makalah ojk uti
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan stabil dan
berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas dan seimbang di
semua sektor perekonomian, serta memberikan kesejahteraan secara adil
kepada seluruh rakyat Indonesia adalah pembangunan ekonomi nasional yang
dilaksanakan secara komprehensif dan mampu menggerakkan kegiatan
perekonomian nasional yang memiliki jangkauan yang luas dan menyentuh ke
seluruh sektor riil dari perekonomian masyarakat Indonesia[1]. Pembangunan
ekonomi nasional tersebut juga harus dilaksanakan secara transparan dan
akuntabel dengan berpedoman pada prinsip demokrasi ekonomi sebagaimana
diamanatkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, program pembangunan ekonomi
nasional perlu didukung oleh tata kelola pemerintahan yang baik, secara terus
menerus melakukan reformasi terhadap setiap komponen dalam sistem
perekonomian nasional. Salah satu komponen penting dalam sistem
perekonomian nasional dimaksud adalah sistem keuangan dan seluruh
kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi bagi berbagai
kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional.
Penyelenggaraan fungsi intermediasi yang dilaksanakan oleh berbagai
lembaga jasa keuangan, dalam perkembangannya, telah memberikan
kontribusi yang cukup signifikan dalam penyediaan dana untuk pembiayaan
pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, Negara senantiasa
memberikan perhatian yang serius terhadap perkembangan kegiatan sektor
jasa keuangan tersebut, dengan mengupayakan terbentuknya kerangka
peraturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang terintegrasi dan
komprehensif.
1
Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya
kemajuan di bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah
menciptakan sistem keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling
terkait antar-subsektor keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan.
Di samping itu, adanya lembaga jasa keuangan yang memiliki hubungan
kepemilikan di berbagai subsektor keuangan (konglomerasi) telah menambah
kompleksitas transaksi dan interaksi antarlembaga jasa keuangan di dalam
sistem keuangan. Banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa
keuangan, yang meliputi tindakan moral hazard[2], belum optimalnya
perlindungan konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem
keuangan semakin mendorong diperlukannya pembentukan lembaga
pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas, perlu dilakukan penataan kembali struktur pengorganisasian
dari lembaga-lembaga yang melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
di sektor jasa keuangan yang mencakup sektor perbankan, pasar modal,
perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa
keuangan lainnya. Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai
mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan
yang timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin
tercapainya stabilitas sistem keuangan. Pengaturan dan pengawasan terhadap
keseluruhan kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara
terintegrasi.
Selain pertimbangan-pertimbangan terdahulu, Undang-Undang lain
juga mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan
yang mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura
dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan dana masyarakat[3]. Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan
tersebut di atas pada hakikatnya merupakan lembaga bersifat independen
dalam menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah.
2
Lembaga ini berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Lembaga yang melakukan pengawasan sektor jasa keuangan ini
disebut Otoritas Jasa Keuangan. Undang-Undang tentang Otoritas Jasa
Keuangan pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola
(governance) dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan
pengawasan terhadap sektor jasa keuangan. Sedangkan ketentuan mengenai
jenis-jenis produk jasa keuangan, cakupan dan batas-batas kegiatan lembaga
jasa keuangan, kualifikasi dan kriteria lembaga jasa keuangan, tingkat
kesehatan dan pengaturan prudensial serta ketentuan tentang jasa penunjang
sektor jasa keuangan dan lain sebagainya yang menyangkut transaksi jasa
keuangan diatur dalam undang-undang sektoral tersendiri, yaitu Undang-
Undang tentang Perbankan, Pasar Modal, Usaha Perasuransian, Dana Pensiun,
dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan sektor jasa
keuangan lainnya. Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar
keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan
terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil,
dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan
tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa
keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional. Selain
itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional, antara lain, meliputi
sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor
jasa keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata
kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness).
