metode kuadrat
TRANSCRIPT
METODE KUADRAT
Disusun oleh :
Nama : Andrian Putra Bahari B1J008018Maman B1J008021Daud Dwi Prasetya W B1J008022Saniyatun Mar’atus Solihah B1J008024Handini Widiyanti B1J008028
Kelompok : 8 Asisten : Anggi Angraeni
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
Analisis vegetasi yang dilakukan pada area luas tertentu umumnya berbentuk
segi empat, bujur sangkar, atau lingkaran serta titik-titik. Vegetasi tingkat pohon,
tiang, dan sapihan untuk mengalisisnya digunakan metode kuadrat antara lain
lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Adapun untuk tingkat semai serta
tumbuhan yang rapat digunakan petak contoh titik atau bentuk kuadrat untuk
tumbuhan yang tidak rapat. Variasi ukuran petak contoh tergantung pada
homogenitas vegetasi yang ada (Fachrul, 2007).
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot
dan metode kuarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan
pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat. Metode kuadrat, petak contoh
dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu.
Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. Sistem Analisis
dengan metode kuadrat: Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu
populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerapatan ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi
ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area
sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya
dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Menurut Fachrul (2007), tujuan sampling aspek vegetasi pada ekosistem
alami ataupun pada ekosistem yang sudah terganggu, pada umumnya adalah untuk
melakukan identifikasi jenis potensial atau untuk mengetahui besarnya mengetahui
tingkat kerusakan vegetasi dan perubahan komunitas yang terjadi di sekitar industri
yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Pemantauan bertujuan untuk melihat adanya
kerusakan fisik tumbuhan berupa kerusakan daun atau pucuk tumbuhan. Perhitungan
dan analisis data yang di ambil secara langsung di lapangan meliputi komposisi,
struktur, dan jenis vegetasi, nilai INP (Indeks Nilai Penting), H (Indeks
Keanekaragaman Jenis), IS (Indeks Kesamaan Komunitas). Adapun pada tingkat
kerusakan vegetasi serta perubahan komunitasnya dapat ditunjukan dengan :
1. Perubahan dominansi tumbuhan
2. Perubahan indeks keragaman
3. Perubahan indeks kesamaan jenis tumbuhan
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai
relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif,
dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai
Penting = Kr + Dr + Fr. Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara
harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu
untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan
disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang
terkecil. Dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat
digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
Menurut Harun (1993), bahwa metode kuadran adalah metode analisa
vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel uniknya. Ukuran
yang digunakan yaitu untuk semak dan pohon digunakan kuadran diameter anti
meter. Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis
tumbuhan di dalam area kuadran. Beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan
batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan
berdasarkan criteria tertentu (kelas kerapatan). Kerimbunan, ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam penentuan
kerapatan dijabarkan dalam bentuk kerapatan, maka untuk kerimbunannya pun lebih
baik dipergunakan kelas kerimbunan.
Frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan dijumpai
dalam sejumlah area cuplikan (n), dibandingkan dengan seluruh atau seluruh
cuplikan yang dibuat (N), biasanya dalam %. Nilai penting harga ini didapatkan
berdasarkan penjumlahan dari relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur
(kerapatan relatif, kerimbunan relatif dan frekuensi relatif). Harga relatif ini dapat
dicari dengan perbandingan antar harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis
terhadap nilai total dari variabel untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%.
Jenis-jenis tumbuhan dalam tabel disusun berdasarkan harga nilai penting ini yang
biasanya dari harga tumbuhan yang besar harga nilai pentingnya dapat dipergunakan
untuk menentukan penanaman bentuk vegetasi tadi (Rahardjanto, 2001).
