new up lala jajang

149
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Diberlakukannya AFTA tahun 2003 menuntut bangsa Indonesia siap menghadapi pasar bebas (pasar global). Konsep Global Trade Point Net Work (GTPN) yang dirancang oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dengan tujuan mengefektifkan dan mengefisiensikan perdagangan internasional. Keberhasilan perdagangan pada pasar global tidak hanya mengandalkan kekuatan modal dan teknologi saja, tetapi juga kekuatan kebudayaan bangsa dan kualitas sumber daya manusianya. Kekuatan moral akan menjadi modal utama bagi dunia bisnis agar mampu bersaing secara sehat dan adil di era globalisasi. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus segera mempersiapkan diri dan sumber daya manusianya untuk memiliki keterampilan yang memadai, motivasi berprestasi tinggi, kepribadian dewasa, kecerdasan emosi yang baik, dan mampu menerapkan budaya kerja dalam organisasi. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, bekerja profesional dan bermoral 1

Upload: al

Post on 13-Jun-2015

522 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: New UP Lala Jajang

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Penelitian

Diberlakukannya AFTA tahun 2003 menuntut bangsa Indonesia siap

menghadapi pasar bebas (pasar global). Konsep Global Trade Point Net Work

(GTPN) yang dirancang oleh United Nations Conference on Trade and

Development (UNCTAD) dengan tujuan mengefektifkan dan mengefisiensikan

perdagangan internasional. Keberhasilan perdagangan pada pasar global tidak

hanya mengandalkan kekuatan modal dan teknologi saja, tetapi juga kekuatan

kebudayaan bangsa dan kualitas sumber daya manusianya. Kekuatan moral akan

menjadi modal utama bagi dunia bisnis agar mampu bersaing secara sehat dan adil

di era globalisasi. Oleh karena itu bangsa Indonesia harus segera mempersiapkan

diri dan sumber daya manusianya untuk memiliki keterampilan yang memadai,

motivasi berprestasi tinggi, kepribadian dewasa, kecerdasan emosi yang baik, dan

mampu menerapkan budaya kerja dalam organisasi. Dengan sumber daya manusia

yang berkualitas tinggi, bekerja profesional dan bermoral maka akan mampu

membawa bangsa Indonesia untuk bersaing sehat di era globalisasi.

Era reformasi saat ini telah banyak mempengaruhi perekonomian bangsa.

Keadaan ini membuat gerakan koperasi mendapat peluang untuk memperkenalkan

diri tentang peran dan fungsinya pada masyarakat dengan berbagai macam konsep

yang telah diberlakukan. Koperasi kini diharapkan mendapat peluang dengan

disertai semangat reformasi di negara Republik Indonesia. Tujuan pembangunan

ekonomi nasional adalah untuk mencapai keadaan masyarakat yang adil dan

makmur, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta

distribusi pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

1

Page 2: New UP Lala Jajang

Usaha pemerintah dalam pembangunan ekonomi khususnya dalam bidang

koperasi perlu mendapat dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat sehingga

tujuan ekonomi dapat segera terwujud. Landasan ekonomi yang dijadikan

pedoman dalam melaksanakan pembangunan ekonomi nasional adalah Undang-

Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 1, yang menyatakan bahwa perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Walaupun dalam

amandemen pasal 33 tanpa menyebut secara eksplisit kata koperasi akan tetapi

implementasi konsep koperasi di era reformasi saat ini terlihat jelas, di mana

adanya usulan reformasi yang telah terpenuhi yaitu perubahan Inpres No.

18/1998, Kepres No. 21/1997 menjadi Kepres No. 25/1999 tentang Dekopin, dan

perubahan Departemen Koperasi menjadi Menteri Negara Koperasi. Demikian

pula perubahan-perubahan segi mikro koperasi seperti persyaratan keanggotaan,

kelayakan usaha koperasi, profesionalisme manajemen koperasi harus terus

disosialisasikan di dalam berbagai forum. Hal tersebut dalam pelaksanaannya

koperasi di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Pernyataan tersebut menerangkan bahwa kedudukan koperasi sangatlah

penting dalam mengembangkan potensi ekonomi rakyat demi terwujudnya

kehidupan demokrasi ekonomi berdasarkan asas kekeluargaan dan keterbukaan,

sehingga koperasi mempunyai kesempatan yang luas dan dapat tetap bertahan

dalam persaingan global, namun demikian dirasakan bahwa koperasi belum

sepenuhnya mampu menjadi kompetitor yang handal pada era kompetitif. Hal ini

disebabkan karena pada umumnya koperasi merupakan badan usaha yang masih

2

Page 3: New UP Lala Jajang

memiliki kelemahan, baik aspek manajemen, kewirausahaan, inovasi, dan

teknologi yang digunakan maupun kemampuan untuk bersaing, walaupun pada

saat krisis ekonomi koperasi masih mampu bertahan. Memperhatikan hal tersebut

diharapkan koperasi dapat berperan sebagai soko guru perekonomian nasional

sekaligus sebagai badan usaha yang mampu menjalankan fungsinya agar sejajar

dan dapat bersaing dengan badan usaha ekonomi lainnya yaitu Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).

Pengurus dalam menjalankan usaha koperasi dapat mengangkat pengelola

baik itu manajer maupun karyawan. Manajer koperasi memerlukan otonomi

dalam menetapkan tindakan-tindakan operasional dan dalam mengambil

keputusan mengenai kegiatan operasional koperasi. Peningkatan pelayanan

terhadap anggota menuntut adanya keputusan-keputusan yang tepat mengenai

jenis, kualitas, kuantitas, kombinasi, kondisi dan sebagainya dari pelayanan yang

disediakan oleh koperasi. Peran manajer di satu pihak bertugas mengembangkan

koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berhasil dan di lain pihak menunjang

kepentingan atau usaha para anggota.

Peranan manajer dalam koperasi adalah sesuatu yang penting di mana

sistematika kerja yang baik dapat terbentuk apabila peranan manajer dijalankan

dengan baik dan penuh tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Manajer menentukan sukses gagalnya suatu organisasi oleh karena itu manajer

dituntut untuk dapat menyesuaikan manajemen organisasinya untuk terus

berkembang sehingga dapat terus berjalan ke arah peningkatan. Keterampilan

dalam mengelola sangat dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian dengan cara

3

Page 4: New UP Lala Jajang

mengantisipasi perubahan-perubahan, oleh karena itu seorang manajer harus

memiliki kreatifitas yang tinggi, inovasi-inovasi, fleksibilitas sehingga akan

membantu dalam memudahkan pemecahan masalah. Apabila manajer dalam

menjalankan peranannya sebagai pemimpin pada unit-unit usaha tidak mampu

memimpin dan menjalin hubungan yang baik dengan para karyawannya maka

akan tercipta suatu pola kerja yang tidak terencana dan terarah. Dengan kata lain

apabila manajer dalam koperasi tidak mampu merumuskan petunjuk kerja dengan

baik dan tidak memberikan pengarahan yang sistematis mengenai cara kerja yang

harus dilakukan oleh karyawan maka akan sulit terciptanya suatu kesamaan

perilaku tugas dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan pada koperasi. Bila

manajer dapat mengambil tindakan yang tepat dalam kegiatan koperasi maka apa

yang menjadi tujuan bersama akan mudah dicapai.

Manajer koperasi mempunyai tanggung jawab terhadap jalannya kegiatan

usaha koperasi sehari-hari, tanggung jawab tersebut didasarkan pada tugas yang

dibebankan dan wewenang yang dilimpahkan oleh pengurus kepada manajer.

Dalam pengelolaan koperasi tidak terlepas dari keberadaan karyawan, karena

karyawan telah menyumbangkan tenaga dan pikiran yang tidak sedikit bagi

perkembangan dan pengembangan koperasi. Selain itu karyawan juga mempunyai

peranan penting sebagai penghubung antara penerjemah kebijaksanaan yang

dihasilkan oleh Rapat Anggota dengan anggota koperasi yang menerima

kebijaksanaan dan juga melaksanakan program kerja yang telah disusun.

Pencapaian tujuan koperasi merupakan indikator penting untuk kemajuan

4

Page 5: New UP Lala Jajang

koperasi, tercapainya tujuan tersebut ditentukan oleh kinerja pengelola koperasi

dalam arti sejauhmana pengelola koperasi dapat bekerjasama dengan baik.

Pengelolaan usaha koperasi sehari-hari dilakukan oleh manajer dibantu

oleh karyawan, untuk itu diperlukan suatu kerjasama yang baik antara manajer

dengan karyawan dalam bekerja. Manajer harus dapat mengarahkan karyawan

dalam memelihara tata tertib hubungan kerja dan menyelesaikan pekerjaan

sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan, selain itu juga manajer harus

memberikan garis besar setiap prosedur kerja dalam organisasi yang

menggambarkan apa yang harus dikerjakan, dalam urut-urutan yang bagaimana,

melalui bagian apa saja, serta kapan tugas itu harus diselesaikan sehingga dapat

diketahui dengan jelas hubungan kerja yang ada. Manajer dan karyawan harus

menyatukan berbagai kepentingan dalam organisasi sehingga terjalin adanya

kesatuan usaha ke arah tujuan bersama. Apabila hubungan kerja antara manajer

dengan karyawan dapat terjalin keharmonisannya diharapkan tujuan usaha

koperasi dapat dicapai. Dari hubungan kerja tersebut dapat diperoleh kepastian

adanya satu pandangan untuk pencapaian tujuan yang efektif dan efisien pada

koperasi. Manajer juga harus mampu menerapkan manajemen yang baik berkaitan

dengan segala bentuk tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya agar tidak terjadi

kesimpangsiuran dalam pelaksanaan pekerjaan.

Koperasi dalam manjalankan usahanya tidak terlepas dari peranan

karyawan sebagai pelaksana operasional kegiatan usaha koperasi tersebut, oleh

karena itu diperlukan suatu perhatian terhadap karyawan baik itu menyangkut

fasilitas kerja maupun kebutuhan-kebutuhan dari karyawan tersebut. Salah satu

5

Page 6: New UP Lala Jajang

bentuk agar karyawan merasa puas dalam bekerja adalah melalui kompensasi

yang diberikan koperasi terhadap karyawan sesuai dengan keadilan dan

kelayakan. Sesuai dengan pendapat T. Hani Handoko (1992:155), dalam buku

“Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia“ menyatakan bahwa suatu

cara departemen personalia meningkatkan prestasi kerja (kinerja), motivasi dan

kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi. Adanya perhatian pengurus

berkaitan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan akan memberikan

dampak positif terhadap koperasi, karena dengan karyawan merasa puas dalam

bekerja mereka akan memberikan kontribusi positif terhadap koperasi baik berupa

hasil kerja maupun pelayanan yang diberikan kepada anggota koperasi dengan

demikian kinerja dari karyawan akan meningkat, begitu pula yang diharapkan

terjadi pada Koperasi Serba Usaha (KSU) “Tandangsari” Sumedang.

Koperasi Serba Usaha (KSU) “Tandangsari” Sumedang dengan Badan

Hukum No. 7251/BH/PAD/DK.10.13/III/2002, memperoleh Hak Badan Hukum pada

tanggal 25 Maret 2002. Maksud dan tujuan didirikannya KSU “Tandangsari”

Sumedang, adalah untuk membantu dan mengembangkan potensi serta

kemampuan ekonomi para anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya

untuk dapat mensejahterakan ekonomi dan sosialnya.

Dalam upaya untuk menunjang tercapainya maksud dan tujuan tersebut

maka diselenggarakan beberapa kegiatan usaha yang ditujukan selain untuk

mengakomodasi kebutuhan anggota juga untuk memperlancar proses pemberian

pelayanan kepada nggota dengan menyediakan apa yang dibutuhkan dan

diperlukan oleh anggota. Adapun kegiatan usaha tersebut diantaranya yaitu unit

6

Page 7: New UP Lala Jajang

usaha simpan pinjam, unit usaha sapi perah, unit usaha waserda, dan unit usaha

saprotan, yang dikelola oleh 5 orang pengurus, 3 orang pengawas, 1 orang

manajer, dan 74 orang karyawan dengan jumlah anggota sebanyak 2389 orang.

Berdasarkan kenyataan pada Koperasi Serba Usaha (KSU) “Tandangsari”

Sumedang dapat diketahui beberapa fenomena mendasar mengenai kepuasan kerja

dan kinerja karyawan antara lain :

1. Koperasi dalam memberikan kompensasi kepada karyawan tidak disesuaikan

dengan beban kerja yang dikerjakan dan tingkat pendidikan yang dimiliki

karyawan tersebut, di samping itu juga gaji yang diterima karyawan tidak

sesuai dengan UMR di Kabupaten Sumedang yaitu antara Rp. 700.000,00

sampai dengan Rp. 800.000,00 dan masih kurangnya perhatian terhadap

tunjangan-tunjangan bagi karyawan misalnya tunjangan kesehatan, tunjangan

pendidikan bagi anak, tunjangan jabatan, tunjangan hari raya, dan lain-lain,

hal ini mengakibatkan karyawan kurang termotivasi dalam melakukan

pekerjaan yang dibebankan kepadanya karena dinilai balas jasa yang diterima

kurang sesuai dengan pengorbanan yang dikeluarkan dan juga berpengaruh

pada tingkat kepuasan kerja yang dialami karyawan.

2. Faktor yang kurang kondusif di lingkungan kerja sehingga berpengaruh

terhadap karyawan diantaranya adanya gap antara kelompok kerja dalam

bekerja, kurangnya kerjasama diantara rekan kerja, ini semua diakibatkan

kurangnya komunikasi, rendahnya pengawasan yang dilakukan oleh para

pengurus dan manajer terhadap karyawan sehingga hal tersebut berpengaruh

pada hasil kerja dari karyawan.

7

Page 8: New UP Lala Jajang

3. Koperasi kurang memperhatikan fasilitas utama maupun pendukung bagi

karyawan dalam bekerja misalnya penyediaan komputer guna mendukung

pekerjaan karyawan, peralatan dan perlengkapan kerja baik itu di kantor

maupun untuk operasional dinilai masih kurang seperti persediaan masker,

persediaan ember, tempat penampungan susu, dan juga sarana angkutan

(transportasi) untuk pengangkutan distribusi susu perah sehingga hal ini tentu

saja menghambat aktivitas kerja karyawan.

4. Pengurus koperasi kurang perhatian dan kurang memotivasi terhadap

karyawan dalam bekerja. Hal tersebut berdampak pada hasil pekerjaan yang

dilakukan oleh karyawan, diantaranya dalam menjalankan pekerjaannya

kurang teliti salah satunya adanya kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan

pekerjaan, karyawan dalam bekerja terkadang kurang memperhatikan aspek

kebersihan baik menyangkut aspek kerja maupun lingkungan kerja, adanya

pekerjaan yang kurang tepat waktu yang ditetapkan oleh atasan disebabkan

kemampuan dari karyawan tersebut. Apabila hal tersebut tidak mendapat

penanganan dari koperasi ini akan menghambat dalam pencapaian tujuan

koperasi. Bedasarkan hal tersebut perlu kiranya dilakukan analisis, untuk

diketahui sejauhmana kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap kepuasan

kerja dan bagaimana hubungannya dengan kinerja karyawan.

Berdasarkan latar belakang pada kenyataan yang ada di KSU

“Tandangsari” Sumedang, maka peneliti berusaha mengungkapkan isu sentral

mengenai “Analisis Kepuasan Kerja Hubungannya Dengan Kinerja

Karyawan “.

8

Page 9: New UP Lala Jajang

I.2. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang penelitian mengenai analisis kepuasan

kerja hubungannya dengan kinerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang,

maka peneliti mengidentifikasikan pada permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kepuasan kerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang.

2. Bagaimana kinerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang.

3. Sejauhmana hubungan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan di KSU

“Tandangsari” Sumedang.

I.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui

hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja karyawan di KSU “Tandangsari”

Sumedang.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh

gambaran tentang :

1. Kepuasan kerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang.

2. Kinerja karyawan di KSU “Tandangsari” Sumedang.

I.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi aspek pengembangan ilmu

pengetahuan dan aspek guna laksana dalam hal ini KSU “Tandangsari”

Sumedang.

9

Page 10: New UP Lala Jajang

1.3.1. Aspek Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

penerapan ilmu pengetahuan pada umumnya dan khususnya bidang manajemen

bisnis serta lebih utama mengenai kepuasan kerja dan kinerja karyawan.

1.3.2. Aspek Guna Laksana

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi KSU

“Tandangsari” Sumedang baik itu untuk pengurus, pengawas, manajer, karyawan,

anggota dan semua pihak yang terlibat serta dijadikan sebagai bahan informasi

untuk perbandingan atau pedoman dalam hal ini mengenai kepuasan kerja dan

kinerja karyawan.

I.5. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KSU “Tandangsari” Sumedang, yang

beralamat di belakang pasar Tanjungsari No. 29 Desa Jatisari, Kabupaten

Sumedang – Jawa Barat.

