metode kuadrat

29
METODE KUADRAT Disusun oleh : Nama : Andrian Putra Bahari B1J008018 Maman B1J008021 Daud Dwi Prasetya W B1J008022 Saniyatun Mar’atus Solihah B1J008024 Handini Widiyanti B1J008028 Kelompok : 8 Asisten : Anggi Angraeni LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

Upload: ahmadali252577

Post on 01-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: METODE KUADRAT

METODE KUADRAT

Disusun oleh :

Nama : Andrian Putra Bahari B1J008018Maman B1J008021Daud Dwi Prasetya W B1J008022Saniyatun Mar’atus Solihah B1J008024Handini Widiyanti B1J008028

Kelompok : 8 Asisten : Anggi Angraeni

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2011

Page 2: METODE KUADRAT

I. PENDAHULUAN

Analisis vegetasi yang dilakukan pada area luas tertentu umumnya berbentuk

segi empat, bujur sangkar, atau lingkaran serta titik-titik. Vegetasi tingkat pohon,

tiang, dan sapihan untuk mengalisisnya digunakan metode kuadrat antara lain

lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Adapun untuk tingkat semai serta

tumbuhan yang rapat digunakan petak contoh titik atau bentuk kuadrat untuk

tumbuhan yang tidak rapat. Variasi ukuran petak contoh tergantung pada

homogenitas vegetasi yang ada (Fachrul, 2007).

Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika

digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot

dan metode kuarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan

pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat. Metode kuadrat, petak contoh

dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu.

Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas

minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan

terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Sistem Analisis

dengan metode kuadrat: Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu

populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerapatan ditentukan berdasarkan

penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi

ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area

sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya

dalam persen (%) (Surasana, 1990).

Menurut Fachrul (2007), tujuan sampling aspek vegetasi pada ekosistem

alami ataupun pada ekosistem yang sudah terganggu, pada umumnya adalah untuk

melakukan identifikasi jenis potensial atau untuk mengetahui besarnya mengetahui

tingkat kerusakan vegetasi dan perubahan komunitas yang terjadi di sekitar industri

yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Pemantauan bertujuan untuk melihat adanya

kerusakan fisik tumbuhan berupa kerusakan daun atau pucuk tumbuhan. Perhitungan

dan analisis data yang di ambil secara langsung di lapangan meliputi komposisi,

struktur, dan jenis vegetasi, nilai INP (Indeks Nilai Penting), H (Indeks

Keanekaragaman Jenis), IS (Indeks Kesamaan Komunitas). Adapun pada tingkat

kerusakan vegetasi serta perubahan komunitasnya dapat ditunjukan dengan :

Page 3: METODE KUADRAT

1. Perubahan dominansi tumbuhan

2. Perubahan indeks keragaman

3. Perubahan indeks kesamaan jenis tumbuhan

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai

relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif,

dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai

Penting = Kr + Dr + Fr. Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara

harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu

untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan

disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang

terkecil. Dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat

digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).

Menurut Harun (1993), bahwa metode kuadran adalah metode analisa

vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel uniknya. Ukuran

yang digunakan yaitu untuk semak dan pohon digunakan kuadran diameter anti

meter. Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis

tumbuhan di dalam area kuadran. Beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan

batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan

berdasarkan criteria tertentu (kelas kerapatan). Kerimbunan, ditentukan berdasarkan

penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam penentuan

kerapatan dijabarkan dalam bentuk kerapatan, maka untuk kerimbunannya pun lebih

baik dipergunakan kelas kerimbunan.

Frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan dijumpai

dalam sejumlah area cuplikan (n), dibandingkan dengan seluruh atau seluruh

cuplikan yang dibuat (N), biasanya dalam %. Nilai penting harga ini didapatkan

berdasarkan penjumlahan dari relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur

(kerapatan relatif, kerimbunan relatif dan frekuensi relatif). Harga relatif ini dapat

dicari dengan perbandingan antar harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis

terhadap nilai total dari variabel untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%.

Jenis-jenis tumbuhan dalam tabel disusun berdasarkan harga nilai penting ini yang

biasanya dari harga tumbuhan yang besar harga nilai pentingnya dapat dipergunakan

untuk menentukan penanaman bentuk vegetasi tadi (Rahardjanto, 2001).

