neraca pembayaran (aseli)

107
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah “Apabila kita ingin mengetahui rugi/laba suatu perusahaan pada suatu tahun maka kita dapat melihat dari Laporan Rugi Laba (Income Statement) perusahaan tersebut. Tetapi jika kita ingin mengetahui surplus atau deficit suatu Negara akibat dari transaksi ekonomi yang dilakukan dengan Negara lain maka kita dapat melihatnya dari Neraca Pembayaran (Balance of Payments) “ Selain perkembangan ekspor dan impor barang/jasa serta transaksi berjalan (current account), perkembangan saldo neraca lalu lintas modal juga sangat berpengaruh terhadap neraca pembayaran (balance of payment). Selanjutnya, perubahan neraca pembayaran mempengaruhi langsung jumlah cadangan devisa asing (valas). Banyak Negara berkembang mengalami defisit neraca pembayaran atau kekurangan cadangan valas, mengkompensasikannya dengan utang luar negeri. Sudah merupakan salah satu karkateristik umum negara sedang berkembang, terutama yang tingkat pembangunan ekonominya masih pada tahap awal, bahwa negara tersebut akan mengalami defisit neraca

Upload: andriyani-nenobais-soler

Post on 31-Jul-2015

164 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Neraca pembayaran (aseli)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

“Apabila kita ingin mengetahui rugi/laba suatu perusahaan pada suatu

tahun maka kita dapat melihat dari Laporan Rugi Laba (Income Statement)

perusahaan tersebut. Tetapi jika kita ingin mengetahui surplus atau deficit

suatu Negara akibat dari transaksi ekonomi yang dilakukan dengan Negara

lain maka kita dapat melihatnya dari Neraca Pembayaran (Balance of

Payments) “

Selain perkembangan ekspor dan impor barang/jasa serta transaksi

berjalan (current account), perkembangan saldo neraca lalu lintas modal

juga sangat berpengaruh terhadap neraca pembayaran (balance of payment).

Selanjutnya, perubahan neraca pembayaran mempengaruhi langsung jumlah

cadangan devisa asing (valas). Banyak Negara berkembang mengalami

defisit neraca pembayaran atau kekurangan cadangan valas,

mengkompensasikannya dengan utang luar negeri.

Sudah merupakan salah satu karkateristik umum negara sedang

berkembang, terutama yang tingkat pembangunan ekonominya masih pada

tahap awal, bahwa negara tersebut akan mengalami defisit neraca

perdagangan yang pada akhirnya berpengaruh juga pada neraca

pembayaran. Dikarenakan ekspor utama sebagian besar negara berkembang

adalah komoditas-komoditas primer yang harganya relative menurun di

pasar dunia jika dibandingkan dengan harga barang-barang industri yang

merupakan impor utama negara tersebut. Sedangkan arus modal asing atau

biasa disebut penanaman modal asing relatif kecil bahkan banyak negara

yang neto neraca modalnya selalu negatif. Terutama negara-negara yang

beriklim tidak kondusif bagi investor-investor asing karena berbagai hal

seperti konflik negara, kondisi politik dan ekonomi yang tidak stabil. Hal ini

dirasakan Indonesia setelah berakhirnya masa orde baru. Akibatnya negara

mengalami defisit dan kekeurangan devisa yang sangat dibutuhkan untuk

Page 2: Neraca pembayaran (aseli)

2

membiayai pembangunan ekonomi dalam negeri. Namun, setelah

mengalami masa transisi keadaan ekonomi negara Indonesia mulai

menunjukan perbaikan sehingga saat ini mulai banyak investor asing yang

menanamkan modalnya di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulis merumuskan

masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana perkembangan neraca pembayaran di Indonesia ?

1.2.2 Apa saja faktor yang mempengaruhi neraca pembayaran Indonesia ?

1.2.3 Bagaimana dampak dari perkembangan neraca pembayaran ?

1.2.4 Langkah-langkah apa yang harus diambil pemerintah dalam

menghadapi perkembangan neraca pembayaran ?

1.2.5 Bagaimana perkembangan arus modal asing di Indonesia ?

1.2.6 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi arus modal asing ?

1.2.7 Bagaimana dampak dari arus modal asing bagi pembangunan

Indonesia ?

1.2.8 Langkah-langkah apa yang harus diambil pemerintah dalam

menghadapi perkembangan arus modal asing ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Melalui makalah ini, berdasarkan rumusan masalah maka diketahuilah

tujuan dari makalah ini dibuat antara lain :

1.3.1 Menjelaskan perkembangan neraca pembayaran di Indonesia

1.3.2 menjelaskan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi neraca

pembayaran

1.3.3 Memberikan dampak positif maupun negatif dari perkembangan

neraca pembayaran

1.3.4 Memberikan solusi ataupun langkah-langkah yang tepat terhadap hasil

perkembangan neraca pembayaran oleh pemerintah

Page 3: Neraca pembayaran (aseli)

3

1.3.5 Menjelaskan perkembangan arus modal asing di Indonesia

1.3.6 Menjelaskan faktor-faktor yang terkait dalam arus modal asing

1.3.7 Menjelaskan dampak yang terjadi akan arus modal asing

1.3.8 Memberikan solusi ataupun langkah-langkah yang terpat terhadap

hasil perkembangan arus modal asing

1.3.2 Manfaat

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi pengembangan ilmu ekonomi khususnya dalam neraca

pembayaran dan arus modal asing sebagai bahan kajian bagi

peneliti berikutnya dalam mengembangkan penelitian ini lebih

lanjut menegnai pengaruh transaksi berjalan dan neraca modal

terhadap neraca pembayaran dan arus modal asing Indonesia.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

`Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan

gambaran mengenai perkembangan neraca pembayaran dan

arus modal asing sebagai sumbangan pemikiran dan informasi

bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik masyarakat umum,

pengusaha, investor dan pemerintah selaku pembuat kebijakan.

Sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam

menentukan kebijakan selanjutnya bagi pemerintah.

1.4 Metode Pemecahan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode analisis

deskritif untuk menjawab pertanyaan yang dijelaskan pada rumusan

masalah, dimana data subjek dan data dokumenter yang didapatkan secara

tidak langsung mampu dianalisis berdasarkan teori dari berbagai sumber

pustaka dan media elektronik melalui pendekatan teoritis.

Page 4: Neraca pembayaran (aseli)

4

1.5 Sistematika Makalah

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1.3.2 Manfaat

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

1.3.2.2 Manfaat Praktis

1.4 Prosedur Pemecahan Masalah

1.5 Sistematika Makalah

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1Pengertian Neraca Pembayaran

2.1.2 Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran

2.1.3 Komponen Neraca Pembayaran

2.1.4 Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadap Perekonomian negara

2.1.5 Pengertian Modal Asing 2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Modal Asing

2.1.7 Motif Arus Modal Internasional

2.2 Temuan Empirik dan Pembahasan

2.2.1 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Neraca Pembayaran Indonesia

2.2.3 Dampak Terhadap Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia

2.2.4 Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Perkembangan Neraca

Pembayaran Indonesia

2.2.5 Perkembangan Arus Modal Asing di Indonesia

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Modal Asing

2.2.7 Dampak Dari Perkembangan Arus Modal Asing Bagi

Pembangunan di Indonesia

2.2.7.1 Bentuk-bentuk Arus Modal Asing

2.2.7.2 Jenis-Jenis Arus Modal Asing

Page 5: Neraca pembayaran (aseli)

5

2.2.7.3 Dampak Positif dan Dampak Negatif dari Foreign Direct

Investment

2.2.8 Langkah-langkah yang Harus Diambil Pemerintah Dalam

Menghadapi Perkembangan Arus Modal Asing

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Page 6: Neraca pembayaran (aseli)

6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1Pengertian Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran adalah catatan yang sistematik tentang transaksi

ekonomi internasional antara penduduk Negara itu dengan penduduk

Negara lain (Nopirin, 1996). Menurut Balance of Payment Manual (BPM)

yang diterbitkan IMF (1993) definisi neraca pembayaran internasional

(Balance of Payment) adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis

tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan baran jasa,

transfer keuangan dan moneter antarapenduduk (resident) suatu Negara dan

penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode

tertentu,biasanya satu tahun (Hady, 2001).

Dari definisi di atas, dapat dilemukakan bahwa BOP merupakan suatu

catatan sistematis yang disusun berdasarkan suatu sistem akuntansi yang

dikenal sebagaidouble-entry book-keeping sehingga setiap transaksi

intrnasional yang terjadi akan tercatan dua kali, yaitu sebagai transaksi

kredit dan debit.

Berdasarkan konvensi yang biasanya digunakan dlam sistem double-

entry book-keeping, transakasi yang tercatat dalam BOP terdiri atas hal-hal

berikut : (Hady, 2001:60 )

1. Transaksi kredit

a.       Ekspor barang dan jasa.

b.      Penerimaan dari hasil investasi.

c.       Offset to real or financial resources received (Transfer).

d.      Increase in liabilities.

e.       Decrease in financial assets.

2. Transaksi debit

a.       Impor barang dan jasa.

b.      Pembayaran atas hasil investasi.

Page 7: Neraca pembayaran (aseli)

7

c.       Offset to real or financial resources provide (Transfer).

d.      Decrease in liabilities.

e.       Increase in financial assers.

2.1.2 Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran

1.  Mengetahui peranan sektor eksternal dalam perekonomian suatu Negara.

Peranan sektor eksternal tercermin antara lain dari besarnya jumlah

permintaan produk domestik oleh bukan penduduk, atau sebaliknya.

Semakin besar permintaan terhadap produk domestik oleh bukan penduduk,

yang tercermin dari nilai ekspor Negara bersangkutan, semakin besar pula

peranan sektor eksternal dalam pembentukan produk domestik.

2.  Mengetahui aliran sumber daya antar Negara.

Berdasarkan Neraca Pembayaran dapat diketahui seberapa besar aliran

sumber daya antara suatu Negara dengan Negara-negara lainnya sehingga

terlihat apakah Negara tersebut merupakan pengekspor barang dan atau

modal, atau sebaliknya sebagai pengimpor barang atau modal

3.  Mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan suatu Negara

Dengan mengamati perkembangan Neraca Pembayaran, dapat diketahui

pola umum kegiatan perekonomian suatu Negara dalam berinteraksi dengan

Negara lain, seperti ketergantungan sumber pendapatan nasional dari hasil

ekspor produk petanian dan ketergantungan sumber pembiayaan investasi

dari Negara lain.

4.  Mengetahui permasalahan utang luar negeri suatu Negara

Berdasarkan catatan transaksi modal dan keuangan di Neraca Pembayaran,

dapat diketahui seberapa jauh suatu Negara dapat memenuhi kewajibannya

terhadap Negara lain.

5.  Mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu Negara.

Bertambah atau berkurangnya posisi cadangan devisa terkait dengan surplus

atau defisit Neraca Pembayaran. Apabila terjadi surplus Neraca Pembayaran

maka posisi cadangan devisa akan bertambah sebesar surplus tersebut. Dan

sebaliknya.

Page 8: Neraca pembayaran (aseli)

8

6.  Dipergunakan sebagai sumber data dan informasi dalam penyusunan

anggaran devisa (foreign exchange budget).

Dengan memperhatikan surplus atau defisit Neraca Pembayaran pada tahun

tertentu, dapat diperlukan besarnya kebutuhan devisa untuk anggaran tahun

berikutnya, sekaligus dapat ditentukan besarnya pinjaman yang diperlukan.

7.  Dipergunakan sebagai sumber data penyusunan statistik pendapatan

nasional (national account). Statistic Neraca Pembayaran diperlukan dalam

perhitungan pendapatan nasional mengingat salah satu variabel pendapatan

nasional adalah nilai ekspor-impor barang dan jasa yang tercatat dalam

Neraca Pembayaran.

2.1.3 Komponen Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran dapat dipecah ke dalam beberapa kategori yaitu;

transaksi berjalan (current account), neraca modal (capital account), dan

cadangan devisa negara (official reserves account).

1. Transaksi berjalan (current account).

Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang berisi arus pembayaran

jangka pendek (mencatat transaksi ekspor-impor barang dan jasa), yang

meliputi :

a.  ekspor dan impor barang-barang dan jasa ekspor barang-barang

dan jasa yang diperlakukan sebagai kredit impor barang-barang dan

jasa diperlakukan kembali sebagai debit.

b.  net investment income tingkat bunga dan dividen diperlakukan

sebagai jasa karena merepresentasikan pembayaran untuk

penggunaan modal.

c.  net transfer (transfer unilateral), meliputi bantuan luar negeri,

pemberian-pemberian dan pembayaran lain antar pemerintah dan

antar pihak swasta. Net transfer bukan merupakan perdagangan

barang dan jasa. Atau dengan kata lain transaksi berjalan

merangkum aliran dana antara satu Negara tertentu dengan seluruh

negara lain sebagai akibat dari pembelian barang-barang atau jasa,

Page 9: Neraca pembayaran (aseli)

9

provisiincome atas aset finansial, atau transfer unilateral (misalnya

bantuan bantuan antar pemerintah dan antar pihak swasta).

Transaksi berjalan merupakan ukuran posisi perdagangan intenasional yang

luas. Defisit transaksi berjalan menjelaskan arus dana yang keluar suatu

negara lebih besar dari dana-dana yang diterimanya. Komponen transaksi

berjalan meliputineraca perdagangan dan neraca barang dan jasa.

Transaksi berjalan umumnya digunakan untuk menilai neraca perdagangan.

Neraca Perdagangan secara sederhana merupakan selisih/perbedaan antara

ekspor dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, maka yang terjadi

adalah defisit neraca perdagangan. Sebaliknya, jika ekspor lebih tinggi dari

impor, yang terjadi adalah surplus. Sedangkan Neraca Jasa adalah neraca

perdagangan ditambah jumlah pembayaran bunga kepada para investor luar

negeri dan penerimaan dividen dari investasi di luar negeri, serta

penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pariwisata dan

transaksitransaksi ekonomi lainnya.

2. Neraca Modal (Capital Account)

Merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mencerminkan perubahan-

perubahan dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka panjang

(seperti saham, obligasi dan real estate) suatu negara, Yang meliputi :

a.  Arus modal masuk tercatat sebagai kredit karena suatu Negara

menjual aset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang

tunai.

b.  Arus modal keluar tercatat sebagai debit karena suatu Negara

membeli asset berharga dari pihak asing (luar negeri).

c.  Transaksi-transaksi neraca modal diklasifikasi sebagai investasi

portfolio, langsung atau jangka pendek.

Untuk dapat membeli aset luar negeri diperlukan valuta asing, dengan

demikian arus modal neto menggambarkan demand terhadap valuta asing.

Nilai valuta asing ditentukan oleh demand valas untuk membeli barang-

barang dan jasa dandemand terhadap valas untuk membeli aset. Neraca

Modal adalah ukuran investasi jangka pendek dan jangka panjang suatu

Page 10: Neraca pembayaran (aseli)

10

negara, termasuk investasi langsung luar negeri dan investasi dalam

sekuritas.

3. Cadangan Devisa Negara (Official Reserves Account)

Mengukur perubahan-perubahan dalam cadangan internasional yang

dimiliki oleh otoritas keuangan suatu negara. Hal ini mencerminkan surplus

atau defisit transaksi-transaksi ekonomi neraca berjalan dan meraca modal

suatu negara yang dihasilkan dengan cara mencari nilai selisih (netting) dari

cadangan aset dan cadangan hutang. Cadangan devisa terdiri dari :

1. Cadangan internasional yang terdiri dari emas dan aset luar negeri

yang dapat diperdagangkan.