Menurut Fachrul (2007), kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai
ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 10 m2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel
dapat persegi, persegi panjang, atau lingkaran. Metode kuadrat ada beberapa jenis :
1. Count/list count quadrat
Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada, beberapa
batang dari masing-masing spesies didalam petak. Jadi, merupakan suatu
daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
2. Cover quadrat (basal area kuadrat)
Untuk mengetahui penutupan relatif, yaitu presentase tanah yang tertutup
vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan
relatif) yang diperlukan tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di
suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area
dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon
dapat dengan mengukur diameter pohon dengan tinggi 1,375 meter (setinggi
dada).
3. Chart quadrat
Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut pantograf. Metode ini
terutama berguna dalam memproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan
menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat
yang digunakan adalah pantograf dan planimeter.
Petak I Petak X
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis-jenis rerumputan
yang ada disekitar lingkungan Fakultas Biologi yang berada pada petakan berukuran
(1 x 1) m2.
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah tali raffia, meteran, patok kayu
atau bambu, alat tulis dan label.
B. Metode
1. Membuat petak dengan ukuran 1 m2 dengan menggunakan tali rafia.
2. Petak diletakkan pada sampel kemudian hitung jumlah dan jenis spesies yang
terdapat pada petak tersebut.
3. Pengambilan sampel dilakukan 5 x secara random (acak) .
4. Membuat tabel metode kuadrat.
Gambar Metode kuadrat (5 petak= 5 kali ulangan)
1m 1m
1m 1m
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Metode kuadrat
SpesiesUlangan
1 2 3 4 5
A Cyperus kyllingia 43 12 39 22 15
B Axonopus compressus 56 - 27 18 -
C Phyllanthus urinaria 12 8 - 8 -
D Commelina diffusa 23 - - - -
E Centella asiatica 37 - - - -
F Croton hirtus 6 - - 21 -
G Elephantophus scraber 2 - - 6 -
H Cyperus sanguinolentus 24 54 45 72 89
I Echinochloa colonum - 34 - - -
J Blumea lacera - - 3 - -
K Eleutheranthera ruderalis - - 7 - -
L Tectona grandis - - - 1 -
M Ageratum conyzoides - - - 11 -
N Oxalis barrelieri - - - 7 -
O Hydrocotyle sibthorpioides - - - 30 53
P Alternanthera sessilis - - - 28 -
Q Coleus sp. - - - - 3
1. Perhitungan Kerapatan :
a. Kerapatan masing-masing spesies
Kerapatan = ∑ individu suatu jenis
Luas seluruh petak yang dibuat
Kerapatan spesies A
KA = 43+12+39+22+15
5KA =
1315
KA = 26.2
Kerapatan spesies B
KB = 56+27+18
5
KB = 101
5
KB = 20.2
Kerapatan spesies C
KC = 12+8+8
5
KC = 5.6
Kerapatan spesies D
KD = 235
=4.6
Kerapatan spesies E
KE = 375
=7.4
Kerapatan spesies F
KF = 275
=5.4
Kerapatan spesies G
KG = 85=1.6
Kerapatan spesies H
KH = 24+54+45+72+89
5=56.8
Kerapatan spesies I
K I = 345
=6.8
Kerapatan spesies J
K J = 35=0.6
Kerapatan spesies K
KK = 75=1.4