Page 4: METODE KUADRAT

Menurut Fachrul (2007), kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai

ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 10 m2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel

dapat persegi, persegi panjang, atau lingkaran. Metode kuadrat ada beberapa jenis :

1. Count/list count quadrat

Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada, beberapa

batang dari masing-masing spesies didalam petak. Jadi, merupakan suatu

daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.

2. Cover quadrat (basal area kuadrat)

Untuk mengetahui penutupan relatif, yaitu presentase tanah yang tertutup

vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan

relatif) yang diperlukan tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di

suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area

dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon

dapat dengan mengukur diameter pohon dengan tinggi 1,375 meter (setinggi

dada).

3. Chart quadrat

Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut pantograf. Metode ini

terutama berguna dalam memproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan

menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat

yang digunakan adalah pantograf dan planimeter.

Page 5: METODE KUADRAT

Petak I Petak X

II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis-jenis rerumputan

yang ada disekitar lingkungan Fakultas Biologi yang berada pada petakan berukuran

(1 x 1) m2.

Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah tali raffia, meteran, patok kayu

atau bambu, alat tulis dan label.

B. Metode

1. Membuat petak dengan ukuran 1 m2 dengan menggunakan tali rafia.

2. Petak diletakkan pada sampel kemudian hitung jumlah dan jenis spesies yang

terdapat pada petak tersebut.

3. Pengambilan sampel dilakukan 5 x secara random (acak) .

4. Membuat tabel metode kuadrat.

Gambar Metode kuadrat (5 petak= 5 kali ulangan)