2. Peningkatan dalam tiap aset tercatat sebagai debit

3. Penurunan cadangan aset tercatat sebagai kredit

2.1.4 Pengaruh Neraca Pembayaran Terhadapa Perekonomian negara

Sebagaimana yang diketahui, bahwa neraca pembayaran suatu negara

mencatat semua transaksi negara tersebut dengan luar negeri. Adapun

dampak neraca pembayaran terhadap perekonomian adalah sebagai berikut :

a. Perubahan Kurs Devisa

Jika neraca pembayaran defisit, maka kurs valuta asing mengalami

kenaikan dan kurs rupiah mengalami penurunan. Dan bila terjadi surplus,

maka kurs valuta asing mengalami penurunan dan kurs rupiah mengalami

kenaikan.

b. Perubahan Harga

Jika ekspor lebih besar daripada impor berarti barang yang ada di dalam

negeri sangat laku terjual di luar negeri, maka harga barang dalam negeri

menjadi meningkat.

c. Perubahan Tingkat Pendapatan

Ekspor merupakan komponen pendapatan nasional, sehingga berubahnya

nilai ekspor akan mengakibatkan berubahnya pendapatan nasional.

Page 11: Neraca pembayaran (aseli)

11

d. Perubahan Tingkat Bunga

Jika investasi dari luar negeri banyak mengalir ke dalam negeri, maka

tingkat bunga yang berlaku rendah karena hubungan antara tingkat bunga

dengan tingkat investasi adalah berbanding terbalik. Sebaliknya, jika

investasi yang terjadi menurun, maka tingkat bunga yang berlaku tinggi.

2.1.5 Pengertian Modal Asing

Pengertian Penanaman Modal Asing dalam Undang-undang No. 1

Tahun 1967 ditegaskan bahwa Pengertian penanaman modal asing di dalam

Undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara

langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan

Undang-Undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di

Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung

risiko dari penanaman modal tersebut.

Pengertian modal asing dalam Undang-undang ini menurut pasal 2 adalah :

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari

kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah

digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

2. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru

milik orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar

ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat terse-but tidak

dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.

3. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang

ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk

membiayai perusahaan di Indonesia. Adapun modal asing dalam

Undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta asing, tetapi

meliputi pula alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk

menjalankan perusahaan di Indonesia, penemuan-penemuan

milik orang/badan asing yang dipergunakan dalam perusahaan

di Indonesia dan keuntungan yang boleh ditransfer ke luar

negeri tetapi dipergunakan kembali di Indonesia.

Page 12: Neraca pembayaran (aseli)

12

Sehubungan dengan arus modal, dapat kiranya dipahami bahwa untuk

melakukan transaksi perdagangan barang internasional di satu pihak tertentu

diperlukan modal internasional dan di lain pihak transaksi tersebut

menghasilkan keuntungan yang akhirnya akan terakumulasi menjadi modal

baru yang akan di investasikan lagi untuk meningkatkan keuntungan.

Secara umum arus modal asing dapat bersifat hal berikut : (Hady, 2001:92-

93)

1.      Portofolio Investment, yaitu arus modal internasional dalam

bentuk investasi aset-aset finansial, seperti saham (stock),

obligasi (bond), dancommercial papers. Arus portofolio inilah

yang saat ini paling banyak dan cepat mengalir ke seluruh

penjuru dunia melalui pasar uang dan pasar modal di pusat-pusat

keuangan internasional, seperti New York, London, Paris,

Frankfurt, Tokyo, Hongkong, Singapura.

2.      Direct Investment, yaitu investasi riil dalam bentuk pendirian

perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal,

tanah, bahan baku, dan persediaan di mana investor terlibat

langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol

penanaman modal tersebut. Direct investment ini biasanya

dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham

mayoritas dari suatu perusahaan. Dalam konteks internasional,

bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan

multinasional (MNC) dengan operasi di bidang manufaktur,

industri pengolahan, ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan

sebagainya.

2.1.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Modal Asing

Pada umumnya faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya

aliran modal, skill dan teknologi dari negara maju ke negara berkembang,

pada dasarnya dipengaruhi oleh lima faktor-faktor utama. Adapun faktor-

faktor yang dimaksud, yaitu meliputi :

Page 13: Neraca pembayaran (aseli)

13

1. Adanya iklim penanaman modal dinegara-negara penerima modal itu

sendiri yang mendukung keamanan berusaha (risk country), yang

ditunjukkan oleh stabilitas politik serta tingkat perkembangan ekonomi

dinegara penerima modal.

2. Prospek perkembangan usaha di negara penerima modal.

3. Tersedianya prasarana dan sarana yang diperlukan.

4. Tersedianya bahan baku, tenaga kerja yang relatif murah serta potensi

pasar dalam negara penerima modal.

5. Aliran modal pada umumnya cenderung mengalir kepada negara-negara

yang tingkat pendapatan nasionalnya per  kapita relatif tinggi.

Secara umum dapat dikatakan terdapat hubungan ketidakseimbangan 

antara  negara maju sebagai pembawa modal dengan negara berkembang

sebagai penerima modal. Hubungan tidak seimbang tersebut disebabkan

oleh beberapa hal utama (Streeten, 1980 : 251),  yaitu :

1. Pemodal asing selalu mencari keuntungan (profit oriented), sedangkan

negara penerima modal mengharapkan bahwa modal asing tersebut

dapat membantu tujuan pembangunan ekonomi nasional atau sebagai

pelengkap dana pembangunan.

2. Pemodal asing memiliki posisi yang lebih kuat, sehingga mereka

mempunyai kemampuan berusaha dan kemampuan berunding yang

lebih baik.

3. Pemodal asing biasanya memiliki jaringan usaha yang kuat dan luas,

yaitu dalam bentuk Multinasional Corporation. Perusahaan ini pada

dasarnya lebih mengutamakan melayani kepentingan negara dan

pemilik saham di negara asal daripada kepentingan negara penerima

modal.

Tentunya ketidakseimbangan tersebut menjadi tantangan bagi negara-negara

penerima modal asing termasuk Indonesia, yaitu bagaimana mengatasi

ketidakseimbangan yang dimaksud dalam rangka usaha menarik investor

asing. Dalam menghadapi tantangan yang dimaksud negara penerima modal

Page 14: Neraca pembayaran (aseli)

14

asing pada umumnya dan Indonesia khususnya harus dapat mengupayakan

melalui hal-hal sebagai berikut :

1. Dapat mengakomodasi motif profit oriented dari pemodal asing

dengan sebaik-baiknya, sehingga filosofi sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang PMA yang mengatakan bahwa masuknya modal asing

hanyalah bersifat pelengkap dana pembangunan tidak menjadi suatu kendala

yang menghambat arus masuknya investasi modal asing tersebut.

2. Mengupayakan agar hubungan antara pemodal asing dengan penerima

modal tetap diarahkan pada kemitraan yang dapat saling membangun,

sehingga sumber luar negeri dari pinjaman luar negeri tetap dapat

dimanfaatkan bagi pembangunan ekonomi secara optimal.

3. Negara penerima modal harus dapat mengembangkan potensi

ekonominya  secara akurat, serta mampu menjaring informasi mengenai

kegiatan usaha penanaman modal dalam rangka peningkatan kemampuan

dan posisi bargaining-nya dalam menghadapi pemilik modal asing.

2.1.7 Motif Arus Modal Internasional (Hady, 2001:93-94)

1.      Portofolio Investment

a.  High Return

Motif dasar dari International Portofolio Investment adalah untuk

mencari tingkat hasil yang tinggi. Sesuai dengan model Heckser-

Ohlin, maka penduduk suatu negara akan membeli saham ataupun

obligasi dari perusahaan yang berada di negara lain bila

memberikan return yang lebih tinggi.

b.  Risk Diversification

Motif lain International Portofolio Investment adalah untuk diversivikasi

risiko. Hal ini dilakukan oleh para investor sesuai dengan portofolio

theory yang mengatakan bahwa investasi di berbagai surat berharga dapat

menghsilkanreturn tertentu dengan resiko yang lebih kecil atau return yang

lebih tinggi dapat dihasilkan dengan resiko tertentu. Dalam hal

ini, return dari investasi dalam surat berharga asing (foreign securities) akan

Page 15: Neraca pembayaran (aseli)

15

bergantung terutama pada perbedaan kondisi ekonomi di luar negeri.

Kebanyakan akan berhubungan terbalik denganreturn dari investasi dalam

surat berharga dalam negeri  (domestic securities). Sehubungan dengan itu,

tindakan investor untuk melakukan diversifikasi investasi, baik

dalam foreign maupun domestic securities, akan menghasilkanreturn yang

rata-rata lebih tinggi dan/atau resiko yang lebih rendah daripada hanya

melakukan investasi di dalam negeri (domestic securities).

2.      Foreign Direct Investment

a.     Motif utama  foreign direct investment pada dasarnya sama dengan

portofolio investment, yaitu untuk mendapatkan return yang lebih

tinggi melalui :

1.      Tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi

2.      Perpajakan yang lebih menguntungkan

3.      Infrastruktur yang lebih baik

b.   Untuk melakukan divesifikasi risiko (risk diversification)

c.    Untuk tetap memiliki comprtitive advantage melaui direct

control dengan melakukan hal-hal berikut :

1.      Horizontal Integration

Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar

atau multinational coorporatin (MNC) yang biasanya berada dalam

posisi monopolistic atau oligipolistic dengan tujuan untuk

melakukan direct control, khususnya yang berkaitan dengan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan managerial

skill tertentu sehingga tetap memiliki competitive advantage atau

keunggulan bersaing di setiap pasar luar negeri yang dimasuki.

2.      Vetical Integration

              Competitve advantage melalui direct control juga dapat

dilakukan dengan vertical integration, baik

secara backward maupun forward integration. Backward

integration dilakukan dengan jalan foregm direct investment di

bidang pertambangan dan pertanian/perkebunan untuk memperoleh

Page 16: Neraca pembayaran (aseli)

16

jaminan supply bahan baku tertentu dengan harga semurah mungkin,

sedangkan forward integration dilakukan dengan jalan membangun

jaringan distribusi, misalnya untuk produk otomotif dan elektronik.

Dewasa ini hampir di semua negara, khususnya negara berkembang

membutuhkan modal asing. Modal asing itu merupakan suatu hal yang

semakin penting bagi pembangunan suatu negara. Sehingga kehadiran

investor asing nampaknya tidak mungkin dihindari. Yang menjadi

permasalahan bahwa kehadiran investor asing ini sangat dipengaruhi oleh

kondisi internal suatu negara, seperti stabilitas ekonomi, politik negara,

penegakan hukum.

Penanaman modal memberikan keuntungan kepada semua pihak,

tidak hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat

modal itu ditanamkan serta bagi negara asal para investor. Pemerintah

menetapkan bidang-bidang usaha yang memerlukan penanaman modal

dengan berbagai peraturan. Selain itu, pemerintah juga menentukan

besarnya modal dan perbandingan antara modal nasional dan modal asing.

Hal ini dilakukan agar penanaman modal tersebut dapat diarahkan pada

suatu tujuan yang hendak dicapai. Bukan hanya itu seringkali suatu negara

tidak dapat menentukan politik ekonominya secara bebas, karena adanya

pengaruh serta campur tangan dari pemerintah asing.

Pada umumya aliran modal ini akan diikuti dengan mobilitas faktor

produksi lainnya, seperti tenaga kerja, teknologi, dan manajemen yang

secara keseluruhan akan memberikan efek positif bagi kedua negara berupa

kenaikan output total dan pendapatan nasional. Namun, mobilitas beberapa

faktor produksi secara internasional ini juga mempunyai dilema yang dapat

merugikan dan menimbulkan kontroversi politik. Hal ini dapat dikatakan

demikian karena dalam jangka pendek maupun jangka panjang, mobilitas

faktor-faktor produksi ini dapat mempunyai efek positif maupun negatif

antara lain di bidang hal-hal berikut :

1. Redistribusi income.

2. Keseimbangan balance of payment.

Page 17: Neraca pembayaran (aseli)

17

3. Penerimaan pajak.

4. Term of trade.

5. Transfer teknologi dan lain-lain.

Aliran modal asing ini dapat memberikan dampak positif berupa

kenaikan produksi nasional di masing-masing negara. Di samping itu,

khususnya bagi negara sedang berkembang yang memerlukan dana untuk

pembangunan ekonominya seperti Indonesia, jelaslah bahwa foreign direct

investmentmempunyai beberapa dampak positif dan negatif sebagai berikut :

(Hady, 2001:97)

1.      Dampak positif

a.      Sebagai sumber pembiayaan jangka panjang dan pembentukan

modal.

b.     Dalam foreign direct investment melekat transfer teknologi

dan know-howdi bidang manajemen dan pemasaran.

c.       Foreign direct investment tidak akan memberatkan balance of

paymentkarena tidak ada kewajiban pembayaran utang dan

bunga, sedangkan transfer keuntungan didasarkan kepada

keberhasilan foreign direct investment yang dilakukan oleh

perusahaan asing tersebut.

d.     Meningkatkan pembangunan regional dan sektoral.

e.      Meningkatkan persaingan dalam negeri yang sehat dan

kewirausahaan.

f.      Meningkatkan lapangan kerja.

2.      Dampak negatif

a.       Munculnya dominasi industrial.

b.      Ketergantungan teknologi.

c.       Dapat terjadi perubahan budaya.

d.      Dapat menimbulkan gangguan pada perencanaan ekonomi.

e.       Dapat terjadi intervensi oleh home government dari MNC.

Page 18: Neraca pembayaran (aseli)

18

2.2 Temuan Empirik dan Pembahasan

2.2.1 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia

Perkembangan neraca pemabayaran Indonesia untuk tahun 2005,

dimana kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bulan Oktober 2005,

telah memberi dampak positif bagi kinerja neraca pembayaran tw IV-2005.

Lonjakan harga minyak dunia yang mencapai puncaknya pada bulan

Agustus 2005 sebesar USD69,82 per barel telah mendorong tingginya nilai

impor minyak yang begitu membebani APBN karena kenaikan subsidi

BBM. Namun kenaikkan harga BBM tersebut memberi dampak pada

berkurangnya konsumsi BBM dan pada gilirannya juga mengurangi

kebutuhan impor BBM. Selama tw IV-2005, impor minyak turun 27,3%

seiring dengan menurunnya konsumsi BBM sebesar 12,4% dibanding

kenaikan masing masing sebesar 37,4% dan 8,9% di tw III-2005. Sejalan

dengan turunnya impor, pasokan valas yang dilakukan BI ke pasar domestik

juga menjadi turun yang jumlahnya meningkat di sepanjang triwulan II-III

2005 sehingga dapat menahan penurunan cadangan devisa. Sebaliknya,

selama tw IV-2005 cadangan devisa bahkan meningkat USD4,4 miliar

karena penarikan pinjaman program pemerintah dan hasil global bond

sehingga posisinya menjadi USD34,7 miliar di akhir 2005. Sementara itu,

perkembangan yang relatif baik di sektor minyak tersebut menyebabkan

defisit neraca perdagangan minyak hanya mencapai USD1,2 miliar dari

defisit sebesar USD2,5 miliar di triwulan sebelumnya. Setelah digabung

dengan transaksi gas maka neraca perdagangan migas mencapai surplus

USD1,8 miliar, naik dari surplus USD0,3 miliar pada triwulan sebelumnya.

