makna ritual bakar batu bagi masyarakat kristen suku dani...

50
Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani di Kota Semarang ditinjau dari Perspektif Sosio-Antropologi Oleh, VENSCHA MARIA LESIPUTTY 712010040 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2015

Upload: ngonga

Post on 06-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani di Kota Semarang ditinjau

dari Perspektif Sosio-Antropologi

Oleh,

VENSCHA MARIA LESIPUTTY

712010040

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2015

Page 2: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual
Page 3: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual
Page 4: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual
Page 5: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual
Page 6: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

Motto

Diberkati untuk Memberkati

“orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang

berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa

berkas-berkasnya.

(Mazmur 126:5-6)

Ku tak cemas kan jalan yang naik turun lewat lembah dan gurun yang terjal, sebab Engkau berjalanlah

bersamaku, membimbingku ke negeri baka.

Tulisan ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus sang

Penopang dalam hidup saya.

Bapak dan Mama, serta semua orang yang selalu mendukung penulis dan mengandalkan Tuhan di dalam

hidupnya.

v

Page 7: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa hanya karena kasih dan kemurahan Tuhan Yesus maka

penulisan tugas akhir ini dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan baik. Lelah, capek dan

kadang-kadang hampir putus asa, itulah yang penulis alami tetapi Tuhan tetap memberikan

semangat dan kekuatan, sehingga penulis tetap semangat dan berusaha semaksimal mungkin

mengerjakan tugas akhir ini. Untuk pencapaian ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih

kepada beberapa pihak yang telah membimbing dan memungkinkan penulis berproses di

Fakultas Teologi UKSW.

1. Papa dan Mama. Terimakasih untuk cinta, kasih sayang dan dukungan yang diberikan

kepada Penulis, selama proses penulisan Tugas Akhir ini. Terimakasih untuk nasihat dan

juga lutut yang tidak pernah lelah untuk terus mendoakan penulis yang ada di tanah

rantauan, serta yang penulis butuhkan selama perkuliahan. Kiranya Tuhan Yesus yang

dapat membalas jerih payah papa dan mama.

2. Untuk K’Edo, Jerry, Edwin, Ucup, Yanti, Billy, Vero, Maria, K’Bety, Kezya dan semua

di rumah. Trima kasih untuk keceriaan dan kasih persaudaraan yang selalu ku rindukan di

tanah rantau ini. walau ada berjuta kebahagiaan yang di tawarkan di tempat lain

tetapi saya akan memilih menghabiskan masa-masa indah bersama kalian. I am

coming home. I Love u all

3. Pdt. Dr. Retnowati, M.Si, selaku pembimbing 1. Terimakasih banyak ibu untuk

bimbingannya selama ini, terimakasih sudah membuat saya sibuk demi mengejar date

line hanya untuk wisuda, terimakasih untuk proses pembelajaran dan nasehat selama

masa bimbingan. Kiranya Tuhan Yesus Kristus yang akan membalas segala kebaikan

bapa, juga untuk pembimbing 2, Pdt. Dr. Ebenheazer. terimakasih sudah membimbing

penulis, memberikan revisi dan masukan-masukan yang baik sehingga menyadarkan

penulis untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu yang ada. Trima kasih bapa karena

tidak pernah bosan lihat beta ketuk pintu kantor. Penulis juga mohon maaf apabila sering

membuat kesal. Kiranya segala jerih payah yang telah diberikan Tuhan Yesus Kristus

yang akan membalasnya. Tuhan Yesus Memberkati

vi

Page 8: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

4. Pdt. Izak Lattu dan Bapak David Samiono yang sudah mereview Tugas Akhir dari

penulis. Terimakasih sudah meluangkan waktu demi membaca Tugas Akhir dari penulis.

Tuhan Yesus memberkati selalu.

5. Seluruh dosen Fakultas Teologi UKSW. Terimakasih banyak bapak dan ibu dosen untuk

kebersamaannya selama ini, terimakasih untuk ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada

penulis yang terkadang menguras pikiran dan tenaga, mebuat penulis bersungut-sungut

dan kadang mengumpat dalam hati, tetapi penulis sangat yakin bahwa apa yang sudah

bapak dan ibu dosen berikan suatu saat nanti akan berguna. Bapak Thobias terimakasih

untuk nasehat yang di berikan, sangat peduli bahkan sudah menjadi orang tua bagi

penulis dan teman-teman Kiranya Tuhan Yesus Kristus yang akan membalas segala

kebaikan bapak. Untuk Pak Yusak, terimakasih ibu sudah menjadi wali studi, menjadi

motivator terhebat selama penulis berada di Fakultas Teologi. Tuhan Yesus Kristus

memberkati bapak dan ibu bersama keluarga.

6. Pegawai TU. Bu Budi, Mbak Liana dan mas Eko makasih banyak untuk keakraban dan

bantuannya selama ini. Terutama bu Budi, terimakasih ibu untuk bantuan dan kesabaran

dalam menghadapi penulis. Kiranya Tuhan Yesus memberkati selalu

7. Majelis Jemaat GKO Solideo Waena dan seluruh komisi. Terimkasih telah menjadi

bagian terpenting dalam proses perkuliahan penulis. Tempat di mana penulis belajar dan

bekerja selama kurang lebih 4 bulan. Terimakasih untuk Bapak Pdt. Jalahan. Sianturi

bersama mami Pdt. Ni Wayan. Terimakasih banyak untuk kasih sayang yang diberikan

kepada penulis,

8. Masyarakat Suku Dani di kota Semarang, Persekutuan Pondok Daud dan HIPMAPAS

Terimakasih telah memberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

Kiranya tulisan ini berguna.

9. Mejelis Jemaat GKI Salatiga yang sudah menjadi tempat di mana penulis melakukan

pelayanan, terimakasih banyak karena sudah menerima kehadiran penulis layaknya

keluarga. Kiranya keakraban ini tetap terjalin sampai kapan pun. Tuhan Yesus Kristus

memberkati selalu.

10. Teologi 2010 UKSW. Terimakasih banyak teman-teman tersayang untuk

kebersamaannya selama ini, mengenal kalian adalah sejarah indah dalam hidup saya.

Dimanapun kalian berada cerita dan kenangan kita akan selalu terukir indah dalam hati

Page 9: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

kita masing-masing. Tetap ingat motto kita, “one heart, one dream and one vision”

teologi 2010 tetap di hati. Tuhan Yesus Memberkati kita selalu.

11. Sahabat sekaligus saudara terbaik Janeman Jorgie Pieter dan Lionita Itta. terimakasih

sudah mengisi hari-hari indah selama di salatiga, menjadi teman duduk yang tak

tergantikan, teman translate tugas yang abadi. Masih teringat jelas omelan dan sindiran

yang memacu penulis untuk menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Tuhan Yesus

berkati kalian berdua dalam pelayanan. Semoga masa vicarnya sukses.

12. Sylvia, Javier, Bill, Frida, Tommy, Ogel, K’Dontes, Insos, K’Gaby, Usi Nina, Pepy,

Amelia, Henny , Oyen, dan semua teman-teman yang selalu memberikan semangat dan

mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Tuhan Yesus berkati

13. Trima kasih untuk Keluarga Faot. Bapa, mama, dan semua ade-ade yang selalu

mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. Tuhan Yesus memberkati

14. Trima kasih untuk Bapak Albert Kayame dan Ibu Diana, k’Juan, ade Grace, Kakak Ishak

Ronsumbre, istri dan semua ade-ade, Bapak Atenius Murib dan Mama Ida. Trima kasih

untuk doa dan dukungan selama ini. trima kasih karena menganggap penulis bagian dari

keluarga kalian. penulis senang mengenal semua keluarga ini. Tuhan Yesus memberkati

15. untuk yang terkasih, Julio O. Avner . Faot. S.Th. Trima kasih untuk doa, nasehat, dan

semangat yang selalu diberikan disaat penulis sedih dan menetaskan air mata dalam

proses penyelesaian tugas akhir ini. trima kasih karena selalu meyakinkan penulis untuk

meyelesaikan dengan baik penulisan ini. Tuhan Yesus memberkati mu.

Akhirnya untuk semua pihak yang terlibat, bapak-mama, om-tante, oma-opa bahkan

beberapa pihak yang tidak saya sebutkan satu per satu yang mendukung dan mendoakan

terimakasih banyak. Kiranya tulisan yang jauh daripada sempurna dapat berguna bagi kita

semua. Tuhan Yesus Kristus yang akan membalas segala kebaikan hati yang diberikan kepada

penulis. Tuhan Yesus memberkati kita selalu.

Salatiga, 1 Juli 2015

Viii Venscha Maria Lesiputty

Page 10: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

Abstrak

Tradisi bakar batu merupakan sebuah ritus yang sangat bermakna dalam kehidupan

masyarakat suku Dani. Dalam tindakan ritual terkandung seluruh nilai-nilai kehidupan yang

dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual yang dilakukan tidak terpisahkan dari bentuk

kepercayaan, norma dan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam masyarakat. Ritual bakar batu

merupakan ritual yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat suku Dani. Ada dua makna

umum ritual bakar batu dalam kehidupan masyarakat suku Dani yaitu: sebagai bentuk pemujaan,

dan sarana mediasi. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ritual bakar batu yang dilakukan

oleh masyarakat Kristen suku Dani di kota Semarang mangalami penambahan makna. Makna

baru tersebut berkaitan dengan kehidupan mereka yang menyadang gelar baru sebagai

perantauan. Ritual bakar batu yang dilakukan merupakan bentuk pelestarian budaya leluhur,

penjaga identitas sosial, sebagai salah satu sarana pewarisan budaya kepada generasi penerus,

dan memperkenalkan budaya suku Dani kepada Masyarakat kota Semarang. Teori yang dipakai

sebagai alat analisa adalah identitas sosial, simbol dan ritual. Dalam penilitian ini metode yang

digunakan ialah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Kata kunci: Identitas sosial, Simbol, Ritual dan Masyarakat suku Dani

ix

Page 11: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES .................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ iv

MOTTO .............................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... x

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............. .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ……. ............................................................................................... 4

1.3 Tujuan . ......................................................................................................................... 4

1.4 Signifikansi atau Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

1.5 Metode Penelitian ........................................................................................................ 5

1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................................. 6

2. LANDASAN TEORI IDENTITAS SOSIAL, SIMBOL DAN RITUAL

2.1 Identitas Sosial. ............................................................................................................. 7

2.2 Simbol . ......................................................................................................................... 12

2.3 Ritual . ........................................................................................................................... 15

Page 12: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

2.4 Ritual Bakar Batu. ......................................................................................................... 17

3. GAMBARAN UMUM SUKU DANI

3.1 Sistem Kehidupan Orang Dani . ................................................................................... 19

3.2 Ritual Bakat Batu di Daerah Asal Suku Dani .............................................................. 22

3.3 Masyarakat Suku Dani yang tinggal di kota Semarang ............................................... 24

3.4 Ritual Bakar Batu di kota Semarang . ........................................................................... 25

4. ANALISA MAKNA BAKAR BATU BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT

KRISTEN SUKU DANI DI KOTA SEMARANG DITINJAU DARI PRESPEKTIF

SOSIO-ANTROPOLOGI . ............................................................................................... 29

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI . ..................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA . .................................................................................................. 36

xi

Page 13: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

1

MAKNA RITUAL BAKAR BATU BAGI MASYARAKAT KRISTEN

SUKU DANI DI KOTA SEMARANG DI TINJAU DARI PERSPEKTIF

SOSIO – ANTROPOLOGI

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan dengan beraneka ragam suku, adat-istiadat

dan budaya, daerah satu dengan yang lain memiliki kebudayaan yang berbeda.