Kerapatan spesies L
KL = 15=0.2
Kerapatan spesies M
KM = 115
=2.2
Kerapatan spesies N
KN = 75=1.4
Kerapatan spesies O
KO = 30+53
5=16.6
Kerapatan spesies P
KP = 285
=5.6
Kerapatan spesies Q
KQ = 35=0.6
b. Perhitungan Kerapatan Relatif
Kerapatan Relatif= Kerapatan suatu jenis
∑ Kerapatan semua jenisx100 %
Jumlah kerapatan semua jenis = 163.2
K relatif A= 26.2163.2
x100 %=16.05 %
K relatif B= 20.2163.2
x 100 %=12.4 %
K relatif C= 5.6163.2
x 100 %=3.43 %
K relatif D= 4.6163.2
x100 %=2.82 %
K relatif E= 7.4163.2
x100 %=4.53 %
K relatif F= 5.4163.2
x 100 %=3.3 %
K relatif G= 1.6163.2
x100 %=0.98 %
K relatif H = 56.8163.2
x100 %=34.8 %
K relatif I= 6.8163.2
x 100 %=4.2 %
K relatif J= 0.6163.2
x100 %=0.37 %
K relatif K= 1.4163.2
x100 %=0.86 %
K relatif M = 2.2163.2
x 100 %=1.35 %
K relatif N= 1.4163.2
x100 %=1.35 %
K relatif O= 16.6163.2
x100 %=10.17 %
K relatif P= 5.6163.2
x100 %=3.43 %
K relatif Q= 0.6163.2
x100 %=0.37 %
2. Perhitungan Frekuensi
a. Frekuensi masing-masing spesies
Frekuensi = ∑ petak ditemukannya suatu jenis
Jumlah petak yang dibuat
FA = 55=1
FB = 35=0.6
FC = 35=0.6
FD = 15=0.2
FE = 15=0.2
FF = 25=0.4
FE = 25=0.4
FH = 55=1
F I = 15=0.2
FJ = 15=0.2
FK = 15=0.2
FL = 15=0.2
FM = 15=0.2
FN = 15=0.2
FO = 25=0.4
FP = 15=0.2
FQ = 15=0.2
b. Perhitungan Frekuesi relatif
Frekuensi Relatif= Frekuensi suatu jenis
∑ Frekuensi semua jenisx100 %
Jumlah frekuensi semua = 6.4
F relatif A= 16.4
x100 %=15.63 %
F relatif B=0.66.4
x100 %=9.4 %
F relatif C=0.66.4
x 100 %=9.4 %
F relatif D=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif E=0.26.4
x100 %=3.13%
F relatif F=0.46.4
x 100 %=6.25 %
F relatif G=0.46.4
x100 %=6.25%
F relatif H= 16.4
x100 %=15.63 %
F relatif I=0.26.4
x 100%=3.13 %
F relatif J=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif K=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif L=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif M=0.26.4
x100 %=3.13%
F relatif N=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif O=0.46.4
x100 %=6.25%
F relatif P=0.26.4
x100 %=3.13 %
F relatif Q=0.26.4
x100 %=3.13%
3. Perhitungan Nilai Penting
Nilai Penting = Krelatif + Frelatif
NPA = 16.05 + 15.63 = 32.28%
NPB = 12.4 + 9.4 = 21.8%
NPC = 3.43 + 9.4 = 12.82%
NPD = 2.82 + 3.13 = 5.96%
NPE = 4.53 + 3.13 = 7.66%
NPF = 3.3 + 6.25 = 9.55%
NPG = 0.98 + 6.25 = 7.23%
NPH = 34.8 + 15.63 = 50.43%
NPI = 4.2 + 3.13 = 7.43%
NPJ = 0.37 + 3.13 = 3.5%
NPK = 0.86 + 3.13 = 3.99%
NPL = 0.12 + 3.13 = 3.25%
NPM = 1.35 + 3.13 = 4.48%
NPN = 0.86 + 3.13 = 3.99%
NPO = 10.17 + 6.25 = 16.42%
NPP = 3.43 + 3.13 = 6.56%
NPQ = 0.37 + 3.13 = 3.5%
Tabel 2. Hasil Analisis Vegetasi dengan Teknik Sampling Kuadrat
SpesiesF
FRK
KR NP
(Frequency)(Relative
Frequency)(Density)
(Relative
Density)
(Importance
Frequency)
A 1 15,63 % 26,2 16,05% 32,28%
B 0,6 9,4 % 20,2 12,4% 21,8%
C 0,6 9,4 % 5,6 3,43% 12,82%
D 0,2 3,13 % 4,6 2,82% 5,96%
E 0,2 3,13 % 7,4 4,53% 7,66%
F 0,4 6,25 % 5,4 3,3% 9,55%
G 0,4 6,25% 1,6 0,98% 7,23%
H 1 15,63 % 56,8 34,8% 50,43%
I 0,2 3,13 % 6,8 4,2% 7,43%
J 0,2 3,13 % 0,6 0,37% 3,5%
K 0,2 3,13 % 1,4 0,86% 3,99%
L 0,2 3,13 % 0,2 0,12% 3,25%
M 0,2 3,13 % 2,2 1,35% 4,48%
