moist wound healing (revisi)

28
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman dahulu orang percaya bahwa membiarkan luka dalam kondisi bersih dan kering akan mempercepat proses penyembuhan. Sehingga, pada zaman dahulu luka dibalut dengan menggunakan kain pembalut yang tipis yang memungkinkan udara masuk dan membiarkan luka mengering hingga berbentuk ‘koreng’. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, pertanyaan tersebut dibantah. Pengetahuan sekarang telah membuktikan bahwa luka dalam kondisi kering dapat memperlambat proses penyembuhan dan akan menimbulkan bekas luka (1) . Penelitian di Landmark pada tahun 1962 oleh Dr. G. Winter menunjukkan bahwa re-epitelisasi lebih cepat di bawah occlusive dressing, dengan alasan permukaan luka menjadi moist atau lembab. Banyak penelitian berikutnya yang menunjukkan bahwa luka tertutup dan kondisi luka yang lembab dapat meningkatkan semua fase penyembuhan luka (7) . Namun penyembuhan dengan menggunakan lingkungan yang lembab masih menjadi hal yang baru dan jarang diaplikasikan di masyarakat. Masyarakat kebanyakan berpendapat bahwa lingkungan yang lembab akan menjadi tempat berkembang biak kuman penyakit. Akan tetapi pernyataan ini tidak didasari Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 1

Upload: vonny-nurmalya-pramadya

Post on 14-Aug-2015

304 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: Moist Wound Healing (Revisi)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman dahulu orang percaya bahwa membiarkan luka dalam kondisi bersih dan

kering akan mempercepat proses penyembuhan. Sehingga, pada zaman dahulu luka

dibalut dengan menggunakan kain pembalut yang tipis yang memungkinkan udara masuk

dan membiarkan luka mengering hingga berbentuk ‘koreng’. Namun seiring

berkembangnya ilmu pengetahuan, pertanyaan tersebut dibantah. Pengetahuan sekarang

telah membuktikan bahwa luka dalam kondisi kering dapat memperlambat proses

penyembuhan dan akan menimbulkan bekas luka(1).

Penelitian di Landmark pada tahun 1962 oleh Dr. G. Winter menunjukkan bahwa

re-epitelisasi lebih cepat di bawah occlusive dressing, dengan alasan permukaan luka

menjadi moist atau lembab. Banyak penelitian berikutnya yang menunjukkan bahwa luka

tertutup dan kondisi luka yang lembab dapat meningkatkan semua fase penyembuhan

luka (7). Namun penyembuhan dengan menggunakan lingkungan yang lembab masih

menjadi hal yang baru dan jarang diaplikasikan di masyarakat. Masyarakat kebanyakan

berpendapat bahwa lingkungan yang lembab akan menjadi tempat berkembang biak

kuman penyakit. Akan tetapi pernyataan ini tidak didasari dengan konsep penyembuhan

luka, dimana tubuh kita mempunyai system imun yang sangat efisien untuk mencegah

bakteri melakukan pembelahan (mitosis) (1). Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian

yang dilakukan oleh Hinman & Maibach tentang occlusive dressing. Mereka berasumsi

bahwa dengan moist wound healing occlusive dressing memiliki resiko terjadinya infeksi.

Namun pada hasil penelitiannya, tidak terjadi infeksi(18).

Balutan dalam kondisi lembab atau sedikit basah merupakan cara yang paling

efektif untuk menyembuhkan luka. Balutan tersebut tidak menghambat aliran oksigen,

nitrogen dan zat-zat udara yang lain (1). Untuk itu dikembangkan suatu metode perawatan

luka dengan cara mempertahankan isolasi lingkungan luka agar tetap lembab dengan

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 1

Page 2: Moist Wound Healing (Revisi)

menggunakan balutan penahan kelembaban, yang dikenal dengan Moist Wound Healing (12) . Metode ini secara klinis memiliki keuntungan antara lain selective debridement, tidak

berbahaya terhadap granulasi atau epitelisasi jaringan, tidak mahal, cocok untuk partial

sampai full thickness wound, serta merupakan bentuk pertolongan yang nyaman(6).

