modul ii neuropsikiatri (2)

47
Laporan Kelompok Tutorial MODUL II NEUROPSIKIATRI “MENGAMUK” Disusun Oleh : KELOMPOK III Tutor : dr. Sonny T.Lisal, Sp.KJ Pendamping : dr. Tedy Amirudin PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH MAKASSAR

Upload: audyah-p-machzar

Post on 27-Nov-2015

88 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

MODUL NEUROLOGI

TRANSCRIPT

Page 1: Modul II Neuropsikiatri (2)

Laporan Kelompok Tutorial

MODUL II NEUROPSIKIATRI

“MENGAMUK”

Disusun Oleh :

KELOMPOK III

Tutor : dr. Sonny T.Lisal, Sp.KJ

Pendamping : dr. Tedy Amirudin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH MAKASSAR

2010

Page 2: Modul II Neuropsikiatri (2)

NAMA-NAMA KELOMPOK III

ELIM JUSRI 10542 0073 09

AKBAR HASYIM 10542 0061 09

M.GATRA PRATAMA 10542 0099 09

RUHAMA PURWA ANANDA 10542 0119 09

AMALIA MUSTARI 10542 0062 09

AUDIYAH PUTRI MASCAR 10542 0150 09

CICHI AMALIA 10542 0071 09

A.AYU RATNASARI 10542 0057 09

A.NURUL WAASIU 10542 0065 09

A.RIRIN YANI SIDIK 10542 0063 09

AYU PUSPITA SARI 10542 0069 09

Page 3: Modul II Neuropsikiatri (2)

MODUL 2

MENGAMUK

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran modul ini, mahasiswa diharapkan dapat

menjelaskan tentang defenisi, klasifikasi, patomekanisme, etiologi, gambaran klinik,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikiatrik, pemeriksaan penunjang, menyimpulkan

diagnosis, serta cara penanganan pasien dengan gejala mengamuk.

SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mengikuti proses pembelajaran modul ini, mahasiswa diharapkan dapat

menjelaskan :

1. Defenisi mengamuk

2. Klasifikasi mengamuk

3. Patofisiologi timbulnya gejala mengamuk

4. Bagian-bagian otak yang terlibat dalam terjadinya mengamuk

5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis

pasien dengan gejala mengamuk

6. Menjelaskan bagaimana menegakkan diagnosis mengamuk

7. Menjelaskan bagaimana penatalaksaan berbagai macam-macam pasien mengamuk

8. Menjelaskan prognosis dari macam gangguan dengan gejala mengamuk

9. Mengetahui dan menjelaskan efek samping penggunaan obat-obatan mengamuk

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Diskusi kelompok yang diarahkan oleh tutor

2. Diskusi kelompok mandiri tanpa tutor

3. Konsultasi pada narasumber yang ahli (pakar) pada permasalahan dimaksud untuk

memperoleh pengertian yang lebih mendalam

4. Kuliah khusus dalam kelas

5. Aktivitas pembelajaran individual di perpustakan dengan menggunakan buku ajar,

majalah, slide, tape atau video dan internet

Page 4: Modul II Neuropsikiatri (2)

SKENARIO II

Seorang wanita 23 tahun datang keruang gawat darurat dengan keluhan

mengamuk,berteriak-teriak,melompat-lompat,dan tidak bisa tidur sejak +2 minggu

sebelum dibawa ke rumah sakit.Hal ini dialami stelah dia melihat pacarnya berpelukan

dengan wanita lain.Pada pemeriksaan tampak seorang wanita berkulit putih memakai

daster batik,gelisah,berbicara terus menerus dan berteriak memaki-maki pacarnya tanpa

terkendali.Psikomotor hiperaktif,ekspresi perasaan melambung,pembicaraan

cepat.Terdapat halusinasi visual dan ide-ide kebesaran.,

SKENARIO 5 (ETIK)

Abdul, seorang juru parkir datang ke dokter Ayu dengan keluhan adanya kutil di telapak

kakinya. Sang dokter memeriksa kutil tersebut dengan cara menekannya menggunakan

pinset sehingga Abdul kesakitan, lalu menuliskan resep obat oles selama 2 minggu. Abdul

lalu menjalankan segala nasehat dokter, namun kutil itu tak juga hilang. Saat ia kembali

berkonsultasi, dokter Ayu menyatakan bahwa Abdul belum menjalankan pengobatan

dengan benar dan ia menyarankan operasi pengangkatan kutil. Abdul menolak saran itu

dan keluar dari kamar praktek dengan roman tidak puas.

Page 5: Modul II Neuropsikiatri (2)

PEMBAHASAN MODUL II

“MENGAMUK”

KATA-KATA SULIT

Mengamuk

Suatu keadaan peningkatan aktifitas mental dan motorik seseorang sedemikian rupa

sehingga sukar dikendalikan.

Psikomotor Hiperaktif

Aktifitas yang berlebihan disebabkan gangguan sel saraf motoris.

Perasaan Melambung

Suatu keadaan yang menghantarkan suatu perasaan yang selalu menyenangkan

(euforia)

Halusinasi Visual

Mempersepsikan suatu stimulus panca indra penglihatan walaupun sebenarnya

stimulus tersebut tidak ada.

Ide-ide kebesaran

Suatu keadaan dimana seseorang mempunyai ide-ide akan sesuatu yang

besar/suatu hal namun dia tidak memilikinya.

KATA KUNCI

Wanita 23 tahun

Keluhan Mengamuk

Berteriak-teriak

Melompat-lompat

Tidak bisa tidur sejak 2 minggu sebelum ke RS

Melihat pacarnya berpelukan dengan wanita lain

Gelisah

Berbicara terus menerus

Berteriak memaki-maki pacarnya terus-menerus

Psikomotor hiperaktif

Ekspresi perasaan melambung

Page 6: Modul II Neuropsikiatri (2)

Pembicaraan cepat

Halusinasi visual dan ide-ide kebesaran

PERTANYAAN

1. Sebutkan anatomi,fisiologi,biokimia, dan histologi sistem saraf pusat ?

2. Sebutkan defenisi mengamuk ?

3. Sebutkan patofisiologi timbulnya gejala mengamuk ?

4. Sebutkan klasifikasi dan difrensial diagnosis pada pasien dengan gejala

mengamuk ?

5. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan

diagnosis pasien dengan gejala mengamuk ?

6. Diagnosis apa yang ada pada skenario ?

7. Bagaimana gambaran klinisnya ?

8. Sebutkan faktor resikonya ?

9. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit pada skenario ?

10.Bagaimana penatalaksanaannya ?

11.Bagaiman prognosis dari penyakit tersebut ?

12. Kaidah Dasar Bioetik apa yang ada pada skenario 5, jelaskan ?

PENDAHULUAN

Page 7: Modul II Neuropsikiatri (2)

1. Sebutkan anatomi,fisiologi,biokimia, dan histologi sistem saraf pusat ?

Anatomi Sistem Limbik

Sistem Limbik:

Sistem limbik berperan dalam mengatur tingkah laku, emosi, dan motivasi. Struktur

utama dari sistem ini adalah hipotalamus, dengan struktur di sekitarnya. Hipotalamus

sendiri memiliki berbagai fungsi selain sebagai pengatur tingkah laku. Fungsi lainnya

yaitu fungsi vegetatif dan endokrin. Perangsangan atau kerusakan pada hipotalamus

dapat menyebabkan gangguan emosi dan tingkah laku. Perangsangan pada daerah-

daerah di bawah ini dapat menyebabkan pengaruh terhadap tingkah laku:

Perangsangan pada bagian lateral hipotalamus: menyebabkan rasa marah dan

tingkah laku agresif.

Perangsangan pada daerah nukleus ventromedial dan daerah sekitarnya:

menyebabkan rasa tenang.

Perangsangan pada daerah nukleus paraventrikularis (di sekitar ventrikel tertius):

menyebabkan rasa marah dan rasa bersalah.

Perangsangan sebagian besar daerah anterior dan posterior hipotalamus:

menyebabkan rangsangan seksual.

Page 8: Modul II Neuropsikiatri (2)

Kerusakan pada daerah-daerah tersebut di atas dapat menyebabkan pengaruh yang

berlawanan dengan akibat perangsangan daerah-daerah tersebut.

Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh,

homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan cairan,

keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain. Otak

terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan

melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik

yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan

keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut

neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai

sinapsis.

Biokimia

Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang

ada antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin. Fungsi masing

masing neurotransmiter dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 2.2 Neurotransmitter Pada Sistem Saraf Pusat (Sumber: Mary C Towsend,

1996)

Neurotransmiter Lokasi/Fungsi Implikasinya pada penyakit Jiwa

Kolinergik :

Asetil kolin

Sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis, terminal saraf presinapsis parasimpatik, terminal postsinapsis

Sistem saraf pusat : korteks serebral hipokampus, struktur limbik, basal ganglia

Fungsi : tidur, bangun persepsi nyeri , pergerakan memori

Meningkatkan derajat depresi

Menurunkan derajat penyakit alzeimer, korea hutington, penyakit parkinson.

Monoamin

1. Norepinefrin Sistem syaraf otonom terminal saraf post sinapsis simpatis.

Menurunkan derajat depresi

Meningkatkan

Page 9: Modul II Neuropsikiatri (2)

2. Dopamin

3. Serotonin

4. Histamin

Sistem saraf pusat: talamus, sistem limbik, hipokampus, serebelum, korteks serebri.

Fungsi pernafasan, pikiran, persepsi, daya penggerak, fungsi kardiovaskuler, tidur dan bangun.

Frontal korteks, sistem limbik, basal ganglia, talamus, hipofisis posterior, medula spinalis

Fungsi: pergerakan dan koordinasi, emosional, penilaian, pelepasan prolaktin

Hipotalamus, talamus, sistem limbik, korteks serebral, serebelum, medula spinalis

Fungsi : tidur, bangun, libido, nafsu makan, perasaan, agresi persepsi nyeri, koordinasi dan penilaian Hipotalamus

derajat mania, keadaan kecemasan, skizofrenia.

Menurunkan derajat penyakit parkinson dan depresi

Meningkatkan derajat mania dan skizofrenia

Menurunkan derajat depresi

Meningkatkan derajat kecemasan

Menurunkan derajat depresi

Page 10: Modul II Neuropsikiatri (2)

Asam amino

1. GABA(gamma

Amino butyric acid)

2. Glisin

3.Glutamat dan aspartat

Hipotalamus, hipocampus, korteks, serebelum, basal ganglia, medula spinalis, retina

Fungsi kemunduran aktivitas tubuh

Medula spinalis, batang otak

Fungsi: menghambat motor neuron berulang

Sel-sel piramid/kerucut dari korteks, serebelum dan sistem sensori aferen primer, hipocampus, talamus, hipotalamus, medula spinalis

Fungsi: menilai informasi sensori, mengatur berbagai motor dan reflek spinal

Menurunkan derajat korea huntington, gangguan ansietas, skizofrenia, dan berbagai jenis epilepsi.

Derajat toksik/keracunan “glycine encephalopaty”

Menurunkan tingkat derajat yang berhubungan dengan gerakan motor spastik

Page 11: Modul II Neuropsikiatri (2)

Neuropeptida

1.Endorfin dan

enkefalin

2.Substansi P

3. Somatostatin

Hipotalamus , talamus, struktur limbik dan batang otak, enkedalin juga ditemukan pada traktus gastrointestinal

Fungsi modulasi (mengatur) nyeri dan mengurangi peristaltik (enkefalin)

Hipotalamus struktur limbik otak tengah, batang otak, talamus, basal ganglia, dan medula spinalis, juga ditemukan pada traktus gastrointestinal dan kelenjar saliva

Fungsi: pengaturan nyeri

Korteks serebral, hipokampus, talamus, basal ganglia, batang otak, medula spinalis

Fungsi: menghambat pelepasan norepinefrin, merangsang pelepasan serotonin, dopamin dan asetil kolin

Modulasi aktivitas dopamin oleh opiod peptida dapat menumpukkan berbagai ikatan terhadap gejala skizofrenia

Menurunkan derajat korea hutington

Menurunkan derajat penyakit alzeimer

Meningkatkan derajat korea hutington

Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuron-

neuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio

striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi.(Guyton,1997: 714).

Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa

area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara

Page 12: Modul II Neuropsikiatri (2)

serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur

garis tengah (midline).(Guyton,1997: 932)

Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari rafe medial batang otak dan

berproyeksi disebahagian besar daerah otak, khususnya yang menuju radiks dorsalis

medula spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja sebagai bahan penghambat

jaras rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerjanya di daerah sistem syaraf yang lebih

tinggi diduga untuk membantu pengaturan kehendak seseorang, bahkan mungkin juga

menyebabkan tidur (Guyton 1997: 714).

Serotonin berasal dari dekarboksilasi triptofan, merupakan vasokontriksi kuat dan

perangsang kontraksi otak polos. Produksi serotonin sangat meningkat pada karsinoid

ganas penyakit yang ditandai sel-sel tumor penghasil serotonin yang tersebar luas didalam

jaringan argentafin rongga abdomen (Martin,David .1987:364)

Sistem respons fisiologik pada stress akut dan kronik, terdapat respon fight and

flight dimana berperan hormon epinefrin, norepinefrin dan dopamin, respon terhadap

ancaman meliputi penyesuaian perpaduan banyak proses kompleks dalam organ-organ

vital seperti otak, sistem kardiovaskular, otot, hati dan terlihat sedikit pada organ kulit,

gastrointestinal dan jaringan limfoid. (Martin, David, 1987:625)

Sistem norepinefrn dan sistem serotonin normalnya menimbulkan dorongan bagi

sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman,

menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik, dorongan seksual yang

sesuai, dan keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu banyak akan menyebabkan

serangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah kenyataan bahwa pusat-pusat

reward dan punishment di otak pada hipotalamus dan daerah sekitarnya menerima

sejumlah besar ujung-ujung saraf dari sistem norepinefrin dan serotonin (Guyton

1997:954)

Kalau menyimak apa yang Allah firmankan dalam Al-Quran, QS 96:15-16. Ke

bbtahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik

ubun-ubunnya (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Ubun ubun

disini adalah bagian frontal otak, dimana menjadi pusat perilaku manusia, aspek

moralistas manusia, seperti cerita diatas ketika terjadi kerusakan pada frontal Gage, ia

mengalami kelainan afek, perilaku, menjadi kasar, dan kehilangan aspek moralitas.

Page 13: Modul II Neuropsikiatri (2)

FISIOLOGI

Bagian limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di amygdala dan

hippocampus berfungsi mengatur emosi manusia dan memori emosi, menunjukan seorang

penderita epilepsi yang mendapat terapi operasi otak dengan diangkatnya amigdala dan

hypocampus memperlihatkan gejala hiperseks dan rakus setelah operasi.

Istilah Limbik berarti perbatasan aslinya limbik digunakan untuk menjelaskan

struktur tepi sekeliling regio basal serebrum, dan pada perkembangan selanjutnya

diperluas artinya keseluruh lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan

dorongan motivasional.

Bagian utama sistem limbik adalah hipotalamus dengan struktur berkaitan, selain

mengatur prilaku emosional juga mengatur kondisi internal tubuh seperti suhu tubuh,

osmolalitas cairan tubuh, dan dorongan untuk makan dan minum serta mengatur berat

badan Fungsi internal ini secara bersama-sama disebut fungsi vegetatif otak yang

berkaitan erat pengaturannya dengan perilaku.

Bagaimana kerja Hipotalamus dan sistem limbik, dalam Guyton diterangkan

Fungsi Perilaku dari Hipotalamus dan Sistem Limbik (Guyton, 1997:937)

1. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan timbulnya rasa

haus dan nafsu makan tapi juga besarnya aktivitas emosi binatang seperti timbulnya

rasa marah yang hebat dan keinginan berkelahi.

2. Perasangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila dirangsang

menimbulkan rasa kenyang dan menurunkan nafsu makan dan binatang menjadi

tenang.

3. Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler yang terletak sangat

berdekatan dengan ventrikel ketiga (atau bila disertai dengan perangsangan pada area

kelabu dibagian tengah mesensefalon yang merupakan kelanjutan dari bagian

hipotalamus biasanya berhubungan dengan rasa takut dan reaksi terhukum.

4. Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa area hipotalamus.

Khususnya pada sebagian besar bagian anterior dan posterion hipotalamus.

Page 14: Modul II Neuropsikiatri (2)

HISTOLOGI

Histologi sel-sel neuron

Struktur sel neuron terdiri dari badan sel (perikaryon) dan juluran

sitoplasma (dendrite dan akson). Pembagian sel neuron menurut banyaknya

juluran yaitu :neuron unipoler (pseudounipoler), neuron bipolar dan neuron

multipoler. Sedangkan berdasarkan lokalisasi terdiri dari ganglion spinalis,

ganglion cochlearis (ganglion vestibularis dalam retina, dan mukosa olfaktorius).

Mikroskopik sel neuron terdiri dari perikaryon (badan sel), akson dan dendrite.

Inti dalam badan sel terletak di tengah sel. Bentuk speris, besar, kromatin halus.

Gambar 1.5 Histology Sel Saraf

Page 15: Modul II Neuropsikiatri (2)

2. Sebutkan defenisi mengamuk ?

Mengamuk atau gaduh gelisah adalah suatu keadaan peningkatan aktifitas mental dan

motorik seseorang sedemikian rupa sehingga sukar dikendalikan dan merupakan salah

satu yang tak terpisahkan dari emosi. Dimana ekspresi meledak akibat emosi tidak

terkontrol, sehingga tidak stabil pada kesan dirinya, suasana hatinya, perilakunya yang

akhirnya menunjukkan marah yang hebat.mengamuk juga merupakan keadaan

aktivitas seseorang sedemikian rupa yang sukar dikendalikan akibat gangguan

psikomotorik.