N 0,2 3,13 % 1,4 0,86% 3,99%
O 0,2 6,25% 16,6 10,17% 16,42%
P 0,2 3,13 % 5,6 3,43% 6,56%
Q 0,2 3,13 % 0,6 0,37% 3,5%
Keterangan :
Simbol Spesies
A Cyperus kyllingia
B Axonopus compressus
C Phyllanthus urinaria
D Commelina diffusa
E Centella asiatica
F Croton hirtus
G Elephantophus scraber
H Cyperus sanguinolentus
I Echinochloa colonum
J Blumea lacera
K Eleutheranthera ruderalis
L Tectona grandis
M Ageratum conyzoides
N Oxalis barrelieri
O Hydrocotyle sibthorpioides
P Alternanthera sessilis
Q Coleus sp.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan diperoleh data bahwa spesies
tumbuhan yang memiliki kerapatan relatif (KR) tertinggi adalah Cyperus
sanguinolentus dengan nilai 34,8%, sedangkan yang mempunyai nilai terendah
adalah Tectona grandis yaitu 0,12 %. Spesies tumbuhan yang mempunyai frekuensi
relatif (FR) tertinggi ada dua spesies yaitu Cyperus kyllingia dan Cyperus
sanguinolentus dengan nilai yang sama yaitu 15,63% sedangkan spesies dengan nilai
terendah ada sembilan spesies yaitu Commelina diffusa, Echinochloa colonum,
Blumea lacera, Eleutheranthera ruderalis, Tectona grandis, Ageratum conyzoides,
Oxalis barrelieri, Alternanthera sessilis, dan Coleus sp. yaitu dengan nilai 3,13%.
Spesies yang mempunyai nilai penting tertinggi adalah Cyperus sanguinolentus
dengan nilai 50,43%, sedangkan yang terendah adalah Tectona grandis dengan nilai
3,25%. Nilai Penting besar karena Cyperus sanguinolentus memiliki kelebihan
dibanding dengan spesies lain. Ditinjau dari sifat-sifat biologisnya, tumbuhan ini
dapat tumbuh dengan mudah dan menggerombol. Selain itu tumbuhan ini dapat
menutupi permukaan tanah sehingga memberikan pengaruh yang dominan dibanding
tumbuhan lain yang hidup disekitarnya. Tingkat dominansi yang tinggi menunjukkan
kemampuan adaptasi dalam memanfaatkan kondisi lokal habitat, dan kondisi kadar
air tanah yang mendukung untuk pertumbuhannya. Nilai Penting kecil yang dimiliki
oleh Tectona grandis salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Tanaman ini
kurang cocok dengan kondisi lingkungan (kondisi suhu tanah, suhu udara, kadar air
tanah, dan kondisi permukaan tanah) setempat sehingga pertumbuhannya terbatas
(Anonim, 2011). Indeks nilai penting digunakan untuk menetapkan dominansi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain penting menggambarkan
kedudukan ekologi suatu jenis dalam komunitas. Indeks nilai penting dihitung
berdasarkan penjumlahan Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) (Balai
Taman Nasional Baluran, 2010).
Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan : Petak contoh yang dibuat dalam
teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen.Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling (Nanang,
2010).
Cyperus sanguinolentus
Klasifikasi Cyperus sanguinolentus menurut Wikipedia (2011) adalah :
Superdivisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Classis :Liliopsida
Subclass :Commelinidae
Ordo :Cyperales
Familia :Cyperaceae
Genus :Cyperus
Species :Cyperus sanguinolentus
Muncul di garis pantai, parit, 20 m; banyak ditemukan di Asia, Afrika.
