no. 10 inovasi pendidikan mei 2011 media komunikasi smp dan … · berita dari provinsi hal 15...

20
Sekolah yang Berhasil KOMITMEN stakeholders sekolah mitra DBE3 dalam melakukan perubahan, telah dapat dilihat dan dirasakan langsung dam- paknya dalam pembelajaran. Berita tentang keberhasilan sekolah/madrasah mitra DBE3 menjadi sajian utama yang diulas dalam berita utama maupun berita dari provinsi. Pada hala- man 10 dan 11 dapat dilihat keberhasilan sekolah/madrasah mitra maupun nonmitra yang mereplikasi program DBE3, dalam showcase yang digelar di lima provinsi mitra. No. 10 Mei 2011 Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs DF (Distrik Fasilitator) memiliki peran penting dalam keberhasilan pelatihan BTL dan pendampingan penerapannya di sekolah. Para DF yang terdiri dari para guru, kepala sekolah, dan pengawas selama ini aktif membantu dan mendampingi sekolah dalam implementasi BTL. Program DBE3 yang akan berakhir pada tahun ini membuat banyak sekolah/madrasah nonmitra yang mengajukan diri untuk mendapatkan replikasi. Bahkan ada kabupaten/kota yang seluruh SMPnya berinisiatif dengan dana mandiri melakukan replikasi BTL. Paket pelatihan yang dikembangkan DBE3 yang dapat dimanfaatkan sekolah/daerah dengan pendampingan DF adalah Pelatihan BTL 1, 2, 3 dan 4, Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran, Penelitan Tindakan Kelas, BTL untuk Pengawas, dan Paket Pelatihan bagi Kepala Sekolah untuk Mendukung Keberhasilan Pembelajaran. Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net DF Siap Dampingi Replikasi BTL Kolegialitas Pengawas dan Guru untuk Keberhasilan Pembelajaran PELATIHAN pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna (BTL) untuk pengawas yang dilaksanakan DBE3 di lima provinsi mitra (Maret-April 2011), berhasil membangun komitmen para pengawas dalam membangun kolegialitas dengan guru. Pelatihan ini sekaligus memadukan kemampuan pengawas dan guru dalam menerap- kan BTL. Dalam melaksanakan tugasnya pengawas berkolaborasi secara kolegial men- dampingi guru untuk memaksimalkan keberhasilan pembelajaran di kelas. Pada kegiatan kunjungan kelas, tampak hubungan yang cair antara pengawas dan guru. Dalam kegiatan persiapan pembelajaran, pengawas menjadi teman diskusi guru untuk menguatkan perencanaan. Pengawas juga terlibat aktif dalam memfasilitasi proses pembelajaran, tanpa mengurangi peran guru atau menurunkan wibawa penga- was. Pasca pembelajaran, secara bersama mereka mengavaluasi keberhasilan dan kelemahan yang terjadi untuk ditindaklanjuti. Berita lainnya disajikan pada halaman 2. Pelatihan BTL untuk Pengawas membuat kehadiran pengawas sangat dinantikan oleh guru. Pada kegiatan praktik kunjungan kelas, para pengawas mulai kegiatan persia- pan, pelaksanaan pembelajaran, sampai pasca pembelajaran, mereka berkolabolasi untuk mencapai keberhasilan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. DF dan guru yang didampingi berdiskusi mengevaluasi keberhasilan dan kekurangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Mempercepat perubahan di kelas adalah salah satu tugas penting DF.

Upload: dangnguyet

Post on 31-Jul-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Sekolah yang Berhasil KOMITMEN stakeholders sekolah mitra

DBE3 dalam melakukan perubahan, telah dapat dilihat dan dirasakan langsung dam-paknya dalam pembelajaran. Berita tentang keberhasilan sekolah/madrasah mitra DBE3 menjadi sajian utama yang diulas dalam berita utama maupun berita dari provinsi. Pada hala-man 10 dan 11 dapat dilihat keberhasilan sekolah/madrasah mitra maupun nonmitra yang mereplikasi program DBE3, dalam showcase yang digelar di lima provinsi mitra.

No. 10 Mei 2011

Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs

DF (Distrik Fasilitator) memiliki peran penting dalam keberhasilan pelatihan BTL dan pendampingan penerapannya di sekolah. Para DF yang terdiri dari para guru, kepala sekolah, dan pengawas selama ini aktif membantu dan mendampingi sekolah dalam implementasi BTL. Program DBE3 yang akan berakhir pada tahun ini membuat banyak sekolah/madrasah nonmitra yang mengajukan diri untuk mendapatkan replikasi. Bahkan ada kabupaten/kota yang seluruh SMPnya berinisiatif dengan dana mandiri

melakukan replikasi BTL. Paket pelatihan yang dikembangkan

DBE3 yang dapat dimanfaatkan sekolah/daerah dengan pendampingan DF adalah Pelatihan BTL 1, 2, 3 dan 4, Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran, Penelitan Tindakan Kelas, BTL untuk Pengawas, dan Paket Pelatihan bagi Kepala Sekolah untuk Mendukung

Keberhasilan Pembelajaran.

Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net

DF Siap Dampingi Replikasi BTL

Kolegialitas Pengawas dan Guru untuk Keberhasilan Pembelajaran

PELATIHAN pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna (BTL) untuk pengawas yang dilaksanakan DBE3 di lima provinsi mitra (Maret-April 2011), berhasil membangun komitmen para pengawas dalam membangun kolegialitas dengan guru. Pelatihan ini sekaligus memadukan kemampuan pengawas dan guru dalam menerap-kan BTL. Dalam melaksanakan tugasnya pengawas berkolaborasi secara kolegial men-dampingi guru untuk memaksimalkan keberhasilan pembelajaran di kelas.

Pada kegiatan kunjungan kelas, tampak hubungan yang cair antara pengawas dan guru. Dalam kegiatan persiapan pembelajaran, pengawas menjadi teman diskusi guru untuk menguatkan perencanaan. Pengawas juga terlibat aktif dalam memfasilitasi proses pembelajaran, tanpa mengurangi peran guru atau menurunkan wibawa penga-was. Pasca pembelajaran, secara bersama mereka mengavaluasi keberhasilan dan kelemahan yang terjadi untuk ditindaklanjuti. Berita lainnya disajikan pada halaman 2.

Pelatihan BTL untuk Pengawas membuat kehadiran pengawas sangat dinantikan oleh guru. Pada kegiatan praktik kunjungan kelas, para pengawas mulai kegiatan persia-pan, pelaksanaan pembelajaran, sampai pasca pembelajaran, mereka berkolabolasi untuk mencapai keberhasilan dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

DF dan guru yang didampingi berdiskusi mengevaluasi keberhasilan dan kekurangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Mempercepat perubahan di kelas adalah salah satu tugas penting DF.

Page 2: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 14

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Pengawas sekolah merupakan mitra strategis bagi sekolah

dalam peningkatan mutu, teru-tama dalam mendampingi guru agar mampu menerapkan hasil pelatihan di kelas. Untuk itu, DBE3 mengembangkan paket

pelatihan untuk pengawas seko-lah. Paket ini dirancang khusus

untuk kepentingan pelatihan pen-gawas sekolah dan diberi nama yang sama dengan paket pelati-

han untuk guru yaitu “Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna”. Seluruh pengawas kabupaten dan provinsi mitra

DBE3 dilatih secara khusus untuk mendampingi keberhasilan

pembelajaran di kelas. Berikut adalah foto rangkaian pelatihan yang dilaksanakan di enam provinsi mitra DBE3.

Paket Pelatihan BTL untuk Pengawas

Keterangan Foto:

1 dan 2. Pengawas sekolah di Sumatera Utara dan Banten tampak serius bekerjasama di kelompoknya melakukan hal yang biasa dila-kukan guru, mulai membuat pemetaan kuri-kum, membuat lembar kerja, mempraktikkan proses belajar kooperatif, membuat rubrik penilaian, sampai menulis refleksi pelatihan.

3. Saat melakukan kunjungan sekolah, penga-was dan guru di Jawa Tengah tampak cair saat berdiskusi tentang persiapan mengajar.

4. Drs Rustam pengawas sekolah dari Deli Serdang dan Drs Edhison Panggabean ikut mengecek kelengkapan school kit yang diguna-kan guru IPS sebagai media pembelajaran untuk topik perekonomian di SMPN 2 Lubuk Pakam Deli Serdang.

5. Siswa di Sulawesi Selatan tidak canggung bertanya dan berkomunikasi dengan penga-was yang mendampingi guru pada PBM.

6. Drs. Ulil Azmi pengawas dari Kota Tebing Tinggi ikut bersama siswa mencari binatang dalam praktik IPA untuk topik ekosistem di MTs N Lubuk Pakam Deli Serdang Sumut.6.

7. Salma, S.Pd guru SMP YP PGRI Makasar tengah berbagi dengan Drs. Murtala penga-was Kabupaten Pangkep tentang masalah pembelajaran yang dihadapinya di kelas.

8. Untuk menindaklanjuti hasil pelatihan, para pengawas dan DC DBE3 Jawa Timur menyu-sun sinkronisasi program rencana pendamp-ingan pengawas kepada guru, yang juga akan melibatkan distrik fasilitator.