1m 1m

1m 1m

Page 6: METODE KUADRAT

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Metode kuadrat

SpesiesUlangan

1 2 3 4 5

A Cyperus kyllingia 43 12 39 22 15

B Axonopus compressus 56 - 27 18 -

C Phyllanthus urinaria 12 8 - 8 -

D Commelina diffusa 23 - - - -

E Centella asiatica 37 - - - -

F Croton hirtus 6 - - 21 -

G Elephantophus scraber 2 - - 6 -

H Cyperus sanguinolentus 24 54 45 72 89

I Echinochloa colonum - 34 - - -

J Blumea lacera - - 3 - -

K Eleutheranthera ruderalis - - 7 - -

L Tectona grandis - - - 1 -

M Ageratum conyzoides - - - 11 -

N Oxalis barrelieri - - - 7 -

O Hydrocotyle sibthorpioides - - - 30 53

P Alternanthera sessilis - - - 28 -

Q Coleus sp. - - - - 3

1. Perhitungan Kerapatan :

a. Kerapatan masing-masing spesies

Kerapatan = ∑ individu suatu jenis

Luas seluruh petak yang dibuat

Kerapatan spesies A

KA = 43+12+39+22+15

5KA =

1315

KA = 26.2

Kerapatan spesies B

Page 7: METODE KUADRAT

KB = 56+27+18

5

KB = 101

5

KB = 20.2

Kerapatan spesies C

KC = 12+8+8

5

KC = 5.6

Kerapatan spesies D

KD = 235

=4.6

Kerapatan spesies E

KE = 375

=7.4

Kerapatan spesies F

KF = 275

=5.4

Kerapatan spesies G

KG = 85=1.6

Kerapatan spesies H

KH = 24+54+45+72+89

5=56.8

Kerapatan spesies I

K I = 345

=6.8

Kerapatan spesies J

K J = 35=0.6

Kerapatan spesies K

KK = 75=1.4

Kerapatan spesies L

KL = 15=0.2

Kerapatan spesies M

Page 8: METODE KUADRAT

KM = 115

=2.2

Kerapatan spesies N

KN = 75=1.4

Kerapatan spesies O

KO = 30+53

5=16.6

Kerapatan spesies P

KP = 285

=5.6

Kerapatan spesies Q

KQ = 35=0.6

b. Perhitungan Kerapatan Relatif

Kerapatan Relatif= Kerapatan suatu jenis

∑ Kerapatan semua jenisx100 %

Jumlah kerapatan semua jenis = 163.2

K relatif A= 26.2163.2

x100 %=16.05 %

K relatif B= 20.2163.2

x 100 %=12.4 %

K relatif C= 5.6163.2

x 100 %=3.43 %

K relatif D= 4.6163.2

x100 %=2.82 %

K relatif E= 7.4163.2

x100 %=4.53 %

K relatif F= 5.4163.2

x 100 %=3.3 %

K relatif G= 1.6163.2

x100 %=0.98 %

K relatif H = 56.8163.2

x100 %=34.8 %

K relatif I= 6.8163.2

x 100 %=4.2 %

K relatif J= 0.6163.2

x100 %=0.37 %

Page 9: METODE KUADRAT

K relatif K= 1.4163.2

x100 %=0.86 %

K relatif M = 2.2163.2

x 100 %=1.35 %

K relatif N= 1.4163.2

x100 %=1.35 %

K relatif O= 16.6163.2

x100 %=10.17 %

K relatif P= 5.6163.2

x100 %=3.43 %

K relatif Q= 0.6163.2

x100 %=0.37 %

2. Perhitungan Frekuensi

a. Frekuensi masing-masing spesies

Frekuensi = ∑ petak ditemukannya suatu jenis

Jumlah petak yang dibuat

FA = 55=1

FB = 35=0.6

FC = 35=0.6

FD = 15=0.2

FE = 15=0.2

FF = 25=0.4

FE = 25=0.4

FH = 55=1

F I = 15=0.2

FJ = 15=0.2

FK = 15=0.2

Page 10: METODE KUADRAT

FL = 15=0.2

FM = 15=0.2

FN = 15=0.2

FO = 25=0.4

FP = 15=0.2

FQ = 15=0.2

b. Perhitungan Frekuesi relatif

Frekuensi Relatif= Frekuensi suatu jenis

∑ Frekuensi semua jenisx100 %

Jumlah frekuensi semua = 6.4

F relatif A= 16.4

x100 %=15.63 %

F relatif B=0.66.4

x100 %=9.4 %

F relatif C=0.66.4

x 100 %=9.4 %

F relatif D=0.26.4

x100 %=3.13 %

F relatif E=0.26.4

x100 %=3.13%

F relatif F=0.46.4

x 100 %=6.25 %

F relatif G=0.46.4

x100 %=6.25%

F relatif H= 16.4

x100 %=15.63 %

F relatif I=0.26.4

x 100%=3.13 %

F relatif J=0.26.4

x100 %=3.13 %

F relatif K=0.26.4

x100 %=3.13 %

Page 11: METODE KUADRAT

F relatif L=0.26.4

x100 %=3.13 %

F relatif M=0.26.4

x100 %=3.13%

F relatif N=0.26.4

x100 %=3.13 %

F relatif O=0.46.4

x100 %=6.25%

F relatif P=0.26.4

x100 %=3.13 %

F relatif Q=0.26.4

x100 %=3.13%

3. Perhitungan Nilai Penting

Nilai Penting = Krelatif + Frelatif

NPA = 16.05 + 15.63 = 32.28%

NPB = 12.4 + 9.4 = 21.8%

NPC = 3.43 + 9.4 = 12.82%

NPD = 2.82 + 3.13 = 5.96%

NPE = 4.53 + 3.13 = 7.66%

NPF = 3.3 + 6.25 = 9.55%

NPG = 0.98 + 6.25 = 7.23%

NPH = 34.8 + 15.63 = 50.43%

NPI = 4.2 + 3.13 = 7.43%

NPJ = 0.37 + 3.13 = 3.5%

NPK = 0.86 + 3.13 = 3.99%

NPL = 0.12 + 3.13 = 3.25%

NPM = 1.35 + 3.13 = 4.48%

NPN = 0.86 + 3.13 = 3.99%

NPO = 10.17 + 6.25 = 16.42%

NPP = 3.43 + 3.13 = 6.56%

NPQ = 0.37 + 3.13 = 3.5%

Tabel 2. Hasil Analisis Vegetasi dengan Teknik Sampling Kuadrat

SpesiesF

FRK

KR NP

Page 12: METODE KUADRAT

(Frequency)(Relative

Frequency)(Density)

(Relative

Density)

(Importance

Frequency)

