makalah takakura

36
Makalah Keranjang Takakura, Biopori & Komposting Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Konsep Dasar IPA Dosen Pengampu : Sri Sulistyorini ,M.Pd Disusun oleh: 1. Septi Dwijayanti (1401410245) 2. Pingkan Maharani R (1401410301) 3. Miftah Farid (1401410305) 4. Karunia Yeni S (1401411420) Rombel / kelompok : 09 / 08 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012 1

Upload: nia-hongsaico

Post on 06-Dec-2014

475 views

Category:

Documents


72 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Takakura

Makalah

Keranjang Takakura, Biopori & Komposting

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Konsep Dasar

IPA

Dosen Pengampu : Sri Sulistyorini ,M.Pd

Disusun oleh:

1. Septi Dwijayanti (1401410245)

2. Pingkan Maharani R (1401410301)

3. Miftah Farid (1401410305)

4. Karunia Yeni S (1401411420)

Rombel / kelompok : 09 / 08

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

1

Page 2: Makalah Takakura

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang identik dengan bahan

buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik seperti dedaunan

yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah, yang berasal dari

aktivitas rumah tangga (sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah.

Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik

dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat. Masalah-masalah seperti timbulnya

bau tak sedap maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusia maupun

lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu perlu

adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya

meningkatkan semaksimal mungkin dampak pisitifnya. Salah satu cara yang dapat digunakan

untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah

mengolah sampah tersebut dengan teknik keranjang takakura, biopori maupun komposting

yang sederhana.

Dalam melakukan teknik pengomposan, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan agar

proses pengomposan berjalan dengan cepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah

proses pencacahan yang sebisa mungkin halus sehingga mudah di dekomposisi, kelembaban

dan aerasi yang mendukung kerja mikroorganisme, maupun kadar karbon dan Nitrogen yang

ideal. Baik keranjang Takakura maupun Biopori keduanya sama-sama memiliki tujuan yang

sama yaitu, sebagai media pembuat kompos alami. Tinggal memilih dan disesuaikan dengan

situasi dan kondisi masyarakatnya. Mau memilih keranjang takakura ataupun Biopori,

keduanya memiliki manfaat tersendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu keranjang Takakura ?

2. Apa keunggulan keranjang Takakura ?

3. Jenis-jenis sampah apa yang dapat diolah keranjang Takakura ?

4. Bagaimana proses pembuatan dan cara kerja keranjang Takakura ?

5. Apa pengertian Biopori ?

6. Apa saja manfaat LRB (Lubang Resapan Biopori) ?

7. Dimanakah lokasi penempatan LRB ?

2

Page 3: Makalah Takakura

8. Bagaimnakah cara membuat lubang biopori resapan air ?

9. Apa itu komposting ?

10. Apa tujuan dan manfaat pengomposan ?

11. Bagaimana ciri-ciri kompos yang baik ?

C. Tujuan penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian keranjang Takakura.

2. Mahasiswa dapat mengetahui keunggulan keranjang Takakura.

3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan keranjang Takakura.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mempraktekkan proses pembuatan keranjang

Takakura.

5. Mahasiswa dapat menjelaskan biopori.

6. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat, dan cara membuat lubang biopori.

7. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat pengomposan dan ciri-ciri kompos yang baik.

3

Page 4: Makalah Takakura

BAB II

PEMBAHASAN

Keranjang Takakura

1. Pengertian keranjang Takakura

Keranjang Takakura merupakan alat pengomposan skala rumah tangga yang

ditemukan Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International

Techno-cooperative Association, dan Pemerintah Kitakyusu Jepang pada tahun 2005.

Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana di sekitar kita yang mampu

mempercepat proses pembuatan kompos. Satu keranjang standar dengan starter 8 kg

dipakai oleh keluarga dengan jumlah total anggota keluarga sebanyak 7 orang. Sampah

rumah tangga yang diolah di keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari. 

Keranjang kompos Takakura adalah hasil penelitian dari seorang ahli Mr. Koji

TAKAKURA dari Jepang. Mr. Takakura melakukan penelitian di Surabaya untuk

mencari sistem pengolahan sampah organik. Selama kurang lebih setahun Mr. Takakura

bekerja mengolah sampah dengan membiakkan bakteri tertentu yang “memakan”

sampah organik tanpa menimbulkan bau dan tidak menimbulkan cairan. Dalam

pelaksanaan penelitiannya, Mr. Takakura mengambil sampah rumah tangga, kemudian

sampah dipilah dan dibuat beberapa percobaan untuk menemukan bakteri yang sesuai

untuk pengomposan. Jenis bakteri yang dikembang-biakkan oleh Takakura inilah yang

kemudian dijadikan starter kit bagi keranjang Takakura. Hasil percobaan itu, Mr.