3. Sebutkan patofisiologi timbulnya gejala mengamuk ?

Proses terjadinya gaduh gelisah atau mengamuk sampai saat ini belum diketahui.

Diduga ini mempunyai dasar biologik, psikososial

Biologik

Gejala mengamuk ini diduga berhubungan dengan lesi pada korteks prefrontal dan

stimulasi nucleus amigdala dari sistem limbic. Selain itu juga berkaitan dengan

peningkatan hormone androgen dan norepinefrin didalam cairan serebrospinal serta

penurunan kadar serotonin dan gamma amino butyric acid (GABA) dalam cairan

serebrospinal.

Psikososial

Perilaku mengamuk sukar diprediksi dan dapat terjadi pada setiap orang, namun ada kelompok

tertentu memiliki resiko yang lebih tinggi, yaitu :

- Pria berusia 15 – 25 tahun

- Orang kota

- Kulit hitam

- Pengguna alcohol

- Mengalami kekerasan fisik masa kanak-kanak

Page 16: Modul II Neuropsikiatri (2)

4. Sebutkan klasifikasi dan difrensial diagnosis pada pasien dengan gejala

mengamuk ?

a. Gangguan mental organik :

- Delirium

Gambaran Klinik

1. Gangguan kesadaran dan perhatian (kesadaran menurun, berkabut, perhatian

tidak terarah)

2. Gangguan fungsi kognitif secara menyeluruh (disorientasi, hendaya daya

ingat segera)

3. Gangguan psikomotor (Hipo/hiperaktif, bicara banyak atau kurang)

4. Gangguan siklus tidur - bangun yang berubah atau terbalik dari biasanya

(siang mengantuk, malam terjaga).

5. Gangguan emosional : depresi, cemas, marah, euforia, apati, hilang akal.

6. Onset biasanya cepat, perjalanan penyakit hilang timbul sepanjang hari.

7. Berlangsung kurang dari 6 bulan

- Intoksikasi /sindro putus zat/obat psikoaktif

- Tumor otak

- Gangguan kepribadian organik

Gambaran Klinik

1. Riwayat dan hasil pemeriksaan menunjukkan adanya penyakit, kerusakan

atau disfungsi otak.

2. Disertai dua atau lebih dari hal berikut :

a. Penurunan kemampuan mempertahankan aktivitas bertujuan untuk waktu

yang lama dan penundaan kepuasan.

b. perubahan perilaku emosional

c. Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan

konsekwensi atau kelaziman sosial.

d. Gangguan proses pikir

e. Perubahan kecepatan arus bicara

f. Perubahan perilaku seksual

Page 17: Modul II Neuropsikiatri (2)

b. Gangguan psikotik fungsional :

- Skizofrenia paranoid

Gambaran Klinik

Gejala-gejala paranoid yang paling umum :

(a) Waham-waham kejaran, rujukan (reference), merasa dirinya tinggi (exalted

birth), misi khusus, perubahan tubuh atau kecemburuan;.

(b) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau

halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),

mendengung (humming), atau bunyi tawa (Laughing);

(c) Halusinasi pembauan atau pengecapan, atau bersifat seksual, atau lain-lain

perasaan tubuh ; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol

- Skizofrenia karatonik/furor katatonik

Gambaran Klinik

1. Stupor (amat berkurang reaktivitas terhadaplingkungan dan dalam gerakan

serta aktivitas spontan) atau mutisme;

2. Kegelisahan (aktivitas motor yang tampak tak bertujuan, yang tak

dupengaruhi oleh stimuli eksternal);

3. Berpose (secara sukarela mengambil dan mempertahankan sikap tubuh

tertentu yang tidak wajar atau “bizarre”);

4. Negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap semua

instruksi atau upaya untuk digerakkan, atau bergerak kearah berlawanan);

5. Rigiditas (rigidity : mempertahankan sikap tubuh yang kaku melawan upaya

untuk memnggerakkannya);

6. Fleksibilitas serea (“waxy flexibility” : mempertahankan posisi anggota

gerak dan tubuh yang dilakukan dari luar;

7. Gejala-gejala lain seperti otomatis terhadap perintah (command

automatisme ; ketaatan secarra otomatis terhadap perintah), dan perseverasi

kata-kata serta kalimat.

Page 18: Modul II Neuropsikiatri (2)

- Gangguan afektif bipolar

Gambaran klinik

Gambaran Emosi :

1. Mood meningkat, euforia

2. Emosi Labil

3. Perubahan sementara yg cepat menjadi depresi akut

4. Irritabilitas,toleransi terhadap frustasi rendah

5. Menuntut dan egosentris.

Gambaran Kognitif

1. Harga diri meningkat, grandiositas.

2. Bicara cepat dan membanjir (logorrhea)

3. Desakan pembicaraan (pressure of speech)

4. Lompat gagasan (flight of ideas)

5. Kadang-kadang inkoherensi

6. Daya nilai buruk, disorganisasi

7. Waham dan halusinasi.

- Gangguan paranoid

- Gangguan Psikotik akut termasuk psikosis pasca persalinan (post partum)

c.Gangguan kepribadian

- Gangguan kepribadian Antisosial

- Gangguan kepribadian Emosional tak stabil

- Gangguan kepribadian Paranoid

Ditandai oleh paling sedikit tiga hal berikut :

1. Kepekaan yang berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.

2. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk

memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil.

3. Kecurigaan dan kecenderungan pervasif untuk menyalah artikan tindakan

orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau

penghinaan

4. Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik tentang hak

pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Page 19: Modul II Neuropsikiatri (2)

5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari

pasangannya

6. Kecendrungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang

dinyatakan dalam sikap menyangkut diri yang menetap.

7. Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap dirinya

maupun dunia pada umumnya tanpa bukti.

d. Masalah situasional

- Perselisihan keluarga termasuk pencederaan anak

- Perselisihan antar individu

- Panik homoseksual

- Keadaan disosiatif (misalnya kesurupan)

Gambaran klinik

1. Tiba-tiba kehilangan ingatan yang berhubungan dengan maksud tertentu,

2. Perjalanan tanpa tujuan dan kebingungan,

3. Kehilangan ingatan yang menyeluruh untuk kehidupan masa lalu tanpa

kehilangan kesadaran.

4. Assumsi tampak normal,

5. Disorietasi dapat terjadi.

5. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan

diagnosis pasien dengan gejala mengamuk ?

a. Pemeriksaan laboratorium --------- Darah rutin dan Urinalisa (tidak ada yang

spesifik)

b. Pemeriksaan psikologik :

1. Test Rorschach

2. Thematic Apperception Test (TAT)

3. Bender Gestalt

4. Draw – A – Person

5. Minnesota Multiphasic Persomnality Inventory (MMPI)

Page 20: Modul II Neuropsikiatri (2)

c. Pemeriksaan radiologi

- CT Scan

- Brain Mapping

- PET

6. Diagnosis apa yang ada pada skenario ?

Setelah dilakukannya diagnosis banding pada skenario didapatkan diagnosisnya

adalah Gangguan afektif bipolar.

Dimana kondisi umum yang dijumpai, dan diantara gangguan mental

menempati posisi kedua terbanyak sebagai penyebab ketidak mampuan/disabilitas.

Depresi bipolar sama pada kelompok pria dan wanita dengan angka kejadian sekitar 5

per 1000 orang. Penderita depresi bipolar dapat mengalami bunuh diri 15 kali lebih

banya dibandingkan dengan penduduk umum. Bunuh diri pertama-tama sering terjadi

ketika tekanan pada pekerjaan, studi, tekanan emosional dalam keluarga terjadi pada

tingkat yang paling berat. Pada risiko bunuh diri dapat meningkat selama menopause.

Kebanyakan pasien dengan gangguan afektif bipolar secara potensial dengan terapi

yang optimal dapat kembali fungsi yang normal. Dengan pengobatan yang kurang

optimal hasilnya kurang baik dan dapat kambuh untuk melakukan bunuh diri lagi.

Data menunjukkan bahwa pengobatan sering kurang optimal. Studi longitudinal

bahwa pasien dengan kecenderungan bunuh diri pada kasus dengan afektif bipolar

50% dapat dikurangi dengan terapi maintenance/pemeliharaan dan terapi depresi yang

tepat.

Page 21: Modul II Neuropsikiatri (2)

Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu

gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada

suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini

didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah

tinggi yang tidak terkendali) dan depresi.

7. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit pada skenario ?

Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat

senang dan gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknya. Dua kutub mood tinggi

dan rendah, saling bergantian. Di antara episode peralihan mood ini bisa saja orang

megalami mood yang normal. Bisa dikatakan bahwa insiden gangguan bipolar tidak

tinggi antara 0,3-1,5 persen. Tapi angka tersebut belum termasuk yang misdiagnosis.

Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar dan itu lebih karena mereka

mengambil jalan pintas.

Penyebab gangguan ini, tidak diketahui secara pasti. Faktor genetika, dan

faktor psikososial. Para peneliti pun mengatakan bahwa terjadi disregulasi heterogen

dari neurotransmitter atau zat kimia di otak.

Faktor genetika dinilai melalui suatu mekanisme gen yang kompleks,

sedangkan peristiwa-peristiwa kehidupan dan stres lingkungan merupakan faktor

psikososial yang sering mendahului episode pertama dari gangguan bipolar tersebut.

Episode pertama bisa timbul mulai dari mata kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan

kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang

menderita bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering

kambuh. Sementara anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke

dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif

defisit atensi.

Orang yang berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang

mempunyai anggota keluarga mengidap penyakit bipolar. Gejala manik biasanya

ditandai dengan perasaan gembira yang berlebihan, seperti perubahan mendadak dari

perasaan gembira menjadi tiba-tiba marah, keresahan, tutur kata cepat dan konsentrasi

kurang, energi yang meningkat dan keinginan tidur kurang, dorongan seksualitas

tinggi, cenderung membuat rencana besar dan sulit dicapai, cenderung kurang dalam

Page 22: Modul II Neuropsikiatri (2)

memberikan penilaian terhadap sesuatu, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan

impulsivitas meningkat.

Sedangkan gejala depresi biasanya ditunjukkan dengan kesedihan, kehilangan

energi, perasaan putus asa atau tak berarti, hilangnya kegembiraan terhadap hal yang

belum dirasa menyenangkan, sulit berkonsentrasi, menangis tak terkendali, sulit

mengambil keputusan, lekas marah, insomnia, perubahan nafsu makan, berfikir dan

mencoba untuk melakukan bunuh diri. Gangguan bipolar ini juga bisa terjadi pada

laki-laki maupun perempuan. Perempuan dengan gangguan bipolar mengalami

peralihan mood yangn lebih cepat.

Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar

dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari

kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah

diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22.

Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi

21) berisiko rendah menderita gangguan bipolar. Sejak ditemukannya beberapa obat

yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan

neurotransmiter dengan gangguan bipolar. Neurotransmiter tersebut adalah

dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan

neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine

oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-Ometiltransferase (COMT), dan

serotonin transporter (5HTT). Penelitian terbaru menemukan gen lain yang

berhubungan dengan penyakit ini yaitu gen yang mengekspresi brain derived

neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin yang berperan dalam

regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan perlindungan neuron otak. BDNF

diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada

kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF

dengan gangguan bipolar dan hasilnya positif. Kelainan pada otak juga dianggap

dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat perbedaan gambaran otak antara

kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance

imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah

substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual.

Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan

volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala

Page 23: Modul II Neuropsikiatri (2)

dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi

(mood dan afek). Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin

berkurang pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit

menghasilkan membran myelin yang membungkus akson sehingga mampu

mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang,

maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.

