media adis

32
LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI “Pembuatan Media“ Nama : ADIS PERMATA SARI NIM : 125040201111205 Kelompok : SELASA, 11.00 Asisten : NANIK SUPRIATUN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Upload: adispermata

Post on 16-Jan-2016

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

biotek

TRANSCRIPT

Page 1: Media Adis

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

“Pembuatan Media“

Nama : ADIS PERMATA SARI

NIM : 125040201111205

Kelompok : SELASA, 11.00

Asisten : NANIK SUPRIATUN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: Media Adis

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKultur jaringan tanaman bermula dari pembuktian

teori totipotensi sel yang dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden pada tahun 1838.Menurut teori ini, setiap sel tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.Dengan teknik in vitro, mampu memproduksi bibit dalam jumlah besar dengan waktu yang relative singkat, bebas pathogen, identik dengan induknya dan tidak dipengaruhi olehmusim.Teknik ini memerlukan media buatan yang dibuat dari beberapa komponen utama, yaitu gula, air, unsur hara makrodan mikro, vitamin, asam amino, serta zat pengatur tumbuh. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.

Media yang digunakan dalam kultur in vitro tanaman dapat berupa medium padat atau cair. Untuk memudahkan pembuatan medium kultur, sebagian besar komponen disiapkan dalam bentuk larutan beku. Bahan seperti sukrosa, agar dan beberapa komponen tertentu tidak dibuat larutan baku, tetapi langsung ditambahkan ke dalam campuran untuk pembuatan medium. Medium padat umumnya digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya diinduksi membentuk tanaman yang lengkap(plantet), sedangkan medium cair biasanya digunakan untuk kultur sel. Media tumbuh dapat mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik (unsur makro dan unsure mikro), zat pengatur tumbuh, sumber karbon, vitamin, dan

Page 3: Media Adis

suplemen organik. Terdapat beberapa media dalam kultur jaringan, antara lain Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant medium (WPM), Knop, Knudson-C, Andreson dan sebagainya. Media yang sering digunakan secara luas adalah Murashige dan Skoog (MS).

1.2 Tujuan1. Untuk mengetahui pengertian media Murashige

Skoog.2. Untuk mengetahui komposisi media MS serta

fungsinya.3. Untuk mengetahui teknik aseptik dalam

pembuatan media. 4. Untuk mengetahui rumus perhitungan larutan

stok. 5. Untuk mengetahui jenis kontaminasi media. 6. Untuk mengetahui ciri-ciri media yang sesuai

untuk pertumbuhan eksplan.

1.3 Manfaat1. Mengetahui pengertian media Murashige

Skoog.2. Mengetahui komposisi media MS serta

fungsinya.3. Mengetahui teknik aseptik dalam pembuatan

media. 4. Mengetahui rumus perhitungan larutan stok. 5. Mengetahui jenis kontaminasi media. 6. Mengetahui ciri-ciri media yang sesuai untuk

pertumbuhan eksplan.

Page 4: Media Adis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

5. 2 Pengertian Media Murashige SkoogMurashige and Skoog (MS) adalah media

pertumbuhan tanaman yang digunakan di laboratorium untuk budidaya kultur sel tanaman. Media MS diciptakan oleh ilmuwan tanaman Toshio Murashige dan Folke K. Skoog pada tahun 1962 selama pencarian Murashige untuk regulator pertumbuhan tanaman baru. Angka yang tertera di belakang huruf MS menunjukkan konsentrasi sukrosa pada media. Misalnya MS0 tidak mengandung sukrosa, sedangkan MS20 brisi 20 g/l sukrosa. Media MS ini sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman (Hendaryono, 1994).

2.2 Komposisi dan Fungsi Unsur dalam Media MS 1. Air

Air merupakan komponen yang penting di dalam pengkulturan eksplan karena 95% dari medium mengandung air. Air yang digunakan dalam media harus disterilkan dan dapat digunakan demineralisasi. Penyimpanan air yang telah disuling diusahakan tidak disimpan dalam bahan plastik terlalu lama (Wardiyanti, 1998)

2. Bahan PemadatMedia tanam dalam kultur jaringan adalah tempat untuk tumbuh eksplan, dapat berupa media cair maupun padat. Media cair berupa komponen kimia dengan air suling, sedang media padat berupa zat pemadat, seperti agar. Diman agar yang digunakan adalah agar dengan kadar 0,6-0,8% karena konsentrasi agar yang tinggi dapat

Page 5: Media Adis

menghambat pertumbuhan eksplan tanaman yang dikulturkan secara invitro (Yusnita, 2003)

3. Larutan Garam AnorganikGaram anorganik yang digunakan dapat dibedakan dalam makronutrien (N, P, K, Mg, Ca, S, P), mikronutrien (Fe, Mn, B, Mo, Cl) (Wetherell,1982).