Takakura menemukan keranjang yang disebut “Takakura Home Method” yang

dilingkungan masyarakat lebih dikenal dengan nama keranjang sakti Takakura.

Selain Sistem Takakura Home Method, Mr. Takakura juga menemukan bentuk-

bentuk lain ada yang berbentuk “Takakura Susun Method”, atau modifikasi yang

berbentuk tas atau kontainer. Penelitian lain yang dilakukan Takakura adalah pengolahan

sampah pasar menjadi kompos. Akan tetapi Takakura Home Method adalah sistem

pengomposan yang paling dikenal dan disukai masyarakat karena kepraktisannya.

Mr. Takakura, melakukan penelitian di Surabaya sebagai bagian dari kerjasama antara

Kota Surabaya dan Kota Kitakyushu di Jepang. Kerjasama antar kedua kota difokuskan

pada pengelolaan lingkungan hidup. Bentuk kerjasama berupa pemberian bantuan teknis

kepada kota Surabaya. Bantuan teknis yang diberikan Pemerintah Jepang adalah dengan

menugaskan sejumlah tenaga ahli untuk melakukan penelitian tentang pengolahan

4

Page 5: Makalah Takakura

sampah yang paling sesuai dengan kondisi Surabaya. Mr. Takakura adalah salah satu ahli

yang ditugaskan itu. Kerjasama Kitakyushu-Surabaya untuk mengelola sampah dimulai

dari tahun 2001 sampai 2006. Takakura menjadi peneliti kompos selama kerjasama

tersebut sekaligus sebagai ahli pemberdayaan masyarakat. Selama itu Takakura dan

timnya secara berkala datang ke Surabaya untuk melakukan penelitian dan melaksanakan

hasil penelitian itu.

Sumbangsih Mr. Takakura terhadap upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat

sangatlah besar. Keberhasilan itu malah diapresiasi oleh lembaga

internasional IGES (Institut for Global Environment and Strategy). Keberhasilan Mr.

Takakura menemukan sistem kompos yang praktis tidak saja memberikan sumbangsih

bagi teknologi penguraian sampah organik, tetapi juga menjadi inspirasi bagi

pengelolaan sampah berbasis komunitas.

2. Keunggulan Keranjang Takakura

1. Praktis dan murah untuk mengkompos di dalam ruangan dibanding kebanyakan

metode pengkomposan lainnya yang harus dilakukan diluar ruangan. 

2. Ukuran keranjang relatif kecil tetapi kinerjanya tinggi : mampu mengkompos dengan

cepat dan kecil kemungkinan terjadi bau. Walaupun ruang yang disisakan untuk

mengkompos hanya 1/3 wadah, tetapi wadah akan penuh paling cepat 2-3 bulan,

untuk masukan 1-2 kg sampah per hari dengan jumlah anggota keluarga 5 – 7 orang.

3. Alat dan bahannya mudah diperoleh, bahkan dapat dibuat sendiri media dan isinya.

3. Jenis-jenis sampah yang dapat diolah keranjang Takakura

Pada dasarnya keranjang Takakura dapat digunakan untuk mengkompos semua bahan

organis (semua bahan yang berasal dari hewan dan tumbuhan). Dimana jumlah rata-

ratanya sekitar 50 % dari sampah rumah tangga. Keranjang Takakura dirancang untuk

mengolah sampah sisa-sisa makanan, termasuk berbagai sisa bahan pada saat memasak. 

Contoh / jenis sampah organik yang dapat dimasukkan : 

a. Sampah sayur baru & sisa sayur basi (Sisa-sisa sayur sebelum dimasukkan harus

dipotong kecil-kecil dan Idealnya sisa sayuran tersebut belum basi. Namun bila sayur

telah basi, cuci sayuran tersebut terlebih dahulu, peras, dan buang airnya).

b. Sisa nasi & sisa makan pagi, siang ataupun malam 

c. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dll) hindari memasukkan kulit buah yang

keras seperti kulit salak.

5

Page 6: Makalah Takakura

d. Sampah ikan laut atau ikan tawar dan daging dapat diolah tapi jumlahnya jangan

sampai terlalu banyak. 

4. Proses pembuatan keranjang Takakura

a. Alat dan bahan :

Keranjang laundry dengan tutupnya 1 buah

Kardus bekas sekiranya cukup untuk dimasukkan ke dalam keranjang plastik

Gunting 1 buah

Isolasi secukupnya untuk merekatkan kardus pada keranjang

Kain jaring 1 meter.

Cetok / garu 1 buah

Jarum jahit dan benang untuk menjahit bantalan sekam

Sekam secukupnya masukkan dalam kain yang mudah menyerap air kemudian

jahit menyerupai bantal, buat 2 bantal sekam.