3

1

2

1

4

6

5

Page 3: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Hal 15 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Pelatihan BTL untuk Pengawas

BERIKUT adalah isu dalam paket pelatihan BTL untuk pengawas. Relevansi Program DBE3 dengan Permendiknas No. 41/2007 tentang Standar Proses Unit ini membahas sejauhmana relevansi program DBE3 dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jurnal Reflektif Pada unit ini peserta akan diperkenalkan pada jurnal reflek-tif, yaitu suatu catatan reflektif guru tentang mengajarnya. Telaah Kurikulum Peserta diperkenalkan pada bagaimana isi kurikulum (kompetensi-kompetensi mata pelajaran) dipetakan, dikelompokkan, dan ‘diikat’ dengan suatu tema agar pembe-lajaran menjadi kontekstual dan efisien. Pertanyaan Tingkat Tinggi dan Lembar Kerja Peserta dilatih bagaimana merumuskan pertanyaan tingkat tinggi dilanjutkan dengan merancang lembar kerja dimana pertanyaan tersebut sebagai salah satu komponen lembar kerja itu. Pembelajaran Kooperatif Peserta diperkenalkan pada cara bagaimana mengaktifkan semua anggota kelompok ketika mereka berkerja dalam

Apa Saja Materi yang Dilatihkan?

kelompok. Penilaian Untuk menjadikan penilaian guru terhadap hasil belajar siswa seob-jektif mungkin, pada unit ini peserta akan diperkenalkan pada penilaian dengan menggunakan rubrik penilaian. Kunjungan Sekolah ”Melihat Baru Percaya” (Seeing is beliving) itulah pesan yang ingin disampaiakn dengan kegiatan kun-jungan sekolah pada unit ini. Pe-serta akan mengunjungi sekolah yang telah menerapkan program

DBE3. Peserta diharapkan dapat melihat indikator-indikator penerapan program DBE3 terwujud di sekolah. Pendampingan Para guru yang telah dilatih/ditatar memerlukan pendamp-ingan dari pengawas/fasilitator lain sehingga mereka memiliki keberanian dalam menerapkan hasil-hasil pelati-han. Pada unit ini peserta akan diperkenalkan pada bagai-mana melakukan pendampingan yang memberikan seman-gat kepada guru untuk melakukan pembaharuan. Mendorong Perubahan yang Berkesinambungan Peserta diperkenalkan pada cara mendorong guru dan kepala sekolah agar melakukan pembaharuan secara terus menerus di sekolah.

Pengawas sekolah mempresentasikan pemetaan kurikulum kreasinya.

SETELAH dilatih, para penga-was extension district di Jawa Tengah (Kudus, Boyolali, Grobogan, Karan-ganyar, Purworejo) langsung mengimplementasikan di sekolah mitra. Bahkan, para pengawas langsung berinisiatif mendampingi sekolah replikasi. “BTL sangat tepat untuk diterapkan untuk semua sekolah, karenanya kami sepakat untuk mendampingi penerapan BTL di semua sekolah dampingan kami,” tukas Drs. Sunarto,M.Pd Koordinator pengawas sekolah Kabupaten Boyolali.

Hanya saja, pada saat melakukan implementasi di sekolah replikasi ternyata komitmen tersebut terbentur dengan kenyataan banyak kepala sekolah yang baru diangkkat sehingga belum mengenal BTL. Untuk itu, DBE3 Jawa Tengah berinisiatif akan melaksanakan pelatihan kepada semua kepala sekolah replikasi dan kepala se-kolah mitra yang baru tentang BTL dengan menggunakan modul pengawas yang dimodifikasi. Dengan demikian, semua pengawas bisa mengimplementasikan tidak hanya di sekolah mitra saja.

Usai Dilatih, Pengawas Jateng Fasilitasi Sekolah

8

7

Dr. Nuning pengawas dari Boyolali sedang mendampingi kepala sekolah.

Page 4: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita Utama Hal 4

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

MTsN Model Pasirsukarayat Inisiatif Gelar Showcase

MTsN Model Pasir Sukarayat, Rangkasbitung, Lebak, Banten membuktikan dampak positif DBE3 di madrasahnya. Mereka berinisiatif mengadakan Showcase Sekolah pada tanggal 23 Maret 2011. Event ini mengusung nama DBE3 dan Unjuk Hasil Prestasi MTsN.

Showcase sekolah tersebut berisi kegiatan pemajangan hasil karya siswa dan guru di seluruh kelas dan presentasi kepala madrasah dan guru-guru yang telah dilatih oleh DBE3 mengenai keberhasilan dan hambatan yang dialami selama ini.

Temuan hasil kreativitas guru dan siswa juga menyemarakkan pameran, seperti Neraca Pegas dengan bahan dasar karet dan kardus yang menghasilkan ukuran yang sesuai dengan Neraca Pegas pabrikan, pembuatan Jam Air menggunakan

bahan-bahan yang terjangkau dan menentukan lingkaran dengan kulit jeruk.

Drumband madrasah juga ikut memeriahkan acara. Meski hujan turun cukup deras, showcase yang lumayan menggebrak ini tetap berjalan meriah. MTsN Model memamerkan seluruh good practices. Acara ini dikunjungi oleh para guru dan murid sekolah di sekitarnya. Kepala sekolah SMPN 2 yang ikut mengunjungi acara showcase tersebut sangat mendukung acara ini.

Sebagai bukti keefektifan paket BTL3, event ini menjadi ajang pemenuhan tagihan-tagihan pasca training BTL3 di Lebak. “Sekitar 95% dari 6 tagihan BTL3 dapat dilihat keberhasilannya di madrasah ini secara lengkap,” kata Abdus Subhan dan Nurlaelati DF Lebak. Showcase ini menggunakan dana mandiri madrasah.

Berbagai karya siswa yang dipamerkan pada acara showcase.

KABAR gembira diterima dari Kabupaten Tuban. MTsN Rengel, salah satu sekolah mitra DBE3 di kabupaten ini mendapatkan pencapaian yang luar biasa berkait prestasinya di bidang pembelajaran. Pada akreditasi yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah, madrasah ini mendapatkan nilai akumulatif 97. Sebuah angka yang mendekati sempurna. Sungguh luar biasa. Bahkan pada item Standar Proses dan Standar Penilaian Pendidikan, nilai yang didapat oleh madrasah ini adalah

sempurna alias 100. Menurut Kasi Mapenda Kantor Kemenag Kabupaten

Tuban Drs.H.M Badar, M.Ag yang pada saat penilaian dilakukan masih menjabat sebagai kepala madrasah, bahwa kontribusi DBE3 terhadap pencapaian prestasi ini amatlah besar, terutama pada item Standar Proses dan Standar Penilaian Pendidikan. Pada dua item ini, hal yang dinilai diantaranya adalah kelengkapan mengajar termasuk silabus, RPP, media pembelajaran, proses pembelajaran hingga hasil akhirnya berupa nilai ulangan dan nilai ujian sangat meningkat dibanding sebelumnya. “DBE3 telah membawa pe-rubahan yang luar biasa di madrasah ini.

Sejak bermi-tra dengan DBE3, seman-gat guru-guru untuk terus melakukan ino-vasi pembela-jaran di kelas

meningkat tajam. Akibatnya semangat belajar siswa juga-meningkat sehingga hal ini tentu saja berpengaruh pada prestasi sekolah yang juga ikut meningkat,” ujarnya.

Atmosfir pembelajaran di MTsN Rengel membudayakan peran aktif siswa dengan difasilitasi secara penuh oleh madrasah.

Hasil akreditasi MTsN Rengel.

Standar Proses dan Standar Penilaian Akreditasi MTsN Rengel Sempurna

Page 5: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Berita dari Provinsi Hal 5

Sumatera Utara

Jika tersesat dan malu bertanya, cari saja peta maka Anda akan

menemukan jalan keluar. Berikut catatan Pengalaman Mengajar

Darmian Samosir, S.Pd, Guru IPS SMPN 1 Sidikalang, Dairi, Sumut. BAGI saya peta bukan sekadar

gambar yang dilengkapi informasi. Peta adalah petunjuk penting yang bermanfaat bagi kehidupan. Jika peta dipelajari dengan serius, pengetahuan itu bisa bermanfaat di masa depan bagi siswa.

Saya mencoba mengajarkan kompetensi dasar (KD) 4.1 menggunakan peta, atlas dan globe untuk mendapatkan informasi ruang, dengan cara lain. Jika selama ini saya meminta siswa untuk mengambar peta dengan meniru dari gambar yang sudah ada. Tapi kali ini saya meminta siswa memetakan lingkungan sekitar mereka. Saya mengampuh KD ini dalam empat pertemuan berbeda.

Memetakan Rumah Teman

Saya melempar pertanyaan kepada siswa,”dapatkan kamu memetakan rumah temanmu, padahal kamu belum pernah mengunjunginya?” Siswa menggeleng tanda tidak mampu. Kemudian saya memotivasi siswa bahwa hari ini mereka bisa memetakan peta rumah teman-teman mereka.