4. Zat OrganikSenyawa kimia organik yang biasa dipakai sebagai sumber energi dalam kultur in vitro adalah karbohidrat. Karbohidrat terdiri dari unsur C,H,O sebagai element penyusun utama. Bahan-bahan organik yang termasuk karbohidrat meliputi gula, pati dan sukrosa.karbohidrat memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai sumber energi untuk jaringan dan keseimbangan tekanan osmotik dalam medium (Wetherell,1982).

5. Zat Pengatur TumbuhZat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara dalam jumlah sedikit dapat mendukung. Menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tanaman. beberapa golongan ZPT adalah auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen (Abidin,1985).

5. 3 Teknik Aseptik dalam Pembuatan MediaMedia kultur merupakan bahan yang

mengandung sumber nutrisi yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga diperlukan kondisi yang aseptis dalam melakukan semua prosedur secara in vitro. Membuat dan menjaga kondisi aseptik merupakan problem yang sering menganggu dalam pekerjaan in vitro, karena dilingkungan sekitar kita terdapat banyak spora bakteri dan fungi yang sangat kecil dan ringan sehingga mudah diterbangkan oleh aliran udara yang sangat lemah. Untuk itu diperlukan proses sterilisasi yang dilakukan pada media, alat gelas dan

Page 6: Media Adis

alat-alat lain sebelum pekerjaanin vitro dilakukan. Juga perlu untuk mengerjakan semua pekerjaan didalam ruang bersih yang dirancang dan dipelihara dengan baik (Wetherel, 1982).

Dalam proses sterilisasi, ada beberapa teknik yang dapatdigunakan untuk mensterilkan alat gelas, alat bedah, cairan dan material tanaman. Beberapa teknik yang umum dilakukan diantaranya sebagai berikut.1. Pemanasan Basah

Teknik ini menggunakan tekanan dan uap air dengan alatotoklaf atau denngan pressure cooker untuk mensterilkan cairansampai volme satu liter diperlukan tekanan sebesar 103 kPa,suhu 121 °C selama 20 menit. Alat yang disterilkan dibungkusdengan kertas coklat, bukan aluminium karena kertas aluminium bersifat tidak dapat ditembusi uap ( Dodds dan Roberts, 1982 ).Sterilisasi media kultur, air dan larutan lain denganautoklaf mempunyai satu masalah, yaitu bila tekanan dalamautoklaf diturunkan sampai tekanan udara luar sebelum suhu daricairan turun sampai 100 °C, cairan akan mendidih dan mungkinmeluap dari wadah, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi.Untuk mengatasi masalah ini, penurunan tekanan dalam autoklaf harus dilakukan secara perlahan-lahan. Bila mengunakan alatkecil, sebaiknya alat tersebut disingkirkan terlebih dahulu darisumber panas, dan dibiarkan dingin dalam waktu 15-20 menitsebelum dibuka.Hendaklah selalu diperhatikan bahwa tekanandipastikan turun sampai 1 atm sebelum membuka autoklaf (Wetherell, 1982).

2. Pemanasan keringMetode ini hanya digunakan untuk alat gelas,

alat logamdan alat lain yang tidak hangus pada suhu tinggi. Obyek yangmengandung kapas,

Page 7: Media Adis

kertas atau plastik tidak dapat disterilkandengan metode ini. Pisau sklapel juga tidak boleh disterilkan dengan metode ini karena temperatur yang tinggi akanmembuatnya menjadi tumpul. Alat yang digunakan adalah oven.Temperatur untuk sterilisasi adalah sekitar 160 °C selama 4 jam.Alat yang sisterilkan harus dibungkus denagn kertas alumuniumsebelum dimasukkan ke dalam oven (Dodds dan Roberts, 1982).