Hal ini yang membuat Negara Indonesia disebut negara majemuk karena setiap

suku memiliki keunikan. Perbedaan-perbedaan tersebut bukan membuat

perpecahan tetapi dari perbedaan tersebut menunjukan bahwa Indonesia adalah

negara yang kaya akan keberagaman budaya dan agama. Kebudayaan setiap

kelompok memiliki ciri-ciri khusus.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah hasil dan

penciptaan batin atau akal budi manusia seperti kepercayaan, keseniaan, dan adat

istiadat.1Kebudayaan juga merupakan hasil prestasi manusia dan bagian dari

warisan manusia di setiap tempat atau waktu yang sudah diberikan pada manusia

secara teratur.2 Istilah lain untuk memahami pengertian culture yaitu bahwa

manusia di dalam kebudayaan tidak berdiri sendiri. Manusia hidup dalam suatu

lingkungan kebudayaan dan di situ mereka mengenal cara hidup tertentu.3

Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya

bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan

orang lain.4 Oleh sebab itu sebuah komunitas atau masyarakat sangat penting bagi

setiap induvidu, karena di dalam masyarakat tersebut, kebudayaan mengalami

pertumbuhan dan perkembangan.5 Dalam Setiap kebudayaan terdapat tradisi,

ritual (upacara) dan juga norma yang mengatur setiap masyarakat. Ritual atau

upacara ini dilakukan sebagai alat kontrol sosial yang bermaksud mengontrol

1DepartemenPendidikandanKebudayaan,KamusBesarBahasa Indonesia (Jakarta:

BalaiPustaka, 1991), 149. 2 H. Richard Niebuhr, Kristusdan Kebudayaan (Jakarta: Petra Jaya, 1956).38

3 Verkuyl, Etika Kristen dan Kebudayan (Bogor: Percetakan Bogor, 1966).13

4 Tri Widiarto, Pengantar Antropologi. (Salatiga: Widya Sari Press,2007) 38

5 Tri Widiarto, Pengantar Antropologi……., 11

Page 14: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

2

perilaku dan kesejahteraan induvidu demi dirinya sendiri sebagai individu.6 Ada

begitu banyak upacara yang dilakukan oleh masyarakat di Indonesia misalnya

prosesi upacara adat Kebo-keboan yang dilaksanakan setiap tahun oleh warga

desa Alas Malang awalnya upacara adat ini dilaksanakan untuk memohon

turunnya hujan saat kemarau panjang selanjutnya upacara Rambu Solo atau

upacara kedukaan /kematian. Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat

Toraja secara turun temurun.7.

Berkaitan dengan upacara adat yang dimiliki oleh masyarakat, masyarakat

Papua juga memiliki ritual (upacara) yang sering dilakukan dalam rangka

merayakan pesta adat, pesta panen, kematian dan peristiwa-peristiwa yang

dipandang penting bagi orang Papua.Ritual bakar batu yang dilakukan oleh

masyarakat Papua merupakan sebuah tradisi yang diturunkan dari para leluhur.

Ritual bakar batu pada zaman dahulu dilakukan dalam rangka mempersembahkan

persembahan dan juga wujud ekspresi kegembiraan dan kesedihan kepada pada

leluhur dalam setiap peristiwa yang mereka alami.Ritual ini juga diadakan karena

mampu membangun satu kekuatan jiwa secara bersama-sama untuk

menghadirkan kekuatan supranatural. Jiwa atau roh pelindung Klen akan hadir

dan berfungsi sebagai pengontrol dan membantu jiwa pribadi dalam memenuhi

tanggung jawabnya kepada klen atau masyarakat.8Ritual bakar batu juga bertujuan

untuk membagikan makanan kepada orang-orang yang belum mempunyai

makanan, seperti ubi,jagung dan sayur-sayur seperti yang ada di dalam ritual

bakar batu.9Makanan-makanan tersebut dapat dimakan bersama-sama setelah

ritual ini berakhir.

6 Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama,(Yogyakarta: Penerbit

Kanisius,1995) 180 7“upacara-adat-di-berbagai-macam-daerah-indonesia”. dalam alamat link

http://ensiklonesia.blogdetik.com/2012/05/28/Diunduhpadatanggal: 18 November 2014 8Ibrahim Gwijangge, “Bakar Batu Babi Sakral Bagi Masayarakat Pegunungan

sebuah perspektif sosialogi agama emile Durkheim” dalam link

http://majalahselangkah.com/content/bakar-batu-babi-sakral-bagi-masyarakat-

pegunungan-sebuah-perspektif-sosiologi-agama-emile-durkheim Diunduh pada tangal 17

November 2014 9 Dumma Socratez, Kita Meminum Air dari Sumur Kita Sendiri,(Jayapura:

Cendrawasih Press, 2010).113

Page 15: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

3

Seiring berjalannya waktu perkembangan terjadi di berbagai bidang.Berbagai

alat teknologi turut mengambil bagian dalam perubahan-perubahan lingkungan

serta mempengaruhi kehidupan masyarakat. Peralatan-peralatan memasak yang

berteknologi tinggi sudah tersedia diberbagai tempat dan memudahkan proses

memamasak, Hal tersebut mempengaruhi tradisi atau ritual yang sering dilakukan

oleh Masyarakat Papua yaitu ritual bakar batu. Sebagian besar masyarakat Papua

yang berada di daerah perkotaan jarang melakukan tradisi bakar batu, Akan tetapi

hal ini berbeda dengan masyarakat suku Dani baik yang tinggal di perkampung

maupun di perkotaan masih melakukan ritual bakar batu disetiap peristiwa-

peristiwa yang mereka anggap penting.

Masyarakat suku Dani merupakan suku di Lembah Baliem, Papua.10

Suku ini

identik dengan sebutan suku-suku di daerah pegunungan Papua. Sebelum

datangnya pekabar injil dari dunia barat, Masyarakat suku Dani masih mempunyai

ritual-ritual yang mereka jalankan dalam kehidupan ritus mereka, Dengan

hadirnya para pekabar Injil yang datang ke daerah pegunungan dan

mengkristenkan masyarakat suku Dani, maka sampai hari ini sebagian besar

penduduk suku Dani beragama Kristen.Masyarakat suku Dani yang beragama

Kristen kini melakukan peribadatan dan ikut serta merayakan hari-hari raya

Kristiani, seperti natal, paskah, serta memperingati masuknya Injil di daerah

mereka. Keikutsertaan masyarakat suku Dani dalam hari raya gerejawi tidak

membuat masyarakat Dani meninggalkan ritual mereka. Ritual bakar batu tetap

mereka lakukan dalam acara adat dan juga hari raya Kristiani.

Kini masyarakat Papua terkhusus suku Dani tersebar hampir di seluruh

pulau di Indonesia seperti Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Bandung, Surabaya,

Malang dan beberapa kota lainnya. Masyarakat suku Dani yang merantau di kota

Semarang berjumlah 220 orang yang berasal dari berbagai kampung antara lain

Tolikara, Wamena, Puncak Papua, Nduga, Lanny Jaya dan Intan Jaya.11

10

“Suku Dani Kebudayaan-Sistem Kepercayaan, bangsa dan kekerabatan dalam

link http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/suku-dani-kebudayaan-sistem-

kepercayaan-bangsa-kekerabatan.html . Diunduh pada tanggal 17 November 2014 11

LT (inisial) ketua persekutuan publatduwa atau persekutuan yang

menghimpunkan masyarakat-masyarakat daerah pegunungan. wawancara, (Semarang,

26-02-2015, Pukul 16.00 WIB)

Page 16: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

4

Keberadaan mereka di kota Semarang dengan berbagai tujuan dan kepentingan

individu yaitu kuliah, sekolah dan bekerja. Masyarakat suku dani yang merantau

di kota semarang tidak hanya melakukan aktivitas harian mereka sebagai

mahasiwa, pelajar dan pekerja tetapi mereka juga menjalakan ritual- ritual yang

mereka miliki. Salah satu ritual yang sering di lakukan oleh masayarakat suku

Dani di kota Semarang adalah ritual bakar batu. Berbeda dengan masyarakat

suku Dani di kota-kota lain yang jarang melakukan ritual bakar batu. Ritual ini

masih tetap dilakukan oleh masyarakat Dani yang berada di kota Semarang.

Walaupun kini mereka hidup sebagai perantau jauh dari lingkungan asal mereka

tetapi masyarakat Dani yang tinggal di kota Semarang tidak begitu saja

meninggalkan ritual bakar batu. Kota semarang masih tetap menjadi tempat

dimana mereka menjalankan ritual tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, maka rumusan penelitian ini

adalah :

1. Mengapa masyarakat Kristen suku Dani di kota Semarang masih

melakukan upacara bakar batu?

2. Apa makna bakar batu bagi masyarakat Kristen suku Dani di kota

Semarang

1.3 Tujuan

1. Mengetahui alasan mengapa masyarakat Kristen suku Dani di kota

Semarang masih melakukan upacara bakar batu.

2. Mengetahui makna bakar batu menurut masyarakat suku Dani di

kota Semarang.

1.4 Signifikansi (manfaat) Penelitian

Memberi sumbangsi pemikiran kepada dunia akademis tentang

kebudayaan, secara khusus kebudayaan masyarakat Papua yang berkaitan

dengan ritual bakar batu Serta sumbangsi kepada Masyarakat secara

umum dan Gereja secara khusus tentang makna ritual bakar batu bagi

Page 17: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

5

kehidupan masyarakat Papua, serta usaha untuk melestarikan ritual

tersebut.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari suatu

peraturan-peraturan yang ada dalam sebuah penelitian.12

Metode

penilitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendektan

kualitatif.Metode deskriptif adalah metode yang diartikan sebagai usaha

mengungkapkan masalah atau keadaan dan memberikan gambaran secara

obyektif tentang keadaan yang sebenaranya dari obyek yang diselidiki.13

Teknik Pengumpulan Data

a. Interview atau wawancara.

Teknik pengumpulan data adalah wawancara, yang memberi

keleluasaan bagi informan kunci untuk memberi pandangan-

pandangan secara bebas. Sebaliknya, wawancara seperti ini akan

memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan

secara mendalam untuk memperoleh data primer yang diperlukan

dalam penelitian ini. Sumber data yang diambil adalah data yang

diperoleh langsung melalui wawancara dengan informan kunci secara

lisan dan tulisan.

b. Studi Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan bahan atau data melalui

studi kepustakaan dari berbagai buku dan dokumen lainnya. Selain itu

studi kepustakaan bermanfaat juga untuk menyusun landasan teori yang

akan menjadi tolak ukur dalam menganalisa data penelitian lapangan

guna menjawab persoalan pada rumusan masalah penelitian.

12

David Samiyono, “Diktat Metode Penelitian Sosial”’ (Salatiga: Universitas

Kristen Satya Wacana, 2004), 25 13

H. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial( Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1990), 131.

Page 18: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

6

1.6 SistematikaPenulisan

Pada bagianpertamamemuat uraian yang menggambarkan permasalahan

Tugas Akhir yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian serta metodologi penelitian. Pada bagian kedua penulis

akan memaparkan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan Ritual dan

Simbol. Padaketigaberisi tentang selayak pandang mengenai Masyarakat

Suku Dani serta budaya bakar batu, serta data-data lapangan mengenai

makna bakar batu yang dilakukan oleh masyarakat suku Dani di kota

Semarang. bagian keempatberisi analisis atau tinjauan kritis terhadap data

lapangan dengan menggunakan teori-teori yang ada. Bagian kelima berisi

kesimpulan.

Page 19: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

7

2. LANDASAN TEORI MENGENAI IDENTITAS SOSIAL, SIMBOL,

DAN RITUAL

2.1 Identitas Sosial

Identitas merupakan hal yang sangat penting dalam interaksi antara

manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Menurut Sherman, setiap orang

berusaha membangun sebuah identitas sosial (social identity), sebuah representasi

diri yang akan membantu mengkonseptualisasikan dan mengevaluasi siapa diri

(self) kita dan dan siapa yang lain (Others).14

Francis M Deng mengatakan bahwa

Identitas menggambarkan cara individu dan kelompok mengidentifikasikan diri

dengan orang lain atas dasar ras, etnis, agama, bahasa, dan budaya.15

Richard

Jenkis berpendapat bahwa identitas adalah pemahaman kita akan siapa kita, dan

siapa orang lain, serta secara resiprokal, pemahaman orang lain akan diri mereka

sendiri dan orang lain.16

Identitas sosial sangat diperlukan oleh setiap induvidu

agar dia mengetahui siapa dirinya dan siapa orang lain serta apa yang menjadi ciri

khas serta membendakan kelompok sosialnya dengan kelompok lain.

