bangga dengan hasil karyanya yang terpajang.

Hal ini menjadi motivasi bagi guru-guru mata pelajaran lain. Mereka terus

mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien sehingga

dapat menghasilkan karya siswa yang lebih bervariasi. Kami mengintegrasikan

TIK kedalam pembelajaran mapel lain. Siswa tidak saja dapat menemukan

gagasannya sendiri dan menghasilkan karya, tapi juga dapat menggunakan

komputer sebagai media untuk membuat hasil karyanya.

Ternyata eksperimen pengembangan media ini menjadi

pemicu motivasi belajar siswa. Kami merasa beruntung mendapat bantuan

laboratorium komputer dari USAID. Ini merupakan sebuah laboratorium komputer kelas dunia. Kami bertekad

memanfaatkannya untuk proses belajar yang bermutu.

Menyulap Gudang untuk Belajar Aktif

Pengalaman Istikomah Salamah, Guru MTs Al-Ahliyyah

Gudang yang disulap Ibu Salamah berhasil membuat siswa belajar aktif, memanfaatkan TIK, dan dipenuhi pajangan karya siswa.

Husnul Khotimah Guru SMPN 2 Balongan, Indramayu

Mendorong Siswa Belajar Menulis Komik Berbahasa Inggris

SKENARIO diawali guru membacakan contoh percakapan yang menggunakan ungkapan meminta, menerima, menolak jasa, dan meminta/memberi persetujuan. Siswa meniru dan mengulang percakapan tersebut. Siswa menerima gambar sebagai LK. Melalui gambar, siswa membuat percakapan dengan menggunakan ungkapan meminta, menerima, menolak jasa secara berkelompok. Siswa juga menulis ungkapan persetujuan dan ketidaksetujuan

dalam bentuk dialog pendek secara berkelompok. Meski secara grammar masih banyak kekeliruan, mereka berani menuliskan gagasan ceritanya dalam bentuk komik sederhana (lihat gambar). Lalu, guru menilainya dari segi isi dan struktur bahasa.

Hal 10 Berita dari Provinsi

Jawa Tengah

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

Alat distilasi dibuat dengan bahan sebagai berikut :

• Teakblok (60 x 45 x 1,5) cm atau statif

• Balok kayu ukuran (45 x 20 x 2) cm yang dihubungkan dengan teablok A dengan cara dipaku

• Sandal karet untuk prop (sumbat/tutup)

• Botol plastik 600 ml bekas wadah minuman suplemen dilubangi 4 buah pada kedua ujungnya

• Botol plastik 600 ml bekas wadah minuman dipotong, ujung atas seba-gai corong (dilubangi tutupnya), ujung bawah sebagi tempat distilat

• Dua potong selang plastik 5/16" masing-masing 80 cm

• Botol bekas wadah sirup / tabung CDR sebagai labu didih

• Lem bakar

• Pembakar spiritus, dibuat dari bekas

botol sirup/tinta yang diberi sumbu.

TAK ada rotan akar pun jadi, begitu kira-kira pepatah yang digunakan oleh Suyatno,S.Pd, guru IPA dan siswa kelas IX SMP 2 Karanggede Kabupaten Boyolali. Alat-alat distilasi yang tidak tersedia di laboratorium tidak menyurutkan langkah untuk belajar mengenai pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia. Dis-tilasi digunakan untuk memisahkan campuran berdasarkan titik didih.

Pak Suyatno memulai pelajaran hari itu dengan melakukan brainstorming tentang proses pemisahan campuran yang terjadi sehari-hari kemudian melakukan modelling bagaimana merangkai alat distilasi. Dipandu dengan lembar kerja siswa secara berkelompok mengerjakan proyek membuat alat distilasi sederhana (bahan-bahan telah disiapkan siswa dari rumah) dan mempraktikan penyulingan minyak atsiri dari bunganya.

Selain menggunakan bunga Atsiri, para siswa juga menggunakan bahan-bahan lain seperti pandan, bunga mawar, bunga melati. Distilat yang dihasilkan bisa diman-faatkan sebagai pengharum atau essens untuk membuat lilin aroma terapi. Group 1 kelas 9A mengingatkan bahwa sebelum alat digunakan harus diperiksa untuk me-mastikan tidak ada kebocoran dan usahakan selang jangan sampai menyiku ketika proses penyulingan sedang dilakukan.

Berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat alat tersebut? Menurut pak Suyatno untuk membuat distilasi tersebut tidak dibutuhkan dana yang besar. Per-satu alat biayanya sekitar Rp 9.000. Hasil praktikum yang pertama ekstrak yang di-hasilkan masih sebatas digunakan untuk pengharum biasa. Harapannya, ke depan siswa bisa mengembangkan penyulingan dengan menggunakan berbagai variasi bahan yang mempunyai nilai ekonomis.

Alat Distilasi ala SMPN 2 Karanggede

Tiap anggota kelompok bekerjasama untuk mengambil ekstrak dari beberapa bunga antara lain atsiri, mawar, dan kenanga.

Keterangan Foto: (1) Siswa mengguna-kan teablock untuk merangkaikan alat

dan bahan. (2) Hasil karya siswa yang dirangkai dengan

menggunakan statif

1 2

“BAGI saya rugi jika program replikasi DBE3 tidak diambil. Bayangkan kontribusi besar yang diberikan DBE3 tidak mudah didapatkan oleh madrasah. Karena itu saya tak segan memerintahkan KKMTs (KKMTs 1,2,3) agar segera memproses replikasi itu untuk semua MTs se kabupaten Jepara. Ini penting karena saya menyadari bahwa program sertifikasi itu tidak hanya sekedar pemenuhan formalitas, lebih substansial adalah mutu pembelajaran dari guru itu sendiri. Kami harapkan ini dapat dikuatkan oleh DBE3”

Kalimat di atas dicuplik dari pernyataan Kasi Mapenda Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara Drs. Ali Ari-fin, dalam satu sesi pertemuan dengan pimpinan KKMTs (Kelompok Kerja Madrasah Tsanawiyah) di kantornya.

Pertemuan dengan Kasi Mependa dihadiri oleh Ketua KKMTs 01 Drs. Ali Musyafak (Kepala MTsN Bawu Jepara), Ketua KKMTs 02 KH. Zubaidi (Pimpinan MTs. Matholiul Huda Bugel), dan Ketua KKMTs 03, Drs. H. Khamdi (Kepala MTsN Keling), membicarakan tentang program replikasi DBE3. Pembicaraan berjalan singkat dan ketiga ketua KKMTs sepakat untuk replikasi yang kemudian digelar secara berun-tun mulai bulan September 2009 hingga Januari 2010.