Saya meminta siswa menggambarkan rute dari rumah mereka ke sekolah. Dalam mengambar rute, saya meminta

Memetakan Kelas, Memetakan Dunia

mereka mengingat gedung atau tanda-tanda penting yang mereka lalui setiap harinya. Gedung dan tanda-tanda penting ini harus mereka masukkan ke dalam rute. Siswa bekerja secara perorangan. Rute yang mereka gambar membantu siswa mengenali lokasi tinggal temannya. Beberapa siswa baru menyadari betapa dekatnya rumah tinggal mereka.

Setelah itu saya menerangkan kepada siswa tentang perbedaan peta, atlas dan globe. Kemudian saya menambahkan informasi tentang jenis, bentuk dan penggunaan peta.

Syarat Pembuatan Peta Pada pertemuan berikutanya, saya

mengajak siswa mengenali syarat pembuatan peta. Saya menantang siswa dengan dua pertanyaan: 1) mengapa peta menggunakan warna tertentu selalu menggunakan warna tertentu seperti hijau, kuning, coklat dan biru?, dan 2) mengapa pula setiap peta harus menggunakan skala, tapi angkanya berbeda-beda?

Setelah itu, saya memberikan informasi tentang materi yang dipelajari. Bahwa warna mewakili informasi tertentu. Misalnya warna hijau, biasa menginformasikan tentang hutan. Sedangkan angka memberikan informasi perbesaran dan perkecilan.

Kemudian saya meminta siswa melakukan kerja kelompok. Mereka saya minta menghitung jarak sesungguhnya antar kota M –Q, yang pada skala peta berjarak 12,5 cm dengan skala 1: 3.500.000.

Peta juga dapat diperbesar dan diperkecil. Proses ini dilakukan sesuai kebutuhan. Kemudian saya menunjukkan kepada siswa cara memperbesar dan memperkecil sebuah peta. Setelah itu siswa diminta melakukan hal yang sama.

Memetakan Kelas

Pada pertemuan terakhir untuk KD yang saya ampuh, saya meminta siswa memetakan kelas mereka. Langkah pertama, saya meminta siswa mengukur ruangan dan benda-benda yang ada di dalamnya (seperti kursi, meja, jendela dll). Setelah itu, siswa mengambar ulang kelas dalam kertas sekala dengan ukuran yang ditentukan.

Dalam proses mengukur siswa bekerja secara berkelompok. Namun dalam proses mengambar siswa bekerja secara perorangan. Andreas P. Sirait, siswa kelas VII mengaku senang dengan proses itu. Andreas mengaku mengerti fungsi peta, proses pembuatan dan memanfatkannya.”Saya tahu kini kegunaan peta itu,” kata Andreas.

Seluruh siswa tampak aktif bekerjasama berbagi tugas dalam praktik memetakan kelas dalam pembelajaran IPS.

Hasil karya siswa memetakan kelas..

Page 6: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 6

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Mencari Sejarah Hindu dan Budha Lewat Puzzle Hindu dan Budha adalah bagian

sejarah Indonesia. Dua agama tua ini sudah ada sebelum Indonesia

merdeka. Keduanya tidak saja meninggalkan jejak sejarah tetapi

juga kebudayaan yang memperkaya Indonesia.

KAMIS (27/4) saya mengampuh

KD 5.1: mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta peninggalan-peninggalannya. Kali ini topik ini saya ampuh dengan menggunakan model pembelajaran world square.

Saya memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan menantang: pernahkah kamu dengar kata-kta Hindu-Buhda? Apa maksudnya? Dan Kapankah Hindu-Budha itu berkembang di Indonesia? untuk membantu siswa, saya menempelkan pada sebuah kertas besar benda-benda peninggalan sejarah Hindu-Budha seperti candi.

Saya memberikan penjelasan singkat tentang sejarah Hindu-Budha. Saya kemudian memberikan puzzle kepada siswa. Puzzle itu berisi kata-kata kunci tentang topik yang saya ampuh. Saya meminta siswa mencari kata-kata kunci itu dan menuliskan

artinya. Siswa bekerja secara berkelompok. Saya meminta mereka berkompetisi antar kelompok.

Kompetisi membuat siswa bergegas bekerja. Mereka mencari dengan teliti satu persatu kata kunci. Mereka mencoba mencari kata-kata itu dengan menyilang, luruh atau menghubungkan tiap huruf dari atas ke bawah. Suana menjadi

ramai karena tiap kelompok tidak mau kalah.Setelah mendapatkan kata-kata kunci, siswa kemudian mengurutkannya. Satu persatu arti dari kata-kata itu mereka cari dan tuliskan pada kertas yang dibuat menarik. Kumpulan kata-kata itu kemudian mereka tuliskan pada kertas besar. Saya meminta perwakilan kelompok untuk melakukan presentasi.

Setelah selesai presentasi, saya memberikan siswa tugas lanjutan. Mereka saya minta menjawab sejumlah pertanyaan sebagai tugas di rumah. Saya cukup senang karena metode yang saya persiapkan bisa dipraktikan dengan baik.Pembelajaran berlangsung effektif dan menyenangkan. Dengan menggunakan puzzle, siswa lebih tertantang untuk menemukan kata-kata kunci. Mereka juga mampu menerangkan dengan baik arti dari kata-kata itu.

Salah satu siswa menunjukkan salah satu kata kunci dalam merangkai puzzle untuk menemukan sejarah Hindu dan Budha.

Seluruh anggota kelompok tampak serius memecahkan masaalah di kelompoknya.

Page 7: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Hal 7 Berita dari Provinsi

Edisi 10/ Mei 2011

Jawa Barat-Banten

BERGABUNG pada tahun 2009, MTs At-Ta’awun Sukaresmi Garut

merupakan mitra baru DBE3. Meski

begitu, madrasah ini telah menunjukkan

perubahan penting dalam hal

pembelajaran, lingkungan, dan

pengelolaan sekolah. Hasilnya, siswa

belajar penuh gairah, aktif dan senang,

menghasilkan karya-karya

membanggakan.

Memajang karya penuh rasa bangga. Karya siswa menghiasi setiap sudut sekolah dan menjadi bagian penting

lingkungan sekolah

Siswanya aktif membaca..

Siswa berpose di booth MTs At-Ta’awun pada event DBE3 Showcase di

Garut. Sambil merasa bangga karya mereka dipamerkan, siswa juga belajar

dari karya-karya sekolah lain.

Cara belajar baru yang mengasyikkan dan bermakna.

Kemajuan Membanggakan di MTs At-Ta’awun Garut

Sejumlah prestasi ditorehkan.

Page 8: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 8

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Lembar Kerja

1. Daftarlah pengalaman-pengalaman yang pernah kalian alami mengacu pada diagram di atas!

2. Pilihlah salah satu pengalaman yang paling mengesankan yang pernah kalian alami!

3. Ceritakan pengalaman yang telah kamu alami di depan kelas!

PENGALAMAN

MEMALUKAN MENYEDIHKAN MENYENANGKAN

SLETING

TERBUKA … …… … …

NO

KRITERIA TINGKAT KUALITAS

SKOR 4 3 2 1

1 DIKSI

Semua kata yang digunakan sesuai dengan konteks

Terdapat 1 sampai 3 kata yang digunakan tidak sesuai dengan konteks

Terdapat 4 sampai 6 kata yang digunakan tidak sesuai dengan konteks

Terdapat 7 atau lebih kata yang digunakan tidak sesuai dengan konteks

2 KEEFEKTIFAN KALIMAT

Semua kalimat yang digunakan efektif

Terdapat 1 sampai 3 kalimat yang digunakan tidak efektif

Terdapat 4 sampai 6 kalimat yang digunakan tidak efektif

Terdapat 7 atau kalimat yang digunakan tidak efektif

3 KELANCARAN Sangat lancer lancar Kurang lancar Tidak lancar

4 EKSPRESI Sangat sesuai dengan cerita

Sesuai dengan cerita Kurang sesuai dengan cerita

Tidak sesuai dengan cerita

TOTAL SKOR

PEMBELAJARAN berkisah ini merupakan

proses penempaan untuk kompetensi berikut:

SK: Mengungkapkan pengalaman dan informasi

melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan

pengumuman.

KD: Menceritakan pengalaman yang paling

mengesankan dengan menggunakan pilihan

kata dan kalimat efektif.

Proses Pembelajaran

Kegiatan awal berlangsung selama lima menit

terdiri atas penyampaian tujuan pembelajaran,

gambaran kegiatan yang akan dilakukan, dan

apersepsi.

Kegiatan inti berlangsung selama enam puluh

lima menit:, yaitu:

◊ Siswa mendengarkan cerita dari narasumber

mengenai pengalaman yang mengesankan (3’);

◊ Siswa berdiskusi tentang kriteria bercerita yang

baik (5’);

◊ Siswa dikelompokkan (enam kelompok) (2’);

◊ Siswa mengerjakan lembar kerja (5’);

◊ Setiap siswa menceritakan pengalaman yang

paling mengesankan dalam kelompoknya (20’);

◊ Setiap kelompok memilih siswa yang terbaik

dalam menyampaikan ceritanya (5’);

◊ Siswa terbaik dari tiap kelompok menceritakan

kembali pengalamannya di depan kelas (20’

◊ Kelompok lain menilai penampilan dengan

menggunakan rubrik penilaian yang disediakan.