Secara kelembagaan, Otoritas Jasa Keuangan berada di luar
Pemerintah, yang dimaknai bahwa Otoritas Jasa Keuangan tidak menjadi
3
bagian dari kekuasaan Pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan
adanya unsur-unsur perwakilan Pemerintah karena pada hakikatnya Otoritas
Jasa Keuangan merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki
relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas
fiskal dan moneter. Oleh karena itu, lembaga ini melibatkan keterwakilan
unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara Ex-officio[4]. Keberadaan Ex-
officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerja sama, dan harmonisasi
kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor jasa keuangan. Keberadaan
Ex-officio juga diperlukan guna memastikan terpeliharanya kepentingan
nasional dalam rangka persaingan global dan kesepakatan internasional,
kebutuhan koordinasi, dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan
memelihara stabilitas sistem keuangan. Untuk mewujudkan koordinasi, kerja
sama, dan harmonisasi kebijakan yang baik, Otoritas Jasa Keuangan harus
merupakan bagian dari sistem penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
berinteraksi secara baik dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintahan
lainnya dalam mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang
tercantum dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Independensi Otoritas Jasa Keuangan tercermin dalam kepemimpinan Otoritas
Jasa Keuangan. Secara orang perseorangan, pimpinan Otoritas Jasa Keuangan
memiliki kepastian masa jabatan dan tidak dapat diberhentikan, kecuali
memenuhi alasan yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang ini. Di
samping itu, untuk mendapatkan pimpinan Otoritas Jasa Keuangan yang tepat,
Undang-Undang ini mengatur mekanisme seleksi yang transparan, akuntabel,
dan melibatkan partisipasi publik melalui suatu panitia seleksi yang unsur-
unsurnya terdiri atas Pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat sektor jasa
keuangan. Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas dan wewenangnya
berlandaskan asas-asas sebagai berikut[5]:
1. asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4
2. asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan;
3. asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan
umum;
4. asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta
rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan;
5. asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan, dengan tetap
berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6. asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral
dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan
Otoritas Jasa Keuangan; dan
7. asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan
harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Sejalan dengan prinsip-prinsip tata kelola dan asas-asas di atas,
Otoritas Jasa Keuangan harus memiliki struktur dengan prinsip “checks and
balances”. Hal ini diwujudkan dengan melakukan pemisahan yang jelas antara
5
fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan. Fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan serta pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisioner
melalui pembagian tugas yang jelas demi pencapaian tujuan Otoritas Jasa
Keuangan. Tugas anggota Dewan Komisioner meliputi bidang tugas terkait
kode etik, pengawasan internal melalui mekanisme dewan audit, edukasi dan
perlindungan konsumen, serta fungsi, tugas, dan wewenang pengawasan untuk
sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Berdasarkan latar
belakang pemikiran dan aspek tersebut maka dibentuk Undang-Undang
tentang Otoritas Jasa Keuangan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. OJK
Tujuan dibentuknya OJK adalah agar keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan (1)Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan
akuntabel; (2) Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, dan (3) Mampu melindungi kepentingan Konsumen
dan masyarakat. Sedangkan fungsi dan tugas OJK adalah menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di sektor jasa keuangan dan OJK mempunyai tugas melakukan
pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor
Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Otoritas dan regulasi diperlukan untuk menjamin agar pasar tetap
“sustainable” dalam arti tidak terlalu banyak terjadi “kejutan”, yang turun
atau naiknya harga-harga saham, yang seharusnya berakibat pada turun atau
naiknya indeks bursa yang tidak terkendali dan tidak terprediksi. Meskipun
turun naiknya harga di bursa merupakan kondisi perdagangan sehari-hari,
namum dalam beberapa hal, kondisi turun naiknya harga secara ekstrim dan
tiba-tiba harus diperhatikan dan dikontrol oleh otoritas pasar modal untuk
menjaga agar pasar tetap sustainable dan mencegah agar tidak terjadi
“crash”[12].