Cyperus Sanguinolentus dikenal sebagai Cyperus rhizomatous distigmatic di
Amerika Serikat bagian timur. Koleksi awal digambarkan sebagai C. Louisianensis
diduga endemik, yang terlihat dilapangan dan studi morphometric menunjukkan itu
menjadi pengantar dari C. sanguinolentus (Anonim, 2011).
Tectona grandis
Klasifikasi Tectona grandis menurut Anonim (2011), adalah :
Divisi : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis
Jati (Tectona grandis L.f.) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi,
termasuk dalam famili Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India,
Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia jati terdapat di
beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon Jati
cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan
pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun
dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang banyak
ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam
(Irwanto, 2006).
Cyperus kyllingia
Klasifikasi Cyperus kyllingia menurut Anonim (2011), adalah :
Divisi : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Familia: Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus kyllingia
Habitat : Gulma di tempat-tempat sampah dan berumput. Kadang-kadang digunakan
sebagai rumput rumput di daerah teduh. Sejarah: Berasal dari daerah tropis, terutama
ditemukan di Asia. Catatan: Ada berbagai lebih kecil, C. var kyllingia. humilis
(Boeck.) Kuk., dengan bunga batang 2 sampai 3 inci tingginya (Anonim, 2011).
Commelina diffusa
Klasifikasi Commelina diffusa menurut Anonim (2011), adalah :
Classis : Angiospermae
Ordo : Commelinales
Familia : Commelinaceae
Genus : Commelina
Species : Commelina diffusa
Tanaman ini terdapat di lokasi tropis dan subtropis di seluruh dunia. Hal ini
dapat ditemukan di sebagian besar Cina bagian selatan, khususnya di Provinsi
Guangdong, Guangxi barat daya, barat daya Guizhou, Hainan, southeasten Xizang
dan Yunnan tenggara. Di Jepang tanaman telah dilaporkan dari Yakushima off
Kyushu dan juga hadir di Kepulauan Ryukyu dari arah selatan Amami Ōshima. Di
Cina ini dapat ditemukan dari permukaan laut hingga 2100 meter, dan biasanya
berhubungan dengan hutan, semak, bank sungai dan habitat terbuka dan lembab
lainnya. Di Hindia Barat merupakan gulma umum yang terutama berkaitan dengan
pinggir jalan, selokan dan tempat sampah basah dan dapat ditemukan dari permukaan
laut sampai 1050 meter. Di Amerika Serikat juga khas dari lokasi terganggu, seperti
taman, kawasan budidaya dan rumput, tetapi juga dapat ditemukan di hutan dan
situasi lembab lainnya (Anonim, 2011).
Echinochloa colonum
Klasifikasi Echinochloa colonum menurut Anonim (2011), adalah :
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Subclassis : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Familia : Poaceae
Genus : Echinochloa
Species :Echinochloa colonum
Habitat : Sepanjang Asia tropis dan Afrika di bidang dan sepanjang pinggir
jalan. Kawasan budidaya, alasan limbah, parit dan ladang (Anonim, 2011).
Blumea lacera
Klasifikasi Blumea lacera menurut Anonim (2011), adalah :
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
SubClassis : Asteridae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Blumea
Spesies : Blumea lacera Dc
Habitat : ditemukan di zona tropis dan sub-tropis di Asia, terutama anak
benua India dan Asia Tenggara. Ada beberapa spesies ditemukan di Australia dan
masih sedikit di Afrika (Anonim, 2011).
Eleutheranthera ruderalis
Habitus semak, panjang ± 20 cm. Batang bulat, hijau kekuningan. Daun
tunggal, berhadapan, lonjong, ujung dan pangkal runcing, panjang ± 5 cm, lebar ± 3
cm, pertulangan menyirip, hijau. Bunga Majemuk, bentuk bulir, di ketiak daun. Akar
tunggang, berwarna coklat.