(5’)

Kegiatan akhir berlangsung selama sepuluh

menit. Siswa mengomentari kegiatan

penyampaian cerita yang dilakukan teman

mereka, dan melakukan penilaian (dengan rubrik

penilaian). Guru memberikan penguatan dan

penugasan sebagai pengembangan.

Belajar Berkisah Di MTsN Lohbener, Indramayu

RUBRIK PENILAIAN

Dengan wajah ekspresif, salah satu siswa MTsN Lohbener mengisahkan ceritanya kepada teman kelompoknya.

Page 9: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 9

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Ibu Atit Djuwita guru IPA SMPN 4 Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat, mengajar kelas VIII-C dengan KD “Menyelidiki tekanan pada benda

padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.” Berikut adalah pengalaman yang dipraktikkan di

kelasnya sehingga berhasil membuat siswanya menikmati

pembelajaran dan pencapaian KD menjadi maksimal.

Kegiatan Siswa Persiapan di Rumah

Siswa menyediakan botol plastik kosong dan membuat lima buah lubang pada botol tersebut dari atas ke bawah dengan jarak tiap lubang 3 cm. Mereka memberi label pada tiap lubang: A pada lubang paling atas sampai E pada lubang paling bawah, kemudian menutup semua lubang dengan plester/selotip.

Kegiatan pembelajaran

Untuk apersepsi, dirinya meminta siswa menjelaskan kembali pengertian tekanan yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Untuk memotivasi siswa, Ibu Atit meminta siswa membandingkan perbedaan tekanan air ketika mereka berenang di permukaan kolam dan di dasar kolam. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berlangsung sebagai berikut:

• Siswa membentuk 9 kelompok. Setiap kelompok mengisi botol dengan air dan menandai batas permukaannya. Salah seorang anggota kelompok mengangkat botol tersebut dan anggota lainnya melepaskan plester/selotip secara sekaligus.

• Siswa mengamati pancaran air yang keluar dari tiap lubang dan mengurutkannya dari yang pancarannya paling dekat sampai yang pancarannya paling jauh.

• Siswa menghitung kedalaman air dengan cara mengukur tinggi tiap lubang dari tanda batas permukaan air.

• Siswa menghitung besar tekanan hidrostatis pada masing-masing lubang dengan diketahui massa jenis air 1000 kg/m3 kemudian menghubungkan besar tekanan hidrostatis yang didapat dengan pancaran air pada percobaan.

• Dari seluruh rangkaian percobaan siswa menjelaskan pengertian tekanan hidrostatis. Setiap kelompok menyalin hasil pekerjaannya ke dalam kertas berwarna.

• Setiap kelompok melakukan kunjung-karya untuk memeriksa pekerjaan kelompok lain. Perwakilan kelompok diminta menuliskan jawaban di papan tulis.

Penutup Pada kegiatan penutup, bu Atit bersama siswa melakukan refleksi pembelajaran. Selanjutnya untuk kegiatan tindak lanjut, siswa menerima tugas untuk menyelesaikan tiga buah soal hitungan tekanan hidrostatis.

Mengukur Tekanan Hidrostatis

Lembar Kerja

TEKANAN HIDROSTATIS 1. Lakukan kegiatan berikut:

◊ Isilah botol dengan air. ◊ Tandai batas permukaan air. ◊ Angkatlah botol tersebut. ◊ Lepaskan plester secara sekaligus. ◊ Perhatikan air yang memancar dari tiap lubang. ◊ Urutkan pancaran air dari yang pancarannya paling dekat sampai yang pancarannya paling jauh.

2. Bila massa jenis air 1000 kg/m3 hitunglah tekanan hidrostatis pada masing-masing lubang!

Ingat:!

Hubungkan besar tekanan hidrostatis yang kamu dapatkan dengan pancaran air pada no.1.

3. Dari kegiatan yang telah kamu lakukan, apa yang dimaksud dengan tekanan hidrostatis?

Salinlah hasil pekerjaan kelompokmu pada kertas folio berwarna!

Page 10: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 10

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Showcase Keberhasilan Sekolah Serangkaian kegiatan showcase mempresentasikan keber-

hasilan sekolah dalam menerapkan pembelajaran aktif yang relevan bagi siswa dilaksanakan di seluruh kabu-

paten mitra DBE3 yang tersebar di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa

Timur dan Sulawesi Selatan. Kegiatan ini melibatkan kepala sekolah, guru, siswa, stakeholders, dan pemangku

kepentingan pendidikan di kabupaten. Showcase berlang-sung mulai bulan Mei sampai Juli 2011.

Berikut cuplikan kegiatan showcase tersebut.

JAWA TIMUR: Seorang pelajar dari MTs Brawijaya Kota Mojokerto sedang menjelaskan proses purifikasi air kepada Wakil Walikota Mojokerto (kiri atas). Drs. M. Bahri, guru IPS dari SMPN 1 Blega Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, sedang memberikan presentasi bersama dengan siswa-siswanya (kiri bawah). Bupati Bojonegoro, H. Suyoto, mengunjungi salah satu stand pada showcase di Kabupaten Bojonegoro.

SULAWESI SELATAN: (1) Tari Padduppa yang dibawakan oleh siswa SMPN 1 Pancarijang, Sidrap, sesaat menjelang pembu-kaan Show Case. (Atas) Rahmat M, siswa SMPN 2 Palopo menunjukkan hasil karyanya, ekosistem buatannya. (Kanan) Stuart Weston, COP DBE3 Indonesia, sedang berbincang dengan dengan siswa penjaga stand mengenai cara kerja sebuah alat peraga pembelajaran.

Page 11: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 11

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

2

JAWA TENGAH, JAWA BARAT, BANTEN, DAN SUMATERA UTARA. 1. Para pelajar tertarik untuk mengetahui informasi mengenai DBE3 pada showcase di kabupaten Karanganyar. Tampak mereka sedang membaca newsletter provinsi Jawa Tengah.

2. Seorang guru sedang menjelaskan materi pelajaran IPA den-gan menggunakan robot.

3. Deyuni Nurul Khotimah (siswi MTsN Kasomalang) dan Sarah Fatimah (siswi MTs Mekarwangi) sedang memberikan testimoni pada showcase, yang bertempat di SMPN 2 Jalancagak, Subang

4. Dua siswi SMPN 2 Sidikalang mendemonstrasikan media pembelajaran sederhana untuk mengukur lingkaran.

5. Siswa SMPN 2 Pangaribuan menangkap ular di sawah sebagai pembelajaran mapel IPS, mengidentifikasi tanaman dan hewan di daerah tropis.

6. Siswa MTsN Kasomalang tengah mempresentasikan hasil kerja kelompoknya mengenai sifat dan unsur limas pada proses pembelajaran Matematika, saat kunjungan sekolah sebagai bagian dari rangkaian acara showcase Subang.

7. Showcse di Subang dihadiri oleh Plt. Bupati Subang, CoP DBE3, anggota DPRD, staf Disdik/Kemenag, kepala sekolah non mitra, guru-guru, serta siswa. Plt. Bupati dan Stuart Weston tampak saling bergantian memberikan penjelasan dan berbagi pengalaman/pengetahuan.

8. Bupati dan Wabup (Syahrul Pasaribu dan Adniz Siregar) berdialog dengan siswa SMPN 1 Batang Angkola, tentang Matematika.

1

3 4 5

6 7 8

Page 12: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 12

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Jawa Tengah

USAI mengadakan replikasi modul pelatihan DBE 3, suasana pembelajaran di sekolah riuh dengan suara siswa berdiskusi, menyampaikan pendapat, presentasi, bahkan suara tepuk tangan siswa kerap terdengar memberikan apresiasi satu sama lain. Guru berupaya memfasilitasi siswa untuk dapat belajar. Demikian kesan dari seorang guru saat ditanya

Ayo, Kita Dukung Replikasi! perubahan apa yang terjadi setelah mengikuti Replikasi Pelatihan DBE 3. Lain lagi kisah Dra. Sri Supanti Nurhayati, M.Pd, setelah para gurunya mengikuti Pelatihan BTL 2 dan BTL 3, dirinya mengaktifkan MGMP tingkat sekolah. Forum tersebut ternyata cukup efektif untuk mendukung

peningkatan kualitas pembelajaran. MGMPS IPA misalnya, mereka berhasil mengembangkan RPP sendiri, Lembar Penilaian, Lembar Kerja Siswa hingga merancang media pembelajaran yang sederhana.

Kisah keberhasilan replikasi di sekolahnya juga disampiakan Munawaroh, M.Si guru IPS dari Purworejo. “Menyenangkan sekali

melihat anak-anak berdiskusi dengan teman kelompoknya, kemudian mempresentasikannya di depan kelas tanpa rasa takut. Guru berusaha mendekatkan dan mengaitkan pembelajaran dengan hal yang dekat dengan anak,” ujar Munawaroh yang membawa siswanya ke hutan jati di dekat sekolah untuk menerangkan kesesuaian tanah dengan jenis tanaman yang cocok.

Dalam implementasi dan replikasi program pendidikan, gru berperan strategis dalam peningkatan kualitas. Melalui dukungan berbagai pihak seperti kepala sekolah yang menjadi tokoh sentral, sekolah mampu mengaplikasikan pengajaran dan pembelajaran terbaik. Per Maret 2011 DBE 3 Jawa Tengah mencatat ada 782 sekolah dengan 5.980 guru yang mendapatkan program replikasi. Melalui kontribusi daerah senilai Rp 808.997.700. Bahkan setiap Kabupaten telah memiliki Perencanaan Keberlanjutan untuk program replikasi. Ayo, kita dukung replikasi.