Perbaikan di sisi eksternal yang tercermin dari surplus NPI di tw IV-2005,

ketahanan fiskal pasca pengurangan subsidi BBM, dan kenaikan suku bunga

domestik telah memantapkan kepercayaan pasar sehingga mendorong

masuknya modal jangka pendek berupa portofolio investasi. Net pembelian

asing atas SSB domestik berupa SUN dan SBI di tw IV mencapai USD4,7

miliar, meningkat dibandingkan tw III sebesar USD3,2 miliar. Hal ini ikut

mendorong penguatan nilai tukar rupiah (apresiasi) sebesar 4,6% selama

Page 19: Neraca pembayaran (aseli)

19

triwulan IV-2005. Untuk memperbaiki kondisi permintaan - penawaran

valas di bulan Oktober 2005, Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan

stabilisasi nilai tukar yang bertujuan, membantu penyediaan sebagian

kebutuhan valas impor Pertamina. Selain itu BI juga mengeluarkan

kebijakan fasilitas swap hedging untuk menunjang sektor riil, kebijakan

penerbitan instrument swap jangka pendek, dan kebijakan pengaturan posisi

devisa netto. Sementara, untuk menjaga stabilitas kecukupan cadangan

devisa, Pemerintah Indonesia dan BI telah menandatangani Bilateral Swap

Arrangement (BSA) dengan China dan Jepang.

Perkembangan yang relatif baik selama tw-IV 2005 mengakibatkan

NPI keseluruhan tahun 2005 tidak seburuk seperti yang diperkirakan

semula. Transaksi berjalan yang masih mencatat surplus 0,3% PDB diikuti

transaksi modal dan keuangan yang defisit 0,7% PDB, mengakibatkan

keseimbangan NPI keseluruhan tahun 2005 mencatat defisit yg relatif kecil.

Untuk tahun 2006, NPI diperkirakan kembali mencatat surplus dengan

cadangan devisa yang meningkat. Surplus transaksi berjalan tahun 2006

kurang lebih sama dengan tahun lalu (0,2% PDB) akibat turunnya impor,

khususnya migas, sementara transaksi modal dan keuangan surplus (0,9%

PDB) karena tingginya aliran modal masuk antara lain berbentuk portfolio

investment.

Transaksi berjalan di tahun 2005 mencatat surplus USD0,9 miliar,

sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang

mencapai USD1,6 miliar. Penurunan surplus transaksi berjalan di tahun

2005 terutama berasal dari laju pertumbuhan impor nonmigas 22,1% (y.o.y),

yang melampaui laju ekspor-nya 21,6% (y.o.y). Selain itu, impor migas

masih tinggi terkait dengan meningkatnya harga minyak dunia dan kenaikan

konsumsi BBM di dalam negeri. Surplus transaksi berjalan tersebut terbantu

oleh perbaikan kondisi eksternal di triwulan terakhir tahun 2005. Transaksi

berjalan mencatat surplus USD1,2 miliar di tw.IV-2005 atau naik lebih dari

dua ratus persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai ekspor tw IV-

2005 meningkat 6,1%, sementara nilai impornya menurun 11,7%

Page 20: Neraca pembayaran (aseli)

20

dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan impor khususnya migas

terjadi karena berkurangnya konsumsi BBM di triwulan terakhir tahun

2005. Neraca perdagangan di tahun 2005 mengalami surplus sebesar USD

22,4 miliar, meningkat cukup signifikan 10,9% dibandingkan tahun

sebelumnya yang mencapai surplus USD 20,2 miliar. Nilai total ekspor

selama tahun 2005 tercatat USD86,2 miliar meningkat 21,8% (y.o.y).

Ekspor migas dan nonmigas masing-masing mencatat sebesar USD20,0

miliar atau naik 22,6% (y.o.y) dan USD66,3 miliar atau naik 21,6% (y.o.y).

Nilai impor mencapai USD63,9 miliar meningkat 26,2% (y.o.y) yang terdiri

dari impor migas USD15,9 miliar atau naik 42,9% (y.o.y) dan nonmigas

USD47,9 miliar atau naik 22,1% (y.o.y). Sementara itu, defisit neraca jasa

di tahun 2005 meningkat tajam sebesar 34,6% (y.o.y) menjadi USD11,9

miliar terkait dengan kenaikan freight on impor dan menurunnya

kedatangan turis.

Transaksi modal dan finansial selama tahun 2005 mencatat defisit

tajam sebesar USD1,9 miliar, berkebalikan dari tahun 2004 yang mencatat

surplus sebesar USD1,9 miliar. Tingginya inflow penanaman modal asing

langsung dan investasi portofolio tidak mampu menutupi lonjakan defisit

yang terjadi di investasi lainnya, terutama berupa kenaikan investasi

penduduk di LN. Transaksi modal mencatat surplus sebesar USD334 juta

utamanya didorong oleh meningkatnya bantuan hibah untuk investasi. Dari

Page 21: Neraca pembayaran (aseli)

21

total hibah tersebut, 91,9% merupakan hibah investasi sektor swasta dan

sisanya di sektor publik. Berkebalikan dari surplus yang terjadi pada tahun

2004, transaksi finansial selama tahun 2005 mencatat defisit tajam sebesar

USD2,3 miliar utamanya dikarenakan tingginya pencatatan penempatan aset

(aliran outflow) currency and deposit bank di LN terutama dalam tw II dan

III-2005.

Posisi cadangan devisa selama tahun 2005 mencapai USD34,7 miliar,

turun signifikan dibandingkan posisi tahun 2004 yang mencapai USD36,3

miliar. Penurunan tersebut seiring dengan tekanan yang dihadapi NPI

selama tahun 2005, terutama pada tw II dan III. Tekanan terhadap neraca

pembayaran pada tw II-2005 terkait adanya peningkatan harga minyak

global sehingga menyebabkan kebutuhan devisa impor khususnya minyak

meningkat tajam yang diiringi oleh kenaikan penempatan investasi

penduduk di LN yang cukup besar. Penanaman investasi penduduk tersebut

membuat transaksi finansial neto mengalami peningkatan defisit, di sisi lain

peningkatan defisit tersebut tidak diimbangi oleh peningkatan surplus di

transaksii berjalan sehingga pada tw II, posisi cadangan devisa turun

menjadi USD33,9 miliar dari USD36,0 miliar pada tw I. Pada triwulan III

tekanan pada neraca pembayaran menjadi semakin besar dengan semakin

meningkatnya harga minyak global yang mencapai level tertinggi pada akhir

Page 22: Neraca pembayaran (aseli)

22

Agustus 2005. Rendahnya produksi minyak mentah domestik dan

meningkatnya laju kebutuhan BBM, memaksa Pemerintah untuk

mengimpor BBM lebih banyak. Impor BBM yang tinggi ditengah tengah

harga minyak dunia yang melambung mengakibatkan transaksi berjalan

pada tw III-2005 menjadi defisit tajam yang pada gilirannya berdampak

pada penurunan tajam posisi cadangan devisa menjadi USD30,3 miliar dari

USD36,9 miliar pada tw II. Penurunan yang tajam cadangan devisa tersebut

juga terkait dengan penjualan valas Bank Indonesia untuk membantu

tingginya kebutuhan devisa untuk mengimpor minyak.

Namun demikian, pada tw IV-2005, posisi cadangan devisa

mengalami pembaikan yang signifikan dengan peningkatan sebesar USD4,4

miliar dari tw III sehingga menjadi USD34,7 miliar. Tertahannya penurunan

cadangan devisa tersebut sebagai hasil dari kebijakan fiskal dan moneter

seperti kenaikan BI rate dengan kontrol moneter yang ketat dan

pengurangan subsidi BBM dengan kenaikan tajam harga BBM. Hal tersebut

berhasil memberikan sentimen positif terhadap pasar sehingga intervensi BI

untuk peneyediaan valas impor Pertamina dan stabilisasi nilai tukar rupiah

menurun drastis.

Kemudian untuk perkembangan neraca pembayaran Indonesia tahun

2006, kinerja NPI yang terus membaik sampai dengan akhir tw IV

mendorong NPI keseluruhan tahun 2006 mencapai surplus sebesar USD15,0

miliar, tertinggi sepanjang sejarah. Surplus yang tinggi tersebut didukung

oleh masih berlanjutnya kenaikan pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya

Page 23: Neraca pembayaran (aseli)

23

di negara-negara emerging seperti Cina dan India, kenaikan harga komoditi

dunia yang lebih tinggi dari prakiraan semula, dan tingginya likuiditas pasar

keuangan internasional. Kondisi tersebut didukung pula oleh terjaganya

stabilitas makroekonomi di dalam negeri meskipun permintaan domestik

sedikit melemah. Secara keseluruhan ekspor nonmigas tumbuh 20,7% lebih

tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 19%. Harga minyak yang sempat

menyentuh level tertinggi sebesar USD77,0/bl telah mendorong peningkatan

ekspor migas sebesar 9,4% meskipun produksi cenderung menurun.

Perkembangan tersebut telah mendongkrak kinerja ekspor 2006 hingga

menembus level USD100 miliar. Laju kenaikan nilai ekspor migas tidak

setajam kenaikan harga minyak karena volume ekspor cenderung turun

terkait dengan produksi minyak yang menurun dan pengalihan sebagian

produksi gas dari yang semula untuk ekspor menjadi untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi dalam negeri. Lonjakan harga BBM yang terjadi pada

Oktober 2005 yang kemudian diikuti oleh kenaikan laju inflasi dan suku

bunga telah menyebabkan melemahnya permintaan impor baik migas

maupun nonmigas. Selama 2006, impor nonmigas hanya tumbuh 7%,

sedikit lebih tinggi daripada prakiraan semula sebesar 4%, namun jauh lebih

rendah daripada 36% pada 2005. Kinerja ekspor yang menguat di tengah

impor yang melemah mengakibatkan neraca perdagangan meningkat tajam

mencapai USD29,7 miliar, lebih tinggi daripada level rata-ratanya setelah

krisis keuangan 1997/1998 sebesar USD22 miliar. Tingginya surplus neraca

perdagangan dapat menutup kenaikan defisit neraca jasa dan neraca

pendapatan sehingga transaksi berjalan mencatat surplus USD9,6 miliar atau

2,6% PDB, jauh meningkat dari surplus tahun sebelumnya sebesar USD0,3

miliar atau 0,1% PDB. Dalam periode yang sama, likuiditas global yang

melimpah mendorong masuknya aliran dana ke negara emerging, khususnya

di kawasan Asia. Perbedaan tingkat suku bunga, stabilitas ekonomi, serta

nilai tukar yang cenderung menguat dan relatif stabil telah memberikan

pengaruh positif bagi masuknya aliran dana, khususnya investasi portofolio.

Sepanjang 2006, hampir setengah dari total aliran dana berbentuk investasi

Page 24: Neraca pembayaran (aseli)

24

portofolio mengingat imbal hasil penempatan dalam bentuk rupiah masih

relatif menarik. Di tengah berlanjutnya penurunan suku bunga SBI, investasi

portofolio dalam bentuk saham meningkat secara signifikan sehingga

mendorong IHSG mencapai level tertinggi dalam sejarah sebesar 1.800 pada

akhir tahun. Namun, besarnya aliran dana jangka pendek tersebut juga

meningkatkan kerentanan NPI terhadap risiko perubahan sentimen pasar.

Sementara itu, aliran dana jangka panjang berupa FDI masih tumbuh

terbatas dikarenakan perbaikan iklim investasi yang masih bergerak lambat,

realisasi infrastruktur summit I dan II yang masih dalam proses, sedangkan

investor baru masih menunjukkan sikap ”wait & see”. Kinerja NPI yang

membaik mendorong peningkatan cadangan devisa dan memungkinkan

percepatan pelunasan pembayaran utang IMF sebesar USD7,6 miliar.

Secara keseluruhan cadangan devisa meningkat dari USD34,7 miliar pada

2005 menjadi USD42,6 miliar pada 2006. Cadangan devisa tersebut mampu

membiayai 4,5 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.

Transaksi berjalan pada 2006 mencatat surplus sebesar USD9,6 miliar,

melonjak tinggi dibanding 2005 yang hanya mencapai USD278 juta. Angka

surplus transaksi berjalan ini sedikit lebih kecil dibanding prakiraan semula

(NPI publikasi November 2006) sebesar USD9,7 miliar. Hal ini terkait

dengan pertumbuhan impor nonmigas yang mencapai 7%, lebih tinggi dari

proyeksi sebelumnya 4%. tingginya surplus transaksi berjalan didukung

oleh surplus neraca perdagangan, baik migas maupun nonmigas, yang

secara keseluruhan meningkat dari USD17,5 miliar pada 2005 menjadi

USD29,7 miliar pada 2006. Kenaikan surplus juga terjadi pada neraca

current transfer. Sementara itu, neraca jasa dan neraca pendapatan (income)

mengalami kenaikan defisit.

Page 25: Neraca pembayaran (aseli)

25

Transaksi modal dan finansial selama 2006 mengalami surplus

USD2.451 juta, meningkat sangat tajam dari surplus yang terjadi di 2005

sebesar USD345 juta. Angka tersebut juga jauh lebih tinggi dari prakiraan

semula, yaitu defisit USD 855 juta (NPI exe. Nov 2006). Tingginya surplus

tersebut akibat meningkatnya aliran masuk investasi portofolio, terutama

dalam bentuk pembelian saham, serta realisasi penarikan program loan

yang lebih besar daripada perkiraan semula. Surplus tersebut juga

bersumber dari berkurangnya aset penduduk di luar negeri berupa rekening

giro dan deposito yang cukup signifikan.

Sejalan dengan kenaikan surplus neraca pembayaran Indonesia, pada

akhir 2006

Page 26: Neraca pembayaran (aseli)

26

cadangan devisa mencapai USD42,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan posisi

akhir tahun 2005 yang mencapai USD34,7 miliar, dan dari prakiraan semula

sebesar USD40,4 miliar (NPI exe. Nov 2006). Jumlah cadangan devisa

tersebut cukup untuk membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri

pemerintah selama 4,5 bulan. Peningkatan tersebut terutama berasal dari

kenaikan penerimaan devisa hasil ekspor migas akibat kenaikan harga

minyak yang rata-rata mencapai USD62,7/bl, lebih tinggi dari rata-rata

tahun sebelumnya sebesar USD52/bl. Kenaikan cadangan devisa sebagian

juga terkait dengan langkah Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar

yang cenderung menguat, terutama pada triwulan pertama, sebagai akibat

terus meningkatnya arus masuk dana jangka pendek.

Surplus neraca pembayaran, baik yang terjadi di sisi transaksi berjalan

maupun

transaksi modal & keuangan, serta tingginya posisi cadangan devisa telah

mendukung

kestabilan nilai tukar rupiah selama periode laporan. Meskipun Bank Sentral

Amerika Serikat masih mengadopsi kebijakan moneter ketat sementara

Bank Indonesia cenderung memperlonggar kebijakan moneternya dengan

menurunkan suku bunga BI rate, nilai tukar rupiah tetap stabil, bahkan

cenderung menguat, dan inflasi semakin menurun. Kondisi ini mendorong

pemerintah untuk mempercepat pelunasan utang pada IMF, tahap pertama

Page 27: Neraca pembayaran (aseli)

27

pada akhir Juni 2006 sebesar USD3,7 miliar dan tahap kedua pada Oktober

2006 sebesar USD3,0 miliar, sehingga secara total percepatan pelunasan

utang IMF mencapai USD7,6 miliar.

