modul skills lab brain and mind system
DESCRIPTION
copy from fk usuTRANSCRIPT
MODUL CLINICAL SKILLS LAB
BLOK BRAIN AND MIND SYSTEM
PENYUSUN :
Adril Arsyad Hakim Ronald Sitohang
Emir Taris PasaribuHasanul Arifin
M. Fidel Ganis SCut Aria Arina
Hidayat SAlmaycano Ginting
Iqbal Pahlevi Yoan Carolina P Yazid DimyatiJohannes Saing Elmeida Effendi
Mustafa Mahmud Amin
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
2013
MODUL CLINICAL SKILLS LAB BLOK BRAIN AND MIND SYSTEM I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU,
kegiatan Clinical Sklills Lab untuk mahasiswa semester 6 dilaksanakan pada blok
Brain and Mind System dan Emergency Medicine.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter
sesuai dengan KIPDI III adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan pada
blok Brain and Mind System ini. Kepada mahasiswa semester 6 akan diajarkan
11 jenis ketrampilan klinis pada blok Brain and Mind System. Keterampilan klinik
yang akan diajarkan pada mahasiswa adalah keterampilan untuk melakukan :
1. Komunikasi dokter-pasien yang berhubungan dengan gangguan
Neurologi
2. Pemeriksaan Sistem Motorik
3. Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik yang
diperoleh dari pasien secara umum
4. Pemeriksaan Sistem Sensorik dan Vertebra
5. Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik (riwayat
keluarga)
6. Pemeriksaan Neurologi anak
7. Pemeriksaan Fungsi Cerebellum, Koordinasi dan Perangsangan
Meningeal
8. Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik (detail
biografi
9. Komunikasi dokter-pasien mengenai gangguan psikiatrik yang
berhubungan dengan riwayat hubungan sosial
10.Pemeriksaan Refleks dan Tanda Nyeri Radikular
11.Pemeriksaan Status Mental
II. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Brain and Mind System ini,
mahasiswa dapat terampil melakukan komunikasi dokter-pasien yang
berhubungan dengan gangguan neurologis, pemeriksaan sistem motorik,
43
pemeriksaan sistem sensorik dan vertebra, Pemeriksaan Refleks, Tanda Nyeri
Radikular, Pemeriksan Fungsi Cerebellum, koordinasi dan Perangsangan
Meningeal, Pemeriksaan neurologi anak, komunikasi dokter-pasien mengenai
riwayat gangguan psikiatrik yang diperoleh dari pasien secara umum,
Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik (riwayat
keluarga), komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan psikiatrik
(detail biografi, komunikasi dokter-pasien mengenai gangguan psikiatrik yang
berhubungan dengan riwayat hubungan sosial, pemeriksaan status mental.
2. TUJUAN KHUSUS
2.1. Mahasiswa mampu melakukan komunikasi dokter pasien yang berhubungan
dengan kelainan neurologis.
2.2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pemeriksaan sistem motorik
2.3. Mahasiswa mampu Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat gangguan
psikiatrik yang diperoleh dari pasien secara umum
2.4. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan sensorik dan vertebra
2.5. Mahasiswa mampu melakukan Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat
gangguan psikiatrik (riwayat keluarga)
2.6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan neurologi anak
2.7. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Fungsi Cerebellum, Koordinasi
dan Perangsangan Meningeal
2.8. Mahasiswa mampu melakukan Komunikasi dokter-pasien mengenai riwayat
gangguan psikiatrik (detail biografi)
2.9. Mahasiswa mampu melakukan Komunikasi dokter-pasien mengenai
gangguan psikiatrik yang berhubungan dengan riwayat hubungan sosial
2.10. Mahasiswa mampu melakukan Pemeriksaan Refleks, Tanda Nyeri
Radikular
2.11. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan status mental
44
BMS1-SL1KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI GANGGUAN NEUROLOGI
I. PENDAHULUAN
Pada skills lab pertama ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi dokter-pasien mengenai gangguan neurologi. Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan penderita yang paling signifikan untuk ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaan yang harus diingat pada komunikasi dokter dan pasien dalam mengelaborasi keluhan penderita agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.Pertanyaan tesebut meliputi :
- Onset- Location (lokasi)- Duration (durasi)- Character (karakter)- Aggravating/Alleviating Factors (Faktor-faktor yang memperparah atau
mengurangi gejala)- Radiation (penyebaran)- Timing (waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat sehingga mudah dingar yaitu:OLD CARTS atau:
- Onset- Palliating/Provokating Factors (Faktor-faktor yang mengurangi atau
memprovokasi gejala)- Quality (kualitas)- Radiation (Penyebaran)- Site (Lokasi)- Timing (Waktu)
Kata-kata tersebut dapat disingkat menjadi OPQRST
Tujuh pertanyaan yang berkaitan dengan gejala penderita: 1.Lokasi. Dimana lokasinya?Apakah menyebar? 2.Kwalitas. Seperti apa keluhan tersebut? 3.Kwantitas atau Keparahan. Seberapa parah keluhan tersebut? 4.Waktu.Kapan keluhan mulai dirasakan? Berapa lama keluhan tersebut berlangsung? Seberapa sering keluhan tersebut muncul? 5.Keadaan/situasi saat serangan berlangsung. Termasuk faktor
lingkungan, aktifitas, emosi, atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit
6.Faktor-faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal-hal yang membuat gejala membaik atau semakin parah
7.Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita merasakan hal-hal lain yang menyertai serangan?
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu Aktifitas Belajar Mengajar Keterangan
45
20 menit
10 menit
20 menit
90 menit
Introduksi pada kelas besar (tdd 45 mahasiswa)- Penjelasan narasumber tentang anamnese
gangguan neurologi (10 menit)- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan narasumber
Demonstrasi pada kelas besar Narasumber memperlihatkan tata cara komunikasi dokter pasien pada penderita gangguan neurologi
Tahap I : Perkenalan, Anamnesa Pribadi & Observasi- Ketika pasien masuk ke ruang periksa, dokter
menyambut dengan ramah dan senyum, kemudian memperkenalkan diri.
- Menanyakan identitas pasien, nama, umur, alamat, sambil mencocokkan dengan data rekam medis.
- Perhatikan penampilan wajah, pandangan mata, komunikasi, cara berbicara & interaksi dengan lingkungan. Perhatikan pendamping yang menyertai pasien, interaksi pasien dengan pendamping
Tahap II : Anamnesa penyakitMenanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat pemakaian obat, riwayat trauma (terjatuh atau terbentur).
Tahap III:Menanyakan riwayat sosio-ekonomi, riwayat kebiasaan (misal: olah raga, merokok)
Coaching oleh instruktur:- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1
kelompok tdd 9 mahasiswa).- Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktur- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian
(2-3 orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.
- Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus simulasi.- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa
Self practice : Mahasiswa melakukan anamnesis sendiri secara bergantian masing-masing selama 10 menit. Mahasiswa diberikan 1 kasus dan mencatat hal-hal yang penting dari anamnesis dan menyimpulkannya. Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.Diskusi Akhir :Instruktur memberikan kesimpulan dari kasus simulasi.
Narasumber
Narasumber
InstrukturMahasiswa
MahasiswaInstruktur
46
III.TUJUAN KEGIATAN
III.1. TUJUAN UMUMMelatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnese
dengan menggunakan tekhnik komunikasi yang benar pada pasien
III.2. TUJUAN KHUSUS1. Mahasiswa mampu menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan2. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan kronologis3. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam keluarga4. Mahasiswa mengetahui tentang adanya riwayat trauma,riwayat penyakit
sistemik, riwayat kebiasaan.5. Mahasiswa mampu menerapkan dasar tekhnik komunikasi dan
berperilaku yang sesuai dengan sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter pasien
IV.PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1.PELAKSANAAN
1.Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang2.Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh koordinator.3.Cara pelaksanaan kegiatan 3.1 Instruktur melakukan demonstrasi selama 10 menit dan mahasiswa
memperhatikan dan diberi kesempatan bertanya 3.2.Coaching:Mahasiswa melakukan anamnese dengan dibimbing instruktur. Pasien simulasi diperankan oleh mahasiswa 3.3.Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat. 3.4.Self practice:Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
anamnese. Pada saat self practice instruktur mengamati peragaan mahasiswa dengan berpedoman pada checklist yang tersedia. 3.5.Pada pelaksanaan,mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter
maupun sebagai pasien. 4.Waktu pelaksanaan -Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit -Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok Bain and Mind5.Tempat pelaksanaan -Ruang skills lab FK-USU (lantai 3)6.Sarana yang diperlukan 6.1.Alat audiovisual 6.2.Materi audiovisual 6.3.Pensil/pulpen 6.4 Formulir anamnese
V.RUJUKAN 1. DeJONG’S, The Neurologic Examination, 5th edition, Philadelphia: JB.
Lippincott; 19922. Fuller G, Neurological Examination Made Easy, London: Churchill
Livingstone; 1993
47
3. Gilman S, Clinical Examination of The Nervous System, Philadelphia: McGraw Hill; 2000
4. Ford MJ, Clinical Examination, 8th edition, Philadelphia: Elsevier; 20055. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental, Jakarta:
FK UI; 2000
VI. KASUS SIMULASI
1. Seorang laki – laki, umur 62 tahun, datang dengan keluhan lemah lengan dan tungkai kanan, sejak 2 hari yang lalu yang dialami secara tiba – tiba saat ia sedang istirahat. Ia mempunyai riwayat penyakit jantung dan hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, tetapi tidak teratur minum obat. Riwayat merokok (+) sejak remaja. Riwayat trauma (-)Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien / keluarga pasien yang berhubungan dengan keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.
2. Seorang wanita, 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri kepala yang terus menerus, semakin lama semakin berat, telah dialami selama ± 1 tahun ini. Dan 1 bulan belakangan ini nyeri kepala disertai dengan muntah. Riwayat keluarga (kakak os) menderita penyakit yang sama, dan telah meninggal dunia 2 tahun yang lalu.Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien / keluarga pasien yang berhubungan dengan keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.
3. Seorang laki – laki, umur 17 tahun, datang bersama orang tuanya dengan keluhan kejang seluruh tubuh, yang dialami sebanyak 2x selama 1 bulan ini. Kejang bersifat menghentak, lama /x kejang kira- kira 3 menit. Ia mempunyai riwayat kejang sewaktu kecil. Riwayat trauma (-)Tugas : lakukan komunikasi dokter-pasien / keluarga pasien yang berhubungan dengan keluhan utama pasien sesuai formulir anamnesis.
48
FORMULIR ANAMNESE KOMUNIKASI DOKTER PASIEN PADA PENDERITA GANGGUAN NEUROLOGI
MAHASISWA USU SEMESTER VI--------------------------------------------------------------------------------------------------------Nama Mahasiswa :Grup :Tanggal anamnese:Instruktur :IDENTITAS PASIEN
Nama pasien :Umur :Alamat :Jenis kelamin:Pekerjaan :Status :_____________________________________________________________ RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan utama :
Riwayat perjalanan penyakit:Sudah berapa lama :Tiba-tiba atau perlahan-lahan:Terus menerus atau sesaat:
Riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan penyakit sekarang
Bila ada, sebutkan,sudah berapa lama:Apakah ada memakai obat-obatan:(Minum obat teratur atau tidak)
Riwayat penyakit dalam keluarga:
Riwayat penyakit lain yang diderita:
Riwayat trauma:(apakah ada terbentur atau pernah terjatuh)
Riwayat kebiasaan sehari-hari :(merokok, berolahraga)
49
VI. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER DENGAN PASIEN YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN NEUROLOGI
LANGKAH / TUGASPENGAMATAN
Ya Tidak
1. Menyapa pasien dan keluarga pasien dengan ramah ;- Memberi salam- Mempersilahkan duduk- Mengkondisikan suasana yang menyenangkan
sehingga pasien tidak segan untuk bercerita- Melakukan observasi, seperti ; melihat penampilan
wajah, pandangan mata, cara berbicara, dsb
2. Memperkenalkan diri & berkenalan - Menanyakan identitas pasien
3. Mendengarkan keluhan utama pasien - Menunjukkan penghargaan pada pasien - Memberikan waktu yang cukup untuk bercerita
4. Menggali perjalanan penyakit yang ada (sudah berapa lama, tiba-tiba / perlahan, apakah ada yang
memperberat penyakitnya seperti aktifitas yang banyak, apakah ada penyebaran misalnya nyeri kepala, kapan timbulnya terus menerus atau sesaat)
5. Menanyakan riwayat pernyakit terdahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang. Sudah berapa lama, apakah mendapatkan pengobatan (minum obat teratur atau tidak)
6. Menanyakan riwayat penyakit di lingkungan keluarga.
7. Menanyakan riwayat : - Trauma (apakah pernah terjatuh, terbentur) - Kebiasaan merokok, berolah raga
8. Menuliskan / merangkum data dalam status
9. Mengucapkan salam dan terima kasih
Nota : Ya : Mahasiswa melakukanTidak : Mahasiswa tidak melakukan
50
BMS1-SL2KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK
I. PENDAHULUAN
Pada skills lab kedua ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan pemeriksaan sistem motorik.
Mahasiswa harus mahir melakukan pemeriksaan ini oleh karena sebagian besar kelainan saraf bermanifastasi dalam gangguan gerak (motorik) yang merupakan bukti nyata adanya suatu kelainan atau penyakit.
PEMERIKSAANPada tiap bagian tubuh yang dapat bergerak harus dilakukan pemeriksaan:
1. Inspeksi2. Palpasi3. Pemeriksaan gerakan pasif4. Pemeriksaan gerakan aktif5. Koordinasi gerak
Pada minggu ini pemeriksaan yang dipelajari adalah yang no.1-4 saja.Untuk pemeriksaan kekuatan otot, ada syarat- syarat yang harus dipenuhi agar hasil pemeriksaan tersebut akurat; syarat – syarat tersebut antara lain:
1. Pasien harus compos mentis2. Pasien tidak mengalami gangguan berbahasa3. Pasien tidak sedang mengalami nyeri pada bagian tubuh yang akan
diperiksa.Pemeriksaan sistem motorik ini dilakukan secara sistematis, dimulai dari sisi kanan tubuh pasien kemudian dibandingkan dengan sisi kirinya.
1.InspeksiPada inspeksi diperhatikan, sikap, bentuk, ukuran dan adanya gerak
abnormal yang tidak dapat dikendalikan.