Dalam Pasal 6 huruf b Undang-Undang No 21 Tahun 2011, OJK
melaksanakan tugas dan pengaturan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar
Modal. Hal ini berarti OJK tetap harus memperhatikan ketentuan yang ada
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Kehadiran OJK adalah menggusur BAB Badan Pengawas Pasar Modal
7
(BAPEPAM). Dasar penggantian Bapepam ke OJK adalah BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 55 ayat (1): “Sejak tanggal 31 Desember
2012, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa
keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Menteri
Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke
OJK”.
Jika dilihat definisi Pasar Modal dari Undang-Undang OJK, maka
definisi Pasar Modal pada UU OJK tetap mengacu pada Pasal 1 angka 13
UUPM yaitu “Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek”. Sedangkan pemodal yang disebut-sebut dalam UUPM lebih
ditegaskan dalam Pasal 1 angka 15 UU OJK dengan sebutan “konsumen”.
Dalam UU OJK definisi konsumen adalah “pihak-pihak yang menempatkan
dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa
Keuangan antara lain nasabah pada Perbankan, pemodal di Pasar Modal,
pemegang polis pada Perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun,
berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan”.
Dalam melaksanakan tugasnya OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner
yang bersifat kolektif dan kolegial, khusus untuk Pasar Modal maka
berdasarkan pasal 10 ayat (4) huruf d Dewan Komisioner dikendalikan oleh
seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota yang
bertugas memimpin tugas pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di
sektor Pasar Modal. Tugas Dewan Komisioner berdasarkan Pasal 59 UU OJK
antara lain adalah:
a. menetapkan struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, rancang bangun
infrastruktur dan teknologi informasi, sistem sumber daya manusia, dan
standar prosedur operasional;
8
b. menetapkan rencana kerja dan anggaran OJK tahun anggaran 2013;
c. mengangkat pejabat dan pegawai OJK;
d. mengangkat pejabat dan pegawai organ pendukung Dewan Komisioner;
dan
e. menetapkan hal lain yang diperlukan dalam rangka pengalihan fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan
di sektor jasa keuangan dari Bank Indonesia, Menteri Keuangan, dan
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK.
Terkait dengan status pejabat dan/atau pegawai Bapepam, maka Pasal 64
huruf a UU OJK, mengatur “pejabat dan/atau pegawai Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dialihkan untuk dipekerjakan pada
OJK”.
Terkait dengan status pejabat dan/atau pegawai Bapepam, maka Pasal 64
huruf a UU OJK, mengatur “pejabat dan/atau pegawai Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dialihkan untuk dipekerjakan pada
OJK”.
Pasal 65 UU OJK mengatur tentang: “asset kekayaan negara dan
dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan Kementerian Keuangan dan
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dalam rangka
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan di
sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya, dapat digunakan oleh OJK”. Dan
yang dimaksud dengan “kekayaan” dan “kekayaan negara” dalam Penjelasan
pasal 65 ayat (1) UU OJK adalah meliputi gedung, kendaraan, peralatan dan
perlengkapan kantor, dan infrastruktur lainnya yang merupakan penunjang
terselenggaranya kegiatan pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan.
Yang dimaksud dengan “dokumen” adalah data dan informasi baik dalam
bentuk tertulis maupun elektronik yang dimiliki dan/atau digunakan dalam
kegiatan pengaturan dan pengawasan sektor jasa keuangan. Kekayaan dan
dokumen Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Badan Pengawas
9
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang digunakan OJK adalah kekayaan
dan dokumen yang digunakan untuk pengaturan dan pengawasan sektor jasa
keuangan. Yang dimaksud dengan “digunakan” adalah dapat dimanfaatkan,
dikelola, dan dipelihara oleh OJK.
Mengenai keputusan tentang pemberian izin usaha, izin orang
perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar,
persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, dan persetujuan atau
penetapan pembubaran, dan setiap keputusan yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan sebelum beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55, dinyatakan tetap berlaku, dan permohonan atas
kegiatan tersebut, berdasarkan Pasal 67 ayat 2, penyelesaiannya dilanjutkan
oleh OJK.