Menurut Hogg dan Abrams Identitas sosial juga merupakan konsep diri

seseorang sebagai anggota kelompok.17

Henry Tajfel mendefenisikan identitas

sosial sebagai: “bagian dari konsep diri induvidu yang berasal dari keanggotaan

mereka pada suatu kelompok (kelompok-kelompok) sosial bersama-ama dengan

nilai dan emosi yang signifikan dari keanggotaan tersebut.18

Identitas sosial

terbentuk lewat tiga proses yang dijelaskan oleh Henry Tajfel yaitu kategorisasi

sosial, kategorisasi diri atau identifikasi diri dan perbandingan sosial.

14

Robert A. Baron & Don Bayner.Psikologi Social Jilid I. (Jakarta: Erlangga,

2003),162-163. 15

Deng, Francis M. War of Visions: Conict Of Identities in the Sudan (

Washington, DC: Brookings,1995),1. 16

Jenkins, Richard. Social Identity.(London: Routledge,1996),5.

17

Michael A. Hogg, Dominic Abrams, Social Identification. ( London and New

York: Routledge, 1988),7. 18

Henry Tajfel “ Social Psychology of intergroup relation. Dalam http://www.unpeit/facolta/psychologia/avvisi/tajfel 1982.Pdf. Di unduh pada tanggal 11 april 2015

Page 20: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

8

1. Kategorisasi sosial (social-categorization)

Kategorisasi sosial merupakan cara manusia di dalam

mengklasifikasikan diri mereka dan orang lain kedalam kategori-kategori

atau kelompok-kelompok sosial yang bermakna .19

lewat kategorisasi sosial

berbagai objek atau peristiwa sosial didalam kelompok disesuaikan dengan

tindakan, maksud, sikap dan sistem keyakinan yang ada di dalam

kelompok.20

Ketegorisasi sosial membantu induvidu untuk menentukan

dan menilai dimana dirinya dan dimana orang lain. Dari

pengkategorisasian ini maka akan muncul kelompok kita (in –Group) dan

kelompok mereka (Out-group). Kedua kelompok ini akan membentuk

sistem nilai dan keyakinan kelompok masing-masing, Setiap kelompok

akan menyusun dan menetapkan keyakinan, Perasaan, sikap dan tingkah-

laku yang menjadi ciri dari satu kelompok sosial yang membedakannya

dengan kelompok sosial lainnya.

2. Kategorisasi diri

Identitas sosial, diperoleh ketika suatu kelompok sosial tertentu

mempunyai nilai-nilai yang diyakini kelompoknya dan membedakannya

dengan kelompok sosial lainya, akan tetepi pengkategorisasian diri juga

merupakan penentu dalam membanguan identitas sosial karena seseorang

mengkategorisasi dirinya pada kelompok di saat itu seseorang mendapat

identitas sosialnya. berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, tetapi

induvidu itupun tidak bisa diabaikan. Kategorisasi diri manusia kepada

kelompok di motivasi oleh berbagai macam hal yaitu:

a. Untuk mendapatkan suatu harga diri ( Self-Esteem)

yang positif.

b. Untuk memenuhi kebutuhan akan rasa dimiliki dan

dimiliki serta mengoptimalkan perbedaan.

19

J Krueger, Social categorization, Psychology of,” dalam Neil J. Smeler &

Paul B Baltes (ed), international Encyclopedia of social science and behavior, (London:

Elsevier Science,2001) 14219-14223 20

Henry Tajfel, “Social Identity and….., 69

Page 21: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

9

3. Perbandingan Sosial

Kategorisasi sosial lebih berhubungan dengan interaksi internal

kelompok, sedangkan perbandingan sosial berhubungan dengan interaksi

antar kelompok. Setelah seseorang dikategorikan sebagai bagian dari

kelompok dan diidentifikasikan dengan kelompok, selanjutnya akan ada

kecenderungan untuk membandingkan kelompoknya dengan kelompok

lain. Perbandingan sosial dimotivasikan oleh kebutuhan untuk

mengoptimalkan perbedaan dan untuk mendapatkan self–esteem yang

positif, Marylinn Brewer berargumentasi bahwa seseorang mempunyai

kebutuhan yang saling bertentangan yang memotivasi mereka untuk

mengidentifikasikan dirinya dengan suatu kelompok sosial kebutuhan

untuk menjadi bagian dari suatu kelompok sosial dan kebutuhan untuk

berbeda.

Ketika berbicara identitas, kita tidak bisa memisahkan antara induvidu dan

kelompok, induvidu mendapat identitas dari kelompk sosialnya dan kelompok

sosial terbentuk karena adanya induvidu-induvidu yang berkumpul dengan suatu

kesepakatan dan nilai yang dipegang bersama.Dengan demikian kelompok sosial

merupakan faktor pembentuk sebuah identitas. Kelompok atau grup dapat

didefenisikan sebagai sekumpulan manusia yang disatukan oleh prinsip dengan

pola rekrutmen hak dan kewajiban tertentu yang juga dipahami sebagai interaksi

yang bersifat kebiasaan, melembaga atau bertahan dalam waktu yang relatif lama

yang biasanya terjalin antarkelompok.21

Jenkins dalam buku Ethnicity and race

yang ditulis oleh Cornell dan Hartman, mengatakan bahwa pada usia kanak-

kanan, etnisitas dan hubungan darah adalah identitas utama yang cenderung lebih

kuat dan elastic (resilient) dari pada identitas lainnya.22

tidak bisa disangkal bahwa

setiap induvidu dilahirkan ke dunia, ia sudah ada dalam satu komunitas etnisnya

hal itu di sebabkan faktor keturunan.

21

H. dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial: sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 20008), 118. 22

Cornell, Stephen dan douglas Hartmann. Ethicity and Race.( Amerika:

Pine Forge Press. 1997) 81.

Page 22: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

10

Sebuah komunitas atau kelompok sosial seperti kelompok-kelopok etnis

berdiri berdasarkan aturan dan syarat. Adapun syarat-syarat penting komunitas

atau sebuah kelompok sosial menurut Charles H. Cooley dalam tulisan Soerjono

Soekanto adalah:23

1. Bahwa anggota-anggota kelompok tersebut secara fisik berdekatan satu

dengan yang lainnnya;

2. Bahwa kelompok tersebut adalah kecil dan

3. Adanya suatu kelanggengan dari pada hubungannya antara kelompok

anggota-anggota kelompok yang bersangkutan.

Namun Soerjono Soekantopun menegaskan bahwa himpunan manusia yang

dapat disebut kelompok sosial jika mereka juga memenuhi beberapa

persyaratan sebagai berikut: 24

1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan bagaian

dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal-balik antar anggota yang satu dengan anggota

yang lainnya.

3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan mereka

bertambah erat. Seperti: latar belakang sejarah yang sama ,

kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideology politik yang sama

dan lainya.

4. Berstruktur, berkaidah dan memiliki pola perilaku

5. Bersistem dan berproses

Ketika seseorang sudah menjadi bagian dari sebuah kelompok tertentu

maka dapat dikatakan ia telah memiliki identitas sosial. Identitas sosial merupakan

pengetahuan induvidu dimana dia merasa sebagai bagian anggota kelompok yang

memiliki kesamaan emosi serta nilai.25

Menurut Jan E. Stets dan peter J. Burke,

ketika seseorang telah memiliki identitas sosial dan menjadi bagian dari sebuah

23

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu pengantar.( Jakarta: CV Rajawali,1990)

138. 24

Ibid 125-126 25

H. Tajfel, Social categorization, dalam S. Moscovici (ed). Introduction a la

pschologic sociale, vol. 1,(Paris: Larousse 1972) 31

Page 23: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

11

kelompok, maka ia akan melihat segala sesuatunya berdasarkan perspektif dari

kelompok tersebut.26

Seorang sosiolog bernama Emile Durkheim mengungkapkan

pandangannya yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat

primitif.Menurutnya kehidupan sosial telah membentuk corak-corak paling

mendasar dalam kebudayaan manusia. Ia menyatakan bahwa masyarakat tidak

hanya tercipta ketika dua orang saling sepakat ia mengatakan bahwa dalam

masyarakat primitif sekalipun, seorang induvidu yang dilahirkan ke dunia

langsung mendapati kelompok-kelompok, keluarga, klan, suku dan bangsa-bangsa

serta tumbuh dalam konteks kelompok tersebut.27

Durkheim menjelasakan

bagaimana kehidupan masyarakat purba atau primitif. Menurutnya kontrak sosial

masyarakat purba selalu terikat dengan sumpah-sumpah sakral keagamaan yang

memperlihatkan bahwa setiap kesepakatan yang terbentuk antara mereka bukan

hanya ikatan antara dua belah pihak, tapi juga melibatkan campur tangan dewa

didalamnya, sebab yang merasakan akibat dari kesepakatan tersebut adalah

seluruh anggota masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat seperti ini terlihat

bahwa setiap induvidu memiliki identitas yang terbentuk dari kelompok sosial

mereka. Setiap orang akan menyatu dengan kelompok sosialnya hal ini dapat

terlihat dalam penjelasan Durkheim tentang ide kepemilikan dalam masyarakat

primitif. Kepemiliki sebuah barang atau sebidang tanah bukanlah kepemilikan

induvidu melainkan kepemiliki bersama dan berlandaskan sesuatu yang sakral,

dan barang-barang tersebut dikuasai oleh semua anggota suku secara bersama.

Dari ide kepemilikan ini muncullah pemikiran bahwa barang-barang yang dimiliki

bersama itu bersifat sakral. Dari aturan-aturan bersama dalam komunitas itu

munculah sistem kepercayaan.Seperti sebuah pohon besar yang ditanam oleh

leluhur mereka harus di jaga bersama karena berhubungan dengan ritus tertentu.

oleh sebab itu Durkheim meyakini bahwa moralitas yang mengatur hubungan

seseorang dengan orang lain dan menjadi patokan bagi seluruh anggota kelompok

tidak bisa dipisahkan dari agama. Sistem kepercayaan dalam masyarakat memang

memiliki kemampuan yang unik dalam rangka mengikat dan menempatkan

26

Jan E. Stests dan Peter J. Burke, “ Identity Theory and Social Identity”, 226 27

Daniel L Pals, Seven Theories of Reigion ( Jogjakarta: IRCiSoD) 136-137

Page 24: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

12

seseorang dalam sebuah kelompok ataupun juga komunitas, sehingga si induvidu

dapat mengidentifikasikan dan mengekspresikan identitasnya dalam dunia sosial.

Dalam kehidupan masyarakat seperti ini simbol-simbol memiliki pengaruh yang

besar terhadap kepercayaan dan juga solidaritas sosial menjadi hal yang sangat di

utamakan dalam kehidupan masyarakat seperti ini.28

2.2 Simbol

Simbol atau lambang berasal dari bahasa Yunani Symbolos yang berarti

tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang.29

Kehidupan

manusia sangat banyak dikelilingi oleh berbagai macam simbol.Simbol seringkali

disama artikan dengan tanda, tetapi kedua hal tersebut memiliki perbedaan. Tanda

mempunyai satu arti yang sama bagi semua orang, sedangkan simbol mempunya

banyak arti. Tanda merupakan sesuatu yang mewakili dirinya dan tidak mewakili

sesuatu yang lain, sedangkan Simbol sesuatu yang terdiri atas sesuatu yang lain.

Simbol juga merupakan sarana komunikasi yang kompleks yang seringkali

memiliki beberapa tingkatan makna.30

Keunikan kualitas tanda terletak pada

hubungan satu persatu yang berarti bahwa tanda memberikan makna yang sama

bagi semua orang yang menggunakannya. Setiap tanda berhubungan langsung

dengan objeknya, karena semua orang akibat konvensi bersama memberikan

makna yang sama atas tanda tersebut, setiap tanda langsung mewakili sebuah

realitas.31

Perbedaan lain adalah bahwa ciri khas simbol cenderung multivokal

(menunjuk pada banyak arti). Sedangkan tanda tidak memiliki banyak arti .32

Turner mengartikan simbol sebagai sesuatu yang memiliki banyak makna,

baik itu makna sosial (ideologi, moral, normatif) maupun individual (emosi, panca

indra, keinginan).33

Ia Juga mengkaji sistem nilai ritus dari sudut pandang makna

yang terkandung dalam simbol-simbol.Ritual dan simbol menurutnya memiliki

28

Seven Theories of Relegio,… 137-139 29

Ibid. 17 30

Alo Liliweri, Pengantar Studi Kebudayaan, (Bandung: Penerbit Nusa Media),

295 31

Alo Liliweri, Pengantar Studi Kebudayaan, 296-297 32

Y.W. Wartaya Wirangun, Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan

Komunitas menurut Victor Turner (Yogyakarta:Kanisius,1990) 18-19 33

Viktor Turner, “Sacrifice as Quintessential Process: Prophylaxis or

Abandonment?,” dalam Jeffrey Carter Understanding . . . , 292-294.