Pada 2007 NPI mengalami surplus yang cukup besar (USD12,5

miliar), namun lebih rendah dari 2006 (USD14,5 miliar). Penurunan surplus

NPI tersebut terkait dengan surplus transaksi modal dan keuangan yang

sedikit lebih rendah (USD2,8 miliar) dari 2006 (USD2,9 miliar). Dari sisi

liabilities, kinerja transaksi modal dan keuangan sebenarnya lebih baik dari

tahun sebelumnya seperti tercermin pada kenaikan arus masuk modal asing

dalam jumlah yang signifikan, baik berupa PMA, modal portofolio, maupun

penarikan ULN swasta. Peningkatan arus masuk modal asing tersebut

sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi domestik, membaiknya

iklim investasi, yield yang menarik, dan kestabilan makroekonomi yang

terjaga. Namun, dari sisi lain terjadi kenaikan penempatan aset di luar negeri

oleh swasta domestik dalam jumlah yang juga signifikan, baik berupa

investasi langsung maupun pembelian surat berharga. Hal ini adalah

implikasi dari meningkatnya minat investor domestik untuk melakukan

ekspansi usaha di luar negeri dan meningkatnya surplus transaksi berjalan,

yaitu dari USD10,8 miliar pada 2006 menjadi USD11,0 miliar pada 2007.

Kenaikan surplus transaksi berjalan didukung oleh kenaikan ekspor

nonmigas yang--kendati tumbuh melambat seiring menurunnya

pertumbuhan ekonomi dunia—masih dapat mengimbangi kenaikan impor

nonmigas yang mengalami akselerasi seiring meningkatnya pertumbuhan

ekonomi di dalam negeri. Sementara itu, kenaikan harga minyak belum

mampu meningkatkan sumbangan sektor migas terhadap surplus transaksi

berjalan karena selama 2007 terjadi penurunan produksi minyak dan gas

disertai kenaikan volume impor minyak untuk konsumsi BBM domestik.

Transaksi berjalan pada 2007 mencatat surplus sebesar USD11,0

miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

USD10,8 miliar. Perkembangan tersebut terutama didorong oleh ekspor

barang khususnya nonmigas yang tumbuh lebih tinggi dibanding impor

Page 28: Neraca pembayaran (aseli)

28

nonmigas meskipun relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan pertumbuhan impor mengalami peningkatan cukup signifikan

sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Sementara itu, neraca jasa dan neraca pendapatan pada 2007 mengalami

kenaikan defisit masing-masing menjadi sebesar USD11,1 miliar dan

USD15,9 miliar dari tahun sebelumnya (USD9,9 miliar dan USD13,8

miliar). Defisit pada neraca jasa terutama disumbangkan dari jasa

tranportasi dan jasa lainnya. Sedangkan defisit neraca pendapatan

meningkat terutama akibat bertambahnya repatriasi keuntungan perusahaan

yang melakukan penanaman modal asing di Indonesia. Adapun transfer

berjalan pada 2007 masih mengalami surplus sebesar USD4,9 miliar, relatif

sama dibandingkan tahun sebelumnya terutama disumbangkan dari

pengiriman gaji TKI kepada keluarganya di tanah air (WR-TKI).

Transaksi modal dan finansial pada 2007 mencatat surplus sekitar

USD2,8 miliar, sedikit lebih rendah dari surplus pada tahun sebelumnya

sebesar USD2,9 miliar. Penurunan berasal dari transaksi finansial sebagai

dampak krisis subprime mortgage di AS khususnya investasi portofolio

pada semester II-2007.

Page 29: Neraca pembayaran (aseli)

29

Sejalan dengan kenaikan surplus neraca pembayaran Indonesia,

cadangan devisa pada akhir tahun 2007 mencapai USD56,9 miliar,

meningkat cukup signifikan sekitar USD14,3 miliar (34%) dibandingkan

posisi pada akhir tahun sebelumnya sebesar USD42,6 miliar. Kenaikan

cadangan devisa terbesar terjadi pada triwulan IV sekitar USD4,0 miliar

sejalan dengan meningkatnya penerimaan devisa hasil ekspor migas akibat

kenaikan harga minyak dunia dan tingginya realisasi pinjaman luar negeri

pemerintah. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai impor

dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 5,7 bulan.

Komposisi cadangan devisa terbesar berupa surat-surat berharga

(securities) yang tercatat sebesar USD32,69 miliar (57,4% dari total

cadangan devisa), meningkat dari tahun sebelumnya sebesar USD25,58

miliar. Komponen terbesar lainnya adalah currency & deposits sebesar

USD21,87 miliar (38,4%), juga meningkat dari USD15,12 miliar pada tahun

sebelumnya.

Kinerja transaksi berjalan pada triwulan IV 2008 mengalami

perbaikan dengan mencatat defisit yang lebih kecil (defisit USD0,2 miliar)

daripada yang terjadi pada triwulan III 2008 (defisit USD0,9 miliar).

Page 30: Neraca pembayaran (aseli)

30

Namun, secara umum Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih

mengalami tekanan, terutama pada sisi neraca perdagangan dan transaksi

modal dan finansial, sebagai dampak dari krisis ekonomi dan keuangan

dunia yang semakin meluas. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa

berkurang dari USD57,1 miliar pada akhir triwulan III 2008 menjadi

USD51,6 miliar pada akhir triwulan IV 2008. Walaupun menurun, jumlah

cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan impor dan

pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4 bulan. Kontributor

utama dari perbaikan transaksi berjalan adalah penurunan pada defisit

neraca pendapatan akibat berkurangnya pembayaran bagi hasil kepada

kontraktor migas asing. Beberapa kontributor lain adalah impor minyak

yang mengecil karena berkurangnya volume konsumsi bahan bakar minyak

serta masih stabilnya penerimaan devisa dari turis asing dan tenaga kerja

Indonesia di luar negeri. Berbagai faktor positif tersebut mampu

mengimbangi kinerja neraca perdagangan nonmigas yang menurun karena

nilai ekspor nonmigas turun lebih tajam daripada nilai impor nonmigas.

Resesi ekonomi yang melanda banyak negara berdampak pada melemahnya

permintaan ekspor selama triwulan IV 2008 sehingga nilai ekspor nonmigas

turun 14,8% dibandingkan triwulan III 2008 dan hanya naik 0,2%

dibandingkan triwulan IV 2007. Dalam periode yang sama, sejalan dengan

melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik, nilai impor nonmigas turun

12,4% dibandingkan triwulan III 2008 tetapi masih naik 27,9%

dibandingkan triwulan IV 2007. Krisis keuangan global yang semakin

dalam sejak September 2008 mengakibatkan transaksi modal dan finansial

pada triwulan IV 2008 mengalami defisit sekitar USD3,8 miliar. Proses

deleveraging dan repricing di pasar keuangan internasional menyebabkan

terjadinya arus keluar modal asing dalam bentuk penjualan surat utang

negara, sertifikat Bank Indonesia, dan saham, terutama selama Oktober

hingga awal November 2008. Arus keluar modal asing mulai berhenti sejak

pertengahan November 2008 setelah pemerintah di negara-negara maju

meningkatkan komitmennya untuk membantu lembaga-lembaga keuangan

Page 31: Neraca pembayaran (aseli)

31

yang bermasalah dan mengatasi resesi ekonomi melalui stimulus fiskal.

Kinerja transaksi modal dan finansial juga terbantu oleh meningkatnya arus

masuk modal dalam bentuk investasi langsung dan pinjaman luar negeri,

baik pemerintah maupun swasta. Hal ini sejalan dengan permintaan

domestik, khususnya investasi, yang masih tumbuh positif. Sejalan dengan

perkembangan NPI triwulan IV di atas, secara keseluruhan 2008 NPI

mengalami defisit. Namun demikian, transaksi berjalan masih mampu

mencatat surplus meskipun kecil (USD0,6 miliar), turun dibandingkan

surplus pada 2007 (USD10,5 miliar). Sementara itu, transaksi modal dan

finansial mengalami defisit USD1,7 miliar, setelah pada tahun 2007

mencatat surplus sebesar USD3,6 miliar.

Page 32: Neraca pembayaran (aseli)

32

NPI 2008 diwarnai oleh kondisi ekonomi dan keuangan internasional

yang tidak sebaik tahun sebelumnya dan permintaan domestik yang

sedikitmelambat meski masih pada level tinggi. Pada semester pertama

permintaan dunia masih relatif tinggi meskipun melemah dibandingkan

tahun sebelumnya. Permintaan dunia yang masih tinggi tersebut ditopang

oleh harga komoditas yang masih juga tinggi dipengaruhi oleh harga

minyak yang terus memuncak. Namun pada semester kedua, khususnya

triwulan empat, permintaan dunia terus melemah yang diikuti oleh turunnya

harga komoditas internasional, khususnya migas, sehingga mendorong

kinerja transaksi berjalan menurun. Perekonomian dunia pada 2008 tumbuh

3,4%, melambat dibandingkan 2007 (5,2%) meski masih dalam level yang

cukup tinggi. Pelemahan tersebut merupakan dampak negatif kondisi di

pasar keuangan internasional, terkait dengan krisis subprime mortgage di

AS yang telah berdampak luas ke sektor industri, tenaga kerja, dan

konsumsi. Pertumbuhan ekonomi negara maju diperkirakan mengalami

perlambatan dari 2,7% di 2007 menjadi 1,0% pada 2008. Perekonomian

negara berkembang diperkirakan tumbuh masih cukup tinggi di 2008

(6,3%), meskipun turun dari tahun sebelumnya (8,3%), khususnya didorong

oleh pertumbuhan ekonomi Cina dan India. Hal ini tidak terlepas dari masih

kuatnya permintaan domestik di kedua negara tersebut meskipun ekonomi

dunia cenderung berada dalam tekanan resesi. Selain itu, perkembangan

intratrade regional yang semakin meningkat akibat diversifikasi tujuan

ekspor, mengakibatkan berkurangnya ketergantungan perdagangan negara

regional Asia terhadap negara maju khususnya AS. Dampak perlambatan

ekonomi global diperkirakan sebagian dapat dikompensasi oleh tingginya

pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Permintaan dunia yang masih

kuat didorong oleh harga komodiotas yang juga masih tinggi, ikut

mempengaruhi kinerja ekspor sampai dengan tiga triwulan pertama 2008

yang masih tumbuh cukup tinggi. Dengan perkembangan tersebut,

meskipun terjadi penurunan pada triwulan IV, realisasi ekspor untuk

keseluruhan 2008 masih tumbuh cukup tinggi. Meskipun kondisi

Page 33: Neraca pembayaran (aseli)

33

perekonomian dunia yang kurang menggembirakan tersebut berdampak

terhadap perekonomian domestik, namun ekonomi Indonesia pada 2008

masih tumbuh sekitar 6,1%, sedikit menurun dari tahun sebelumnya (6,3%).

Permintaan domestik masih berperan cukup tinggi meskipun melemah

sejalan dengan realisasi PDB sampai dengan triwulan III sebesar 6,3%.

Permintaan domestik yang masih tumbuh tinggi telah mendorong impor

yang tumbuh cukup signifikan pada tiga triwulan pertama 2008. Namun

kondisi mulai menurun pada triwulan IV, permintaan domestik melemah,

disertai dengan nilai tukar yang melemah dan sumber pembiayaan eksternal

yang berkurang, sedikit memperlambat laju pertumbuhan impor pada Tw.IV

dan keseluruhan 2008. Krisis finansial yang berdampak besar pada

kontraksi ekonomi khususnya negara maju, merambat pada penurunan

permintaan atas ekspor negara berkembang. Akibatnya, kinerja neraca

berjalan negara kawasan Asia menurun dan memicu melambatnya laju

pertumbuhan ekonomi di kawasan. Pengaruh ekonomi global pada kinerja

sektor eksternal diperkirakan cukup signifikan, tercermin dari perkiraan

volume perdagangan dunia 2008 yang mencapai 4,1%, melambat dari 2007

sebesar 7,2%. Menurunnya volume perdagangan dunia tersebut didorong

oleh rata-rata harga komoditas nonmigas di pasar internasional yang

diperkirakan mulai menurun meskipun masih tumbuh positif sebesar 7,4%.

Melemahnya harga komoditas nonmigas internasional tersebut terkait

dengan turunnya harga minyak dunia dan berkurangnya permintaan dunia.

Perkembangan harga komoditas tersebut memberi dampak negatif terhadap

kinerja ekspor Indonesia. Harga minyak dunia diperkirakan akan menurun

meskipun masih akan berada pada level cukup tinggi. Menurunnya harga

minyak dunia tersebut didorong oleh permintaan dunia yang menurun akibat

kekhawatiran krisis ekonomi global. Rata-rata harga ekspor minyak mentah

domestik berada pada level USD93,5 per barel, masih lebih tinggi

dibandingkan angka APBN-P2008 USD80 per barel. Produksi minyak rata-

rata 2008 sekitar 0,977 mbpd, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya

sebesar 0,952 mbpd. Angka tersebut sama dengan angka lifting asumsi

Page 34: Neraca pembayaran (aseli)

34

produksi yang ditetapkan di APBNP 2008. Peningkatan produksi minyak

tersebut didukung oleh mulai berproduksinya lapangan Kerisi (Conoco

Philips, Natuna) pada awal Januari 2008 dan lapangan Banyu Urip dan

North Duri juga dapat mulai berproduksi pada triwulan empat . Sementara

itu, perkembangan sektor gas di 2008 mengalami peningkatan , terutama

disebabkan oleh harga gas yang masih tetap tinggi meskipun ada

kecenderungan menurun pada Tw.IV mengikuti harga minyak. Sedangkan

ekspor LPG sejak Tw.II-2008. Dihentikan sebagai dampak dari kebijakan

pemerintah untuk lebih memprioritaskan pemanfaatan gas bagi kebutuhan

domestik, terutama dalam rangka mendukung program konversi minyak

tanah dengan LPG. Pertumbuhan konsumsi BBM mengalami penurunan

dari sekitar 2,8% ditahun 2007 menjadi sekitar -0,02% di 2008. Penurunan

pertumbuhan konsumsi BBM tersebut sejalan dengan kecenderungan

perlambatan pertumbuhan ekonomi khususnya pada triwulan IV 2008.

Konsumsi BBM masih tetap tumbuh positif pada tiga triwulan pertama

2008, namun pelemahan ekonomi dunia berdampak pada pelemahan

permintaan konsumsi energi khususnya sektor industri di triwulan terakhir

2008. Di sektor jasa khususnya transportasi, penurunan harga minyak

meskipun mulai terjadi sejak bulan Agustus namun baru direspon oleh

perusahaan maskapai dengan menurunkan biaya bahan bakar (fuel

surcharge) pada akhir tahun 2008. Demikian juga perusahaan pelayaran

nasional baru menurunkan tarif angkut (freight) pada akhir tahun

sehubungan dengan penurunan harga bahan bakar (bunker) kapal.Kegiatan

sektor pariwisata nasional 2008 terus berjalan positif terkait dengan Visit

Indonesian Year (VIY) 2008. Meskipun target 7 juta wisman tidak tercapai

sampai dengan akhir 2008, namun dengan strategi menjadikan event sebagai

tujuan wisata pemerintah telah banyak melakukan event MICE (Meeting,

Incentive, Convention, Exhibition) khususnya di Bali di triwulan akhir

2008. Sementara itu penempatan TKI di LN pada 2008 mencatat

peningkatan, khususnya dalam memenuhi peluang pasar formal yang masih

belum dapat dipenuhi, seperti Jepang yang memerlukan tenaga perawat dan

Page 35: Neraca pembayaran (aseli)

35

pengasuh kaum jompo di negaranya. Selain itu, kebutuhan TKI juga

meningkat di beberapa negara yang masih memerlukan tenaga kerja asing

seperti Australia, Eropa dan beberapa negara Timur Tengah. Namun

demikian dampak krisis global telah menahan laju penambahan permintaan

penempatan TKI tersebut.