10

Page 11: New UP Lala Jajang

II. PENDEKATAN MASALAH DAN METODE PENELITIAN

II.1. Pendekatan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dihubungkan

dengan judul penelitian, maka terdapat dua fenomena yaitu fenomena kepuasan

kerja dan fenomena kinerja karyawan. Untuk pemecahan masalah tersebut

digunakan pendekatan kajian pustaka yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan

kinerja karyawan sehingga maksud dan tujuan penelitian diharapkan dapat

tercapai. Koperasi merupakan perwujudan lembaga ekonomi kerakyatan yang

dianggap sesuai dengan karakteristik sosial budaya bangsa Indonesia, sehingga

memberikan inspirasi yang jelas untuk dapat mewujudkan cita-cita pembangunan

nasional. Landasan filosofi Pancasila, landasan struktural UUD 1945 serta

landasan operasional GBHN telah mengkukuhkan bahwa koperasi diharapkan

dapat menjadi sokoguru perekonomian bangsa Indonesia. Beban berat untuk

menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian bangsa Indonesia terasa

semakin berat karena sampai saat ini koperasi belum mampu bersaing dengan

pelaku ekonomi lainnya sehingga cita-cita koperasi belum mampu diwujudkan

secara maksimal.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian Bab I Pasal 1, menyatakan bahwa :

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan ”.

11

Page 12: New UP Lala Jajang

Definisi koperasi menurut kongres ICA di Manchester Inggris 1995,

menyatakan bahwa :

“Koperasi merupakan sebuah perkumpulan orang yang bersifat otonom yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi bersama dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dievaluasi secara demokratis“.

Pengertian koperasi tersebut menjelaskan bahwa koperasi merupakan

lembaga ekonomi yang kegiatannya terstruktur berdasarkan prinsip koperasi

dengan tujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya didasarkan pada asas demokrasi dan kekeluargaan.

Koperasi lahir karena adanya minimal satu kepentingan yang sama dari anggota-

anggotanya untuk meningkatkan taraf hidup melalui usaha bersama atas dasar

sikap tolong-menolong (mutual help), menolong diri sendiri (self help), dan

bertanggung jawab pada diri sendiri (self responsibility). Selanjutnya kelompok

individu ini membentuk suatu organisasi otonom yang dikelolanya sendiri untuk

menunjang kebutuhan para anggotanya itu. Jadi organisasi koperasi adalah

organisasi yang memiliki dan dibina secara bersama guna memperbaiki situasi

ekonomi dan sosial mereka sendiri.

Dalam pengelolaan usaha koperasi harus berpedoman kepada prinsip-

prinsip koperasi yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25

Tahun 1992 tentang Perkoperasian Bab III Pasal 5 ayat 1 dan 2, yaitu :

1. Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut :a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya

jasa usaha masing-masing anggota.

12

Page 13: New UP Lala Jajang

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.e. Kemandirian.

2. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut :a. Pendidikan perkoperasian.b. Kerjasama antar koperasi.

Koperasi merupakan satu kesatuan sistem yang di dalamnya terdapat

aktivitas-aktivitas yang dinamis. Koperasi sebagai bentuk badan usaha yang

bergerak dibidang perekonomian dan mempunyai tatanan manajemen yang

berbeda dengan badan usaha lainnya. Perbedaan tersebut timbul karena pada

badan usaha koperasi mempunyai dasar filsafat demokrasi yang mencerminkan

asas dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. Kedudukan koperasi sebagai

salah satu lembaga ekonomi nasional memiliki fungsi dan peranan, hal ini sesuai

dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian Bab III Pasal 4, yaitu :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Tercapainya keberhasilan koperasi sebagaimana yang dicita-citakan, tidak

terlepas dari sistem manajemen yang baik dan didukung oleh sumber daya

manusia yang berkualitas. Keberadaan koperasi sebagai pelaku ekonomi diharapkan

mampu menjadi sokoguru perekonomian nasional yang dapat memajukan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

13

Page 14: New UP Lala Jajang

Keberhasilan dalam mengelola koperasi tidak terlepas dari peranan komponen-

komponen yang ada dalam koperasi tersebut. Menurut Hans H. Munker

(1997:36) mengemukakan mengenai ukuran keberhasilan koperasi yaitu :

1. Kesejahteraan anggota tampak nyata dan konkrit, pengembalian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan, meskipun pemasaran dilakukan dengan harga dan mutu yang bersaing dalam pasar.

2. Efisiensi ekonomi cukup tinggi.3. Penggunaan sisa hasil usaha untuk tujuan koperasi.4. Investasi secara sistematis yang dikaitkan dengan basis keanggotaan

(adanya pengurus yang khusus bertanggung jawab pada hubungan dengan anggota, saluran informasi dan komunikasi yang baik).

5. Profit usaha yang jelas.6. Kepemimpinan dengan konsep koperasi yang jelas.

Berdasarkan hubungan ini maka pengelolaan usaha koperasi harus

dilakukan secara produktif, efektif dan efisien dalam arti koperasi harus

mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan

nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap

mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil usaha yang wajar. Koperasi

adalah organisasi yang berdasarkan atas usaha bersama dan adanya saling kerja

sama antara individu sehingga membentuk wadah yaitu koperasi, hal tersebut

didorong oleh keperluan orang untuk saling membutuhkan, saling mengisi, karena

pada dasarnya orang-perorangan akan lebih sulit mencapai apa yang dikehendaki

disebabkan oleh keterbatasan-keterbatasan yang ada pada dirinya. Adanya

struktur organisasi koperasi akan nampak jelas tergambar bagaimana hubungan

kerja dari tiap-tiap unit yang ada di koperasi saling bekerja sama dan tidak bisa

melepaskan diri satu dengan yang lainnya. Suatu unit tidak mungkin dapat

berfungsi dengan baik tanpa dibantu oleh unit yang lain, tiap unit berkewajiban

14

Page 15: New UP Lala Jajang

mendukung pelaksanaan fungsi unit yang lainnya supaya organisasi koperasi

dapat berjalan lancar dan efektif dalam menjalankan tugasnya mencapai tujuan.

Koperasi sebagai suatu bentuk organisasi memiliki seperangkat nilai yang

diantaranya diformulasikan ke dalam sejumlah norma dan prinsip-prinsip koperasi

dan karena itu koperasi menampilkan karakteristik tersendiri bila dibandingkan

dengan bentuk-bentuk perusahaan bukan koperasi. Menurut Weber (dalam

Ramudi Ariffin; 2002) mengemukakan bahwa deskripsi tentang karakteristik

koperasi pada umumnya didasarkan kepada tugas dan definisi sesuai dengan

undang-undang yang berlaku. Sedangkan menurut Hanel (dalam Ramudi Ariffin;

2001) menjelaskan ciri-ciri Integrated Cooperative adalah sebagai berikut :

1. Koperasi mengambil alih seluruh atau sebagian dari fungsi-fungsi ekonomi anggota.

2. Perusahaan koperasi memimpin kegiatan usaha, tetapi kontrol tetap berada ditangan anggota.

3. Orientasi perusahaan koperasi adalah mengembangkan usaha perekonomian anggota sekaligus mengembangkan koperasinya sendiri.

4. Terjadi hubungan saling ketergantungan diantara anggota dengan perusahaan koperasi sehingga partisipasi anggota menjadi tinggi.

Kegiatan suatu organisasi akan berhasil apabila dalam pengelolaan

manajemennya selalu terdapat kerjasama. Pencapaian tujuan-tujuan organisasi

koperasi dan sasaran serta kebijakan usaha perusahaan koperasi sangat

menentukan jasa-jasa pelayanan dan pengembangan koperasi. Menurut Ramudi

Ariffin (2003:59), menyatakan bahwa :

“Anggota berhak memperoleh pelayanan dari koperasi dan

memperoleh dampak terhadap perbaikan kondisi ekonominya”.

15

Page 16: New UP Lala Jajang

Lebih lanjut Ramudi Ariffin mengemukakan bahwa anggota wajib

memanfaatkan pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh koperasi karena

pelayanan-pelayanan koperasi diadakan atas keputusan dan untuk mereka sendiri.

Supaya tujuan koperasi dapat tercapai secara efektif maka diperlukan

manajemen yang baik dan kerjasama antara komponen yang ada di koperasi.

Menurut H. RM. Ramudi Arifin dalam buku Ekonomi Koperasi (1997 : 25)

unsur-unsur koperasi adalah sebagai berikut:

1. Unsur Internal Organisasi terdiri dari :

a) individu anggota

b) kepentinan ekonomi anggota

c) kelompok koperasi

d) pengelola koperasi

e) perusahaan koperasi

f) kegiatan usaha/pelayanan koperasi

Unsur-unsur internal tersebut terkait dalam satu kesatuan sistem yang

bekerja menurut prinsip-prinsip koperasi.

2. Unsur eksternal koperasi adalah :

a) pasar

b) lingkungan kehidupan (Poleksosbud, hankam, agama).

Sejalan dengan pemaparan di atas, maka koperasi sebagai suatu institusi

ekonomi harus berusaha untuk mengkombinasikan segala sumber daya dan faktor

produksi yang dimilikinya secara optimal, dalam rangka menghasilkan barang dan

jasa yang diperlukan oleh anggotanya. Hal ini bermakna bahwa nilai-nilai bisnis

16

Page 17: New UP Lala Jajang

dan prinsip ekonomi serta hukum-hukum ekonomi juga berlaku di koperasi (Sri

Edi Swasdono, 1993 : 2).

Dengan demikian konsekwensinya maka koperasi harus mencari laba

sebagaimana badan usaha ekonomi lainnya, akan tetapi badan usaha koperasi

dalam praktek bisnisnya harus terikat pula pada prinsip gandanya yaitu, sebagai

pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer) atau pemakai (user).

Menurut Alfred Hannel (1989:29), ciri-ciri khusus koperasi sebagai badan

usaha ekonomi terdiri dari empat unsur pokok yaitu :

a. Sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar

sekurang-kurangnya satu tujuan atau kepentingan yang sama (Kelompok

Koperasi),

b. Anggota-anggota kelompok koperasi secara individual bertekad

mewujudkan tujuannya, yaitu memperbaiki situasi ekonomi dan sosial

mereka, melalui usaha-usaha (aksi-aksi) bersama dan saling membantu

(Swadaya Dari Kelompok Koperasi),

c. Sebagai instrumen wahana untuk mewujudkannya adalah suatu

perusahaan yang dimiliki dan dibiayai serta dibina secara bersama

(Perusahaan Koperasi),

d. Perusahaan koperasi ditugaskan untuk menunjang kepentingan para

anggota kelompok koperasi itu, dengan cara menyediakan atau

menawarkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para anggota dalam

kegiatan ekonominya (Tujuan Koperasi Atau Prinsip Koperasi).

17

Page 18: New UP Lala Jajang

Ke empat kriteria khusus tersebut dapat dijelaskan dengan gambar sebagai

berikut :

Gambar 1. Organisasi Koperasi Sebagai Suatu Sistem Ekonomi

Sumber Gambar 1: Alfred Hannel, (1989). Organisasi Koperasi Dan Pokok-pokok

Pikiran Perkembangan Koperasi Negara-negara Maju.

Berdasarkan ilustrasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara

ekonomi sekurang-kurangnya ada empat elemen penting dari koperasi sebagai

badan usaha ekonomi, yaitu :

1. Adanya kepentingan ekonomi anggota,

2. Adanya perusahaan koperasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan

ekonomi sebagai pelaksana untuk mewujudkan kepentingan ekonomi

anggota,

18

Kelompok koperasi

Hubungan kepemilikan

Hubungan usaha yang bersifat menunjang

Kegiatan ekonomi anggota perorangan, rumah tangga/perusahaan

Anggota-anggota perorangan

Perusahaan

UA

UA

UA

UA

PASAR

Hubungan pasar

Page 19: New UP Lala Jajang

3. Adanya pelayanan perusahaan koperasi kepada anggota,

4. Adanya pasar internal di dalam koperasi berupa transaksi-transaksi

anggota dengan perusahaan koperasi.

Atas dasar uraian tersebut dapat dilihat bahwa di dalam tubuh organisasi

koperasi terdapat hubungan antara anggota sebagai individu dengan koperasi

sebagai organisasi yang saling menunjang. Hubungan yang ada di dalamnya

adalah hubungan kepemilikan, hal ini menunjukan adanya peran ganda (dual

identity) yang artinya anggota koperasi adalah sebagai pemilik sekaligus sebagai

pelanggan. Sebagai pemilik, anggota berkewajiban untuk ikut serta dalam

pengembangan koperasi, misalnya dalam pemupukan modal usaha melalui

berbagai simpanan (simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela).

Sebagai pelanggan, anggota mempunyai hak untuk memanfaatkan pelayanan yang

diberi koperasi, misalnya pelayanan yang bersifat menunjang usaha dan ini

merupakan pelayanan dalam meningkatkan taraf hidup anggotanya. Artinya,

identitas ganda anggota koperasi (dual identity) akan membentuk hubungan

khusus anggota koperasi dengan perusahaan koperasinya.

Sebagai badan usaha, koperasi melaksanakan fungsi utamanya yaitu

membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggotanya

dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Dalam

rangka melaksanakan fungsi utama tersebut, maka koperasi harus melakukan

usaha-usaha secara profesional agar dapat mengahasilkan barang atau jasa yang

dibutuhkan oleh anggotanya sehingga akan ada manfaat atau nilai lebih yang bisa

drasakan secara langsung oleh anggota. Oleh karenanya setiap kegiatan usaha atau

19

Page 20: New UP Lala Jajang

ekonomi yang dijalankan oleh koperasi harus dapat memberikan manfaat kepada

anggotanya terutama manfaat ekonomi.

Dalam upaya mewujudkan koperasi sebagai suatu institusi ekonomi

(sistem sosio ekonomi), maka diperlukan suatu pembinaan dan pengembangan

yang harus dilakukan secara terencana, sistematis, terpadu dan menyeluruh

terhadap sumber daya manusia pelaksana (pengurus dan karyawan) koperasi

dalam upaya untuk meningkatkan kepuasaan kerja hubungannya dengan kinerja

karyawan, selain juga untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya

untuk memecahkan masalah dan mengembangkan potensi koperasi secara

mandiri, sampai pada perbaikan atau peningkatan kualitas dan kinerja dari sumber

daya manusia dan manajemen koperasi guna menunjang terwujudnya kondisi

koperasi yang mantap utuh dan mandiri, sebagai pusat pelayanan ekonomi bagi

para anggota dan lingkungannya.

Pada dasarnya, jenis status keanggotaan dapat dikategorikan ke dalam dua

kelompok, yaitu produsen dan konsumen. Apabila anggota koperasi adalah

produsen, maka kegiatan mereka sebagai unit ekonomi adalah memproduksi

barang atau jasa untuk dijual ke pasar. Dengan demikian koperasi mengambil alih

tugas penjualan dari anggota produsen yang semula dilakukan sendiri oleh

produsen tersebut. Selanjutnya koperasilah yang berinteraksi dengan pasar untuk

memasarkan produk yang dihasilkan oleh para anggotanya dimana koperasi ini

dapat dikatakan sebagai koperasi penjualan atau koperasi produsen. Dalam hal ini,

koperasi harus memiliki sumber daya manusia yang mampu untuk melakukan

tugas dan tanggungjawabnya dalam rangka mencapai tujuan koperasi.

20

Page 21: New UP Lala Jajang

Koperasi dalam manjalankan usahanya tidak terlepas dari peranan

karyawan sebagai pelaksana operasional kegiatan usaha koperasi tersebut, oleh

karena itu diperlukan suatu perhatian terhadap karyawan baik itu menyangkut

fasilitas kerja maupun kebutuhan-kebutuhan dari karyawan tersebut. Salah satu

bentuk agar karyawan merasa puas dalam bekerja adalah melalui kompensasi

yang diberikan koperasi terhadap karyawan sesuai dengan keadilan dan

kelayakan. Sesuai dengan pendapat T. Hani Handoko (1992:155), yang

menyatakan bahwa suatu cara departemen personalia meningkatkan prestasi kerja

(kinerja), motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi.

Adanya perhatian pengurus berkaitan untuk meningkatkan kepuasan kerja

karyawan akan memberikan dampak positif terhadap koperasi, karena dengan

karyawan merasa puas dalam bekerja mereka akan memberikan kontribusi positif

terhadap koperasi baik berupa hasil kerja maupun pelayanan yang diberikan

kepada anggota koperasi dengan demikian kinerja dari karyawan akan meningkat,

begitu pula yang diharapkan terjadi pada Koperasi Serba Usaha (KSU)

“Tandangsari” Sumedang.

Karyawan sebagai tenaga operasional pada organisasi koperasi harus dapat

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya sedangkan pengurus berperan

memberikan dorongan secara langsung maupun tidak langsung kepada karyawan

agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Salah satu faktor

pendukung keberhasilan koperasi adalah hasil kerja karyawan, agar karyawan

mempunyai hasil kerja yang baik maka koperasi harus lebih memperhatikan

aspek-aspek berkaitan dengan karyawan salah satunya berkaitan dengan kepuasan

21

Page 22: New UP Lala Jajang

kerja karyawan, karena dengan karyawan merasa puas akan memberikan dampak

positif terhadap hasil kerja maupun kinerja karyawan itu sendiri. Pada dasarnya

kepuasan kerja merupakan sifat individual, di mana setiap individu memiliki

kepuasan berbeda-beda dengan sistem ataupun uraian yang berlaku semakin

banyak dalam pekerjaan yang sesuai dengan kepentingan individu tersebut

semakin tinggi kepuasan kerja yang dirasakan dan semakin banyak aspek

pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan individu maka semakin rendah

tingkat kepuasan. Menurut Keith Davis (dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara

2000:17) mengemukakan bahwa :

” Job satisfaction is the favorableness or unfavourableness with employe

view their work ”. (Kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau

tidak menyokong yang di alami pegawai dalam bekerja).