Pelaksanaan penyidikan Pasar Modal, berdasarkan pasal 68 UU OJK:
“Sejak beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55, pemeriksaan dan/atau penyidikan yang sedang dilakukan oleh Bank
Indonesia, Kementerian Keuangan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan, penyelesaiannya dilanjutkan oleh OJK”.
Tugas Bapepam = Tugas OJK ?
Lembaga yang melaksanakan kegiatan jasa keuangan, salah satunya
adalah Pasar Modal. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 mengisyaratkan
bahwa adalah lembaga OJK bertugas menggantikan Bapepam dalam
pengawasan kegiatan di pasar modal. Adapun pihak-pihak yang diawasi oleh
OJK dalam hal ini adalah:
a. Emiten dan Perusahaan Publik
10
Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum,
sedangkan Penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang
dilakukan oleh Emiten untuk menjual
Efek kepada masyarakat dan Efek adalah Efek adalah surat berharga, yaitu
surat pengakuan utang, surat berharga komersial , saham, obligasi, tanda
bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka
atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Perusahaan
publik atau Perusahaan terbuka[13] adalah perusahaan yang sebagian
atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Penjualan saham ke
masyarakat dilakukan dengan cara Initial Public Offering (IPO). IPO
adalah proses penawaran saham perusahaan kepada masyarakat untuk
pertama kali. Di Indonesia, perusahaan seperti ini biasanya mempunyai
tambahan singkatan Tbk. di belakang nama perusahaannya.
OJK mengawasi data mengenai seluruh Emiten dan Perusahaan
Publik yang telah mendapatkan Pernyataan Efektif dari Bapepam dan
ditampilkan dari Sistem Database Emiten dan Perusahaan Publik
(CoreSystem) yang dikembangkan oleh Bapepam-LK. Adapun data dan
informasi yang tercakup meliputi:
Informasi umum (alamat, bidang usaha, no telpon/faksimili, corporate
secretary, email)
Data Pemegang Saham
Komisaris dan Direksi
Komite Audit
Sejarah Emisi
Pelaporan (Keterbukaan Informasi)
RUPS Database Emiten dan PP (CoreSystem)
Data Emiten dan PP yang telah diinput, atau, diberi nama/kode
Emiten/PP.
11
Sistem data ini akan disempurnakan sejalan dengan pengembangan
sistem pelaporan elektronik (e-reporting) yang sedang dikembangkan
oleh PT BEJ.
b. Reksa Dana
Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. OJK mengawasi beberapa Agen
Penjual Efek Reksa Dana Yang Sudah Terdaftar di Bapepam-LK. Data
aktivitas dan pengelolaan Reksa Dana ditampilkan dalam Sistem Pusat
Informasi Reksa Dana. Melalui sistem ini, akan diperoleh gambaran
aktivitas Reksa Dana secara keseluruhan (industri) maupun individual.
Adapun data dan informasi yang tercakup meliputi:
Daftar lengkap Reksa Dana
Data Statistik/Aktivitas Reksa Dana
Informasi Reksa Dana yang telah dilaporkan kepada Bapepam-LK
Laporan Aktiva dan Kewajiban Reksa Dana
Laporan Operasi Reksa Dana
Sistem Pusat Informasi Reksa Dana
TIPS PENGGUNAAN:
Reksa Dana yang telah dikelola oleh Manajer Investasi dan telah
memperoleh ijin dari Bapepam-LK
Aktivitas/kinerja suatu Reksa Dana (Bank Kustodian)
Perusahaan Efek yang menyediakan informasi lengkap mengenai
pihak-pihak yang telah mendapatkan izin usaha sebagai Perusahaan
Efek.