Di sektor finansial, dampak lanjutan pelemahan ekonomi dunia

terhadap likuiditas global berpengaruh pada arus masuk modal, terutama

jangka pendek. Iklim investasi Indonesia didukung stabilitas ekonomi

makro dipandang masih kondusif sehingga dapat menarik lebih banyak

investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi jangka

panjang di Indonesia. Survei Bank Dunia menunjukkan bahwa peringkat

kemudahan berusaha di Indonesia berpeluang naik dari urutan ke-123

menjadi urutan ke-82 di 2008, dengan syarat pemerintah memperbaiki

mekanisme memulai usaha, pendaftaran kepemilikan, dan mendapatkan

kredit. Meskipun dalam lingkup terbatas, perbaikan iklim investasi

diperkirakan akan didukung oleh implementasi beberapa proyek

infrastruktur yang telah dimulai di tahun-tahun sebelumnya. Beberapa

proyek telah dimulai pada tahun 2008 antara lain pembangkit listrik Paiton

3-4 dan beberapa PLTU seperti PLTU Serang dan Tanjung Jati A; transmisi

gas melalui pipa jalur Kaltim-Jawa dan Duri-Dumai-Medan fase I dan II;

pembangunan bandara baru Kualanamu di Medan dan Selaparang di

Lombok, pengembangan kawasan berikat industri dan pemrosesan kargo di

Bandara Sukarno Hatta; serta beberapa ruas jalan tol seperti jalan tol

Cikampek-Palimanan dan Cikarang-Tanjung Priok. Sejalan dengan semakin

kompetitifnya perusahaan domestik di kancah internasional, penanaman

modal langsung oleh penduduk di luar negeri juga semakin meningkat.

Investasi penduduk tersebut antara lain didukung oleh penemuan cadangan

minyak di Libya oleh anak perusahaan PT Medco Energi dan investasi PT

Bumi Resources pada tambang batubara di Australia. Pada arus lalu lintas

modal jangka pendek, intensitas gejolak pasar keuangan dunia meningkat

danmenyebar ke berbagai kawasan termasuk Indonesia. Memburuknya

Page 36: Neraca pembayaran (aseli)

36

persepsi risiko investor terhadap asetaset beresiko tinggi mendorong

terjadinya perilaku flight to quality yang menimbulkan gejolak di pasar

keuangan. US T-bill yang terus diburu menyebabkan imbal hasil (yield)

surat berharga domestik menjadi terus meningkat. Bursa saham negara maju

yang mengalami penurunan cukup tajam, memicu gejolak di pasar keuangan

khususnya di negara berkembang. Hal ini tercermin dari terdepresiasinya

nilai tukar, menurunnya bursa saham serta ketatnya likuiditas di pasar

antarbank. Gejolak pasar finansial global masih akan mempengaruhi

dinamika lalu lintas modal portofolio asing akibat masih tingginya

ketidakpastian pada kondisi ekonomi dan sektor keuangan di AS. Proses

deleveraging dan repricing yang terjadi di pasar keuangan global

diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya arus keluar modal asing

dalam bentuk SUN, SBI, dan saham, terutama selama Oktober hingga awal

November 2008. Namun, defisit yang lebih besar diperkirakan dapat

dihindari karena tekanan arus keluar modal portofolio mulai mereda sejak

pertengahan November 2008. Berbagai tekanan yang terjadi di pasar

keuangan regional, memicu persepsi tingginya default obligasi negara

berkembang meski cenderung mereda pada akhir Oktober. Dalam jangka

pendek, aliran modal ke emerging market termasuk Indonesia relatif masih

minimal. Masih belum stabilnya pasar finansial dunia, membuat investor

asing secara umum cenderung bersikap hati-hati terhadap aset negara

berkembang. Perilaku risk aversion terhadap aset berisiko tinggi serta

kawasan emerging market masih mewarnai dalam beberapa waktu sampai

akhir 2008. Di sisi domestik, relatif tingginya imbal hasil penempatan aset

rupiah saat ini masih belum mampu menahan arus keluar modal asing. Arus

dana asing ke SBI dan SUN pada 2008 menurun karena perubahan persepsi

investor kepada kualitas surat berharga meskipun spread suku bunga dalam

dan luar negeri yang semakin melebar. Sementara itu, arus dana asing ke

pasar saham masih tetap terbatas sejalan dengan ketatnya likuiditas finansial

global.

Page 37: Neraca pembayaran (aseli)

37

Sejalan dengan perkembangan asumsi makro di atas, kinerja NPI

untuk keseluruhan 2008 menurun dibandingkan 2007. Gambaran NPI untuk

keseluruhan 2008 secara ringkas menjadi sebagai berikut:

1. Transaksi berjalan masih mampu mencatat surplus, meskipun sangat

kecil, yaitu

USD0,6 miliar. Perkiraan surplus ini turun tajam dibandingkan tahun

2007 (surplus USD10,5 miliar).

2. Transaksi modal dan finansial mencatat defisit USD1,7 miliar. Defisit

ini menurun

dibanding tahun 2007 (surplus USD3,6 miliar).

3. Overall balance NPI diperkirakan defisit USD1,9 miliar, lebih buruk

daripada tahun

2007 (surplus USD12,7 miliar).

4. Cadangan devisa pada akhir 2008 mencapai posisi USD51,6 miliar (4,0

bulan impor

dan pembayaran ULN pemerintah), menurun dibandingkan posisi pada

akhir 2007 (USD56,9 miliar).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Tw.IV-2009 mencatat

surplus USD4,0 miliar. Surplus NPI tersebut disumbang oleh surplus baik

pada transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial masing-

masing sebesar USD3,4 miliar dan USD1,4 miliar. Kinerja transaksi

berjalan mencatat surplus yang lebih besar dari triwulan sebelumnya karena

kenaikan ekspor nonmigas melampaui kenaikan impor nonmigas, seiring

dengan terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi global serta

membaiknya harga sejumlah komoditas ekspor unggulan. Bertambahnya

surplus neraca migas ditopang oleh kenaikan harga minyak dan produksi

gas. Sementara itu, transaksi modal dan keuangan mengalami surplus yang

disumbang oleh surplus pada komponen investasi langsung dan investasi

portofolio. Meningkatnya arus masuk modal investasi langsung dan

investasi portofolio pada Tw.IV-2009 tersebut didukung oleh kondisi

makroekonomi yang relatif stabil dan membaiknya likuiditas global. Sejalan

Page 38: Neraca pembayaran (aseli)

38

dengan perkembangan NPI dimaksud, jumlah cadangan devisa pada akhir

periode naik menjadi USD66,1 miliar atau setara dengan kebutuhan

pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 6,5

bulan.

Transaksi berjalan pada Tw.IV-2009 mencatat surplus USD3,4 miliar,

lebih tinggi dari surplus USD2,2 miliar pada triwulan sebelumnya.

Peningkatan kinerja transaksi berjalan tersebut bersumber dari

bertambahnya suplus neraca perdagangan nonmigas, neraca migas dan

neraca transfer berjalan. Kenaikan surplus pada ketiga neraca tersebut lebih

besar daripada peningkatan defisit neraca jasa dan neraca pendapatan.

Peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas didorong oleh kenaikan

ekspor nonmigas terkait dengan terus berlangsungnya proses pemulihan

ekonomi dunia serta membaiknya harga beberapa komoditas ekspor. Pada

saat yang sama, membaiknya ekonomi domestik ikut mendorong

peningkatan impor nonmigas walaupun pertumbuhannya masih lebih rendah

dari ekspor nonmigas. Sementara itu, kenaikan produksi minyak berdampak

pada berkurangnya defisit neraca minyak. Sedangkan penambahan volume

ekspor gas, sejalan dengan beroperasinya Train 1 dan 2 lapangan gas

Tangguh, berpengaruh terhadap naiknya suplus neraca gas. Di sisi lain,

impor minyak baik nilai maupun volume berkurang pada periode laporan.

Pemanfaatan stok dalam negeri yang tersedia di saat konsumsi BBM

meningkat dan berlanjutnya program konversi minyak merupakan faktor

pendukung turunnya impor minyak tersebut. Peningkatan defisit neraca jasa

terutama bersumber dari naiknya pengeluaran jasa transportasi barang

impor. Defisit neraca pendapatan turut pula meningkat disebabkan

bertambahnya pembayaran dividen/hasil keuntungan perusahaan PMA serta

pembayaran bunga utang luar negeri, terutama sektor pemerintah.

Page 39: Neraca pembayaran (aseli)

39

Transaksi modal dan finansial pada Tw.IV-2009 mencatat surplus

USD1,4 miliar, disumbang oleh surplus pada kelompok investasi langsung

dan investasi portofolio. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi domestik

disertai dengan kondisi likuiditas global yang semakin baik telah

mendorong arus masuk modal jangka pendek maupun jangka panjang. Suku

bunga internasional yang relatif rendah mendorong mendorong beberapa

perusahaan nasional akhir-akhir ini meminjam dana dengan menerbitkan

obligasi di luar negeri yang dilakukan sendiri secara langsung (portfolio

investment, liabilities) maupun melalui anak perusahaannya (special

purpose vehicle) di luar negeri. Penerbitan obligasi melalui anak perusahaan

di luar negeri yang kemudian disalurkan sebagai pinjaman dari anak

perusahaan ke induknya di dalam negeri, mendorong terjadinya surplus

investasi langsung ke luar negeri (direct investment abroad), setelah

mencatat defisit pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, arus masuk PMA

(direct investment sisi liabilities) pada Tw.IV-2009 juga bertambah seiring

membaiknya ekonomi domestik. Perbaikan ekonomi di dalam negeri

tersebut turut mendorong kinerja impor yang pada gilirannya memicu

kenaikan arus masuk investasi portofolio berupa bankers’ acceptances.

Page 40: Neraca pembayaran (aseli)

40

Sejalan dengan surplus neraca pembayaran Indonesia selama Tw.IV-

2009, cadangan devisa pada akhir triwulan tersebut meningkat menjadi

USD66,1 miliar, dari posisi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar

USD62,3 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai

impor dan pembayaran utang luar negeri selama 6,5 bulan. Adapun

komponen cadangan devisa terdiri dari securities (surat-surat berharga)

sebesar USD57,1 miliar (86,4% dari total cadangan devisa), currency &

deposits sebesar USD3,3 miliar (4.9%), special drawing rights sebesar

USD2,8 miliar (4,2%) dan monetary gold sebesar USD2,6 miliar (3,9%).

Page 41: Neraca pembayaran (aseli)

41

Dengan perkembangan pada Tw.IV-2009 seperti tersebut di atas, kinierja

NPI untuk keseluruhan 2009 mengalami perbaikan tajam dibandingkan

2008.

Perkembangan perdagangan dan investasi luar negeri menunjukkan

kemajuan di berbagai sektor neraca pembayaran. Bedasarkan data yang

diperoleh, Indonesia surplus pada tahun 2010. Neraca Pembayaran

Indonesia (NPI) pada Tw.IV-2010 mencatat surplus USD11,3 miliar. Baik

transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial memberikan

kontribusi positif dengan mencatat surplus masing masing sebesar USD1,2

miliar dan USD9,9 miliar. Kinerja transaksi berjalan ditopang oleh kenaikan

ekspor nonmigas yang melampaui kenaikan impor nonmigas, seiring dengan

terus berlangsungnya proses pemulihan ekonomi global serta membaiknya

harga sejumlah komoditas ekspor unggulan. Sementara itu, transaksi modal

dan keuangan mengalami kenaikan surplus yang sangat signifikan, terutama

berasal dari surplus pada komponen investasi langsung dan investasi

lainnya. Sejalan dengan perkembangan NPI dimaksud, jumlah cadangan

devisa pada akhir periode naik dan mencapai posisi tertinggi selama ini,

yakni sebesar USD96,2 miliar.

Transaksi berjalan Tw. IV-2010 mencatat surplus USD1,2 miliar,

lebih rendah dari surplus USD1,4 miliar pada triwulan sebelumnya. Surplus

transaksi berjalan didukung oleh kinerja positif pada neraca perdagangan

nonmigas, neraca perdagangan gas, dan neraca transfer berjalan. Namun,

surplus transaksi berjalan tersebut menurun dari triwulan sebelumnya

karena lebih tingginya pembayaran jasa transportasi dan imbal hasil kepada

investor asing, mengikuti kenaikan impor dan arus masuk modal asing yang

signifikan. Neraca perdagangan nonmigas membaik dengan kenaikan

surplus yang ditopang oleh kuatnya kinerja ekspor nonmigas, terutama

ekspor komoditi berbasis sumber daya alam, seiring kenaikan permintaan

dunia dan tingginya harga di pasar internasional. Kenaikan ekspor nonmigas

tersebut mampu mengimbangi akselerasi pertumbuhan impor nonmigas

yang dipacu oleh tingginya permintaan domestik. Neraca gas juga mencatat

Page 42: Neraca pembayaran (aseli)

42

surplus yang besar terutama akibat kenaikan harga ekspor gas (LNG dan

natural gas) yang sejalan dengan kenaikan harga minyak. Tingginya

aktivitas ekonomi domestik berimplikasi pada peningkatan permintaan

impor minyak di tengah tren kenaikan harga minyak, sementara produksi

minyak di dalam negeri menurun, sehingga menambah besarnya defisit

neraca perdagangan minyak. Neraca jasa dan neraca pendapatan mengalami

defisit yang meningkat terkait dengan tingginya pertumbuhan impor dan

arus modal masuk. Peningkatan defisit neraca jasa terutama bersumber dari

naiknya pengeluaran jasa transportasi barang impor serta tingginya

pengeluaran travel sehubungan dengan perjalanan haji. Peningkatan defisit

juga terjadi pada neraca pendapatan yang disebabkan bertambahnya

pembayaran hasil keuntungan perusahaan PMA dan imbal hasil kepada

investor asing.

Kemudian dilihat dari transaksi modal dan financial Surplus

transaksi modal dan finansial Tw. IV-2010 mencatat rekor tertinggi sebesar

USD9,9 miliar dibandingkan USD6,6 miliar pada triwulan sebelumnya.

Peningkatan surplus terutama ditopang oleh arus masuk investasi langsung

yang tinggi sejalan dengan iklim investasi yang terus membaik dan kondisi

makroekonomi yang stabil. Di sisi lain, investasi portofolio masih

berkontribusi pada surplus transaksi modal dan finansial walaupun dalam

jumlah yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya antara lain akibat

gejolak krisis utang di Eropa. Di tengah berkurangnya pasokan valas dari

Page 43: Neraca pembayaran (aseli)

43

investasi portofolio asing, untuk memenuhi pembayaran kewajiban luar

negeri yang meningkat, perbankan domestik menarik simpanan mereka di

luar negeri sehingga ikut menambah surplus transaksi modal dan finansial.

Sejalan dengan kenaikan surplus neraca pembayaran Indonesia selama

Tw.IV-2010, cadangan devisa pada akhir triwulan tersebut meningkat

menjadi USD96,2 miliar, dari posisi pada akhir triwulan sebelumnya

sebesar USD86,1 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk

membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri selama 7,0 bulan.

Adapun komponen cadangan devisa terdiri dari securities (surat-surat

berharga) sebesar USD83,0 miliar (86,3% dari total cadangan devisa),

currency & deposits sebesar USD6,8 miliar (7.0%), monetary gold sebesar

USD3,3 miliar (3,4%), dan special drawing rights (SDR) sebesar USD2,7

miliar (2,8%).