B. Tujuan

Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat :

1. Mengidentifikasi definisi dari moist wound healing dengan occlusive dressing

2. Mengidentifikasi tujuan penggunaan metode moist wound healing dengan occlusive

dressing

3. Menyebutkan beberapa konsep dasar moist wound healing dengan occlusive dressing

4. Mengidentifikasi managemen moist wound healing dengan occlusive dressing

5. Menyebutkan keuntungan dan kerugian moist wound healing dengan occlusive

dressing

6. Mengaplikasikan moist wound healing dengan occlusive dressing pada luka

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 2

Page 3: Moist Wound Healing (Revisi)

BAB 2

LANDASAN TEORI

A. Konsep Luka

1. Pengertian Luka

Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat

substansi jaringan yang rusak atau hilang(9). Merriam webster online dictionary

menyebut luka sebagai injury pada tubuh (akibat cedera, kecelakaan & tindakan

pembedahan) yang mengakibatkan laserasi, robekan pada membran kulit dan

biasanya merusak jaringan di bawahnya(14). Sedangkan Jackson, Crystal &

Kaczkowski mendefinisikan luka sebagai kerusakan kontinuitas sel, oleh sebab

apapun yang menyebabkan konektivitasnya menjadi terpisah.

2. Proses Penyembuhan Luka

Westaby (1985) dalam buku Carville (2007) membagi proses penyembuhan luka

menjadi 3 tahap, yaitu Inflamasi, Rekonstruksi/proliferasi, dan maturasi.

a) Inflamasi

Fase ini dimulai dari pertama kali terjadi trauma ketika pembuluh kapiler

berkontraksi dan trombosit memfasilitasi hemostasis

Respons pertahanan melawan bakteri pathogen yang berasal dari

polymorphonuclear leukocytes (polmorphs) dan makrofag. Polimorphs

melindungi luka dari invasi bakteri saat makrofag membersihkan debris dari

luka

Berlangsung mulai hari ke-0 s/d hari ke-3.

b) Rekonstruksi/proliferasi

Fase ini dibagi menjadi fase destruktif dan proliferasi/fibroblastic

Polimorphs bersama makrofag membunuh bakteri pathogen dengan cara

fagositik, memakan bakteri yg mati dan debris agar luka menjadi bersih.

Makrofag juga diperlukan dalam penyembuhan luka untuk menstimulasi sel

fibroblastic untuk membuat kolagen

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 3

Page 4: Moist Wound Healing (Revisi)

Angiogenesis terjadi untuk membuat jaringan vaskuler baru

Migrasi sel - sel epitel di atas dasar luka yang bergranulasi

Kontraksi luka terjadi selama fase rekonstruksi

Berlangsung mulai hari ke – 2 s/d ke – 24

c) Maturasi

Merupakan fase remodeling, dimana fungsi utamanya untuk meningkatkan

kekuatan daya regang luka

Selama fase maturasi, secara perlahan – lahan kolagen menempatkan diri pada

daerah yang lebih terorganisir dan menambah kekuatan daya regang luka

Berlangsung mulai hari ke – 24 s/d 1 tahun

Gambar 1. Fase Penyembuhan Luka

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 4

Page 5: Moist Wound Healing (Revisi)

Gambar 2. Respon Alami Penyembuhan Luka

3. Tipe Penyembuhan Luka

a. Healing By Primary Intention

Terjadi ketika kehilangan jaringan minimal dan tepi luka mengadakan

penutupan area dengan dibatu alat tambahan, seperti clips atau tape (perekat)

Pembentukan jaringan parut/scar minimal(6)

Luka diobati dalam waktu 24 jam setelah injury/trauma(14)

b. Healing By Secondary Intention

Luka masih terbuka. Diperlukan penutupan luka oleh epitelisasi & kontraksi

Biasanya digunakan managemen luka infeksi atau terkontaminasi

Penyembuhan luka tanpa didahului dengan intervensi pembedahan

Tidak seperti penyembuhan luka primer, tepi luka terjadi melalui reepitelisasi

dan kontraksi oleh miofibroblas

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 5

Page 6: Moist Wound Healing (Revisi)

Terdapat jaringan yang bergranulasi

Komplikasi terdiri dari kontraksi luka yang terlambat dan jaringan parut/scar

hipertropik

c. Healing By Third Healing

Berguna untuk managemen luka dengan tingkat kontaminasi yang sangat tinggi

pada penutupan luka secara primer, tetapi tampak bersih dan bervaskularisasi

baik setelah 4 – 5 hari setelah dilakukan observasi secara terbuka. Pada saat itu,

proses inflamasi telah mengurangi jumlah bakteri pada luka, sehingga

menyebabkan penutupan luka yang aman

Seringkali digunakan untuk luka terinfeksi dimana pada luka tersebut jumlah

bekteri yg banyak dianggap sebagai kontraindikasi yang menghambat proses

penyembuhan primer, sehingga inflamasinya yang melakukan debridemang

pada luka

Tepi luka biasanya merapat dalam 3 – 4 hari, kemudian kekuatan regangnya

terbentuk seperti halnya penutupan primer (4).

d. Partial Thickness Wound

Luka pada area superficial, tidak masuk ke dernis

Tipe penyembuhan pada luka bakar derajat 1 dan abrasi

Penyembuhan terjadi terutama epitel pada lapisan dermal yang paling atas

Sedikit kontraksi jika dibandingkan dengan full thickness wound

Produksi kolagen dan pembentukan jaringan parut/scar yang minimal (4).