Guru-guru di Karanganyar antusias mengikuti replikasi BTL 2.

“SELAIN memperkaya pembelajaran Bahasa Indonesia, puisi dapat merangsang siswa untuk mengekspresikan pembelajaran melalui khasanah kata-kata dan melatih kepekaan terhadap kondisi sekitar,” tutur Drs. Heru Purwanta, M.Hum. Dririnya biasa menggunakan alam sekitar sebagai objek penulisan puisi. Tetapi tidak sekedar meminta siswa keluar kelas, melihat alam, kemudian menulis puisi. Cara ini tidak kreatif dan tidak menarik bagi siswa.

Berikut adalah langkah pembelajaran menulis puisi dengan alam sebagai sumber belajar yang dikembangkannya: 1. Ajak siswa keluar kelas atau tempat terbuka yang lapang.

Minta siswa duduk melingkar dan Guru di tengah lingkaran tersebut. Siswa diminta untuk menghayati suasana alam.

2. Bagi siswa dalam kelompok kecil sesuai dengan jumlah objek yang dijadikan ide penulisan puisi, misalnya “sawah”, “pohon kelapa”, “sampah”, dan sebagainya. Langkah-langkah menulis puisi, yaitu mengamati objek secara cermat, menentukan hal yang paling menarik dari objek tersebut, mendeskripsikannya secara bebas, mengubah deskripsi menjadi baris-baris puisi, dan pada akhirnya menulis puisi secara bebas.

3. Saat siswa mengerjakan dalam kelompok kecil, Guru berkeliling untuk memberi motivasi kepada siswa. Hal yang perlu diingat, semua karya puisi baik, tidak ada yang salah atau jelek.

4. Tiba giliran setiap siswa dalam kelompok kecil untuk

membacakan hasil karyanya. Minta setiap siswa untuk memberikan penilaian dan menentukan siswa yang akan tampil mewakili kelompok.

5. Minta siswa berkumpul lagi dalam lingkaran besar seperti semula. Guru menanyakan pengalaman siswa saat menulis puisi dan membacakannya dalam kelompok kecil.

6. Usai bercerita pengalaman, Guru meminta wakil siswa dari setiap kelompok kecil membacakan puisinya. Agar lebih menarik, setiap siswa diminta untuk memberikan penilaian antar kelompok dan mendapatkan hadiah.

7. Gali pendapat siswa terhadap siswa yang berhasil memenangkan kompetisi puisi tadi, seperti isi puisi, penghayatan puisi, dan sebagainya.

8. Kegiatan ditutup dengan kunjung karya. Siswa diminta untuk memajang puisi di lokasi yang bebas, seperti diletakkan di tanah atau di tempel di pohon.

Ekspresi Pembelajaran Lewat Puisi

Guru aktif mendampingi siswa menik-mati alam dan menulis puisi.

Page 13: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 13

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

BOSAN dan sulit adalah kesan yang muncul saat belajar Fisika. Hal ini yang dirasakan siswa SMP 1 Kudus yang memiliki prestasi belajar relatif baik namun saat berhadapan dengan pembelajaran IPA, umumnya siswa terlihat kurang bersemangat. Siswa sering tampak acuh, mengerjakan peker-jaan yang tidak berhubungan dengan pembelajaran, bosan dan minim atensi dalam pembelajaran. Berikut adalah pembe-lajaran BTL yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, yang diterapkan Abdul Rochim, guru SMPN 1 Kudus .

Balap Balon Gaya adalah sesuatu berupa tarikan atau dorongan yang dapat mengakibatkan perubahan arah, bentuk, kecepatan, ukuran dan lain-lain. Hukum Newton tentang gaya antara lain Hukum I Newton dengan kelembaman, Hukum II Newton tentang hubungan gaya, massa dan percapatan dan Hukum III Newton tentang gaya aksi reaksi. Penerapan Hukum-hukum Newton banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KEGIATAN I 1. Letakkan spidol di atas selembar kertas, kertas ditarik perlahan-lahan lalu hentikan. Apa yang terjadi? 2. Bagaimana jika kita menarik kertas sangat cepat? Apa yang terjadi?

3. Buatlah kesimpulanmu!

KEGIATAN 2 Tiup balon lalu lepaskan! Apa yang terjadi? Mengapa demikian? Gambarkan gaya yang bekerja! 1. Dengan bantuan tali dan sedotan, buatlah desain praktik

agar balon dapat bergerak lurus. 2. Balap balon? Mengapa tidak? 3. Mungkinkan kita bisa menggerakkan mobil-mobilan

dengan balon? Buatlah laporan hasil eksperimen pada kertas terpisah

secara individu yang menyebutkan: Tujuan; Alat & Bahan;

Langkah Kegiatan; Data & Analisa data; Kesimpulan.

LANGKAH - LANGKAH PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : IPA Fisika Kelas/Semester : VIII/1 Tema : Hukum Newton Waktu : 2 x 40’ (2 jam pelajaran) Standar Kompetensi : 5. Memahami peranan usaha,

gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari

Kompetensi Dasar : 5.1. Mengidentifikasi jenis gaya, penjumlahan gaya dan pengaruhnya pada suatu benda yang dikenai gaya.

Alat dan bahan : Balon, tali, sedotan, mobil mainan Skenario pembelajaran Keterangan: (1) kooperatif; (2) pemecahan masalah; (3) pertanyaan tingkat tinggi; (4) karya siswa

1 2 3 4

1 Pendahuluan

a. Guru mendemonstrasikan spidol di atas kertas

ditarik secara cepat, siswa memprediksi apa yang

terjadi

b. Guru menggali pemahaman siswa tentang cara-cara

pemisahan campuran gaya dalam kehidupan sehari-

hari.

2 Kegiatan Inti

a. Guru merumuskan peristiwa kelembaman/inersia

dari pengalaman sehari-hari.

b. Guru dan siswa menyimpulkan Hukum 1 newton

c. Diskusi antar hubungan massa, gaya dan percepatan.

d. Guru dan siswa merumuskan Hukum II Newton

e. Diskusi tentang gaya, aksi dan reaksi.

f. Guru dan siswa merumuskan Hukum III Newton.

g. Guru dan siswa meniup balon yan g sudah

dipersiapkan, kemudian dilepas.

h. Guru membentuk kelas menjadi 6 kelompok.

i. Guru menjelaskan cara kerja kelompok.

j. Siswa secara berkelompok mengambil alat dan bahan

yang dibutuhkan dalam kegiatan eksperimen.

k. Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan Lembar

Kerja yang telah disediakan.

l. Guru berkeliling mengamati kegiatan eksperimen

siswa.

m. Setelan siswa selesai melakukan eksperimen,

mereka membuat laporan praktikum.

n. Kelompok siswa mempresentasikan hasil kegiatan

eksperimen.

3 Kegiatan Penutup

Guru memandu siswa untuk menyimpulkan hasil

kegiatan eksperimen.

Aspek Kecapakan HidupLangkah PembelajaranNo

Belajar IPA Lewat Balap Balon

Dengan wajah ekspresif, salah satu siswa MTsN Lohbener mengisahkan ceritanya kepada teman kelompoknya.

Page 14: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 14

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

ADA banyak cara yang dilakukan untuk membuat sumber belajar tergantung dari kreativitas dalam memanfaatkan media yang tersedia. Barang-barang yang selama ini sudah tak layak dipakai atau tidak bermanfaat

FENOMENA teacher centre atau siswa dianggap baik bila diam dan menurut, sudah menjadi masa lalu di SMPN 1 Mayong. Sekolah yang mendapat predikat SSN tersebut, berinisiatif mengadakan Replikasi BTL 2. Pelatihan itu diakui para guru sebagai gerakan perubahan untuk meningkatkan kinerja guru. Perubahan pun terjadi, sekolah yang memiliki 781 Siswa

dengan 51 guru berhasil mengelola suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan siswa. Pola tempat duduk siswa tidak lagi dibuat seperti “gerbong kereta” tetapi dibuat secara berkelompok dan disesuaikan dengan kebutuhan pem-belajaran. Pengaturan seperti ini memungkinkan siswa belajar bersosialisas dan berdiskusi. Di belakang kelas tersedia papan pajang, setiap siswa dapat menampilkan dan memajangkan karyanya. Suatu kebanggaan bagi siswa bahwa pajangan karya bisa dijadikan bahan evaluasi, refleksi dan apresiasi dan inspi-rasi pembelajaran. Guru menjadi lebih kreatif menciptakan skenario

pembelajaran yang aktraktif dan inspiratif bagi siswa. Mulai dari pembuatan Lembar Kerja; merancang media hingga menentukan rubrik penilaian yang disesuaikan dengan pembelajaran bukan perkara mudah bagi guru. Namun, disinilah guru mampu mengaktualisasikan perannya secara optimal. Guru dan siswa merasa nyaman di kelas. Agar perubahan terjadi secara berkelanjutan, kepala

sekolah menerapkan kebijakan pendampingan atau supervisi terhadap hasil pelatihan pada pembelajaran di kelas. Fasilitas dan sarana sekolah pun ditingkatkan. Perubahan adalah

sebuah proses yang tidak terjadi secara instan. Diperlukan dukungan semua pihak agar peningkatan kualitas pendidikan berlangsung berkelanjutan. Kepala sekolah, guru, dan siswa menjadi kompeten adalah harapan dari sebuah perubahan.