1.1. SikapPerhatikan sikap secara keseluruhan dan sikap tiap bagian tubuh.
Bagaimana sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak dan berjalan. Jika pasien berdiri, perhatikan sikap dan posisi badannya, baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Gerakan bagian tubuh perlu diperhatikan dan dibandingkan. Pada anak yang sedang meronta atau orang dewasa yang gelisah, bagian yang paresis terlihat kurang digerakkan.
- Pasien dengan gangguan serebellum berdiri dengan muka menoleh ke arah kontralateral terhadap lesi, bahunya pada sisi lesi agak lebih rendah, dan badannya miring ke sisi lesi. Berjalan dengan tungkai mengangkang, demikian juga penderita tabes dorsalis.
- Pasien tabes dorsalis selalu melihat ke bawah memperhatikan kaki dan jalannya, sebab kalau tidak, ia akan jatuh.
- Pasien parkinson berdiri dengan kepala dan leher dibungkukkan ke depan, lengan dan tungkai berada dalam fleksi. Bila berjalan, seolah –
51
olah hendak jatuh ke depan; gerakan asosiatifnya terganggu, lengan kurang dilenggangkan, dan terlihat tremor kasar, terutama ditangan.
- Pasien distrofia muskulorum progresiva terlihat lordosis yang jelas; bila ia berjalan, panggul seolah – olah berputar dengan maksud agar berat badan berpindah ke tungkai yang sedang bertumpu.
- Pasien hemiparese karena gangguan sistem piramidal, lengan berada dalam sikap fleksi, sedangkan tungkai dalam keadaan ekstensi. Bila ia berjalan, tungkai membuat gerak sirkumdiksi.
- Pasien paraparese jenis sentral, cara berjalannya seperti gunting, yaitu tungkai seolah – olah seperti menyilang.
- Pasien polineuritis berjalan seperti ayam, yaitu tungkai difleksikan tinggi – tinggi pada persendian lutut, supaya dapat mengangkat kakinya yang kurang mampu melakukan dorsofleksi.
1.2. BentukPerhatikan adanya deformitas.
1.3. UkuranPerhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama dengan sebelah
kanan. Kemudian perhatikan besar (isi), kontur (bentuk) otot. Adakah atrofi atau hipertrofi. Pada atrofi besar otot berkurang dan bentuknya berubah. Kelumpuhan jenis perifer disertai hipotrofi atau atrofi.
2. PalpasiPasien disuruh mengistirahatkan ototnya, kemudian dipalpasi untuk
menentukan konsistensi serta adanya nyeri-tekan. Dengan palpasi kita dapat menilai tonus otot, terutama bila ada hipotoni. Penentuan tonus otot dilakukan pada berbagai posisi anggota gerak dan bagian badan.
3. Pemeriksaan gerakan pasifPenderita disuruh mengistirahatkan ekstremitasnya, bagian dari ekstremitas
ini kita gerakkan pada persendiannya. Gerakan dibuat bervariasi, mula – mula cepat, kemudian lambat, cepat, lebih lambat, dan seterusnya. Sambil menggerakkan kita nilai tahanannya. Dalam keadaan normal kita tidak menemukan tahanan yang berarti, jika penderita dapat mengistirahatkan ekstremitasnya dengan baik. Perlu diketahui bahwa ada orang yang normal tidak mampu mengistirahatkan ekstremitasnya dengan baik, terutama anak – anak, sehingga kita mengalami kesulitan menilai tahanan.
Kadang – kadang tahanan didapatkan pada satu jurusan saja, misalnya tungkai sukar difleksikan tetapi mudah diekstensikan. Keadaan ini misalnya didapatkan pada lesi di traktus piramidal. Jangan lupa membandingkan bagian – bagian yang simetris. Pada gangguan sistem ekstrapiramidal, dapat dijumpai tahanan yang sama kuatnya (rigiditas). Kadang –kadang dijumpai keadaan dengan tahanan hilang timbul (fenomena cogwhell)
4. Pemeriksaan gerakan aktifPada pemeriksaan ini kita nilai kekuatan (kontraksi) otot. Untuk
memeriksa adanya kelumpuhan, kita dapat menggunakan 2 cara berikut:- Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya, dan
kita menahan gerakan ini.- Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien, dan
pasien disuruh menahan.Jadi dengan kedua cara tersebut di atas dapat dinilai tenaga otot. Dokter umumnya menggunakan cara 1, yaitu pemeriksa yang menahan, sebab bila pasien yang disuruh menahan, ditakutkan kekuatan yang dilakukan oleh dokter terlalu besar.
52
Tidak selalu mudah membedakan parese (lumpuh) ringan dengan tidak ada parese. Kita mungkin mendapat pertolongan dari beberapa hal berikut, yaitu:
- Keluhan pasien (mungkin ia mengungkapkan tenaganya berkurang).- Otot di bagian yang simetris tidak sama tenaganya.- Berkurangnya kelancaran gerakan. Parese ringan kadang – kadang
ditandai oleh menurunnya kelancaran gerakan.- Didapatkan gejala lain, misalnya : arefleksi, atrofi, hiperrefleksi, dan
refleks patologis
Dalam praktek sehari – hari, tenaga otot dinyatakan dengan menggunakan skala dari 0-5
0 : tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot; lumpuh total.1 : terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan.2 : didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya gravitasi3 : dapat mengadakan gerakan melawan gaya gravitasi4 : dapat melawan gaya gravitasi, dan dapat melawan sedikit tahanan yang
diberikan (tahanan ringan dan sedang).5 : tidak ada kelumpuhan (normal)
Pemeriksaan Anggota Gerak AtasPerhatikan apakah ada atrofi otot tenar, hipotenar,dan otot intrinsik
tangan. Periksa gerakan jari – jari; bagaimana tenaga fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi. Periksa tenaga menggenggam. Hal ini dilakukan dengan menyuruh pasien menggenggam jari pemeriksa dan kemudian pemeriksa berusaha menarik jarinya hingga lepas dari genggaman pasien.
Gerakan di pergelangan tangan juga diperiksa, dan ditentukan tenaganya pada gerakan pronasi dan supinasi. Fleksi dan ekstensi pada sendi siku, juga diperiksa.
Gerakan pada persendian bahu juga diperiksa dengan menyuruh pasien menggerakkan lengan yang diekstensi, pada bidang frontal dan sagital, dan juga melakukan rotasi pada persendian bahu. Selain itu, juga gerakan bahu ke atas, bawah, depan, dan ke belakang diperiksa.
Selain itu, periksalah otot pektoralis mayor, latisimus dorsi, seratus magnus, deltoid, biseps dan triseps.
Cara memeriksa otot pektoralis mayor antara lain; inspeksi dada bagian atas dan lipatan aksilaris anterior. Kemudian pasien disuruh meluruskan lengannya ke depan, sambil menempatkan kedua telapak tangan dan kemudian menekannya; sewaktu pasien menekankan kedua talapak tangannya, kita palpasi otot pektoralis mayor. Untuk menentukan tenaganya, daya tekannnya dinilai.
Untuk memeriksa otot latisimus dorsi, pasien disuruh merentangkan lengan ke samping, kemudia disuruh gerakkan ke atas dan ke bawah sambil kita tahan.
Otot seratus magnus diperiksa dengan cara memperhatikan posisi skapula, bila terdapat parese, maka sudut inferior skapula mendekati vertebra. Untuk memperjelasnya, pasien disuruh meluruskan lengannya ke depan dan menekan telapak tangannya ke dinding. Skapula akan tampak menonjol (skapula alata).
Otot deltoid diperiksa dengan cara menyuruh pasien mengangkat lengannnya yang diluruskan ke samping samapai di bidang horizontal. Nilailah tenaganya sewaktu melakukan gerakan ini.
Otot biseps diperiksa dengan cara; lengan yang sudah pada posisi supinasi difleksikan pada persendian siku. Nilailah tenaga fleksi lengan bawah ini.
Otot triceps diperiksa dengan cara; lengan yang sudah difleksikan, disuruh ekstensikan. Nilailah tenaga ekstensi ini.
53
Pemeriksaan Anggota Gerak BawahUntuk ini diperiksa gerakan pada persendian jari – jari, pergelangan kaki,
lutut, paha. Selain itu juga diperiksa otot kuadriseps femoris, iliopsoas, aduktor, abduktor dan fleksor tungkai bawah.
Cara memeriksa otot kuadriseps femoris; lutut (tungkai bawah) diekstensikan, sambil pemeriksa tahan. Untuk otot iliopsoas; pemeriksa berbaring dan lutut difleksikan, kemudian paha difleksikan lebih lanjut sambil ditahan. Untuk otot aduktor; pasien berbaring pada sisinya dan tungkai dalam keadaan ekstensi, kemudian tungkai ini diaduksikan sambil ditahan. Untuk otot abduktor; tungkai diabduksikan melawan tahanan. Untuk otot fleksor tungkai bawah; tungkai bawah difleksikan sambil ditahan.
Dengan demikian dapat pula dinilai otot – otot yang memplantarfleksikan dan mendorsofleksikan kaki dan jari – jari. Bila ditemukan kelumpuhan, perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih rinci.
SKEMA PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIKPEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS: Inspeksi Palpasi Kekuatan otot untuk :
Lengan atas (upper arm) à abduksi, adduksi Lengan bawah (lower arm) à fleksi, ekstensiPergelangan tangan (wrist) à fleksi, ekstensiMetacarpal joint à fleksi, ekstensiFingers joints à fleksi, ekstensi
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK BAWAH InspeksiPalpasiKekuatan otot untuk :Tungkai atas (upper limb) à fleksi, ekstensi, abduksi, adduksiLengan bawah (lower limb) à fleksi, ekstensiPergelangan kaki (ankle) à fleksi, ekstensiMetatarsal joint à fleksi, ekstensiToes joints à fleksi, ekstensi
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan
20 menit
10 menit
20-30
Introduksi pada kelas besar - Penjelasan dari narasumber tentang pemeriksaan
sistem motorik (10 menit)- Pemutaran film tentang cara pemeriksaan sistem
motorik (5 menit)- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film yang diputar (5 menit)
Demonstrasi pada kelas besar Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara bertahapTahap I : Persiapan AlatTahap II : Pemeriksaan sistem motorik
Coaching oleh instruktur:
Narasumber
Narasumber
Instruktur
54
menit
90 menit
- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok tdd 9 mahasiswa).
- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3 orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.
- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa
Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksan sistem motorik secara bergantian masing-masing selama 10 menit. Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.
Mahasiswa
MahasiswaInstruktur
III.TUJUAN KEGIATANSetelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan
pemeriksaan sistem motorik yang merupakan pemeriksaan dasar yang sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu penyakit saraf.
IV.PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1.PELAKSANAAN1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.3. Cara pelaksanaan kegiatan:
3.1Demonstrasi:Instruktur melakukan demonstrasi pemeriksaaan sistem motorik, mahasiswa mengamati dan diberi kesempatan bertanya
3.2Digunakan alat - alat yang telah disediakan oleh pengelola skills lab3.3 Coaching: mahasiswa melakukan secara bergantian sambil dibimbing
oleh instruktur 3.4 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat
3.5 Self practice: mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan Sistem motorik secara mandiri
4. Waktu pelaksanaan 4.1.Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
4.2.Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester 6.5. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3. 6. Sarana yang diperlukan 6.1.Alat audiovisual 6.2.Materi audiovisual 6.3.Pensil/pulpen 6.4 Formulir pemeriksaan
VI. LEMBAR PENGAMATAN
LANGKAH / TUGASPENGAMATAN
PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK YA TIDAK
1. Menyapa dan memberi salam kepada penderita
2. Mempersilahkan penderita duduk
3. Memberitahukan kepada penderita apa yang akan dilakukan
55
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK ATAS
1. Inspeksi (memperhatikan sikap, bentuk, ukuran dan adanya gerakan abnormal yang tidak dapat dikendalikan)
2. Palpasi (menentukan konsistensi sekaligus menilai tonus otot, dan ada / tidaknya nyeri tekan).
3. Pasien disuruh meng-abduksikan lengannya, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
4. Pasien disuruh meng-aduksikan lengannya, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
5. Pasien disuruh memfleksikan lengan bawahnya, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
6. Pasien disuruh mengekstensikan lengannya yang fleksi tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
7. Pasien disuruh memfleksikan pergelangan tangannya, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
8. Pasien disuruh mengekstensikan pergelangan tangannya yang fleksi tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
9. Pasien disuruh memfleksikan sendi metacarpal-nya, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
10.Pasien disuruh mengekstensikan sendi metacarpalnya yang fleksi tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
11.Pasien disuruh mengabduksikan jari–jarinya, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya. (Periksa satu persatu, jari I-V)
12.Pasien disuruh meng-adduksikan jari-jarinya yang tadi abduksi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya. (Periksa satu persatu, jari I-V)
PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK BAWAH
1. Inspeksi (memperhatikan sikap, bentuk, ukuran dan adanya gerakan abnormal yang tidak dapat dikendalikan)
2. Palpasi (menentukan konsistensi sekaligus menilai tonus otot, dan ada / tidaknya nyeri tekan).
3. Pasien disuruh memfleksikan pahanya, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
4. Pasien disuruh mengekstensikan pahanya yang fleksi tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
5. Pasien disuruh mengabduksikan pahanya, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
6. Pasien disuruh meng-adduksikan pahanya yang abduksi tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
7. Pasien disuruh memfleksikan sendi lututnya, kemudian
56
pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
8. Pasien disuruh mengekstensikan sendi lututnya yang fleksi tadi, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
9. Pasien disuruh memplantarfleksikan pergelangan kakinya , kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
10.Pasien disuruh mendorsofleksikan pergelangan kakinya , kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
11.Pasien disuruh memplantarfleksikan sendi metatarsalnya, kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
12.Pasien disuruh mendorsofleksikan sendi metatarsalnya , kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya.
13.Pasien disuruh memfleksikan jari - jari kakinya , kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya. (Periksa satu persatu, jari I-V)
14.Pasien disuruh mendorsofleksikan jari – jari kakinya , kemudian pemeriksa menahannya. Nilai kekuatan ototnya. (Periksa satu persatu, jari I-V)
15.Catat hasil pemeriksaan
Note : YA : Mahasiswa melakukanTIDAK : Mahasiswa tidak melakukan
57
BMS1-SL3KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK YANG DIPEROLEH DARI PASIEN SECARA UMUM
I. PENDAHULUAN Pada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi
dokter-pasien (history taking) mengenai riwayat gangguan psikiatrik yang
diperoleh dari pasien secara umum.
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu (menit)
Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
20 menit
10 menit
30 menit
90 menit
Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa)Pemutaran film tentang anamnesis riwayat gangguan psikiatrik yang diperoleh dari pasien secara umum.