Jumlah peserta yang berpartisipasi dalam replikasi train-ing ini KKMTs Kabupaten Jepara sebanyak 394 guru berasal dari 88 MTs se Kabupaten Jepara (Lihat Tabel). Partisipasi ini menjangkau seluruh guru MTs dari 6 mata pelajaran (bhs. Inggris, Matematika, Bhs. Indonesia, IPA, IPS, dan PKN).

Gairah Replikasi KKMTs Kab. Jepara

Hal 11 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

LEMBAR kerja (LK) merupakan ‘roh’ dari sebuah pembelajaran. Ter-nyata dengan lembar kerja dapat men-dorong siswa untuk mengeksplorasi ide-ide mereka dan berinovasi. Tidak hanya membuat tujuan pembelajaran tercapai tetapai juga sebagai senjata ampuh untuk membuat siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran menjadikannya bermakna.

Seperti yang guru implementasikan pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Kompetensi Dasar Menyampai-kan persetujuan, sanggahan, dan pe-nolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan.

Guru memulai pelajaran dengan me-lakukan curah pendapat dengan siswa secara lisan tentang proses suatu diskusi/debat yang pernah mereka lihat baik di lingkungan ataupun di televisi. Kemudian, secara berkelompok siswa mendiskusikan lembar kerja dengan tema diskusi yang berbeda tiap kelom-pok. Dalam satu kelompok dipilih

ketua/moderator yang memimpin diskusi. Hasil diskusi dalam kelompok dituangkan dalam kertas plano ke-mudian dipresentasikan di depan kelas dengan dipimpin oleh moderator dan meminta pendapat ataupun sanggahan dari kelompok lain.

Dengan jurus 3K dalam membuat lembar kerja yaitu, ketepatan stimulus,

ketepatan tema dan ketepatan ilustrasi hasil positif dapat dipetik selama proses pembelajaran, antara lain:

• Dengan jumlah kelas ‘besar’ siswa mudah dikondisikan

• Siswa mudah berkonsentrasi

• Siswa memposisikan diri sebagai diri mereka sendiri, bukan sosok ideal menurut bayangan mereka

• Siswa aktif dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat mereka

• Siswa mampu menghormati proses diskusi dan pendapat orang lain

• Siswa berkeinginan untuk menerap-kan hasil diskusi dalam kehidupan mereka

Berdasarkan hasil yang telah dicapai, guru terdorong untuk selalu menyusun lembar kerja yang akan selalu dinantikan siswa.

Siti Musyarofah, Guru MTsN Kudus.

Menjadikan LK yang Dinantikan Siswa

LEMBAR KERJA KELOMPOK KD 10.1. Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai bukti/ alasan ilustrasi. SAAT PARA MUSLIMAH BERGAYA Saat ini perkembangan fashion melaju dengan pesatnya. Terutama untuk para remaja. Entah sadar atau tidak, banyak para remaja yang berpakaian tidak lagi sesuai dengan tuntunan Islam. Misalnya saja ada seorang remaja putri yang memakai jilbab tetapi berbaju dan bercelana ketat. Ada juga para remaja laki-laki yang memakai celana di bawah pinggang sehingga sering menampakkan celana dalam dan perutnya. Kemukakan pendapatmu tentang ilustrasi di atas disertai dengan alasan yang logis!

Bu Siti Musyarofah dan tim Bahasa Indonesia memfasilitasi diskusi siswa di dalam kelas yang biasa memanfaatkan LK.

Kerja Kelompok Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Menulis

MENULIS belum menjadi budaya dan minat bagi siswa MTs NU Al Hidayah Kudus, terutama menulis dalam bahasa Inggris. Penyebabnya, pertama siswa tidak terbiasa menulis, kedua, siswa kurang biasa mengungkapkan ide-ide mereka, dan ketiga, terbatasnya vocabulary dalam bahasa Inggris yang dimiliki. Untuk mengatasinya, Sri Hartatik, S.Pd guru bahasa Inggris MTs NU Al Hidayah mencoba menggunakan pembe-lajaran yang mendorong siswa bekerjasama dalam kelompok pada materi descriptive text untuk kelas 7 semester 2.

Pelajaran diawali dengan memberikan quiz tebak gambar dan orang dalam bahasa Inggris, guru memberikan ciri-ciri fisik dari sebuah gambar dan juga anggota kelas. Dalam kelompok, siswa berusaha menebak siapakah yang dimaksud dengan ciri-ciri tersebut, dan diminta untuk menjodohkan

ciri-ciri fisik seseorang dengan gambar yang sesuai. Setelah menguasai beberapa vocabulary yang berhubungan dengan ciri-ciri fisik tiap kelompok diberi gambar untuk membuat teks deskriptif. Setiap siswa dalam kelompok dipandu ketua kelompoknya untuk memberikan ide berupa kalimat yang berhubungan dengan gambar secara bergiliran. Kemudian dilanjutkan dengan kunjung karya ke kelompok lain. Kegiatan yang terakhir secara individu siswa diminta untuk membuat teks deskriptif dengan tema my mother.

Menggunakan pembelajaran secara berkelompok guru melihat ada peningkatan dalam kemampuan dan keberanian siswa dalam mengembangkan ide-ide, dan adanya ketergan-tungan yang positif antar siswa dalam menyelesaikan setiap lembar kerja yang diberikan.

Berita dari Provinsi Hal 12

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

AWALNYA saya berpikir bahwa yang paling penting dalam mengajar adalah persiapan mengajar, lebih-lebih saya mengajar kelas secara pararel se-hingga hal yang sama bisa diterapkan di semua kelas. Ternyata apa yang terjadi dalam pembelajaran tidak selalu sesuai dengan skenario yang telah direncana-kan, dan tentu saja guru tidak ingin hal yang sama terjadi di kelas lain. Itulah awal saya menyadari betapa pentingnya menulis jurnal refleksi di setiap akhir pelajaran.

Menulis refleksi membuat guru bisa mendokumentasikan dan bercerita ten-tang proses pembelajaran, mengungkap-kan perasaan dan pikiran tentang pem-belajaran, melakukan evaluasi kekuran-gan dan kelebihan, dan akhirnya bisa memperbaiki perencanaan pembelajaran berikutnya.

Seperti pengalaman ketika pembela-jaran bahasa Indonesia dengan KD “Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cer-pen” ternyata pada saat diterapkan di kelas pertama ternyata ada beberapa kendala yang tidak sesuai dengan ren-

cana seperti manajemen waktu yang tidak terpenuhi.