Page 44: Neraca pembayaran (aseli)

44

Dengan perkembangan pada Tw.IV-2010 seperti tersebut di atas, kinerja

NPI untuk keseluruhan 2010 mengalami perbaikan tajam dibandingkan

2009.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Neraca Pembayaran Indonesia

Beberapa faktor indikator eksternal dan internal selama periode

laporan secara signifikan telah mempengaruhi perkembangan NPI tw.

IV-2005 dan keseluruhan th. 2005. Meningkatnya permintaan

beberapa komoditi nonmigas terutama produk primer dari beberapa

negara telah mendorong peningkatan harga di pasar dunia. Hal

ini memberi dampak pada meningkatnya kinerja ekspor nonmigas

tw IV-2005, yang tumbuh 17,3% (y.o.y). Namun demikian secara

keseluruhan 2005, pertumbuhan ekspor non migas relatif masih lebih

kecil dibandingkan laju pertumbuhan impornya. Tingginya harga

minyak dunia yang direspon dengan kenaikan harga BBM di dalam

negeri telah menyebabkan berkurangnya konsumsi BBM domestik

yang pada gilirannya telah mengurangi kebutuhan impor BBM

sehingga mengurangi defisit trade balance migas. Di samping itu,

kenaikan harga BBM di dalam negeri tersebut telah memicu kenaikan

harga barang dan jasa sehingga laju inflasi melonjak tinggi

mencapai 17,1%. Pelemahan laju pertumbuhan ekonomi dunia dan

Page 45: Neraca pembayaran (aseli)

45

faktor-faktor tersebut pada gilirannya telah menekan laju pertumbuhan

ekonomi dalam negeri khususnya di tw.IV-2005. Terbatasnya

pertumbuhan PDB yang hanya mencapai 4,9% di tw.IV-2005 telah

mempengaruhi kinerja impor nonmigas yang tumbuh melambat

7,2%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai

21,5%. Namun demikian secara keseluruhan 2005, permintaan

domestik terhadap impor non migas masih tumbuh tinggi sebesar

22,1% mendorong pertumbuhan PDB hingga mencapai 5,6%.

Terbatasnya pertumbuhan PDB, juga telah mempengaruhi

masuknya modal asing utamanya FDI. FDI sektor migas di tw IV-

2005 mencapai nilai terendah seiring dengan kenaikan harga minyak

dunia dibandingkan triwulan lainnya di 2005. Namun demikian, FDI

sektor nonmigas menunjukkan kinerja positif di tw IV-2005. Secara

keseluruhan 2005, FDI mengalami peningkatan yang cukup signifikan

dibandingkan tahun sebelumnya terutama di sektor nonmigas.

Seiring dengan perbaikan internal, telah mengembalikan

kepercayaan pasar sehingga mendorong peningkatan arus modal

jangka pendek berupa portfolio investasi. Selain itu, sektor pariwisata

di tw IV-2005 juga mengalami penurunan jumlah turis masuk akibat

faktor keamanan terkait bom Bali II. Selama tahun 2005, jumlah turis

masuk relatif menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Membaiknya

indikator eksternal dan internal tersebut telah mempengaruhi kinerja

NPI secara keseluruhan, sehingga cadangan devisa meningkat tajam

di tw IV-2005 hingga mencapai USD 34,7 miliar, atau naik

sekitar USD 3,4 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun

demikian, secara keseluruhan tahun 2005 cadangan devisa relatif masih

menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Faktor yang mempengaruhi neraca pembayaran tahun 2006 mencapai

surplus sebesar USD15,0 miliar. Ekspansi ekonomi dunia yang masih

meningkat hingga mencapai 5,1% dan melambungnya harga minyak

dunia yang memicu kenaikan harga komoditi di sektor energi dan

Page 46: Neraca pembayaran (aseli)

46

nonenergi telah menjadi faktor utama yang mendorong lonjakan

ekspor Indonesia. Secara rata-rata harga komoditi primer nonmigas di

pasar dunia meningkat tajam sebesar 22,1%, sementara harga

minyak meningkat hingga sempat menyentuh level USD77,0/bl dan

keseluruhan tahun mencapai USD62,3/bl. Rendahnya kegiatan

investasi di sektor migas dan pengalihan sebagian produksi gas untuk

konsumsi domestik mengakibatkan produksi minyak dan volume ekspor

gas menurun.

Sebaliknya, di dalam negeri daya beli masyarakat mengalami

penurunan yang signifikan sebagaimana tercermin pada melambatnya

pertumbuhan ekonomi dari 5,6% pada 2005 menjadi 5,5% pada

2006. Kondisi ini adalah dampak dari kenaikan harga BBM pada

Oktober 2005 yang mengakibatkan tingginya laju inflasi dan

meningkatnya suku bunga sejak Tw.IV- 2005 hingga pertengahan

2006. Kenaikan harga BBM dan diversifikasi sumber energi

menyebabkan konsumsi BBM menurun 6,8%. Faktor-faktor di atas

mengakibatkan pertumbuhan impor menurun tajam. Di sektor

pariwisata masalah keamanan, bencana alam dan wabah flu burung

masih menjadi faktor yang menurunkan minat wisman (wisatawan

mancanegara) berkunjung ke Indonesia. Keberhasilan dalam menekan

inflasi dari 17,1% pada 2005 menjadi 6,6% pada 2006 yang

kemudian memungkinkan terjadinya penurunan suku bunga memberi

dampak pada peningkatan volume transaksi di pasar saham yang

memicu indeks naik ke level tertinggi dalam sejarah. Sekalipun

suku bunga domestik terus menurun tetapi perbedaannya dengan

suku bunga luar negeri masih menarik. Kondisi tersebut menjadi faktor

pendorong derasnya aliran dana jangka pendek dalam bentuk SUN,

SBI, dan pembelian obligasi korporasi. Namun iklim investasi yang belum

membaik menjadi faktor penghambat masuknya aliran dana jangka

panjang dalam bentuk FDI.

Page 47: Neraca pembayaran (aseli)

47

Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan neraca

pembayaran Indonesia tahun 2007, diantaranya :

Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2007 relatif masih cukup tinggi

mencapai 5,2%. Pelemahan ekonomi terjadi khususnya di negara

maju akibat dampak krisis subprime mortgage pada paruh kedua

sehingga pertumbuhan ekonomi dunia relatif lebih lambat

dibandingkan tahun sebelumnya (5,4%). Meskipun mengalami

pelambatan, pertumbuhan ekonomi di beberapa negara emerging

market, khususnya China pada 2007 masih cukup kuat sehingga

dapat menahan pelemahan ekonomi di negara maju.

Harga-harga komoditas ekspor nonmigas (seperti CPO, karet,

batubara, dan tembaga) di pasar dunia masih cenderung

meningkat, didorong oleh masih kuatnya permintaan terkait dengan

pertumbuhan ekonomi China dan India serta terbatasnya kenaikan

pasokan. Harga CPO maupun batubara cenderung mengikuti tren

harga minyak dunia yang terus meningkat mengingat pesatnya

penggunaan kedua komoditas tersebut sebagai sumber energi

alternatif.

Harga rata-rata ekspor minyak mentah Indonesia mulai meningkat

sejak awal tahun 2007 dan mencapai rata-rata sebesar USD70,1 per

barel selama tahun 2007, lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar

USD62,5 per barel. Beberapa faktor pendorong tingginya harga

minyak pada 2007, antara lain: ketatnya suplai minyak dunia,

menurunnya cadangan minyak AS, masih berlanjutnya ketegangan

di beberapa negara produsen minyak seperti Iran dan Nigeria,

dan meningkatnya cadangan minyak untuk tujuan non komersial.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat pada 2007

hingga mencapai 6,3%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (5,5%).

Ekspansi pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini didukung oleh

pertumbuhan konsumsi sektor rumah tangga 5,0% (pangsa 63,5%),

investasi 9,2% (pangsa 24,9%), dan tingginya kinerja ekspor 8,0%

Page 48: Neraca pembayaran (aseli)

48

(pangsa 29,4%). Laju inflasi pada 2007 relatif konstan pada

6,59% dibanding tahun sebelumnya (6,6%), meskipun terdapat

kenaikan tekanan inflasi terkait naiknya harga minyak yang

berdampak pada kenaikan barang impor (imported inflation). Selama

2007 nilai tukar bergerak relatif stabil pada kisaran Rp9.140 per

USD. Kondisi tersebut memberikan ruang bagi Bank Indonesia

untuk menurunkan suku bunga BI rate menjadi 8,0% pada akhir

tahun 2007.

Produksi minyak pada 2007 mencapai 0,952 juta barel per hari

(bph), lebih rendah daripada tahun sebelumnya (1,005 juta bph).

Rendahnya produksi minyak tersebut selain disebabkan oleh

masalah natural declining juga dipengaruhi oleh eksplorasi

lapangan baru yang masih belum berproduksi pada 2007.

Konsumsi BBM pada tahun 2007 tumbuh 1,6 % mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang justru mengalami

penurunan (-6,8%). Peningkatan konsumsi BBM sejalan dengan laju

pertumbuhan ekonomi, khususnya sector transportasi dan listrik serta

lambatnya proses konversi energy minyak tanah dengan LPG.

Untuk tahun 2008, terdapat beberapa factor yang mempengaruhi

perkembangan neraca pembayaran Indoenesia

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2008

mencatat defisit sekitar USD4,2 miliar. Defisit tersebut terutama

disumbangkan oleh transaksi modal dan finansial yang mengalami defisit

sekitar USD3,8 miliar. Sementara transaksi berjalan hanya mengalami

defisit sekitar USD0,2 miliar, mengecil dari defisit pada triwulan

sebelumnya. Defisit pada transaksi modal dan finansial tersebut

terutama disebabkan oleh derasnya arus keluar pada investasi

portofolio dan investasi lainnya yang tidak dapat diimbangi oleh

meningkatnya arus masuk pada investasi langsung. Sementara itu,

perbaikan kinerja transaksi berjalan terutama berasal penurunan defisit

neraca perdagangan minyak dan defisit neraca pendapatan. Dampak

Page 49: Neraca pembayaran (aseli)

49

positif dari penurunan defisit neraca perdagangan minyak dan

pendapatan tersebut relatif dapat mengimbangi dampak negatif

dari turunnya surplus neraca perdagangan nonmigas dan neraca

perdagangan gas. Sejalan dengan perkembangan di atas, jumlah

cadangan devisa pada akhir periode turun menjadi USD51,6

miliar atau setara kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran

utang luar negeri pemerintah selama 4,0 bulan. Perkembangan neraca

pembayaran Indonesia selama triwulan IV 2008 tersebut tidak lepas

dari beberapa faktor fundamental baik dalam dan luar negeri.

Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi perkembangan

tersebut antara lain:

Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mitra dagang utama, seperti

Amerika, Jepang, Uni Eropa, Singapura, bahkan Cina menunjukkan

penurunan sebagai akibat dari krisis keuangan global yang terjadi.

Pelemahan permintaan domestik di beberapa negara tersebut ikut

mempengaruhi tekanan inflasi yang cenderung turun. Sebagai upaya

memulihkan kondisi perekonomiannya, mayoritas otoritas moneter

melanjutkan kebijakan penurunan suku bunganya ke level yang cukup

rendah.

Pelemahan permintaan dunia ikut mendorong penurunan harga

beberapa komoditas ekspor nonmigas unggulan, seperti CPO,

batubara, tembaga, dan karet. Kondisi yang sama juga terjadi pada

komoditas minyak yang turun drastis setelah mengalami puncaknya pada

pertengahan tahun 2008.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan selama Tw.

IV-2008 atau tumbuh 5,2%, lebih rendah dari 6,4% pada triwulan III.

Perlambatan yang terjadi sejalan dengan perkembangan perekonomian

di berbagai negara, bahkan negara utama dunia mengalami

perlambatan yang cukup tajam.

Kemudian, dengan perkembangan pada t r i w u l a n I V t a h u n

2 0 1 0 , kinerja NPI untuk keseluruhan 2010 mengalami perbaikan

Page 50: Neraca pembayaran (aseli)

50

tajam dibandingkan 2009. Perkembangan NPI 2010 beserta faktor-

faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut:

Proses pemulihan perekonomian global yang terus berlangsung

menyebabkan ekspor nonmigas 2010 naik sebesar 31,1%.

Peningkatan ekspor nonmigas tersebut terutama terjadi pada

produk berbasis sumber daya alam yang didorong oleh kenaikan

volume ekspor dan kenaikan harga. Di sisi lain, permintaan

domestik yang tinggi mendorong peningkatan impor nonmigas

sehingga impor nonmigas tumbuh tinggi mencapai 38,6%, lebih

cepat daripada peningkatan ekspor.

Dalam periode yang sama, relatif lebih baiknya perekonomian

Indonesia dan negara berkembang lainnya dibandingkan negara

maju, imbal hasil investasi domestik yang menarik, rating investasi

yang membaik, dan besarnya likuiditas global menyebabkan arus

masuk modal dalam bentuk investasi portofolio mengalir sangat

deras. Meningkatnya kepercayaan dunia usaha terhadap prospek

ekonomi Indonesia ke depan dan perbaikan iklim investasi juga

memperkuat aliran masuk investasi langsung (PMA) sehingga

memperbaiki komposisi aliran modal asing ke arah yang lebih

berjangka panjang. Penarikan pinjaman luar negeri, baik

pemerintah dan swasta, serta penarikan simpanan penduduk di

luar negeri turut juga menyebabkan transaksi modal dan

keuangan 2010 mencatat surplus yang tinggi hingga mencapai

USD26,2 miliar, meningkat tajam dari surplus di tahun sebelumnya

(USD5,0 miliar).

Berdasarkan perkembangan tersebut di atas, secara keseluruhan

NPI tahun 2010 mencatat surplus USD30,3 miliar, jauh lebih

baik dibanding tahun sebelumnya (surplus USD12,5 miliar).

Sejalan dengan surplus NPI tersebut, jumlah cadangan devisa

bertambah dari USD66,1 miliar pada akhir 2009 menjadi

USD96,2 miliar pada akhir tahun 2010 (setara dengan 7,0 bulan

Page 51: Neraca pembayaran (aseli)

51

impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah).

2.2.3 Dampak Terhadap Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia

Surplus terjadi jika jumlah pembayaran luar negeri atau transaksi

debit lebih kecil daripada penerimaan dari luar negeri atau transaksi kredit.

Neraca pembayaran surplus menunjukan bahwa negara tersebut memiliki

cadangan kekayaan dan dana lebih di luar negeri. Hal ini berakibat pada

bertambhanya cadangan devisa negara sehingga dapat dimanfaatkan untuk

kegiatan pembangunan. Selain itu, dengan banyaknya aliran pembayaran

dari luar negeri menyebabkan permintaan terhadap mata uang dalam negeri

bertambah sehingga nilainya akan menguat. Untuk tahun 2005 hingga 2010

kecuali tahun 2008, Indonesia mengalami surplus dari tiap tahunnya. Seperti

pada data di atas di sebutkan bahwa pada triwulan ke-IV tahun 2010

Indonesia mengalami surplus sebesar USD 11,3 Miiliar. Hal ini bisa

berdampak pada meningkatnya pengapresiasian terhadap nilai tukar rupiah.

Seperti saat ini yang terjadi, Bank Indonesia mengungkapkan bahwa nilai

tukar rupiah terhadap dollar AS terus menguat seiring dengan perkiraan

neraca pembayaran Indonesia yang mencatat surplus, kemudian

memproyeksikan nilai dollar AS rata-rata akan berada di posisi Rp

8.650/US$ atau berada dibawah asumsi APBN 2011 sebesar Rp 9.250/US$

kemudian dengan meningkatnya neraca pembayaran ini mampu

memperkuat aliran modal asing. Selain itu surplus ini mempengaruhi

terhadap kenaikan harga (inflasi).