Demonstrasi oleh NarasumberNarasumber memperlihatkan tata cara komunikasi dokter pasien pada anamnesis riwayat gangguan psikiatrik yang diperoleh dari pasien secara umum.Tahap I : observasiKetika penderita masuk ruang periksa perhatikan cara berjalan, penampilan wajah, proporsi tubuh, pandangan mata, komunikasi, cara berbicara, perilaku, dllTahap II : menanyakan identitas pasienTahap III : menanyakan sebab utama, keluhan utama, riwayat gangguan sekarang, riwayat gangguan terdahulu (gangguan psikiatri, gangguan psikosomatik, gangguan neurologi, gangguan medik lain, gangguan zat)
Coaching : mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur. Kepada mahasiswa diberikan satu kasus simulasi. Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa
Self practice : mahasiswa melakukan anamnesis secara bergantian dengan fokus pada riwayat gangguan psikiatrik
Nara sumber
Narasumber
Instruktur, Mahasiswa
Mahasiswa
58
yang diperoleh dari pasien secara umum sesuai dengan formulir anamnesis, sehingga total waktu yang dibutuhkan ± 90 menit (tergantung jumlah mahasiswa)
III. TUJUAN KEGIATANIII.1. TUJUAN UMUMMelatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnese dengan
menggunakan teknik komuniasi yang benar pada pasien.
III.2. TUJUAN KHUSUS1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnese riwayat psikiatrik yang
diperoleh dari pasien secara umum.
2. Mahasiswa mampu menemukan sebab utama, keluhan utama, riwayat
gangguan sekarang, dan riwayat gangguan terdahulu.
3. Mahasiswa mampu menguraikan riwayat gangguan psikiatrik yang
diperoleh secara umum dari pasien secara deskriptif.
4. Mahasiswa mampu menerapkan dasar teknik komunikasi dan perilaku
yang sesuai dengan sosio-budaya pasien dalam hubungan dokter-pasien.
IV. PEDOMAN INSTRUKTUR IV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi ke dalam keoompok kecil yang terdiri dari 9 orang.
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3.Cara pelaksanaan kegiatan :
Coaching : mahasiswa melakukan anamnese dengan dibimbing instruktur.
Pasien simulasi bergantian diperankan oleh mahasiswa.
Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
Self practice : setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
anamnesis. Pada saat self practice instruktur mengamati peragaan mahasiswa
dengan berpedoman kepada checklist yang ada.
Pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter maupun
penderita
V. WAKTU dan TEMPAT PELAKSANAAN- Setiap kegiatan skills lab dilakukan selama 150 menit
- Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok brain and mind
- Tempat pelaksanaan : Ruang skills lab FK USU lantai 3
VI. SARANA YANG DIPERLUKAN
59
- Pensil/Pulpen- Formulir anamnesis- Materi anamnesis- Penderita dengan gejala-gejala depresi
VII. RUJUKAN :1. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.2. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric
Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych Products Press, 1994.
3. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 1999.
4. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1. Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
6. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.
VIII. KASUS SIMULASI ANAMNESE DOKTER-PASIEN PADA RIWAYAT GANGUAN PSIKIATRIK YANG DIPEROLEH SECARA UMUM DARI PASIEN
Kasus IA, pria, usia 39 tahun, datang ke klinik pskiatrik dengan keluhan sulit tidur,
dalam 1 bulan ini sehingga OS juga merasakan fungsi-fungsinya dalam
bekerja dan bersosialisasi dengan orang lain terganggu.
60
FORMULIR ANAMNESIS BLOK BRAIN AND MIND MAHASISWA FK USU SEMESTER VI
KETERANGAN PRIBADI PASIEN
Nama :......................................................
( ditulis dengan huruf balok )
Jenis kelamin :......................................................
Tempat & tanggal lahir / Umur :......................................................
Status perkawinan :......................................................
Bangsa :......................................................
Suku :......................................................
Agama :......................................................
Pendidikan :......................................................
Pekerjaan :......................................................
Alamat & Telepon :......................................................
Nama, alamat, No KTP keluarga :......................................................
terdekat di Medan ( untuk pasien
dari luar Kota Medan ) : .....................................................
Pernah masuk Rumah Sakit dengan
keluhan yang sama atau berbeda :……………………………………….
KETERANGAN DIRI ALLO / INFORMANNama : .....................................................
Jenis kelamin :......................................................
Umur :......................................................
Pekerjaan :......................................................
Pendidikan :......................................................
Alamat & Telepon :......................................................
Hubungan dengan pasien :......................................................
Keakraban dengan pasien :......................................................
Sudah berapa lama mengenal pasien :......................................................
Kesan pemeriksa / dokter terhadap
keterangan yang diberikannya :......................................................
61
I. ANAMNESIS
Keterangan / anamnesis di bawah ini diperoleh dari ( lingkari angka di bawah
ini ) :
Pasien Sendiri ( autoanamnesis )
Informan ( alloanamnesis )
Bila keterangan yang diperoleh melebihi ruangan / kolom yang tersedia
maka dapat dilanjutkan pada halaman sebelah kiri dengan mencantumkan
nomor dari topik yang ditanyakan
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan ( lingkari pada huruf
yang sesuai )
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa / Hakim
e. Dan lain - lain
2. Sebab utama pasien datang meminta pertolongan di laboratorium psikiatri
atau di opname ( dengan kata – kata singkat saja )
3. Keluhan utama ( Chief Complaint ) pasien dan telah berapa lama keadaan ini
berlangsung
4. Riwayat perjalanan penyakit sekarang ini. Buat laporan singkat secara
kronologis dari awal sampai keadaan saat ini yang meliputi : kapan terjadinya,
gejala – gejala utama, bagaimana perjalanan penyakitnya, apakah dapat
pengobatan ( dokter atau bukan dokter ) dan bagaimana hasilnya (apakah
pernah sembuh, makin parah atau tidak ada perubahan )
5. Riwayat penyakit sebelumnya ( psikiatrik ,bila ada ). Berikan keterangan
tentang serangan pertama pada usia berapa, adakah faktor pencetus dan
atau trauma psikis sebagai penyebab, sudah berapa kali serangan dengan
yang sekarang ini dan berikan gambaran klinik mengenai serangan terdahulu
itu.
62
Riwayat medikasi, penyakit medis, berobat kemana, riwayat alergi,
pemakaian zat, dan pembedahan sebelumnya
IX. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK YANG DIPEROLEH DARI PASIEN SECARA UMUM
LANGKAH/TUGAS PENGAMATANYa Tidak
1. Menyapa penderita dengan ramah- memberi salam- mempersilahkan duduk- menggunakan komunikasi non verbal yang sesuai
(kontak mata, anggukan kepala, mimik muka) - menkondisikan suasana menyenangkan sehingga pasien tidak takut bercerita
- lakukan observasi. Ketika penderita masuk ruangan periksa cara berjalan, penampilan wajah, bentuk kepala, proporsi tubuh, pandangan mata, komunikasi, cara bicara, interaksi dengan lingkungan, perilaku, dll
2. Memperkenalkan diri & berkenalan- menanyakan identitas pasien
3. Menanyakan sebab utama pasien (alloanamnese /autoanamnese)
4. Menanyakan keluhan utama pasien (auto anamnese)5. Menanyakan riwayat penyakitsekarang6. Menanyakan riwayat penyakit terdahulu 7. Menuliskan/merangkum data dalam status8.Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan penyebab
permasalahan sesuai dengan informasi yang diperoleh9. Mengucapkan salam dan terima kasih
Note : Ya = Mahasiswa melakukanTidak = Mahasiswa tidak melakukan
63
BMS1-SL4KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK DAN VERTEBRA
I. PENDAHULUAN
Sistem sensorik menempatkan manusia berhubungan dengan sekitarnya. Sensorik (sensibilitas / sensasi) dapat dibagi 4 jenis, yaitu: superfisial, dalam, viseral (interoseptif), dan khusus. Pada skills lab ini yang dibahas hanya sensasi superfisial dan sensasi proprioseptif.
Sensasi superfisial, disebut juga sebagai sensasi eksteroseptif atau protektif, mengurus rasa raba, rasa nyeri dan rasa suhu. Sensasi dalam disebut juga sebagai sensasi proprioseptif mencakup rasa gerak (kinetik), rasa sikap (statognesia) dari otot dan persendian, rasa getar (pallesthesia), rasa tekan dalam, rasa nyeri dalam otot. Pemeriksaan sensibilitas merupakan pemeriksaan yang tidak mudah. Kita bergantung pada perasaan penderita, jadi bersifat subjektif. Selain itu, reaksi seseorang terhadap rangsangan dapat berbeda – beda, malah pada 1 orang-pun reaksi tersebut dapat berbeda, tergantung pada keadaannya, apakah ia sedang lelah atau pikirannya terpusat pada hal yang lain. Faktor sugesti juga sangat berpengaruh. Tidak jarang pasien meng-ia-kan saja apa yang disugestikan oleh dokter. Misalnya, jika seorang dokter mengajukan pertanyaan yang bernada sugesti seperti: ”Kan disini terasa sakit bila saya tusuk dan di tempat ini agak kurang sakitnya, bukan !?” Pertanyaan demikian mungkin di “iya” kan saja oleh pasien. Jadi sugesti harus dihindarkan pada pemeriksaan sensibilitas.
Agar didapatkan hasil pemeriksaan yang baik perlu diperhatikan hal berikut: selama pemeriksaan diupayakan agar pasien berada dalam keadaan tenang dan perhatiannya dapat dipusatkan pada pemeriksaan. Untuk maksud ini sebaiknya penderita memejamkan mata. Bila pasien merasa lelah sebaiknya pemeriksaan ditunda. Namun demikian, kadang – kadang kita terpaksa melakukan pemeriksaan dalam keadaan pasien yang tidak tenang, sehingga nilainya jadi kurang teliti.
PEMERIKSAAN SENSIBILITASSebelum kita melakukan pemeriksaan kita tanyakan dulu apakah ada
keluhan mengenai sensibilitas, bila ada, suruh ia menunjukkan tempatnya (lokasinya).
Waktu melakukan pemeriksaan perhatikan daerah kulit yang kurang merasa, sama sekali tidak merasa atau daerah yang bertambah perasaannya. Kata disestesia digunakan untuk menyatakan adanya perasaan yang berlainan dari rangsang yang diberikan. Parestesia merupakan perasaan abnormal yang timbul pontan, biasanya ini berbentuk rasa dingin, panas, kesemutan, ditusuk-tusuk, rasa berat, rada ditekan atau rasa gatal.
PEMERIKSAN SENSIBILITAS EKSTEROSEPTIFPEMERIKSAAN RASA RABA
Alat yang digunakan adalah kapas. Periksa seluruh tubuh dan bandingkan bagian – bagian yang simetris.Thigmestesia berarti rasa raba halus. Kehilangan rasa raba ini disebut thigmanesthesia.
64
PEMERIKSAAN RASA NYERIPemeriksaan dilakukan dengan menggunakan benda yang runcing.
Tusukan hendaknya cukup kuat sehingga betul –betul dirasakan rasa nyeri dan bukan rasa sentuh atau rasa raba. Kita periksa seluruh tubuh, dan bagian – bagian yang simetris dibandingkan.
PEMERIKSAAN RASA SUHUAda dua macam rasa suhu yaitu rasa panas dan rasa dingin. Rangsangan
rasa suhu yang berlebihan akan mengakibatkan rasa nyeri. Rasa suhu diperiksa dengan menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan air es untuk rasa dingin dan air panas untuk rasa panas. Pemeriksaan rasa suhu diperiksa di seluruh tubuh dan dibandingkan bagian – bagian yang simetris.
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS PROPRIOSEPTIFPEMERIKSAAN RASA GERAK DAN RASA SIKAP/ POSISI
Biasanya rasa gerak dan rasa posisi diperiksa bersamaan. Ini dilakukan dengan cara menggerakkan jari –jari secara pasif dan menanyakan apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut serta mengetahui arahnya. Pada orang normal ia sudah merasakan arah gerakan bila sendi interfalang digerakkan sekitar 20 atau 1 mm. Selama pemeriksaan mata pasien dipejamkan atau ditutup. Badan dan ekstremitas diistirahatkan dan dilemaskan. Semua gerakan volunter dihindarkan.
Waktu kita menggerakkan bagian ekstremitas pasien, misalnya jari kaki, kita harus memegang jari – jarinya pada bagian lateral. Tujuannya adalah agar pasien tidak menggunakan rasa eksteroseptifnya untuk mengetahui arah gerakan tersebut. Jari yang diperiksa diupayakan agar tidak bersentuhan dengan jari lainnya, karena hal ini dapat dimanfaatkan pasien untuk mengetahui arah gerakan dari sentuhan, apabila rasa geraknya terganggu. Pasien juga dilarang menggerakkan jarinya secara aktif karena, sebab hal ini dapat pula menolongnya untuk mengetahui posisi jarinya.
Sambil memperhatikan hal yang tersebut di atas, kemudian pasien disuruh mengatakan “ya” apabila ia merasakan suatu gerakan, kemudian disuruh mengatakan ke arah mana gerakan tersebut, “atas’ atau “bawah”.
Pada gangguan yang ringan yang pertama terganggu ialah rasa posisi jari, kemudian rasa gerak.
PEMERIKSAAN RASA GETARPemeriksan rasa getar biasanya dilakukan dengan jalan menempatkan
garpu tala (yang biasa digunakan yang berfrekuensi 128 Hz) yang telah digetarkan pada ibu jari, maleolus lateral, dan medial kaki, tibia, spina iliaka anterior superior, sakrum, prosessus spinosus vertebra, sternum, klavikula, prosesus stiloideus radius, ulna dan jari – jari.Pasien ditanya pakah ia merasa getarannya, dan ia disuruh memberitahukan apabila ia mulai tidak merasakan getarannya lagi. Bila getaran mulai tidak dirasakan, garpu tala kita pindahkan ke pergelangan atau sternum atau klavikula atau bandingkan dengan jari kita sendiri. Dengan demikian, kita dapat memeriksa adanya rasa getar, dan sampai berapa lemah masih dapat dirasakan, dengan jalan membandingkan dengan bagian lain dari tubuh atau dengan rasa getar pemeriksa.Untuk menyatakan hilangnya rasa getar dapat digunakan kata pallanesthesia.
PEMERIKSAAN RASA TEKAN DALAMRasa tekan dalam diperiksa dengan jalan menekan kulit dengan jari atau
dengan benda tumpul. Kemudian pasien disuruh memberitahu apakah ia merasakan tekanan tersebut, dan diminta untuk menentukan lokasinya.