Sedangkan Wexley dan Yukl (dalam A. A Anwar Prabu Mangkunegara

2000:117) mendefinisikan kepuasan kerja adalah :

“ Is the way an employe feels about his or her job ”. (Adalah cara

pegawai merasakannya dirinya atau pekerjaannya).

Pendapat lain dari T. Hani Handoko (1987:193) mengemukakan bahwa :

“ Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan

atau tidak menyenangkan dengan para karyawan memandang

pekerjaan mereka ”.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan

kerja karyawan adalah suatu sikap atau kondisi yang mendukung atau tidak

mendukung yang berhubungan dengan dirinya sendiri atau dengan jenis

pekerjaannya serta situasi dan lingkungan yang berada disekitarnya. Karyawan

22

Page 23: New UP Lala Jajang

akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek

dirinya menyokong begitu juga sebaliknya jika aspek-aspek tersebut tidak

meyokong, maka karyawan akan merasa tidak puas.

Menurut Harold E. Burt (dalam Moh. As. Ad, 1987:112), menyatakan

bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja adalah :

1. Faktor hubungan antar karyawan

a. Hubungan antara karyawan dengan manajer

b. Hubungan sosial antara karyawan

c. Faktor fisik dan kondisi kerja

d. Sugesti dari teman sekerja

2. Faktor individu

a. Sikap seseorang terhadap karyawan

b. Umur seseorang

3. Faktor luar (ekstern)

a. Keadaan keluarga karyawan

b. Rekreasi

c. Pendidikan

Moh. As. Ad, (1987:115), merangkum faktor-faktor yang menimbulkan

kepuasan kerja karyawan sebagai berikut :

1. Faktor Psikologi

Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan

meliputi minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap pekerjaan

keterampilan dan tanggungjawab pada pekerjaan.

23

Page 24: New UP Lala Jajang

2. Faktor Sosial

Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan interaksi sosial baik hubungan

antar karyawan satu jenis pekerjaan, hubungan karyawan dengan atasan dan

hubungan karyawan yang berbeda jenis pekerjaan

3. Faktor Fisik

Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan kondisi fisik lingkungan kerja

dan kondisi fisik karyawan meliputi pengaturan waktu kerja, waktu istirahat,

perlengkapan kerja, keadaan ruangan dan kondisi kesehatan karyawan.

4. Faktor Finansial

Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan hal-hal yang bisa

memberikan motivasi kepada karyawan meliputi pemberian penghargaan

prestasi kerja dan adanya kesempatan untuk berkembang.

5. Faktor Motivasi

Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan hal yang bisa

memberikan motivasi kepada karyawan meliputi pemberian penghargaan

terhadap prestasi kerja dan adanya kesempatan untuk berkembang.

Pendapat lain dari Keith Davis (dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara

2000:118), mengemukakan bahwa kepuasan kerja sangat berhubungan dengan

variabel-variabel sebagai berikut :

1. Turnover

Kepuasan kerja lebih tinggi dihubungkan dengan turnover pegawai yang

rendah sedangkan pegawai-pegawai yang kurang puas biasanya turnovernya

lebih tinggi.

24

Page 25: New UP Lala Jajang

2. Tingkat Ketidakhadiran (absen) Kerja

Pegawai-pegawai yang kurang puas cenderung tingkat ketidakhadirannya

lebih tinggi, di mana mereka sering tidak masuk kerja dengan alasan yang

tidak tinggi, di mana mereka sering tidak masuk kerja dengan alasan yang

tidak logis dan subjektif.

3. Umur

Adanya kecenderungan bahwa pegawai yang lebih tua merasa lebih puas dari

pada pegawai yang lebih muda, hal ini disebabkan karena adanya asumsi

bahwa pegawai yang tua lebih berpengalaman untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan kerjanya. Sedangkan pegawai yang lebih muda cenderung

mempunyai harapan yang tidak ideal tentang dunia kerjanya.

4. Tingkat Pekerjaan

Pegawai-pegawai yang tingkat pekerjaanya lebih tinggi dapat menunjukan

kemamapuan kerjanya yang lebih baik dan aktif dalam mengemukakan ide-

idenya serta cukup kreatif dalam melakukan pekerjaannya.

5. Ukuran Organisasi Perusahaan

Ukuran organsasi ini sangat mempengaruhi suatu organisasi, hal ini

disebabkan karena besarnya kecilnya organisasi berhubungan dengan

koordinasi komunikasi dan partisipasi.

Kepuasan kerja karyawan dapat tercipta jika pengurus dan karyawan

saling mendukung dan adanya kerjasama yang baik antara kedua belah pihak

sehingga akan tercipta tujuan yang telah disepakati bersama. Hal ini akan nampak

pada sikap kerja karyawan. Jika sikap karyawan cenderung lebih baik maka hal

25

Page 26: New UP Lala Jajang

tersebut mencerminkan adanya kepuasan kerja pada karyawan, sebaliknya jika

sikap karyawan cenderung negarif maka kepuasan kerja belum tercapai.

Berdasarkaan teori-teori maupun konsep-konsep tentang kepuasan kerja tersebut,

maka tolok ukur kepuasan kerja karyawan yang akan dipergunakan dalam

penelitian pada KSU “Tandangsari” Sumedang adalah teori yang dikemukakan

oleh Keith Davis (dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara 2000:118), dengan

memperhatikan variabel-variabel penting dalam menilai kepuasan kerja karyawan

antara lain turnover, tingkat ketidakhadiran kerja, umur, tingkat pekerjaan, dan

ukuran organisasi. Apabila tingkat kepuasan kerja karyawan yang ada di KSU

“Tandangsari” Sumedang masih rendah tentu saja akan berdampak pada kinerja

karyawan itu sendiri dan secara keseluruhan akan mempengaruhi sumber daya

manusia yang ada di koperasi.

Permasalahan sumber daya manusia masih menjadi sorotan dan tumpuan

bagi koperasi untuk tetap dapat hidup pada era milinium yang kedua. Investasi

yang dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia ini tidaklah kecil

jumlahnya, namun hasilnya seringkali sulit untuk dirasakan dalam jangka pendek,

perlu waktu dan kesabaran serta metode yang tepat untuk mampu menghasilkan

sumber daya manusia yang diinginkan. Banyak koperasi maupun badan usaha

milik swasta dan badan usaha milik negara merasakan tidak puas dengan

pencapaian hasil yang mereka lakukan karena kinerja mereka secara keseluruhan

rendah, lebih parah lagi mereka tidak dapat mendeteksi atau mengidentifikasi

lokasi penyebab kinerja rendah itu, sehingga sulit untuk memperbaikinya karena

kurang pemahaman, mereka tidak mempunyai rencana dan program peningkatan

26

Page 27: New UP Lala Jajang

kinerja koperasi, unit organisasi dan masing-masing karyawan. Untuk itu, maka

dalam menghadapi dunia bisnis saat ini dituntut suatu kinerja karyawan yang

tinggi untuk pengembangan koperasi. Oleh karena itu seorang manajer dituntut

harus mampu membangun dan mengembangkan kinerja dalam lingkungan serta

manajemen yang memadai untuk menghasilkan karyawan yang berkinerja tinggi.

Secara etimologis istilah kinerja berasal dari kata “job performance” atau

“actual performance” yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

dicapai oleh seseorang. Untuk lebih memahami pengertian kinerja berikut ini akan

dipaparkan berkaitan dengan kinerja karyawan sebagai berikut :

Kinerja (performance) oleh Bernardin dan Russel (1993:379), di

definisikan sebagai :

“ … the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time periods “. (catatan hasil dan keuntungan yang dihasilkan oleh fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas tertentu selama periode waktu tertentu).

Menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67), menyatakan

bahwa kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah :

“ Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya “.

Sedangkan menurut Payaman J. Simanjuntak (2005:1), mendefinisikan

bahwa :

“ Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu “.

Menurut David Croney dan Paul Croney (1992), mendefinisikan kinerja

(performance) sebagai berikut :

27

Page 28: New UP Lala Jajang

“ Suatu tingkat kemajuan, kemunduran, kemampuan dari perorangan ataupun kelompok yang terukur berkaitan terhadap waktu, dengan suatu batasan nilai yang dapat berupa persentase ataupun dengan nilai nyata (real), dan pada umumnya di transformasikan dalam kualifikasi dari yang sangat buruk sampai dengan sangat baik “.

Berdasarkan pengertian kinerja tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja

karyawan merupakan suatu tingkat keberhasilan perorangan ataupun kelompok

dalam melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan beban kerja yang diberikan

oleh suatu organisasi terhadap perorangan ataupun kelompok tersebut. Kinerja

karyawan menggambarkan hasil kerja yang diperoleh karyawan, semakin besar

hasil kerja yang diperoleh tersebut maka semakin tinggi pula kinerja karyawan.

Untuk mencapai kinerja karyawan yang tinggi maka semua unsur yang terlibat

dalam pekerjaan dan pengelolaan koperasi harus mampu mencapai hasil yang

maksimal dalam bekerja. Pencapaian hasil yang maksimal tersebut ditentukan

oleh kerjasama yang baik diantara komponen-komponen yang ada dalam

koperasi, karyawan dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya sehari-hari harus

dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap pekerjaannya tersebut baik itu

dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas dari pekerjaan tersebut.

Untuk bisa mencapai hasil yang maksimal dalam koperasi, maka manajer

harus mampu mengelola kinerja departemen atau timnya. Dalam menjalankan

tanggungjawabnya mengelola kinerja, manajer berkontribusi pada peningkatan

kinerja koperasi secara keseluruhan dengan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Manajemen kinerja bisa digunakan untuk memperbaiki kinerja organisasi,

mencakup kebutuhan karyawan maupun koperasi. Manajemen kinerja bergerak

dari proses mengendalikan menjadi proses memampukan, membantu karyawan

28

Page 29: New UP Lala Jajang

mengembangkan keterampilan yang diperlukan dengan mempertimbangkan

tuntutan kompetensi dan kemampuan, artinya manajemen kinerja harus dipandang

sebagai suatu proses berkelanjutan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sunarto (2005:152), menyatakan

bahwa manajemen kinerja merupakan proses bersifat siklus seperti yang

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2 : Siklus Manajemen Kinerja

Berdasarkan gambar 2 tersebut, dapat diketahui bahwa siklus manajemen

kinerja terdiri atas beberapa aktivitas yang dijalankan secara bersama oleh

manajer dan karyawan sebagai berikut :

1. Rencanakan, sepakati sasaran, target, berikut kebutuhan pengembangan

kompetensi atau kemampuan serta siapkan rencana untuk mencapai sasaran,

memperbaiki kinerja dan mengembangkan kemampuan.

2. Bertindak, mengimplementasikan rencana dalam pekerjaan sehari-hari dan

melalui program khusus peningkatan dan pengembangan.

3. Ukur, memantau kinerja berpatokan pada ukuran kinerja, yaitu

membandingkan apa yang telah dicapai dengan apa yang seharusnya dicapai.

29

Rencanakan

Ukur

Bertindak Evaluasi

Page 30: New UP Lala Jajang

4. Evaluasi, melakukan wawancara secara teratur untuk mengevalusi pencapaian

dibandingkan dengan rencana berdasarkan ukuran kinerja yang telah

disepakati.

Manajemen kinerja memperbaiki kualitas hasil kerja dan hubungan kerja.

Dalam manajemen kinerja yang efektif, karyawan secara jelas memahami apa saja

yang diharapkan untuk dicapai berikut prioritasnya, apa yang harus dilakukan saat

ini dan dimasa mendatang untuk meningkatkan kinerja dan kemampuannya.

Setiap pekerjaan yang dilakukan tentunya berdasarkan target kerja yang telah

ditetapkan, bagi karyawan terlaksanannya suatu pekerjaan merupakan kepuasan

tersendiri tanpa memperhatikan apakah pekerjaan yang dihasilkan tersebut benar-

benar sesuai dengan harapan atau tidak. Adanya standar atau patokan bagi setiap

pekerjaan yang harus di hasilkan oleh setiap karyawan maka akan mendorong

karyawan yang bersangkutan untuk menghasilkan pekerjaan yang benar-benar

sesuai dengan harapan perusahaan, sehingga karyawan akan selalu berusaha untuk

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan tersebut,

dengan begitu karyawan akan menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuannya untuk mencapai kinerja yang maksimal. Berikut ini akan

dipaparkan berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari

seorang karyawan sebagai berikut.

Menurut Hennry Simamora (1930:500), menyatakan bahwa kinerja

(performance) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :

1. Faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang,

dan demografi.

30

Page 31: New UP Lala Jajang

2. Faktor psikologis yang terdiri dari persepsi, attitude, personality,

pembelajaran, dan motivasi.

3.   Faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,

struktur dan job design.

Menurut Payaman J. Simanjuntak (2005:10), menyatakan bahwa kinerja

setiap orang (karyawan) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :

1. Kompetensi Individu

Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan dalam melakukan

pekerjaan.

2. Dukungan Organisasi

Kinerja setiap karyawan tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk

pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan

teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.

3. Dukungan Manajemen

Kinerja perusahaan dan kinerja setiap karyawan sangat tergantung pada

kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan, baik dengan

membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis,

maupun dengan mengembangkan kompetensi karyawan.

Pendapat A. Dale Timple (1992:31), faktor-faktor kinerja terdiri dari dua

yaitu sebagai berikut :

1. Faktor internal, yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.

2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang

yang berasal dari lingkungan.

31

Page 32: New UP Lala Jajang

Pendapat lain dari Keith Davis (dalam A. A. Anwar Prabu Mangkunegara,

2000:67), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja

adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) lebih jelasnya

dirumuskan sebagai berikut :

Human Performance = Ability + Motivation

Motivation = Attitude + Situation

Ability = Knowledge + Skill

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan, untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat

kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan

seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman

yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi

kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya

perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Kinerja karyawan dipengaruhi oleh bermacam-macam ciri pribadi dari

masing-masing individu, dalam perkembangan yang kompetitif dan mengglobal

koperasi membutuhkan karyawan yang memiliki kinerja tinggi dan pada saat yang

sama karyawan memerlukan umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman

bagi tindakan-tindakan mereka pada masa yang akan datang, oleh karena itu

koperasi sangat perlu mengetahui gambaran dari kinerja karyawannya tersebut.

Koperasi dalam hal ini pihak manajemen harus lebih memperhatikan

kinerja karyawan dengan jalan mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat

32

Page 33: New UP Lala Jajang

mempengaruhi kinerja karyawan tersebut, dengan begitu pihak manajemen dapat

mengambil langkah-langkah yang cepat apabila karyawan tersebut mengalami

kinerja yang rendah dan apabila ini dibiarkan akan mempengaruhi koperasi

tersebut, karena kinerja suatu koperasi adalah akumulasi kinerja semua individu

yang bekerja di dalamnya. Dengan kata lain upaya peningkatan kinerja koperasi

adalah melalui peningkatan kinerja masing-masing individu, oleh karena itu pihak

manajemen perlu sekali memperhatikan apa saja faktor yang dapat mempengaruhi

kinerja karyawan dalam bekerja. Selain itu juga pihak manajemen koperasi perlu

juga memperhatikan aspek-aspek yang menyangkut dengan kinerja karyawan,

dengan begitu pencapaian tujuan koperasi akan mudah tercapai, berikut ini akan

di paparkan berkaitan dengan aspek-aspek kinerja.

Menurut Husein Umar (1997:266), membagi aspek-aspek kinerja sebagai

berikut :

1. Mutu pekerjaan

2. Kejujuran karyawan

3. Inisiatif

4. Kehadiran

5. Sikap

6. Kerjasama

7. Keandalan

8. Pengetahuan tentang pekerjaan

9. Tanggung jawab

10. Pemanfaatan waktu kerja

33

Page 34: New UP Lala Jajang

Menurut Malayu S. P. Hasibuan (2003:30), mengemukakan bahwa aspek-

aspek yang dinilai dalam kinerja mencakup :

1. Kesetiaan

Kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan organisasi.

Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela

organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongaan dan gangguan

orang yang tidak bertanggungjawab.

2. Prestasi Kerja

Hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan

tersebut dari uraian pekerjaannya.

3. Kejujuran

Kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi

dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada para bawahannya.

4. Kedisiplinan

Disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan

melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.

5. Kreativitas

Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk

menyelesaikan pekerjaannya, sehingga dalam bekerja mampu berdaya guna

dan berhasil guna.

6. Kerjasama

34

Page 35: New UP Lala Jajang

Kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lainnya

secara vertikal atau horizontal di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga

hasil pekerjaan akan semakin baik.

7. Kepemimpinan

Kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat,

dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya

untuk bekerja secara efektif.