Selain itu dampak dari defisit yang dihadapi Indonesia pada tahun 2008

sangat memepengaruhi posisi ekspor dan impor dari dalam luar negeri.

Dengan meningkatknya tingkat bunga, investasi dalam negeri akan

menurun, yang berarti peluang modal asing cendrung masuk mengalir ke

dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan investasi dalam negeri, kalau ini

terjadi maka mengakibatkan dampak yang berkaitan, yaitu : pertama, defisit

anggaran akan meningkatkan defisit neraca pembayaran dan yang kedua

dengan membengkaknya defisit neraca pembayran dapat menurunkan nilai

Page 52: Neraca pembayaran (aseli)

52

tukar dalam negeri terhadapa mata uang asing. Sehingga menurunnya nilai

rupiah terhadap valuta asing disebabkan oleh faktor teknis.

2.2.4 Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Perkembangan Neraca

Pembayaran

Apabila melihat dari hasil neraca pembayaran pada tahun 2008, maka

negara harus menutupi defisit ini dengan cara meminjam ke luar negeri

dibanding dengan menambah pajak karena dengan meminjam ke luar negeri

penerimaan pajak bisa diprioritaskan untuk keperluan lain yang lebih

produktif, kemudian dengan pemungutan pajak sangat memberatkan

masyarakat yang pendapatannya sudah sangat rendah dan juga melalui

peminjaman ke luar negeri dapat meningkatkan pembangunan sarana dan

prasarana yang mempunyai dampak tumbuhnya investasi swasta dan yang

berakibat pada peningkatan penerimaan pajak.

2.2.5 Perkembangan Arus Modal Asing di Indonesia

Berbagai strategi untuk mengundang investor asing telah dilakukan.

Hal ini didukung oleh arah kebijakan ekonomi dalam TAP MPR RI Nomor

IV/MPR/1999 salah satu kebijakan ekonomi tersebut adalah :

“mengoptimalkan peranan pemerintah dalam mengoreksi

ketidaksempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh hambatan yang

mengganggu mekanisme pasar, melalui regulasi, layanan publik, subsidi dan

insentif yang dilakukan secara transparan dan diatur dengan undang-

undang.”

Kebijakan mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan

potensi ekspor dan substitusi impor, sehingga Indonesia dapat meningkatkan

penghasilan devisa dan mampu menghemat devisa, oleh karena itu usaha-

usaha di bidang tersebut diberi prioritas dan fasilitas. Alasan kebijakan yang

lain yaitu agar terjadi alih teknologi yang dapat mempercepat laju

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Indonesia.

Page 53: Neraca pembayaran (aseli)

53

Upaya pemerintah untuk mencari modal asing agar mau kembali

menanamkan modalnya di Indonesia sampai saat ini belum menunjukkan

hasil yang memuaskan. Ditambah lagi sejak krisis ekonomi melanda

Indonesia pada tahun 1998, penanaman modal di Indonesia semakin

menurun. Jangan menarik investor, menjaga investor yang sudah ada saja

belum maksimal, misalnya dengan tutupnya perusahaan asing seperti PT.

Sony Electronics Indonesia pada 27 November 2002. Terlebih lagi pada

tahun 2003 yang lalu, hal ini dikarenakan adanya invasi Amerika ke Irak

serta mewabahnya penyakit sindrom pernafasan akut. Hal ini menimbulkan

ketidakpastian perekonomian dunia dan berdampak buruk bagi

perekonomian Indonesia terutama terhadap penanam modal, padahal

pemerintah telah mencanangkan tahun 2003 ini sebagai tahun investasi.

Untuk bisa memenuhi harapan tersebut, pemerintah, aparat hukum dan

komponen masyarakat dituntut untuk segara menciptakan iklim yang

kondusif untuk investasi. Menyadari pentingnya penanaman modal asing,

pemerintah Indonesia menciptakan suatu iklim penanaman modal yang

dapat menarik modal asing masuk ke Indonesia.

Sehubungan dengan daya usaha Pemerintah untuk menarik modal

asing ke Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan setiap peraturan

peraturan yang berkaitan dengan PMA, pada intinya harus berorientasi pada

hal hal yang mendasar yang umumnya diinginkan oleh semua pihak pemilik

modal asing,  yaitu :

1. Adanya peraturan-peraturan kebijaksanaan mengenai penanam modal

asing yang konsisten dan yang tidak terlalu cepat berubah dan dapat

menjamin kepastian hukum. Ketidakpastian hukum dan cepat berubah

akan meyulitkan perencanaan usaha mereka di dalam jangka panjang.

2. Prosedur perizinan yang jelas dan tidak berbelit yang dapat

mengakibatkan high cost economy (tidak dapat berproduksi secara

efisiensi ekonomis).

3. Jaminan terhadap investasi mereka serta adanya perlindungan hukum

terhadap hak milik investor.

Page 54: Neraca pembayaran (aseli)

54

Selain hal diatas, faktor lain yang harus diperhatikan dan atau

disiapkan oleh pemerintah, yaitu tersedianya sarana dan prasarana yang

dapat menunjang pelaksanaan investasi mereka dengan baik (komunikasi,

transportasi, perbankan dan perasuransian).

Pada akhirnya harus tetap diingat bahwa maksud diadakannya

penanaman modal asing hanyalah sebagai pelengkap atau penunjang

pembangunan ekonomi Indonesia. Pada hakekatnya pembangunan tersebut

harus dilaksanakan dengan ketentuan swadaya masyarakat, oleh karena itu

pemerintah harus bijaksana dan hati-hati dalam memberikan persetujuan

dalam penanaman modal asing agar tidak menimbulkan ketergantungan

pada pihak asing yang akan menimbulkan dampak buruk bagi negara ini

dikemudian hari.

Perkembangan realisasi investasi di Indonesia sejak munculnya krisis

politik pada pertengahan tahun 1997 dan kemudian menjadi krisis ekonomi

yang berkepenjangan sampai saat ini, serta masalah faktor lainnya seperti

masalah teroris, birokrasi pemerintahan, korupsi dan lain-lain membawa

dampak yang tidak menggembirakan terhadap pertumbuhan ekonomi dan

investasi di Indonesia.  Indikator akibat hal tersebut dapat kita lihat dari

perbandingan antara rencana investasi yang telah disetujui sejak tahun 1997

dengan realisasi dari tahun ketahun sampai dengan Oktober 2007.

Untuk Negara-negara berkembang, seperti Indonesia,

besarnya arus modal asing yang masuk (capital inflow)

memungkinkan dapat menjadi suatu kesempatan yang

bagus untuk memperoleh pembiayaan pembangunan

ekonomi. Terlebih lagi setelah terjadinya krisis ekonomi

global pada tahun 2008, arus modal asing yang masuk di

negara-negara berkembang meningkat secara pesat

didorong baik oleh ekses likuiditas global dan lambatnya

pemulihan ekonomi negara maju maupun laju pertumbuhan

ekonomi di negara berkembang, perbedaan suku bunga

yang besar, dan ekspektasi apresiasi nilai tukar.

Page 55: Neraca pembayaran (aseli)

55

Arus masuk modal asing (capital inflows) juga berperan

dalam menutup gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit

pada transaksi berjalan. Selain itu, masuknya modal asing

juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu

akibat kurangnya modal (saving investment gap) bagi

pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain

sebagai perpindahan modal juga dapat memberikan

kontribusi positif melalui aliran industrialisasi dan

modernisasi. Akan tetapi apabila modal asing tersebut tidak

dikalola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif

yang besar terutama apabila terjadinya capital flows

reversal (Zulkarnaen Djamin, 1996: 26).

Cadangan devisa Indonesia pun sampai pertengahan

Juni 2011 akan segera menembus angka 100 miliar dollar

AS. Jumlah ini dianggap sangat aman dan bahkan lebih dari

memadai untuk kebutuhan menjaga diri perekonomian dan

menjaga stabilitas rupiah. Kenaikan cadangan devisa

sebesar 25 miliar dollar AS tahun 2011 ini disebabkan

surplus neraca pembayaran yang cukup besar dan mayoritas

berasal dari aliran modal asing dalam bentuk portofolio.

Derasnya arus modal asing ke Indonesia jelas membawa

banyak manfaat bagi Negara kita. Modal tersebut dapat

digunakan untuk mendukung program pembangunan

nasional pemerintah, sehingga target pertumbuhan ekonomi

nasional dan pendapatan per kapita Indonesia meningkat.

Dengan meningkatnya pasokan devisa, rupiah menguat dan

akan menurunkan inflasi, sumber pembiayaan anggaran

pemerintah lebih murah, dan tersedianya sumber

pembiayaan untuk investasi di dalam negeri. Tapi, di sisi

lain, penerimaan arus modal asing tersebut dapat

Page 56: Neraca pembayaran (aseli)

56

menimbulkan bebagai masalah dalam jangka panjang, baik

ekonomi maupun politik, bahkan pada beberapa negara

berkembang justru menyebabkan berkurangnya tingkat

kesejahteraan rakyatnya. Penanaman modal asing dapat

menimbulkan resiko lain yang diterima seperti

penggelembungan aset, mengurangi daya saing, dan

meningkatnya kerentanan terhadap krisis ekonomi. Arus

modal saat ini juga terlalu besar dibandingkan kemampuan

pasar keuangan domestik untuk dapat menyerapnya. Untuk

itu, diperlukan kebijakan di sektor riil, khususnya investasi

dan perdagangan, untuk menyerapnya.

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Modal Asing

Pada umumnya faktor-faktor utama yang menyebabkan terjadinya

aliran modal, skill dan teknologi dari negara maju ke negara berkembang,

pada dasarnya dipengaruhi oleh lima (5) faktor-faktor utama. Adapun

faktor-faktor yang dimaksud, yaitu meliputi :

1. Adanya iklim penanaman modal dinegara-negara penerima modal itu

sendiri yang mendukung keamanan berusaha (risk country), yang

ditunjukkan oleh stabilitas politik serta tingkat perkembangan ekonomi

dinegara penerima modal.

2. Prospek perkembangan usaha di negara penerima modal.

3. Tersedianya prasarana dan sarana yang diperlukan.

4. Tersedianya bahan baku, tenaga kerja yang relatif murah serta potensi

pasar dalam negara penerima modal.

5. Aliran modal pada umumnya cenderung mengalir kepada negara-negara

yang tingkat pendapatan nasionalnya per  kapita relatif tinggi.

Arus modal asing yang masuk ke Indonesia sampai dengan Agustus

2011 ini terus mengalami kenaikan. Derasnya arus modal asing ini sedikit

banyak dipengaruhi oleh krisis utang yang sedang terjadi di Amerika dan

Eropa. Kondusifnya perekonomian Indonesia, dan krisis utang tersebut

Page 57: Neraca pembayaran (aseli)

57

memicu pergerakkan arus modal asing secara besar-besaran ke kawasan

Asia termasuk Indonesia.

Namun, derasnya capital inflow ini membuat ekonomi Indonesia

rentan terhadap guncangan dari luar. “Indonesia perlu sekali jaring

pengaman keuangan, karena dengan adanya integrasi, keterbukaan, dan

konektivitas antarnegara di bidang keuangan memungkinkan satu krisis di

negara tertentu menjalar secara cepat ke dalam negeri,” menurut Ahmad

Erani Mustika, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya.

Secara umum dapat dikatakan terdapat hubungan ketidakseimbangan 

antara  negara maju sebagai pembawa modal dengan negara berkembang

sebagai penerima modal. Hubungan tidak seimbang tersebut disebabkan

oleh beberapa hal utama (Streeten, 1980 : 251),  yaitu :

1. Pemodal asing selalu mencari keuntungan (profit oriented), sedangkan

negara penerima modal mengharapkan bahwa modal asing tersebut

dapat membantu tujuan pembangunan ekonomi nasional atau sebagai

pelengkap dana pembangunan.

2. Pemodal asing memiliki posisi yang lebih kuat, sehingga mereka

mempunyai kemampuan berusaha dan kemampuan berunding yang

lebih baik.

3. Pemodal asing biasanya memiliki jaringan usaha yang kuat dan luas,

yaitu dalam bentuk Multinasional Corporation. Perusahaan ini pada

dasarnya lebih mengutamakan melayani kepentingan negara dan

pemilik saham di negara asal daripada kepentingan negara penerima

modal.

Tentunya ketidakseimbangan tersebut menjadi tantangan bagi negara-

negara penerima modal asing termasuk Indonesia, yaitu bagaimana

mengatasi ketidakseimbangan yang dimaksud dalam rangka usaha menarik

investor asing. Dalam menghadapi tantangan yang dimaksud negara

penerima modal asing pada umumnya dan Indonesia khususnya harus dapat

mengupayakan melalui hal-hal sebagai berikut :

Page 58: Neraca pembayaran (aseli)

58

1. Dapat mengakomodasi motif profit oriented dari pemodal asing

dengan sebaik-baiknya, sehingga filosofi sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang PMA yang mengatakan bahwa masuknya modal

asing hanyalah bersifat pelengkap dana pembangunan tidak menjadi

suatu kendala yang menghambat arus masuknya investasi modal asing

tersebut.

2. Mengupayakan agar hubungan antara pemodal asing dengan penerima

modal tetap diarahkan pada kemitraan yang dapat saling membangun,

sehingga sumber luar negeri dari pinjaman luar negeri tetap dapat

dimanfaatkan bagi pembangunan ekonomi secara optimal.

3. Negara penerima modal harus dapat mengembangkan potensi

ekonominya  secara akurat, serta mampu menjaring informasi

mengenai kegiatan usaha penanaman modal dalam rangka

peningkatan kemampuan dan posisi bargaining-nya dalam

menghadapi pemilik modal asing.

2.2.7 Dampak Dari Perkembangan Arus Modal Asing

Bagi Pembangunan

Di Indonesia

2.2.7.1 Bentuk-bentuk Arus Modal Asing

Penanaman Modal Asing dapat dilakukan dalam bentuk:

1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct

Investment, FDI), dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh

warga Negara dan atau badan hukum asing, dengan

ketentuan dalam jangka waktu paling lama 15 tahun sejak

produksi komersial, sebagian saham asing harus dijual

kepada warga Negara dan atau badan hukum Indonesia

melalui pemilikan langsung atau pasar modal.

2. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung (Foreign Indirect

Investment, FII) adalah usaha patungan

antara modal asing dengan modal yang dimiliki oleh warga

Page 59: Neraca pembayaran (aseli)

59

Negara atau badan hukum Indonesia, dengan ketentuan

peserta Indonesia harus memiliki paling sedikit 5%

dari modal disetor sejak pendirian perusahaan penanaman

modal asing. Ketentuan usaha patungan ini bersifat wajib

bagi kegiatan investasi yang dilakukan dalam sembilan

sektor publik,yaitu pelabuhan, produksi dan transmisi serta

distribusi tenaga listrik untuk umum, telekomunikasi,

pelayaran, penerbangan, air minum, kereta api umum,

pembangkitan tenaga atom, dan mass media.

Kementrian Keuangan mencatat kepemilikan asing di SBN

(Surat Berharga Negara) telah mencapai 35% dari 30% pada

awal tahun 2011.

Sepanjang Maret 2011, capital inflow SUN (Surat Utang

Negara) mencapai 11,7 triliun rupiah dan SBI (Surat Bank

Indonesia) mencapai 15,4 triliun rupiah.