PEMERIKSAAN RASA NYERI DALAM
65
Rasa nyeri dalam ini diperiksa dengan jalan menekan otot atau tendon, menekan serabut saraf yang terletak dekat dengan permukaan dan bisa juga dengan jalan menekan testis atau bola mata.
PEMERIKSAAN VERTEBRAInspeksi, palpasi dan perkusi juga digunakan untuk pemeriksaan vertebra.
Pada inspeksi bisa dilihat adanya abnormalitas, deformitas, gangguan postur atau perkembangan. Pergerakan (ataupun keterbatasan pergerakan) dari otot – otot spinal, misalnya fleksi, ekstensi, gerakan ke lateral, asimetris, kifosis, lordosis dan skoliosis harus dinilai. Palpasi dapat membantu untuk mengetahui adanya abnormalitas struktural, adanya arthropathies serta lokasi nyeri tekan dan nyeri. Otot harus di palpasi untuk mengetahui adanya rigiditas ataupun spasme. Perkusi vertebra dapat membantu menunjukkan ada tidaknya nyeri yang terlokalisir ataupun nyeri tekan.
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan
20 menit
10 menit
20 menit
90 menit
Introduksi pada kelas besar - Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan sistem
sensorik dan vertebra (10 menit)- Pemutaran film tentang cara pemeriksaan sistem
sensorik dan vertebra (5 menit)- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari penjelasan dan film yang diputar (5 menit) Demonstrasi pada kelas besar Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara bertahapTahap I : Persiapan AlatTahap II : Pemeriksaan sistem sensorik dan vertebra
Coaching oleh instruktur:- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok
tdd 9 mahasiswa).- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa
Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksan sistem sensorik dan vertebra secara bergantian masing-masing selama 10 menit. Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.
Narasumber
Narasumber
InstrukturMahasiswa
MahasiswaInstruktur
III.TUJUANKEGIATAN
Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan pemeriksaan sistem sensorik dan vertebra yang merupakan pemeriksaan dasar yang sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu penyakit saraf.
66
IV.PEDOMAN INSTRUKTURIV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.3. Cara pelaksanaan kegiatan:
3.1Demonstrasi:Instruktur melakukan demonstrasi pemeriksaaan sistem sensorik dan vertebra, mahasiswa mengamati dan diberi kesempatan bertanya.
3.2Digunakan alat - alat yang telah disediakan oleh pengelola skills lab.3.3 Coaching: mahasiswa melakukan secara bergantian sambil dibimbing
oleh instruktur. 3.4 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
3.5 Self practice: mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan sistem sensorik dan vertebra secara mandiri.
4. Waktu pelaksanaan 4.1.Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit
4.2.Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester 6.5. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3. 6.Sarana yang diperlukan 6.1.Alat audiovisual 6.2.Materi audiovisual 6.3.Pensil/pulpen 6.4 Formulir pemeriksaan
VI. LEMBAR PENGAMATAN
LANGKAH / TUGASPENGAMATAN
PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK YA TIDAK
1. Menyapa dan memberi salam kepada penderita
2. Mempersilahkan penderita duduk
3. Memberitahukan kepada penderita apa yang akan dilakukan
4. Mempersiapkan alat dan bahan
5. Menanyakan pada pasien apakah ia ada mengalami gangguan sensibilitas.
6. Pasien disuruh memejamkan / menutup matanya
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS EKSTEROSEPTIF
PEMERIKSAAN RASA RABA
1. Goreskan kapas (bulu halus yang terdapat pada ujung reflex hammer) pada tubuh penderita. (cukup dilakukan pada lengan bawah saja).
2. Tanyakan pada penderita apa yang dirasakannya
3. Bandingkan kanan dan kiri.
PEMERIKSAAN RASA NYERI
1. Tusukan benda yang agak runcing (yang terdapat pada ujung reflex hammer) pada tubuh penderita. (cukup dilakukan pada lengan bawah saja).
2. Tanyakan pada penderita apa yang dirasakannya
67
3. Bandingkan kanan dan kiri.
PEMERIKSAAN RASA SUHU
1. Sentuhkan tabung reaksi yang berisi air panas dan air dingin secara bergantian ke tubuh penderita. (cukup dilakukan pada lengan bawah saja).
2. Tanyakan pada penderita apa yang dirasakannya
3. Bandingkan kanan dan kiri.
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS PROPRIOSEPTIF
PEMERIKSAAN RASA GERAK DAN RASA SIKAP/ POSISI
1. Gerakkan salah satu jari pasien secara pasif, dengan cara memegang jarinya pada bagian lateral dan usahakan tidak menyentuh jari yang lainnya.
2. Tanyakan apakah pasien dapat merasakan gerakan tersebut serta mengetahui arahnya
PEMERIKSAAN RASA GETAR
1. Getarkan garpu tala (128 Hz)
2. Tempatkan pada ibu jari, maleolus lateral, dan medial kaki, tibia, spina iliaka anterior superior, sakrum, prosessus spinosus vertebra, sternum, klavikula, prosesus stiloideus radius, ulna dan jari – jari.(Cukup dilakukan pada maleolus lateralis saja)
3. Tanyakan apakah pasien merasa getarannya, dan ia disuruh memberitahukan apabila ia mulai tidak merasakan getarannya lagi
4. Bila getaran mulai tidak dirasakan, garpu tala kita pindahkan ke pergelangan atau sternum atau klavikula atau bandingkan dengan jari pemeriksa.
PEMERIKSAAN RASA TEKAN DALAM
1. Menekan kulit pasien dengan jari atau dengan benda tumpul
2. Tanyakan pada pasien apakah ia merasakan tekanan tersebut, dan suruh pasien untuk menentukan lokasinya.
PEMERIKSAAN RASA NYERI DALAM
1. Menekan otot atau tendon pasien atau bisa juga dengan jalan menekan bola mata.
2. Tanyakan pada pasien apakah ia merasakannya.
PEMERIKSAAN VERTEBRA
1. Inspeksi : lihat ada / tidaknya abnormalitas, deformitas, gangguan postur atau perkembangan, keterbatasan pergerakan otot – otot spinal, misalnya fleksi, ekstensi, gerakan ke lateral, asimetris, kifosis, lordosis dan skoliosis.
2. Palpasi: nilai ada / tidaknya abnormalitas struktural, arthropathies serta lokasi nyeri tekan dan nyeri, rigiditas ataupun spasme.
3. Perkusi: nilai ada / tidaknya nyeri yang terlokalisir ataupun nyeri tekan.
Note : YA : Mahasiswa melakukanTIDAK : Mahasiswa tidak melakukan
68
BMS2-SL5KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAIRIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (RIWAYAT KELUARGA)
I. PENDAHULUANPada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi
dokter-pasien untuk riwayat gangguan psikiatrik (riwayat keluarga).
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu (menit)
Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
20 menit
Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa)Pemutaran film tentang anamnesis riwayat gangguan psikiatrik (riwayat keluarga)
Narasumber
10 menit
Demonstrasi oleh NarasumberNarasumber memperlihatkan tata cara komunikasi dokter-pasien pada riwayat gangguan psikiatrik (riwayat keluarga)
Tahap I : ObservasiKetika pasien masuk ruang periksa perhatikan cara berjalan, penampilan wajah, pandangan mata, komunikasi, cara bicara, interaksi dengan lingkungan, perilaku, dan lain-lain.
Tahap II : Menanyakan identitas pasien
Tahap III : Menanyakan riwayat orang tua dan saudara kandung, kepribadian orang tua dan keluarga kandung, riwayat gangguan mental emosional dalam keluarga.
Narasumber
30 menit
Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok terjadi dari 9 mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1 instrukturCoaching : Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur. Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus simulasi. Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa.
Instruktur, Mahasiswa
90 menit
Self Practice : Mahasiswa melakukan anamnesis sendiri secara bergantian dengan fokus pada riwayat keluarga sesuai dengan formulir anamnesis.
Mahasiswa
69
III. TUJUAN KEGIATAN
III.1. TUJUAN UMUMMelatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnesis dengan menggunakan teknik komunikasi yang benar pada pasien.
III.2. TUJUAN KHUSUS1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnesis pada pasien.2. Mahasiswa menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.3. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan
kronologis.4. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam keluarga.5. Mahasiswa mampu menerapkan dasar teknik komunikasi dan
berperilaku yang sesuai dengan sosial-budaya pasien dalam hubungan dokter-pasien.
IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1. PELAKSANAAN1. Mahasiswa dibagi dalam keloompok kecil yang terdiri dari 9 orang.2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.3. Cara pelaksanaan kegiatan :
3.1. Coaching : Mahasiswa melakukan anamnesis dibimbing instruktur. Pasien simulasi diperankan bergantian oleh mahasiswa
3.2. Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.3.3. Self Practice : Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan
melakukan anamnesis. Pada saat self practice instruktur mengamati peragaan mahasiswa dengan berpedoman pada checklist yang tersedia.
3.4. Pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter maupun pasien.
4. Waktu pelaksanaan Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit. Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok Brain and Mind
5. Tempat pelaksanaanRuang skill lab FK USU (Lantai 3)
6. Sarana yang diperlukan :6.1. Pensil/pulpen6.2. Formulir anamnesis
7. Materi anamnesis : Penderita dengan gejala-gejala depresi
IV.2. RUJUKAN
1. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.
70
2. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych Products Press, 1994.
3. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 1999.
4. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1. Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
6. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.
V. KASUS SIMULASI KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (RIWAYAT KELUARGA)
Kasus IVD, perempuan, 30 tahun, datang ke poliklinik pskiatrik ditemani oleh adiknya dengan gejala-gejala bicara ngawur,sulit tidur, marah-marah tanpa sebab. Gejala ini timbul 3 minggu setelah melahirkan anak kedua Sebelumnya D belum pernah mengalami hal seperti ini.
71
Lampiran 1
Formulir Anamnesis Blok Brain and MindMahasiswa FK-USU Semester VI
1. Identitas Orang Tua/Pengganti
IdentitasOrang Tua/Pengganti
Bapak Ibu
Bangsa : …………………… ……………………
Suku : …………………… ……………………
Agama : …………………… ……………………
Pendidikan : …………………… ……………………
Pekerjaan : …………………… ……………………
Umur : …………………… …………………… Alamat
: …………………… ……………………
Hubungan dengan OS
:AkrabBiasaKurangTidak perduli
AkrabBiasaKurangTidak perduli
Dan lain-lain : …………………… ……………………
2. KepribadianBapak (Dijelaskan oleh ………………)Pemalas ( ), pendiam ( ), pemarah ( ), mudah tersinggung ( ), tidak suka bergaul ( ), banyak teman ( ), pemalu ( ), perokok berat ( ), penjudi ( ), pencemas ( ), penyedih ( ), perfeksi ( ), dramatisasi ( ), pencuriga ( ), pencemburu ( ), egois ( ), penakut ( ), tak bertanggung jawab ( ).
Ibu (Dijelaskan oleh ………………)Pemalas ( ), pendiam ( ), pemarah ( ), mudah tersinggung ( ), tidak suka bergaul ( ), banyak teman ( ), pemalu ( ), perokok berat ( ), penjudi ( ), pencemas ( ), penyedih ( ), perfeksi ( ), dramatisasi ( ), pencuriga ( ), pencemburu ( ), egois ( ), penakut ( ), tak bertanggung jawab ( ).
3. OS bersaudara …… orang dan OS anak ke ......
4. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung. Untuk OS sendiri lingkari nomornya.(i) lk / pr ( ) (vi) lk / pr ( )(ii) lk / pr ( ) (vii) lk / pr ( )(iii) lk / pr ( ) (viii) lk / pr ( )
72
(iv) lk / pr ( ) (ix) lk / pr ( )(v) lk / pr ( )
5. Gambaran kepribadian masing-masing saudara OS dan hubungan OS terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang ditanyakan serupa dengan yang ditanyakan pada gambaran kepribadian pada orang tua.
Saudara Ke :
Gambaran Kepribadian
Hubungan dengan Saudara
(i) ………………………… …………………………
(ii) ………………………… …………………………
(iii) ………………………… …………………………
(iv) ………………………… …………………………
(v) ………………………… …………………………
(vi) ………………………… …………………………
(vii) ………………………… …………………………
6. Riwayat gangguan mental emosional dalam keluarga: .................................................
VI. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (RIWAYAT KELUARGA)
LANGKAH/TUGASPENGAMATAN
YA TIDAK
1. Menyapa pasien dengan ramah
Memberi salam
Mempersilahkan duduk
Menggunakan komunikasi non verbal yang
sesuai
(Kontak mata, anggukan kepala, mimik muka)
Mengkondisikan suasana yang
menyenangkan sehingga pasien tidak segan dan takut
bercerita
Lakukan observasi ketika pasien masuk
ruang periksa, cara berjalan, penampilan wajah, pandangan
mata, komunikasi, cara bicara, interaksi dengan lingkungan,
perilaku dan lain-lain
2. Memperkenalkan diri dan berkenalan
3. Menggali hal-hal/riwayat keluarga
73
Identitas orang tua
Kepribadian orang tua
Keterangan saudara kandung
Gambaran kepribadian sebelumnya
- Menanyakan riwayat gangguan mental emosonal dalam
keluarga
4. Menuliskan/merangkum data dalam status
5. Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan penyebab
permasalahan sesuai dengan informasi yang diperoleh
6. Menjelaskan pemeriksaan yang harus dikerjakan (cara
melakukannya dibahas dalam pertemuan berikutnya)
7. Mengucapkan salam dan terima kasih.
Note : Ya = Mahasiswa melakukanTidak = Mahasiswa tidak melakukan
74
BMS2-SL6KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIVE PADA BAYI BARU LAHIR
I. PENDAHULUANPada minggu ini mahasiswa akan diajarkan untuk melakukan pemeriksaan
refleks primitive pada bayi baru lahir. Dengan mengetahui adanya kelainan pada
refleks primitive ini, mahasiswa dapat menilai ada tidaknya kelainan neurologi
pada bayi tersebut.
Refleks primitive bayi baru lahirRooting refleks (refleks mencari)
Goreskan dengan jari bibir dan sudut mulut, bayi akan memutar ke arah goresan
dan mulut terbuka.
Glabellar Refleks (refleks berkedip)
Ketok dengan hati-hati diatas kening dan mata akan berkedip.
Grasp refleks (refleks menggemgam)
Letakan jari tangan pada telapak tangan bayi, dan bayi akan menggengggam jari
tangan tadi.