Kompos siap pakai sebagai starter.

Sampah organik seperti sayuran, buah, dan nasi yang sudah ditiriskan dulu agar

bebas air lalu dicacah kecil- kecil.

b. Proses pembuatan

Siapkan 1 buah keranjang plastik yang berlubang-lubang untuk sirkulasi udara

(keranjang laundry) yang bertutup. Ukurannya hanya sekitar 50 liter, biasanya

digunakan untuk keranjang wadah pakaian kotor sebelum dicuci

Ambil kardus dan potong dengan menggunakan gunting sesuai ukuran keranjang

lalu tempelkam potongan kardus tadi di sekeliling bagian dalam keranjang.

Tekan-tekan supaya masuk dan pas sehingga keranjang bisa ditutup. Kardus

berfungsi sebagai perangkap starter kompos agar tidak tumpah, karena keranjang

6

Page 7: Makalah Takakura

yang dipakai memiliki lubang yang relatif besar.

Gunting kain jaring untuk membuat dua kantong bantalan sekam sesuai ukuran

alas dan bagian atas keranjang dengan cara menjahit bagian tepi jaring.

Setelah jaring berbentuk kantong, isi masing-masing kantong jaring dengan

sekam secukupnya lalu jahit hingga menyerupai bantal. Jahit dengan gaya bebas

semampunya. Bentuk akhir mirip bantal sekam, lebih padat lebih bagus.  Buat

dua buah.

Setelah bagian dalam keranjang terlapisi kardus, masukkan satu buah bantal

sekam pada alas keranjang. Ini gunanya supaya cairan sampah dan kompos tidak

merembes. Bantal sekam di bagian bawah keranjang berfungsi sebagai

penampung air lindi dari sampah bila ada, sehingga bisa menyerap bau. Bantal

sekam juga berfungsi sebagai alat kontrol udara di tempat pengomposan agar

bakteri berkembang dengan baik.

Masukkan kompos siap pakai ke dalam keranjang kurang lebih setebal 5 cm.

Kompos berfungsi sebagai starter pada proses pengomposan karena di dalamnya

terkandung mikroba-mikroba pengurai.

Masukkan sampah organik ke dalam keranjang, sampah yang hendak

dikomposkan antara lain: Sisa makanan dari meja makan: nasi, sayur, kulit buah-

buahan. Sisa sayuran mentah dapur: akar sayuran, batang sayuran yang tidak

terpakai. Sebelum dimasukkan ke dalam keranjang, harus dipotong-potong kecil-

kecil sampai ukuran 2 cm x 2 cm. Sesekali tekan sampah dengan cetok hingga

sampah berada di tengah- tengah kompos siap pakai

7

Page 8: Makalah Takakura

Lapisi permukaan dengan salah satu kantong kain jaring berisi sekam yang telah

disiapkan

Setelah dilapisi sekam, ambil kain jaring lagi untuk melapisi mulut keranjang

guna menghindari masuknya hewan- hewan kecil / serangga.

8

Page 9: Makalah Takakura

Setelah mulut keranjang dilapisi kain jaring, tutup keranjang dengan tutup

keranjang sampai tertutup rapat

Letakkan keranjang di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung.

Jika kompos terlihat kering perciki dengan air bersih sambil diaduk- aduk. Suhu

idealnya 60 derajat celcius

Bila kompos telah penuh, ambil 1/3 bagian dan matangkan di tempat yang tidak

terkena sinar matahari langsung, sedangkan 2/3 bagian dapat digunakan lagi

sebagai starter untuk pengolahan berikutnya

9

Page 10: Makalah Takakura

Kompos matang, jika berwarna coklat kehitaman dan suhunya sama seperti suhu

kamar (sekitar 20 sampai 25 derajat celcius)

c. Catatan :

a. Keranjang Takakura didesain untuk ukuran sampah rumah tangga sehari-hari

dengan maksimum penghuni 7 orang. Bila jumlah anggota keluarga lebih dari itu,

sebaiknya memakai Keranjang Takakura lebih dari satu buah.

b. Usahakan sampah organik masih segar dan dalam kondisi tercacah buah, sayuran

ataupun nasi. Upayakan memasukkan sayuran yang belum basi. Bila sayuran

telah basi, cuci dulu sayuran tersebut, tiriskan, dan bisa dimasukkan ke komposter

Takakura.

c. Sebaiknya sampah organik segar yang diisi setiap hari, usahakan sampah ditekan

dengan cetok sampai sampah timbunan baru tidak terlihat.

d. Ganti kardus yang menjadi lapisan dalam keranjang setelah 3-6 bulan atau ketika

hancur.