Berkaca pada pengala-man pertama itu guru dapat meminimalisir hambatan di kelas berikutnya. Bisa dika-takan bahwa jurnal refleksi menyempurnakan kualitas pembelajaran di kelas.

Tidak hanya refleksi guru, refleksi siswa tentang apa yang telah mereka pela-jari dan rasakan ketika bela-jar juga menjadi salah satu amunisi bagi guru dalam merancang pembelajaran selanjutnya yang lebih baik. Hanya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana guru dapat men-dorong siswa untuk menulis dengan jujur bukan semata-mata yang penting guru senang.

Demam penulisan PTK sedang melanda di kalangan teman-teman guru,. Kadang kita kesulitan untuk menentukan tema yang akan diangkat. Jurnal refleksi dapat dijadikan embrio bahan pembua-tan PTK. Caranya dengan membaca dan mencermati jurnal refleksi, terutama

untuk menemukan masalah yang terjadi dalam pembelajaran.

Jurnal refleksi juga memberikan ber-kah bagi saya. Berkat merefleksi pembe-lajaran dan menuliskannya dalam jurnal, saya berhasil menjadi juara 2 Lomba Kreativitas Guru tingkat Kabupaten Boyolali melalui mendongeng dengan wayang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Dra. Eda Sukawati,

Guru Bahasa Indonesia SMPN 2 Musuk

Jurnal Refleksi = Modal Guru Profesional

KETIKA masih kecil, mungkin kita familiar dengan ‘othok-othok’. Mainan terbuat dari bambu dengan tongkat yang di-dorong dan menghasilkan bunyi ‘thok-othok-othok-othok’. Ber-nostalgia kembali kemasa kecil, Mujiati,S.Pd guru IPA MTs NU Hasyim Asyari menggunakan mainan itu sebagai media untuk memahami bentuk dan perubahan energi.

Bu Mujiati, begitu para siswa memanggil beliau, mengawali pelajaran dengan menunjukan sebuah mobil-mobilan dan

menjalankanya, ‘apa yang terjadi dengan mobil?’ Tanya guru kepada siswa untuk menggali pemahaman mereka tentang perubahan energi pada mobil-mobilan. Dengan aktif siswa mengemukakan pendapatnya, meskipun ada beberapa yang melenceng dari yang diharapkan. Untuk lebih memahami kon-sep perubahan energy, Bu Mujiati mengajak siswa untuk membuat ‘othok-othok’ dan melakukan pengamatan peruba-han energy yang terjadi.

Setelah membagi kelompok dan lembar kerja, guru menunjukan bahan dan alat yang sudah dipersiapkan siswa dari rumah, yaitu, bambu, kaleng bekas, karton bekas, karet gelang, bendrat, sandal jepit bekas dan potongan seng, martil, gunting, pisau dan spidol. Semua bahan yang digunakan adalah barang bekas yang mudah didapatkan.

Dengan panduan lembar kerja, siswa merangkai alat dan bahan yang tersedia menjadi sebuah othok-othok, kemudian melakukan pengamatan perubahan energi yang terjadi ketika mainan ini digerakkan. Selama diskusi berlangsung, guru berkeliling membantu siswa menyelesaikan tugas. Dari hasil presentasi kelompok dibantu guru mereka menyimpulkan bahwa perubahan energi yang terjadi antara lain energi gerak menjadi energi bunyi. Diakhir pelajaran Bu Mujiati memberi-kan penguatan tentang perubahan energi. Para siswa terlihat puas dengan hasil karyanya, ”Wah ternyata mainan bisa juga dijadikan media belajar yang asyik,” ujar salah satu siswa.

Asyik Mengamati Perubahan Energi dengan ‘Othok-Othok’

Dalam kelompok siswa mengamati perubahan energi.

Rabu, 2 September 2009.

Hari ini kegiatan pembelajaran

dengan KD ”Menemukan tema,

latar, dan penokohan pada cerpen-

cerpen dalam satu kumpulan

cerpen di kelas IXA berjalan dengan

bagus. Pembelajaran diawali dengan

menyanyikan pantun yang isinya

sesuai dengtan tujuan pembelajaran.

Siswa menjadi semangat. Tahapan

pembelajaran sudah dilaksanakan

secara baik, dari apersepsi sampai

dengan tindak lanjut.

Siswa bekerja kelompok. Siswa

dibagi dalam tiga kelompok besar

yang terdiri atas 10 s.d 12 orang.

Tiap kelompok dibagi lagi menjadi

kelompok kecil terdiri atas 3 s.d 4

orang untuk mendiskusikan tugas

yang berbeda. Hasil kerja kelompok

kecil secara role table didiskusikan

dalam kelompok besar untuk

selanjutnya disusun menjadi laporan

hasil kerja kelompok. Siswa aktif

dan kreatif. Tiap-tiap kelompok

kecil berusaha secapat mungkin

menyelesaikan tugas. Semua

kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya di depan kelas dengan

sangat baik dan bersemangat.

Ada beberapa hal yang saya

rasa masih kurang yaitu pengaturan

waktu, pengaturan perabot kelas,

beberapa siswa masih bingung saat

mengerjakan tigas sehingga saya

harus memberikan petunjuk yang

perlu dilakukan siswa saat diskusi

berlangsung.

Kebingungan siswa membuat

kelompoknya bekerja agak

terlambat, padahal waktu yang

disediakan dibatasi. Ini yang

membuat saya tidak bisa mengatur

waktu dengan baik. Akibatnya jarak

waktu antara role table dengan

penempelan hasil diskusi terlalu

cepat. Ini diulakukan agar

pembelajaran selesai sesuai dengan

waktu yang disediakan.

Ada satu meja yang tidak

termanfaatkan. Ini terjadi karena

pembentukan kelompok terlalu

besar sementara meja dan kursi

terlalu berat untuk diangkat.

Sebagian siswa bingung karena ada

beberapa petunjuk yang lupa tidak

saya sampaikan dan saya tidak

memberi batasan waktu untuk tiap

tugas yang dilakukan siswa.

Untuk kegiatan yang akan

datang, saya perlu lebih cermat lagi

dalam mengatur waktu. Hal ini

dapat saya lakukan dengan cara

mencatat waktu yang dipergunakan

untuk tiap tahap pembelajaran

secara cermat.

Berkaitan dengan penataan

ruang, saya akan meminjam ruang

yang lebih luas dengan tempat

duduk yang mudah untuk dipindah.

Petunjuk diskusi secara terinci dan

jelas harus saya sampaikan sebelum

siswa berdiskusi.