Neck righting refleks (refleks pembenaran leher)
Putarkan leher bayi ke kiri atau ke kanan dan pada saat yang sama bahu kontra
lateral bergerak ke arah yang sama.
Moro refleks (refleks memeluk atau gamang)
Letakkan bayi terlentang pada punggungnya di atas lengan pemeriksa,
kemudian jatuhkan belakang bayi 1 cm atau lebih, tapi tidak sampai ke kasur.
Kedua lengan adduksi dan ekstensi jari tangan. Bila asimetri sebagai tanda
fraktur klavikula, hemiparese atau kerusakan fleksus brachialis.
75
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu (menit)
Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
20 menit
10 menit
30 menit
90 menit
Introduksi pada kelas besar ( terdiri dari 45 mahasiswa )Pemutaran video/slide pemeriksaan refleks primitive pada bayi baru lahir
Demonstrasi oleh Narasumber Narasumber memperlihatkan tata cara pemeriksaan refleks primitive pada bayi baru lahir
Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok terdiri dari 9mahasiswa). Tiap kelompok kecil diawasi seorang instruktur.Coaching: Mahasiswa melakukan pemeriksaan refleks primitive bayi baru lahir, secara bergantian dibimbing oleh instruktur
Self practice: Mahasiswa melakukan pemeriksaan sendiri secara bergantian, sehingga total waktu ± 85 menit (tergantung jumlah mahasiswa)
Narasumber
Narasumber
Instruktur,Mahasiswa
Mahasiswa
III.TUJUAN KEGIATAN
III.1. Tujuan umum Meningkatkan keterampilan mahasiswa melakukan pemeriksaan refleks primitive bayi baru lahir
III.2. Tujuan khusus Mahasiswa mampu:
- Mengetahui penyimpangan / kelainan neurologi pada bayi baru lahir
- Menangani kelainan neurologi yang ditemukan- Menentukan tindakan lanjut/rujukan
IV. PELAKSANAAN1. Mahasiswa dibagi atas kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang2. Diskusi dipimpin seorang instruktur yang telah ditetapkan koordinator3. Cara pelaksanaan kegiatan:
- Demonstrasi: Instruktur bertindak sebagai pelaksanaan demonstrasi
- Coaching: Mahasiswa melakukan pemeriksaan refleks primitive bayi dengan bimbingan instruktur, mahasiswa lain sebagai pengamat.
- Self Practice: Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan refleks primitive bayi baru lahir. Mahasiswa bergantian melakukannya.
76
4.Waktu pelaksanaan - Kegiatan skill lab dilaksanakan selama 150 menit. - Disesuakan dengan jadwal skill lab Blok Brain and Mind System. 5. Tempat pelaksanaan: Ruang skills lab lantai 3
6. Sarana yang diperlukan: - Formulir pemeriksaan refleks primitive bayi baru lahir
- Boneka - Pensil - Video
V. RUJUKAN1. Tricia Lacy, Gomella. Neonatology, fourth edition, Appleton
Lange,International, 20062. Swaiman KF, Ashwal S, Ferriero DM. Pediatric Neurology, fourth edition,
Mosby Elsevier, 20063. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson BH, Nelson Text Book of Pediatrics,
Saunders, 17th edition, 2004
V.LEMBAR PENGAMATAN
No Langkah/Tugas PengamatanYa Tidak
Rooting refleks 1 Membuat bayi baru lahir tidur terlentang2 Menggoreskan jari pemeriksa ke bibir dan sudut pipi bayi3 Mengamati mulut bayi berputar dan terbuka pada arah
goresan jariGlabellar refleks
4 Membuat bayi baru lahir tidur telentang5 Mengetuk dahi bayi baru lahir pada kening [Glabella]
dengan ujung jari telunjuk 6 Mengamati bedanya kelopak mata yang berkedip
Grasping Refleks7 Membuat bayi baru lahir tidur terlentang8 Meletakkan jari tangan pemeriksa pada telapak tangan
bayi9 Melihat/merasa genggaman tangan bayi pada jari
tanganNeck Righting Refleks
10 Membuat bayi baru lahir tidur terlentang11 Memutar kepala bayi kekiri atau kekanan12 Mengamati gerakan bahu kontralateral kearah yang
sama dengan arah putaran kepalaMoro Refleks
13 Meletakkan bayi baru lahir terlentang diatas satu lengan, dengan punggung dibawah
14 Menjatuhkan lengan bersama bayi kebawah kira-kira 1 cm atau lebih, tidak sampai ketilam
15 Mengamati gerakan abduksi lengan bayi.16 Mengamati garakan adduksi lengan bayi17 Mengamati gerakan ekstensi jari tangan bayi18 Mengamati gerakan simetris atau tidak
77
Note : Ya = mahasiswa melakukanTidak = mahasiswa tidak melakukan
BMS2-SL7KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FUNGSI CEREBELLUM, KOORDINASI DAN PERANGSANGAN MENINGEAL
I. PENDAHULUAN
Koordinasi gerak terutama diatur oleh cerebellum. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa gangguan utama dari lesi di cerebellum ialah adanya disinergia, yaitu kurangnya koordinasi. Artinya bila dilakukan gerakan yang membutuhkan kerjasama antar otot, maka otot – otot ini tidak bekerja sama dengan baik, walaupun tidak didapatkan kelumpuhan. Hal ini terlihat jika pasien berdiri, jalan , membungkuk atau menggerakkan anggota badan.
Cerebellum ikut berpartisipasi dalam mengatur sikap, tonus, mengintegrasi dan mengkoordinasi gerakan somatik. Lesi pada cerebellum dapat menyebabkan gangguan sikap dan tonus, dissinergia, gangguan koordinasi gerakan (ataksia). Dengan perkataan lain; kombinasi gerakan yang seharusnya dilakukan secara simultan dan harmonis, menjadi terpecah – pecah serta kadang simpang siur.
Gangguan cerebellum dapat diperiksa dengan berbagai cara yaitu: test romberg, test tandem gait, percobaan telunjuk hidung, percobaan jari – jari, percobaan tumit lutut, diadokokinesia.
PEMERIKSAANTest Romberg
Penderita diminta berdiri dengan kedua kaki saling dirapatkan, mula – mula dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.Romberg test dikatakan positif, bila penderita mampu melakukan test ini dengan mata terbuka, tetapi terjatuh ketika menutup mata.
Test TandemPenderita diminta berjalan pada satu garis lurus diatas lantai, tempatkan
satu tumit tepat di depan jari – jari kaki yang berlawanan, dengan mata terbuka
Percobaan Telunjuk HidungBisa dikerjakan dengan pasien berbaring, duduk atau berdiri. Dengan
posisi abduksidan ekstensi lengan secara komplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh ujung hidungnya dengan ujung jari telunjuknya. Mula – mula dengan gerakan perlahan kemudian diganti dengan gerakan yang cepat, dengan mata terbuka.
Percobaan Telunjuk - Telunjuk Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan
kemudian diminta untuk menggerakkan ke 2 ujung jari telunjuknya saling bertemu / bersentuhan tepat di tengah – tengah di bidang horizontal tersebut. Pertama – tama dengan gerakan perlahan kemudian dipercepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.
Percobaan Tumit LututPenderita diminta untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut
kontralateral, diteruskan dengan mendorong tumit tersebut secara lurus menuju jari – jari kakinya.
78
DiadokokinesiaPenderita diminta menggerakkankedua tangannya bergantian, pronasi
dan supinasi dengan posisi siku diam, mintalah gerakan tersebut secepat mungkin, baik dengan mata terbuka maupun tertutup.
PEMERIKSAAN TANDA PERANGSANGAN MENINGEALPemeriksaan ini meliputi kaku kuduk (nuchal/ neck rigidity), kernig, brudzinki I, brudzinski II.
Pemeriksaan Kaku Kuduk (Nuchal/ Neck Rigidity)Tangan kiri pemeriksa diletakkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala pasien difleksikan dan diusahakan agar dagu dapat menyentuh dada. Saat melakukan pemeriksaan iniperhatikanadanya tahanan. Bila kaku kuduk positif maka akan didapati tahanan sehingga dagu tidak dapat mencapai dada.
Pemeriksaan KernigPada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai membuat sudut 900, sementara sendi lutut difleksikan maksimal. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Normalnya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 1350, antara tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat tahanan sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda Kernig positif.
Pemeriksaan Brudzinski ICara melakukan pemeriksaan ini sama dengan cara melakukan pemeriksaan kaku kuduk, hanya beda yang dinilai. Pada pemeriksaan ini yang dinilai adalah ada atau tidaknya fleksi kedua tungkai. Dikatakan positif adalah apabila terjadi fleksi kedua tungkai. Sebelumnya perlu diperhatikan apakah tungkainya lumpuh atau tidak, sebab jika lumpuh, tungkai yang lumpuh tersebut tidak fleksi.
Pemeriksaan Brudzinski II Cara melakukan pemeriksaan ini sama dengan cara melakukan pemeriksaan kernig, hanya beda yang dinilai. Pada pemeriksaan ini yang dinilai adalah ada atau tidaknya fleksi tungkai kontralateral. Dikatakan positif adalah apabila terjadi fleksi tungkai kontralateral. Sebagaimana halnya seperti perlu diperhatikan apakah tungkainya lumpuh atau tidak, sebab jika lumpuh, tungkai yang lumpuh tersebut tidak fleksi.
Pada skills lab minggu ini pemeriksaan kernig tidak dilakukan lagi, karena sudahdilakukan pada minggu sebelumnya.
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar - Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan fungsi
cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal. (10 menit)
- Pemutaran film tentang cara pemeriksaan fungsi cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal (5 menit)
Narasumber
79
10 menit
20- 30 menit
90 menit
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari penjelasan dan film yang diputar (5 menit)
Demonstrasi pada kelas besar Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara bertahapTahap I : Persiapan AlatTahap II : Pemeriksaan fungsi cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal
Coaching oleh instruktur:- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok
tdd 9 mahasiswa).- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3
orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh instruktur.- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa
Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksaan fungsi cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal secara bergantian masing-masing selama 10 menit. Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.
Narasumber
InstrukturMahasiswa
MahasiswaInstruktur
III.TUJUANKEGIATAN
Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan pemeriksaan fungsi cerebellum dan koordinasi yang merupakan pemeriksaan dasar yang sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu penyakit saraf.
IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1.PELAKSANAAN1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang2. Diskusidipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.3. Cara pelaksanaan kegiatan:
3.1Demonstrasi:Instruktur melakukan demonstrasi pemeriksaan fungsi cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal, mahasiswa mengamati dan diberi kesempatan bertanya.
3.2Digunakan alat - alat yang telah disediakan oleh pengelola skills lab3.3 Coaching: mahasiswa melakukan secara bergantian sambil dibimbing
oleh instruktur 3.4 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat
3.5 Self practice: mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan fungsi cerebellum dan koordinasi, perangsangan meningeal secara mandiri
4. Waktu pelaksanaan 4.1.Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selam 150 menit
4.2.Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester 6.5. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3.
80
VI. LEMBAR PENGAMATAN
LANGKAH / TUGASPENGAMATAN
PEMERIKSAAN CEREBELLUM DAN KOORDINASI YA TIDAK
1. Menyapa dan memberi salam kepada penderita
2. Mempersilahkan penderita duduk
3. Memberitahukan kepada penderita apa yang akan dilakukan
Test Romberg
1. Penderita disuruh berdiri dengan kedua kaki saling dirapatkan.Pandangan lurus ke depan. (Alas kaki sebaiknya dilepaskan)
2. Biarkan beberapa saat
3. Awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.
Test Tandem
1. Penderita diminta berjalan pada satu garis lurus diatas lantai, tempatkan satu tumit tepat di depan jari – jari kaki yang berlawanan. Pandangan ke depan.
2. Dilakukan dengan mata terbuka.
Percobaan Telunjuk Hidung
1. Pasien boleh berbaring, duduk atau berdiri. (Sebaiknya duduk)
2. Posisikan lengan pasien abduksi dan ekstensi secara komplit.
3. Suruh pasien untuk menyentuh ujung hidungnya dengan ujung jari telunjuknya.
4. Kemudian suruh pasien menyentuh jari telunjuk kita dengan jari telunjuknya tadi.
5. Mula – mula dengan gerakan perlahan kemudian semakin cepat.
Percobaan Telunjuk – Telunjuk
1. Suruh pasien Penderita mengabduksikan lengan pada bidang horizontal.
2. Kemudian suruh pasien untuk menggerakkan ke 2 ujung jari telunjuknya saling bertemu / bersentuhan tepat di tengah – tengah di bidang horizontal tersebut.
3. Pertama – tama dengan gerakan perlahan kemudian dipercepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.
Percobaan Tumit Lutut
81
1. Pasien dalam posisi berbaring.
2. Kemudian suruh pasien untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut kontralateral, diteruskan dengan mendorong tumit, menelusuri tibia, secara lurus menuju jari – jari kakinya.
Diadokokinesia
1. Pasien boleh dalam posisi berbaring ataupun duduk.
2. Suruh pasien menggerakkan kedua tangannya bergantian, pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam
3. Gerakan tersebut dilakukan secepat mungkin, baik dengan mata terbuka maupun tertutup.
PEMERIKSAAN TANDA PERANGSANGAN MENINGEAL
Pemeriksaan Kaku Kuduk (Nuchal/ Neck Rigidity)
1. Letakkan tangan kiri pemeriksa di bawah kepala pasien yang sedang berbaring. Rotasikan kepala ke kanan dan ke kiri untuk menyingkirkan adanya proses lokal.
2. Fleksikan kepala pasien dan diusahakan agar dagu dapat menyentuh dada.
3. Perhatikan ada / tidaknya tahanan
Pemeriksaan Brudzinski I
2. Letakkan tangan kiri pemeriksa di bawah kepala pasien yang sedang berbaring.
3. Fleksikan kepala pasien dan diusahakan agar dagu dapat menyentuh dada.
4. Perhatikan ada / tidaknya fleksi kedua tungkai. Dikatakan positif , jika terjadi fleksi kedua tungkai.
Pemeriksaan Brudzinski II
1. Penderita disuruh berbaring, dengan kedua tungkai ekstensi.
2. Fleksikan salah satu sendi panggul sampai membuat sudut 900, sementara sendi lutut difleksikan maksimal.
3. Ekstensikan sendi lutut hingga mencapai 1350 antara tungkai bawah dan tungkai atas
4. Perhatikan ada / tidaknya fleksi tungkai kontralateral. Dikatakan positif, jika terjadi fleksi tungkai kontralateral.
Note : YA : Mahasiswa melakukanTIDAK: Mahasiswa tidak melakukan
82
BMS2-SL8KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAIRIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (DETAIL BIOGRAFI)
I. PENDAHULUANPada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan komunikasi
dokter-pasien untuk riwayat gangguan psikiatrik (detail biografi).