3. UltrafiltrasiBeberapa komponen media tidak tahan

pemanasan,seperti vitamin, zat pengatur tumbuh dan lainnya, sehinggaharus disterilkan dengan ultrafiltrasi pada suhu kamar.Ultrafiltrasi adalah teknik sterilisasi dengan menggunakan penyaring bakteri ( Dodds dan Roberts, 1982).

4. Sterilisasi kimiaTempat kerja secara umum disterilkan

permukaannyadengan etanol 70 % v/v atau isopropanol 70 % v/v. Meskipunalkohol yang diasamkan ( 70 % pH 2,0 ) mungkin lebih efektif sebagai desinfektan, tetapi tidak digunakan secara umum karena bersifat korosif pada alat logam. Alkohol 80 % juga seringdigunakan, tetapi lebih mudah terbakar. Alat yang akan dipakaisebaiknya dicelupkan dalam alkohol dan dilewatkan lampuspritus (Dodds dan Roberts, 1982).

5. 4 Rumus Perhitungan Larutan StokLarutan stok adalah larutan yang berisi satu

atau lebih komponen media yang konsentrasinya lebih besar dari konsentrasi komponen tersebut dalam formulasi media yang akan dibuat.

Rumus perhitungan larutan stok yang dibutuhkan, dapat menggunakan rumus:

Page 8: Media Adis

Keterangan: V1 = Volume yang akan dibuatM1 = Banyaknya kebutuhan senyawa dalam

media MSV2 = Volume larutan stok yang akan diambilM2 = Banyaknya senyawa dalam larutan stok

(Herawan & Na’iem, 2006)

5. 5Jenis Kontaminasi Media Sumber kontaminasi dapat berasal dari eksplan

tumbuhan, organisme kecil yang masuk ke dalam media, alat yang tidak steril dan lingkungan kerja yang kotor. Sehingga harus dilakukan: sterilisasi lingkungan kerja, alat-alat, media dan bahan tanaman(Gunawan (1988) dalam jurnal Susilowati, Ari dan Listyawati, Shanti. 2001).

Kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri atas dua jenis yaitu kontamiasi oleh bakteri dan kontaminasi oleh jamur. Untuk membedakan kedua jenis kontaminasi ini, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik yang muncul pada eksplan maupun media kultur. Bila terkena kontaminasi bakteri maka tanaman akan basah atau menyebabkan adanya lendir, hal ini dikarenakan bakteri langsung menyerang terhadap jaringan dari tubuh tumbuhan itu sendiri. Sedangkan bila terkontaminasi oleh jamur, tanaman akan lebih kering dan akan muncul hifa jamur pada tanaman yang terserang dan biasanya dapat dicirikan dengan adanya garis – garis (seperti benang) yang berwarna putih sampai abu – abu. Penyebab terjadinya kontaminasi bisa diakibatkan karena kesalahan pada saat penanaman, saat sterilisasi media dan eksplan atau bahkan pada saat pembuatan media (Hendaryono, 1994).

V1 x M1 = V2 x M2

Page 9: Media Adis

5. 6 Ciri-Ciri Media yang Sesuai untuk Pertumbuhan

Mikroorganisme kontaminan berasal dari enam genus, yakni cendawan Mucor, Rhizopus, Aspergillus, Cladosporium, Dictyostelium dan golongan Saccharomyces.1. Mucor

Ciri morfologi koloni: hifa seperti benang putih; bagian tertentu tampak sporangium dan sporangiofor berupa titik-titik hitam seperti jarum pentul. Ciri Mikroskopis: hifa tanpa sekat, terdapat sporangium dan sporangiospora.

2. RhizopusCiri morfologi koloni: hifa seperti benang

berwarna putih sampai kelabu hitam; bagian tertentu tampak sporangium dan sporangiofora berupa titik-titik hitam seperti jarum pentul. Ciri mikroskopis: hifa tanpa sekat, terdapat rizoid dan sporangiospora Dalam penelitian ini Mucor dan Rhizopus ditemukan hampir di semua kultur in vitro yang terkontaminasi.