Page 25: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

13

hubungan fungsional, di mana simbol menjadi pendukung ritual.34

Turner juga

berpendapat bahwa simbol dilihat dan difahami sebagai manifestasi yang tampak

dari ritus. Melalui simbol-simbol orang dapat mengungkapkan dan

mengalamisesuatu yang transenden. Simbol ritual bagi Turner tidak hanya

berperan sebagai istilah atau abstraksi saja, tetapi harus dilihat juga sebagai

sesuatu yang hidup, terlibat dalam proses hidup sosial, kultural dan religius.

Mircea Eliade juga berpendapat bahwa ,” simbol adalah suatu alat atau

sarana untuk dapat mengenal akan yang kudus dan transenden35

Begitu eratnya

kehidupan kebudayaan manusia itu dengan simbol-simbol sehingga manusia dapat

pula disebut sebagai makhluk bersimbol. Atau dengan perkataan lain, dunia

kebudayaan adalah dunia penuh simbol. Manusia berpikir, berperasaan, dan

bersikap dengan ungkapan-ungakapan yang simbolis.36

Raymond Firth

memandang sebuah simbol memiliki peranan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, sebab manusia menata dan menafsirkan realitasnya dengan

simbol-simbol dan bahkan merekonstruksi realitasnya itu dengan simbol.37

Setiap

simbol yang di munculkan memiliki instrument nilai.38

Kehidupan manusia tidak terlepas dari simbol-simbol.Segala macam

gerak-gerik dan kegiatan tubuh juga mempunyai arti simbolis. Penyembelihan

binatang, pemberian kado, proses memasak,cara-cara makan dan minum, menari

dan bersandiwara semuanya itu dapat berfungsi sebagai simbol dan semuanya

berhubungan dengan masyarakat.39

Mary Douglas adalah tokoh yang sangat yakin

bahwa simbol-simbol tidak hanya memiliki fungsi untuk menata masyarakat

tetapi juga untuk mengungkapkan kosmologinya. Di dalam bukunya Natural

Symbol, sebagaimana yang dicatat oleh Dillistone, Douglas berpendapat bahwa

34

Victor Turner, The Ritual Process: Structure And Anti-Structure, (Ithaca, New

York: Cornell Paperbacks,1989), 211 35

P.S. Hari Susanto , Mitos Menurut pengertian Mircea Eliade (Yogyakarta:

Kanisius, 1987) 61 36

Budiono Herusatoto, Simbolisme Jawa, ( Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2008)

16. 37

Raymond Firth, Symbols: Public and Private, (New York, Ithaca, cornell

University Press, 1973), 132 38

Raymond Firth, Symbols: Public and Private,76 39

F. W.Dillistone, Daya Kekuatan Simbol, The Power Of Simbols. (

Yogyakarta:Penerbit Kanisius:2002). 22

Page 26: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

14

tubuh merupakan analogi yang cocok sekali untuk diterapkan pada masyarakat

umum: susunan, tata kerja, dan tata hubungan antara pelbagai bagian tubuh dapat

disejajarkan dengan hidup setiap masyarakat tertutup.40

Singkatnya, bagi Douglas,

tubuh jasmani dapat mempunyai makna universal hanya sebagai sistem yang

menjawab sistem sosial, dengan mengungkapkannya sebagai sistem41

Douglas

sama sekali tidak simpatik melihat sikap dari beberapa antropolog yang

meremehkan tata cara (ritual), sebab ia percaya bahwa apa yang rohani tidak dapat

ditumbuhkankembangkan dengan memisahkan yang rohani dari yang formal dan

material. Tata cara menurutnya merupakan sarana yang terlambangkan untuk

menciptakan dan memelihara tatanan simbolis. 42

Simbol dibuat oleh manusia dengan maksud dan tujuan tertentu yakni:43

1. dipakai sebagai peringatan untuk memperingati suatu kejadian

atau peristiwa tertentu agar peristiwa tersebut terus diingat

kembali oleh masyarakat maupun generasi selanjutnya. Untuk

dapat memenuhi maksud tersebut maka digunakan alat-alat

pembawa informasi yang tahan lama, mudah dibuat, dan mudah

ditangkap oleh indra manusia. Bentuk-betnuk penyataan

tersebut kemudian diwujudkan dalam monument-monumen

seperti patung-patung pemakaman, atau lingga dan candi relief.

Selain itu juga ke dalam syair, cerita tembang dan lain

sebagainya.

2. Dipakai sebagai media atau perantara dalam religi. Dalam

artian bahwa untuk mengadakan komunikasi atau hubungan

dengan Yang Maha Kuasa, arwah nenek moyang dan makhluk-

mahkluk halus diperlukan suatu media atau perantara yang

dapat dipakai untuk:

40

F. W. Dillistone, The Power Of Symbols, ….. 108. 41

Mary Douglas, Natural Symbols: Explorations In Cosmology, ( London:

Penguin Books, 1973), 112

43

Budiono Herusatoto, Simbolisme Jawa, 129-131

Page 27: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

15

a. memuja yang Maha Kuasa atas segla rahmat yang telah

dilimpahkan pada manusia, untuk itulah dibangun tempat-

tempat pemujaan.

b. Mendatangkan arwah nenek moang untuk dimintai berkah

dan petunjuknya, untuk maksdu ini maka dibuatlah boneka-

boneka, wayang, sesajian, mantra, nyanyian yang dipakai

dalam upacara untuk mendatangkan arwah nenek moyang.

c. Memberikan makan dan minum bagi makhluk halus yang

bersifat baik dan yang selalu bersedia membantu atau

melindungi kehidupan manusia, maka dibakarlah dupa,

disediakan sesaji dan barang-barang kesukaan mereka.

d. Membujuk makhluk-makhluk halus yang bersifa jahat agar

menyingkir atau tidak mengganggu. Untuk itu dipakai

benda-benda penolak bala.

3. dipakai sebagai media pembawa pesan/ nasehat. Dalamm artian

bahwa sarana komunikasi yang ada masih sangat terbatas

jangkauannya dan kurang tahan terhadap kerusakan yang

disebabkan oleh cuaca alam, maka dipakailah material yang

tahan lama seperti batu-batu, bahasa lisan, suara, cahaya, warna

serta tindakan-tindakan simbolis.

2.3 RITUAL

Ritus dan agama merupakan dua hal yang tak terpisahkan.44

Ritus sendiri

merupakan upacara atau salah satu unsur dalam sistem religi.45

Ritus merupakan

suatu sarana bagi manusia religius berkomunikasi dengan hakekat tertinggi yang

kudus yang diyakini sungguh ada, penuh kekuatan, serta menjadi sumber

44

Catherine Bell, Ritual Theory, Ritual Practice, (New York-Oxford: Oxford

University Press, 1992), 19

45 Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi (Jakarta: Universitas Indonesia

Press,1990) 181.

Page 28: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

16

kehidupan dan dapat mempengaruhi nasib manusia secara baik dan buruk.46

Ritus

juga merupakan aturan tentang perilaku yang menentukan bagaimana manusia

harus mengatur hubungan dirinya dengan hal-hal yang sakral.47

Susanne Langer

dalam Dhavamony, menjelaskan bahwa makna dari ritual adalah merupakan

ungkapan yang lebih bersifat logis dari pada hanya bersifat psikologis. Ritual

memperlihatkan tatanan atau simbol-simbol yang diobjekkan. Simbol-simbol ini

mengungkapkan perilaku dan perasaan, serta membentuk disposisi pribadi dari

para pemuja mengikuti modelnya masing-masing.48

Victor Turner mengartikan upacara (ritual) sebagai tingkah laku resmi

tertentu untuk sejumlah kesempatan yang tidak bersifat rutin melainkan ada

kaitannya dengan kepercayaan akan makhluk-makhluk atau kekuatan-kekuatan

mistik.49

Demikian juga pandangan Koentjaraningrat, mengenai ritual ( upacara)

dapat dipahami sebagai usaha untuk memperjelas dan mempertegas konsep

keyakinan dengan menggunakan peralatan bermakna simbolis, seperti mantra,

doa, sesajen, korban, benda-benda sakral dan isyarat kenetis lainnya

Ada beberapa bentuk ritual yang sering dijumpai dalam masyarakat.Ritual-

ritual tersebut dilakukan sesuai dengan peristiwa, dan waktu yang sudah

disepakati bersama dalam komunitas tersebut, seperti ritual penguburan, ritual

pemujaan leluhur dan beberapa ritual lainnya. Ritual-ritual tersebut biasanya

dilakukan bervariasi dalam beberapa pola di antaranya tari-tarian, doa dan

penyajian beberapa makanan, semua kegiatan ini dilakukan dan dikhususkan

sebagai sarana pemujaan kepada leluhur.

Ritual-ritual yang dilakukan dalam bentuk tari-tarian, doa dan penyajian

makanan bukan tanpa makna akan tetapi, setiap tindakan yang dilakukan

memiliki tujuan tertentu yang berkaitan dengan kepercayaan dan kehidupan

masyarakat. Suku Sara di Tsad menampilkan upacara-upacara keagamaan yang

46

Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama , (Yogyakarta: Kanisius,

1995),176

47 Emile Durkheim, Sejarah Agama, (Yogyakarta: Kanisius, IRCiSoD, 2003),72

48 Susanne Langer, dalam Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama , 174

49 Victor turner, The Forest of symbols, (Ithaca,1967),19

Page 29: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

17

behubungan dengan pertanian bagi roh padi-padian.Roh itu dipanggil pada saat

penaburan benih kemudian hasil panan pertama dipersembahkan

untuknya.50

sesajenan yang dipersembahan kepada para leluhur dalam bentuk hasil

panen sederhana seperti buah-buahan, padi yang dipanen pertama kemudian

ditaruh di hutan atau di ladang jadikan sebagai simbol persembahan.51

Pemberian

sesajenan kepada dewa-dewi dan luluhur bertujuan agar sang dewi kesuburan

memberkahi tanaman mereka dan juga sebagai bentuk ungkapan syukur karena

telah memberikan hasil panen yang baik. Suku Sodon di Sudan

mempersembahkan seekor anjing dan seekor ayam dengan tujuan agar para

leluhur mengampuni dosa pemuda-pemuda.

Ada beberapa tujuan dari ritual-ritual diantarnya: tujuan penerimaan,

perlindungan, pemurnian, pemulihan, kesuburan (produktifitas), penjamin,

melestarikan kehendak leluhur (penghormatan), mengontrol perilaku komunitas

menurut situasi kehidupan sosial, yang semuanya diarahkan pada transformasi

keadaan dalam manusia atau alam. Kadang tujuannya adalah untuk menjamin

perubahan amat cepat dan menyeluruh pada keadaan akhir yang diinginkan oleh

pelaku upacara. Kadang-kadang tujuannya juga adalah untuk mencegah

perubahan yang tidak diinginkan.52

Ritus juga memberikan motivasi dan nilai

pada tingkat yang paling dasar dalam masyarakat di antaranya ritus mempunyai

peran menghilangkan konflik, mengatasi perpecahan dan membangun solidaritas

masyarakat, menyatukan prinsip yang berbeda-beda dan memberi motivasi serta

kekuatan baru untuk hidup dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

2.4 Ritual Bakar Batu

Pada bagian pertama adalah tahap persiapan, para wanita melakukan

tarian-tarian pembukaan, para bapa mempersiapkan batu, kayu, susunan batu dan

kayu tidak sembarang, batu-batu disusun dibawah kayu kemudian kayu di bakar

agar batu-batu tersebut menjadi panas. Pada bagian yang berikutnya yaitu daging

yang digunakan dalam ritual bakar batu disiapkan oleh kaum laki-laki, biasanya

50

Mariasusai Dhavamony, fenomenologi Agama, 168-169 51

Mariasusai Dhvamony, Fenomenologi Agama,168 52

Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, 180.