Replikasi BTL Buat Guru SMPN 1 Mayong Kompeten

Pengelolaan kelas di SMPN 1 Mayong dibuat dinamis untuk mem-beri kemudahan akses siswa untuk belajar berkelompok.

Lomba Kreatif Pemanfaatan Karya Siswa dari Barang Bekas

lagi, rupanya mendorong MTs Negeri Kudus mengadakan lomba kreativitas yang bertajuk, media pembelajaran dari bahan bekas bertajuk “ Karya Siswa dalam Memanfaatkan Barang Bekas sebagai Media/Sumber Pembelajaran”. Lomba yang digelar pada

bulan Maret lalu itu, diikuti oleh perwakilan setiap kelas. Tujuannya menggali potensi dan kreativitas siswa dalam menemukan sumber belajar yang selama ini sudah diperoleh dalam mata pelajaran, Siswa tampak antusias mengikutinya. “Siswa

sangat menyukai lomba ini dan hasilnya juga bagus. Talenta siswa bisa diasah melalui lomba ini”, ujar Chasnah, M.Pd.I sebagai panitia penyelenggara.

Selain lomba kreativitas siswa, ada pula lomba pengelolaan kelas yang dinilai mulai dari kebersihan kelas hingga penataan perpustakaan kelas. Diharapkan siswa tidak hanya menciptakan sumber belajar dari barang bekas, tetapi juga merawat dan memanfaatkan perpustakaan kelas sebagai sumber belajar. Perpustakaan kelas tidak hanya dikelola dengan baik, tetapi mampu meningkatkan minat baca siswa.

Lomba ini merupakan upaya penyegaran siswa usai bergelut dengan soal ujian. Oleh karena itu, Kepala MTs Negeri Kudus Drs. H. Nur Salim menuturkan rencana untuk melakukan lomba serupa setiap tahun. Semoga guru pun tak kalah bersaing dengan siswa dalam menemukan kreativitas sumber belajar.

Water Rocket buatan siswa kelas VIII-B, berhasil menjadi juara pertama.

Page 15: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Hal 15 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Jawa Timur

KELUHAN klasik yang sering dihadapi guru dalam menerapkan cooperative learning diantaranya: ada anak yang terlalu dominan dan banyak bicara mengemukakan pendapatnya. Sebaliknya, sering ada anak yang pasif dan pasrah saja pada temannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak bisa tercapai karena anak yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan.

Untuk mengatasi masalah itu, Yasdi, SE, District Facilitator DBE3 Kabupaten

pendapatnya, dia harus meletakkan satu kancingnya di tengah meja kelompok; (6) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua temannya juga menghabiskan kancing mereka; (7) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil sepakat untuk membagi bagi kancing lagi dan mengulangi prosedur seperti diawal diskusi; (8) Jika tugas sudah selesai, kelompok menyimpulkan hasil diskusinya dan menuliskannya pada kertas; (9) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi untuk mendapat tanggapan kelompok lain.

Alhasil, setelah menerapkan metode pembelajaran tersebut, siswa kelas 8-E menjadi lebih aktif dalam berdiskusi. Metode ini mampu memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta dalam diskusi. Metode pembelajaran Kancing Gemerincing bisa menjadi solusi bagi guru yang menghadapi masalah kurang aktifnya anggota kelompok dalam berdiskusi.

Bojonegoro menerapkan pembelajaran kooperatif “Kancing Gemerincing” pada pelajaran IPS di kelas 8-E, MTs Al Rosyid Kabupaten Bojonegoro, dengan KD “Mendeskripsikan Fungsi Pajak dalam Perekonomian Nasional.”

Dalam kegiatan itu tiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka serta mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Adapun Langkah-langkah pembelajarannya adalah : (1). Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti potongan sedotan, batang korek api, kacang merah dan sebagainya); (2) Membentuk kelompok diskusi. Setiap kelompok terdiri dari 6 siswa; (3) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing, (4) Guru membagikan Lembar kerja dan siswa mendiskusikannya; (5) Setiap kali seorang siswa dalam kelompok tersebut berbicara atau mengutarakan

Siswa berdiskusi menyelesaikan LK, siswa yang mengemukakan pendapat-nya meletakkan kancing di atas meja.

MTsN Pohjentrek Komitmen Terapkan Pembelajaran Bermakna

BANYAK perubahan yang terjadi pasca bergabungnya MTsN Pohjentrek Kabupaten Pasuruan dengan DBE3 seba-gai sekolah mitra. Dengan komitmen yang tinggi dari segenap warga sekolah, MTsN Pohjentrek telah mengaplikasikan hasil yang didapat dari pelatihan-pelatihan DBE3 ke dalam sebuah proses pembelajaran dan pengajaaran yang bermakna.

Di setiap kelas terpasang papan pajangan yang digunakan untuk menampung hasil kreasi siswa. Susunan tempat duduk siswa sudah berubah menjadi berkelompok. Pada saat proses belajar mengajar, terlihat para guru telah mengajukan pertan-yaan tingkat tinggi, sebuah hal yang jarang ditemui sebelum-nya. Perubahan ini jelas bukan hasil kerja perseorangan, me-lainkan hasil komitmen bersama dari seluruh unsur di seko-lah. Kepala sekolah juga telah berkomitmen untuk mengalo-kasikan biaya dalam anggaran sekolah guna mendukung pen-ingkatan mutu pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran kelompok, terlihat mediasi teman sebaya, dimana mereka memahami pelajaran tidak hanya dari guru yang sedang mengajar, tetapi juga dari te-mannya saat sedang melakukan diskusi di dalam kelompok. Inilah yang disebut bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar. Siswa juga dapat lebih leluasa mengemukakan ide-ide mereka tanpa merasa takut bahwa pendapat mereka itu salah.

Perubahan yang terjadi di MTsN Pohjentrek Kabupaten Pasuruan pasca pendampingan yang dilakukan oleh DBE3.

Aktifkan Siswa dengan Kancing Gemerincing

Page 16: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Hal 16 Berita dari Provinsi

Media Komunikasi SMP dan MTs

PERANGKAT pembelajaran praktek pemisahan campuran untuk menghasilkan “aromatherapy” yang dikembangkan Dra. Mukhlisotin, Distrik Fasilitator DBE3 Kabupaten Nganjuk ini, memberikan pengalaman siswa untuk mengekstrak campuran zat yang terdapat pada tumbuhan tertentu. Ha-silnya berupa cairan yang mengandung minyak atsiri yang sekarang lebih dike-nal dengan nama “aromatherapy” karena memang memberikan efek rileks dan menyegarkan.

Pembelajaran ini mengajak siswa untuk mengetahui proses pembuatan salah satu produk yang saat ini sangat dibutuhkan di bidang industri kimia dasar. Dengan kegiatan praktik pemisa-han campuran, khususnya penyulingan untuk menghasilkan produk aro-matherapy diharapkan siswa mema-hami konsep IPA tentang pemisahan zat, memiliki skill dasar tentang teknologi yang menantang sekaligus menginspirasi siswa untuk peka terha-dap potensi lingkungan, masyarakat dan tanah airnya.

Bahan-bahan yang dipilih untuk diek-strak adalah bagian tumbuhan yang mengandung minyak atsiri/minyak yang disukai manusia: bunga, biji, kayu atau akar. Untuk praktik ini digunakan daun

Ekstraksi Aromatherapy dengan Penyulingan

Siswa MTsN Nglawak Kabupaten Nganjuk sedang melakukan praktek penyulingan untuk menghasilkan aromatherapy.

Belajar “Petualangan ke Negara Maju”

Media permainan petualangan ke negara maju hasil karya siswa MTsN 3 Kota Surabaya yang digunakan pada pembelajaran IPS.

Drs. Ahmad Syaihu, Distrik Fasilitator DBE3 Kota Su-rabaya, menuturkan pengalamannya dalam mengajar IPS.

DALAM pembelajaran IPS tentang negara maju, saya mem-

fasilitasi siswa untuk menciptakan permainan yang berjudul ”Petualangan ke Negara Maju”. Permainan ini seperti monopoli atau halma. Jalannya permainan dimulai dengan pembagian, anggota kelompok yang berjumlah 6 orang tiap orang secara bergiliran akan menjawab pertanyaan yang terdapat di masing-masing negara maju.

Pada tiap negara terdapat 10 pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing anggota. Jadi secara keseluruhan ada 60 pertanyaan dari 6 negara maju tersebut. Tiap pertanyaan yang benar siswa akan mendapat 10 poin, pada akhir permainan tiap siswa memperoleh poin sesuai dengan banyaknya pertanyaan yang berhasil dijawab.