e. Tidak ada belatung pada Keranjang Takakura meskipun setiap hari, para pemakai

memasukkan sampah. Asal belatung adalah dari telur lalat. walaupun lalat telah

bertelur pada makanan dan makanan tersebut dimasukkan ke Keranjang

Takakura, telur lalat tersebut tidak akan menjadi belatung karena bahan-bahan

yang ada di dalam keranjang takakura, misalnya, sekam, tidak memungkinkan

perkembangbiakan belatung. 

f. Cuci kain penutup jika dirasa kotor.

g. Bila Keranjang penuh maka 1/3 dari kompos itu dapat kita ambil dan

dimatangkan di taman/kebun kita yang terlindungi dari sinar matahari selama

kurang lebih 2 minggu untuk kemudian dapat digunakan sebagai pupuk kompos.

10

Page 11: Makalah Takakura

h. Untuk mengetahui kalau proses pengomposan terjadi dengan baik, Cara paling

gampang adalah dengan meletakkan telapak tangan kita kurang lebih 2 cm di atas

kompos. Bila terasa hangat, bisa dipastikan proses pengomposan berjalan dengan

baik. Bakteri yang mendukung proses pengomposan sedang bekerja. Bila telapak

tangan tidak terasa hangat, bakteri tidak bekerja maksimal. Bisa jadi kompos

starter tersebut terlalu kering hingga memerlukan air. Percikkan air pada kompos

tersebut. Pelan-pelan, suhu dari starter tersebut akan meningkat dengan

bekerjanya mikroorganisme yang mengubah sampah menjadi kompos.

Karena proses pengomposan ini ‘aerob’ atau membutuhkan oksigen, isi keranjang

sebaiknya diaduk-aduk dengan sekop / cetok setiap hari.

i. Umumnya, keranjang Takakura penuh antara 2-4 bulan, tergantung jumlah

sampah yang dimasukkan. Bila sudah penuh, ambil sepertiga bagian paling atas.

Kompos yang diambil tadi didiamkan 14 hari, barulah bisa dipakai. Sedangkan

yang tetap tinggal di keranjang, bisa dipakai sebagai starter untuk pengomposan

kembali

j. Hindarkan dari terik matahari, agar keranjang tidak cepat rusak dan kompos tidak

cepat kering dan hindarkan dari hujan (taruh di tempat teduh) keranjang Takakura

dirancang sedemikian rupa sehingga dalam keadaan normal, keranjang tidak

menghasilkan bau.

d. Panduan Penggunaan Keranjang Takakura

1. Buka keranjang Takakura, kain penutup dan bantalan sekam

11

Page 12: Makalah Takakura

2. Gali media pengkomposan dengan sekop kecil tepat di tengahnya sehingga

terbentuk lubang. Sesuaikan ukuran galian dengan jumlah sampah yang akan

dimasukkan.

3. Kemudian masukkan sampah organis yang akan anda kompos.

4. Timbun sampah tadi dengan menggunakan media yang ada di tepian lubang

sehingga sampah tertutupi.

5. Tutup kembali dengan bantal sekam.

6. Tutup kembali keranjang Takakura dengan kain penutup dan penutup keranjang

Di hari berikutnya ketika kita akan memasukkan sampah, terlebih dahulu perlu

melakukan pengadukan secukupnya, supaya sampah yang dimasukkan sehari

sebelumnya tercampur merata dengan media pengkomposan. Setelah itu lakukanlah

langkah no. 2 hingga no. 6 seperti di atas.

e. Panen Kompos

Bila keranjang sudah penuh, maka 1/3 bagian dari isi keranjang sudah dapat diambil

untuk dijadikan kompos.

1. Keluarkan media pengomposan dari keranjang. Kemudian pisahkan media yang

warnanya lebih gelap dan halus (sudah menjadi kompos)

2.  Untuk mengambil yang paling lembut, bisa mengayaknya dengan menggunakan

tutup keranjang. Jumlah yang dikeluarkan sebanyak 1/3 isi keranjang.

3. Kemudian masukkan kembali 2/3 bagian sisa pengayakan termasuk sampah-

sampah yang belum terurai ke dalam keranjang untuk menjadi media

pengomposan selanjutnya. Tempatkan sampah organis yang belum terurai di

bawah media pengomposan.

4. Kompos yang dipanen kita matangkan terlebih dahulu selama setidaknya satu

minggu. Setelah itu kompos siap digunakan.

f. Mengatasi Masalah Takakura

Masalah takakura yang paling sering ditemui yaitu :

1. Bau : Campurkan sejumlah sekam ke dalam kompos(semakin bau semakin

banyak). Aduk hingga merata, kemudia tutup kembali keranjang takakura

2. Pengomposan terhenti dan menjadi dingin : Hal ini biasa terjadi jika pengurai

berhenti bekerja. Untuk mengatasinya bisa dengan menambahkan segenggam

bekatul dan segelas air gula. Aduk merata.