8. Kepribadian

Penilaian karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi

kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan

simpatik dan wajar.

9. Prakarsa

Kemampuan berpikir yang orisinil dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk

menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan

kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya.

10. Kecakapan

Kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-

macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan

dan di dalam situasi manajemen.

11. Tanggung jawab

35

Page 36: New UP Lala Jajang

Kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya,

pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya,

serta perilaku kerjanya.

Menurut Veithzal Rivai (2005:324), aspek-aspek yang dinilai dalam

kinerja dapat di kelompokan menjadi tiga yaitu :

1. Kemampuan Teknis

Yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan

yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan

yang diperolehnya.

2. Kemampuan Konseptual

Yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan

penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke dalam bidang

operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individual

tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggungjawabnya sebagai seorang

karyawan.

3. Kemampuan Hubungan Interpersonal

Yaitu kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain, memotivasi

karyawan, melakukan negosiasi, dan lain-lain.

Kegagalan karyawan mencapai kinerja yang diharapan oleh koperasi

merupakan tangung jawab yang harus dihadapi oleh koperasi maupun bagi

karyawan itu sendiri. Seorang manajer yang profesional harus tanggap terhadap

permasalahan tersebut, dengan menganalisis keadaan-keadaan yang menyebabkan

kinerja karyawan tersebut rendah selain itu juga harus dapat menilai aspek-aspek

36

Page 37: New UP Lala Jajang

apa saja yang dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan sehingga dapat

digunakan strategi-strategi yang tepat untuk peningkatan hasil kerja karyawan

agar dapat mencapai kinerja yang diharapkan oleh koperasi. Selain aspek-aspek

yang perlu diperhatikan dalam menilai kinerja seorang karyawan, pihak koperasi

maupun manajemen sangat perlu memperhatikan penyebab dari kinerja rendah

tersebut, kinerja karyawan yang di bawah standar mungkin bisa disebabkan

sejumlah faktor, mulai dari keterampilan kerja yang buruk sehingga motivasi

untuk bekerja pun rendah atau lingkungan kerja yang tidak kondusif, untuk lebih

jelasnya berikut akan dipaparkan mengenai penyebab kinerja karyawan rendah

atau tidak sesuai dengan harapan koperasi.

Menurut Payaman J. Simanjuntak (2005:173), mengemukakan penyebab

kinerja rendah sebagai berikut :

1. Keterbatasan dana

2. Peralatan dan teknologi

3. Manajemen kurang efektif

4. Kepemimpinan kurang efektif

5. Supervisi dan pengawasan tidak efektif

6. Lingkungan kerja

7. Kebijakan pemegang saham

8. Kompetensi kerja

9. Disiplin dan etos kerja

37

Page 38: New UP Lala Jajang

Menurut Perry (dalam Triton PB. ; 2005:102), mengemukakan tujuh tipe

pekerja yang gagal mencapai kinerja (kinerja rendah) yang diharapkan oleh

organisasi yaitu :

1. The Time Bomb

Tipe pekerja the time bomb biasanya sulit mencapai kinerja yang dapat

diharapkan oleh organisasi. Pekerja pada kelompok ini terdiri dari orang-orang

yang temperamental dan senang mengacaukan suasana kerja.

2. The Wet Blanket

Tipe pekerja ini cenderung berkonflik terutama dengan supervisor yang

inovatif, berani mengambil risiko, dan berusaha menemukan hal-hal baru.

3. The Really Nice Person

Pekerja tipe ini cenderung kharismatik dan sangat sopan dalam persahabatan.

Walaupun pekerja tipe ini tidak mampu menghasilkan kinerja yang baik, tipe

ini terlihat terlalu baik untuk diberikan sangsi.

4. The Isolate

Pekerja pada tipe ini cenderung pendiam, menyimpan rahasia, dan miskin

komunikasi. Dari aspek pekerjaan tipe ini mampu melakukan dengan baik

pekerjaannya, namun mereka sulit untuk berkomunikasi.

5. The Excuse Maker

Tipe pekerja ini sering menghambat kinerjanya sendiri maupun kinerja

organisasi akibat kebiasaannya menggunakan alasan. Tipe ini menggunakan

berbagai alasan yang tidak masuk akal selalu ditujukan untuk membenarkan

diri atas kinerjanya yang rendah.

38

Page 39: New UP Lala Jajang

6. The Loose Cannon

Pekerja pada tipe ini memiliki ciri-ciri terlalu tekun, berbicara keras, jarang

mempertimbangkan kinerjanya yang rendah, salah dalam pertimbangan, dan

berlebihan atau salah arah akibat antusiasmenya.

7. The Employee With Paralysis Ofindecision

Tipe pekerja ini menguasai hampir dalam semua aspek pekerjaan, tetapi tipe

ini jika berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan baru, tipe ini biasanya tidak

mampu memecahkannya secara kritis dalam keadaan darurat.

Kinerja setiap karyawan dalam koperasi pasti berbeda-beda hal ini

dikarenakan kemampuan dari masing-masing karyawan yang berbeda. Adanya

perbedaan ini terkadang menjadi permasalahan dalam koperasi, penyebab kinerja

karyawan yang rendah dapat bersifat internal maupun eksternal, menyangkut

kelompok orang atau individu. Karyawan yang memiliki kinerja rendah

merupakan masalah bagi koperasi yang apabila tidak ada penanganannya akan

berdampak negatif bagi perusahaan itu sendiri. Penyebab karyawan memiliki

kinerja rendah bisa disebabkan oleh beberapa hal, untuk itu pihak manajemen

koperasi harus dapat mengidentifikasi permasalahaan yang menyebabkan kinerja

karyawan rendah tersebut, dengan begitu dapat diambil langkah-langkah

penanggulangannya guna peningkatan kinerja karyawan yang rendah tersebut.

Menurut Sunarto (2005:192) mengemukakan langkah-langkah untuk

menangani karyawan berkinerja rendah dengan cara :

39

Page 40: New UP Lala Jajang

1. Identifikasi dan sepakati masalahnya

Analisis kejadiannya dan apa kekurangannya dibandingkan sasaran atau

standar. Ini merupakan proses pemberian umpan balik, untuk mencapai

kesepakatan apa sebenarnya yang menjadi masalah.

2. Tentukan penyebab tidak tercapainya sasaran/standar

Koperasi bersama karyawan yang berkinerja rendah mencari penyebab

mengapa harapan yang telah ditetapkan tidak tercapai. Ini merupakan proses

menyepakati fakta dan konteks terjadinya masalah. Penyebab masalah ini bisa

disebabkan sesuatu di luar diri karyawan, disebabkan manajer, dan disebabkan

oleh individu karyawan yang bersangkutan.

3. Tindakan koreksi yang perlu diambil

Untuk memperbaiki kinerja buruk karyawan yang bersangkutan, koperasi dan

karyawan harus bekerjasama untuk mengambil tindakan koreksi guna

penanganan kinerja buruk tersebut.

4. Sediakan sumber daya tindakan koreksi

Memastikan tersedianya pembinaan, pelatihan, bimbingan, pengalaman atau

fasilitas yang menjadi tugas manajer.

5. Monitor dan beri umpan balik

Koperasi dan karyawan harus memantau kinerja, dan pastikan hal tersebut

memberi umpan balik dan sepakati bersama tindak lanjut yang diperlukan.

Pembinaan dan pengembangan karyawan baru ataupun lama dalam

koperasi adalah salah satu kegiatan dalam rangka menyesuaikan diri dengan

perubahan dan perkembangan karyawan, dengan adanya pembinaan dan

40

Page 41: New UP Lala Jajang

pengembangan tersebut diharapkan kinerja dari karyawan akan lebih baik.

Berdasarkaan teori-teori maupun konsep-konsep tentang kinerja tersebut, maka

tolok ukur kinerja karyawan yang akan dipergunakan dalam penelitian pada KSU

“Tandangsari” Sumedang adalah teori yang dikemukakan oleh A. A. Anwar

Prabu Mangkunegara (2000:67) dan Husein Umar (1997:266), dengan

memperhatikan faktor-faktor penting dalam menilai kinerja karyawan antara lain

kualitas kerja, kuantitas kerja, ketangguhan kerja, dan sikap kerja.

II.2. Metode Penelitian

2.2.1. Metode yang Digunakan

Metode penelitian suatu metode yang mempelajari secara intensif tentang

latar belakang keadaan sekarang dari suatu peristiwa dengan teknik pengamatan

yang digunakan yaitu observasi secara langsung dari obyek yang diteliti. Metode

yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus yaitu metode yang

digunakan untuk memperoleh informasi tentang keadaan nyata pada saat sekarang

(sementara berlangsung).

Analisis yang dilakukan terhadap data dan informasi yang diperoleh pada

penelitian adalah analisis deskriptif. Jenis penelitian deskriptif analisis terdiri dari

berbagai jenis penelitian yaitu penelitian studi kasus, penelitian survei, penelitian

pengembangan (development study), penelitian lanjutan (follow up study), analisis

dokumentasi, analisis kecenderungan (trend analisis) dan penelitian korelasi

(correlation study). Dalam penelitian yang peneliti lakukan ini merupakan

penelitian korelasi (correlation study), yaitu penelitian yang dirancang untuk

41

Page 42: New UP Lala Jajang

menentukan tingkat hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel yang berbeda

dalam suatu populasi. Sedangkan jika dilihat dari tingkat eksplanasinya (tingkat

penjelasannya) maka penelitian yang dilaksanakan ini menggunakan jenis

penelitian asosiatif yaitu penelitian untuk melihat hubungan antar variabel yang

diteliti.

2.2.2. Jenis dan Macam Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan

wawancara, observasi, penyebaran angket dan penyebaran kuesioner kepada

informan maupun responden.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber informasi yang

berkaitan dengan obyek penelitian baik berupa laporan, catatan-catatan,

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan keadaan umum organisasi dan

manajemen menyangkut permasalahan yang diteliti.

Macam data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif, yaitu data yang menggambarkan kualitas obyek yang akan

diteliti.

2. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka maupun tabel. Data ini

menggambarkan obyek yang diteliti secara nominal

2.2.3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari sebagai berikut :

42

Page 43: New UP Lala Jajang

1. Responden, yaitu orang-orang yang dapat menerangkan dirinya sendiri atau

orang yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini

adalah karyawan KSU “Tandangsari” Sumedang.

2. Informan, yaitu orang-orang yang mampu menerangkan diri orang lain atau

keadaan tertentu.

3. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang bersifat teoritis dan berhubungan

dengan pembahasan masalah penelitian yang diperoleh dari berbagai literatur,

baik berupa catatan-catatan, laporan-laporan, dan dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Berdasarkan perolehan sumber data yang terdapat pada KSU

“Tandangsari” Sumedang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini :

Tabel 1. Sumber Data dan Cara Penarikan

SumberSumber Data

Cara Penarikan

DataJumlah Populasi

Jumlah Sampel

Kepuasan Kerja

Kinerja Karyawan

Pengurus 5 5 S I IPengawas 3 3 S I IKaryawan 74 30 P R RAnggota 2389 30 P I IManajer 1 1 S R R

Sumber : RAT KSU “Tandangsari” Sumedang Tahun 2006

Keterangan : S = Sensus I = Informan

P = Purporsif R = Responden

2.2.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam memperoleh data guna menunjang

penelitian dengan cara:

43

Page 44: New UP Lala Jajang

1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung

terhadap obyek yang diteliti.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan

secara lisan kepada para responden dan informan.

3. Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan memberikan suatu daftar

pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dan informan.

4. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang bersifat teoritis dan berhubungan

dengan pembahasan masalah penelitian yang diperoleh dari berbagai macam

literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2.2.5. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka variabel

yang terdapat dalam pendekatan masalah terlebih dahulu dioperasionalisasikan

dengan menentukan indikator dari variabel tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam tabel 2.

44

Page 45: New UP Lala Jajang

Tabel 2. Operasionalisasi Variabel Tentang Kepuasan Kerja

VariabelIndikator Jenis Data

Macam Data

Dimensi Konkrit Data P S KL KNKepuasan Kerja

Turn over Jumlah karyawan baru (yang masuk)

S KN

Jumlah karyawan yang keluar/berhenti

S KN

Tingkat absensi

Tingkat ketidakhadiran karena sakit

P S KN

Tingkat ketidakhadiran karena izin

P S KN

Tingkat ketidakhadiran karena alpa/tanpa keterangan

P S KN

Tingkat pekerjaan

Tingkat kesulitan pekerjaan

P KL

Tingkat tanggungjawab terhadap pekerjaan

P KL

Umur Kesesuaian umur dengan pekerjaan

P KL

Pengalaman kerja P KLUkuran organisasi

Struktur organisasi P KL Koordinasi di koperasi P KL Tingkat pelayanan kepada

anggotaP KL

Keterangan : P = Primer KL =Kualitatif

S = Sensus KN=Kuantitatif

45

Page 46: New UP Lala Jajang

Tabel 03. Operasionalisasi Variabel Tentang Kinerja Karyawan

VariabelIndikator

JenisData

Macam Data

Dimensi Konkrit Data P S KL KNKinerja Karyawan

Kualitas kerja Ketepatan dalam bekerja

P KL

Ketelitian dalam bekerja

P KL

Keterampilan kerja P KL Kebersihan dalam

bekerjaP KL

Kuantitas kerja

Jumlah pekerjaan rutin yang diselesaikan

P KL

Jumlah pekerjaan ekstra yang diselesaikan

P KL

Ketangguhan kerja (dapat tidaknya diandalkan)

Kemampuan mengikuti intruksi pimpinan

P KL

Inisiatif dalam melakukan pekerjaan

P KL

Hati-hati atau kehati-hatian dalam bekerja

P KL

Kerajinan dalam bekerja (absensi atau kehadiran)

P KL

Sikap kerja Kemampuan dalam menghadapi perubahan pekerjaan

P KL

Adanya kerjasama dengan teman kerja

P KL

Tanggungjawab terhadap pekerjaan

P KL

Kejujuran dalam bekerja

P KL

Keterangan : P = Primer KL = Kualitatif

S = Sensus KN = Kuantitati

46

Page 47: New UP Lala Jajang

2.2.6. Rancangan Analisis Data

Analisis data merupakan suatu kegiatan untuk mengelompokan, membuat

urutan serta meningkatkan data sehingga memiliki arti dan mudah untuk dibaca.

Pengolahan data yang terkumpul dari hasil wawancara dan kuesioner dapat

dikelompokan ke dalam 3 (tiga) langkah yaitu : persiapan, tabulasi, dan penerapan

data pada pendekatan penelitian. Berdasarkan data yang terkumpul, terlebih

dahulu dilakukan pemeriksaan atas kebenarannya, selanjutnya data dianalisis.

Analisis data dilakukan dengan teknik deskriftif, di mana untuk memberikan

gambaran tentang obyek pengamatan.

Analisis deskriftif yaitu pengolahan data dengan sistem persentase dari

setiap jawaban responden yang diklasifikasikan ke dalam beberapa kriteria

penilaian berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan.

Persentase penilaian kriteria tiap indikator dari setiap variabel kepuasan

kerja dengan kinerja karyawan dapat diperoleh dengan rumus :

Keterangan : P = Persentase = Frekuensi ke – n

= Jumlah frekuensi/responden

Berdasarkan rumus tersebut untuk mengetahui penilaian, yaitu persentase

nilai kenyataan dari setiap variabel yang akan diukur maka dapat diperoleh

dengan cara perhitungan skala persentase interval yang ditentukan dengan rumus :

Keterangan : I = Skala Interval K = Jumlah Kriteria P = Total Persentase

47

Page 48: New UP Lala Jajang

Berdasarkan rumus di atas dengan menggunakan 3 kriteria penilaian untuk

tiap variabel diperoleh interval kelas sebesar :

= 33,33 %

Berdasarkan persentase interval kelas sebesar 33,33% maka kriteria

penilaian yang diperlukan untuk mengukur variabel kepuasan kerja masing-

masing berada pada kisaran :

0 ≤ X ≤ 33,33 = Rendah (tidak sesuai dengan harapan)

33,34 ≤ X ≤ 66,66 = Sedang/Cukup (cukup sesuai dengan harapan)

66,67 ≤ X ≤ 100 = Tinggi (sesuai dengan harapan)

Kriteria penilaian yang diperlukan untuk mengukur variabel kinerja

karyawan masing-masing berada kisaraan :

0 ≤ X ≤ 33,33 = Rendah (tidak sesuai dengan harapan)

33,34 ≤ X ≤ 66,66 = Sedang/Cukup (cukup sesuai dengan harapan)

66,67 ≤ X ≤ 100 = Tinggi (sesuai dengan harapan)

Hasil pengukuran dengan persentase (%) dari indikator masing-masing

variabel tersebut dikalkulasikan dengan hasil akhir yang disajikan dengan tabel

sebagai berikut :

Tabel 04. Penilaian Tiap Indikator

IndikatorResponden

Frekuensi Persentase

Jumlah N 100

48

Page 49: New UP Lala Jajang

Gambaran secara umum tiap variabel yang diukur dapat diperoleh

berdasarkan penilaian tiap indikator yang digunakan ke dalam tabel rekapitulasi

nilai tiap variabel sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 05. Rekapitulasi Nilai Tiap Variabel

No. IndikatorNilai

KriteriaHarapan(%)

Kenyataan(%)

JumlahRata-rata persentase 100

2.2.7. Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap dengan perincian

sebagai berikut :

1. Fase persiapan : Juni 2007 - Juli 2007

2. Fase pengumpulan data : Agustus 2007 - September 2007

3. Fase pengolahan data : Oktober 2007 - November 2007

4. Fase penulisan skripsi : Desember 2007 - Januari 2008

49

Page 50: New UP Lala Jajang

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Achmad S. Ruky (2001). Sistem Manajemen Kinerja. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

A. Dale Timpe (1992). Kinerja. Penerbit PT. Gramedia Asri Media. Jakarta.

Agus Dharma (1985). Manajemen Prestasi Kerja. Penerbit CV. Rajawali, Jakarta.