A 1 15,63 % 26,2 16,05% 32,28%

B 0,6 9,4 % 20,2 12,4% 21,8%

C 0,6 9,4 % 5,6 3,43% 12,82%

D 0,2 3,13 % 4,6 2,82% 5,96%

E 0,2 3,13 % 7,4 4,53% 7,66%

F 0,4 6,25 % 5,4 3,3% 9,55%

G 0,4 6,25% 1,6 0,98% 7,23%

H 1 15,63 % 56,8 34,8% 50,43%

I 0,2 3,13 % 6,8 4,2% 7,43%

J 0,2 3,13 % 0,6 0,37% 3,5%

K 0,2 3,13 % 1,4 0,86% 3,99%

L 0,2 3,13 % 0,2 0,12% 3,25%

M 0,2 3,13 % 2,2 1,35% 4,48%

N 0,2 3,13 % 1,4 0,86% 3,99%

O 0,2 6,25% 16,6 10,17% 16,42%

P 0,2 3,13 % 5,6 3,43% 6,56%

Q 0,2 3,13 % 0,6 0,37% 3,5%

Keterangan :

Simbol Spesies

A Cyperus kyllingia

B Axonopus compressus

C Phyllanthus urinaria

D Commelina diffusa

E Centella asiatica

F Croton hirtus

G Elephantophus scraber

H Cyperus sanguinolentus

I Echinochloa colonum

J Blumea lacera

K Eleutheranthera ruderalis

L Tectona grandis

M Ageratum conyzoides

N Oxalis barrelieri

Page 13: METODE KUADRAT

O Hydrocotyle sibthorpioides

P Alternanthera sessilis

Q Coleus sp.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan diperoleh data bahwa spesies

tumbuhan yang memiliki kerapatan relatif (KR) tertinggi adalah Cyperus

sanguinolentus dengan nilai 34,8%, sedangkan yang mempunyai nilai terendah

adalah Tectona grandis yaitu 0,12 %. Spesies tumbuhan yang mempunyai frekuensi

relatif (FR) tertinggi ada dua spesies yaitu Cyperus kyllingia dan Cyperus

sanguinolentus dengan nilai yang sama yaitu 15,63% sedangkan spesies dengan nilai

terendah ada sembilan spesies yaitu Commelina diffusa, Echinochloa colonum,

Blumea lacera, Eleutheranthera ruderalis, Tectona grandis, Ageratum conyzoides,

Oxalis barrelieri, Alternanthera sessilis, dan Coleus sp. yaitu dengan nilai 3,13%.

Spesies yang mempunyai nilai penting tertinggi adalah Cyperus sanguinolentus

dengan nilai 50,43%, sedangkan yang terendah adalah Tectona grandis dengan nilai

3,25%. Nilai Penting besar karena Cyperus sanguinolentus memiliki kelebihan

dibanding dengan spesies lain. Ditinjau dari sifat-sifat biologisnya, tumbuhan ini

dapat tumbuh dengan mudah dan menggerombol. Selain itu tumbuhan ini dapat

menutupi permukaan tanah sehingga memberikan pengaruh yang dominan dibanding

tumbuhan lain yang hidup disekitarnya. Tingkat dominansi yang tinggi menunjukkan

kemampuan adaptasi dalam memanfaatkan kondisi lokal habitat, dan kondisi kadar

air tanah yang mendukung untuk pertumbuhannya. Nilai Penting kecil yang dimiliki

oleh Tectona grandis salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Tanaman ini

Page 14: METODE KUADRAT

kurang cocok dengan kondisi lingkungan (kondisi suhu tanah, suhu udara, kadar air

tanah, dan kondisi permukaan tanah) setempat sehingga pertumbuhannya terbatas

(Anonim, 2011). Indeks nilai penting digunakan untuk menetapkan dominansi suatu

jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain penting menggambarkan

kedudukan ekologi suatu jenis dalam komunitas. Indeks nilai penting dihitung

berdasarkan penjumlahan Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) (Balai

Taman Nasional Baluran, 2010).

Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering

digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan : Petak contoh yang dibuat dalam

teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal

mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti

bersifat homogen.Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara

random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling (Nanang,

2010).