12

Page 13: Makalah Takakura

3. Terlalu basah : Tambahkan sejumlah sekam, kemudian aduk-aduk bersama

sampah lainnya

Terlalu kering : Tambahkan air dan aduk.

4. Tinggi kompos kurang dari setengah bagian : campurkan sekam hingga tingginya

mendekati 2/3 bagian. Tambahkan beberapa genggam bekatul dan aduk merata.

Biopori

Arti definisi dan pengertian Lubang Resapan Biopori menurut organisasi.org adalah

lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30 sampai 100 cm yang

ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya

sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di sekitarnya

serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik menjadi kompos yang bisa dipakai

untuk pupuk tumbuh-tumbuhan. Definisi lain dari biopori adalah lubang-lubang di dalam

tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas organisma di dalamnya, seperti cacing,

perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah laiinya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi

udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Jadi, semakin banyak biopori

di dalam tanah, semakin sehat tanah tersebut.

Di daerah yang masih alami, mekanisme pembentukan biopori terjadi dengan

sendirinya.  Dengan adanya perubahan struktur di atas dan di dalam tanah akibat

pembangunan/ pengolahan tanah yang dilakukan manusia seperti pertanian, dan perumahan,

mekanisme alamiah pembentukan biopori menjadi tidak berjalan. Untuk mengatasi

permasalahan ini, Kamir R. Brata, seorang peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB),

mengembangkan sebuah cara untuk mendorong terbentuknya biopori melalui Lubang

Resapan Biopori (LRB).

13

Page 14: Makalah Takakura

Tujuan / Fungsi / Manfaat / Peranan Lubang Resapan Biopori / LRB :

1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.

2. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.

3. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.

4. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.

5. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.

6. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.

7. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.

Tempat yang dapat dibuat / dipasang lubang biopori resapan air :

1. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb.

Pengalir air hujan mengurangi volume air yang dialirkan sehingga mencegah air

meluap ke luar selokan.

14

Page 15: Makalah Takakura

Lubang Resapan Biopori pada Selokan

2.  Di sekeliling pohon.

Lubang resapan biopori yang dibuat di sekeliling pohon dapat menjadi sumber air

untuk pohon tersebut. Bulu-bulu akar dari pohon akan tumbuh ke arah LRB

3. Pada tanah kosong antar tanaman / batas

tanaman.                                                                                                                           

Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air :

      

15

Page 16: Makalah Takakura

1. Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100

cm serta jarak antar lubang 50-100 cm. Pembuatan lubang bisa dibantu dengan alat

bernama Bor Biopori.

2. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 centimeter

serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang terperosok.

a. paralon dengan diameter 10 cm, panjang minimal 10cm; atau

b. adukan semen selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cmdisekeliling mulut lubang.

3. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon,

sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut akibat

proses pelapukan yang diperkirakan selama 2-3 bulan sehingga perlu diisi kembali

dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami.

4.  Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan,

laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan

16

Page 17: Makalah Takakura

(mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter /

jam).

Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat),

dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang

kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.

Cara Proses Pembentukkan Biopori Dalam Tanah

Menunjukkan Foto melalui mikroskop elektron yang menggambarkan dua buah lubang yang

terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian atas) dan lubang yang terbentuk oleh

aktifitas akar tanaman (pada lingkaran kuning bagian bawah). Bila lubang-lubang seperti ini

dapat dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan

air akan diharapkan semakin meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan

air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah.

Foto Mikroskop Elektron dari Lubang Cacing dan Akar pada Matriks Tanah (dalam

lingkaran kuning)

Atau dengan perkataan lain akan dapat mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi.

Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal

kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-

sampah organik rumah tangga, potongan rumput atau vegetasi lainnya, dan sejenisnya. Bahan

organik ini kelak akan dijadikan sumber energi bagi organisme di dalam tanah sehinga

aktifitas mereka akan meningkat. Dengan meningkatnya aktifitas mereka maka akan semakin

banyak biopori yang terbentuk.

17

Page 18: Makalah Takakura

Komposting

Komposting adalah proses pengendalian penguraian secara biologi dari bahan organik,

menjadi produk seperti humus yang dikenal sebagai kompos. Pada saat komposting terjadi

proses-proses perubahan secara kimia, fisika dan biologi. Pengendalian proses penguraian

pada saat komposting yang terpenting mencakup empat hal, yaitu:

Udara (oksigen),

Air (kelembaban),

Bahan organik,

Temperatur.