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu(menit)
Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa)Pemutaran film tentang riwayat gangguan
psikiatrik (detail biografi)
Narasumber
10 menit Demonstrasi oleh NarasumberNarasumber memperlihatkan tata cara
komunikasi dokter-pasien pada riwayat gangguan
psikiatrik (detail biografi)
Tahap I : ObservasiKetika pasien masuk ruang periksa perhatikan
cara berjalan, penampilan wajah, pandangan
mata, komunikasi, cara bicara, interaksi dengan
lingkungan, perilaku, dan lain-lain.
Tahap II : Menanyakan identitas pasien
Tahap III : Menanyakan riwayat
kelahiran/kehamilan, riwayat sosio ekonomi,
riwayat perkembangan.
Narasumber
30 menit Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok
kecil (1 kelompok terjadi dari 9 mahasiswa). Tiap
kelompok kecil memiliki 1 instruktur
Coaching : Mahasiswa melakukan simulasi
secara bergantian dengan dibimbing oleh
instruktur. Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus
simulasi. Pasien simulasi akan diperankan oleh
sesama mahasiswa.
Instruktur dan
Mahasiswa
90 menit Self Practice : Mahasiswa melakukan anamnesis sendiri secara bergantian dengan fokus pada riwayat gangguan psikiatrik (detail biografi) sesuai dengan formulir anamnesis.
Mahasiswa
83
Sehingga total waktu yang dibutuhkan 85 menit
(tergantung jumlah mahasiswa
III. TUJUAN KEGIATAN
III.1. TUJUAN UMUMMelatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnesis dengan menggunakan teknik komunikasi yang benar pada pasien.
III.2. TUJUAN KHUSUS1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnesis pada pasien.2. Mahasiswa menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan.3. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan
kronologis.4. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam keluarga.5. Mahasiswa mampu menerapkan dasar teknik komunikasi dan
berperilaku yang sesuai dengan sosial-budaya pasien dalam hubungan dokter-pasien.
IV. PEDOMAN INSTRUKTURIV.1. PELAKSANAAN
1. Mahasiswa dibagi dalam keloompok kecil yang terdiri dari 9 orang.2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.3. Cara pelaksanaan kegiatan :
3.1Coaching : Mahasiswa melakukan anamnesis dibimbing instruktur. Pasien simulasi diperankan bergantian oleh mahasiswa
3.2Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.3.3Self Practice : Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan
melakukan anamnesis. Pada saat self practice instruktur mengamati peragaan mahasiswa dengan berpedoman pada checklist yang tersedia.
3.4Pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter maupun pasien.
4. Waktu pelaksanaan Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selama 150 menit. Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok Brain and Mind
5. Tempat pelaksanaanRuang skill lab FK USU (Lantai 3)
6. Sarana yang diperlukan :Pensil/pulpenFormulir anamnesis
7. Materi anamnesis : Penderita dengan gejala-gejala depresi ditinjau dari detail biografi
IV.2. RUJUKAN1. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.2. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric
Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych Products Press, 1994.
3. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 1999.
84
4. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1. Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
6. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.
85
V. KASUS SIMULASI KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI RIWAYAT GANGGUAN PSIKITARIK (DETAIL BIOGRAFI)
Kasus II
B, pria, usia 39 tahun, datang ke klinik pskiatrik ditemani oleh tantenya dengan
gejala-gejala merasa menyesal, sulit tidur, murung, mudah lelah, pesimis, sulit
konsentrasi dalam 1 bulan ini sehingga OS juga merasakan kehilangan minat
untuk beraktivitas dan lebih sering berdiam diri dirumah, juga merasa sedih
sehingga kadang-kadang menangis sendiri tanpa disadarinya serta memikirkan
lebih baik mati saja daripada harus menanggung beban dalam hidupnya. OS
memiliki riwayat selalu ceria, humoris, berpakaian selalu rapi, boros, dan sering
menanamkan uangnya ke saham perusahaan yang selalu rugi.
86
Lampiran 1
Formulir Anamnesis Komunikasi Dokter Pasien Mengenai Rriwayat Gangguan Psikiatrik (Detail Biografi) Blok Brain and Mind
Mahasiswa FK-USU Semester VI
KETERANGAN PRIBADI PASIEN2. Riwayat Prenatal
Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang sedang diderita si ibu).a. Kesehatan fisik :
.......................................b. Kesehatan mental : ................................
....................................... Keadaan melahirkan
Aterm ( ), lahir biasa ( ) (bila negatif sebutkan jenis tindakannya) ...........................OS anak yang direncanakan/diinginkan : ( )
3. Riwayat masa bayi dan kanak-kanak : Pertumbuhan fisik : baik, biasa, kurang
ASI/PASI : ( ) sampai usia ......Usia mulai bicara : ...... tahun ......bulanUsia mulai jalan : ...... tahun ...... bulanSukar makan ( ), anoreksia nervosa ( ), bulimia ( ), pika ( ), gangguan hubungan ibu-anak ( ), pola tidur baik ( ), cemas terhadap orang asing ( ), cemas perpisahan ( ), dan lain-lain.
Simtom-simtom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa kanak-kanak, misalnya : mengisap jari ( ), ngompol ( ), BAB di tempat tidur ( ), night teror ( ), temper tantrum ( ), gagap ( ), tik ( ), gigit kuku ( )
Toilet trainingUmur :..................Tingkah laku orang tua :..................Perasaan terhadap hal ini..................:
Kesehatan fisik masa kanak-kanak : demam tinggi disertai mengigau ( ), kejang-kejang ( ), demam berlangsung lama ( ), trauma kapitis disertai hilang kesadaran ( )
Kepribadian serta temparemen sewaktu anak-anak : pemalu ( ), gelisah ( ), overaktif ( ), menarik diri ( ), suka bergaul ( ), suka berolahraga ( ).
VI. LEMBAR PENGAMATAN ANAMNESIS KOMUNIKASI DOKTER PASIEN MENGENAI RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (DETAIL BIOGRAFI)
87
LANGKAH/TUGAS PENGAMATANYa Tidak
1. Menyapa penderita dengan ramah- memberi salam- mempersilahkan duduk- menggunakan komunikasi non verbal yang sesuai
(kontak mata, anggukan kepala, mimik muka) - menkondisikan suasana menyenangkan sehingga pasien tidak takut bercerita
- lakukan observasi. Ketika penderita masuk ruangan periksa cara berjalan, penampilan wajah, bentuk kepala, proporsi tubuh, pandangan mata, komunikasi,
cara bicara, interaksi dengan lingkungan, perilaku, dll2. Memperkenalkan diri dan berkenalan4. Menanyakan:
- riwayat dalam kandungan dan dilahirkan- riwayat masa bayi- riwayat masa kanak-kanak.
5. Menuliskan/merangkum data dalam status6. Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan penyebab
permasalahan sesuai dengan informasi yang diperoleh7. Mengucapkan salam dan terima kasih
Note : Ya = Mahasiswa melakukanTidak = Mahasiswa tidak melakukan
BMS2-SL9KETERAMPILAN KLINIK
88
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN MENGENAI GANGGUAN PSIKIATRIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT HUBUNGAN SOSIAL
I. PENDAHULUAN
Pada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan ketrampilan komunikasi dokter-pasien untuk gangguan psikiatrik yang berhubungan dengan riwayat hubungan sosial.
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu (menit)
Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa)Pemutaran film tentang anamnesis gangguan psikiatrik yang berhubungan dengan riwayat hubungan sosial
Narasumber
10 menit Demonstrasi oleh NarasumberInstruktur memperlihatkan tata cara komunikasi dokter-pasien pada gangguan pskiatrik yang berhubungan dengan riwayat hubungan sosial
Tahap I: ObservasiKetika seseorang masuk ruang periksa, perhatikan cara berjalan, penampilan wajah,bentuk kepala, proporsi tubuh, kontak mata, komunikasi, cara bicara, interaksi dengan lingkungan, perilaku dan lain-lain.
Tahap II : Menanyakan identitas pasien
Tahap III :Menanyakan riwayat masa bayi, kanak-kanak dan remaja, kepribadian sebelum sakit, masalah psikososial dan lingkungan hidup, riwayat hubungan sosial (pendidikan,pekerjaan,percintaan, perkawinan)
Narasumber
20-30 menit Setelah mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok terdiri dari 9 mahasiswa). Tiap kelompok kecil memiliki 1 instruktur.Coaching: Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian dengan dibimbing instruktur. Kepada mahasiswa diberikan 1 kasus simulasi. Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa
Instruktur, Mahasiswa
90 menit Self Practice: Mahasiswa melakukan anamnesis sendiri secara bergantian dengan fokus riwayat hubungan sosial dan gangguan psikiatrik yang berhubungan dengan riwayat hubungan sosial.
Mahasiswa
89
III. TUJUAN KEGIATAN
III.1. TUJUAN UMUMMelatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan ketrampilan anamnesis dengan menggunakan teknik komunikasi yang benar pada pasien.
III.2.TUJUAN KHUSUS1. Mahasiswa mengetahui kerangka anamnesis pada pasien psikiatrik2. Mahasiswa menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan3. Mahasiswa mampu menguraikan penyakit secara deskriptif dan
kronologis4. Mahasiswa mendapatkan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
penyakit dalam keluarga5. Mahasiswa mengetahui riwayat sewaktu dalam kandungan dan
dilahirkan, riwayat masa bayi, kanak-kanak dan remaja, kepribadian sebelum sakit, stressor psikososial, riwayat penyakit fisik yang berkaitan dengan gangguan kejiwaan, riwayat suicide, pengguanaan alkohol/napza, status mental, riwayat hubungan sosial (pendidikan,pekerjaan,percintaan, perkawinan)
IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1. PELAKSANAAN1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.3. Cara pelaksanaan kegiatan
Coaching: Mahasiswa melakukan anamnesis dengan dibimbing instruktur. Pasien simulasi diperankan bergantian oleh mahasiswa
Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamatSelf Practice: Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan anamnesis. Pada saat self practice instruktur mengamati peragaan mahasiswa dengan berpedoman pada checklist yang tersediapada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter maupun sebagai orangtua pasien/pasien
4. Waktu pelaksanaan- Setiap kegiatan Skills Lab dilaksanakan selama 150 menit- Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok Brain And Mind
5. Tempat Pelaksanaan :Ruang Skills Lab FK USU
6. Sarana yang diperlukan Pensil/Pulpen Formulir Anamnesis
7. Materi anamnesis: Penderita dengan gejala-gejala depresi ditinjau dari hubungan sosial
IV. 2. RUJUKAN i. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.ii. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric
Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych Products Press, 1994.
90
iii. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 1999.
iv. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1. Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
v. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
vi. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.
V. KASUS SIMULASI KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA GANGGUAN PSIKIATRIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN RIWAYAT HUBUNGAN SOSIAL
Kasus IIIC,pria 35 tahun, datang ke poliklinik pskiatrik ditemani oleh adiknya dengan gejala-gejala bicara sendiri, bingung dan marah-marah tanpa sebab. Gejala ini timbul sejak 5 hari yang lalu,setelah C yang awalnya menduduki posisi yang cukup penting di kantornya dan memiliki gaji besar secara tiba-tiba di PHK. Di kantornya C merupakan pegawai yang jujur namun selalu ditegur oleh atasannya karena kejujurannya, sehingga lebih banyak orang yang tidak menyukainya. C belum pernah mengalami gejala-gejala seperti ini sebelumnya
Lampiran 1
VI. Formulir Anamnesis Komunikasi Dokter-Pasien Pada Gangguan Psikiatrik Yang Berhubungan Dengan Riwayat Hubungan Sosial
91
a) Kepribadian serta temperamen sewaktu anak-anak : pemalu ( ),
gelisah ( ), overaktif ( ), menarik diri ( ), suka bergaul ( ), suka
berolahraga ( ), dan lain-lain.
b) Masa sekolah
Perihal S.D SMP SMA P.T
Umur ................ ................ ............ ..............
Prestasi* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Aktifitas sekolah* Baik Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap terhadap Baik Baik Baik Baik
teman* Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Sikap terhadap Baik Baik Baik Baik
guru* Sedang Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang Kurang
Kemampuan khusus ( ) ( ) ( ) ( )
Tingkah laku ( ) ( ) ( ) ( )
*) : coret yang tidak perlu
( ) : diisi ( + ) atau ( - )
c) Masa remaja : fobia ( ), masturbasi ( ), ngompol ( ), lari dari
rumah ( ), kenakalan remaja ( ), perokok berat ( ), penggunaan
obat terlarang ( ), peminum minuman keras ( ), problem berat
badan ( ), anoreksia nervosa ( ), bulimia ( ), depresi ( ), rasa
rendah diri ( ), cemas ( ), gangguan tidur ( ), sering sakit kepala
( ), dan lain - lain.
d) Riwayat pekerjaan : usia mulai bekerja ………….. tahun, kepuasan
kerja ( ), pindah – pindah kerja ( ), pekerjaan yang pernah
dilakukan…………………………………………………………………
keadaan ekonomi* : baik, sedang, atau kurang
konflik dalam pekerjaan : ( ), konflik dengan atasan ( ), konflik dengan bawahan ( ), konflik dengan kelompok ( ).
e) Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah tangga : usia
haid pertama ……… tahun, tanggapan tentang haid pertama sudah /
92
belum tahu* , usia hubungan seksual pertama kali sebelum
nikah…………tahun........................
Keterangan pribadi dari suami / isteri :
Nama :.............................. Umur :................................
Bangsa/ suku:............................ Agama :................................
Pendidikan :.............................. Pekerjaan :................................
Status sosial / ekonomi : tinggi, menengah, rendah*
Perkawinan didahului dengan pacaran ( ), kawin terpaksa ( ), kawin paksa ( ), perkawinan kurang disetujui orang tua ( ), kawin lari ( ), sekarang ini perkawinan yang ………… kali. Kepuasan seksual dalam hubungan suami- isteri : sering, sesekali , tak pernah*, kelainan hubungan seksual ( ).