Contoh Jurnal Refleksi Guru

Hal 13 Berita dari Provinsi

Jawa Timur

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

SMPN 1 Merakurak Songsong Era Baru Pembelajaran dengan TIK

SEJAK fasilitas komputer dan internet di SMPN 1 Merakurak Kabupaten Tuban semakin lengkap, dan didukung

cara belajar yang bervariasi, pelajaran TIK menjadi semakin mengasyikkan dan menyenangkan. Begitu bel berbunyi tanda

pergantian pelajaran, siswa siswi segera bergegas menuju Laboratorium Komputer yang sudah dilengkapi dengan akses

internet.

Pada pelajaran TIK di sekolah ini siswa tidak hanya belajar

mengoperasikan komputer dan menggunakan program-

program yang ada dalam komputer, mereka juga belajar memanfaatkan teknologi lainnya seperti internet, perangkat

LCD, dan printer. Untuk keperluan ini, sebelumnya para guru TIK SMPN 1 telah mengikuti pelatihan Toolkit Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Kehidupan, Pembelajaran,

dan Pekerjaan yang diselenggarakan DBE3.

Beberapa kegiatan siswa yang dilakukan dengan bantuan

komputer (internet) yaitu mencari informasi pendukung

mengenai pembuatan kompos dalam mata pelajaran IPA dan Pendidikan Lingkungan Hidup, membuat puisi, dan menyusun

jadwal kegiatan sehari-hari mereka dengan menggunakan program power point. Hasil-hasil ini kemudian dipresentasikan

dengan bantuan LCD. Siswa juga dapat mencetak hasil karyanya dengan printer kemudian memajangnya di papan pajangan di kelas atau disimpan dalam portofolio mereka.

Linla Dona Triaji Swasto siswa kelas 9 mengatakan, “Kami sangat senang mengikuti pembelajaran TIK, karena kami mendapat pengetahuan yang sangat banyak dan penting dari internet yang ada di sekolah, serta mampu menguasai perangkat teknologi lain seperti printer dan LCD.”

Siswa SMPN 1 Merakurak Kabupaten Tuban sedang di laborato-rium Komputer mengikuti pembelajaran mapel yang mengintegrasi-kan TIK ke dalamnya. Pembelajaran mapel seperti ini telah mem-buat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan siswa.

Berkat DBE3, Saya Berhasil Menulis Buku. Dedik Kurniawan, Guru MTs Nurul Huda Kabupaten Sidoarjo

SETAHUN lalu, saya mengikuti pelatihan ‘Membuat Website Sekolah’ yang diadakan DBE3 di Skomtec Surabaya. Jujur saja, pada saat mengikuti pelatihan itu saya belum mahir membuat website, apalagi menulis buku. Namun, pelatihan dua hari tersebut benar-benar membuka wawasan saya dalam menciptakan dan mengembangkan website sekolah. Terbukti, selang beberapa hari setelah pelatihan, website MTs Nurul Huda yang mempunyai alamat www.mtsnurul huda.com telah terpampang di internet.

Sejak saat itulah, saya berusaha merangkum dan menulis-kan semua pengalaman tentang cara pembuatan website yang menarik dan profesional, kemudian mengirimkan tulisan saya tersebut ke PT. Elexmedia Jakarta. Alhamdulillah, setelah me-lalui beberapa proses yang sangat rumit, akhirnya tulisan pertama saya diterima dan diterbitkan pada bulan Juli 2009.

Terinspirasi dari pelatihan yang diadakan DBE3, saya juga sering membuat pelatihan yang ditujukan untuk siswa-siswi MTs Nurul Huda. Pelatihan tersebut diantaranya adalah pelatihan Facebook, pelatihan Twitter, pelatihan membuat Blog dan pelatihan membuat Website.

DBE3 telah berhasil meningkatkan mutu dan kualitas para guru di MTs Nurul Huda, terutama saya. Sekarang saya telah menjadi penulis tetap di PT. Elex Media Komputindo, Gramedia Group Jakarta. Saya berhasil menulis 12 buku bertema komputer yang bisa diperoleh di seluruh toko buku terkemuka. Beberapa judul buku saya antara lain, The Master Of 3 (Joomla, Wordpress, AuraCMS), 60 Freeware Terbaik, Jurus Terbaik Menyelamatkan Data, Keajaiban Blogger, Su-permarket Online Super Oke, Teknik Mengamankan Data dan Sistem Komputer, Ramuan Sakti Pemusnah Virus, Kupas Tuntas Bisnis Online, Membangun Sekolah Online, dan lain-

nya. Sekali lagi, terima kasih DBE3.

Buku-buku hasil tulisan saya yang telah beredar di pasaran.

Hal 14 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

SEBAGAI bangsa yang besar, Indonesia memiliki berba-gai produk seni budaya yang bervariasi. Namun saat ini makin banyak generasi muda yang tidak menunjukkan minat

Belajar Bahasa Inggris dengan Media Wayang Kertas

Wayang kertas hasil karya siswa SMP Muhammadiyah 5 Tu-langan Kabupaten Sidoarjo. Media ini digunakan oleh para siswa untuk belajar Bahasa Inggris.

yang besar terhadap budayanya. Mereka cenderung memilih produk-produk yang berasal dari luar negeri.

Kenyataan ini disadari oleh Supriyanto, guru Bahasa Inggris SMP Muhammadiyah 5 Tulangan Sidoarjo. Untuk membuat siswanya lebih mencintai budaya tanah air, dirinya mengkombinasikan seni tradisi ke dalam sebuah pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelasnya, siswa diajak untuk mengenal wayang yang dimainkan dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Kegiatan ini memiliki kompetensi dasar membaca dan menuliskan teks fungsional. Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan membagikan teks kepada para siswa. Setelah semua siswa membaca teks yang telah dibagikan, mereka melakukan role play dengan media wayang kertas yang telah mereka siapkan.

Mengenai penggunaan wayang sebagi media pembelajaran ini, Supriyanto mempunyai alasan tersendiri. Selain untuk menumbuhkan kecintaan di kalangan siswa terhadap budaya Indonesia, penggunaan wayang juga dimaksudkan untuk menyampaikan pesan, termasuk pesan pembelajaran. Lalu apa sebenarnya isi dari teks yang dibaca oleh para siswa? Isi teks yang dibaca oleh para siswa adalah tentang pelestarian kebudayaan milik bangsa Indonesia, yang ironisnya kini banyak diklaim kepemilikannya oleh bangsa lain.