Siswa dinyatakan sebagai pemenang adalah mereka yang pal-ing dulu menyelesaikan 10 pertanyaan, dan tiba di finish lebih awal. Sedangkan yang tidak dapat menjawab pertanyaan, selain tidak dapat poin juga akan mendapatkan hukuman/sanksi yang sudah disepakati seluruh anggota kelompok. Selamat mencoba.

destilat maka zat atsiri (zat mudah menguap) yang titik didihnya lebih ren-dah akan menguap lebih dulu. Uap ini diembunkan pada tabung pendingin dan kembali menjadi ‘zat cair beraroma’ yang ditampung sebagai hasil pemisahan.

Hasil inilah yang dikenal sebagai “aromatherapy” sebagai karya siswa. Siswa juga diminta mengemas karya tersebut agar lebih menarik dan mendiskusikan beberapa permasalahan berkaitan dengan proses ini.

jeruk purut dan pandan yang memiliki aroma kuat sehingga siswa mudah menerima konsep ‘pemisahan campu-ran’ melalui distilasi. Penggunaan bunga dan pala dimaksudkan untuk penanaman nilai manfaat dari cara tersebut untuk menghasilkan produk yang berorientasi industri dan peman-faatan potensi alam di lingkungannya.

Secara umum proses distilasi adalah proses pemisahan campuran yang di-dasarkan pada perbedaan titik didih. Ketika bahan-bahan direbus di tabung

Page 17: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 17

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Amrulloh, Distrik Fasilitator DBE3 Kabupaten Bojonegoro merefleksikan

pembelajaran yang selama ini Dilaksanakannya di kelas. Hasilnya,

pemajangan karya siswa sangat efektif mendorong siswa untuk aktif dan

kreatif dalam pembelajaran. Berikut penuturannya.

DARI proses pembelajaran yang

telah diterapkan, saya menemukan bahwa pemajangan hasil karya siswa secara individu maupun kelompok da-

ajang kompetisi antar siswa maupun kelompok. Karya siswa yang dipanjang di tempat panjangan atau di dinding dipilih dari karya terbaik atau lima yang baik dikelasnya. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk mengamati pajangan dan membandingankan dengan hasiil-karyanya sendiri. Hal ini mendapat respon positif dari seluruh anggota kelas. Bagi siswa atau kelompok yang karyanya dipajang, mereka merasa men dapat penghargaan tersendiri dan siswa lain termotivasi untuk berusaha keras agar karya nya bisa terpilih untuk dipa-jang. Kondisi ini menciptakan suasana kompetisi sehat antar siswa maupun kelompok. Lebih jauh kompetisi ini mampu membangun kepercayaan diri

siswa dan memperkuat keinginan mereka untuk meraih sukses.

Penulis merasakan kompetisi yang terjadi dalam pembelajaran ini men-dorong terciptanya pembelajaran aktif dan kreatif yang melibatkan antusiasme siswa. Satu hal yang penting lagi dari pemajangan ini adalah adanya bukti otentik bahwa kita telah melakukan pembelajaran suatu teori, konsep , tema atau SK/KD tertentu bukan seke-dar pembelajaran yang tertuang dalam RPP yang teoritis dan terjilid rapi.

Menciptakan Kompetisi Sehat dengan Pajangan Karya Siswa

pat menjadikan siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Tentunya pemajangan ini bukan sekedar menempel di dinding begitu saja.

Kita menyadari bahwa pajangan karya siswa sangat penting sebagai sumber belajar. Terlepas dari itu se-mua, sejauh mana pajangan itu menjadi motivasi tersendiri bagi siswa dalam proses pembelajaran adalah tugas kita untuk memfasilitasinya. Penulis beru-saha menjadikan proses mengkreasi dan memajang karya siswa sebagai

Mendekatkan Matematika dengan Kehidupan Nyata

1 2

3

Pembelajaran Matematika yang selama ini dianggap menakutkan bagi siswa dapat diubah menjadi mengasyikkan dan kontekstual seperti yang dilakukan di SMPN 2 Semanding Kabupaten Tuban, saat siswa membahas menghitung luas tabung, kerucut dan bola (Gambar 1 dan 2). Selain di kelas, siswa juga memanfaatkan pabrik pembuat dandang (tempat nasi) yang berada di dekat sekolah sebagai sumber belajar (Gambar 3).

Aktivitas menciptakan karya dan memajang karya merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa.

Page 18: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 18

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Sulawesi Selatan

1. Kenapa penting melakukan pe-metaan kompetensi?

Pemetaan kompetensi merupakan langkah awal dari sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran kontekstual. Dalam pemetaan kompetensi guru “melihat dan mengamati” seluruh Kom-petensi Dasar (KD) dalam suatu se-mester secara utuh dan terpadu.

KD-KD yang akan dicapai dalam satu semester akan teramati dari segi perbedaannya, persamaannya, cara mengajarkannya, menilainya dan se-terusnya. Untuk melahirkan pembela-jaran kontekstual, KD-KD tersebut diikat dengan sebuah teks/konteks/tema. Teks/konteks/ tema yang diru-muskan sifatnya aktual dan dekat den-gan kehidupan sehari-hari siswa. Teks/konteks/tema yang terpilih inilah yang dijadikan payung dan menaungi KD-KD yang akan dibelajarkan. 2.Bagaimana RPP yang mendu-kung pembelajaran kontekstual?

RPP yang kontekstual adalah RPP yang dijabarkan dari teks/konteks/tema dari kegiatan pemetaan kurikulum, atau dengan kata lain menggunakan teks/konteks atau tema sebagai titik acuan RPP. Karena teks/konteks/tema men-jadi acuan maka dengan sendirinya di dalam RPP kontekstual telah terlihat utuh sebuah kegiatan pembelajaran yang berpusat ke siswa dan mengguna-kan lingkungan atau masyarakat seba-gai sumber belajar. Di samping itu di dalam RPP kontekstual tergambar den-

7 Langkah Menjadi Guru Profesional Catatan dari Pengalaman Mansur Eppe, Guru SMPN 2 Pangkep, dalam Penerapan Pembelajaran Bermakna

gan jelas lembar kerja, media maupun penilaian yang akan digunakan guru. 3. Kenapa harus membuat Lem-bar Kerja (LK) yang mendorong siswa berpikir kritis?

Lembar Kerja (LK) yang baik adalah yang dapat membantu guru untuk membelajarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien, memicu berpikir kritis serta mengarahkan untuk melahirkan karya siswa. LK yang buruk adalah LK yang hanya sekedar memberi kesibukan kepada siswa namun tidak memicu berpikir kritis siswa.

Pembelajaran yang menggunakan LK yang baik akan membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang merupakan salah satu keterampilan hidup yang harus dimiliki siswa. Meski tidak mudah, LK yang memicu berpikir kritis siswa se-baiknya dibuat oleh guru sendiri atau hasil diskusi dengan teman sejawat. 4. Kenapa penting mengembang-kan media pembelajaran?

Media pembelajaran membantu guru dan siswa mempermudah menca-pai tujuan pembelajaran. Membantu guru mengajarkan materi secara efektif dan memudahkan siswa memahami materi pelajaran lebih cepat. Namun, tidak semua media yang dibutuhkan dalam pembelajaran kontekstual tersedia di sekolah. Jika tersedia di pasaran harganya relatif mahal, media pembelajaran sebaiknya dikembangkan sendiri oleh guru atau bekerjasama dengan sejawat. Media yang dikem-bangkan sebaiknya memanfaatkan po-tensi lingkungan sekitar, mudah diguna-kan, murah dan menarik bagi siswa. 5. Bagaimana melaksanakan penilaian hasil belajar siswa se-cara holistik?

Siswa dilahirkan dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dan berpen-garuh terhadap pencapaian hasil bela-jar. Sangat tidak adil jika menilai hasil

belajar siswa hanya berdasarkan satu kecerdasan saja, misalnya akademik. Keberuntungan bagi siswa yang memiliki kecerdasan akademik bagus namun kerugian bagi siswa yang menonjol kecerdasan kinestetiknya. Penilaian kinerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri, merupakan bentuk penilaian otentik yang mampu menilai kecerdasan siswa yang majemuk secara holistik.

Melakukan penilaian otentik mutlak dilakukan dalam menilai hasil belajar, tidak menonjol hanya menggunakan bentuk penilaian tertulis semata. Rubrik penilaian yang digunakan dalam penilaian otentik akan mampu memberi informasi yang relatif lengkap hasil pembelajaran siswa berdasarkan kecerdasannya masing-masing.

6. Kenapa harus ada karya siswa?

Karya siswa adalah buah dari pem-belajaran kontekstual yang direncana-kan dan dilaksanakan dengan baik. Karya siswa yang baik dapat dijadikan model dan sumber belajar bagi siswa lainnya. Di samping menggambarkan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa, karya siswa juga merupakan cer-minan dari kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa. Karya siswa mampu me-wadahi dan memicu pengembangan kecerdasan majemuk siswa. 7. Kenapa jurnal reflektif penting?

Jurnal reflektif merupakan catatan tentang keberhasilan, ketidakberhasi-lan, kepuasan ketidakpuasan, atau perasaan lain yang dialami seorang guru setelah melaksanakan suatu pembela-jaran kontekstual. Karena merupakan rekaman maka jurnal reflektif sangat penting dijadikan bahan dalam menga-nalis mengapa suatu pembelajaran suk-ses atau sebaliknya. Dengan demikian jurnal reflektif pada akhirnya menjadi dasar untuk memperbaiki RPP sehingga pelaksanaan pembelajaran berikutnya dapat lebih baik.