Kehidupan rumah tangga : rukun ( ), problem rumah tangga ( ),
( bila ada jelaskan problem tersebut di halaman kiri )
Keuangan : kebutuhan sehari –hari terpenuhi ( )
pengeluaran dan pendapatan seimbang ( )
dapat menabung ( )
Mendidik anak : suami – isteri bersama – sama ( ),
isteri saja ( ), suami saja ( )
f) Situasi sosial saat ini :
1. Tempat tinggal : rumah sendiri ( ), rumah kontrak ( ), rumah orang tua ( ), serumah dengan mertua ( ), di asrama atau kompleks ( ), dan lain-lain.
2. Polusi lingkungan : bising ( ), kotor ( ), bau ( ), ramai ( ), dan lain-lain.
*) coret yang tidak perlu
g) Perihal anak - anak o.s meliputi
No Kelamin Umur Pendidikan Kepribadian** Kesehatan*** Sikap o.s.
Fisik Mental pada anak@
1. .......... ........ .............. ................ ........ ............ ............
2. .......... ........ .............. ................ ........ ............ ............3. .......... ........ .............. ................ ........ ............ ............
4. .......... ........ .............. ................ ........ ............ ............5. .......... ........ .............. ................ ........ ............ ............
6. .......... ........ .............. ................ ........ ............ ............7. .......... ........ .............. ................ ........ ............ ............
h. Kepribadian sebelumnya :………….
7. Stresor psikososial
93
Suatu peristiwa atau keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut harus mengatasi atau beradaptasi dengan keadaan tersebut dalam satu tahun terakhir
VI. LEMBAR PENGAMATAN KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN PADA RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRIK (RIWAYAT SOSIAL)
LANGKAH/TUGASPENGAMATAN
YA TIDAK
1.Menyapa pasien dengan ramah- Memberi salam- Mempersilahkan duduk- Menggunakan komunikasi non verbal yang sesuai
(Kontak mata, anggukan kepala, mimik muka) Mengkondisikan suasana yang menyenangkan sehingga pasien tidak segan dan takut bercerita
- Lakukan observasi ketika pasien masuk ruang periksa, cara berjalan, penampilan wajah, pandangan mata, komunikasi, cara bicara, interaksi dengan lingkungan, perilaku dan lain-lain
2. Memperkenalkan diri dan berkenalan3. Menanyakan identitas pasien dan menggali :
- riwayat masa anak & remaja - kepribadian sebelum sakit - masalah psikososial dan lingkungan hidup - riwayat pendidikan - riwayat pekerjaan - riwayat percintaan- riwayat perkawinan
(dengan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien)
4. Menuliskan/merangkum data dalam status5. Menjelaskan kemungkinan-kemungkinan penyebab
permasalahan sesuai dengan informasi yang diperoleh
6. Menjelaskan pemeriksaan yang harus dikerjakan (cara melakukannya dibahas dalam pertemuan berikutnya)
7. Mengucapkan salam dan terima kasih.
Note : Ya = Mahasiswa melakukanTidak = Mahasiswa tidak melakukan
BMS2-SL10KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN REFLEKS, TANDA NYERI RADIKULAR
94
I. PENDAHULUAN PEMERIKSAAN REFLEKS
Sebenarnya banyak refleks yang dapat dibangkitkan, tiap otot bila diketuk pada insersinya akan berkontraksi dan merupakan suatu refleks.Pada skills lab ini yang dilakukan hanya refleks yang lazim diperiksa pada pemeriksaa rutin.
Refleks fisiologis meliputi refleks biseps, refleks triseps, refleks brakhioradialis, refleks Patella/ KPR (knie pees reflex), refleks APR (achilles pees reflex). Refleks superfisial beruparefleks dinding perut. Refleks patologis melputi refleks Babinski, Chaddock, Gordon, Oppenheim, Gonda, Schaefer, Klonus patela, Klonus kaki, Hoffman Tromner.
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGISRefleks Biseps Kita pegang lengan pasien yang telah disemifleksikan sambil menempatkan ibu jari di atas tendon otot biseps. Ibu jari kemudian diketuk; hal ini akan mengakibatkan gerakan fleksi lengan bawah. Pusat refleks ini terletak di C5-C6.
Refleks Triseps Kita pegang lengan bawah pasien yang disemifleksikan, setelah itu diketuk pada tendon insersi m. triseps, yang berada sedikit si atas olekranon, hal ini akan mengakibatkan lengan bawah mengadakan gerakan ekstensi. Pusat refleksnya terletak di C6-C8.
Refleks Brakhioradialis Lengan bawah difleksikan serta dipronasikan sedikit, kemudian diketuk pada prosessus stiloideus radius, hal ini akan menimbulkan gerakan fleksi dan supinasi dari lengan bawah. Pusat refleksnya terletak di C5-C6.
Refleks Patella / KPRPada pemeriksaan refleks ini, tungkai difleksikan dan digantungkan, misalnya pada tepi tempat tidur. Kemudian diketuk pada tendon muskulus kuadriseps femoris, biasanya dibawah patella. Kuadriseps femoris akan berkontraksi dan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah. Lengkung refleks ini melalui L2, L3, L4.
Refleks APRTungkai bawah kita fleksikan sedikit, kemudian kita pegang kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki. Setelah itu, tendon Achilles diketuk, hal ini akan mengakibatkan berkontraksinya m. triseps sure dan memberi gerak plantar fleksi pada kaki. Lengkung refleks ini melalui S1-S2.
REFLEKS SUPERFISIALRefleks Dinding PerutRefleks ini dibangkitkan dengan jalan menggores dinding perut dengan benda yang agak runcing. Bila positif, maka m.rektus abdominis akanberkontraksi Refleks ini dilakukan pada berbagai lapangan dinding perut, yaitu di epigastrium (otot yang berkontraksi diinervasi oleh Th6, Th7), perut bagian atas (Th7, Th9), perut bagian tengah (Th9, Th11), perut bagian bawah (Th11, Th12 dan lumbal atas). Pada kontraksi otot, terlihat pusar bergerak ke arah otot yang berkontraksi.
REFLEKS PATOLOGIS
Refleks BabinskiPenderita disuruh berbaring dan istirahat dengan tungkai diluruskan. Kita pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya. Untuk merangsang refleks,
95
dapat digunakan benda yang agak runcing. Goresan harus dilakukan perlahan, jangan samapai mengakibatkan rasa nyeri, sebab ini akan menimbulkan refleks menarik kaki (flight reflex). Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari ke arah medial. Jika positif, kita dapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari – jari lainnya.
ChaddockRangsangan diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral maleolus. Respon yang timbul jika positif, sama dengan babinski.
GordonRangsangan diberikan dengan cara mencubit otot betis. Respon yang timbul jika positif, sama dengan babinski.
OppenheimMengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior dari proksimal ke arah distal. Respon yang timbul jika positif, sama dengan babinski.
Gonda Menekan jari kaki yang ke-4, kemudian melepaskannya dengan cepat. Respon yang timbul jika positif, sama dengan babinski.
SchaeferMencubit tendon achilles. Respon yang timbul jika positif, sama dengan babinski.
Klonus KakiKlonus ini dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot triseps sure betis. Pemeriksa menempatkan tangannya di telapak kaki penderita, kemudian telapak kaki ini didorong dengan cepat sehingga terjadi dorsofleksi sambil seterusnya diberi tahanan ringan. Hal ini akan mengakibatkan teregangnya otot betis. Bila positif, maka terlihat garakan ritmik (bolak – balik) dari kaki, yaitu berupa plantarfleksi dan dorso fleksi secara bergantian.
Klonus Patella Klonus ini dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot kuadriseps femoris. Kita pegang patella penderita, kemudian didorong secara tiba – tiba ke arah distal sambil diberikan tahanan ringan. Bila terdapatklonus, akan terlihat kontraksi ritmik otot kuadriseps yang mengakibatkan gerakan bolak – balik dari patella. Pada pemeriksaan ini tungkai harus diekstensikan serta dilemaskan.
Refleks Hoffman TromnerTangan penderita kita pegang pada pergelangan dan jari- jarinya disuruh fleksi ringan. Kemudian jari tengah penderita kita gores kuat dengan ibu jari kita. Bila positif, hal ini akan mengakibatkan fleksi jari telunjuk serta fleksi dan adduksi ibu jari. Kadang juga disertai fleksi jari – jari lainnya.
PEMERIKSAAN TANDA NYERI RADIKULARPemeriksaan ini meliputi Pemeriksaan Nafziger, Lhermitte, Laseque, Kernig
Pemeriksaan NafzigerPasien dalam posisi duduk. Pemeriksa menekan salah satu vena jugularis pasien. Jika positif pasien akan merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatom.
Pemeriksaan Lhermitte
96
Pasien dalam posisi duduk, pemeriksa berada di belakang pasien, kemudian kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kepala pasien. Fleksikan leher penderita dan berikan tahanan ringan dengan kedua tangan pemeriksa. Gerakan ini diikuti dengan merotasikan leher pasien kesemua arah. Jika positif pasien akan merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatom.
Pemeriksaan LasequePasien yang sedang berbaring, diekstensikan kedua tungkainya. Kemudian satu tungkai diangkat (difleksikan pada sendi panggul). Tungkai yang satu lagi tetap dalam keadaan ekstensi. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat, sebelum timbul nyeri. Dikatakan laseque positif, jika sebelum 70 derajat sudah timbul nyeri.
Pemeriksaan KernigPada pemeriksaan ini, penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai membuat sudut 900, sementara sendi lutut difleksikan maksimal. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Normalnya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 1350, antara tungkai bawah dan tungkai atas. Bila dirasakan nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda Kernig positif.
II. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu Aktifitas Belajar mengajar Keterangan
20 menit
10 menit
20 menit
90 menit
Introduksi pada kelas besar - Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan refleks,
tanda nyeri radikular (10 menit)- Pemutaran film tentang cara pemeriksaan refleks, tanda
nyeri radikular (5 menit)- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan dan film yang diputar (5 menit)
Demonstrasi pada kelas besar Narasumber memperlihatkan cara pemeriksaan secara bertahapTahap I : Persiapan AlatTahap II : Pemeriksaan refleks, tanda nyeri radikular
Coaching oleh instruktur:- Mahasiswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (1 kelompok
tdd 9 mahasiswa).- Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian (2-3 orang mahasiswa) dengan dibimbing oleh
instruktur.- Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama
mahasiswa
Self practice : Mahasiswa melakukan pemeriksan refleks, tanda nyeri radikular secara bergantian masing-masing selama 10 menit. Instruktur memberikan penilaian pada lembar pengamatan.
Narasumber
Narasumber
InstrukturMahasiswa
MahasiswaInstruktur
III. TUJUANKEGIATAN
97
Setelah mahasiwa mengikuti skills lab ini diharapakan dapat melakukan pemeriksaan refleks, tanda nyeri radikular yang merupakan pemeriksaan dasar yang sangat berguna untuk kepentingan diagnostik dalam ilmu penyakit saraf.
IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
IV.1. PELAKSANAAN1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.3. Cara pelaksanaan kegiatan:
3.1Demonstrasi:Instruktur melakukan demonstrasi pemeriksaaan refleks, tanda nyeri radikular, mahasiswa mengamati dan diberi kesempatan bertanya
3.2Digunakan alat - alat yang telah disediakan oleh pengelola skills lab3.3 Coaching: mahasiswa melakukan secara bergantian sambil dibimbing
oleh instruktur 3.4 Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat
3.5 Self practice: mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan refleks, tanda nyeri radikular secara mandiri
4. Waktu pelaksanaan 4.1.Setiap kegiatan skills lab dilaksanakan selam 150 menit
4.2.Disesuaikan dengan jadwal mahasiswa semester 6.5. Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab lantai 3.
VI. LEMBAR PENGAMATAN
LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN
PEMERIKSAAN REFLEKS YA TIDAK
1. Menyapa dan memberi salam kepada penderita
2. Mempersilahkan penderita duduk
3. Memberitahukan kepada penderita apa yang akan dilakukan
4. Mempersiapkan alat / bahan
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Biseps
1. Semifleksikan lengan pasien, sambil menempatkan ibu jari di atas tendon otot biseps
2. Ketuk ibu jari pemeriksa dengan menggunakan refleks hammer
3. Amati gerakan fleksi dari lengan bawah
Refleks Triseps
1. Semifleksikan lengan pasien, sambil memegang pergelangan tangan penderita dengan tangan kiri pemeriksa.
2. Ketuk pada tendon musc. triseps (yang berada sedikit di atas olekranon) dengan menggunakan refleks hammer
98
3. Amati gerakan ekstensi dari lengan bawah.
Refleks Brakhioradialis
1. Fleksikan dan pronasikan sedikit lengan bawah penderita
2. Ketuk pada prosessus stiloideus radius dengan menggunakan refleks hammer
3. Amati gerakan fleksi dan supinasi dari lengan bawah.
Refleks Patella/ KPR
1. Tungkai difleksikan sedikit pada sendi lutut dan sendi panggul dan tungkai bawah digantungkan, misalnya pada tepi tempat tidur.
2. Ketuk pada tendon muskulus kuadriseps femoris (sedikit di bawah patella) dengan menggunakan refleks hammer
3. Amati kontraksi kuadriseps femoris yang mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah.
Refleks APR
1. Fleksikan sedikit tungkai bawah
2. Pegang kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki
3. Ketuk tendon Achilles dangan menggunakan refleks hammer
4. Amati kontraksi m. triseps sure yang menimbulkan gerak plantar fleksi pada kaki.
Refleks Superfisial
Refleks Dinding Perut
1. Gores dinding perut dengan benda yang agak runcing, lakukan pada daerah epigastrium, perut bagian atas, perut bagian tengah, perut bagian bawah. (goresan dilakukan dari lateral ke medial)
2. Perhatikan kontraksi m.rektus abdominis (terlihat pusar bergerak ke arah otot yang berkontraksi
REFLEKS PATOLOGIS
Refleks Babinski
1. Penderita disuruh berbaring dan istirahat dengan kedua tungkai diluruskan.
2. Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki penderita supaya kaki tetap pada tempatnya.
3. Gores secara perlahan telapak kaki pasien dengan menggunakan benda yang agak runcing dari bagian lateral, mulai dari daerah tumit menuju pangkal jari ke arah medial.
4. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari – jari lainnya.
Chaddock
99
1. Goreskan bagian maleolus lateralis dari arah lateral ke arah medial sampai di bawah ibu jari.
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari – jari lainnya.
Gordon
1. Pijat otot betis
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari – jari lainnya.
Oppenheim
1. Urut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior dari proksimal ke arah distal.
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari – jari lainnya.
Gonda
1. Menekan (memfleksikan) jarikaki ke-4, lalu melepaskannya dengan cepat.
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari – jari lainnya.