Dalam prakteknya, terdapat beberapa faktor yang diantaranya saling berkaitan yang

mempengaruhi keberhasilan “program komposting perkotaan”. Beberapa metode komposting

secara ekonomis dapat diterapkan pada kondisi tertentu di suatu wilayah, tapi tidak untuk

wilayah lain.

Tujuan komposting

1. Membunuh mikroba pathogen, telur insect & organisme lain

2. Menyediakan nutrient yang cukup untuk menunjang kesuburan tanah / tanaman.

Manfaat Pengomposan

a. manfaat ekonomi

Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah disebabkan sampah yang

diangkut ke TPA ( Tempat Pembuangan Akhir) semakin berkurang. Selain itu dapat

memperpanjang TPA karena semakin sedikit sampah yang dikelola.

Menghasilkan produk berupa kompos yang memiliki nilai tambah karena produk

tersebut memiliki nilai jual.

b. manfaat terhadap lingkungan

manfaat estetika. Adanya pengomposan, berarti adanya pengurangan terhadap sampah

jenis organik yang dapat merusak keindahan kota atau suatu tempat dan menimbulkan

bau. Dengan demikian keindahan dan kenyamanan tetap terjaga.

Produk hasil pengomposan bermanfaat bagi tanah dan tanaman, sebab dapat:

Menyuburkan tanah dan tanaman, Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah,

Meningkatkan kapasitas jerap air tanah, Meningkatkan aktivitas mikroba tanah,

18

Page 19: Makalah Takakura

Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), Menyediakan

hormon dan vitamin bagi tanaman, Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit

tanaman, Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam tanah

Pengomposan berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan, karena jumlah sampah

yang dibakar atau dibuang ke sungai menjadi berkurang. Selain itu aplikasi kompos

pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan

pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang berlebihan.

Membantu melestarikan sumber daya alam karena pemakaian kompos pada

perkebunan akan meningkatkan kemampuan lahan kebun dalam menahan sebagai

media tanaman dapat digantikan oleh kompos, sehingga eksploatasi humus hutan

dapat dicegah.

c. Manfaat kesehatan : Dengan pengomposan, panas yang dihasilkan mencapai 60OC,

sehingga dapat membunuh organisme pathogen penyebab penyakit yang terdapat

dalam sampah.

d. Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan : Pengomposan dapat meningkatkan

peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Tahap pembuatan kompos

a. Pemilahan Sampah

Sampah yang dikumpulkan di TPA pada umumnya bercampur antara bahan-bahan

organik maupun non organik sehingga pemilahan perlu dilakukan secara teliti

untuk mendapatkan bahan organik yang dapat dikomposkan seperti dauan-daunan,

sisa makanan, sayuran dan buah-buahan

b. Pencacahan

Sampah organik yang telah terkumpul dicacah dengan ukuran 3-4 cm. Pencacahan

dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan karena pencampuran dengan

bahan baku yang lain seperti kotoran ternak dan EM-4 menjadi rata sehingga

mikroorganisme akan bekerja serana efektif dalam proses fermentasi.

c. Pencampuran Bahan Baku

Sampah yang sudah dicacah dideder di tempat yang telah disediakan kemudian

dicampur dengan kotoran ternak.

Pencampuran/pengadukan dilakukan secara merata kemudian dicampurkan pula

campuran EM-4, di atas campuran sampah dan kotoran ternak.

Pencampuran dilakukan sekali lagi agar seluruh bahan bercampur secara merata.

19

Page 20: Makalah Takakura

Komposisi bahan-bahan ini adalah sampah cacahan (1,3 m3), EM-4 (375 ml),

kotoran ternak kering (1/5 dari sampah cacahan).

d. Penumpukan Bahan Baku

Setelah dilakukan pencampuran secara merata kemudian dilakukan penumpukan

dengan ketentuan tinggi 1,5 m, lebar 1,75 m dan panjang 2 m. Penumpukan dapat

dilakukan dengan model trapesium, gunungan maupun pesegi panjang. Dalam

tumpukan inilah terjadi proses fermentasi sampah organik menjadi kompos.

e. Pemantauan

Dalam masa penumpukan akan terjadi peningkatan suhu sebagai akibat proses

fermentasi. Hari pertama sampai kelima suhu biasanya mencapai 65° C atau lebih.