Pertumbuhan miseliumnya sangat lebat dan mendominasi seluruh permukaan media kultur. Hampir 80% dari kultur in vitro yang diamati pada penelitian ini diserang oleh kedua cendawan ini. Aspergillus dan Cladosporium Ciri morfologi koloni: koloni berwarna hijau kebiruan dengan area kuning sulfur pada permukaannya; miselium berbentuk benang halus. Ciri mikroskopis: terdapat konidiofor, sel kaki dan kepala berkonidium terdiri dari gelembung, fialid serta kadang-kadang metula dan konidium; fialid dapat dibentuk langsung pada gelembung uniseriat atau metula biseriat; kepala konidium berbentuk kolumner atau radial. Aspergillus adalah cendawan yang paling sering mengkontaminasi karena pertumbuhan koloninya sangat cepat.

3. Cladosporium

Page 10: Media Adis

Ciri morfologi koloni: warna hijau kehitaman; struktur kompak seperti beludru: pertumbuhan relatif lambat. Cendawan kelas Deuteromycetes yang ditemukan pada penelitian ini adalah Aspergillus dan Cladosporium Frekuensi kontaminasi kultur oleh Aspergillus relatif lebih tinggi dibandingkan Cladosporium, tetapi masih lebih rendah dibanding Mucor dan Rhizopus. Aspergillus dan Cladosporium adalah cendawan yang banyak menyerang tumbuhan tingkat tinggi (parasit) dan banyak ditemukan pada produk-produk pasca panen.

4. SaccharomycesCiri morfologi koloni: tidak membentuk

miselium, koloni berupa lendir berwarna putih, permukaan koloni licin. Ciri mikroskopis: satu sel, bentuk bulat sampai lonjong, ditemukan adanya tunas. Cendawan golongan Ascomycetes yang ditemukan pada penelitian ini adalah Saccharomyces atau biasa dikenal sebagai khamir. Frekuensinya tidak begitu sering ditemukan pada kultur yang terkontaminasi. Sumber penyebarannya adalah tanah atau bahan penelitian berupa tumbuhan yang terkena parasit. Oleh karena itu kebersihan ruang kultur menjadi sangat penting untuk menekan tingkat kontaminasi khamir ini.

5. DictyosteliumCiri morfologi koloni: terdapat agregasi yang

merupakan pusat struktur seluler pertama yang bersifat amoeboid. Termasuk kapang lendir seluler. Kapang lendir merupakan kumpulan mikroorganisme yang heterogen. Padanya terdapat ciri-ciri hewan dan tumbuhan. Fase vegetatif atau somatik yang aseluler dan merayap jelas mempunyai struktur dan fisiologi seperti binatang; struktur reproduksifnya seperti tumbuhan, yaitu menghasilkan spora yang

Page 11: Media Adis

terbungkus dinding yang nyata. Gabungan fase seperti binatang dan tumbuhan dalam satu daur hidup ini merupakan ciri pembeda kapang lender.

(Susilowati, 2001).2.6 Ciri-Ciri Media yang Sesuai untuk

Pertumbuhan EksplanMedia yang baik berarti media yang memiliki

kandungan komposisi lengkap sesuai yang dibutuhkna tanaman.1. Hara anorganik

Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur.

2. Hara organicTanaman yang tumbuh dalam kondisi

normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media. Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan. Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi. Dengan penelitian yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu, mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino.

3. Sumber karbon

Page 12: Media Adis

Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh. Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalam kultur.

4. AgarUmumnya jaringan dikulturkan pada media

padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin kadang–kadang digunakan pada lab komersial.

Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi) yang merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi masalah ini, produk baru bernaman Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk ini merupakan campuran agar dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua

Page 13: Media Adis

produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen pengental untuk 1 L media.

5. pHpH media biasanya diatur pada kisaran

5,6–5,8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum. Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat.

6. Zat Pengatur TumbuhPada media umumnya ditambahkan zat

pengatur tumbuh.7. Air

Air distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media.

(Sriyanti, 1994)

Page 14: Media Adis

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Alat dan bahan A. Alat

1. Magnetic Stirer untuk mencampur agar-agar dan sukrosa

2. Botol semprot untuk menyemprotkan alkohol pada plastik dan aluminium foil

3. Gelas ukur untuk mengukur volume larutan stok

4. Pipet untuk mengambil larutan dengan skala kecil

5. Kertas lakmus untuk menentukan pH larutan

6. Timbangan analalitik untuk menimbang agar-agar dan sukrosa

7. Botol kultur untuk tempat media kultur jaringan

8. Aluminium foil untuk menutup media kultur jaringan

9. Karet gelang agar media benar-benar tertutup rapat dan tidak ada udara yang masuk

10. Kertas payung untuk menutup media kultur jaringan

11. Autoklaf untuk mensterilkan botol kultur jaringan

12. Microwave untuk memanaskan campuran agar-agar dengan sukrosa

B. Bahan1. Sukrosa sumber energi2. Aquades pelarut3. NaOH menaikkan pH yang rendah4. HCl menurunkan pH yang tinggi5. Agar pemadat media