Page 30: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

18

daging yang digunakan adalah daging babi. Babi yang di gunakan untuk ritual ini

harus dibunuh menggunakan cara tradisional yaitu dengan memanah, dan yang

melakukannya adalah kepala suku atau pemimpin suku tersebut.Dalam kehidupan

masyarakat suku Dani, ritual bakar batu dilakukan sebagai simbol perdamaian

antar suku yang berperang. ketika pihak-pihak yang bertikai mulai berdamai ritual

bakar batu dilakukan sebagai tanda bahwa mereka berdamai, dimana tog pilaptuk

ane (busur panah harus dilepas) dalam ritual bakar batu. 53

Perang yang terjadi

bisa di akibatkan oleh banyak hal seperti: adanya kematian, pencurian ternak,

konflik lahan dan hasil tani

Upacara bakar batu dilakukan beberapa kali yang mana masing-masing

memiliki tujuan tersendiri.Upacara bakar batu yang pertama adalah upacara bakar

batu pokok perang yaitu upacara bakar batu yang dilakukan untuk kepala perang,

suku-suku yang berperang dan keluarga dari korban peperangan. Pada saat

upacara bakar batu ini alat-alat perang yang digunakan selanjutnya disimpan di

onai (rumah adat) terlarang yang dalam bahasa dani disebut Kunu Mage dengan

tujuan agar tidak di ganggu oleh roh leluhur atau roh nenek moyang yang mereka

panggil saat perang berjalan. Menurut masyarakat suku roh nenek moyang yang

ada di hutan yang telah membantu mereka memenangkan perang, dan sekaligus

mereka sampaikan upacara terima kasih dengan melakukan upacara bakar batu

yang didalamnya mereka mempersembahkan beberapa potong babi kepada roh

leluhur bakar batu pokok perang biasanya d ikuti oleh kepala perang dan

kelompok yang bertikai dalam bakar batu pokok perang, para pokok perang saling

mengungkapkan isi hati dan acap kali menangis meratapi keluarga yang tewas

dalam peperangan.54

Selanjutnya upacara bakara batu yang diikuti oleh semua

orang baik anak-anak, perempuan dan laki-laki disebut bakar batu makan bersama

yang dilanjutkan dengan prosesi Amia Onggo atau utang darah yang merupakan

prosesi pembayaran ganti rugi, sudah ada patokan dalam ganti rugi tersebut

seperti: ganti rugi dengan uang asli atau kulit Bia (Siput) dengan beberapa

tingkatan pertama, Inkop arga Rp 50 juta-an, kedua Intoi Rp 60-90 juta, dan

53

Ismael Roby Silak, Konflik Perang dan Perdamaian Orang Yali di Anggruk,

(Makasar: Pustaka Reflekasi, 2011), 86 54

Hans Wakerkwa, Perang Antar Suku.(Salatiga: dalam Thesis Program

Pascasarjana Magister Sosiologi Agama) 62.

Page 31: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

19

ketiga Mungka bege Rp 100-200 juta, serta uang rupiah dan 10-20 ekor babi,

sesuai kesepakatan bersama keluarga korban dan pokok. Dalam upacara ini,

“Pihak yang satu (pihak korban) akan menuntut bayaran untuk meneyelesaikan

utang darah55

Selesai utang darah dilakukan, mereka akan makan bersama hasil

bakar batu sebagai tanda sukacita dan perdamaian serta kekeluarga. Setiap

kelompok marga atau klen harus duduk berdasarkan klennya dan makanan akan

dibagikan di kelompok-kelompok tersebut.

3. Gambaran umum Masyarakat Suku Dani

3.1 Sistem Kehidupan Orang Dani

Suku Dani merupakan sebutan kepada orang-orang Papua yang hidup di

daerah Pegunungan.Nama Dani yang sekarang dipakai untuk menamai penduduk

lembah Balim sekarang ini sebenarnya bukan berasal dari penduduk asli lembah

tersebut. Nama itu adalah suatu nama yang diberikan oleh orang Moni kepada

orang-orang di lembah Balim, yang berarti “orang asing” nama itu pada mulanya

berbunyi Ndani dan untuk pertama kalinya didengar dan digunakan oleh orang

asing pada tahun 1926, ketika ekspedisi bersama orang-orang Amerika dan

Belanda mengunjungi daerah yang didiami oleh orang Moni.56

Orang Dani sudah mengenal suatu pola perkampungan yang terdiri dari

rumah-rumah kecil yang terbuat dari bahan ringan yang didirikan menempel pada

dinding karang ataupun dinding gua besar.57

Rumah tempat mereka tinggal

disebut Honai, sebuah tempat yang terbuat dari kayu-kayu dan alang-alang, ada

beberapa Honai yang digunakan untuk kepentinganya masing-masing, Honai laki-

laki adalah Honai yang diperuntuhkan khusus untuk kaum pria dewasa dan

pemuda duduk bersama dan berdiskusi mengenai strategi perang, kemajuan

ekonomi, keamanan daerah, berbagi pengalaman dan memikirkan kehidupan

55

Rodger Lewis. Karya Kristus di Indonesia (Bandung: Kalam Hidup, 1993),

424. 56

Jhoszua Robert Mansoben, sistem politik tradisonal di irian Jaya.

(Jakarta:LIPI, 2005) 32-35 57

Koentjaraningrat.Manusia dan kebudayaan di Indonesia. (Jakarta: djambatan,

2002) 5

Page 32: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

20

generasi penerus mereka, Honai perempuan diperuntuhkan bagi wanita-wanita

serta anak-anak kecil yang digunakan untuk tempat bersitirahat. Honai yang

terakhir adalah Honai yang khusus untuk ternak-ternak mereka. Honai

mempunyai beberapa fungsi antara lain:Sebagai tempat tinggal, tempat

menyimpan alat-alat perang, tempat mendidik dan menasehati anak-anak lelaki

agar bisa menjadi orang berguna di masa depan, Tempat untuk merencanakan atau

mengatur strategi perang agar dapat berhasil dalam pertempuran atau perang dan

tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang Dani yang sudah ditekuni

sejak dulu. Honai-honai tersebut dibuat dalam bentuk bulat karena memiliki

makna tersendiri dalam kehidupan orang Dani. Filosofi bangunan Honai yang

bentuknya bulat melingkar adalah : dengan kesatuan dan persatuan yang paling

tinggi kita mempertahankan budaya yang telah dipertahankan oleh nenek moyang

dari dulu hingga saat ini, dengan tinggal dalam satu honai maka kita sehati, sepikir

dan satu tujuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, Honai merupakan symbol

dari kepribadian

Mata pencahariaan masyarakat Dani adalah pertanian.58

Bercocok tanam

merupakan bentuk mata pencaharian utama suku Dani. Pertanian dilakukan pada

tanah kering yang terletak tidak hanya di Lembah Baliem , namun juga di lereng-

lereng gunung yang tinggi dan curam. Tanaman yang dibudidayakan adalah ubi,

Suku Dani bercocok tanam dengan cara ladang berpindah. hasil panen tersebut

akan di perdagangkan di pasar dan hasilnya untuk menunjungkan kegiatan

ekonomi keluarga dan menyekolahkan anak-anak, selain bercocok tanam

masyarakat suku Dani juga berternak. Hewan yang di ternakkan adalah

babi.Dalam kehidupan masyarakat suku Dani babi juga memiliki nilai yang

tinggi.Semakin banyak babi yang dimiliki melambangkan status sosial dalam

masyarakat tersebut.Akan tetapi ada sebagian masyarakat suku Dani yang bekerja

di instansi-instansi milik pemerintah daerah.

Sistem Kekerabatan

Kelompok kekerabatan terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah

kelompok kecil yang mendiami suatu perkampungan, yang secara ilmiah disebut

58

Koentjaraningrat, Keseragaman dan Aneka Warna Masyarakat Irian Barat… 13-15

Page 33: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

21

sebagai keluarga-luas virilokal. Di dalam suatu perkampungan sering terjadi

perkawinan poligami, dimana seorang pria dapat memiliki lima, enam dan bahkan

lebih dari enam istri, sehingga keluarga luas yang disebut di atas benar-benar

luas dalam arti yang sesungguhnya. Masyarakat suku Dani yang memiliki marga

rumpun marga sama tidak diperbolehkan untuk menikah karena itu menyalahi

aturan dalam kebudayaan mereka karena orang-orang tersebut dianggap memiliki

nenek moyang yang sama dan apabila ada yang melanggar aturan tersebut mereka

akan dikucilkan. Hal inilah yang membuat mereka memiliki ikatan yang kuat.

Sistem Religi Suku Dani

Sistem keyakinan Dani berdasarkan pada penghormatan roh nenek

moyang. Roh leluhur tersebut digambarkan sebagai manusia-manusia konkret

yang masih mereka kenal, meskipun samar-samar. Mereka diyakini mendiami

alam sekitar mereka, dan dapat mempengaruhi kehidupan manusia yang masih

hidup,baik secara positif maupun negatif. Orang Dani percaya bahwa nenek

moyang membantu mereka dalam pekerjaan mereka sehari-hari melalui cara-cara

tertentu.Suatu konsep yang pentimg dalam religi suku Dani adalah konsep

Atou.Atou merupakan kesaktian yang diturunkan oleh nenek moyang kepada para

laki-laki suku Dani. Kekuatan menyembuhkan penyakit, kekuatan menyuburkan

tanah

Orang Dani menyimbolkan nenek moyang dengan batu-batu berbentuk

kapak lonjong yang terasah indah dan dikeramatkan.Batu itu disebut Kaneka atau

Yei.Yei umumnya disimpan di dalam Honai yang dihuni kaum pria.Pada saat-saat

tertentu, dalam Yei diolesi dengan lemak babi yang juga dianggap suci. Yei ini

diletakan dalam Klakhok, diberi alas noken- tas rajutan yang terbuat dari kulit

kayu, dan diikat dengan Yokel. Yei atau Kaneke dianggap sebagai timbunan dan

sangat dikramatkan dalam kehidupan sehari-hari, dan dipandang pantang bagi

wanita dan anak-anak. Yei hanya dikeluarkan pada upacara-upacara besar dan

penting.Masyarakat suku Dani menghormati roh nenek moyang dan juga

diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada pesta babi.

Page 34: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

22

3.2Ritual Bakar Batu di Daerah Asal Suku Dani.

Bakar batu adalah sebuah proses memasak makanan dengan menggunakan

peralatan tradisional yang sudah dilakukan oleh nenek moyang orang Papua.

Ketika nenek moyang suku Dani hidup, belum ada peralatan memasak seperti

sekarang ini sehingga agar dapat bertahan hidup mereka mengambil bahan-bahan

makan seperti ubi, jagung dan sayur-sayuran dari lingkungan sekitar dan

memasaknya dengan menggunakan cara tradisional yaitu memanaskan batu-

batuan kemudianmereka mulai memasak hasil kebun tersebut.59

Proses memasak

seperti ini juga dirasakan sangat bermanfaat bahkan sampai saat ini dalam

kehidupan masyarakat suku Dani, dengan menggunakan semua bahan makanan

dimasukan kedalam kolam yang yang sudah dibuat dan diisi batu-batuan panas

sehingga proses memasak tidak terjadi berulang kali tetapi sekali memasak

mereka sudah bisa memakan berbagai jenis makanan.Kalau memasak dengan

alat-alat yang sudah canggih, masakan matang cukup lama, kalau masak di

bebatuan panas ubi, jagung, sayur, daging semuanya tersedia dalam satu jam dan

dapat dimakan bersama-sama60

Bakar batu bukan hanya sebuah bentuk memasak untuk memenuhi

kebutuhan hidup masyarakat Dani akan tetapi ritual bakar batu memiliki peranan

penting dalam tradisi masyarakat suku Dani. Walaupun memang tidak dapat

disangkal bahwa bakar batu menolong masyarakat dalam hal memenuhi

kehidupan jasmani dalam hal ini kebutuhan akan makanan akan tetapi tetapi lebih

dari itu bakar batu biasanya dilakukan oleh nenek moyang suku Dani ketika

mereka sedang mengadakan acara-acara adat dan ritual-ritual khusus,61

seperti

ritual penghormatan yang dilakukan untuk menghormati leluhur yang dipercayai

mengatur kehidupan mereka dari segi pertanian, perburuan dan peperangan.