Hal ini berguna untuk membunuh bakteri yang tidak dibutuhkan dan melunakkan

bahan. Pada hari keenam dan seterusnya suhu dijaga antara 40-50° C dengan

kelembaban lebih kurang 50 %. Suhu dan kelembaban dapat dipertahankan dengan

perlakuan antara lain penyiraman dan pembalikan tumpukan.

f. Pematangan

Pengkomposan berjalan dengan baik dengan suhu rata-rata dalam bahan menurun

dan bahan telah lapuk dan berubah warna menjadi coklat kehitaman. Tujuan

pematangan untuk menjamin kompos benar-benar aman bagi konsumen.

g. Pengeringan

Setelah usia tumpukan mencapai usia 21 hari/3 minggu, maka sampah organik

sudah menjadi kompos. Selanjutnya dilakukan pembongkaran untuk

dikeringkan/dijemur. Pengeringan dapat dilakukan selama lebih kurang 1 minggu

sampai kadar air kira-kira mencapai 20-25%.

h. Penggilingan dan Pengayakan

Proses selanjutnya adalah dilakukan penggilingan terhadap kompos yang sudah

kering. Untuk mendapatkan butiran-butiran kompos yang siap untuk dikemas

dilakukan pengayakan sesuai dengan kebutuhan.

Ciri-ciri kompos yang baik :

- Berwarna gelap (coklat kehitaman)

- Berbau seperti tanah

- Suhunya tidak lebih dari 20°c dari suhu sekitar

20

Page 21: Makalah Takakura

- Bentuk fisik kompos tidak menyerupai bentuk aslinya (bila digenggam dengan

tangan akan membentuk gumpalan mengikuti bentuk genggaman, namun

gumpalan akan mudah hancur jika disentuh)

- Biasanya volume kompos berkisar antara 25 – 30% dari sampah organik bahan

kompos.

21

Page 22: Makalah Takakura

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Keranjang Takakura merupakan alat pengomposan skala rumah tangga yang

ditemukan Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International

Techno-cooperative Association, dan Pemerintahan Kitakyusu Jepang pada tahun

2005. Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana di sekitar kita yang mampu

mempercepat proses pembuatan kompos. Dan disebut ’Takakura Home Method’ yang

dilingkungan masyarakat lebih dikenal dengan nama ‘Keranjang Takakura.’

• Keranjang sakti Takakura

- Salah satu model alat pengolahan sampah basah skala rumah tangga.

Pengomposan cara ini sangat bermanfaat untuk para mahasiswa, keluarga kecil,

karena bisa ditempatkan di Dapur atau Teras rumah.

• Penemu : Mr. Koji Takakura

• Prinsip kerja

- Sistem Aerob, sistem penguraian sampah dengan bantuan bakteri aerob, yaitu

bakteri yang membutuhkan udara dalam perkembangbiakannya.

• Komponen / bahan dasar keranjang sakti Takakura

- Keranjang plastik 1 buah - Pupuk Kompos sebagai starter

- Kardus bekas pelapis - Kain penutup

- Bantalan sekam 2 buah - Cetok

- Sampah organik rumah tangga

Keunggulan :

- Praktis dan murah untuk mengkompos di dalam ruangan.

- Ukuran keranjang relatif kecil tetapi kinerjanya tinggi : mampu mengkompos

dengan cepat dan kecil kemungkinan terjadi bau.

- Alat dan bahannya mudah diperoleh, bahkan dapat dibuat sendiri media isinya &

alternatif pilihan keranjang Takakura dengan relatif mudah. 

Jenis sampah organik yang dapat diolah : 

a. Sampah sayuran

b. Sisa nasi & sisa makan pagi, siang ataupun malam 

22

Page 23: Makalah Takakura

c. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dll) hindari memasukkan kulit buah yang

keras seperti kulit salak.

d. Sampah ikan laut atau ikan tawar dan daging dapat diolah tapi jumlahnya jangan

sampai terlalu banyak.

Meletakkan Keranjang Takakura

Keranjang takakura dirancang sebagai sarana pengomposan dalam rumah

sehingga sebaik mungkin memanfaatkan kemampuan ini dengan meletakkannya

di tempat-tempat strategis dalam rumah.

1. Letakkan di tempat strategis di dalam rumah, contohnya seperti tempat yang

paling banyak menghasilkan sampah organis (dapur, ruang makan)

2. Hindarkan dari terik matahari, agar keranjang tidak cepat rusak dan kompos

tidak cepat kering

3. Hindarkan dari hujan (taruh di tempat teduh)

Keranjang Takakura dirancang sedemikian rupa sehingga dalam keadaan normal,

keranjang tidak menghasilkan bau.

Biopori adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30

sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang

mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah

tanah, tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik

menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan. Peranan Lubang

Resapan Biopori / LRB : Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga

menambah air tanah, Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar,

Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit, Mengurangi air hujan yang

dibuang percuma ke laut, Mengurangi resiko banjir di musim hujan, Maksimalisasi

peran dan aktivitas flora dan fauna tanah, Mencegah terjadinya erosi tanah dan

bencana tanah longsor.