BANYAK cara yang bisa dilakukan untuk mengungkapkan perasaan. Ada yang mengungkapkannya langsung dengan perkataan dan ada pula yang mengungkapkannya melalui tulisan. Salah satu cara mengungkapkan perasaan melalui tulisan adalah dengan menuliskannya ke dalam larik-larik puisi. Hal itu yang coba dikenalkan oleh Nur Lailatul Inayah, guru Bahasa Indonesia MTsN Pohjentrek Pasuruan, kepada para siswa di kelasnya.

Meski sekolah terletak jauh dari hiruk pikuk perkotaan, semangat siswa dan guru-guru untuk melaksanakan pembelajaran yang bermakna tumbuh cukup tinggi. Pada suatu kegiatan pembelajaran, para siswa diajak untuk mengagumi keindahan alam dan menuangkannya melalui untaian kata-kata berbentuk puisi.

Guru menggunakan kalender bekas yang memuat gambar-gambar keindahan alam sebagai sumber pembelajarannya. Penggunaan kalender bekas ini bukannya tanpa sebab. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa menggali inspirasi dalam menciptakan karya.

Keleluasaan diberikan kepada para siswa dalam mengerjakan tugas tersebut. Siswa boleh mengerjakan tugasnya di dalam maupun di luar kelas. Dengan cukup antusias siswa segera melaksanakan tugas tersebut. Rangkaian kata-kata pun mengalir cukup lancar dari ujung pena para siswa. ”Kami senang dengan pelajaran kali ini, karena bisa mengekspresikan rasa syukur kami pada Tuhan melalui puisi,” ujar salah seorang siswa saat ditanya kesannya tentang pembelajaran yang baru saja mereka ikuti.

Mensyukuri Anugerah Ilahi melalui Puisi

Suasana pembelajaran Bahasa Indonesia saat murid mendapat tugas untuk membuat puisi yang bertemakan keindahan alam.

Hal 15 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs

Edisi 07/ Agustus 2010

Pembelajaran IPS yang Menyenangkan dengan Aneka Permainan

BELAJAR IPS bagi sebagian siswa kelas 9 SMP sering terasa membosankan, apalagi kalau gurunya tidak pandai membawa suasana pembelajaran yang menarik.

Untuk itu Alfiyah, S.Pd, guru IPS SMPN 15 Kota Sura-baya, mencoba menerapkan pembelajaran yang menarik den-gan melibatkan seluruh siswa untuk menciptakan permainan dalam pembelajaran IPS pada materi negara-negara Asia Tenggara.

Pertama, kelas dibentuk menjadi 6 kelompok. Setiap ang-gota kelompok membuat pertanyaan, disertai kunci jawa-bannya pada kertas yang berbeda. Pertanyaan tersebut ha-ruslah tentang keadaan negara-negara di kawasan Asia Teng-gara. Kemudian seluruh anggota kelompok menyusun ben-tuk permainan dari pertanyaan dan jawaban tersebut. Tern-yata hasilnya luar biasa.

Ada beberapa jenis permainan tercipta selama proses itu, seperti Kartu Catur Asia Tenggara dari kelas 9 A, Mo-nopoli Asia Tenggara dari kelas 9 B, UlarTangga karya kelas 9 C dan Permainan Asah Otak dari kelas 9 D.

Saat mereka memainkan permainan tersebut, mereka melakukannya dengan antusias, aktif, responsif dan sportif. Bila tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, mereka akan diberi sanksi/hukuman, dengan cara menyanyi atau me-lakukan hal lainnya yang telah disepakati bersama.

Ternyata jika diberi kesempatan dan didampingi secara intensif, siswa dapat menciptakan sesuatu yang luar biasa.

Keterangan No. 1: Permainan Monopoli Asia Tenggara No. 2: Permainan Asah Otak Asia Tenggara

1

2

Kunjungan Margaret Sancho, Direktur Kantor Pendidikan USAID INDONESIA

Manfaatkan SDM Lokal untuk Tingkatkan Mutu Pendidikan

DIREKTUR Kantor Pendidikan USAID INDONESIA, Margaret Sancho, mengunjungi DBE Jawa Timur pada 26-27 Mei 2010. Maksud kedatangannya untuk mengenal lebih dekat tim kerja DBE123 sekaligus mempelajari sistem pendidikan dasar di Indonesia dengan mengunjungi kegiatan manajemen berbasis sekolah, pembelajaran aktif, penguatan kapasitas pemerintah kabupaten/provinsi, kerjasama dengan universitas dan peran lembaga peningkatan mutu pendidikan.

Di Kabupaten Sidoarjo, dengan didampingi oleh Jalu Cahyanto sebagai Education Specialist USAID INDONESIA dan Stuart Weston selaku Chief of Party DBE3, Margaret Sancho melihat proses pembelajaran di MTs Nurul Huda yang telah melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif hasil pendampingan DBE3. Selain itu beliau melakukan dialog dengan perwakilan Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo, komite sekolah, guru, dan perwakilan orangtua untuk mendapatkan masukan berkaitan dengan program USAID di masa mendatang.

Hal penting yang disampaikan oleh Margaret Sancho pada saat dialog adalah keinginannya untuk tetap melanjutkan program USAID dengan memanfaatkan sumberdaya dan mitra yang telah ada dan terlatih baik. Selain mengunjungi MTs Nurul Huda, Margaret Sancho juga mengunjungi TK Dharmawanita, dan MI Khoirul Huda pada pagi harinya.

Direktur Kantor Pendidikan USAID INDONESIA Margaret Sancho mendapatkan penjelasan dari Riza Jatur Rahmah, siswa MTs Nurul Huda Kabupaten Sidoarjo, tentang profil sekolah tersebut.

Berita dari Provinsi Hal 16

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

MANFAAT YANG DIRASAKAN

Pemetaan Kompetensi, Asthma Abduh, S.Pd, M.Pd, guru bahasa Indonesia SMPN 2 Palopo: Saya memahami makna dasar dari setiap pernyataan kompetensi, mendapatkan gambaran hubungan antara SK dan KD, mendapatkan gambaran menyeluruh tentang bangun kompetensi yang akan dicapai dalam satu semester. Saya dapat menentukan tema atau unit yang menjadi payung bahasan kompetensi dan menjadi draf untuk menyusun silabus.

RPP, Amran Muhyiddin, guru SMPN 4 Pinrang: Saya membuat silabus berdasarkan hasil telaah kurikulum, kemudian RPP saya buat sesuai silabus. RPP mencamtumkan uraian kegiatan dengan rincian waktu, metode mengajar bervariasi, LK buatan sendiri, dilengkapi dengan rubrik penilaian yang lebih terukur, di akhir pembelajaran ada refleksi pembelajaran oleh siswa. Kemudian saya mengevaluasi diri dengan membuat jurnal refleksi guru.