Ketika orang tua kami dulu pergi untuk bercocok tanam dan berburu biasanya

sebelum membuka lahan mereka akan mengucapkan kata-kata permisi atau izin

59

WK (Inisial), Ketua Paguyuban Lanny Jaya , wawancara (Semarang, 14 April 2015

pukul 10.00 WIB). 60

JW (inisial) Wakil ketua paguyuban Lanny Jaya, Wawancara, (Semarang,14 April

2015, pukul 15.00 WIB) 61

LH (inisial), Senioritas dan Penasehat Komunitas Mayarakat Suku Dani Kota Semarang

, Wawancara, (solo,17 April 2015, pukul 10.00 WIB)

Page 35: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

23

dalam bahasa Dani kepada penjaga tanah dan hutan agar tanaman mereka nanti

tumbuh dengan subur, setelah musim panen tiba dan mereka memanen hasil

pertanian maka bakar batu akan dilakukan untuk mempersembahkan ubi, jagung,

sayur-sayuran dan daging babi kepada sang penjaga hutan dan tanah yang sudah

menjaga tumbuhan-tumbuhan mereka.62

Sedangkan dalam upacara perkawinan

ritul bakar batu dilakukan sebagai bentuk kegembiraan pihak yang menikah

dengan semua anggota suku.

Ritual bakar batu juga dilakukan sebagai media untuk mendamaikan dua

belah pihak yang sedang bertikai. Perang bukan menjadi sesuatu yang baru dalam

kehidupan Masyarakat Suku Dani. Waktu saya kecil saya sudah melihat bapak

dan om-om berperang melawan para pria dari kelompok lain.63

Ketika

pembagian lahan tempat tinggal atau tempat bercocok tanam tidak merata dan ada

pihak yang merasa dirugikan, biasanya konflik akan terjadi. untuk menyelesaikan

konflik tersebut kedua belah pihak akan melakukan perang dengan saling

menyerang menggunakan alat-alat berburu seperti tombak dan panah. Apabila ada

korban jiwa suasana perang yang tadinya sangat panas akan berubah menjadi

suasana tenang karena mama-mama dan anak-anak menangisi orang yang

menjadi korban perang, Perang akan diakhiri apabila ada korban jiwa dari salah

satu pihak. Perang sudah berakhir tetapi dendam masih ada dihati kedua belah

pihak untuk mendamaikan kedua pihak maka kepala suku memerintahkan agar

ritual bakar batu dilakukan. Ritual bakar batu yang dilakukan setelah peperang

terjadi dalam suasan perdamaian dan kekeluargaan, pihak-pihak yang bertikai

duduk dan membuat lingkaran-lingkaran berdasarkan kelompok mereka dan ritual

bakar batu segera dilakukan. Semua tindakan yang dilakukan dalam proses bakar

batu punyak makna tersendiri. Batu-batu yang diambil oleh kepala-kepala perang

merupakan batu-batu yangdianggap penting dalam kehidupan kelompok mereka,

Batu-batu yang digunakan biasanya diberikan oleh masing-masing ketua dari

setiap kelompok yang bertikai sebagai simbol mewakili setiap kelompok yang

62

AK (Inisial), sesepuh dan penasehat komunitas Masyarakat Suku Dani kota Semarang,

wawancara, (Semarang, 15 April 2015, pukul 16.00 WIB) 63

NK (Inisial), anggota Paguyuban Wamena,(Gunung Pati,15 april 2015, pukul 14.00

WIB)

Page 36: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

24

ada.64

Hal inilah yang membuat bakar batu menjadi bernilai tinggi karena di dalam

proses pelaksanaannya mengandung nilai-nilai pemersatu dan solidaritas.

3.3 Masyarakat Suku Dani yang tinggal di Kota Semarang

Masyarakat suku Dani kini tersebar bukan hanya di daerah-daerah Papua akan

tetapi mereka juga tersebar hampir dibeberapa kota di Indonesia. Berdasarkan data

yang diambil dari pengurus persekutuan Pondok Daud yang menaungi beberapa

paguyuban yaitu Wamena, Lanny Jaya, Nduga, Pegunungan bintang, Tolikara dan

Puncak Papua.

Tabel 1. Data Masyarakat Suku Dani Kota Semarang

Jumlah masyarakat suku Dani pada table di atas berdasarkan masing-masing

Paguyuban dari suku Dani. Jumlah Masyarakat suku Dani di kota Semarang

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Masyarakat Suku Dani yang berpindah

dari desa ke kota untuk beberapa hal seperti melanjutkan pendidikan dan bekerja

membutuhkan sebuah komunitas yang dimana setiap induvidu didalamnya

64

DM (inisial), ketua paguyuban puncak papua, wawancara,(Semarang,13 april 2015,

pukul 14.30 WIB)

No Nama Paguyuban

Bekerja Mahasiswa Pelajar

L P L P L P

1 Wamena 1 3 25 3 3 2

2 Lanny Jaya - - 40 8 2 2

3 Tolikara - - 25 2 2

4 Puncak Papua 4 - 35 5

5 Nduga 1 - 20 3 3 -

6 Pegunungan Bintang 1 - 10 5 10 5

7 Jumlah 10 181 29

8 Jumlah Laki-Laki 182 (83%)

9 Jumlah Perempuan 38 (17%)

10 Total 220

Page 37: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

25

memiliki kesamaan-kesamaan. Sehingga, di kota Semarang terbentuklah

paguyuban-paguyuban yang menaungi setiap anggota dari kelompoknya masing-

masing.65

Sadar atau tidak sadar ada beberapa perubahan yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat suku Dani yang kini hidup menjadi para perantau di kota Semarang.

Diantaranya:

1. Perubahan cara Pandangan: masyarakat suku Dani yang keluar dari

kampung ke kota Semarang mengalami perubahan cara berpikir hal

disebabkan karena faktor pendidikan. Mereka yang hidup di kota

Semarang bersifat terbuka kepada budaya disekitar merekaserta dapat

menyesuaikan diri dengan

2. Perubahan gaya hidup: kehidupan masyarakat suku Dani mengalami

perubahan karena kini mereka berhadapan dengan realita keberagaman

dan kemajuan teknologi yang pesat. Gaya hidup seperti di kampung halam

mereka tidak lagi dapat diterapkan dalam kehidupan mereka di kota

Semarang. Seperti bercocok tanam, berburu dan beternak babi.

3.4 Ritual Bakar Batu di Kota Semarang

Ritual bakar batu pertama kali dilakukan di Kota Semarang kira-kira tahun

2004, tepatnya di Tinjomoyo area itu masih ada sisa lahan kosong.66

Ritual bakar

batu dilakukan pertama kali oleh beberapa anggota suku Dani dikarenakan

adanya konflik diantara mereka. Kubu A dan kubu B yang mempunyai masalah

tertentu sehingga kedua kubu tersebut saling bermusuhan Akan tetapi ada inisiatif

dari beberapa orang anggota suku Dani yang ingin mendamaikan kedua kubu

sehingga satu-satunya cara agar kedua kubu dapat duduk bersama dan

membicarakan masalah mereka tanpa ada pertikaian maka beberapa orang tadi

membuat ritual bakar batu dan mengundang kedua pihak yang berselisih paham

65

LK (Inisial), Ketua Persekutuan Pondok Daud, Wawancara ( Semarang ,15 april 2015,

pukul 11.00 WIB) 66

WK (inisial), Ketua Paguyuban Lanny Jaya, wawancara, (Semarang, 14 April 2015,

pukul 10.00 WIB)

Page 38: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

26

untuk bersama-sama mencari solusi yang tepat.67

Sejak saat itu lahan di daerah

Tinjomoyo menjadi tempat diadakannya ritual bakar batu bahkan dari tahun 2004

hingga sekarang Ritual bakar batu masih dilakukan pada acara-acara wisuda,

HUT paguyuban, hari raya gerejawi dan acara-acara yang kami anggap penting

dalam kehidupan kelompok kami.68

Ritual bakar batu yang dilakukan di kota Semarang tidak sama persis dengan

yang dilakukan di daerah asal suku Dani. Menurut seorang narasumber, proses

bakar batu yang terjadi di daerah asal mereka sering diiringi oleh tarian-tarian dari

para wanita dan para pria, para anggota suku Dani juga melantunkan nyanyi dan

teriakan-teriakan dalam bahasa Dani yang menceritakan kehidupan suka, duka

yang alami oleh masyarakat. Ritual bakar batu terjadi ketika ada konflik dan

untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai maka diadakan ritual bakar

batu.dalam suasana seperti ini yang dapat mengikuti ritual ini hanyalah pihak-

pihak yang bertikai, karena dalam ritual bakar batu ini kepala suku dan kepala

perang serta pihak keluarga korban membuat sebuah kesepakatan perdamaian.69

Ritual bakar batu yang dilakukan di kota Semarang juga tidak menggunakan

batu-batu khusus sebagai ciri dari masing-masing kelompok, sebagian orang juga

tidak memakai pakaian tradisonal seperti yang terjadi di kampung.70

Ritual bakar

batu di Kota Semarang lebih bersifat terbuka kepada lingkungan sekitar,semua

orang dapat mengambil bagian didalam ritual ini akan tetapi hal terpenting adalah

orang-orang tersebut datang sebagai tamu undangan dan mereka akan membentuk

kelompok mereka sendiri. Dalam proses bakar batu biasanya setiap kelompok

akan membuat lingkaran berdasarkan klen-klennyaatau di kota Semarang lebih

sering disebut paguyuban, jadi paguyuban Tolikara, paguyuban Wamena,

paguyuban Lanny Jaya, paguyuban Nduga, dan Paguyuban Puncak Papua. Setiap

paguyuban ini duduk dan membentuk sebuah lingkaran dalam kelompok-

67

DW (inisial), Senioritas Paguyuban Lanny Jaya, wawancara, (Semarang, 16 april 2015,

pukul 14.00 WIB) 68

RK (inisial), Anggota paguyuban Nduga,Wawancara, (semarang, 17 april 2015, pukul

19.00 WIB) 69

LH (inisial), Senioritas dan Penasehat Komunitas Mayarakat Suku Dani Kota,

Wawancara, (Solo,17 April 2015, pukul 10.00 WIB)

70

AD (Inisial), Ketua Paguyuban Wamena, wawancara , (Semarang, 18 April 2015,

pukul 13.00 WIB)

Page 39: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

27

kelompok itulah hasil bakar batu akan di bagikan, siapa saja boleh ambil bagian

dalam proses bakar batu. Apabila ia datang sebagai tamu undangan dalam sebuah

acara yang kami selenggarakan maka orang-orang tersebut duduk dan membuat

lingkaran sendiri. Lingkaran itu akan disebut lingkaran tamu, karena orang-orang

itu tidak termasuk dalam anggota paguyuban yang ada. Masyarakat Papua yang

berada di kota Semarang juga tidak ketinggal mengambil bagian dalam ritual

bakar batu. Masyarakat Papua yang berada di kota Semarang dihimpun dalam satu

organisasi khusus yanitu Himpunan Masyarakat Papua Kota Semarang yang

mengatur masyarakat Papua yang berada di kota Semarang. Berikut adalah data

Masyarakat Papua kota Semarang berdasarakn penuturan ketua HIPMAPAS.71

Tabel 2. Jumlah Masyarakat Papua Kota Semarang

NO Bekerja

Mahasiswa Pelajar

L P L P L P

1 15 7 230 140 65 50

3 Jumlah Laki-Laki 310 (61%)

4 Jumlah Perempuan 197 (39%)

5 Total 507

Berdasarkan wawancara salah seorang anggota masyarakat suku Dani

mengatakan bahwa Kehidupan berbudaya di kampung sangat kuat. Saya sendiri

adalah orang yang datang dari kampung, dibesarkan di tengah-tengah budaya

Dani, jadi saya melihat bagaimana orang tua saya di kampung bersama-sama

menjaga kebudayaan yang mereka miliki. Oleh karena itu ketikaritual ini

dilakukan di kota Semarang saya sangat antusias untuk terlibat dalam ritual

tersebut karena hal ini merupakan bentuk penghormatan saya akan kebudayaan

nenek moyong suku Dani.72

Ketika ritual bakar batu dilakukan semua orang dari

suku Dani dengan penuh kegembiraan dan semangat kekeluargaan yang tinggi

71

BB (inisial), Ketua Himpunan Masyarakat Papua Kota Semarang, wawancara,

(Semarang, 06 Mei 2015 pukul 10.00 WIB) 72

MW (inisial), Ketua Paguyuban Tolikara, wawancara, (Semarang, 19 April 2015, pukul

11.00 WIB)

Page 40: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

28

berkumpul dan saling menolong untuk melakukan ritual ini.Salah seorang anggota

suku Dani mengatakan bahwa untuk melakukan ritual bakar batu memerlukan

kerjasama yang baik karena peralatan-peralatan memasak yang diperlukan seperti

batu, kayu, daun pisang tidak diperoleh semudah di desa kami.