Alfred Hanel (1989). Organisasi Koperasi, Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan Kebijakan Pengembangan Di Negara-negara Berkembang. Penerbit Universitas Padjajaran, Bandung.

Alex Soemadji Nitisemito (1996). Manajemen Personalia. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

A. Usmara (2003). Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Amara Books, Yogyakarta.

Bambang Wahyudi (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Sulta, Bandung.

E. B. Flippo (1992). Manajemen Personalia. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hans H. Munker (1997). Masa Depan Koperasi. Penerbit Dekopin, Jakarta.

Heidjrachman R. dan Suad Husnan (2000). Manajemen Personalia. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Hudiyanto (2002). Sistem Koperasi : Idiologi Dan Pengelolaan. Penerbit UII Press, Yogyakarta.

Husein Umar (1997). Riset Sumber Daya Manusia. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Jochen Ropke (1995). Kewirausahaan Koperasi. Penerbit UPT Ikopin, Jatinangor.

Keith Davis and John W. Newstrom (1989). Human Behavior At Work: Organization Behavior. New York. MC. Grow Hill International.

50

Page 51: New UP Lala Jajang

Laporan Pertanggungjawaban. Rapat Anggota Tahunan KSU “Tandangsari” Sumedang. Tahun 2003-2006.

Malayu S. P. Hasibuan (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

M. Manullang & Marihot Manullang (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Payaman J. Simanjuntak (2005). Manajemen Dan Evaluasi Kinerja. Penerbit

Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Ramudi Ariffin (2002). Manfaat Harga Koperasi. Penerbit Ikopin, Bandung.

Rusidi (1997). Pedoman Penelitian Dan Penelitian Ilmiah. Penerbit UPT Ikopin, Jatinangor.

Rusidi dan Maman Suratman (2002). Bunga Rampai 20 Pokok Pemikiran Tentang Pembangunan Koperasi. Penerbit Ikopin, Bandung.

Sony Sumarsono (2003). Manajemen Koperasi : Teori Dan Praktek. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sondang P. Siagian (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiono (2001). Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian. Penerbit CV.

Alfabeta, Bandung.

Sunarto & R. Sahedhy Noor (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogykarta.

Susilo Martoyo (1992). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

T. Hani Handoko (1992). Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta.

TIM IKOPIN (2001). Penjiwaan Koperasi. Penerbit UPT Ikopin, Bandung.

Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992. Tentang Perkoperasian. Penerbit Press Bandung.

Veithzal Rivai (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

51

Page 52: New UP Lala Jajang

BAB III

KEADAAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

3.1 Keadaan Organisasi dan Manajemen KSU Tandangsari

3.1.1 Sejarah Terbentuknya KSU Tandangsari

KSU Tandangsari pada mulanya berasal dari sebuah Koperasi unit Desa

dengan Koperasi Pertanian di wilayah Kecamatan Tanjungsari sejak perencanaan

sampai berdirinya dengan nama BUUD Tanjungsari sesuai dengan INPRES No. 4

tahun 1973. Adapun yang menjadi pengurusnya yaitu:

Ketua : Elim Herdiana Saputra

Sektretaris : Maman Sukmana

Bendahara : E. Syamsudin

Usaha yang mula-mula dijalankan oleh BUUD Tanjungsari adalah

penyaluran minyak tanah, penjualan pupuk, pengadaan pangan dan kredit candak

kulak. BUUD Tanjungsari berjalan perlahan-lahan, tahun demi tahun dilaluinya

dan pada tahun 1978 sesuai dengan INPRES No.2 Tahun 1978 BUUD

Tanjungsari, ini mengalami perubahan nama menjadi KUD Tanjungsari kemudian

pada tahun 1984 keluar INPRES No. 4 tahun 1984 di mana kedudukan KUD

Tanjungsari sebagai wahana masyarakat pedesaan perlu diperkokoh dan

dimantapkan secara terus menerus melalui upaya dan langkah-langkah pembinaan

dan pengembangan yang lebih intensif dan terpadu secara berdaya guna dan

berhasil guna. Sebagai dampak dari pelaksanaan Undang – Undang No. 22 tahun

1999 tentang otonomi daerah dan peraturan Daerah Kabupaten Sumedang yang

mengatur tentang pembagian (pemekaran) wilayah Kecamatan, sehingga

52

Page 53: New UP Lala Jajang

perkembangan keanggotaan dan kegiatan usaha peternakan sapi perah sudah

melewati batas kerja dan kecamatan, maka diperlukan adanya perubahan dalam

kelembagaan, disesuaikan dengan perkembangan yang ada sehingga gerak

organisasi bisa menjadi lebih leluasa. Untuk itu maka pada RAT tahun 2001

terjadi perubahan nama koperasi dari KUD Tanjungsari menjadi Koperasi Serba

Usaha (KSU) Tandangsari yang wilayah kerjanya meliputi wilayah kabupaten

Sumedang.

Pada tahun 1980 KSU Tandangsari dalam pengembangan usahanya membentuk

suatu unit usaha baru yang sesuai dengan potensi yang ada di wilayah kerjanya

yaitu Unit Usaha Sapi Perah. Unit Usaha Sapi Perah tersebut memperoleh bantuan

kredit berupa sapi perah dari Menteri Muda Urusan Koperasi yang disalurkan

melalui Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI).

KSU Tandangsari memperoleh hak badan hukum pada tahun 1989 KUD

Tanjungsari badan hukum No. 7251A/BH/KWK-10/13 pada tanggal 27 Februari

1989. Dalam tahun buku 1986 telah terjadi suatu kejadian yang cukup penting

dalam kehidupan KSU Tandangsari yaitu adanya penyesuaian Anggaran Dasar

sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.25 Tahun 1992 tentang

perkoperasian, maka sejak tanggal 23 Mei 1996 telah terjadi perubahan Anggaran

Dasar dan nomor badan hukum yaitu No.7351/BH/PAD/KWK-10/V/1996.

Pada tanggal 25 Maret 2002 mengalami perubahan BH menjadi

:7251/BH/PAD/DK.10.13.III/2002, perubahan ini dilakukan sebagai antisipasi

untuk menghadapi perubahan iklim usaha koperasi di masa depan. Dimana KSU

Tandang Sari diharapkan usaha-usaha koperasi dapat berkembang secara dinamis,

53

Page 54: New UP Lala Jajang

mampu memperluas ruang geraknya tanpa dibatasi oleh batas-batas wilayah

administratif. Sehingga di kemudian hari koperasi ini dapat menjadi soko guru

Gerakan Koperasi di Kabupaten Sumedang.

Di bawah ini beberapa penghargaan dan prestasi hasil dari kerja keras

pengurus, karyawan dan anggota dalam menjalankan koperasinya.

1. Tahun 1986 meraih juara satu Koperasi Unit Desa terbaik tingkat

Kabupaten Sumedang.

2. Tahun 1987 penetapan klasifikasi A dari kantor Departemen Koperasi

Kabupaten Sumedang.

3. Tahun 1988 meraih juara satu Koperasi Unit Desa terbaik tingkat

Kabupeten Sumedang.

4. Tahun 1990 mendapat penghargaan sebagai KUD Mandiri.

5. Tahun 1993 mendapat Penghargaan sebagai KUD mandiri harapan

Tingkat Propinsi Jawa Barat.

6. Tahun 1994 mendapat penghargaan sebagai Koperasi Pedesaan Terbaik

Tingkat Propinsi Jawa Barat.

7. Tahun 1997 mendapat penghargaan sebagai KUD Mandiri Teladan

Tingkat Propinsi Jawa Barat.

8. Tahun 1997 mendapat penghargaan sebagai KUD Mandiri Harapan

Tingkat Nasional sektor peternakan.

9. Tahun 1998 mendapat peghargaan sebagai KUD Mandiri teladan Tingkat

Propinsi Jawa Barat.

54

Page 55: New UP Lala Jajang

10. Tahun 1999 mendapat penghargaan sebagai Koperasi Berprestasi Tingkat

Nasional.

Kunci keberhasilan bagi Koperasi Serba Usaha Tandangsari adalah :

1. Wilayah kerja KSU Tandangsari sangat menunjang bagi perkembangan

koperasi baik dilihat dari segi potensi fisik maupun non fisik.

2. Keterbukaan dan kemampuan dari pengelola disertai disiplin.

3. Adanya Tujuan khusus dan tujuan umum KSU Tandangsari yang

diarahkan pada peningkatan pelayanan anggota dengan demikian anggota

mempuyai rasa memiliki.

4. Adanya dukungan dan dorongan dari pihak intern KSU Tandangsari

maupun ekstern.

Secara geografis, wilayah Tanjungsari rata-rata berada di atas ketinggian

800 meter di atas permukaan laut (Mdpl), suatu kondisi daerah yang cocok untuk

mengembangkan usaha peternakan sapi perah. Tidaklah mengherankan apabila

koperasi ini menjadi usaha Peternakan Sapi Perah sebagai bisnis inti (core

business) atau usaha unggulannya.

Dalam memperkokoh kedudukannya sebagai lembaga perekonomian

masyarakat pedesaan maka KSU Tandangsari terus mengembangkan usahanya.

Adapum usaha–usaha yang dikembangkan oleh KSU Tandangsari akan dijelaskan

pada sub bab kegiatan usaha KSU Tandangsari.

Untuk keanggotaan KSU Tandangsari sampai akhir tahun 2005 berjumlah

2.391 orang Dengan jumlah anggota tersebut baik pengurus, manajer maupun

karyawan bekerja keras dengan segala usaha untuk dapat meningkatkan kegiatan

55

Page 56: New UP Lala Jajang

usaha pelayanan dalam memenuhi kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat

pada umumnya

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 tahun 1992

tentang perkoperasian Bab VI Pasal 21, bahwa perangkat organisasi terdiri dari

Rapat anggota, Pengurus dan Pengawas.

3.1.2 Struktur Organisasi KSU Tandangsari

Keterangan :Garis Komando

Garis Koordinasi

Garis Partisipasi Anggota Dalm RATGaris PengawasanGaris Partisipasi/Pelayanan

56

Page 57: New UP Lala Jajang

Gambar 04. Struktur Organisasi KSU Tandang Sari

KSU Tandangsari mempunyai alat kelengkapan organisasi berdasarkan

ketentuan tersebut dimana struktur organisasi KSU Tandangsari sebagai dasar

melakukan kegiatan usahanya dan pula sebagai dasar dalam melaksanakan sistem

akuntansi di KSU Tandangsari secara keseluruhan. Untuk memenuhi hal tersebut

maka dapat dilihat pada struktur organisasi KSU Tandangsari. Untuk memperjelas

tentang perangkat organisasi koperasi maka akan dijelaskan tentang tugas dan

fungsi masing-masing dibawah ini.

a. Rapat Anggota

Pelaksanaan Rapat Anggota KSU Tandangsari sudah berjalan sebagai

mana mestinya sesuai dengan peraturan yang ada di anggaran dasar yaitu bahwa

rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat, jika hal tersebut

tidak tercapai maka pengambilan keputusan dilakukan dengan suara terbanyak.

Dalam pemungutan suara setiap anggota mempunyai hak satu suara. Rapat

Anggota juga berhak meminta keterangan dan pertanggung jawaban pengurus dan

pengawas tentang pengelolaan koperasi.

Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam sistem koperasi

Indonesia. Didalam rapat Anggota KSU Tandang Sari tidak saja berfungsi untuk

merumuskan rencana jangka pendek, tetapi juga menetapkan hal-hal yang sejalan

dengan Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 23

UU RI No. 25 Tahun 1992, bahwa dalam rapat anggota menetapkan :

a) Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (RAT);

57

Page 58: New UP Lala Jajang

b) Kebijaksanaan umum serta pelaksanaan keputusan-keputusan koperasi yang

lebih tinggi;

c) Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas

d) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi serta

mengesahkan laporan keuangan;

e) Mengesahkan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;

f) Pembagian Sisa Hasil Usaha;

g) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi.

Pengurus

Sebelum pelaksanaan rapat anggota di Koperasi ,maka dilaksanakan

terlebih dahulu pra-rapat, dimana seluruh anggota bersama sama menentukan

wakil-wakilnya yang akan membawa aspirasi mereka didalam rapat anggota nanti,

perwakilan disini biasanya diwakili oleh perwakilan kelompok anggota dari setiap

unit diKoperasi Tandangsari. Mereka inilah yang mengikuti rapat anggota setiap

tahunnya dan juga hak suara dan hak bicara,yang menarik dikoperasi KSU

tandangsari tidak ada anggota Fasif atau yang tidak aktif ini dilakukan Koperasi

setelah adakan penelitian jumlah anggota aktif tersebut, maka berdasarkan

keputusan rapat pengurus tanggal 25 januari 2005, sebagai pelaksanaan keputusan

dari RA anggota tahun lalu. Anggota yang tercatat haya anggota aktif dan anggota

tidak aktif atau fasif dibekukan (diberhebtikan secara administratif).

Dalam pelaksanaan RAT berbagai persoalan yang menyangkut tata

kehidupan koperasi dibahas untuk kemudian dipecahkan, kebijakan dan arah

organisasi koperasi secara bersama-sama, RAT dilaksanakan setahun sekali,

58

Page 59: New UP Lala Jajang

sudah dikatakan baik karena hampir semua anggota hadir dalam RAT tersebut,

rapat anggota yang dilaksanakan di Koperasi KSU Tandangsari Sumedang pada

umumnya berjalan dengan baik dan memenuhi persyaratan tingkat kehadiaran

anggota yang lebih dari separuh jumlah anggota Koperasi.

Keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat,

jika hal tersebut tidak tercapai maka pengambilan keputusan tersebut dilakukan

voting (pengambilan suara terbanyak). Dalam pemungutan suara. Rapat anggota

juga meminta pertanggungjawaban pengurus, pengawas tentang pengelolaan

koperasi.

b. Pengurus

Pengurus merupakan personifikasi badan hukum koperasi, jadi pengurus

melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama koperasi serta mewakili

koperasi di dalam dan di luar pengadilan. Pengurus tersebut dipilih dari dan oleh

anggota melalui Rapat Anggota, Pengurus harus bertanggung jawab atas segala

kegiatan pengelolaan koperasi dan usahanya kepada Rapat Anggota.

Berdasarkan keputusan Rapat Anggota tahun 2002, susunan pengurus

KSU Tandangsari periode 2003-2006 adalah sebagai berikut.

1. Ketua Umum : H. EEN SUWARNA

2. Ketua Bid. Usaha : H. OYO SUWAYA

3. Ketua Bid. Organisasi & Kelembagaan : Pupung Purwana, SH

4. Sekretaris : Yayah Sofiah

5. Bendahara : H. Oyo Sukarya

59

Page 60: New UP Lala Jajang

Sementara bertindak sebagai pengelola usaha koperasi diangkat seorang

manajer yaitu Toni Kartobi yang dibantu oleh 69 orang karyawan. Pengangkatan

ini berdasarkan surat keputusan pengurus No : 03 / K / I / 5 / SK / M / 01 dengan

disepakati oleh rapat anggota tahun 2002.

Adapun uraian dari tugas pengurus Koperasi KSU Tandangsari Sumedang

adalah sebagai berikut:

1. Ketua Umum

a. menetapkan kebijakan umum

b. menandatangani surat-surat perjanjian pemerintah membayar uang

c. bertanggungjawab akan lancarnya usaha koperasi dan keseluruhan jalannya

koperasi

2. Ketua bidang Usaha

a. Mengkoordinir tugas-tugas perencanaan Usaha koperasi dan keseluruhan

jalannya koperasi

b. mengawasi kinerja karyawan yang ada disetiap unit usaha

c. bertanggungjawab tentang laporan bidang usaha koperasi yang dan jalannya

kinerja yang ada disetiap unit us

3. Ketua bid. Organisasi & kelembagaan.

a. melayani kepentingan dari luar mengenai kegiatan Koperasi

b. mewakili organisasi dihadapan dan diluar pengadilan

c. bertanggungjawab tentang laporan bidang organisasi dan kelembagaan yang

ada dikoperasi.

d. Mengkoordinir tata laksana organisasi koperasi secara keseluruhan.