Komposting adalah proses pengendalian penguraian secara biologi dari bahan

organik, menjadi produk seperti humus yang dikenal sebagai kompos. Pada saat

komposting terjadi proses-proses perubahan secara kimia, fisika dan biologi.

Pengendalian proses penguraian pada saat komposting yang terpenting mencakup

empat hal, yaitu: Udara (oksigen), Air (kelembaban), Bahan organik, Temperatur.

Tujuan komposting

23

Page 24: Makalah Takakura

1. Membunuh mikroba pathogen, telur insect & organisme lain

2. Menyediakan nutrient yang cukup untuk menunjang kesuburan tanah / tanaman.

Manfaat Pengomposan

a. manfaat ekonomi

e. manfaat terhadap lingkungan

f. Manfaat kesehatan

g. Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan

Tahap pembuatan kompos

a. Pemilahan Sampah e. Pencampuran Bahan Baku

b. Pencacahan f. Pematangan

c. Penumpukan Bahan Baku g. Pengeringan

d. Penggilingan dan Pengayakan h. Pemantauan

Ciri-ciri kompos yang baik :

- Berwarna gelap (coklat kehitaman)

- Berbau seperti tanah

- Suhunya tidak lebih dari 20°c dari suhu sekitar

- Bentuk fisik kompos tidak menyerupai bentuk aslinya Biasanya volume kompos

berkisar antara 25 – 30% dari sampah organik bahan kompos.

B. Saran

Dewasa ini ada beberapa jenis cara pengelolaan sampah mandiri yang berkembang di

masyarakat salah satunya yang kita ketahui adalah keranjang Takakura dan Biopori.

Namun menurut kami, Keranjang Takakura lah yang mudah untuk diaplikasikan. Dari

cara dan proses pembuatanya pun tidak begitu sulit, karena bahanya mudah didapat

disekitar kita. Keranjang Takakura dapat menjadi media pembelajaran yang sangat

penting untuk diperkenalkan pada masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat

mengetahui serta mengaplikasikan mekanisme pengelolaan sampah di wilayah /

rumahnya secara mandiri. Dan alangkah baiknya bila komunitas dan kader-kader

pengelola, secara rutin, bersamaan menyampaikan perkembangan pengelolaan

sampah, kualitas dan kuantitasnya. Ini memudahkan untuk membuat langkah strategis

dalam pengelolaan sampah pada masa mendatang. Karena pengelolaan sampah tidak

dapat diatasi oleh satu pihak saja. Maka dengan mengaplikasikan keranjang Takakura

dan Biopori dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan kita juga ikut membantu dalam

pengelolaan sampah serta dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

24

Page 25: Makalah Takakura

Daftar Pustaka

Multiply. 2007.keranjang ajaib Takakura.

http://kelompokdiskusi.multiply.com/journal/item/376/Keranjang-Ajaib-Takakura-.

diakses tanggal 29 September 2012

Pusdakota Ubaya. 2008. Keranjang Takakura.

http://keranjangtakakura.blogspot.com/2008/09/membuat-keranjang-takakura.html.

diakses tanggal 29 September 2012

Sang pencerah kampus klaten. 2011. Kurangi beban lingkungan dengan komposting

http://sangpencerahkampusklaten.blogspot.com/2011/04/kurangi-beban-lingkungan-

dengan.html diakses 29 September 2012

Biotanikan. 2011. Keranjang Takakura. http://biotani.blogspot.com/2011/11/dewasa-ini-

pengelolaan-sampah-mandiri.html. diakses tanggal 29 September 2012

P.Sekar, melati. 2011. MATERI OHU UGREEN. http://msekarp.blogspot.com/2011/08/materi-ohu-ugreen.html. diakses tanggal 29 September 2012

Rahmaniaa, rizki. 2012. Go green dengan keranjang Takakura.

http://ririspunyamimpi.blogspot.com/2012_01_21_archive.html. diakses tanggal 29

September 2012

Ekosistem Prima Lestari Group. 2012. Informasi keranjang Takakura.

http://informasikeranjangtakakura.blogspot.com/2012_06_01_archive.html. diakses

tanggal 29 September 2012

Kompasiana. 2012. Membuat kompos dan keranjang Takakura.

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/01/12/membuat-kompos-dan-

keranjang-takakura-sendiri/. diakses tanggal 29 September 2012

Kompos kota. Pengertian dan dasar komposting. http://komposkota.org/?page_id=24.

diakses tanggal 29 September 2012

25

Page 26: Makalah Takakura

Lampiran :

Anggaran pengeluaran keranjang Takakura :

1. Keranjang Rp

2. Kardus Rp

3. Sekam Rp

4. Kain jaring Rp

5. Kompos jadi Rp

26