Lembar Kerja Siswa, Hj. Sumiati, guru IPA SMPN 1 Liliriaja, Soppeng: Saya membuat LK dengan pertanyaan singkat namun memacu siswa berfikir kritis dan kreatif, mengandung informasi berdasarkan konsep, aspek kompetensi yang saya akan kembangkan bersama siswa. Saya memberikan fleksibilitas kepada siswa gunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Media Pembelajaran Hasrida Halimung, S.Ag. Guru MTsN Model Palopo: Materi yang saya ajarkan lebih jelas, pembelajaran berlangsung lebih menarik dan konkrit. Saya dapat mengatasi keterbatasan ruang sehingga tercipta suasana yang lebih kontekstual.

Jurnal Refleksi, Asma Abduh, S.Pd, M.Pd, guru bahasa Indonesia SMPN 2 Palopo: Melalui jurnal refleksi saya mengevaluasi diri apakah pembelajaran yang saya lakukan bermakna bagi siswa? Bagaimana saya melakukannya? Masalah apa yang dihadapi? Bagaimana saya menyelesaikannya?

Rubrik Penilaian Sumitro, S.Pd, guru Matematika SMPN 1 Pangkajene, Sidrap: Dengan rubrik penilaian yang terukur, saya lebih fokus mengelola pembelajaran sesuai kriteria yang harus dipenuhi oleh siswa; Saya lebih mudah menetapkan standar kelulusan dan ketuntasan, serta melakukan remidial.

Mulai Direktur COP DBE3, siswa, guru, sampai pemerintah daerah terlibat aktif dalam kegiatan distric showcase.

LIMA puluh sekolah mitra dan tiga non mitra DBE3 di kabupaten pengembangan menggelar Pameran Daerah (District Showcase) dalam bulan Mei dan Juni. Event ini berturut-turut berlangsung pada tanggal 12, 17, 22, dan 24 Mei di Palopo, Pinrang, Soppeng, Sidrap serta 1 Juni di Makassar. Pada kegiatan ini kepala sekolah, guru, dan siswa menunjukkan kemajuan penerapan Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual di sekolahnya. Melalui presentasi, pemutaran film pembelajaran aktif, dan pameran hasil karya siswa, mereka membagi praktik-praktik pembelajaran dan pengalaman terbaiknya kepada stakeholder pendidikan daerah yang hadir, meliputi guru dan kepala sekolah

non mitra, pengawas, dinas pendidikan, kementerian agama, DPRD komisi pendidikan, dewan pendidikan, Bappeda, bupati, dan walikota.

Tentu saja praktik pembelajaran terbaik yang mereka sebarluaskan bukanlah satu-satunya yang terbaik. Tapi, dengan menunjukkan hasil keikutsertaanya dari program DBE3, mereka mengajak sekolah yang lain untuk berpikir lalu berbuat yang terbaik buat siswa-siswanya. Peserta yang berkunjung ke kelas-kelas sekolah mitra, meyimak presentasi guru, siswa, kepala sekolah dan fasilitator daerah serta pengunjung pameran karya siswa dapat memperoleh sudut pendang baru tentang pembelajaran aktif. Meninggalkan tradisi-tradisi

pembelajaran yang tidak mengembangkan kecakapan hidup siswa. Lalu menggantikannya dengan cara pembelajaran yang menghidupkan gairah belajar dan kreativitas siswa.

Kegiatan ini membuka ruang bagi guru, kepala sekolah, dan pelatih daerah menyebarluaskan pengalamannya. Khususnya 7 langkah yang ditempuh untuk mendukung kualitas profesionalismenya, yakni: 1) Pemetaan Kompetensi 2) Pembuatan RPP yang baik 3) Pembuatan Lembar Kerja/ Lembar Tugas yang membantu siswa berpikir kritis 4) Media Pembelajaran yang relevan 5) Rubrik Penilaian yang terukur 6) Pembuatan dan Penilaian karya siswa serta 7) Jurnal Refleksi Guru.

7 Langkah Menjadi guru Profesional Pengalaman yang Dibagi Lewat District Showcase

Sulawesi Selatan

Hal 17 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

BERBEDAKAH kondisi sebelum dan sesudah ikut pelatihan Pembelajaran Bermakna? Pertanyaan ini dijawab jelas oleh Amran Muhyiddin, guru IPA SMPN 4 Pinrang. Presentasinya

pada kegiatan lokakarya keberhasilan DBE 3 sangat singkat namun mengajak pengunjung showcase memaknai perbedaan yang ia terapkan. Berikut adalah pokok paparannya.

Belajar dari Perbedaan

Keterangan Foto: (1 dan 2) Refleksi siswa berisi kemampuan apa yang telah siswa pelajari dan perasaan siswa sewaktu belajar (3) siswa bertugas menjelaskan hasil karyanya kepada pengunjung pameran pendidikan di Kabupaten Soppeng.

• Urutan KD disesuaikan dengan urutan dalam kurikulum (tidak ada pemetaan KD)

• Silabus & RPP dicopy paste tanpa melihat situasi kondisi sekolah

• Tidak ada rincian waktu setiap uraian kegiatan

• Metode mengajar dengan ceramah saja

• LK dicopy dari buku LK yang dijual penerbit

• Minus ide pembelajaran

• Tidak memakai rubrik penilaian yang terukur

• Guru tidak perlu membuat Jurnal refleksi

• Siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan

• Siswa mencatat

• Siswa mengerjakan LK berbentuk isian atau menjawab pertanyaan Ya atau Tidak

• Tidak merancang LK yang mendorong untuk berkarya

• Memakai sumber belajar terbatas, hanya buku paket

• Tidak memberi siswa kesempatan menilai PBM

• Belum menata bentuk bangku-meja untuk kelas aktif

• Belum kembangkan sumber belajar di luar kelas

• Tidak ada pajangan karya siswa

• Karya siswa berbentuk catatan PR

• Kurang memberikan apresiasi hasil karya

• Urutan KD disesuaikan dg pemetaan KD dari hasil telaah kurikulum (ada pemetaan KD)

• Silabus dibuat berdasarkan hasil telaah kurikulum & RPP. Dibuat sendiri dan disesuaikan denga silabus & kondisi sekolah