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 6

Page 7: Moist Wound Healing (Revisi)

Gambar 3. Tipe Penyembuhan Luka

Berdasarkan klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi

dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam

jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak

tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa

dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah

penyembuhan normal tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami

keterlambatan penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi (10).

B. Konsep Moist Wound Healing Dengan Occlusive Dressing

1. Definisi Wound Healing, Moist Wound Healing, dan Occlusive Dressing

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 7

Page 8: Moist Wound Healing (Revisi)

Wound Healing atau penyembuhan luka adalah proses biologi yang diawali

dengan trauma dan diakhiri dengan pembentukan jaringan (11).

Moist Wound Healing sebagai suatu metode penyembuhan luka dengan

mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan

balutan penahan kelembaban. Didalam menjaga kelembaban luka, dressing yang

digunakan idealnya tertutup atau occlusive. Yang dimaksud dengan occlusive

dressing adalah balutan yang mencegah udara masuk ke luka atau lesi, serta menjaga

kelembaban, temperatur, dan cairan tubuh (8). Arti lain dari occlusive dressing adalah

penutupan luka secara langsung maupun tidak langsung denagn menggunakan

impermeable film atau alat seperti diaper, perekat dll, sebagai tambahannya adalah

adanya topikal seperti polymer, petrolatum dan parrafin (18). Pada jurnal Athletic

Training yang ditulis oleh Rheinecker (1995) occlusive dressing mempengaruhi luka

dengan cara menjerat kelembaban berada di dasar luka

2. Tujuan Metode Moist Wound Healing dengan Menggunakan occlusive Dressing

Occlusive dressing memiliki tujuan menjaga cairan tubuh tetap kontak dengan

luka (2). Kondisi seperti ini menyebabkan lingkungan menjadi lembab. Jika kondisi luka

kurang lembab/kering, akan mengakibatkan kematian sel, dan tidak akan terjadi

perpindahan epitel serta jaringan matrix. Sebaliknya, jika kondisi luka terlalu basah juga

dapat menyebabkan timbulnya eksudat yang akan menghambat proses proliferasi dan

rusaknya matrix (2). Pengetahuan dahulu menyatakan bahwa ‘scab’ atau bekas luka yang

mengering atau ‘koreng’ merupakan penghalang alami untuk mencegah hilangnya

kelembaban. ‘scab’ juga mencegah sel-sel baru untuk berkolonisasi di area luka. Ketika

‘scab’ tersebut mulai berubah bentuk, sel epidermis harus masuk ke lapisan dermis yang

paling dalam sebelum melakukan proliferasi, karena disanalah daerah yang lembab

sehingga sel dapat hidup. Dan dari proses itu kita dapat mengetahui bahwa dalam

lingkungan kering, luka akan memulih dari dalam ke luar. Sedangkan, bila kita dapat

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 8

Page 9: Moist Wound Healing (Revisi)

mengoptimalkan lingkungan yang lembab pada luka, proses penyembuhan akan

berlangsung dari daerah pinggir/sekitar dan dari dalam secara serempak.(1).

Menurut Rheinecker (1995) dalam Journal Of Athletic Training , penggunaan

occlusive dressing juga meningkatkan kenyamanan pasien, menurunkan resiko infeksi,

serta mempersingkat waktu penyembuhan secara menyeluruh (16).

Disamping itu ada beberapa keunggulan metode ini dibandingkan dengan kondisi

luka yang kering antara lain :

Kelembaban meningkatkan epitelisasi 30-50%

Kelembaban meningkatkan sintesa kolagen sebanyak 50 %

Rata-rata re-epitelisasi dengan kelembaban 2-5 kali lebih cepat

Mengurangi kehilangan cairan dari atas permukaan luka (10).

Gambar 1. Exposure Method

Gambar 2. Wound Healing dengan occlusive dressing

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 9

Page 10: Moist Wound Healing (Revisi)

3. Konsep Dasar Moist Wound Healing dengan Occlusive Dressing

Dalam bukunya yang berjudul Perawatan Luka Diabetes, Gitarja (2008)

mengatakan bahwa saat ini perawatan luka dilakukan dengan tertutup untuk dapat

tercapai keadaan yang lembab telah dapat diterima secara universal sebagai standar baku

untuk berbagai tipe luka. Alasan yang rasional teori perawatan luka dalam suasana

lembab adalah :

1) Fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dengan cepat dihilangkan (fibrinolitik)

oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

Gambar 4.