Schaefer
1. Menjepit tendon achilles
2. Amati ada atau tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari – jari lainnya.
Klonus kaki
1. Tempatkan telapak tangan kanan pemeriksa di salah satu telapak kaki penderita. Tangan kiri pemeriksa men-semifleksikan sendi lutut penderita.
2. Dorong dengan cepat sehingga terjadi dorsofleksi, kemudian beri tahanan ringan
3. Perhatikan ada / tidak gerakan ritmik (bolak – balik) dari kaki, yaitu berupa plantarfleksi dan dorso fleksi secara bergantian.
Klonus Patella
1. Tungkai penderita harus dalam keadaan ekstensi serta rileks.
2. Pegang salah satu patella penderita
3. Dorong secara cepat ke arah distal sambil berikan tahanan ringan.
4. Perhatikan ada / tidak kontraksi ritmik otot kuadriseps yang mengakibatkan gerakan bolak – balik dari patella.
Refleks Hoffman Tromner
1. Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan tangan penderita dan jari- jarinya disuruh fleksi ringan.
100
2. Kemudian jari tengah penderita digores kuat dengan ibu jari pemeriksa.
3. Perhatikan ada / tidak fleksi jari telunjuk serta fleksi dan adduksi ibu jari. Kadang- kadang disertai juga fleksi jari – jari lainnya.
PEMERIKSAAN TANDA NYERI RADIKULAR
Pemeriksaan Naffziger
1. Pasien dalam posisi duduk.
2. Pemeriksa menekan salah satu vena jugularis pasien. Jika positif pasien akan merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatom.
Pemeriksaan Lhermitte
1. Pasien dalam posisi duduk, pemeriksa berada di belakang pasien.
2. Kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas kepala pasien.
3. Fleksikan leher penderita dan berikan tahanan ringan dengan kedua tangan pemeriksa.
4. Gerakan ini diikuti dengan merotasikan leher pasien kesemua arah. Jika positif pasien akan merasakan nyeri menjalar sepanjang dermatom.
Pemeriksaan Laseque
1. Pasien dalam posisi berbaring, kedua tungkai diekstensikan
2. Fleksikan salah satu tungkai pada sendi panggul, tungkai yang satu lagi tetap dalam keadaan ekstensi
3. Fleksikan sampai mencapai sudut 700 (pada keadaan normal hal ini dapat dilakukan. Laseque positif, jika sebelum 700 sudah timbul nyeri).
Pemeriksaan Kernig
1. Penderita dalam posisi berbaring, dengan kedua tungkai ekstensi.
2. Fleksikan salah satu sendi panggul sampai membuat sudut 900, sementara sendi lutut difleksikan maksimal.
3. Ekstensikan sendi lutut hingga mencapai 1350 antara tungkai bawah dan tungkai atas (normalnya hal ini dapat dilakukan. Kernig positif, jika sebelum 1350 terdapat nyeri).
Note : YA : Mahasiswa melakukanTIDAK: Mahasiswa tidak melakukan
BMS2-SL11KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
101
I. PENDAHULUAN
Pada skill lab ini mahasiswa dilatih untuk melakukan keterampilan
pemeriksaan status mental.
Pemeriksaan status mental secara garis besar terdiri atas :
1.Observasi
2.Percakapan
3. Ekplorasi
Pemeriksaan status mental terdiri dari :
1.Deskripsi Mendeskripsikan :
a.Penampilan pasien : bentuk tubuh, cara berpakaian, sikap tubuh, kebersihan
tubuh, ekspresi wajah
b. Aktivitas psikomotor : hipoaktif, normoaktif atau hiperaktif
c Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, non kooperatif, menggoda, penuh
perhatian, dll
2.Pembicaraan Mendeskripsikan pembicaraan pasien : isi, produktivitas, nada suara,
perbendaharaan kata, arus (flow )
3.Mood, afek dan emosi lainnya Mood : emosi yang meresap dan menetap, dialami secara subjektif dan
dilaporkan pasien dan dapat diamati oleh pemeriksa (pemeriksa menanyakan
bagaimana perasaan OS belakangan ini, bersamaan dengan melihat ekspresi
pasien)
Afek : ekspresi emosi yang dapat diamati, mungkin tidak konsisten dengan
emosi yang digambarkan pasien (pemeriksa mengamati wajah pasien, intonasi
suara)
Emosi : suatu keadaan perasaan yang kompleks dengan komponen psikik,
somatik dan perilaku sebagaimana dimanifestasikan oleh afek dan mood
4.PikiranGangguan pikiran terdiri dari :
a. Gangguan Umum Bentuk Pikiran: kemampuan menilai realitas baik atau ter
ganggu (tanda terganggu dijumpai waham atau halusinasi)
b. Gangguan Spesifik bentuk pikiran (mengobservasi kata-kata yang diucapkan
pasien)
neologisme :
102
circumstantiality :
tangentiality
dll ( baca di textbook)
c. Gangguan spesifik isi pikiran, antara lain : untuk menanyakan ada waham atau
tidak
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan
yang salah tentang kenyataan eksternal yang tidak sesuai dengan latar
belakang intelegensia dan budaya pasien yang tidak dapat dikoreksi dengan
alasan apapun
Contoh pertanyaan untuk menggali waham :
” Apakah kamu mempunyai kemampuan/ bakat yang orang lain tidak punya?”
waham kebesaran
5. Persepsi Gangguan persepsi antara lain terdiri dari :
Halusinasi : Persepsi sensoris yang salah yang tidak disertai stimulus
eksternal yang nyata
Pertanyaan dapat berupa : Pernahkah anda mendengar suara-suara yang
orang lain tidak pernah mendengar ? Seberapa sering anda mendengar
suara-suara tersebut ?
Ilusi :mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimulus eksternal
6.Sensorium a.Alertness ( compos mentis, apatis, somnolens, sopor, koma, delirium, twilight
state)
b.Orientasi
Orientasi terdiri dari personal,tempat, waktu, situasional
Dapat dilakukan dengan pertanyaan :
Tempat : ”Dimana kita berada sekarang ?”
Waktu : hari, tanggal, bulan, tahun sekarang
Personal :” Siapa nama yang menemani kamu datang berobat?”
”Apakah kamu tahu siapa yang memeriksa kamu saat ini ? ”
c.Konsentrasi
Menilai konsentrasi :
Mulai dari 100 dikurangi 7, kurangi lagi 7( sampai 5 kali pengurangan 7)
d.Daya ingat
Menilai daya ingat jangka panjang ( kejadian yang terjadi lebih
” Dimana anda menjalani pendidikan sekolah dasar ?”
103
Menilai daya ingat jangka sedang ( kejadian yang terjadi beberapa bulan
sampai beberapa tahun)
”Kapan terjadinya gempa tsunami di Aceh ?”
Menilai daya ingat jangka pendek
” Apa yang anda makan saat sarapan tadi pagi ?”
Dengan mengulang 3 nama benda setelah beberapa menit
Menilai daya ingat segera : dengan mengulang 5-digit angka segera setelah
diucapkan pemeriksa
e.Pengetahuan umum (siapa 3 nama presiden yang pernah menjabat di
Indonesia)
f.Berpikir abstrak: apa arti besar pasak dari tiang atau apa persamaan jeruk
dan apel
7. Insight :tingkat kesadaran dan pemahaman terhadap penyakit
Insight terbagi atas 6 tingkatan :
Derajat 1 :menyangkal dirinya sakit
Derajat 2 : menyadari dirinya sakit tapi pada saat bersamaan juga menyangkal
Derajat 3: sadar dirinya sakit, menyalahkan orang lain atau kondisi medik
organik
Derajat 4:sadar dirinya sakit sehubungan dengan sebab yang tidak
diketahuinya
Derajat 5: intellectual insight: meyadari bahwa pasien sakit dan gejala atau
kegagalan dalam penyesuaian sosial akibat perasaan irasional atau gangguan
pasien tanpa menerapkan pengetahuan ini dimasa depan
Derajat 6 : true emotional insight: kesadaran emosional bahwa motivasi dan
perasaan pasien dan orang-orang yang penting dalam kehidupannya, yang
menyebabkan perubahan yang mendasar dalam perilakunya
Contoh :
”Apa yang menyebabkan anda datang ke rumah sakit atau klinik ini?”
”Apakah kamu memerlukan pengobatan?”
”Apakah kemu memiliki gangguan psikiatrik?”
8. Judgment Judgement sosial : dengan menanyakan manifestasi perilaku yang merugikan
pasien dan perilaku yang tidak dapat diterima kebudayaan
Contoh pertanyaan :
”Apa yang kamu lakukan jika kamu ingin bertemu ayah kamu yang sedang
rapat?”
104
Tes judgement : dengan menanyakan prediksi pasien pada suatu situasi
imajiner
Contoh pertanyaan :
” Apa yang anda lakukan jika menemukan dompet berisi uang dan kartu
identitas di tengah jalan ?”
9. Pengendalian impuls: observasi pasien selama wawancara apakah sabar
atau ada memaki, memukul atau menangis, mau bunuh diri
II.RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu (menit)
Aktivitas Belajar Mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar (terdiri dari 45 mahasiswa)Pemutaran film tentang keterampilan pemeriksaan status mental
Nara sumber
10 menit Demonstrasi oleh NarasumberNarasumber memperlihatkan tata cara pemeriksaan status mentalTahap I : observasiKetika penderita masuk ruang Mendeskripsi kan penampilan pasien:bentuk tubuh,cara berpakaian, sikap, kebersihan, kuku, rambut, ekspresi muka
Tahap II : menanyakan identitas pasien
Tahap III : Mendeskripsikan pembicaraan pasien : kuantitas, kecepatan, produktivitas dan kualitas,- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan mood, afek, pikiran, persepsi,sensorium, insight dan judgemen.
Narasumber
30 menit Coaching : mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian dengan dibimbing oleh instruktur. Kepada mahasiswa diberikan satu kasus simulasi. Pasien simulasi akan diperankan oleh sesama mahasiswa
Instruktur, Mahasiswa
90 menit Self practice : mahasiswa melakukan anamnesis secara bergantian dengan fokus pada pemeriksaan status mental sehingga total waktu yang dibutuhkan ± 90 menit (tergantung jumlah mahasiswa)
Mahasiswa
III. TUJUAN KEGIATANIII.1 TUJUAN UMUM
105
Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan dalam
melakukan pemeriksaan status mental.
III. 2 TUJUAN KHUSUS1. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan status mental pasien
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pembicaraan pasien : kuantitas,
kecepatan, produktivitas dan kualitas,.
3. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan mood, afek, pikiran,
persepsi,sensorium, insight dan judgement.
IV. PEDOMAN INSTRUKTUR
1. Mahasiswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 9 orang.
2. Diskusi dipimpin oleh seorang instruktur yang telah ditetapkan oleh
koordinator.
3. Cara pelaksanaan kegiatan :
3.1 Coaching : mahasiswa melakukan pemeriksaan status mental. Pasien
simulasi bergantian diperankan oleh mahasiswa.
Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat.
Self practice : setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan
pemeriksaan status mental. Pada saat self practice instruktur mengamati
peragaan mahasiswa dengan berpedoman kepada checklist yang ada.
Pada pelaksanaan, mahasiswa bergantian bertindak sebagai dokter maupun
penderita
V. WAKTU PELAKSANAAN- Setiap kegiatan skills lab dilakukan selama 150 menit
- Disesuaikan dengan jadwal skills lab blok brain and mind
Tempat pelaksanaan
Ruang skills lab FK USU lantai 3
VI. SARANA YANG DIPERLUKAN - Pensil/Pulpen
VII. RUJUKAN :1. Shea SC. Wawancara Psikiatri: Seni Pemahaman (Edisi Terjemahan).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.2. Zimmerman M. Interview Guide for Evaluating DSM-IV Psychiatric
Disorders and the Mental Status Examination. East Greenwich: Psych Products Press, 1994.
3. Carlat DJ. The Psychiatric Interview. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 1999.
4. Othmer O, Othmer SC. The Clinical Interview Using DSM-IV. Vol 1. Washington, DC: American Psychiatric Press, Inc, 1994.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007.
106
6. Othmer E, Othmer SC, Othmer JP. Psychiatric Interview, History, and Mental Status Examination. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-8. Vol I. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005. h. 794-827.
7. Kay SR. Positive and Negative Syndromes in Schizophrenia. New York :Brunner/Mazel. 1991
VIII.KASUS SIMULASI PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Kasus VSeorang laki-laki, E, usia 35 tahun, datang ke klinik pskiatrik ditemani oleh adiknya dengan keluhan sering mendengar suara-suara orang yang mengejeknya namun bila dilihat orang-orang yang berbicara tersebut tidak ada. OS juga selalu berpikir bahwa selalu ada orang yang mengikutinya. Keluhan ini dialami OS 6 bulan ini, sehingga OS sudah tidak bekerja dan tidak mau bergaul lagi.
IX. LEMBAR PENGAMATAN PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
LANGKAH/ TUGAS PENGAMATAN Ya Tidak
1. Deskripsi Umum a. Mendeskripsi kan penampilan pasien: b. Mendeskripsikan aktivitas psikomotor : c. Mendeskripsikan sikap terhadap pemeriksa : 2.Pembicaraan Mendeskripsikan pembicaraan pasien : isi, produktivitas, nada suara, perbendaharaan kata, dan arus3. Mood , afek dan emosi lainnya a.Menyatakan mood yang dialami pasien b.Menyatakan afek yang dialami pasien, menilai
kesesuaian4. Pikiran - Mengobservasi gangguan bentuk pikiran pasien secara umum dan spesifik - Menanyakan gangguan spesifik isi pikiran pasien 5. Persepsi Menanyakan gangguan persepsi yang dialami pasien6. Sensorium
a Mengobservasi alertnessb. Menanyakan orientasi : c. menguji konsentrasid. Menguji daya ingat (memory)
- Menguji daya ingat jangka panjang - Menguji daya ingat jangka sedang - Menguji daya ingat jangka pendek - Menguji i daya ingat segera
e. Menguji pengetahuan umumf. Menguji pikiran abstrak
7. MengeksplorasiInsight
107
8. Judgement - Menanyakan judgement social - Menanyakan manifestasi perilaku yang merugikan pasien dan perilaku yang tidak dapat diterima kebudayaan; apakah pasien mengerti perilakunya tersebut . - Menilai tes judgement . - Menanyakan prediksi pasien pada suatu situasi imajiner9. Pengendalian Impuls Observasi tingkah laku pasien dan laporan keluarga
Note : Ya = Mahasiswa melakukanTidak = Mahasiswa tidak melakukan
108