Cyperus sanguinolentus

Klasifikasi Cyperus sanguinolentus menurut Wikipedia (2011) adalah :

Superdivisi :Spermatophyta

Divisi :Magnoliophyta

Classis :Liliopsida

Subclass :Commelinidae

Ordo :Cyperales

Familia :Cyperaceae

Genus :Cyperus

Species :Cyperus sanguinolentus

Muncul di garis pantai, parit, 20 m; banyak ditemukan di Asia, Afrika.

Cyperus Sanguinolentus dikenal sebagai Cyperus rhizomatous distigmatic di

Amerika Serikat bagian timur. Koleksi awal digambarkan sebagai C. Louisianensis

diduga endemik, yang terlihat dilapangan dan studi morphometric menunjukkan itu

menjadi pengantar dari C. sanguinolentus (Anonim, 2011).

Tectona grandis

Klasifikasi Tectona grandis menurut Anonim (2011), adalah :

Divisi : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Page 15: METODE KUADRAT

Familia : Lamiaceae

Genus : Tectona

Spesies : Tectona grandis

Jati (Tectona grandis L.f.) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi,

termasuk dalam famili Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India,

Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia jati terdapat di

beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon Jati

cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan

pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun

dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang banyak

ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam

(Irwanto, 2006).

Cyperus kyllingia

Klasifikasi Cyperus kyllingia menurut Anonim (2011), adalah :

Divisi : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Ordo : Cyperales

Familia: Cyperaceae

Genus : Cyperus

Spesies : Cyperus kyllingia

Habitat : Gulma di tempat-tempat sampah dan berumput. Kadang-kadang digunakan

sebagai rumput rumput di daerah teduh. Sejarah: Berasal dari daerah tropis, terutama

ditemukan di Asia. Catatan: Ada berbagai lebih kecil, C. var kyllingia. humilis

(Boeck.) Kuk., dengan bunga batang 2 sampai 3 inci tingginya (Anonim, 2011).

Commelina diffusa

Klasifikasi Commelina diffusa menurut Anonim (2011), adalah :

Classis : Angiospermae

Ordo : Commelinales

Familia : Commelinaceae

Genus : Commelina

Species : Commelina diffusa

Tanaman ini terdapat di lokasi tropis dan subtropis di seluruh dunia. Hal ini

dapat ditemukan di sebagian besar Cina bagian selatan, khususnya di Provinsi

Guangdong, Guangxi barat daya, barat daya Guizhou, Hainan, southeasten Xizang

Page 16: METODE KUADRAT

dan Yunnan tenggara. Di Jepang tanaman telah dilaporkan dari Yakushima off

Kyushu dan juga hadir di Kepulauan Ryukyu dari arah selatan Amami Ōshima. Di

Cina ini dapat ditemukan dari permukaan laut hingga 2100 meter, dan biasanya

berhubungan dengan hutan, semak, bank sungai dan habitat terbuka dan lembab

lainnya. Di Hindia Barat merupakan gulma umum yang terutama berkaitan dengan

pinggir jalan, selokan dan tempat sampah basah dan dapat ditemukan dari permukaan

laut sampai 1050 meter. Di Amerika Serikat juga khas dari lokasi terganggu, seperti

taman, kawasan budidaya dan rumput, tetapi juga dapat ditemukan di hutan dan

situasi lembab lainnya (Anonim, 2011).

Echinochloa colonum

Klasifikasi Echinochloa colonum menurut Anonim (2011), adalah :

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Subclassis : Commelinidae

Ordo : Cyperales

Familia : Poaceae

Genus : Echinochloa

Species :Echinochloa colonum

Habitat : Sepanjang Asia tropis dan Afrika di bidang dan sepanjang pinggir

jalan. Kawasan budidaya, alasan limbah, parit dan ladang (Anonim, 2011).

Blumea lacera

Klasifikasi Blumea lacera menurut Anonim (2011), adalah :

Super Divisi: Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

SubClassis : Asteridae

Ordo : Asterales

Familia : Asteraceae

Genus : Blumea

Spesies : Blumea lacera Dc

Habitat : ditemukan di zona tropis dan sub-tropis di Asia, terutama anak

benua India dan Asia Tenggara. Ada beberapa spesies ditemukan di Australia dan

masih sedikit di Afrika (Anonim, 2011).