Ritual bakar batu juga mampu menyatukan masyarakat suku Dani secara

khusus yang ada di kota Semarang. Kalau ada kegiatan gerejawi atau

kegiatanyang diselenggarakan oleh paguyuban-paguyuban, anggota kelompok

yang menghadiri kegiatan tersebut dalam jumlah sedikit. Tetapi, ketika ritual

bakar batu diadakan dalam kegiatan-kegiatan tersebut minat dari anggota

kelompok untuk bergabungan lebih banyak.73

Selain itu ritual bakar batu juga

memiliki makna tersendiri bagi orang-orang yang merantau cukup lama serta

bekerja dikota Semarang.Seorang narasumber mengatakan bahwa iasudah tinggal

dikota semarang sejak tahun 2005 karena menjalankan tugas dinas. di kota

Semarang saya datang bersama dengan keluarga yaitu istri dan dua orang anak.

Dengan adanya ritual bakar batu anak-anak saya dapat mengetahui budaya dan

juga komunitas mereka.74

Bagi para orang tua yang sudah lama menetap di kota

Semarang diadakannya ritual bakar batu menolong mereka untuk memberikan

pelajaran dan pemahaman akan budaya luluhur kepada anak-anak mereka. Hal

serupa juga dikatakan oleh bapak JD (inisial) “Saya sudah cukup lama hidup di

Jawa sekitar lima belas tahun. Saya bekerja di salah satu yayasan milik Papua

yang memfasilitasi anak-anak yang sekolah dan kuliah di luar kota secara khusus

di Semarang, istri saya bukan berasal dari Suku Dani dan anak saya dilahirkan di

Semarang. Saya sering mengajak anak menghadiri setiap acara yang diadakan

oleh komunitas orang Dani di Semarang karena di saat itu saya memperkenalkan

kepada anak saya kebudayaan leluhurnya sehingga anak-anak mengetahui jati

dirinya sebagai seorang Dani walaupun kini ia hidup di tengah-tengah lingkungan

yang bukan orang Dani.

73

ZT (inisial), anggota paguyuban pegunungan bintang, wawancara ( Semarang, 24 April

2015, pukul 15.00 WIB 74

TH (inisial), senioritas masyarkat suku Dani kota Semarang, wawancara, (Semarang,

26 april 2015, pukul 18.00 WIB)

Page 41: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

29

4. Analisa Makna Bakar Batu Bagi kehidupan Masyarakar Kristen Suku

Dani di kota Semarang ditinjau dari Prespektif Sosio-Antropologi

Ritual berkaitan dengan kepercayaan sekelompok masyarakat.Untuk

menjelaskan ritual bakar batu yang dilakukan oleh masyarakat Kristen Suku Dani

di kota Semarang, maka teori Durkheim pada bagian dua akan menolong kita

untuk menganalisa prilaku masyarakat yang berkaitan dengan sitem kepercayaan.

Durkheim berbicara tentang agama masyarakat, inti dari teori Durkheim

menekankan pada masyarakat sebagai bagian yang penting dari realitas “ yang

sakral.” Ketika Durkheim berbicara tentang “yang sakral” dan “ profane,” maka ia

selalu memikirkan tentang masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat

tersebut. Dalam pandangan Durkheim bahwa unsur mendasar dari agama yaitu:

kepercayaan dan ritual. Ritual merupakan sebuah sarana berkomunikasi dengan

hakekat yang ilahi atau yang transenden.Berkaiatan dengan ritual bakar batu yang

dilakukan merupakan bentuk dari sejarah kehidupan dan kepercayaan yang

dimiliki oleh masyarakat suku Dani.Ritual bakar batu yang dilakukan masyarakat

suku Dani merupakan sebuah sarana peribadatan dan pemujaan kepada sosok

ilahi yang mereka percaya memberikan bantuan, menjaga dan melindungi

kehidupan masyarakat suku Dani.sosok ilahi yang mereka percaya termuat dalam

bentuk kepercayaan akan nenek moyang. Yang mereka anggap memiliki kekautan

dan berkuasa dalam klen atau kelompok mereka.Dengan demikian ritual yang

dilakukan tidak bisa terlepas dari sebuah komunitas pelaksananya.

Ritual bakar batu dilakukan ketika semua masyarakat suku Dani

berkumpul bersama.Durkheim menekankan pentingnya sebuah masyarakat untuk

berkumpul secara kolektif. Dalam suasana berkumpul ini maka masyarakat akan

memperkuat lagi ide-ide kelompok yang menjadi dasar pembentukan kesatuan,

dan pembentukan personalitas. Ide-ide tersebut juga diperkuat dengan tindakan-

tindakan simbolis seperti nyanyian, tarian dan doa, dan kegiatan-kegiatan

kelompok yang dapat membangun semangat kolektif dan kebersamaan.Dalam

kehidupan Masyarakat Kristen suku Dani secara keseluruhan baik masyarakat

Dani yang berada di pegunungan Papua dan Masyarakat Dani yang berada di kota

Semarang. Ritual bakar batu memiliki makna mendasar dalam kehidupan mereka.

Page 42: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

30

1. Ritual bakar batu menjadi sarana pemujaan dalam peribadatanyang

berfungsi untuk mengungkapkan rasa syukur dan trima kasih kepada

kekuatan-kekuatan yang lebih besar dari mereka, yang telah menjaga dan

memelihara kehidupan mereka, serta memberikan kesuburan serta

kesuksesan dalam bidang pertanian, perburuan dan peternakan.

2. Sebagi media pendamai: ritual bakar batu menjadi alat perdamai untuk

mendamaikan pihak-pihak yang berkonflik. Konflik dalam kehidupan

masyarakat suku Dani bukanlah hal baru yang mereka jumpai tetapi sudah

mendara daging dalam diri mereka. Akan tetapi ketika konflik terus terjadi

dan mengakibatkan ada korban jiwa maka untuk mendamaikan pihak-

pihak tersebut maka hukum adat dan juga ritual bakar batu merupakan cara

untuk mendamaikan pihak-pihak tersebut.

Berdasarkan data pada bagian tiga, Ritual bakar batu mendapat

penambahan makna yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat suku Dani

yang berada di kota Semarang. Penambahan makna tersebut berkaitan dengan

kehidupan masyarakat suku Dani yang pada awalanya hidup sebagai masyarakat

yang homogen. Masyarakat homogen dapat juga di katakan masyarakat pedesaan

yang hidup dalam satu kelompok yang sama berdasarkan kekeluargaan dan tidak

ada realita keberagaman yang lebih besar dari kelompok mereka. Sehingga

pemujaan dan sarana mediasi menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan bakar

batu di daerah asal suku Dani. Akan tetapi ketika masyarakatKristen suku Dani

hidup sebagai perantau ritual bakar batu tersebut mendapat penambahan makna.

Masyarakat Kristen suku Dani yang berada di kota Semarang hidup dalam

heterogenitas atau dapat dikatakan penuh dengan berbagai macam perubahan

baik perubahan dalam bidang teknologi, sosial, perilaku, cara pandang bahkan

keberagaman dalam berbudaya. Masyarakat suku Dani kini hidup dalam realitas

keberagaman dan kemajuan teknologi sehingga mereka perlu melakukan sebuah

tindakan komunal yang terwujud dalam pelaksanaan ritual bakar batu di kota

Semarang. Karena dalam ritual bakar batu terkdandung nilai-nilai kelompok yang

menjadi kekuatan tersendiri dalam menjalankan kehidupan mereka sebagai para

perantau.

Page 43: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

31

Kehidupan sebagai para perantau, membuat masyarakat suku Dani yang

dulu hidup dalam homogenitas kini hidup dalam kehidupan masyarakat yang

beragam. Masyarakat Kristen suku Dani di kota Semarang mengalami perjumpaan

dengan budaya-budaya lain serta kemajuan teknologi yang sangat pesat. Hal-hal

tersebut mempengaruhi ritual bakar batu yang dilakukan. Ritual bakar batu yang

dilakukan masyarakat Kristen suku Dani di kota Semarang mendapat penambahan

makna baru yang penulis temukan berdasarkan data pada bagian tiga yaitu:

1. Solidaritas: ritual bakar batu yang dilakukan oleh masyarakat suku

Dani di kota Semarang meningkatkan solidaritas antar masyarakat

suku Dani yang kini hidup dalam lingkungan yang berbeda yang tidak

sama seperti lingkungan di desa. Ketika hidup di desa mereka hidup

dalam satu perkampungan yang memungkinkan mereka untuk selalu

bertemu dan menolong dalam berbagai hal. Oleh sebab itu ritual bakar

batu menjadi sebuah sarana untuk memperkumpulkan masyarakat suku

Dani dan mewujudkan solidaritas sosial diantara mereka.

2. Mempertahankan identitas: anggota Suku Dani yang kini berada di

kota Semarang menyadari bahwa mereka berada di perantauan dan

dikelilingi oleh orang-orang dengan latarbelakang budaya dan

kehidupan yang sangat berbeda sehingga mereka memerlukan

kelompok sosial yang memiliki ciri serta nilai-nilai yang sama agar

jati diri mereka sebagai masyarakat suku Dani tetap kuat ditengah-

tengah kehidupan mereka sebagai masyarakat urban yang penuh

dengan keberagaman dan kemajuan di berbagai bidang. Ritual bakar

batu dilakukan juga untuk menjaga identitas sosial mereka sebagai

masyarakat suku Dani.Melihat kehidupan masyarakat suku Dani

sebagai para perantau sama seperti kehidupan orang-orang Yahudi

yang hidup diaspora. Mereka terus memelihara ritus-ritus yang ada

Karena mereka hidup bercampur dengan budaya-budaya lain bahkan

pada saat itu seluruh kehidupan di kuasai dan dipengaruhi oleh budaya

Helenistik sehingga mereka merasa perlu untuk mempertahankan jati

diri sebagai seorang Yahudi. Hal ini juga yang di alami oleh

Page 44: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

32

masyarakat Kristen Suku Dani di kota Semarang yang merasa perlu

untuk mempertahankan budaya mereka ditengah-tengah realita

kemajemukan yang mereka jumpai di kota Semarang.oleh sebab itu

mereka merasa perlu menjaga idenitas sosial dalma menjalankan

kehidupan sebagai para perantau.

3. Pewarisan: ritual bakar batu dilakukan untuk melestarikan budaya

leluhur yang dimiliki oleh masyarakat suku Dani.ritual ini juga

berguna sebagai sarana memberikan pengetahuan kepada anggota suku

Dani yang kini menetap di kota semarang dan memiliki keturunan,

anak-anak mereka belajar tentang budaya Suku Dani dan pada saat itu

anak-anak mereka memperoleh identitas sosial sebagai seorang

anggota Suku Dani. Proses pewarisan ini seperti yang dilakukan dalam

tradisi Yuhudi. pada saat hari raya Paskah, para orang tua

menceritakan tentang kisah perjalanan bangsa mereka, bukan hanya

fakta-fakta keluar dari mesir saja yang di dengarkan, melainkan

identitas mereka sebagai bangsa yang terpilih sedang mendarah daging

dalam diri setiap anggota keluarga.75

Proses pewarisan kebudayaan

suku Dani serta nilai-nilai luhur dari proses bakar batu sedang di

ajarkan oleh para orang tua dalam ritual bakar batu yang dilakukan di

kota Semarang. kegiatan mewariskan budaya merupukan sebuah

tindakan yang baik agar generasi penerus yang hidup di era globalisasi

ini tidak melupakan kebudayaan yang dimiliki oleh leluhur.