Page 15: Media Adis

6. Fe-EDTA buffer, pernapasan, dan pembentukan hijau daun

7. Vitamin mempercepat pembelahan sel8. Unsur hara makro menyediakan unsur hara

dalam jumlah besar bagi eksplan9. Unsur hara mikro menyediakan unsur hara

dalam jumlah kecil bagi eksplan

3.2 Cara KerjaPipet larutan stok (Makro, mikro, Vitamin, Fe-Na-EDTA)

sesuai kebutuhan

Masukan dalam Beaker gelas dan tambahkan Aquades sampai Volume yang di inginkan

Masukan Magnet Stirer kedalam Beaker gelasdan letakan pada Plate Magnetic Stirer

Nyalakan magnetic stirrer supaya larutan homogendan tambahkan Sukrosa (7,5 g/l) sampai larut

Ukur pH Larutan sesuai ketentuan (5,8), dengan pH Meter atau Kertas pH Universal

Jika pH sudah sesuai, tambahkan agar-agar (1,75 g/l) yang sudah di siapkan, panaskan sampai mendidih dan

larut sempurna

Tiriskan sampai tidak terlalu panas dan tuangkan dalam botol kultur

Page 16: Media Adis

Tutup botol dengan plastic yang sudah di siapkan dan media siap di sterilisasi dengan Autoclave pada tekanan

1.5 psi selama 20 menit

Setelah di autoclave botol media di pindahkan ke ruang kultur jaringan dan selanjutnya siap untuk digunakan

sebagai media tanam

3.3 Analisa perlakuanPada praktikum kali ini yaitu mengenai

pembuatan media kultur pertama-tama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian siapkan larutan stok sebanyak 250 ml ke dalam beaker glass yang terdiri atas unsur hara makro sebanyak 25ml, unsur hara mikro, Fe-EDTA, dan vitamin masing-masing sebanyak 2,5 ml. Kemudian masukkan magnetic stirrer ke dalam beaker glass dan letakkan pada plate magnetic stirrer. Kemudian nyalakan magnetic stirrer dan atur putarannya unutk menghomogenkan larutan. Saat dilakukan stirrer tambahkan sukrosa sebanyak 7,5gr. Kemudian ukur pH larutan menggunakan pH meter atau kertas pH universal. Untuk pH yang baik yaitu pH antara 5,6-5,8 apabila pH >5,8 maka ditambahkan HCl 1% untuk menurunkan sedangkan apabila pH <5,6 maka ditambahkan NaOH 1% untuk menaikkan pH larutan. Jika pH telah sesuai tambahkan agar-agar 1,75 gr lalu di stirer lagi untuk menghomogenkan larutan sampai mendidih. Lalu tuangkan ke dalam botol kultur yang telah disediakan secukupnya kemudian tutup botol dengan plastik dan ikat dengan karet gelang lalu di sterilisasi ke dalam autoclave dengan tekanan 15 Psi selama 20 menit. Bila sudah selesai di autoclave pindahkan botol kultur ke ruang kultur jaringan dan selanjutnya siap digunakan sebagai media tanam.

Page 17: Media Adis

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 HasilPengamatan I

No Dokumentasi Tanggal Pengamat

an

Keadaan media

Keterangan

1 Media 1 21 November 2013

Berwarna putih dan padat.

Tidak ada kontaminasi

2 Media 2 21 November 2013

Berwarna putih dan padat.

Tidak ada kontaminasi

3 Media 3 21 November 2013

Berwarna putih dan padat.

Tidak ada kontaminasi

Pengamatan IINo Dokumentasi Tanggal

Pengamatan

Keadaan media

Keterangan

1 Media 1 25 November 2013

Berwarna putih dan padat.

Tidak ada kontaminasi

Page 18: Media Adis

2 Media 2 25 November 2013

Berwarna putih dan padat.

Tidak ada kontaminasi

3 Media 3 25 November 2013

Berwarna putih dan padat.