Mekanisme

fibrinolisis

2)

Angiogenesis

Keadaan hipoksi pada perawatan tertutup akan lebih merangsang lebih cepat

angiogenesis dan mutu pembuluh kapiler. Angiogenesis akan bertambah dengan

terbentuknya heparin dan tumor nekrosis faktor – alpha (TNF-alpha)

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 10

Page 11: Moist Wound Healing (Revisi)

Gambar 5.

Angiogenesis

3) Kejadian

infeksi lebih

rendah

dibandingkan

dengan

perawatan

kering (2,6%

vs 7,1%)

4) Pembentukan growth factors yang berperan pada proses penyembuhan dipercepat

pada suasana lembab. Epidermal Growth Factor (EGF), Fibroblast Growth Factor

(FGF) dan Interleukin 1/Inter-1 adalah substansi yang dikeluarkan oleh magrofag

yang berperan pada angiogenesis dan pembentukan stratum korneum. Platelet

Derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor- beta (TGF-beta)

yang dibentuk oleh platelet berfungsi pada proliferasi fibroblas

5) Percepatan pembentukan sel aktif

Invasi netrofil yang diikuti oleh magrofag, monosit, dan limfosit ke daerah

luka berfungsi lebih dini.

Prinsip dari moist wound healing adalah meniru dari fungsi epidermis.

Dimana tubuh kita sebagian besar terdiri dari air dan lingkungan alami sel adalah

lembab, oleh karena itu sel yang kering adalah sel yang mati (5).

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 11

Page 12: Moist Wound Healing (Revisi)

Gambar 6. Migrasi Sel

4. Managemen Moist Wound Healing dengan Occlusive Dressing

Manajemen luka diperlukan untuk mempercepat penyembuhan luka. Salah satu

prinsip dalam managemen luka adalah wound bed preparation atau persiapan dasar luka.

Falanga (2004) menyatakan suatu konsep dalam menyiapkan dasar luka, yang dikenal

dengan istilah TIME, terdiri dari Tissue Management, Inflamation and Infection control,

Moisture Balance, Ephitelial advancement (13).

Moist wound healing sebagai salah satu manajemen luka, dapat diciptakan dengan

cara pemilihan balutan yang tepat dan terapi adjuvant, seperti terapi kompresi. Pemilihan

dressing dipengaruhi oleh sifat dari kelembaban yang terkandung di dalamnya (6).

5. Keuntungan Moist Wound Healing Dengan Occlusive Dressing

Zhai dan Maibach (2007) dalam artikelnya yang berjudul Effect of Occlusion

and Semi-occlusion on Experimental Skin Wound Healing: A Reevaluation,

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 12

Page 13: Moist Wound Healing (Revisi)

mengatakan bahwa pada penelitian Hinman & Maibach tentang occlusive dressing.

Mereka berasumsi bahwa dengan moist wound healing occlusive dressing memiliki

resiko terjadinya infeksi. Namun pada hasil penelitiannya, tidak terjadi infeksi,

namun justru memberikan keuntungan, antara lain : mengurangi permukaan luka

yang nekrosis, mencegah luka menjadi kering, mengurangi nyeri, mengurangi

perawatan luka, menstimulasi growth factor atau faktor pertumbuhan, mengaktivasi

enzim yang dibutuhkan untuk debridemang serta menyiapkan perlindungan pada

luka (18).

6. Macam – macam Balutan dengan Konsep Lembab & Occlusive

Dressing untuk keseimbangan kelembaban yang optimal, antara lain(6) :

Luka kering ; Hydrogel, hydrocolloid, interaktif balutan yang basah

Gambar 7. Hydrogel

Exudat minimal ; Hydrogel, hydrocolloid, semipermiabel films, calcium alginate

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 13

Page 14: Moist Wound Healing (Revisi)

Gambar 8. Hydrocolloid

Gambar 9. Calcium alginate

Moderate exudates ; Calcium alginate, hydrofiber, hydrocolloid/pasta, powder +

lembaran

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 14

Page 15: Moist Wound Healing (Revisi)

Gambar 10. Calcium alginate powder

Gambar 10. Hydrofiber+gauze

Heavy exudates ; Hydrofiber dressing, foam sheet/cavity, extra absorbent dry

dressing, kantung luka/ostomi

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 15

Page 16: Moist Wound Healing (Revisi)