• Setiap uraian kegiatan ada rincian alokasi waktu

• Metode mengajar bervariasi baik di dalam atau diluar kelas

• LK dibuat sendiri oleh guru

• Menerapkan ide pembelajaran yang mendukung tujuan

• Ada rubrik penilaian

• Membuat Jurnal Refleksi guru

• Memfasilitasi siswa bekerja kelompok

• Siswa mengerjakan LK yang menantang

• Memfasilitasi siswa menghasilkan karya

• Memfasilitasi siswa mendiskusikan hasil karyanya

• Menggunakan sumber belajar kontekstual dan terjangkau

• Melibatkan siswa merefleksi PBM dan hasil yang dicapai

• Bentuk bangku dan meja untuk belajar kelompok (tidak paten berbanjar)

• Memperkaya sumber belajar, di dalam dan luar kelas

• Menjadikan hasil karya siswa sebagai sumber belajar baru

• Karya siswa yang dipajangkan bervariasi, seperti: laporan percobaan, pengamatan dan kinerja, poster, alat peraga sederhana

• Selalu menghargai hasil karya dan kreatifitas siswa

PRA PELATIHAN PASCA PELATIHAN

PERANGKAT PEMBELAJARAN

PERBANDINGAN RPP

KEGIATAN PEMBELAJARAN

LINGKUNGAN SEKOLAH

1 2 3

Berita dari Provinsi Hal 18

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

MELALUI kegiatan merancang taman bermain dalam pembelajaran matematika, ternyata siswa dapat mencapai kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Hal itu telah dibuktikan Hurriyah, S.Pd guru Matematika SMPN YP-PGRI Makassar

Untuk mencapai kompetensi ini, pertama siswa secara berkelompok diberi tugas untuk merancang sebuah

taman bermain dengan beberapa fasilitas yang bentuknya merupakan bangun bangun segiempat yang telah ditentukan ukurannya. Siswa bebas menuangkan gagasan-gagasan mereka untuk menata bangun-bangun tersebut menjadi sebuah taman bermain yang menyenangkan. Setelah itu siswa diminta untuk membuat rencana biaya yang dibutuhkan untuk membuat taman tersebut menjadi lebih sejuk dengan menghitung banyak pohon, tanaman bunga dan rumput yang diperlukan untuk taman tersebut.

Pada lembar kerja digambarkan bahwa taman yang dirancang tersebut akan ditanami pohon pada sekeliling taman, tanaman bunga pada sekeliling beberapa fasilitas dan diluar semua fasilitas akan ditanami rumput. Disinilah konsep menghitung keliling dan luas bangun segiempat itu digunakan.

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat untuk merangsang siswa berpikir tingkat tinggi menjadi kekuatan pembelajaran ini. Siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas segi empat.

Dengan pembelajaran ini siswa memperoleh pengalaman bahwa apa

yang mereka pelajari bukan sekedar menghapal rumus dan hanya menghitung keliling dan luas bangun persegi, persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium, tapi mereka dapat menerapkan dalam kehidupan nyata.

Merancang Taman Bermain untuk Menemukan Keliling dan Luas Segi Empat

Siswa bekerja kelompok yang difasilitasi guru

Media sebagai clue siswa bekerja.

Lembar kerja yang dibuat guru mendorong siswa berpikir kritis.

• Sebelum guru kami menerapkan cara pembelajaran aktif:

• Kami jarang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat

• Guru lebih banyak bercerita atau memaparkan materi

• Diarahkan belajar atau mengerjakan tugas secara individu

• Tidak penting kami membuat hasil karya

• Guru tidak pernah memberi penghargaan atas hasil karya kami

• Sesudah kami mengikuti pembelajaran aktif:

• Kami bebas aktif berpendapat, berdiskusi, dan menemukan informasi sendiri

• Belajar dengan cara berkelompok.

• Berlomba menghasilkan karya yang terbaik

• Kaya dengan beragam kegiatan belajar

• Kami diberitahu keunggulan dan kelemahan karya kami

• Guru aktif mendampingi kami sampai akhir

• Kami senang, makin percaya diri, dan makin cinta belajar

Risma Reskananga, siswa Kelas VIII SMPN 1 Tellulimpoe Sidrap

mampu memukau undangan dan pengunjung showcase lewat

paparan kesaksian pembelajaran yang dialami.

Mengisahkan pembelajaran di sekolahnya, dirinya

membandingkan masa sebelum dan sekarang tentang model

mengajar guru-gurunya. Sangat percaya diri ia menganalisa lalu

menilai metode pembelajaran yang terapkan gurunya. Berikut ini seperti yang dipresentasikan.

Saat Siswa Menilai Guru

Praktik yang Baik Hal 19

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 07/ Agustus 2010

Mari Menghitung Tinggi Heny Kurnia, S.Pd, SMPN 4 Tanjungbalai

POTONGAN kayu bisa membantu belajar matematika. Saya meminta siswa membawa pegangan (gagang) sapu yang tak terpakai. Jika tidak ada, ranting kayu lurus bisa sebagai gantinya. Panjang kayu tidak boleh lebih dari 200 cm, agar siswa tidak kerepotan membawanya. Sedangkan media pendukung lainnya, seperti alat ukur dan alat penggali tanah, semua tersedia di sekolah.

Saya mengatakan bahwa kita mampu menghitung tinggi suatu bangunan tanpa memanjat bagunan tersebut. Saya ajak siswa keluar kelas.

Selama empat puluh menit, siswa diminta melakukan langkah-langkah pada lembaran kerja. Siswa menancapkan dua kayu yang berbeda ukuran berdekatan. Masing-masing kayu mempunyai bayangan. Siswa mengukur panjang kedua bayangan kayu. Dari sana mereka diminta untuk membuat rumus perbandingan.

Setelah itu, selama 20 menit siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok. Setelah presentasi kelompok selesai, saya memberikan penguatan kepada siswa selama lima menit. Saya kembali mempertegas metode penghitungan tinggi. Selanjutnya siswa diminta untuk membuat kesimpulan sendiri dan menuliskan jurnal refleksi.

Proses pembelajaran berjalan lancar dan tepat waktu. Saya terkejut ketika siswa mengaku dapat menghitung tiang dan bangunan tinggi yang ada di di lingkungan mereka. Buktinya, sekarang mereka bisa menghitung tinggi tiang bendera sekolah.

DUA potong kayu diletakkan sejajar ke-mudian siswa menghitung tinggi kayu dan panjang bayangan yang muncul di tanah. Kemudian siswa menghitung tinggi suatu bargeman dengan menggunakan rumus perbandingan.