8. Bagaimana gambaran klinisnya ?

Diagnosis dari BP I ditegakkan dengan setidaknya

terdapat episode manic paling tidak dengan durasi 1

minggu yang mengindikasikan penderita untuk

dirawat inap atau kelainan lain yang signifikan dalam

fungsi okupasi dan sosial. Episode manic bukan

disebabkan oleh penyakit medis lain atau

penyalahgunaan zat. Kriteria ini berdasarkan

spesifikasi dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition,

Text Revision (DSM-IV-TR).

Episode manic ditandai oleh gejala-gejala berikut ini :

•   Setidaknya terdapat 1 minggu gangguan mood yang dalam, yang ditandai dengan

suasana perasaan yang meningkat (elasi), mudah marah (iritabel), atau adanya

keinginan untuk keluar rumah.

•    Gejala lain yang menyertai antara lain (paling tidak 3 atau lebih): Perasaan

kebesaran; gangguan tidur; nada suara yang tinggi dan bicara berlebihan; flight of ideas;

menghilangkan bukti kekacauan pikiran; meningkatnya tingkat fokus kerja di rumah,

tempat kerja atau seksual; meningkatnya aktivitas yang menyenangkan dan bahkan

yang memiliki konsekuensi menyakitkan.

•   Gangguan mood cukup untuk membuat kerusakan di tempat kerja, membahayakan

pasien atau orang lain.

•   Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau

karena gangguan medis lain.

Episode hipomanic ditandai oleh gejala-gejala berikut :

Page 24: Modul II Neuropsikiatri (2)

•  Penderita mengalami suasana perasaan yang meningkat (elasi), adanya keinginan

untuk keluar rumah, atau mudah marah (iritabel) setidaknya selama 4 hari.

•   Paling tidak terdapat 3 atau lebih gejala-gejala berikut ini : Perasaan kebesaran atau

mengagumi diri sendiri; gangguan tidur; nada suara tinggi; flight of ideas;

menghilangkan bukti kekacauan pikiran; agitasi psikomotor di rumah, tempat kerja atau

seksual; mulai melakukan aktivitas dengan resiko tinggi terhadap konsekuensi yang

menyakitkan.

•   Gangguan mood tampak oleh orang lain.

•   Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau

karena gangguan medis lain.

Episode depresif ditandai dengan gejala-gejala berikut :

•   Karena sebab yang sama selama 2 minggu, dengan paling tidak terdapat gejala

perasaan depresi atau ditandai dengan kehilangan kesenangan atau perhatian,

setidaknya pada seseorang terdapat 5 atau lebih gejala berikut ini : Perasaan

depresi/tertekan; penurunan perasaan senang dan minat pada hampir semua aktivitas;

penurunan berat badan yang signifikan dan selera; hipersomnia atau insomnia; retardasi

psikomotor atau agitasi; kehilangan energi atau kelemahan; penurunan daya

konsentrasi; preokupasi dengan kematian atau bunuh diri, penderita memiliki rencana

untuk bunuh diri atau telah melakukan bunuh diri tersebut.

• Gejala-gejala tersebut menyebabkan kerusakan dan distress.

•   Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau

karena gangguan medis lain.

Episode campuran ditandai dengan gejala-gejala berikut ini :

•    Pada penderita harus terdapat kedua kriteria baik manic maupun depresi, dengan

gejala depresi hanya terjadi selama 1 minggu.

•   Gangguan mood mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi sosial dan kerja.

•   Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat atau

karena gangguan medis lain.

Page 25: Modul II Neuropsikiatri (2)

9. Sebutkan faktor resikonya ?

1. RasTidak ada kelompok ras tertentu yang memiliki predileksi kecenderungan terjadinya

gangguan ini. Namun, berdasarkan sejarah kejadian yang ada, para klinisi

menyatakan bahwa kecenderungan tersering dari gangguan ini terjadi pada populasi

Afrika-Amerika.

2. Jenis Kelamin

Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun rapid-cycling

bipolar disorder (gangguan bipolar dengan 4 atau lebih episode dalam setahun) lebih

sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Insiden BP II lebih tinggi pada wanita

daripada pria.

3. Usia

Usia individu yang mengalami gangguan bipolar ini bervariasi cukup besar. Rentang

usia dari keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak hingga 50 tahun, dengan

perkiraan rata-rata usia 21 tahun. Kasus ini terbanyak pada usia 15 – 19 tahun, dan

rentang usia terbanyak kedua adalah pada usia 20 – 24 tahun. Sebagian penderita

yang didiagnosa dengan depresi hebat berulang mungkin saja juga mengalami

gangguan bipolar dan baru berkembang mengalami episode manic yang pertama saat

usia mereka lebih dari 50 tahun. Mereka mungkin memiliki riwayat keluarga yang

juga menderita gangguan bipolar. Sebagian besar penderita dengan onset manic pada

usia lebih dari 50 tahun harus dilakukan penelusuran terhadap adanya gangguan

neurologis seperti penyakit serebrovaskular. Gangguan bipolar juga dipengaruhi

oleh beberapa faktor, meliputi genetik, biokimiawi, psikodinamik dan lingkungan.

4. Genetik

Gangguan bipolar, terutama BP I, memiliki komponen genetik utama. Bukti yang

mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari gangguan bipolar terdapat

beberapa bentuk, antara lain :

•   Hubungan keluarga inti dengan orang yang menderita BP I diperkirakan 7 kali

lebih sering mengalami BP I dibandingkan populasi umum. Perlu digaris-bawahi,

keturunan dari orang tua yang menderita gangguan bipolar memiliki

kemungkinan 50 % menderita gangguan psikiatrik lain.

•   Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan hubungan 33 – 90 % menderita

BP I dari saudara kembar yang identik.