Izin usaha bagi Perusahaan Efek meliputi izin usaha sebagai Perantara
Pedagang Efek (PPE), Penjamin Emisi Efek (PEE), dan Manajer
Investasi (MI)
12
c. Wakil Perusahaan Efek
Wakil Perusahaan Efek adalah pihak perwakilan Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara
Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi. OJK mengawasi berdasarkan
Database Wakil Perusahaan Efek yang telah mendapatkan izin orang
perseorangan sebagai Wakil Perusahaan Efek. Izin orang perseorangan
bagi Wakil Perusahaan Efek meliputi izin sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek (PPE), Wakil Penjamin Emisi Efek (PEE), dan Wakil
Manajer Investasi (MI).
d. Profesi Penunjang.
Profesi Penunjang adalah profesi pemberian jasa mengenai
pendapat atau penilaian yang diberikan oleh Profesi Penunjang Pasar
Modal yang dilakukan secara profesional dan bebas dari pengaruh Pihak
yang memberikan tugas dan menggunakan jasa Profesi Penunjang Pasar
Modal tersebut dan atau afiliasinya sehingga pendapat atau penilaian yang
diberikan objektif dan wajar. Berdasarkan Pasal 64 UUPM terdiri dari:
a. Akuntan;
b. Konsultan Hukum;
c. Penilai;
d. Notaris; dan
e. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam hal ini OJK mengawasi berdasarkan Database Profesi Penunjang
menyediakan yang telah terdaftar di Bapepam-LK, antara lain:
Kantor Akuntan Publik & Akuntan Publik Terdaftar di Pasar Modal
e. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Lembaga Penunjang Pasar Modal terdiri dari:
a) Kustodian.
Kustodian adalah Pihak yang memberikan jasa penitipan Efek
dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk
13
menerima dividen, bunga, dan hak - hak lain, menyelesaikan transaksi
Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
b) Wali Amanat.
Wali amanat adalah Pihak yang mewakili kepentingan
pemegang Efek yang bersifat utang. Wali Amanat mewakili
kepentingan pemegang Efek bersifat utang atau sukuk baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Dalam hal ini Wali Amanat diberi kuasa
berdasarkan Undang-Undang ini untuk mewakili pemegang efek
bersifat utang atau sukukdalam melakukan tindakan hukum yang
berkaitan dengan kepentingan pemegang efek bersifat utang atau
sukuk tersebut, termasuk melakukan penuntutan hak-hak pemegang
efek bersifat utang atau sukuk baik di dalam maupun di luar
pengadilan tanpa memerlukan surat kuasa khusus dari pemegang efek
bersifat utang atau sukuk dimaksud.
Kegiatan Perwaliamanatan dilakukan oleh Bank Umum dan
Pihak Lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk dapat
menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai Wali Amanat. Bank Umum
atau Pihak Lain wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam-LK.
Adapun persyaratan dan tata cara pendaftaran Wali Amanat diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pengguna jasa Wali Amanat ditentukan dalam peraturan yang
dimaksud dengan "penggunaan jasa Wali Amanat" adalah penggunaan
jasa Wali Amanat oleh Emiten dalam penerbitan efek yang bersifat
utang jangka panjang atau sukuk seperti obligasi.
c) Biro Administrasi Efek.
Biro Administrasi Efek adalah Pihak yang berdasarkan kontrak
dengan Emiten melaksanakan pencatatan pemilikan Efek dan
pembagian hak yang berkaitan dengan Efek.
14
d) Pemeringkat Efek.
Perusahaan Pemeringkat Efek adalah Penasihat Investasi
berbentuk Perseroan Terbatas yang melakukan kegiatan pemeringkatan
dan memberikan peringkat. Dalam melaksanakan kegiatannya,
Perusahaan Pemeringkat Efek wajib terlebih dahulu mendapatkan izin
usaha dari Bapepam dan LK. Perusahaan Pemeringkat Efek wajib
melakukan kegiatan pemeringkatan secara independen, bebas dari
pengaruh pihak yang memanfaatkan jasa Perusahaan Pemeringkat
Efek, obyektif, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam pemberian
Peringkat. Perusahaan Pemeringkat Efek dapat melakukan
pemeringkatan atas obyek pemeringkatan sebagai berikut:
a. Efek bersifat utang, Sukuk, Efek Beragun Aset atau Efek lain yang
dapat diperingkat;
b. Pihak sebagai entitas (company rating), termasuk Reksa Dana dan
Dana Investasi Real Estat Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.
Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan Pemeringkat Efek wajib
berdomisili dan melakukan kegiatan operasional di Indonesia. Selain
itu, Perusahaan Pemeringkat Efek juga wajib memiliki prosedur dan
metodologi pemeringkatan yang dapat dipertanggungjawabkan,
sistematis, dan telah melalui tahapan pengujian serta dilaksanaan
secara konsisten dan bersifat transparan. Selanjutnya, Perusahaan
Pemeringkat Efek yang melakukan pemeringkatan atas permintaan
Pihak tertentu, wajib membuat perjanjian pemeringkatan dengan Pihak
dimaksud.
B. 8 strategi utama OJK :
Dalam rangka memenuhi amanat UU nomor 21 tahun 2011 dan visi misi OJK,
maka ditetapkan 8 strategi utama yaitu :
1. Pengintegrasian pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan
2. Peningkatan kapasitas pengaturan dan pengawasan
15
3. Penguatan ketahanan dan kinerja system keuangan
4. Penigkatan stabilitas system keuangan
5. Peningkatan budaya tata kelola dan manajemen risiko di lembaga
keuangan
6. Pembentukan system perlindungan konsumen keuangan yang terintegrasi
dan melaksanakan edukasi dan sosialiasi yang massif dan komprehensif
7. Peningkatan profesionalisme sumber daya manusia
8. Peningkatan tata kelola internal dan quality assurance.
C. INTEGRATED ASSURANCE (Asuransi yang terintegrasi).
Adalah suatu pendekatan kterkoordinir untuk memastikan bahwa semua
kegiatan penjaminan ( asuran) yang dilakukan oleh manajemen , penjamin
internal maupun penjamin eksternal cukup memadai untuk mengidentifikasi
risiko sginifikan yang dihadapi entitas dan tersedianya pengendalian yang
tepat untuk meitigasi risiko tersebut.
Mengapa asuransi masih dibutuhkan .
Berdasarkan laporan dari ACFE tahun 2012 menyebutkan bahwa :
98% kerugian akibat white collar crime disebabkan oleh pelanggaran
karyawan
Rata-rata perusahaan kehilangan 5% pendapatanya tahun 201i karena
fraud karyawannya
Secara global, kerugian perusahaan akibat fraud diperkirakan mencapai $
3.5 trilliun
Korban fraud terbesar adalah bank dan lembaga keuangan
Mengapa integrated assurance ?
73% memiliki 7 atau lebih risk functions
67% memiliki coverage yang overlapping
50% memiliki gaps
96% setuju bahwa banyak hal yang perlu diperbaiki
16
Selain itu juga :
Efisiensi memllui sinergi penerapan assurance
Cakupan risiko lebih luas
Kesepahanan bahwa resiko dan asurans
Meminimalkan assurance fatigue
Meminimalkan gangguan terhadap proses bisnis
Efektivitas corrective action.
D. SEKTOR JASA KEUANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
I. PERB ANKAN (BANK)
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya
didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai
banknote. Kata bank berasal dari bahasa italia banca berarti tempat
penukaran uang. Sedangkan menurut undang-undang perbankan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam
beberapa tahun terakhir. Industri ini menjadi lebih kompetitif karena
deregulasi peraturan. Saat ini, bank memiliki fleksibilitas pada layanan
yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang
mereka bayar untuk simpanan deposaN
1. Fungsi Bank
Secara umum fungsi bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk
berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih
spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agen of
development, agen of servies.