4. Memperkenalkan kebudayaan mereka :ritual bakar batu yang

dilakukan oleh masyarakat suku Dani di kota Semarang berfungsi

untuk memperkenalkan budaya mereka kepada masyarakat di kota

Semarang. ada suatu keinginan agar bukan hanya dikenal sebagai

orang Papua dari bentuk fisik tetepi di kenal dari kebudayaan yang

mereka miliki. Sehingga, pelaksanaan ritual bakar batu menjadi sarana

memperkenalkan kebudayaan suku Dani kepada masyarakat luas.

Tindakan memperkenalkan budaya kepada masyarakat luas merupakan

75

Robert R Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia),31-32

Page 45: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

33

tindakan yang baik karena hal tersebut merupakan sebuah bentuk

edukasi tentang keberagaman budaya di negara Indonesia kepada

masyarakat luas dan secara khusus masyarakat Semarang. Dengan

usaha memperkenalkan ritual bakar batu kepada masyaraka Semarang

maka setiap orang mempunyai tanggung jawab bersama untuk ikut

melestarikan budaya-budaya yang dimiliki oleh bangsa kita.

Pada akhirnya ritual bakar batu yang dilakukan oleh masyarakat Suku

Dani di kota semarang merupakan bentuk menjaga identitas sosial. Ketika

mereka hidup sebagai masyarakat Dani di daerah pegunungan Papua.

Identitas sosial tidak menjadi hal terpenting dalam proses ritual bakar

batu, tetapi bagi masyarakat Kristen suku Dani yang berada di kota

Semarang proses ritual bakar batu menjadi sebuah pendukung identitas

sosial di tengah-tengah realita kemajemukan.

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Ritual bakar batu yang dilakukan oleh masyarakat Kristen suku Dani di

kota Semarang merupakan bentuk menjaga identitas ditengah-tengah lingkungan

sosial yang baru sebagai para perantau.Ada begitu banyak hal baru

yangdijumpaidalam kehidupa sebagai masyarakat urban. Seperti: kebudayaan

yang beraneka ragam dan perkembangan teknologi yang semakin maju. Hal-hal

seperti dapat mengakibatkan orang-orang yang jauh dari daerah asal melupakan

budaya serta jati diri sebagai masyarakat suku Dani. Dengan demikian

dilakukannya ritual bakar batu di kota Semarang merupakan sebuah tindakan yang

baik karena di dalam ritual tersebut terkandung nilai-nilai luhur seperti solidaritas,

bergotong royong, dan kerukunan. Pelaksanaan ritual bakar batu di kota Semarang

mengajarkan kepada masyarakat sekitar agar mengenal kebudayaan dari daerah

lain serta bagaimana bersama-sama melestarikan kebudayaan tersebut. Karena

budaya merupakan cara hidup manusia dan pada saat yang sama menjadi

freamwork yang menjadi acuhan bagi manusia untuk hidup sebagai makluk sosial.

Ritual bakar batu yang dilakukan oleh masyarakat suku Dani yang

beragama Kristen di kota Semarang juga merupakan bentuk kecintaan akan

budaya yang dimiliki serta menjalankan tradisi yang telah dijalankan oleh leluhur

Page 46: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

34

mereka. Tradisi-tradisi yang terdapat dalam masyarakat memiliki nilai-nilai luhur

yang tinggi sehingga patut untuk dilestarikan. Pelestarian akan tradisi yang

dimiliki bukanlah sebuah kesalahan karena Tuhan Yesus juga menjalankan

tradisi-tradisi yang ada dalam kehidupan kelompoknya. Injil yang adalah kabar

baik tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus tidak lepas dari kaitan budaya

Yahudi dimana Yesus lahir dan dibesarkan.Oleh karena itu ada banyak tradisi

Israel yang muncul dalam kesaksian injil, seperti peringatan hari Purim, hari raya

pondok daun dan aturan-aturan sabat.Ritual-ritual itu tidak bisa di hilangkan dari

dalam kehidupan masyarakat.Selama ritul itu memiliki nilai-nilai luhur yang baik

dan tidak merugikan kehidupan manusia maka ritual itu masih harus

dilestarikan.Ritual bakar batu memiliki nilai-nilai luhur yang baik yang juga

terdapat dalam seluruh ajar Kristen seperti kekeluargaan, kebersamaan, kesatuan,

gotong royong dan juga berfungsi sebagai alat mediasi.Sehingga perlu diberikan

perhatian besar untuk melestarikan ritual tersebut.Kebudayaan bukanlah

“momok” yang menakutkan bagi kekristenan. Tetapi kebudayan dan kekristenan

dapat membangun dialog yang baik untuk mencipatakan sebuah kehidupan yang

lebih baik dan juga menjadi kekuatan yang besar dalam mengembangkan iman

Kristen kita.

Rekomendasi

Selanjutnya penulis ingin menyampaikan saran bagi pihak-pihak yang

terkait, yakni: Pertama untuk Fakultas Teologi UKSW, hasil penelitian yang

penulis lakukan ini setidak-tidaknya dapat menjadi salah satu acuan bagi fakultas

untuk memberikan perhatian khusus bagi kelestarian budaya yang dimiliki oleh

masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga akademik Kristen, Fakultas Teologi

UKSW bisa menjadi tempat di mana teologi kontekstual diajarkan kepada para

calon-calon pekerja gereja agar dapat diterapkan dalam kehidupan bergeraja dan

berteologi di era postmodern ini.Berteologi kita tidaklah berbunyi monoponik

seperti yang di ungkapkan Izak Lattu76

tetapi berteologi kita hendaknya berbunyi

poliponik karena realita keberagaman yang menjadi kekuatan tersendiri bagi kita

76

Izak Lattu, Kekristenan Poliponik:Mendialogkan Teologi dan Budaya Lokal , Jurnal Theologi interdisipliner. Vol. IV.No. 1.Agustus 2009.

Page 47: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

35

yang berteologi di konteks Indonesia.Kedua, untuk masyarakat suku Dani sikap

menjaga dan melestarikan ritual yang mereka miliki merupakan bentuk tanggung

jawab mereka kepada sang pemberi kebudayaan dan kehidupan. Sehingga proses

pelestarian budaya yang telah mereka lakukan tidak berhenti tetapi terus menjadi

sebuah proses pembelajaran yang baik kepada generasi penerus agar kekayaan-

kekayaan dalam kebudayaan yang kita miliki dari masa ke masa tidak hilang di

telan ke majuan yang semakin pesat. Ketiga, bagi gereja sebagai lembaga yang

menaungi para anggota jemaatnya dapat mempertimbangan segi-segi kebudayaan

mengingat berteologi tanpa membudaya seperti sesuatu yang mengawang-awang

tetapi hendaknya setiap tindakan yang dilakukan oleh gereja harus kontekstual

dengan tidak mengabaikan nilai-nilai luhur dari kebudayaan yang dimiliki oleh

jemaat.

Page 48: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

36

DAFTAR PUSTAKA

Bell, Catherine. Ritual Theory, Ritual Practice. New York-Oxford: Oxford

University Press,1992.

Cornell, Stephen dan douglas Hartmann. Ethicity and Race. Amerika: Pine Forge

Press. 1997.

Daniel L Pals, Seven Theories of Reigion. Jogjakarta: IRCiSoD

Dhavamony, Mariasusasi. Fenomena Agama. Yogyakarta: PenerbitKanisius,1995.

Dillistone, F. W. Daya Kekuatan Simbol, The Power Of Simbols.

Yogyakarta:Penerbit Kanisius:2002.

Douglas, Mary. Natural Symbols: Explorations In Cosmology. London: Penguin

Books, 1973.

Durkheim, Emile. Sejarah Agama. Yogyakarta: Kanisius, IRCiSoD, 2003.

Firth, Raymond. Symbols: Public and Private. New York, Ithaca: cornell

University Press, 1973.

Francis M, Deng. War of Visions: Conict Of Identities in the Sudan. Washington

DC: Brookings,1995

Herusatoto, Budiono. Simbolisme Jawa. Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2008.

Hogg, Michael A dan Dominic Abrams, Social Identification. London and New

York: Routledge, 1988

Hans Wakerkwa, Perang Antar Suku. Salatiga: dalam Thesis Program

Pascasarjana Magister Sosiologi Agama.

Ismael Roby Silak, Konflik Perang dan Perdamaian Orang Yali di Anggruk.

Makasar: Pustaka Reflekasi, 2011.

Jenkins, Richard. Social Identity. London: Routledge,1996.

Koentjaraningrat., Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press,1990.

Krueger,J. Social categorization, Psychology of,” dalam Neil J. Smeler & Paul B

Baltes (ed), international Encyclopedia of social science and behavior.

London: Elsevier Science,2001.

. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: djambatan,

2002.

keseragaman dan Aneka Warna Masyarakat Irian Barat.

Liliweri, Alo. Pengantar Studi Kebudayaan, Bandung: Penerbit Nusa Media,

Page 49: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

37

Mansoben, Jhoszua Robert sistem politik tradisonal di irian Jaya. Jakarta:LIPI,

2005.

Muhni Djuretna Imam. Moral dan Religi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994.

Nawawi, Hadari H. Metode Penilitian Bidang Sosial. Yogyakrta: GajaMada

University Press, 1990.

Niebuhr Richard. Kristus dan Kebudayaan. Jakarta: Petra Jaya. 1956.

Robert A. Baron & Don Bayner. Psikologi Social Jilid I. Jakarta: Erlangga, 2003.

Rodger Lewis. Karya Kristus di Indonesia (Bandung: Kalam Hidup, 1993), 424.

Robert R Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan

Agama Kristen, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Samiyono, David. Diktat Metode Penelitian Sosial.Salatiga: Salatiga: Universitas

Kristen Satya Wacana. 2004.

Socratez, Dumma. Kita Meminum Air dari Sumur Kita Sendiri. Jayapura:

Cendrawasih Press. 2010.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu pengantar. Jayapura: CV Rajawali. 1990

Supardan, Dadang H. Pengantar Ilmu Sosial: sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.

Stests Jan E dan Peter J. Burke, “ Identity Theory and Social Identity”,

Susanto, Hari P.S. Mitos Menurut pengertian Mircea Eliade. Yogyakarta:

Kanisius, 1987.

Turner, Victor. The Ritual Process: Structure And Anti-Structure. Ithaca, New

York: Cornell Paperbacks,1989.

“Sacrifice as Quintessential Process: Prophylaxis or Abandonment?,”

dalam Jeffrey Carter Understanding . . . , 292-294.

The Forest of symbols. Ithaca,1967

Verkuyl.Etika Kristen dan Kebudayaan. Bogor: Percetakan Bogor. 1966

Wirangun, Wartaya Y. W. Masyarakat Bebas Struktur: Liminalitas dan

Komunitas menurut Victor Turner. Yogyakarta:Kanisius,1990.

Widiadrto, Tri. Pengantar Antropologi Buday. Salatiga: widiya sari. 2007.

Page 50: Makna Ritual Bakar Batu Bagi Masyarakat Kristen Suku Dani ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9918/2/T1_712010040_Full... · dianut oleh masyarakat tersebut. Ritual-ritual

38

Jurnal

Tajfel, Henry. Social categorization, dalam S. Moscovici (ed). Introduction a la

pschologic sociale, vol. 1. Paris: Larousse, 1972

Izak Lattu, Kekristenan Poliponik:Mendialogkan Teologi dan Budaya Lokal,

dalam jurnal Theologia interdisipliner. Vol IV. No 1, Agustus 2009.

Web

http://ensiklonesia.blogdetik.com/2012/05/28/upacara-adat-di-berbagai-

macam-daerah-indonesia

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/suku-dani-kebudayaan-

sistem-kepercayaan-bangsa-kekerabatan.html

http://majalahselangkah.com/content/bakar-batu-babi-sakral-bagi-masyarakat-

pegunungan-sebuah-perspektif-sosiologi-agama-emile-durkheim.