Page 26: Modul II Neuropsikiatri (2)

•  Penelitian pada keluarga adopsi, membuktikan bahwa lingkungan umum bukanlah

satu-satunya faktor yang membuat gangguan bipolar terjadi dalam keluarga. Anak

dengan hubungan biologis pada orang tua yang menderita BP I atau gangguan

depresif hebat memiliki resiko yang lebih tinggi dari perkembangan gangguan

afektif, bahkan meskipun mereka bertempat tinggal dan dibesarkan oleh orang tua

yang mengadopsi dan tidak menderita gangguan.

•  Cardno dan kawan-kawan di London menunjukkan bahwa skizofrenia,

skizoafektif, dan sindrom manic berbagi faktor resiko genetik dan genetik yang

bertanggung jawab terhadap gangguan skizoafektif seluruhnya secara umum

juga terdapat pada dua sindrom yang lain tadi. Penemuan ini menimbulkan

dugaan suatu genetik tersendiri bertanggungjawab pada psikosis berbagi dengan

gangguan mood dan skizofrenia. Tsuang dan kawan-kawan mengindikasikan

adanya kontribusi genetik pada MDI dengan gambaran psikotik, serta

menunjukkan adanya hubungan antara skizofrenia dan gangguan bipolar.

•   Studi tentang ekspresi gen juga menunjukkan orang dengan gangguan bipolar,

depresif berat, dan skizofrenia mengalami penurunan yang sama dalam ekspresi

dari gen hubungan oligodendrosit-myelin dan abnormalitas substansia nigra

pada bermacam daerah otak.

5. Biokimiawi

•  Multipel jalur biokimiawi mungkin berperan pada gangguan bipolar, hal ini yang

menyebabkan sulitnya mendeteksi suatu abnormalitas tertentu.

•  Beberapa neurotransmitter berhubungan dengan gangguan ini, sebagian besar

didasrkan pada respon pasien terhadap agen-agen psikoaktif.

•  Sejumlah bukti menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara glutamat dengan

gangguan bipolar dan depresi berat. Studi postmortem dari lobus frontal dengan

kedua gangguan menunjukkan peningkatan level glutamat.

•  Obat tekanan darah reserpin, yang menghabiskan/mendeplesikan katekolamin

pada saraf terminal telah tercatat menyebabkan depresi. Ini berpedoman pada

hipotesis katekolamin yang berpegang pada peningkatan epinefrin dan norepinefrin

menyebabkan manic dan penurunan epinefrin dan norepinefrin menyebabkan

depresi.

Page 27: Modul II Neuropsikiatri (2)

• Obat-obatan seperti kokain, yang juga bekerja pada sistem neurotransmitter ini

mengeksaserbasi terjadinya manic. Agen lain yang dapat mengeksaserbasi manic

termasuk L-dopa, yang menginhibisi reuptake dopamin dan serotonin.

•  Gangguan dan ketidakseimbangan hormonal dari aksis hipotalamus-pituitari-

adrenal, menggangu homeostasis dan menimbulkan respon stres yang juga berperan

pada gambaran klinis gangguan bipolar.

•  Antidepresan trisiklik dapat memicu terjadinya manic.

6. Psikodinamik

•  Banyak praktisi melihat dinamika MDI sebagai suatu hal yang berhubungan

melalui suatu jalur.

•  Mereka melihat depresi sebagai manifestasi dari suatu kehilangan, contohnya

hilangnya pegertian terhadap diri dan adanya perasaan harga diri rendah. Oleh

karena itu, manik timbul sebagai mekanisme defens dalam melawan rasa depresi

(Melanie Klein)

7. Lingkungan

•   Pada beberapa kejadian, suatu siklus hidup mungkin berkaitan langsung dengan

stres eksternal atau tekanan eksternal yang dapat memperburuk berulangnya

gangguan pada beberapa kasus yang memang sudah memiliki predisposisi genetik

atau biokimiawi.

•  Kehamilan merupakan stres tertentu bagi wanita dengan riwayat MDI dan

meningkatkan kemungkinan psikosis postpartum. Contoh lain, oleh karena sifat

pekerjaan, beberapa orang memiliki periode permintaan yang tinggi diikuti periode

kebutuhan yang sedikit. Hal ini didapati pada seorang petani, dimana ia akan sangat

sibuk pada musim semi, panas, dan gugur, namun selama musim dingin akan relatif

inaktif kecuali membersihkan salju, sehingga ia akan tampak manic pada hampir

sepanjang tahun dan tenang selama musim dingin. Hal ini menunjukkan lingkungan

juga dapat berpengaruh terhadap keadaan psikiatri seseorang.

Page 28: Modul II Neuropsikiatri (2)

10. Bagaimana penatalaksanaannya ?

Terapi

Terapi Farmakologi

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami

penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik,

agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal meningkat penggunaannya

untuk kedua hal yaitu manic akut dan mood stabilization. Rentang yang luas dari

antidepresan dan ECT digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat).

Selanjutnya, suatu medikasi lain dipilih untuk terapi pemeliharaan/maintenance dan

pencegahan.

Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan obat mood stabilizer,

penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode manic dan depresi.

Medikasi ini bekerja menstabilkan mood penderita sesuai namanya, juga menstabilakn

manic dan depresi yang ekstrim. Antipsikosis atipikal kini juga sering digunakan untuk

menstabilkan manic akut, bahkan untuk mengobati beberapa kasus depresi bipolar

untukmenstabilkan mood, seperti ziprasidone, quetiapine, risperidone, aripiprazole and

olanzapine. Berdasarkan konsensus yang sekarang, pengobatan yang paling efektif

untuk manic akut adalah kombinasi dari generasi kedua antipsikosis dan medikasi mood

stabilizing. Tabel berikut menunjukkan FDA-approved bipolar treatment regimens.

 

Tabel FDA- Approved Bipolar Treatment Regimens

Nama Generik Nama DagangManic Mixed Maintenance Depresi

Valproate Depakote XCarbamazepine extended release Equestro X XLamotrigine Lamictal XLithium X XAripiprazole Abilify X X XZiprasidone Geodon X XRisperidone Risperdal X XQuetiapine Seroquel X XChlorpromazine Thorazine XOlanzapine Zyprexa X X XOlanzapine/fluoxetine Combination Symbyax X

(Tabel dari Medscape)

Page 29: Modul II Neuropsikiatri (2)

Terapi Non Farmakologi

- Konsultasi

Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila

penderita tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi.