2.2.7.2 Jenis-Jenis Arus Modal Asing

Menurut Bapak Sadono Sukirno dalam bukunya Makro

Ekonomi Teori Pengantar yang mengungkapkan bahwa arus

modal masuk itu meliputi :

a. Aliran modal resmi yaitu pinjaman diantara badan-badan

pemerintah disesuatu negara dengan negara-negara lain.

b. Modal swasta yaitu aliran-aliran modal dalam bentuk

tabungan-tabungan atau investasi keuangan yang dapat

dengan cepat ditukarkan kembali kepada valuta yang

asal ke valuta yang lainnya. Aliran keuangan ini selalu

dinamakan hot Money karena dana tersebut dapat

mengalir dari satu negara ke negara lanilla dengan

mudah dalam waktu yang cepat. Uang tersebut biasanya

meliputi uang yang di investasi di pasaran uang dan

Page 60: Neraca pembayaran (aseli)

60

pasaran modal dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan.

Peningkatan arus modal masuk, baik dalam bentuk investasi

asing jangka panjang dan jangka pendek maupun utang luar

negeri, terbukti sangat penting bagi Indonesia, terutama

pada masa krisis ekonomi. Modal asing diperlukan selain

untuk meningkatkan investasi (capital formation) di dalam

negeri, selama tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

pembentukan atau pertumbuhan tabungan domestik, juga

untuk membiayai défisit transaksi berjalan (impor) atau

untuk menutupi kekurangan cadangan devisa.

2.2.7.3 Dampak Positif dan Dampak Negatif dari

Foreign Direct Investment

Bagi negara yang sedang berkembang yang memerlukan

dana untuk pembangunan ekonominya, termasuk Indonesia,

jelaslah bahwa foreign direct investment mempunyai

beberapa dampak positf dan dampak negatif sebagai

berikut:

1) Dampak Positif

Sebagai sumber pembiayaan jangka panjang dan

pembentukan modal (capital formation).

Dalam foreign direct investment melekat transfer teknologi

dan know-how di bidang manajemen dan pemasaran.

Foreign direct investment tidak akan memberikan balance

of payment karena tidak ada kewajiban pembayaran utang

dan bunga, sedangkan transfer keuntungan didasarkan

lepada keberhasilan foreign direct investment yang

dilakukan oleh preusan asing tersebut.

Meningkatkan pembangunan regional dan sektoral.

Page 61: Neraca pembayaran (aseli)

61

Meningkatkan persaingan dalam negeri yang sehat dan

kewirausahaan.

Meningkatkan lapangan kerja.

2) Dampak Negatif

Munculnya dominasi industrial.

Ketergantungan teknologi.

Dapat terjadi perubahan budaya.

Dapat menimbulkan gangguan pada perencanaan

ekonomi.

Dapat terjadi intervensi oleh home government dari MNC.

Di samping itu, secara sektoral mungkin aliran modal asing

ini akan ditentang oleh kelompok faktor produksi tertentu

karena terjadi redistribution income dari pemilik faktor

produksi lainnya (tenaga kerja,tanah/bangunan) ke pemilik

modal. Dalam hal ini, misalnya kelompok tenaga kerja dan

pemilik tanah atau bangunan di negara pengekspor modal

yang merasa akan dirugikan dengan adanya aliran modal ke

negara pengimpor modal karena hasil yang diterima akan

menurun.

Pada umumnya aliran modal asing ini akan diikuti dengan

mobilitas faktor produksi lainnya, seperti tenaga kerja,

teknologi dan manajemen, yang secara keseluruhan akan

memberikan efek positif bagi kedua negara berupa kenaikan

output total dan pendapatan nasional. Namun, mobilitas

beberapa faktor produksi secara internasional ini juga

mempunyai dilema yang dapat merugikan dan

menimbulkan kontroversi politik. Hal ini dapat dikatakan

demikian karena dalam jangka pendek maupun jangka

panjang, mobilitas faktor-faktor produksi ini dapat

Page 62: Neraca pembayaran (aseli)

62

mempunyai beberapa efek positif maupun negatif antara

lain di bidang hal-hal berikut:

1) Redistribusi income.

2) Keseimbangan balance of payment.

3) Penerimaan pajak.

4) Term of trade.

5) Transfer teknologi dan lain-lain.

Data Statistik Penanaman Modal Asing dalam tahun

2003 – 2008

2003 2004 2005 2006 2007 20080.00

5,000.00

10,000.00

15,000.00

20,000.00

25,000.00

3,041.50

6,637.80 7,284.60 7,251.40

24,621.50

3,062.00

Penanaman Modal Asing

Penanaman Modal Asing

Penanaman Modal Asing dari Tahun 2003 Sampai

Tahun 2008

Dari grafik diatas terlihat bahwa adanya peningkatan

penanaman modal asing ke Indonesia. Pada tahun 2003 nilai

penanaman modal asing yang disetujui pemerintah sebesar

$ 3,041,500,000.00. dimana pada tahun 2004 meningkat

menjadi $ 6,637,800,000.00. PMA terus mengalami

peningkatan hingga tahu 2005 yaitu menjadi $

7,284,600,000.00. pada tahun 2006 PMA mengalami

Page 63: Neraca pembayaran (aseli)

63

penurunan menjadi $ 7,251,400,000.00. namun pada tahun

2007 terjadi peningkatan yang cukup besar yaitu PMA

menjadi $ 24,621,500,000.00.

Penanaman modal asing tahun 2008, mulai dari bulan

januari sampai maret terhitung senilai $ 3,062,000,000.00.

salah satu indikator peningkatan penanaman modal asing

berdasarkan negara asal yang terjadi pada tahun 2007 yaitu

karena investasi yang cukup besar yang di lakukan oleh

Amerika serikat yaitu senilai $ 13,319,000,000.00. dan

penanaman modal asing menurut negara asal pada tahun

2007 di tunjukan oleh grafik Komposisi Penanaman Modal

Asing Berdasarkan Negara Asal Pada Tahun 2007.

Demikian besarnya pengaruh modal asing yang masuk

sehingga pemerintah perlu mempertimbangkan secara

matang regulasi mengenai modal asing ini. Pergerakannya

akan semakin deras dengan digulirkan perdagangan global.

Para investor asing tentunya akan mulai melirik Indonesia

sebagai pasar yang besar dengan sumber daya alam yang

melimpah. Para investor bisa mendapat bahan baku murah

dan ongkos produksi rendah karena rendahnya standar

upah di Indonesia serta menjualnya langsung bagi

pemenuhan konsumsi masyarakat Indonesia yang

kecenderungannya suka mengkonsumsi barang-barang

yang dihasilkan produsen asing. Belum lagi tantangan

ASEAN Free Trade plus China (ACFTA) yang gencar

memasarkan barang serta berinvestasi terutama dalam

bisnis properti dan komunikasi.

Tantangan ini perlu diwaspadai oleh pemerintah

karena arus modal asing yang terlalu deras dapat

melemahkan pelaku usaha domestik. Bila saja pemerintah

Page 64: Neraca pembayaran (aseli)

64

belum meiliki rencana untuk mencegah kemungkinan

tersebut berkembang sebagai konsekuensi logisnya para

pengusaha asing akan menjadi raja di negeri ini dan

pengusaha lokal hanya gigit jari karena akses pada faktor-

faktor produksi dikuasai oleh konglomerasi asing yang

tentunya kapitalistik.

Seperti yang baru-baru ini berkembang yaitu wacana

mengenai akan masuknya investasi otomotif dari jepang

karena bencana alam tsunami beberapa waktu yang lalu,

seperti yang dilansir okezone.com bulan mei lalu Menko

Perekonomian hatta Rajasa mengungkapkan bahwa akan

ada relokasi otomotif dan pendukung otomotif, atau suku

cadang ke Indonesia, ini tentunya akan menambah nilai

investasi Daihatsu di Indonesia yang notabenenya modal

asing.

Pemerintah perlu lebih seksama mengkaji fenomena

ini dan jangan hanya menunggu situasi berada di zona

merah, selagi pergerakan arus modal asing masih dapat

diikuti, ada baiknya pemerintah dibantu kelompok bisnis dan

masyarakat secara luas secara sadar dan bertanggung

jawab merancang sebuah komitmen untuk merancang

grand design investasi yang tak hanya menggairahkan

perekonomian Indonesia secara makro tetapi memberi

manfaat riil bagi kemakmuran rakyat Indonesia.

2.2.8 Langkah-langkah yang Harus Diambil

Pemerintah Dalam Menghadapi Perkembangan Arus

Modal Asing

Beberapa bulan terkahir arus modal masuk makin besar

karena banyak investor memandang Indonesia sebagai

Page 65: Neraca pembayaran (aseli)

65

salah satu negara berpotensi. Dalam menghadapi gejolak

ekonomi akibat pembalikan arus modal asing yang masuk

ke Indonesia, pemerintah dalam hal ini ialah Bank Indonesia

menetapkan kebijakan untuk menahan kepemilikin SBI lebih

dari satu bulan atau lebih lama dibandingkan kebijakan yang

berlangsung atau memperlambat arus modal asing masuk

ke Indonesia yang mengarahkan agar arus modal asing

yang masuk Indonesia tidak bersertifikat Bank Indonesia.

Saat ini Bank Indonesia mencatat modal asing masuk ke SBI

jumlahnya sudah mencapai US$ 16 milyar (10 % dari total

SBI). Tantangan yang berbahaya saat arus modal bergejolak

ialah kalau pelaku usaha dalam negeri tidak bisa

menangkap dan modal masuk ini mampir di Sertifikat Bank

Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN). Menurut data

BI dengan kebijakan memperlambat itu, kini sebagian

investor asing telah mulai menanamkan uangnya k SBN.

Catatan BI adalah jumlah modal asing yang masuk ke SUN

diperkirakan mencapai US$ 9,091 milyar, naik dibanding

tahun 2009 yang sekitar US$ 2,175 milyar. Sedangkan untuk

SBI, tahun 2009 sebesar US$ 3,40 milyar naik menjadi US$

1,5 milyar. Dan untuk stock market dari US$ 1,379 milyar

menjadi sebesar US$ 2,011 milyar pada tahun 2010.

Page 66: Neraca pembayaran (aseli)

66

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Neraca pembayaran adalah transaksi Neraca pembayaran adalah

catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi

perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan

penduduk luar negeri selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun

atau dikatakan sebagai laporan arus pembayaran (keluar dan masuk) untuk

suatu negara. Neraca pembayaran secara esensial merupakan sistem

akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara.

Melihat perkembangan neraca pembayarann Indonesia selama tahun

2005-2010 menunjukan hasil yang baik tiap tahunnya. Indonesia mencapai

surplus terbaik pada tahun 2010. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada

Tw.IV-2010 mencatat surplus USD11,3 miliar. Baik transaksi berjalan

Page 67: Neraca pembayaran (aseli)

67

maupun transaksi modal dan finansial memberikan kontribusi positif dengan

mencatat surplus masing masing sebesar USD1,2 miliar dan USD9,9 miliar.

Kinerja transaksi berjalan ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas yang

melampaui kenaikan impor nonmigas, seiring dengan terus berlangsungnya

proses pemulihan ekonomi global serta membaiknya harga sejumlah

komoditas ekspor unggulan. Namun pada tahun 2008, Indonesia mengalami

defisit US$ 0,2 milyar. NPI 2008 diwarnai oleh kondisi ekonomi dan

keuangan internasional yang tidak sebaik tahun sebelumnya dan permintaan

domestik yang sedikit melambat meski masih pada level tinggi. Apabila

melihat dari hasil neraca pembayaran pada tahun 2008, maka negara harus

menutupi defisit ini dengan cara meminjam ke luar negeri dibanding dengan

menambah pajak karena dengan meminjam ke luar negeri penerimaan pajak

bisa diprioritaskan untuk keperluan lain yang lebih produktif.

Kemudian untuk arus modal asing memiliki perkembangan yang baik.

Untuk Negara-negara berkembang, seperti Indonesia, besarnya arus modal

asing yang masuk (capital inflow) memungkinkan dapat menjadi suatu

kesempatan yang bagus untuk memperoleh pembiayaan pembangunan

ekonomi. Terlebih lagi setelah terjadinya krisis ekonomi global pada tahun

2008, arus modal asing yang masuk di negara-negara berkembang

meningkat secara pesat didorong baik oleh ekses likuiditas global dan

lambatnya pemulihan ekonomi negara maju maupun laju pertumbuhan

ekonomi di negara berkembang, perbedaan suku bunga yang besar, dan

ekspektasi apresiasi nilai tukar. Arus modal asing yang masuk ke Indonesia

sampai dengan Agustus 2011 ini terus mengalami kenaikan. Derasnya arus

modal asing ini sedikit banyak dipengaruhi oleh krisis utang yang sedang

terjadi di Amerika dan Eropa. Kondusifnya perekonomian Indonesia, dan

krisis utang tersebut memicu pergerakkan arus modal asing secara besar-

besaran ke kawasan Asia termasuk Indonesia. . Dalam menghadapi gejolak

ekonomi akibat pembalikan arus modal asing yang masuk ke Indonesia,

pemerintah dalam hal ini ialah Bank Indonesia menetapkan kebijakan untuk

menahan kepemilikin SBI lebih dari satu bulan atau lebih lama

Page 68: Neraca pembayaran (aseli)

68

dibandingkan kebijakan yang berlangsung atau memperlambat arus modal

asing masuk ke Indonesia yang mengarahkan agar arus modal asing yang

masuk Indonesia tidak bersertifikat Bank Indonesia.

3.2 Saran

Dalam menanggapi perkembangan neraca pembayaran dan pergerakan arus

modal asing di Indonesia ini, pemerintah telah melakukan pekerjaan yang

baik untuk negara. Setiap tahun mengalami surplus walaupun pada tahun

2007-2008 mengalami defisit, namun defisit tidak memberikan pengaruh

yang sangat signifikan. Untuk perkembangan neraca pembayaran, lebih

ditingkatkan pada transaksi berjalan karena merupakan arus pembayaran

jangka pendek yang berisikan tentang ekspor impor, yang sangat

menguntungkan negara di masa yang akan dating. Sedangkan untuk arus

modal asing, perkembangannya cukup baik, tetapi jangan sampai banyak

investor yang menanamkan modalnya di Indonesia. Semakin banyak

investor selain bisa memberikan manfaat namunn juga sebagai tantangan

terbesar Indonesia Demikian besarnya pengaruh modal asing yang masuk

sehingga pemerintah perlu mempertimbangkan secara matang regulasi

mengenai modal asing ini. Pergerakannya akan semakin deras dengan

digulirkan perdagangan global.

Tantangan ini perlu diwaspadai oleh pemerintah karena arus modal asing

yang terlalu deras dapat melemahkan pelaku usaha domestik.

Sebaiknya, penanaman modal asing dibatasi dan membuat peraturan

ketentuan mengenai arus modal asing.

Page 69: Neraca pembayaran (aseli)

69

DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Tulus (2001) . Perdagangan Internasional dan Neraca

Pembayaran. Jakarta : Pustaka LP3S Indonesia

Nazir, Drs., (1988) Ekonomi Internasional : Pengantar pembayaran

Internasional. Jakarta : P2LPTK

Samuelson, Paul. A., Nordhaus, William A., (2004). Ilmu Makro

Ekonomi. Edisi Tujuh Belas Bahasa Indonesia. Jakarta : Media Global

Edukasi

http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Neraca+Pembayaran+Indonesia/

http://prastianinc.wordpress.com/2011/02/27/arus-modal-asing/

http://bisnis.vivanews.com/news/read/230900-2011--surplus-neraca-

pembayaran-capai-us-25-

http://agusfasis.blogspot.com/2011/02/perkembangan-neraca-

pembayaran.html