Adapun klasifikasi dari Alternanthera sessilis menurut Aonim (2011), adalah:
Divisi : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Eleutheranthera
Species : Eleutheranthera ruderalis
Oxalis barrelieri
Adapun klasifikasi dari Oxalis barrelieri menrut Anonim (2011), adalah:
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Oxalis
Species : Oxalis barrelieri
Alternanthera sessilis
Adapun klasifikasi dari Alternanthera sessilis menurut Anonim (2011)
adalah:
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophytales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Alternanthera
Species : Alternanthera sessilis
Coleus sp.
Klasifikasi Coleus sp. menurut Anonim (2011), adalah :
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Eudicots
Order : Lamiales
Family : Lamiaceae
Genus : Coleus
Spesies : Coleus sp.
Tanaman tahunan, asli tropis Afrika, Asia, Australia, Hindia Timur,
Kepulauan Melayu, dan Filipina.
Lingkungan yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan kebutuhan
tumbuhan akan keadaan lingkungan yang khusus mengakibatkan keragaman jenis
tumbuhan yang berkembang dapat terjadi menurut perbedaan tempat dan waktu. Hal
ini dapat dilihat dari perbedaan jenis tumbuhan yang berkembang dengan perbedaan
tinggi tempat atau perbedaan musim. Selain itu, perbedaan ketinggian tempat di atas
permukaan laut (dpl) dapat menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara
keseluruhan pada tempat tersebut, terutama suhu, kelembaban, dan curah hujan.
Unsur-unsur tersebut banyak dikendalikan oleh letak lintang, ketinggian, jarak dari
laut, topografi, jenis tanah dan vegetasi (Suwena, 2007).
Penggunaan asosiasi interspesifik untuk memilah kuadrat menjadi kelompok-
kelompok ini didasarkan pada definisi tentang unit homogen vegetasi sebagai salah
satu di mana semua spesies-asosiasi yang tak tentu atau nondata dari Mallee
Australia, adalah untuk mengurutkan pada spesies yang paling banyak terlibat dalam
asosiasi positif, penyatuan yang residum pada setiap tahap. Sejak statistik metode
semacam ini, bagaimanapun, pasti memerlukan komputasi skala besar banyak, perlu
baik untuk memeriksa statistik dasar metode apapun yang diusulkan dan untuk
menilai apakah informasi ekologi yang diperoleh pada kenyataannya membenarkan
waktu dan tenaga kerja yang terlibat. Selanjutnya, analisis masyarakat yang
kompleks dapat biasanya hanya dibawa dalam jangkauan ahli ekologi berlatih jika
metode diprogram untuk komputer digital, dan kebutuhan ini harus ditanggung terus
menerus diingat jika beban penghalang dalam waktu komputasi yang harus dihindari
(Williams dan Lambert, 2007).
Ekologi telah menggunakan analisis spasial untuk mendeteksi pola dalam
komunitas tumbuhan untuk lebih memahami distribusi jenis tumbuhan dan
hubungannya dengan faktor lingkungan. Metode analisis yang berbeda spasial umum
digunakan dalam ekologi tanaman. Ada banyak metode analisis spasial yang
dirancang untuk digunakan dengan dipetakan pola titik. Sebagai contoh, sangat
dianjurkan sebagai cara yang efisien untuk mendeteksi pola spasial. Namun,
membutuhkan sensus lengkap semua individu di daerah penelitian, yang bisa
membuat sulit untuk diterapkan di lapangan. Kesulitan ini, ekologi dan
biogeographers sering menggunakan data transek untuk mempelajari tanaman
distribusi. Untuk data transek, menghitung kuadrat pendekatan, seperti variansi
kuadrat dua istilah lokal (TTLQV), dipasangkan kuadrat varians (PQV) dan baru
lokal varians (NLV), yang sering digunakan untuk memeriksa spasial pola dalam
komunitas tumbuhan (Qinghua dan Maggi, 2004).