17
1) Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaaan (trust),
baik dalam penghimpunan dana maupun dalam penyaluran dana.
Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila
dilandasi dengan kepercayaan.
2) Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sector moneter dan
sector riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sector tersebut selalu
berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sector riil tidak akan dapat
berkinerja dengan baik apabila sector moneter tidak berkinerja
dengan baik. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat
melakukan kegiatas investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan
konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-
distribusi-konsumsi ini tidak dapat dilepaskan dari adanya
penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-
konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan
perekonomian.
3) Agent of servies
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan
yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat
kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara
umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang,
penitipan barang berharga, dan penyelesaian tagihan
Ketiga fungsi bank diatas dapat memberikan gambaran yang
menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian,
sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara
keuangan (financial intermediary intituton).
18
2. Jenis Produk Bank
I. Kredit / Pinjaman
a. Kredit rekening koran, yaitu pinjaman dengan jumlah tertentu
dari bank yang dapat ditarik sesuai keinginan peminjam dengan
menjaminkan barang atau surat berharga.
b. Letter of Credit (L/C), yaitu instrumen yang memberi hak
kepada seseorang atau perusahaan penerima L/C untuk
meminta pembayaran kepada bank penerbit melalui bank
korespondensinya berdasarkan persyaratan yang tercantum
dalam L/C tersebut.
c. Kredit aksep, yaitu pinjaman yang diberikan kepada nasabah
dalam bentuk wesel yang dapat diperjualbelikan.
d. Kredit dengan jaminan surat-surat berharga, yaitu pinjaman
yang diberikan bank kepada nasabah untuk keperluan
pembelian surat berharga yang nantinya juga akan menjadi
jaminan pinjaman tersebut.
e. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang berdasarkan suatu
perjanjian hanya dapat dilunasi apabila bank telah memenuhi
kewajiban tertentu dan dalam hal terjadinya likuidasi hak
tagihnya berlaku paling akhir dari semua simpanan dan
pinjaman diterima.
II. Simpanan
a. Tabungan, yaitu simpanan pihak lain pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
b. Giro, yaitu simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan.
19
c. Deposito, simpanan pihak lain pada bank yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian
antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
d. Sertifikat deposito, simpanan pihak lain pada bank dalam
bentuk deposito yang sertifi kat penyimpanannya dapat
dipindahtangankan.
e. Bentuk lain yang dipersamakan dengan bentuk simpanan di
atas.
II. PASAR MODAL
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal dapat diartikan sebagai pasar yang memfasilitasi
penerbitan dan perdagangan surat berharga keuangan seperti saham
dan obligasi. Dalam Keppres No. 60 tahun 1998, pasar modal
dipahami sebagai bursa yang menjadi sarana mempertemukan
penawaran dan permintaan efek.
2. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1) Sebagai sumber penghimpun dana masyarakat
2) Sebagai peendorong perkembangan investasi
3) Sebagai sarana pendanaan bagi perusahaan
4) Sebagai sarana alternatif investasi bagi investor
5) Pengertian Investasi dan Investor
Penanaman modal atau investasi adalah segala bentuk kegiatan penanaman
modal baik asing maupun dalam negeri yang menanamkan modalnya
dalam melakukan kegiatan usahanya di Indonesia. Di samping itu,
20
investasi merpakan sebuah komitmen untuk menempatkan dana pada
obyek investasi dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa
mendatang atau untuk mempertahankan nilai dana tersebut.
Di dalam dunia keuangan, investor adalah orang atau lembaga yang
melakukan suatu investasi atau dapat diartikan sebagai orang yang
memiliki dana lebih untuk diinvestasikan ke dalam pembelian surat
berharga keuangan.
Investor dapat dibagi menjadi 2, yaitu investor domestik dan investor
asing. Investor domestik merupakan investor yang berasal dari dalam
negeri, sedangkan investor asing berarti investor yang berasal dari negara
asing.