Tidak ada kontaminasi

Pengamatan IIINo Dokumentasi Tanggal

Pengamatan

Keadaan media

Keterangan

1 Media 1 27 November 2013

Berwarna putih dan padat.

Tidak ada kontaminasi

2 Media 2 27 November 2013

Berwarna putih dan padat.

Tidak ada kontaminasi

Page 19: Media Adis

3 Media 3 27 November 2013

Selaput berwarna keputihan dan berlendir.

Ada kontaminasi

4. 2 PembahasanBerdasarkan data hasil pengamatan di atas,

hanya terdapat satu media yang mengalami kontaminasi yaitu media ketiga pada tanggal 27 november 2013. Pada media tersebut terdapat selaput berwarna keputihan dan berlendir. Menurut Cantika (2006) adanya gejala pada media yaitu terdapat selaput berwarna keputihan dan berlendir merupakan tanda adanya kontaminasi dari bakteri Kurthia gibsonii yang menyebabkan media berlendir putih dan menggenangi permukaan media.

Kurthia Gibsonii adalah bakteri gram positif berbentuk batang yang hidup pada kotoran hewan dan makanan yang berbahan baku daging. Bakteri ini tidak bersifat patogen (Holt et al., 1994). Penyebarannya dapat melalui pupuk organik yang terdapat pada media tanam atau air yang sudah tercemari bakteri ini. Pada awalnya bakteri ini tidak menyebabkan perubahan apapun terhadap eksplan, namun bakteri ini sangat cepat berkembang hingga menutupi permukaan media dan eksplan menjadi tergenang. Keadaan ini menyebabkan eksplan tidak dapat bertahan dan berkembang lagi dan akhirnya mati.

Kontaminasi itu dapat terjadi karena manusia atau pekerja melalui pakaian yang dikenakan,

Page 20: Media Adis

anggota badan dan pernapasan serta alat dan bahan yang digunakan melalui proses sterilisasi yang kurang sempurna sehingga kontaminan masih melekat dalam peralatan. Kontaminasi dapat juga berasal dari aquades yang telah terkontaminasi kontaminan.

Page 21: Media Adis

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan kegiatan praktikum yang telah

dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa larutan Murashige Skoog dapat digunakan sebagai media untuk kegiatan kultur jaringan karena didalamnya telah terkandung berbagai unsur hara seperti unsure hara makro dan mikro, vitamin, sukrosa, dan lain-lain yang mampu untuk menunjang dari pertumbuhan dan perkembangan eksplan.

Media merupakan salah satu faktor utama dalam teknik perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media yang digunakan harus ada dalam kondisi yang aseptic (steril)

Berdasarkan hasil pengamatan masih terdapat media yang terkontaminasi walaupun telah dilakukan sterilisasi. Pada media yang diamati terdapat kontaminasi bakteri dengan ciri-ciri media berlendir putih dan menggenangi permukaan media.

5.2 SaranSemoga untuk laboratoriumnya bisa lebih

diperhatikan lagi, seperti khususnya ruang penumbuhan untuk kultur. Untuk Mbak asisten, sudah cukup baik dalam penyampaian materinya.

Page 22: Media Adis

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 1985. Solusi perbanyakan tanaman budidaya kultur jaringan tanaman. bumi aksara. Jakarta.

Dodds, J.H. and L.W. Robert.1982. Experiment in plant tissue culture. Cambridge University Press, Cambridge

Gunawan L.W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Hendaryono, Daisy P. Sriyanti dan Ari Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius

Herawan, T dan M. Na’iem. 2006. Pengaruh Jenis Media dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Perakaran pada Kultur Jaringan Cendana (Santalum album Linn.). Jurnal Agrosains 19(2) : 103-109.

Holt, J. G., N. R. Krieg, P. H. A. Sneath, J. T. Staley dan S. T. Wiliam. 1994. Bergeys Manual of Determinative Bacteriology 9th ed. Lippincott Wiliam and Wikins. Philadelphia. 785hal.

Sriyanti, Daisy P. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.

Susilowati, Ari dan Listyawati, Shanti. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS. Universitas Sebalas Maret, Surakarta

Wardiyanti, 1998. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. PAU bioteknologi IPB. Bogor.

Wetherell, 1982. Pengantar Propagansi Tanaman Secara In Vitro. New jersey. Avery plublishing.

Yusnita. 2003. Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agromedia . jakarta.