60

Page 61: New UP Lala Jajang

4. Sekretaris

a. bertanggung jwar akan seluruh keuangan dan harta kekayaan koperasi

lainnya. Ia bertindak sebagai compamatabel yang mana antara lain

kewajiban menerima, menyimpan, membayar serta

mempertanggungjawabkan seluruh pengurus koperasi.

b. memelihara dan mempertanggung jawabkan alat-alat kantor/ inventaris

koperasi.

c. mengeluarkan uang koperasi atas persetujuan/ perintah ketua koperasi.

d. serta Organisatoris bertanggungjawab kepada ketua.

5. Bendahara

a.mengerjakan bukti kas harian, buku bank, buku pengadaan barang, serta

buku-buku lain yang diperlukan

b.mengkoreksi atau mencocokan setiap data keuangan laporan keuangan

bulanan.

c. membuat Neraca dan perhitungan hasil usaha per-triwulan dan tahunan.

d. menyetorkan uang.

e. bertanggung jawab sekretaris

c. Pengawas

Pengawas dalam koperasi mempunyai tugas mewakili anggota dalam hal

pengawasan dan pemeriksaan terhadap aspek organisasi dan usaha. Dalam aspek

organisasi, pengawasannya meliputi pelaksanaan sendi dasar koperasi serta

penjabaran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga koperasi. Sedangkan

61

Page 62: New UP Lala Jajang

untuk aspek usaha meliputi kesesuaian rencana usaha dengan realisasinya, serta

efisiensi usaha koperasi yang dijalankan.

Pengawas dipilih dari dan oleh anggota melalui Rapat Anggota juga

bertanggung jawab kepada anggota melalui Rapat Anggota, persyaratan untuk

dapat dipilih menjadi pengawas ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Ketentuan

tentang tugas dan wewenang pengawas diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian pasal 39.

Susunan pengawas Koperasi Serba Usaha Tandang Sari untuk periode

2003 – 2006 adalah :

Ketua merangkap anggota : Sumarlin

Anggota : 1. Elim Sasmita

2. Apat Maman

Adapun tugas dan fungsinya pengawas dapat diuraikan dibawah ini:

1. Pengawas

a. Bertugas mengawasi dan melaporkan aspek usaha koperasi,organisasi dan

permodalan yang dilakukan secara kontinyu.

b. Mengadakan rapat mecakup aspek usaha, organisasi dan permodalan.

2. Manajer

Manajer berfungsi sebagai pengelola usaha KSU Tandang Sari

berdasarkan wewenang yang dilimpahkan pengurus. Kriteria manajer harus

memenuhi kualitas yang diantaranya adalah mempunyai pengetahuan dan

keterampilan yang baik dibidang manajemen usaha yang ditanganinya, memiliki

jiwa kepemimpinan dan dapat bekerjasama dengan pihak lain.

62

Page 63: New UP Lala Jajang

Manajer bertanggung jawab kepada pengurus yang membawahinya.

Manajer diangkat dan diberhentikan oleh ketua umum. Adapun pengertian

manajer umum adalah :

“ Manajer Umum didalam koperasi / KSU adalah orang-orang yang

diangkat dan telah mendapat pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

dari pengurus koperasi untuk memimpin orang-orang (manajer unit usaha,

seksi dan staf atau karyawan), mengatur sumber-sumber, saran-saran

produksi, agar supaya semua berhasil, berdaya guna dan tepat guna bagi

kesejahteraan anggota koperasi / KSU”. (Departemen Koperasi, 1984)

Dari definisi tersebut dapatlah dikatakan bahwa manajer adalah orang

yang bertanggung jawab atas jalannya usaha organisasi koperasi yang

dilimpahkan oleh pengurus. Manajer adalah penghubung antara karyawan disatu

pihak dengan pengurus dilain pihak serta merupakan peletakan dasar

kebijaksanaan kerja. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab manajer mencakup

organisasi dan usaha.

Pada KSU Tandang Sari terdapat satu orang manajer yang diangkat oleh

pengurus dan membawahi beberapa unit usaha. Adapun Manajer Koperasi

Serba Usaha Tandang Sari untuk periode 2003 – 2006 adalah : H. Toni Kartobi

Tugas dan fungsi manajer dapat diuraikan dibawah ini:

1. Tugas manajer adalah mengkoordinir unit-unit usaha.

2. mengarahkan, membina karyawan.

3. mengawasi jalannya usaha.

63

Page 64: New UP Lala Jajang

3. Karyawan

Karyawan merupakan suatu unsur penting untuk melakukan aktivitas

usaha yang ada di KSU Tandang Sari sehingga fungsi pelayanan kepada anggota

dapat dilakukan seefektif mungkin. Karyawan KSU Tandang Sari tahun 2005

tercatat sebanyak 69 orang, termasuk 1 orang manajer.

Kelengkapan lain dalam KSU Tandangsari adalah badan pembimbing dan

pelindung (BPP). Untuk BPP ini ditunjuk 3 orang tokoh masyarakat diwilayah

kerja KSU Tandangsari. Adanya BPP ini didasarkan pada Inpres No. 4 Tahun

1984 tentang pembinaan dan pengawasan koperasi unit desa, dengan tugas pokok

memberikan bimbingan dan perlindungan kepada koperasi.

Adapun tugas yang dilaksanakan oleh karyawan dikoperasi dapat diuraikan

dibawah ini:

1. mempersiapkan data laporan dari semua kinerja disetiap unit, untuk rapat

rutin dan RAT.

2. melaksanakan tugas yang diberikan oleh pengurus

3. mengisi buku anggota koperasi dilingkungan koperasi KSU tandangsari

4. membuar laporan pajak

5. membantu pelayanan

6. komputerisasi

7. melayani karyawan yang kan menjadianggota baru

4. Keanggotaan

Keanggotaan KSU Tandang Sari sebagai mana tuntunan

Perundang-Undangan didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam

64

Page 65: New UP Lala Jajang

lingkup usaha koperasi. Dengan sikap sukarela dan terbuka maka keanggotaan

koperasi akan tumbuh dengan kemanfaatan ekonomis yang diperoleh oleh

anggota. Implikasi dari pemahaman ini bagi koperasi dapat tersirat pada

perkembangan jumlah anggota.

Tabel 10. Perkembangan Keanggotaan KSU Tandang Sari Tahun

2001-2005

no tahunjumlah

awalmasuk keluar

jumlahakhir

persentase(%)

12345

20012002200320042005

6.4436.5676.5676.9352.339

342344368410258

218188156182206

6.5676.7236.9357.1632.391

-(-)97,68(-)96,97(-)96,84(+)99,58

Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005

Berdasarkan tabel perkembangan keanggotaan KSU Tandang Sari pada

tahun 2001 jumlah awal anggota berjumlah 2,32% karena ada yang masuk dan

ada yang keluar maka jumlah akhir pada tahun 2002 sebanyak 2,23%. Melihat

dari tahun 2003: 3,06% sampai 2004: 3,18 %. dan pada tahun buku 2005 tanggal

25 Januari 2005: (-)199,58%, anggota telah melakukan registrasi dan yang

melakukan kewajiban-kewajibannya sebagai anggota aktif sebanyak (-)320,24%.

Setelah dilakukan penelitian jumlah anggota aktif tersebut, maka berdasarkan

keputusan rapat pengurus tanggal 25 Januari 2005, sebagai pelaksanaan dari

keputusan Rapat Anggota tahun lalu, Anggota tercatat hanya anggota aktif dan

anggota tidak aktif dihapus bukukan (diberhentikan secara administratif).

Penurunan jumlah anggota ini mencapai persentase sebesar (-199,58 %) pada

tahun 2005.

65

Page 66: New UP Lala Jajang

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota KSU

Tandangsari adalah sebagai berikut :

1. Warga Negara Indonesia dewasa yang mampu dan sanggup melakukan

tindakan hukum.

2. Menerima landasan idiil, asas dan sendi dasar koperasi.

3. Sanggup dan bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan menjalankan

haknya sebagai anggota sesuai dengan Undang-undang koperasi, Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KSU Tandangsari.

4. Membayar simpanan pokok dan simpanan wajib bulannya, serta menyerahkan

foto ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar untuk kartu anggota.

3.1.3 Kegiatan Usaha KSU Tandangsari

Pada dasarnya semua kegiatan usaha yang dijalankan koperasi bertujuan

untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, dengan adanya peningkatan

kegiatan usaha yang ditangani diharapkan pula dapat meningkatkan sisa hasil

usaha. Secara umum kegiatan usaha yang dilakukan KSU Tandangsari mengalami

peningkatan, walaupun masih ada beberapa unit usaha yang tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

Kegiatan usaha yang dijalankan oleh KSU Tandangsari mengalami

perkembangan dari tahun ke tahun, hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan

sisa hasil usaha yang diperoleh KSU Tandangsari. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel perkembangan sisa hasil usaha KSU Tandangsari Tahun 2001

sampai dengan 2005 yaitu :

66

Page 67: New UP Lala Jajang

Tabel 11. Perkembangan Sisa Hasil Usaha KSU Tandangsari

Tahun 2001-2005

Tahun Jumlah Sisa Hasil Usaha (Rp) Kenaikan/Penurunan (%)

2001 60.525.342,14 -

2002 75.355.742,25 (-)80,32%

2003 91.283.913,23 (-)82,55%

2004 104.788.713,52 (-)87,11%

2005 117.317.782,48 (-)89,32%

Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandangsari 2001,2002,2003,2004 & 2005

Dari sisa hasil usaha pada tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2002

sebanyak 19.68%,sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 17.45% dan pada tahun

2004 sebanyak 12.89% serta pada tahun 2005 sebanyak 10.68% ini menunjukan

penurunan dari tahun ketahun disebabkan karna adanya penurunan anggota dan

penghapusan anggota oleh RAT yang diputuskan memberhentikan anggota secara

administratif bagi anggota yang tidak aktif atau pasif.

3.1.4. Unit-usaha pada KSU Tandangsari.

Unit Usaha Sapi Perah

Unit Usaha Sapi Perah ini mulai beroperasi pada tahun 1980 dengan

bantuan kredit yang diperoleh dari Menteri Muda Urusan Koperasi yang

disalurkan melalui Gabungan Koperasi Susu Indonesia ( GKSI ) sebanyak 100

ekor sapi perah.

Selain sapi perah yang diperoleh dari bantuan kredit tersebut, jumlah sapi

perah yang diusahakan masih bertambah lagi dengan sapi perah lokal yang

dimiliki anggota, sehingga produksi susu yang dihasilkan meningkat. Produksi

susu yang dihasilkan KSU Tandangsari dijual ke Gabungan Koperasi Susu

67

Page 68: New UP Lala Jajang

Indonesia yang disalurkan Milk Treatment ( MT ) Ujung Berung dan sebagian

dijual langsung ke konsumen berupa susu murni.

Kegiatan usaha pada Unit Sapi Perah ini meliputi kegiatan-kegiatan

pelayanan sebagai berikut :

a. Penampungan dan Pemasaran Susu

Kegiatan usaha penampungan dan pemasaran susu murni sebagai salah

satu usaha primadona di KSU Tandangsari. Hal ini terbukti dengan adanya

peningkatan sebagai upaya untuk adanya efisiensi dan nilai tambah dalam

kegiatan pemasaran susu sejak September 1996.

Pada unit usaha ini KSU Tandang Sari sebagai distributor susu murni dari

menerima penjualan dari anggota kepada pemasaran ke perusahaan swasta

maupun GKSI. Artinya bahwa anggota menjual susu murni yang dihasilkan oleh

sapi perah milikya di atas harga pasar kepada KSU Tandangsari, lalu KSU

Tandang Sari menjual kepasar secara langsung, baik dijual kepada GKSI maupun

dijual keperusahaan swasta antara lain perusahaan IndoMilk dan IndoLakto

dengan harga diatas standar.

Proses pembelian/penampungan dan pemasaran susu murni pada KSU

Tandang Sari bermula dari anggota. Anggota peternak menyediakan air susu pada

penampungan yang dibagi berdasarkan kelompok dan dari kelompok ke Cooling

Unit, kemudian langsung di gabungkan dan didistribusikan ke Gabungan Koperasi

Susu Indonesia (GKSI). Hal tersebut dilakukan setiap hari pada jam 06:00 WIB

dan pada sore hari sekitar jam 15:00 WIB. Produksi susu sapi KSU Tandang Sari

68

Page 69: New UP Lala Jajang

per ekornya mampu menghasilkan rata-rata 14-15 liter/hari. Harga pembelian

maupun penjualan susu didasarkan pada standar kualitas susu. Pembelian maupun

penjualan susu didasarkan pada standar kualitas Total Solid 11,0 sebesar Rp.

1700,- selanjutnya setiap peningkatan kualitas sebesar 0,1 dihargai sebesar

Rp. 10,-

Berikut Ini perkembangan pembelian dan pemasaran susu murni dari

tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.

Tabel 12. Perkembangan Pembelian dan Pemasaran Susu Murni Tahun

2001 - 2005

No Tahunpembelian

%PENJUALAN

%Volume/L Nilai/Rp Volume/L Nilai/Rp

1.

2.

3.

4.

5.

2001

2002

2003

2004

2005

5.993.413,00

6.621.819,00

7.941.066,50

10.489.770

11.303.041

9.296.465.585,00

9.114.100.511,00

13.310.406.254,00

17.474.341.638,67

20.312.513.725,33

-

-2.00

31.53

23.83

13.97

6.074.706,00

6.695.005,50

8.048.566,00

1.0631.100

11.307.317

10.435.192.539,70

12.079.837.679,91

15.142.566.329,50

19.353.813.402,60

21.817.174.984,57

-

(-)86,39%

(-)97,77%

(-)78,24%

(-)88,71%

Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005

Berdasarkan tabel diatas bahwa pada tahun 2002 penjualan sebesar 3.61%dan

pembelian (-)2,00%, tahun 2003 pembelian sebesar 31,57%, penjualan sebesar

20.23%, pada tahun 2004 pembelian sebesar 23,83% dan penjualan sebesar

21.76% dan pada tahun 2005 pembelian sebesar 13,97%, penjualan sebesar

11.29%,pembelian susu sapi murni dari tahun ketahun mengalami peningkatan

sebesar rata-rata 16,83%, begitu pula dengan pemasaran susu sapi murni dari

tahun ketahun mengalami kenaikan rata-rata sebesar 16,72 %. Artinya pendapatan

KSU Tandang Sari dari sub unit ini sangat menguntungkan dan berdampak positif

69

Page 70: New UP Lala Jajang

kepada kelangsungan hidup KSU Tandang Sari dalam melayani anggota. Ini

dikarnakan karena adanya tambahan dari populasi sapi yang didatangkan atau

dibeli pada pebruari 2003 sebanyak 30 ekor sapi, maret 2004 sebanyak 30 ekor

sapi,dan september 2005 sebanyak 30 ekor sapi, oleh sebab itulah koperasi

mendapatkan peningkatan penjualan susu perah.

b. Pengolahan Makanan Ternak (KONSENTRAT)

Untuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak untuk sapi

perah anggota maka KSU Tandangsari melakukan pengolahan pakan ternak

(konsentrat) sebagai sub unit kegiatan usaha sapi perah.

Perkembangan produksi dan penjualan makanan ternak selama lima tahun

terakhir adalah sebagai berikut :

Tabel 13. Perkembangan Produksi dan Penjualan Konsentrat tahun 2001 – 2005

No tahun produksi

/kG

pENJUALAN

/kG

hargapenjualan

/rP%

1.

2.

3.

4.

5.

2001

2002

2003

2004

2006

3.945.475,00

4.886.896,10

5.848.421,00

6.773.729,00

7.632.500,00

4.020.123

4.757.620

5.855.010

6.762.420

7.616.770

2.774.044.296

3.176.482.465

4.420.476.800

5.184.056.000

6.060.322.000

-

12.67

28.14

14.73

14.46

Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005

Berdasarkan tabel diatas, bahwa produksi dan penjualan pakan ternak dari

tahun-ketahun mengalami kenaikan sebesar 17,50 %, artinya bahwa pendapatan

koperasi pada sub ini sangat menguntungkan.

70

Page 71: New UP Lala Jajang

Pada bulan Agustus 2000 telah dirintis untuk pembuatan Complete Feed.

Selama ini telah/sedang dilakukan uju coba sarana prasarana yang telah

disediakan adalah : Bangunan pabrik dan sarana gudang seluas 327,6 M, mesin

pengolah sebanyak satu unit.

c. Pelayanan Inseminasi Buatan (IB)

Sebagai upaya untuk meningkatkan populasi sapi perah dilakukan melalui

kegiatan inseminasi buatan mendatangkan induk dari luar wilayah serta

mempertahankan hasil reproduksi (anak/pedet) dengan cara pemeliharaan atau

pembibitan.

d. Pelayanan Kesehatan hewan

Dalam kegiatan pelayanan kesehatan hewan KSU Tandangsari bekerja

sama dengan Pos Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Dati II

Sumedang yang dalam pelaksanaannya dilayani oleh para petugas Pos Hewan

dibantu tenaga atau petugas KSU Tandangsari. Untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan hewan dan berdasarkan keputusan Rapat Anggota Tahunan 1995 yang

lalu maka telah diangkat seorang tenaga dokter hewan.

e. Populasi Sapi Perah

Perkembangan populasi sapi perah di KSU Tandangsari tiap tahunnya

terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan inseminator buatan dan

penyuluhan kepada anggota.