- Diet

Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada

diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam,

karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan

menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan

kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas.

- Aktivitas

Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik.

Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang

reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini

berlebihan dengan peningkatan perspirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan

menyebabkan toksisitas litium.

- Edukasi Penderita

Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi penderita awal dan

lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun

juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Lagipula, fakta menunjukkan

peningkatan dari tujuan edukasi ini, tidak hanya meningkatkan ketahanan dan

pengetahuan mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.

•   Pertama, penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini

mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat.

•   Kedua, memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terkait

apresiasi tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan terhadap adanya

perubahan memudahkan langkah-langkah pencegahan yang baik.

•   Kelompok pengobatan yang adekuat tinggal suatu bagian yang penting dari

perawatan dan edukasi.

•   Edukasi juga harus memperhatikan bahaya dari stresor. Membantu identifikasi

individu dan bekerja dengan stresor yang ada menyediakan aspek kritis penderita dan

kewaspadaan keluarga.

•   Akhirnya, informasikan kepada penderita tentang kekambuhan dalam konteks

gangguan.

Page 30: Modul II Neuropsikiatri (2)

•    Cerita-cerita tentang individu membantu penderita dan keluarga, terutama cerita

tentang individu dengan MDI dapat membantu penderita untuk berusaha menghadapi

tantangan dari perspektif lain.

11.Bagaiman prognosis dari penyakit tersebut ?

Pasien dengan gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk. Di dalam 2 tahun

pertama setelah peristiwa awal, 40-50% tentang pasien mengalami serangan manik lain.

Hanya 50-60% pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi gejalanya dengan

lithium. 7% pasien ini, gejala tidak terulang. 45% Persen pasien mengalami lebih dari

sekali kekambuhan dan lebih dari 40% mempunyai suatu gejala yang menetap.

Faktor yang memperburuk prognosis :9

- Riwayat pekerjaan yang buruk/kemiskinan

- Disertai dengan penyalahgunaan alkohol

- Disertai dengan gejala psikotik

- Gejala depresi lebih menonjol

- Jenis kelamin laki-laki

Prognosis lebih baik bila :9

- Masih dalam episode manik

- Usia lanjut

- Sedikit pemikiran bunuh diri

- Tanpa atau minimal gejala psikotik

- Sedikit masalah kesehatan medis

Penderita dengan BP I lebih buruk daripada penderita depresi berat. Dalam 2 tahun

pertama setelah episode awal, 40 – 50 % penderita mengalami serangan manic lain.

•  Hanya 50 – 60 % penderita BP I dapat dikontrol dengan litium terhadap gejalanya.

Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45 % penderita

mengalami episode berulang, dan 40 % mengalami gangguan yang menetap.

•   Seringkali perputaran episode depresif dan manic berhubungan dengan usia.

•   Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain : Riwayat

kerja yang buruk; penyalahgunaan alkohol; gambaran psikotik; gambaran depresif

diantara episode manic dan depresi; adanya bukti keadaan depresif, jenis kelamin

laki-laki.

Page 31: Modul II Neuropsikiatri (2)

•    Indikator prognosis yang baik adalah sebagai berikut : fase manic (dalam durasi

pendek); Onset terjadi pada usia yang lanjut; pemikiran untuk bunuh diri yang rendah;

gambaran psikotik yang rendah; masalah kesehatan (organik) yang rendah.

12. Kaidah Dasar Bioetik apa yang ada pada skenario 5, jelaskan ?

Kaidah Dasar Bioetik

A. Beneficence

Prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan

pasien atau penyediaan keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan tersebut

dengan risiko dan biaya.

B. Nonmaleficence

Adalah prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang

melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai

“primum non nocere” atau “above all do no harm”.

C. Autonomy

Prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self -determination) dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin Informed consent.

gi wibawa teman sejawat kita di mata pasien.

D. Justice

Adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice) atau

pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara adil.

PRIMA FACIE PADA SKENARIO :

Beneficence

Pada skenario dokter sudah melakukan tindakan beneficence dimana dokter sudah

berusaha meminimalisasi kemungkinan buruk yang akan terjadi terlihat pada saat

Page 32: Modul II Neuropsikiatri (2)

dokter memberikan resep obat oles selama 2 minggu dan dokter juga menyarangkan

operasi pengangkatan kutil.

Autonomy

Pada saat dokter melakukan pemeriksaan, dokter tersebut tidak melakukan komunikasi

yang baik terhadap pasien dalam artian informed consent tidak dilakukan secara

maksimal sehingga pasien menolak saran dari dokter dan keluar dari ruang dokter

dengan roman yang tidak puas.

Justice dan non-maleficence (tidak terkandung dalam skenario)

Page 33: Modul II Neuropsikiatri (2)

DAFTAR PUSTAKA

Atlas Anatomi Sobotta ed:22 .Penerbit : ECG

Maslim,dr.rusdi.2003.Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-

III.Jakarta : Bag.Ilmu kedokteran jiwa FK-Unika Atmajaya.

Kaplan,Harold dan Benjamin J.Sadock.1998.Ilmu Kedokteran Jiwa

Darurat.Jakarta:Widya medika.

Maramis,W.F.2005.Catatan Ilmu Kedokteran

Jiwa.Surabaya:Airlangga University Press

Masjoer,Arif DKK.2000.kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media

Aesculapius.

Dorland, W.A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, E/29

(terjemahan Indonesia). Jakarta: EGC.

Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi edisi Kedua. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Mardjono, Mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian

Rakyat.

Pengantar Bioetika, hukum kedokteran dan Hak Asasi Manusia.

Nasrudin A. Mappaware. FK UMI

www.medicastore.com

Slide Dosen Pengampuh Kuliah Neuropsikiatri