Page 17: METODE KUADRAT

Eleutheranthera ruderalis

Habitus semak, panjang ± 20 cm. Batang bulat, hijau kekuningan. Daun

tunggal, berhadapan, lonjong, ujung dan pangkal runcing, panjang ± 5 cm, lebar ± 3

cm, pertulangan menyirip, hijau. Bunga Majemuk, bentuk bulir, di ketiak daun. Akar

tunggang, berwarna coklat.

Adapun klasifikasi dari Alternanthera sessilis menurut Aonim (2011), adalah:

Divisi : Spermatophyta

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Familia : Asteraceae

Genus : Eleutheranthera

Species : Eleutheranthera ruderalis

Oxalis barrelieri

Adapun klasifikasi dari Oxalis barrelieri menrut Anonim (2011), adalah:

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Geraniales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Oxalis

Species : Oxalis barrelieri

Alternanthera sessilis

Adapun klasifikasi dari Alternanthera sessilis menurut Anonim (2011)

adalah:

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Caryophytales

Famili : Amaranthaceae

Genus : Alternanthera

Species : Alternanthera sessilis

Coleus sp.

Klasifikasi Coleus sp. menurut Anonim (2011), adalah :

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Eudicots

Order : Lamiales

Page 18: METODE KUADRAT

Family : Lamiaceae

Genus : Coleus

Spesies : Coleus sp.

Tanaman tahunan, asli tropis Afrika, Asia, Australia, Hindia Timur,

Kepulauan Melayu, dan Filipina.

Lingkungan yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan kebutuhan

tumbuhan akan keadaan lingkungan yang khusus mengakibatkan keragaman jenis

tumbuhan yang berkembang dapat terjadi menurut perbedaan tempat dan waktu. Hal

ini dapat dilihat dari perbedaan jenis tumbuhan yang berkembang dengan perbedaan

tinggi tempat atau perbedaan musim. Selain itu, perbedaan ketinggian tempat di atas

permukaan laut (dpl) dapat menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara

keseluruhan pada tempat tersebut, terutama suhu, kelembaban, dan curah hujan.

Unsur-unsur tersebut banyak dikendalikan oleh letak lintang, ketinggian, jarak dari

laut, topografi, jenis tanah dan vegetasi (Suwena, 2007).

Penggunaan asosiasi interspesifik untuk memilah kuadrat menjadi kelompok-

kelompok ini didasarkan pada definisi tentang unit homogen vegetasi sebagai salah

satu di mana semua spesies-asosiasi yang tak tentu atau nondata dari Mallee

Australia, adalah untuk mengurutkan pada spesies yang paling banyak terlibat dalam

asosiasi positif, penyatuan yang residum pada setiap tahap. Sejak statistik metode

semacam ini, bagaimanapun, pasti memerlukan komputasi skala besar banyak, perlu

baik untuk memeriksa statistik dasar metode apapun yang diusulkan dan untuk

menilai apakah informasi ekologi yang diperoleh pada kenyataannya membenarkan

waktu dan tenaga kerja yang terlibat. Selanjutnya, analisis masyarakat yang

kompleks dapat biasanya hanya dibawa dalam jangkauan ahli ekologi berlatih jika

metode diprogram untuk komputer digital, dan kebutuhan ini harus ditanggung terus

menerus diingat jika beban penghalang dalam waktu komputasi yang harus dihindari

(Williams dan Lambert, 2007).

Ekologi telah menggunakan analisis spasial untuk mendeteksi pola dalam

komunitas tumbuhan untuk lebih memahami distribusi jenis tumbuhan dan

hubungannya dengan faktor lingkungan. Metode analisis yang berbeda spasial umum

digunakan dalam ekologi tanaman. Ada banyak metode analisis spasial yang

dirancang untuk digunakan dengan dipetakan pola titik. Sebagai contoh, sangat

dianjurkan sebagai cara yang efisien untuk mendeteksi pola spasial. Namun,

membutuhkan sensus lengkap semua individu di daerah penelitian, yang bisa

Page 19: METODE KUADRAT

membuat sulit untuk diterapkan di lapangan. Kesulitan ini, ekologi dan

biogeographers sering menggunakan data transek untuk mempelajari tanaman

distribusi. Untuk data transek, menghitung kuadrat pendekatan, seperti variansi

kuadrat dua istilah lokal (TTLQV), dipasangkan kuadrat varians (PQV) dan baru

lokal varians (NLV), yang sering digunakan untuk memeriksa spasial pola dalam

komunitas tumbuhan (Qinghua dan Maggi, 2004).