Untuk menjaga populasi sapi perah serta penyediaan bibit, KSU Tandang

Sari telah melaksanakan pembibitan melalui pola parohan di para anggota serta

pencontohan.

71

Page 72: New UP Lala Jajang

Tabel 14. Perkembangan Populasi Sapi perah Milik Koperasi serba Usaha

Tandang Sari Tahun 2001 – 2005

no tahun induk darajantan

dewasa

pedet

betina

pedet

jantanjumlah

1.

2.

3.

4.

5.

2001

2002

2003

2004

2005

284

290

404

402

402

68

187

136

84

64

9

3

6

15

12

58

44

45

111

123

31

23

40

61

83

450

547

631

673

684

Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005

Berdasarkan tabel diatas adalah populasi sapi perah yang dimiliki KSU

Tandang Sari dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 jumlahnya terus

bertambah rata-rata kenaikan 9.66 % pertahun hal ini tersebut dapat menambah

aset atau kekayaan bagi KSU Tandang Sari.

2. Unit Usaha Simpan Pinjam

Unit Usaha Simpan Pinjam ini mulai berjalan tahun 1989 dimana unit ini

adalah salah satu usaha perkreditan yang sangat potensial. Kegiatan usaha Unit

Simpan Pinjam ini dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan baik

dari volume usaha maupun jumlah pinjaman dari anggota yang dapat dilayani.

Kegiatan usaha unit ini meliputi penghimpunan dana dalam bentuk

simpanan koperasi berjangka (simkopka) dan simpanan sukarela serta melayani

kredit permodalan usaha bagi anggota berupa pinjaman berjangka dan pinjaman

harian.

72

Page 73: New UP Lala Jajang

Untuk produk jasa pinjaman harian atau disebut Simpan Pinjam Harian

(SPH) mulai diperkenalkan pada tahun 1997. Pinjaman ini melayani kredit usaha

kecil bagi pengemudi ojeg, pengemudi delman, pengusaha industri rumah,

pedagang warung dan kaki lima dengan sistem paket. Plafond per paket adalah

Rp. 90.000,00. Dimana setiap anggota diperkenankan mengambil kredit maksimal

5 (lima) paket atau senilai Rp. 450.000,00. Tingkat bunga yang dibebankan

sebesar 5 % menurun perbulan. Kehadiran produk ini disambut baik oleh para

anggota dan menunjukkan perkembangan yang baik untuk tahun pertamanya.

Sementara pinjaman berjangka (pinjaman bulanan) melayani kredit

minimal Rp. 500.000,00 dengan jangka waktu maksimal 10 (sepuluh) bulan.

Tingkat bunga yang dibebankan sebesar 4% perbulan dengan metode perhitungan

menurun. Pertumbuhan pinjaman pada unit usaha ini persyaratannya atau aturan

umumnya antara lain :

1. Telah menjadi anggota KSU Tandangsari sekurang-kurangnya 3 (tiga) sampai

6 (enam) bulan.

2. Aktif dalam menjalankan kewajibannya.

3. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

4. Besarnya pinjaman 5 (lima) kali jumlah simpanan tidak termasuk dana

kesehatan dan dana kematian.

5. Untuk pinjaman lebih dari Rp. 500.000,00 mengharuskan adanya agunan

berupa sertifikat tanah atau BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor).

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun

1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, sebagai

73

Page 74: New UP Lala Jajang

peraturan pelaksanaan dari Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian, maka selanjutnya pengelolaan usaha simpan pinjam

harus terpisah atau sebagai unit yang otonom. Hal ini harus sudah dilaksanakan

pada Mei 1997, sebagai persiapan dalam pelaksanaan Pengelolaan Unit Simpan

Pinjam maka pada tahun 1996 KSU Tandangsari ditunjuk oleh Kantor Wilayah

Koperasi sebagai salah satu Pilot Proyek Unit Simpan Pinjam di antara 5 (lima)

Koperasi Unit Desa yang lain di Jawa Barat. Sebagai langkah penyesuaian

tersebut sejak bulan September 1997 Unit Simpan Pinjam telah melaksanakan

pembenahan - pembenahan dalam penataan administrasi akuntansi dan personalia.

Keadaan kegiatan pada Unit Simpan Pinjam pada tahun 2001 sampai dengan 2005

sebagai berikut :

Tabel 16. Perkembangan Kegiatan Unit Simpan Pinjam KSU Tandangsari

Tahun 2001 – 2005

no tahuntotal

asetpendapatan shu %

1.

2.

3.

4.

5.

2001

2002

2003

2004

2005

2.048.141.526

2.186.386.134

2.943.325.642

3.017.341.485

3.288.495.285

523.964.172

641.553.243

775.343.503

800.293.867

735.129.938

20.612.810

25.085.526

30.161.690

33.461.081

35.672.399

-

17.83

16.83

9.86

6.20

Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui unit usaha simpan pinjam tiap

tahunnya mengalami peningkatan dilihat dari Sisa Hasil Usaha mengalami

74

Page 75: New UP Lala Jajang

peningkatan rata-rata sebesar 12,68 % pertahun. Ini artinya bahwa anggota lebih

banyak memanfaatkan jasa pinjaman yang ada pada KSU Tandang Sari.

Dalam upaya meningkatkan permodalan dan pelayanan usaha kepada

anggota pada Unit Simpan Pinjam dibuka pelayanan simpanan berjangka bagi

anggota. Hal ini sesuai dengan keputusan rapat anggota tahun 1995 bahwa kepada

anggota yang menyimpan dana dalam bentuk simpanan berjangka maka akan

diberikan jasa simpanan sebesar 2 % per bulan. Kondisi permodalan USP KSU

Tandangsari dapat ditinjau melalui rasio modal terhadap total aktiva seperti pada

JUKNIS KSP/USP (Dirjen PKP Depkop dan PPK, 1997:67).

Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) merupakan lembaga keuangan yang

keberadaannya sangat diharapkan mampu untuk mendukung pendanaan

pengembangan usaha masyarakat anggotanya. Terutama bagi pelaku usaha kecil

dan mikro seperti anggota KSU Tandang Sari yang bergerak di sektor usaha

peternakan sapi perah, perdagangan dan pertanian yang biasanya sulit dijangkau

oleh lembaga keuangan yang biasa. Adapun persyaratan untuk memperoleh

pinjaman sebagai berikut :

1. Anggota KSU Tandang Sari

2. Aktif Menyimpan

3. Dapat dipercaya

4. Dapat mengembalikan kredit tepat waktu

5. Memenuhi persyaratan administrasi

6. Besarnya kredit maksimal 5 kali dari simpanan anggota

75

Page 76: New UP Lala Jajang

2.) Unit Usaha Waserda

Unit Usaha Warung Serba Ada (Waserda) ini masih berlangsung seperti

tahun-tahun sebelumnya. Unit ini dilaksanakan secara otonom yang dikelola oleh

anggota bekerjasama dengan KSU Tandangsari. Kegiatan usahanya meliputi jual

beli (perdagangan) sembilan bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Unit ini

disamping melayani anggota juga melayani masyarakat umum.

Waserda KSU Tandang Sari melayani penjualan sembilan bahan pokok

(sembako) bagi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Secara

manajemen pengelolaannya dilakukan secara otonom non organik. Dari unit ini

KSU mendapatkan bagi hasil dari pengelola setiap tahunnya rata-rata sebesar Rp.

750.000,00. Potensi dari unit usaha WASERDA belum dapat dikembangkan

secara optimal oleh KSU, mengingat dekatnya pusat pelayanan dengan pasar

Tanjungsari dan minimnya modal. Namun untuk kedepannya KSU Tandang Sari

merencanakan Waserda sehingga bisa menjadi waserda setingkat grosir yang akan

menyuplai kebutuhan sembako bagi Anggota dengan memanfaatkan jaringan

WASERDA Kelompok Peternak.

4.) Unit Usaha Sarana Produksi Pertanian (Saprotan)

Kegiatan Usaha Saprotan ini meliputi kegiatan pembelian dan penjualan

pupuk, bibit dan obat-obatan pertanian. Dalam pelaksanaannya selain bertindak

sebagai penyalur, mempunyai juga kios pengecer (pada TPK organik).

Perkembangan dari unit usaha yang dikelola secara otonom ini berjalan fluktiatif

yang mungkin terkait dengan kondisi usaha pertanian di Indonesia yang bisa

dinilai belum berjalan prosfektif.

76

Page 77: New UP Lala Jajang

Tabel 17. Perkembangan Unit Usaha Saprotan KSU Tandang Sari Periode

2001 – 2005

no uraian 2001 2002 2003 2004 2005

1. Penjualan 309.722.765 236.022.115 269.646.829 195.498.762 52.736.470

2. Harga pokok 291.797.030 211.780.180 242.185.061 167.874.093 200.826.131

3. Biaya-biaya 17.265.400 23.938.750 27.081.854 27.624.669 28.191.900

Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2001,2002,2003,2004 & 2005

Perkembangan unit usaha saprotan pada tahun-ketahunnya mengalami

kemerosotan dari biaya dan harga pokok tidak sesuai dengan penjualan sehingga

tidak seperti yang diinginkan oleh koperasi ini disebabkan oleh kurangnya

kualitas dari obat-obatan dan pupuk yang dikelola oleh koperasi secara otonom

diunit saprotan sehingga tidak dapat bersaing, sehingga produk yang dikelola

otonom kurang diminati.

3.1.4 Keadaan Permodalan dan Keuangan KSU Tandangsari

Modal merupakan salah satu sarana pokok dalam menjalankan suatu usaha

kegiatan ekonomi, demikian pula dengan KSU Tandangsari sebagai organisasi

ekonomi yang memerlukan modal untuk melaksanakan kegiatan usahanya.

Sumber permodalan KSU Tandangsari dapat digolongkan ke dalam 2 (dua)

kelompok yaitu dari dalam dan dari luar.

Modal dari dalam meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan

wajib khusus, donasi, cadangan koperasi dan sisa hasil usaha tahun berjalan.

Sedangkan modal dari luar terdiri dari hutang jangka panjang dan hutang jangka

pendek. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan modal sendiri KSU

Tandangsari selama tahun 2005 dapat dilihat sebagai berikut:

77

Page 78: New UP Lala Jajang

1. Modal Sendiri

1. Simpanan Pokok : Rp. 16.157.500,00

2. Simpanan Wajib : Rp. 613.650.069,00

3. Simpanan Wajib Khusus :Rp.1.447.518.542,88

4. Cadangan Koperasi : Rp. 414.300.827,67

5. Donasi : Rp. 15.490.269,50

6. SHU Tahun Berjalan : Rp.

117.317.782,48

JUMLAH : Rp. 260.827.749,20

Modal Dari Bank

1. BRI : Rp. 41.613.394,98

2. BCA : Rp. –

3. BUKOPIN : Rp. 12.923.158,65

4. BNI : Rp. –

5. BHS : Rp. 98.970.891,09

JUMLAH : Rp. 749.397.358,24

Modal Dari Anggota

1. Simpanan Berjangka :

Rp.1.786.974.497,00

2. Simpanan Sukarela : Rp. 414.455.829,20

3. Beban Ymh Di bayar : Rp.

189.236.519,09

JUMLAH : Rp 1.760.825.194,98

Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandang Sari 2005

78

Page 79: New UP Lala Jajang

Tabel 18. Posisi keuangan KSU Tandangsari Tahun 2005

AktivaJumlah

(Rp)Pasiva

Jumlah

(Rp)

Aktiva lancar

Investasi Jk. Pjg

Aktiva tetap

Aktiva lain-lain

6.800.411.141,81

197.737.662,69

3.181.064.529,62

9.000.000,00

Hutang Jk.

Pendek

Hutang

Jk. Pjg

Modal sendiri

4.167.613.517,17

3.396.164.825,42

2.624.434.991,53

Jumlah 10.188.213.334,12 10.188.213.334,12

Sumber : Laporan Tahunan KSU Tandangsari 2005

Dengan melihat laporan keuangan KSU Tandangsari maka keadaan

keuangannya dapat dianalisa dengan menggunakan analisa likuiditas, solvabilitas

dan rentabilitas modal sendiri yaitu sebagai berikut :

a. Likuiditas

Pengertian Likuiditas menurut Bambang Riyanto (1996:19) adalah sebagai

berikut :

“ Likuiditas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi selama jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut adalah semua hutang lancar dan segala kebutuhan untuk menjalankan segala kegiatan.”

79

Page 80: New UP Lala Jajang

Suatu koperasi yang mempunyai kemampuan membayar kewajiban

finansialnya yang harus segera dipenuhi maka koperasi itu disebut “likuid’ dan

sebaliknya koperasi yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah

“illikuid”. Likuiditas koperasi dapat diketahui dari neraca dengan

membandingkan jumlah aktiva lancar di satu pihak dengan utang lancar (current

liabilities), hasil perbandingan tersebut disebut current ratio atau working capital

ratio. Berikut current ratio KSU Tandang Sari :

Aktiva lancar Rasio Likuiditas = X 100% Hutang lancar

Perhitungan kemampuan / likuiditas keadaan keuangan KSU Tandang Sari

neraca per 31 Desember 2005 adalah sebagai berikut :

6.800.411.141,83 Rasio Likuiditas = X 100% 4.167.613.517,17

= 163 %

Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa tingkat likuiditas KSU

Tandang Sari sebesar 1,63 % artinya setiap Rp1,00 hutang jangka pendek dijamin

oleh Rp. 1,63 aktiva lancar tahun 2005. Ini berarti KSU Tandang Sari dalam

posisi likuid. Selain menggunakan rumus tersebut Likuiditas dapat dilihat pula

dengan rumus yaitu :

Acid Ratio Test = Kas + Piutang X 100%

Hutang Lncar

= 2.751.356 + 4.967.092.923 X 100%

80

Page 81: New UP Lala Jajang

4.167.613.517

= 119,25 %

Berdasarkan pada hasil perhitungan tersebut pada intinya sama bahwa

posisi keuangan KSU Tandang sari dikatakan likuid setiap Rp 1,00 hutang jangka

pendek atau hutang lanvcar dijamin oleh aktiva lancar Rp 1,92 aktiva lancar pada

tahun 2005.

b. Ratio Solvabilitas

Pengertian dari solvabilitas menurut Bambang Riyanto (1996:20) adalah

sebagai berikut :

“Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya dengan hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang, apabila sekiranya perusahaan tersebut saat itu likuidasi (dibubarkan).”

Solvabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dari neraca pada suatu

periode yaitu dengan membandingkan jumlah total aktiva (Total Asset) dengan

total hutang (Total Liabilities). Berikut solvabilitas KSU Tandang Sari :

Modal Sendiri Solvabilitas = X 100% Total Aktifa

Perhitungan solvabel/insolvabel keadaan keuangan KSU Tandang Sari

untuk neraca per 31 Desember 2005 adalah sebagai berikut :

2.608.944.722 Solvabilitas = X 100% 10.118.213.344

81

Page 82: New UP Lala Jajang

= 25,61%

Hasil perhitungan rasio solvabilitas menunjukan bahwa tingkat solvabilitas

KSU Tandang Sari pada tahun 2005 sebesar 25,61 %, artinya setiap Rp 1,00

menjamin modal sebesar Rp 0,2561.

c. Rentabilitas

1. Rentabilitas Modal Sendiri

Rentabilitas menurut Bambang Riyanto (1996 :27) yaitu :

“Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba

selama satu periode tertentu dengan menggunakan modal dari dalam perusahaan”.

Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau

modal untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase.

Dengan demikian rentabilitas ekonomi KSU Tandang Sari :.

Perhitungan Rentabilitas pada KSU Tandang Sari pada neraca per 31

Desember 2005 adalah sebagai berikut :

= 4,5 %

Dari perhitungan tersebut menunjukan bahwa tingkat Rentabilitas modal

sendiri KSU Tandang sari sebesar 4,5 % artinya setiap Rp. 1,00 kekayaan bersih

akan menghasilkan SHU sebesar 0,045. Keadaan Rentabilitas keuangan yang ada

pada KSU Tandang Sari mengambarkan bahwa KSU Tandang Sari mampu untuk

82

Page 83: New UP Lala Jajang

mencapai sejumlah keuntungan dari sejumlah kekayaan bersih yang dimilikinya.

Apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga bank konvensional saat ini (12

% sampai dengan 18 %). Maka dapat dilihat bahwa kemampuan KSU Tandang

Sari dalam menghasilkan SHU dapat dikatakan sangat rendah, SHU atau laba

Koperasi bukan merupakan prioritas utama dalam mencapai tujuannya tetapi

diprioritaskan kepada pelayanan kepentingan dan kebutuhan anggota.

2. Rentabilitas Ekonomis

Rentabilitas Ekonomis adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal yang berasal dari luar seperti pinjaman dari Bank.

Re = Laba X100 %

Modal Sendiri + Modal Asing

= 117.317.782 X 100 %

2.608.944.722 + 15.490.269

= 4,47 %

Berdasarkan pada perhitungan diatas maka setiap Rp.1,00 modal maka

akan menghasilkan laba 0,0447.

d. Rasio aktivitas

analisis aktrifitas digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang

tertanam dalam keseluruhan aktiva dalam suatu periode tertentu atau kemampuan

modal diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan, dimana analisis aktivitas

ini diperoleh dari perbandingan antara hasil penjualan danmgan jumlah aktiva.