“Mengapa kamu lebih senang duduk di dekat koperasi yang ada pepohonan ketimbang duduk-duduk di sekitar lapangan?” tanya Bu Lili mengawali proses pembelajaran IPA di kelas VIII, SMPN 8, Bogor-Jawa Barat. Siswa lalu mengutarakan alasan masing-masing secara bervariasi. Guru menggiring mereka sehingga ada yang beralasan “karena ada tumbuhan yang menghasilkan oksigen.”

“Apa manfaat oksigen bagi tubuh kita?” tanya Bu Dwi. sebagai guru ‘team teaching’ Ibu Lili. Siswa pun menyampaikan penjelasan beragam. Bu Dwi lalu menjelaskan tujuan belajar: “Kalian sudah mempelajari bahwa untuk memperoleh makanan, tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Hari ini kita akan membahas apa yang dihasilkan oleh tumbuhan saat fotosintesis selain makanan.”

Siswa secara berkelompok (4 orang) melakukan percobaan fotosintesis dengan merangkai perangkat percobaan masing-masing. Mereka mengamati gas yang terbentuk sebagai hasil fotosintesis. Mereka juga memperhatikan 3 faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Mereka berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan LK sejalan dengan hasil pengamatan. Guru berkeliling dari kelompok ke kelompok untuk membimbing siswa dan mengajukan beberapa pertanyaan.

Setiap kelompok menyusun laporan percobaan yang meliputi tujuan eksperimen, alat/bahan, cara kerja, hasil pengamatan dan analisis data, dan kesimpulan. Laporan ditulis di atas kertas plano untuk kemudian dipajang di dinding kelas. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian. Pada saat presentasi itu, perangkat percobaan dipertunjukkan juga. Usai presentasi, guru dan siswa mencoba menarik kesimpulan hasil percobaan tersebut.

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan berkinerja terbaik. Siswa lalu dianjurkan untuk melakukan percobaan masing-masing di rumahnya agar bisa lebih memahami faktor-faktor lain dalam fotosintesis.

Melalui Percobaan Fotosintesis, Siswa Amati Nutrisi dan Transformasi Energi

Siswa bekerjasama melakukan percobaan fotosintesis, men-gamati nutrisi dan transformasi energi.

Penyebaran Praktik yang Baik Salah satu tujuan penting dari newsletter ini adalah untuk mendokumentasikan praktik yang baik khususnya di ting-kat sekolah baik dalam manajemen sekolah maupun dalam pembelajaran. Dengan cara ini kami mengharapkan pembaca akan terinspirasi untuk meniru praktik-praktik tersebut di sekolah mereka sendiri. Pada halaman ini diceritakan dua contoh pembelajaran yang baik dari Tan-jung Balai Sumatera Utara dan Bogor, Jawa Barat.

DBE3 telah memberikan komputer laptop kepada sebagian

sekolah mitra DBE3 untuk menunjang pengembangan pemanfaatan

TIK di SMP dan MTs. Harapan program DBE3 adalah bahwa

komputer dan alat TIK lainnya dipakai untuk menunjang

pembelajaran semua mata pelajaran di kelas tidak hanya

untuk mata pelajaran TIK. Sebagai contoh siswa bisa menulis

cerita atau laporan dengan menggunakan Microsoft Word. Hasil

diskusi kelompok dapat di presentasikan dengan menggunakan

Powerpoint dan Infokus. Siswa dapat mencari informasi di internet.

Berarti alat TIK digunakan untuk menunjang pembelajaran.

Dengan demikian, pemanfaatan lab. komputer di sekolah menjadi

lebih optimal.

Mei 2010, para guru di sekolah mitra DBE3 mendapat

pelatihan integrasi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)

dalam pembelajaran. Mereka berdiskusi merancang dan

mempraktikkan pembelajaran ber-TIK untuk membuat belajar

menjadi lebih efisien dan efektif. Guru mapel yang dilibatkan

adalah guru IPA, IPS, MAT, B. IND, B. ING, serta guru TIK.

Setelah merancang perencanaan pembelajaran yang

mengintegrasikan TIK, peserta melakukan praktik pembelajaran di

sekolah. Polanya dengan mengkolaborasikan guru mapel dan TIK

sehingga memberikan model secara langsung integrasi guru mapel

dan TIK saat menerapkannya di sekolah masing-masing.

Seorang peserta guru TIK berkomentar: “Tugas saya menjadi

ringan karena siwa didorong memanfaatkan ilmu TIK sewaktu

belajar mapel lain”.

Selepas pelatihan, mereka diproyeksikan untuk menjadi

fasilitator bagi guru di daerahnya, melalui forum MGMP,

memanfaatkan TIK pada mapel di daerahnya.

Integrasi TIK dalam Pembelajaran Mapel

Atas: Fasilitator daerah yang mengikuti pelatihan asyik mengamati siswa belajar dengan menggunakan komputer.

Bawah: Dengan menggunakan laptop, siswa tampak sedang asyik bekerjasama mengerjakan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA.

Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktik-praktik yang baik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda

ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke [email protected].

Teknologi Informasi Hal 20

Dubes AS, Cameron Hume Resmikan Lab Komputer di Karawang

“Saya kira, satu sekolah tak cukup mengubah satu

bangsa. Tapi setidaknya dengan akses internet, para siswa bisa

ter-hubung dengan dunia luar dan itu akan memperluas cara

pandangnya tentang dunia luas,” ujar Duta Besar Amerika

Serikat untuk Indonesia Cameron Hume, saat meresmikan

laboratorium TIK di MTs Al-Ahliyah, Karawang, Jawa Barat,

pada tgl. 26 Juli 2010.

Hume menjelaskan laboratorium TIK ini terwujud melalui

proses kemitraan. "Kita dapat mencapai sesuatu yang lebih

baik apabila kita lakukan dengan bermitra, dari pada bila kita

mengerjakannya seorang diri," tandasnya. Lab ini hasil

kemitraan pemerintah AS yang membangun gedung dengan

swasta yang menyediakan komputer dan alat-alat lainnya.

Wakil Mendiknas, Fasli Jalal, mengingatkan memang

teknologi informasi, seperti komputer dan internet, memiliki

dampak buruk. Tapi, positifnya jelas sangat besar. Sisi positif

TIK adalah sebagai alat dalam mengontrol perkembangan

teknologi. Maka, ia berpesan pada semua guru untuk

memaksimalkan sisi positifnya dan meredam sisi negatifnya.

Dr. Fasli Jalal, Wakil Menteri Pendidikan dan Duta Besar AS, Cameron Hume mengamati siswa MTs Al Ahliya bekerja di lab komputer baru