Salah satu model pembelajaran ber-makna yang difasilitasi pak Mansyur.

Page 19: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Berita dari Provinsi Hal 19

Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011

Selain menemukan konsep mean, median, dan modus, dengan mengguna-kan media buah kakao, pembelajaran menjadi bermakna dan siswa menemu-kan jumlah produktivitas kebun kakao di daerahnya.

Pak Sudirman, guru IPA kelas VIII SMP Negeri 1 Ma’rang, Pangkep menuturkan pengalamannya memfasilitasi pembelajaran IPA yang Bermakna.

PEMBELAJARAN ini saya rancang untuk memotivasi

siswa mengaitkan materi pelajaran tentang Energi dengan kebutuhan dan kondisi kehidupan sekitar mereka. Saya mengembangkan Kompetensi Dasar 5.3. Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, perinsip usaha dan energi serta penerapannya dalam ke-hidupan sehari-hari. Tujuan yang ingin saya capai antara lain: memampukan mereka menemukan bentuk-bentuk en-ergi lalu mengaplikasikan konsep energi dan perubahannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengukur efektifitas dan produktifitas pembelajaran, saya memfasilitasi mereka belajar kooperatif untuk menyelesaikan masalah.

Inti pembelajaran meliputi: Pertama, dalam enam kelom-pok, mereka menyelesaikan masalah melalui experimen se-derhana merancang alat. Karena itu, saya memberikannya 6 LK yang berbeda, yakni: Kelompok Maxwell: Rancanglah alat yang dapat dipakai

mengembangkan obyek wisata yang berbasis kepulaun. Kelompok ini menciptakan produk Perahu. Alat yang dis-ediakan: baterai,dinamo, kabel, saklar, bekas gelas plastik, sterafoam, pipet, isolasi dan lem fox. Kelompok Joule: Rancanglah sebuah alat yang dapat

membebaskan kamu dari udara panas dalam suatu ruangan. Kelompok ini menciptakan Kipas Angin. Baterai, dinamo, kabel, saklar, bekas gelas plastik, sterafoam, isolasi Kelompok Newton: Rancanglah alat yang dapat mem-

bantu kamu mengatasi kegelapan jika belajar di malam hari. Kelompok ini merakit intalasi listrik untuk menyalakan balon lampu. Alat yang disediakan: Baterei, kabel, balon lampu, bambu ut stand baterai, saklar, solatif, keras kado Kelompok Ampere: Rancanglah alat yang dapat kamu pakai untuk memberi dekorasi dan penerangan suatu stand pameran. Kelompok ini merakit instalasi listrik lampu hias. Alat yang disediakan: Baterai, , kabel, saklar, bekas gelas plastik, isolasi dan lem fox, kayu bekas stick es krim Kelompok Lorenz: Buatlah sebuah alat yang dapat kamu pakai mengelilil-ingi pulau-pulau yand di Pangkep. Kelompok ini membuat Perahu. Alat yang disediakan: baterai,dinamo, kabel, saklar, bekas gelas plastik, sterafoam, pipet, isolasi dan lem fox. Kelompok Galileo: Rancanglah alat yang dapat kamu pakai membuat jus buah dengan cepat. Kelompok ini merancang Blender sederhana. Alat yang disediakan: baterai,dinamo, kabel, saklar, bekas botol mineral, sterafoam, potongan seng, dan isolasi Kedua, presentasi hasil karya. Pada

tahap ini mereka mengidentifikasi bentuk-bentuk energi yang ditemukan dari produk yang mereka buat lalu menjelaskan perubahanya. Di sini saya fasilitasi mereka berdiskusi atas perubahan energi yang ditemukan. Misalnya, kelompok Maxwell menjelaskan adanya tiga energi yang diidentifikasi, dan perubahannya dari energi kimia ke energi listrik lalu ke energi gerak.

Ketiga, siswa membuat laporan hasil percobaan dan langkah-langkah mereka merancang alat untuk mengatasi masalahnya. Pada tahap ini, mereka tidak hanya menunjukkan kemampuannya untuk mendeskripsikan hasil karyanya, tapi mereka juga menyatakan kesenangannya mengikuti pembelajaran ini.

Alat yang telah berhasil dirancang kemudian dipresentasikan cara kerjanya.

Siswa merancang alat dalam pembelajaran IPA, menyimulasikan aplikasi perubahan energi dalam kehidupan sehari-hari.

Menganalisis Perubahan Energi

Page 20: No. 10 Inovasi Pendidikan Mei 2011 Media Komunikasi SMP dan … · Berita dari Provinsi Hal 15 Media Komunikasi SMP dan MTs Edisi 10/ Mei 2011 Pelatihan BTL untuk Pengawas BERIKUT

Ketika Kelas Jadi Pasar Ibu Darmian Samosir, S.Pd, Guru IPS SMPN

1 Sidikalang, Dairi, Sumut, punya cara lain mengajarkan tentang

pasar. Ia tidak memungut teori dari

buku lalu mendiktekannya kepada siswa. Ibu

Darmian mengajak siswa “membangun” pasar di dalam kelas.

Siswa berperan menjadi penjual dan pembeli. Kelas VIII – 6 tampak berantakan. Di pintu kelas sejumlah

baju tergantung. Di atas meja rupa-rupa barang berserakan. Kelas itu mirip pasar. Berbeda dengan pasar tradisional yang becek, bau dan hiruk pikuk. Pasar kelas VIII -6 dibangun di atas lantai semen dan kios-kiosnya terdiri dari meja belajar. Proses tawar-menawar juga terbilang unik. Si pedagang tidak

Praktik Yang Baik Hal 20

Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktik-praktik yang baik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke

[email protected].

PAK SUAIB, petani jagung di Tamalatea, kabupaten Jeneponto, tam-pil di depan kelas dan di kebun menje-laskan siswa kelas VIII SMPN 4 Tamala-tea tentang tatacara menanam jagung dengan benar. Hari itu, Pak Orban guru Bahasa Indonesia, sengaja melibat-kan anggota masyarakat sebagai sum-ber belajar bagi siswa untuk mencapai Kompetensi Dasar: 4.3. Menulis

Belajar Menulis Petunjuk dari Petani

(4) memajang hasil karya kelompok. Pada sesi ini saya menegaskan kepada siswa agar tidak menghabiskan banyak waktu untuk menghiasi karyanya. (5) belanja gagasan (shopping ide). Pada sesi ini saya mengarahkan siswa untuk mencermati perbedaan yang ditemukan (5) prensentasi hasi karya. Pada sesi ini saya memfasilitasi diskusi antar kelompok, memberi siswa kesempatan untuk saling mengkritisi pendapat. Ketiga, memberikan penguatan dengan menunjukkan urutan kalimat yang lebih tepat tentang langkah-langkah menanam jagung yang benar.

”Kegiatan inti pembelajaran saya kelola selama 65 menit. Apersepsi dan motivasi siswa selama 10 menit serta 5 untuk kegiatan refleksi pembelajaran. Setelah pembelajaran aktif ini, saya mendapatkan siswa-siswa saya mampu mengumpulkan ide pokok dari narasumber, mengeksplorasi kemampuan berbahasanya baik dalam bahasa tulis menyusun petunjuk melakukan sesuatu maupun kemampuan bahasa lisan lewat presentasi, diskusi dan beda pendapat.

Suasana kelas yang dbuat Ibu Darmian menjadi model pasar,

membuat proses belajar menjadi bermakna.

sekadar menjual barang, tapi menerangkan kepada si pembeli tingkat harga dari setiap barang yang dijajakan.

Menurut Ibu Darmian dengan membuat pasar di kelas, siswa lebih mudah memahami proses jual beli dalam sistem perekonomian. Lebih lanjut, Ibu Darmian mengatakan bahwa model pembelajaran seperti yang Ia ampuh akan memberikan siswa kemampuan tawar-menawar di pasar.” Setidaknya siswa bisa menawar barang lah,” tutur Ibu Darmian.

petunjuk melakukan sesuatu den-gan urutan yang tepat dan meng-gunakan bahasa yang efektif. Targetnya siswa mampu menangkap ide pokok langsung dari narasumber

Kegiatan inti pembelajaran selama 2 x 40 menit meliputi: Pertama, memberikan siswa Tugas Individu untuk mencatat fakta-fakta tentang keadaan dua kelompok tanaman jagung yang ditanam secara benar lalu dirawat dengan baik serta kelompok yang cara penanamannya tidak tepat menanam; menyimak dan mencatat informasi pokok tentang cara-cara menanam jagung yang diuraikan langsung dari petani. Kedua, siswa mengerjakan Tugas Kelompok: (1) mendiskusikan dan merumuskan informasi dari petani menjadi teks petunjuk cara menanam jagung secara benar, (2) memilah dan menemukan kalimat clue (petunjuk) yang benar dari Amplop Sumber Belajar untuk dirangkai menjadi teks cara menanam jagung secara benar, (3) bekerjasama merangkai kalimat menjadi teks petunjuk tentang langkah-langkah yang benar menanam jagung,

Siswa belajar langsung dari narasum-

ber dan lahan pertanian.