Hasil Penjualan Aktivitas = X 1 kali Jumlah Aktiva

83

Page 84: New UP Lala Jajang

Adapun rasio aktivitas koperasi KSU Tandangsari Sumedang tahun 2005 adalh sebagai berikut:

28.091.000.234,57Aktivitas = X 1 kali = 0,27 10.188.213.334,12

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa rasio aktivitas

koperasi KSU Tandangsari Sumedang pada tahun 2005 adalah sebesar 0,27 kali

artinya dana yang tertanam dalam keseluruhan aktifitas rata-rata dalam 1 tahun

perputarannya 1 kali atau setiap Rp. 1,00 selama satu tahun dapat menghasilkan

pendapatan sekitar 0,27 atau sebesar hasil penjualannya.

3.1.5 Organisasi Pendukung KSU Tandangsari

KSU Tandangsari dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari

organisasi-organisasi yang menunjang kegiatan usahanya. Organisasi-organisasi

yang mendukung dan berkaitan dengan usaha KSU Tandangsari adalah sebagai

berikut:

1. Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI)

KSU Tandangsari bekerjasama dengan GKSI Komda Jabar yang

berkedudukan di Ujungberung. Kerjasama ini dalam hal menampung dan

memasarkan susu, disamping itu GKSI memberikan pinjaman berupa sarana

produksi serta menyelenggarakan latihan kerja.

2. Dinas Peternakan

Dinas peternakan Kabupaten Sumedang sebagai pembina dan membantu

dalam pengembangan kegiatan usaha peternakan sapi perah seperti membantu

84

Page 85: New UP Lala Jajang

KSU Tandangsari dalam penyuluhan tentang kesehatan ternak, teknik

beternak dan penanganan produksi.

3. Departemen Koperasi

Departemen Koperasi Kabupaten Sumedang merupakan lembaga

pemerintahan yang bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan

koperasi di Kabupaten Sumedang serta melakukan pengawasan terhadap

jalannya kegiatan usaha koperasi.

4. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

Adalah lembaga keuangan yang memberikan fasilitas pinjaman dalam

mengembangkan usaha KSU Tandangsari.

5. Bank Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN)

Sebagaimana halnya BRI, BUKOPIN juga memberikan fasilitas kredit pada

KSU Tandangsari.

6. PT. Pupuk Sriwijaya (PUSRI)

PT. PUSRI memberikan kemudahan pada KSU Tandangsari dalam

memperoleh pupuk yang dibutuhkan untuk disalurkan kepada anggota petani

di wilayah kerjanya.

7. Asosiasi Penyalur Gula dan Tepung Terigu Indonesia

Instansi ini bekerjasama dengan KSU Tandangsari dalam menyalurkan gula

dan tepung terigu untuk dijual kepada anggotanya.

8. PT. Pioner Hibrida Indonesia

85

Page 86: New UP Lala Jajang

Adalah lembaga yang membantu KSU Tandangsari dalam menyediakan

makanan ternak seperti dedak dan konsentrat.

9. Perusahaan Umum Listrik Negara

Adalah lembaga yang bekerjasama dengan KSU Tandangsari dalam melayani

konsumen listrik diwilayah kerja KSU Tandangsari.

10. Bulog / Dolog

Adalah lembaga pemerintah yang banyak membantu KSU terutama dalam

mengembangkan unit usaha pengadaan pangan.

11. Puskud

Adalah lembaga koperasi tingkat sekunder yang ada di Propinsi Jawa Barat.

Lembaga ini banyak memberikan bantuan dalam pembinaan dan

pengembangan KSU Tandangsari.

12. Perusahaan Swasta

Koperasi Serba Usaha Tandang Sari bekerja sama dengan perusahaan swasta

dalam hal ini pemasaran susu murni, pemilikan saham dan pengadaan barang-

barang, diantaranya yaitu :

1. PT. INDOMILK

2. PT. INDOLAKTO

3. PT. ERISCO UTAMA

13. Balai Penyuluhan Pertanian

Balai penyuluhan pertanian lembaga yang menjalin kerja sama dengan KSU

Tandang Sari dalam bidang pertanian, juga sebagai unsur pembina terhadap

86

Page 87: New UP Lala Jajang

para anggota kelompok tani terutama membina para petani untuk memahami

masalah pertanian.

14 Lapenkop

Bekerja sama dengan mengirimkan pengurus KSU Tandang Sari untuk mengikuti pendidikan dan latihan tentang perkoperasian dan usaha yang dikerjakan.

3.2.1 Keadaan Umum Wilayah Kerja KSU Tandangsari

Pada bagian keadaan umum akan dijelaskan mengenai keadaan wilayah kerja pada KSU Tandang Sari yang didalamnya memuat antara lain keadaan fisik dan keadaan geografis, keadaan sosial dan keadaan ekonomi wilayah kerja KSU Tandang Sari.

Keadaan Fisik

KSU Tandangsari terletak di desa Jatisari Kecamatan Tanjungsari, yang berada disekitar 18 Km sebelah Barat Ibu Kota Kabupaten Sumedang. Wilayah Kecamatan Tanjungsari terdiri dari 15 desa dan hampir seluruh wilayahnya terletak pada dataran tinggi dengan ketinggian antara 700 – 2000 meter diatas permukaan laut dengan batas-batas wilayah kerja KSU Tandangsari adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rancakalong

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cimanggung

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikeruh

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ujungberung

Yang menjadi wilayah kerja KSU Tandangsari adalah meliputi 15 desa dengan luas 6.339,61 Ha yang terdiri dari lahan sawah 1.230,5 Ha dan luas daratan 5.169,11 Ha. Adapun desa-desa yang menjadi wilayah kerja KSU Tandangsari adalah Gunung Manik, Genteng, Kotamandiri, Jatisari, Tanjungsari, Margaluyu, Mekar Sari, Rahardja, Suka Rapih, Pamulihan, Cilembu, Marga Jaya, Cinanjung, Cijambu dan Mekar Bhakti.

Tabel 19. Luas Tanah Teknis dan Tadah Hujan Masing-Masing Desa Di Wilayah Kerja KSU Tandang Sari

NO NAMA DESA TEKNISTADAH

HUJANJUMLAH

JUMLAH

ANGGOTA

1. Gunung Manik 11.800 750 12.550 169

87

Page 88: New UP Lala Jajang

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Genteng

Kotamandiri

Jatisari

Tanjungsari

Margaluyu

Mekar Sari

Rahardja

Suka Rapih

Pamulihan

Cilembu

Marga Jaya

Cinanjung

Cijambu

Mekar Bhakti

10.000

12.500

18.000

20.000

15.000

10.000

15.000

15.500

9.750

17.000

11.500

13.000

17.000

18.950

800

945

2565

4600

2450

375

399

282

579

385

200

951

192

627

10.800

13.445

20.565

21.600

17.450

10.375

15.399

15.782

10.329

17.385

11.700

13.951

17.092

19.577

98

185

316

176

63

5

295

128

188

115

300

196

66

185

Jumlah 215.000 13.000 288.000 2.485

Sumber : Bagian Umum Koperasi Serba Usaha Tandang Sari

Keadaan Sosial

a. Kependudukan

Jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja KSU Tandangsari sebanyak

56.869 orang dengan jumlah keluarga 11.767 kepala keluarga yanga tersebar di 15

desa, sedangkan jumlah penduduk dewasa berjumlah 23.299 orang yang dapat

ditarik menjadi anggota KSU Tandangsari.

Tabel 20. Kependudukan Di Wilayah Kerja Koperasi Serba Usaha Tandang Sari

88

Page 89: New UP Lala Jajang

no nama desajumlah

pendudukkepala keluarga dewasa

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Gunung Manik

Genteng

Kotamandiri

Jatisari

Tanjungsari

Margaluyu

Mekar Sari

Rahardja

Suka Rapih

Pamulihan

Cilembu

Marga Jaya

Cinanjung

Cijambu

Mekar Bhakti

3204

4352

6996

3002

2959

993

870

9624

1196

1080

3420

4341

5876

3948

5008

750

575

983

988

525

650

797

885

370

750

850

742

944

982

976

1555

1715

2305

1952

1080

1911

1921

1094

850

1750

880

1877

1345

1286

1778

JUMLAH 56.869 11.767 23.299

Sumber : bagian Umum Koperasi serba Usaha Tandang Sari

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

terbanyak berada di desa Rahardja sebanyak 9.624 jiwa dan jumlah penduduk

terendah berada di desa Mekar Sari yaitu sebanyak 988 kepala keluarga dan

jumlah kepala keluarga terkecil berada di desa Suka Rapih yaitu sebanyak 370

kepala keluarga. Jumlah penduduk dewasa terbanyak berada di desa Kota Mandiri

89

Page 90: New UP Lala Jajang

yaitu sebanyak 2.305 jiwa dan jumlah penduduk dewasa terkecil berada di desa

Suka Rapih yaitu sebanyak 850 jiwa.

b. Pendidikan

Tingkat Pendidikan suatu masyarakat turut pula mempengaruhi jalannya

pertumbuhan perekonomian maupun pembangunan suatu bangsa, karena tingkat

pendidikan akan mencerminkan kemajuan cara berpikir masyarakat yang

memiliki tingkat pendidikan relatif tinggi akan berinisiatif dalam menemukan

maupun menerima ide-ide baru.

Tabel 21. Sebaran Penduduk Menurut Pendidikan di Wilayah Kerja

KSU Tandang Sari

NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH %

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Tidak/belum sekolah

Tidak Tamat SD

Belum Tamat SD

Tamat SD

SLTP

SLTA

Akademi

Sarjana

8.986

7.321

5.736

15.310

7.158

9.566

1.721

1.071

15.8

12.87

10.1

26.9

12.59

16.8

3

1.88

Jumlah 56.869 100

Sumber : bagian Umum KSU Tandang Sari

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar pnduduk di

wilayah kerja KSU Tandang sari berpendidikan rendah yaitu tamat Sekolah Dasar

90

Page 91: New UP Lala Jajang

berjumlah 15.310 atau 26,9% dari jumlah penduduk. Penduduk berpendidikan

Sarjana berjumlah 1.071 atau 1,88% dari Jumlah penduduk.

Keadaan Ekonomi

Pembangunan secara fisik dan sosial telah dilaksanakan oleh pemerintah

dan masyarakat Tanjungsari. Pembangunan prasarana yang menunjang kegiatan

ekonomi setempat terus dilaksanakan. Aktivitas ekonomi yang ada pada wilayah

kerja KSU Tandang Sari seperti kegiatan pertanian maupun kegiatan usaha

lainnya ditunjang oleh fasilitas dan sarana kegiatan ekonomi tersebut.

Pada wilayah kerja KSU Tandang Sari terdapat 2 pasar, 10 buah toko, 20

warung dan 2 koperasi. Disamping sarana diatas, wilayah kerja KSU Tandang

Sari juga di tunjang pula dengan sarana yang bagus yaitu sarana transportasi yang

memadai sehingga aktivitas dilakukan dapt berjalan dengan lancar.

91

Page 92: New UP Lala Jajang

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia.

Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

. (2005). Evaluasi Kinerja SDM. Penerbit PT. Refika Aditama,

Bandung.

Achmad S. Ruky (2001). Sistem Manajemen Kinerja. Penerbit PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

B. Dale Timpe (1992). Kinerja. Penerbit PT. Gramedia Asri Media. Jakarta.

Agus Dharma (1985). Manajemen Prestasi Kerja. Penerbit CV. Rajawali,

Jakarta.

Alfred Hanel (1989). Organisasi Koperasi. Penerbit Universitas Padjajaran,

Bandung..

Alex Soemadji Nitisemito (1996). Manajemen Personalia. Penerbit Ghalia

Indonesia, Jakarta.

B. Usmara (2003). Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia.

Penerbit Amara Books, Yogyakarta.

Bambang Wahyudi (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Sulta,

Bandung.

E. B. Flippo (1992). Manajemen Personalia. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hans H. Munker (1997). Masa Depan Koperasi. Penerbit Dekopin, Jakarta.

Heidjrachman R. dan Suad Husnan (2000). Manajemen Personalia. Penerbit

BPFE, Yogyakarta.

Hudiyanto (2002). Sistem Koperasi : Idiologi Dan Pengelolaan. Penerbit UII

Press, Yogyakarta.

Husein Umar (1997). Riset Sumber Daya Manusia. Penerbit Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

92

Page 93: New UP Lala Jajang

Jochen Ropke (1995). Kewirausahaan Koperasi. Penerbit UPT Ikopin,

Jatinangor.

Keith Davis and John W. Newstrom (1989). Human Behavior At Work:

Organization Behavior. New York. MC. Grow Hill International.

Laporan Pertanggungjawaban. Rapat Anggota Tahunan KSU “Tandangsari”

Sumedang. Tahun 2003-2006.

Malayu S. P. Hasibuan (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit

PT. Bumi Aksara, Jakarta.

M. Manullang & Marihot Manullang (2001). Manajemen Sumber Daya

Manusia. Penerbit BPFE, Yogyakarta

Payaman J. Simanjuntak (2005). Manajemen Dan Evaluasi Kinerja. Penerbit

Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Ramudi Ariffin (2002). Manfaat Harga Koperasi. Penerbit Ikopin, Bandung.

. (2003). Ekonomi Koperasi. Penerbit Ikopin

Rusidi (1997). Pedoman Penelitian Dan Penelitian Ilmiah. Penerbit UPT

Ikopin, Jatinangor.

Rusidi dan Maman Suratman (2002). Bunga Rampai 20 Pokok Pemikiran

Tentang Pembangunan Koperasi. Penerbit Ikopin, Bandung.

Sony Sumarsono (2003). Manajemen Koperasi : Teori Dan Praktek. Penerbit

Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sondang P. Siagian (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT.

Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiono (2001). Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian. Penerbit CV.

Alfabeta, Bandung.

Sunarto & R. Sahedhy Noor (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia.

Penerbit BPFE, Yogykarta.

Susilo Martoyo (1992). Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit BPFE,

Yogyakarta.

U. Hani Handoko (1992). Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia.

Penerbit BPFE, Yogyakarta.

TIM IKOPIN (2001). Penjiwaan Koperasi. Penerbit UPT Ikopin, Bandung.

93

Page 94: New UP Lala Jajang

Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992. Tentang Perkoperasian. Penerbit Press

Bandung, Bandung.

Veithzal Rivai (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan.

Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

94

Page 95: New UP Lala Jajang

ANALISIS KEPUASAAN KERJA HUBUNGANNYA

DENGAN KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus Pada KSU “Tandangsari” Tanjung Sari, Sumedang)

USULAN PENELITIAN

Disusun Oleh :

L A L A

4105136

Dosen Pembimbing :

Ir. Nurhayat Indara, MSc

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS

FAKULTAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA

I K O P I N

2 0 0 7

95

Page 96: New UP Lala Jajang

KUESIONER PENELITIAN

Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Hubungannya Dengan Kinerja Karyawan

Kepada :

Yth. Bapak/Ibu/Saudara

Karyawan KSU “Tandangsari” Tanjungsari Sumedang

Di

Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Kepuasan Kerja Karyawan Hubungannya Dengan Kinerja

Karyawan” suatu studi kasus pada KSU “Tandangsari” Tangjungsari

Sumedang. Untuk itu saya mohon dengan hormat, agar Bapak/Ibu/Saudara

berkenan untuk mengisi kuesioner yang saya lampirkan.

Penelitian ini dilakukan guna mengumpulkan data dan informasi guna

penyusunan Skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan Program Sarjana pada

Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN). Jadi kuesioner ini semata-mata

bersifat ilmiah guna kepentingan akademis. Atas segala bantuan dan perhatian

serta kerjasama dari Bapak/Ibu/Saudara, saya mengucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat Saya,

96

Page 97: New UP Lala Jajang

L a l a

NPM : 4105136

KUESIONER PENELITIAN

Analisis Kepuasan Kerja Karyawan Hubungannya Dengan Kinerja Karyawan

I. Petunjuk Pengisian Kuesioner Penelitian

1) Mohon dengan hormat agar seluruh pertanyaan dijawab dengan memilih

jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara paling tepat atau minimal paling

mendekati pendapat dari Bapak/Ibu/Saudara. Jawaban Bapak/Ibu/Saudara

merupakan gambaran dari sikap Bapak/Ibu/Saudara terhadap suatu

pernyataan, sehingga dalam hal ini semata-mata tidak bersifat benar atau

salah.

2) Berilah tanda silang (x) pada salah satu alternatif jawaban yang disediakan.

3) Tiga alternatif jawaban yang ditetapkan untuk menyatakan kepuasaan kerja,

dan kinerja karyawan pada KSU “Tandangsari” Tanjungsari, Sumedang.

A = Rendah

B = Sedang

C = Tinggi

II. Identitas Responden

Nama : ……………………………………………………………..

Jenis Kelamin : ……………………………………………………………..

Jabatan/Bagian/Unit : ……………………………………………………………..

Usia : ……………………………………………………………..

Lama Bekerja : ……………………………………………………………..

Pendidikan Formal : ……………………………………………………………..

97