Gambar 11. Foam

Gambar 11. Metcovazin (topical terapi yang bisa digunakan untuk semua jenis luka

dengan warna dasar merah, kuning & hitam. Bahan aktif : zinc, metronidazol &

nystatin)

7. Contoh Aplikasi Balutan Dengan Konsep Lembab

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 16

Page 17: Moist Wound Healing (Revisi)

Gambar a. Luka pada tangan dengan warna dasar luka hitam, tepi luka belum menyatu

dengan dasar luka

Gambar b. Pilihan primary dressing dengan konsep lembab adalah metcovazin

Gambar c. Tutup luka dengan kassa sebagai secondary dressing

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 17

Page 18: Moist Wound Healing (Revisi)

Gambar d. Fiksasi luka menggunakan hipafix menggunakan prinsip tertutup (occlusive)

dan merekat kuat (adhsive), sedangkan tehnik pemasangan menggunakan tehnik

overflaping dan disesuaikan dengan bentuk tubuh, sehingga memudahkan terjadinya

mobilisasi, dengan harapan tidak ada permukaan luka yang terbuka.

8. Aplikasi Kasus

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 18

Page 19: Moist Wound Healing (Revisi)

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 19

Page 20: Moist Wound Healing (Revisi)

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

1. Moist Wound Healing adalah suatu metode penyembuhan luka dengan

mempertahankan isolasi lingkungan luka yang tetap lembab dengan menggunakan

balutan penahan kelembaban, sedangkan occlusive dressing adalah balutan yang

mencegah udara masuk ke luka atau lesi, serta menjaga kelembaban, temperatur, dan

cairan tubuh

2. Penggunaan moist wound healing dengan occlusive dressing dapat mempercepat

penyembuhan luka oleh karena mempercepat re-epitalisasi dan semua tahap

penyembuhan luka

3. Moist wound healing sebagai salah satu manajemen luka (TIME), dapat diciptakan

dengan cara pemilihan balutan yang tepat dan terapi adjuvant.

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 20

Page 21: Moist Wound Healing (Revisi)

Referensi

1. Anonymous. Perawatan luka: dahulu dan sekarang. 2008 june 16. p.1. Available from; URL http://www.askep-askeb-kita.blogspot.com

2. Anonymous. Moist wound healing with occlusive dressing. p.13-1. Available from; URL http://www.thefreelibrary.com/Moist+wound+healing+with+occlusive+dressings-a015162638

3. Anonymous. moist wound healing. p.2-1. Available from; URL http://www.medscape.com/viewarticle/578249_2

4. Anonymous. Types of wound healing.p.2-1. Available from;URL http://www.medstudentlc.com/page.php?id=67#

5. Anonymous. Moist wound healing. Available from; URL woundconsultant.com/files/moist_wound_healing2.pdf

6. Carville K. Wound care manual. 5rd ed. Australia: silver foundation; 2007. p.90-86.

7. Demling RH, Desanti L, Orgill DP, moist wound healing and wound care including burns. p. 2-1. Available from; URL http://www.burnsurgery.com/Modules/moisthealing/index_miost.htm

8. Elsevier. Mosby's Medical Dictionary, 8th edition. 2009. p.1. Available from; URL http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/occlusive+dressing

9. Gitarja WS. Perawatan luka diabetes: seri perawatan luka terpadu. Bogor: wocare publishing; 2008. p.46-14.

10. Hana RA. Perawatan luka modern. 2009 january. p.1. Available from; URL http://www.fkep.unpad.ac.id/materi-kuliah/perawatan-luka-modern.html

11. Jackson RA, crystal RN, Kaczkowski. Wound care. Available from; URL http://www.surgeryencyclopedia.com/St-Wr/Wound-Care.html

12. nsmila. Moist wound healing. 2009 january 17. p.2-1. Available from; URL http://nsmila.wordpress.com/about

13. Moffat CJ. Wound bed in preparation in practice. EWMA. Position document

14. Merriam Webster online dictionary. Available from; URL http://www.merriam-webster.com/netdict/wound

15. Permana T. Perawatan luka. 2009 Agustus. P.1. Available from; URL http://tatatpermana.blogspot.com/2009/08/perawatan-luka.html

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 21

Page 22: Moist Wound Healing (Revisi)

16. Rheinecker S. wound managemen; the occlusive dressing. Available from; www.ncbl.nlm.90/articles/PMC1317847/

17. Zhai H, Maibach HI. Effect of occlusion and semi occlusion on experimental skin wound healing; a reevolution 2007 oct 19;19(10):6-1. Available from; URL http://www.woundresearch.com/article/7894

Vonny N.M, S. Kep. Ns/CWCCP Page 22