Jumlah plot sampel minimal, harus cukup untuk muncul sebagian besar

spesies ini. nomor ini dapat ditentukan secara semiobject dengan memetakan kurva

spesies area sebagai sampling sedang dilakukan. kurva ini terdiri dari total spesies

comulative diplot terhadap jumlah sampel untuk diambil (Goldsmith, 2010).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Spesies yang memiliki kerapatan relatif (KR) tertinggi adalah Cyperus

sanguinolentus dengan nilai 34,8%, spesies tumbuhan yang mempunyai frekuensi

relatif (FR) tertinggi ada dua spesies yaitu Cyperus kyllingia dan Cyperus

sanguinolentus dengan nilai yang sama yaitu 15,63%, spesies yang mempunyai

nilai penting tertinggi adalah Cyperus sanguinolentus dengan nilai 50,43%.

2. Spesies yang mempunyai nilai KR terendah adalah Tectona grandis yaitu 0,12 %,

spesies yang mempunyai FR terendah ada sembilan spesies yaitu Commelina

diffusa, Echinochloa colonum, Blumea lacera, Eleutheranthera ruderalis, Tectona

grandis, Ageratum conyzoides, Oxalis barrelieri, Alternanthera sessilis, dan

Coleus sp. yaitu dengan nilai 3,13%. Spesies yang mempunyai indeks nilai

penting (INP) terendah adalah Tectona grandis dengan nilai 3,25%.

3. Tinggi rendahnya Nilai Penting (NP) dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari spesies

itu sendiri seperti morfologi, fisiologi, serta adaptasi dan faktor lingkungan seperti

kondisi suhu tanah, suhu udara, kadar air tanah, dan kondisi permukaan tanah.

Page 20: METODE KUADRAT

DAFTAR REFERENSI

Anonim. 2011. toptropicals.com/catalog/uid/Cyperus_sp.htm. Diakses tanggal 23 April 2011.

Anonim. 2011. http://greenvenus.indonetwork.net/group+78126/rumput-rumputan.htm. Diakses tanggal 23 April 2011.

Anonim. 2011. www.plantamor.com/index.php?plant=1696. Diakses tanggal 22 April 2011

Balai Taman Nasional Baluran. 2010. Analisis Vegetasi Di Savana Bekol. balurannationalpark.web.id/wp./04/LabelisasiPohon-Baluran-06-FIX.pdf. Diakses tanggal 22 April 2011.

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.

Goldsmith. 2010. Population and Community Structure: Quadrat Sampling Techniques. Academic Press, New York.

Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka, Jakarta.

Irwanto. 2006. Usaha Pengembangan Jati (Tectona grandis L.F). http://www.irwantoshut.com. Diakses tanggal 22 April 2011.

Nanang. 2010. Sistem Analisis Metode Kuadrat dan Metode Kuarter. http://nanang14045.student.umm.ac.id/sistem-analisis-metode-kuadrat-dan-metode-kuarter/. Diakses tanggal 22 April 2011.

Qinghua, Guo dan Maggi, Kelly. 2004. Interpretation of scale in paired quadrat variance methods. Journal of Vegetation Science 15: 763-770.

Page 21: METODE KUADRAT

Rahardjanto, A. K. 2001. Buku Petunjuk Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang.

Surasana. 1990. Teknik Lapangan Ekologi Tumbuhan. Departemen Biologi ITB, Bandung.

Suwena, Made. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel Pada Ekosistem Sawah Di Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak Biodiversity Of Edible Wild Plants On Paddy Ecosystem Of Gunung Salak Forest Area. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.

Williams, W. T and Lambert, J. M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology: I. Association-Analysis in Plant Communities The Journal of Ecology, Vol. 47, No. 1. pp. 83-101. http://www.jstor.org.