Jumlah plot sampel minimal, harus cukup untuk muncul sebagian besar
spesies ini. nomor ini dapat ditentukan secara semiobject dengan memetakan kurva
spesies area sebagai sampling sedang dilakukan. kurva ini terdiri dari total spesies
comulative diplot terhadap jumlah sampel untuk diambil (Goldsmith, 2010).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Spesies yang memiliki kerapatan relatif (KR) tertinggi adalah Cyperus
sanguinolentus dengan nilai 34,8%, spesies tumbuhan yang mempunyai frekuensi
relatif (FR) tertinggi ada dua spesies yaitu Cyperus kyllingia dan Cyperus
sanguinolentus dengan nilai yang sama yaitu 15,63%, spesies yang mempunyai
nilai penting tertinggi adalah Cyperus sanguinolentus dengan nilai 50,43%.
2. Spesies yang mempunyai nilai KR terendah adalah Tectona grandis yaitu 0,12 %,
spesies yang mempunyai FR terendah ada sembilan spesies yaitu Commelina
diffusa, Echinochloa colonum, Blumea lacera, Eleutheranthera ruderalis, Tectona
grandis, Ageratum conyzoides, Oxalis barrelieri, Alternanthera sessilis, dan
Coleus sp. yaitu dengan nilai 3,13%. Spesies yang mempunyai indeks nilai
penting (INP) terendah adalah Tectona grandis dengan nilai 3,25%.
3. Tinggi rendahnya Nilai Penting (NP) dipengaruhi oleh faktor intrinsik dari spesies
itu sendiri seperti morfologi, fisiologi, serta adaptasi dan faktor lingkungan seperti
kondisi suhu tanah, suhu udara, kadar air tanah, dan kondisi permukaan tanah.
DAFTAR REFERENSI
Anonim. 2011. toptropicals.com/catalog/uid/Cyperus_sp.htm. Diakses tanggal 23 April 2011.
Anonim. 2011. http://greenvenus.indonetwork.net/group+78126/rumput-rumputan.htm. Diakses tanggal 23 April 2011.
Anonim. 2011. www.plantamor.com/index.php?plant=1696. Diakses tanggal 22 April 2011
Balai Taman Nasional Baluran. 2010. Analisis Vegetasi Di Savana Bekol. balurannationalpark.web.id/wp./04/LabelisasiPohon-Baluran-06-FIX.pdf. Diakses tanggal 22 April 2011.
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Goldsmith. 2010. Population and Community Structure: Quadrat Sampling Techniques. Academic Press, New York.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka, Jakarta.
Irwanto. 2006. Usaha Pengembangan Jati (Tectona grandis L.F). http://www.irwantoshut.com. Diakses tanggal 22 April 2011.
Nanang. 2010. Sistem Analisis Metode Kuadrat dan Metode Kuarter. http://nanang14045.student.umm.ac.id/sistem-analisis-metode-kuadrat-dan-metode-kuarter/. Diakses tanggal 22 April 2011.
Qinghua, Guo dan Maggi, Kelly. 2004. Interpretation of scale in paired quadrat variance methods. Journal of Vegetation Science 15: 763-770.
Rahardjanto, A. K. 2001. Buku Petunjuk Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang.
Surasana. 1990. Teknik Lapangan Ekologi Tumbuhan. Departemen Biologi ITB, Bandung.
Suwena, Made. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Liar Edibel Pada Ekosistem Sawah Di Sekitar Kawasan Hutan Gunung Salak Biodiversity Of Edible Wild Plants On Paddy Ecosystem Of Gunung Salak Forest Area. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Williams, W. T and Lambert, J. M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology: I. Association-Analysis in Plant Communities The Journal of Ecology, Vol. 47, No. 1. pp. 83-101. http://www.jstor.org.