Investasi Asing
Ada 2 jenis penanaman modal asing:
1. Investasi Asing Langsung
Investasi asing langsung adalah investasi yang langsung
ditanamkan dengan mendirikan perusahaan di industri atau bidang
usaha tertentu seperti pertambangan, properti, pertanian, dan lain
sebagainya. Investasi di sektor riil sangat penting karena dapat
memberi manfaat ekonomi yang besar bagi Indonesia melalui
penyerapan tenaga kerja, pengurangan kemiskinan, peningkatan
kualitas SDM, pertumbuhan industri, dan penggarapan berbagai
sumber daya ekonomi.
2. Investasi asing tidak langsung
Investasi tidak langsung banyak dilakukan dalam bentuk saham
korporasi, surat obligasi, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan
Surat Utang Negara (SUN). Banyaknya dana asing dari investasi
ini memang telah menguatkan nilai rupiah, namun penguatan
21
tersebut tidak ada artinya apabila tidak membawa dampak positif
bagi sektor riil dan rakyat.
III. INDUSTRI KEUANGAN NON BANK
1. Pengertian
Pengertian Lembaga Keuangan Non Deposito (Lembaga Keuangan
Non Bank) adalah semua badan yang melakukan kegiatan di
bidang keuangan, yang secara langsung atau tidak langsung
menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas
berharga dan menyalurkan dalam masyarakat terutama guna
membiayai investasi perusahaan.
Lembaga keuangan berkembang sejak tahun 1972, dengan tujuan
untuk mendorong perkembangan pasar modal serta membantu
permodalan perusahaan-perusahaan ekonomi lemah.
Adapun jenis-jenis lembaga keuangan lainnya yang ada di
indonesia saat ini antara lain :
a) Pasar Modal merupakan pasar tempat pertemuan dan
melakukan transaksi antara pencari dana dengan para penanam
modal, dengan instrumen utama saham dan obligasi.
Dalam arti sempit pengertian pasar merupakan tempat para
penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi.
Artinya pembelian dan penjual langsung bertemu untuk
melakukan transaksi dalam suatu local tertentu. Lokasi atau
tempat pertemuan tersebut disebut pasar. Namun dalam arti
luas pengertian pasar merupakan tempat melakukan transaksi
antara pembeli dan penjual,dimana pembeli dan penjual tidak
harus bertemu dalam suatu tempat atau bertemu langsung, akan
tetapi dapat dilakukan melalui sarana informasi yang ada
seperti sarana elektronika.
22
Alasan Dibentuknya Pasar Modal
Karena Menjalankan Fungsi Ekonomi yakni menyediakan
fasilitas untuk memindahkan dari Lender ke Borrower dan
Fungsi Keuangan dimana menyediakan dana bagi Borrower
dan para Lender menyediakan dana tanpa harus terlibat
langsung dalam kepemilikan aktiva Riil yang diperlukan untuk
investasi tersebut.
b) Perusahaan Asuransi merupakan perusahaan yang bergerak
dalam usaha pertanggungan.
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Dari Aspek Finansial :
Asuransi adalah pengaturan finansial yang meredistribusikan
biaya dari kerugian yang tidak diharapkan, dari sebagian
anggota (tertanggung) yang tidak beruntung kepada seluruh
anggota dalam kelompok asuransi tertentu.
Dari Aspek Legal :
Asuransi adalah pengaturan kontraktual (polis) di mana satu
pihak bersedia untuk membayar sejumlah premi dan pihak
lainnya bersedia mengganti kerugian pihak lainnya.
c) Dana Pensiun, merupakan perusahaan yang kegiatannya
mengelola dana pensiun suatu perusahaan pemberi kerja.
Latar Belakang Dana Pensiun
Industri pensiun merupakan bagian dari strategi nasional untuk
menyediakan kepastian keuangan di masa pensiun bagi rakyat
23
secara keseluruhan. Suatu kerangka yang lazim dijumpai untuk
strategi seperti ini tediri atas tiga pilar utama, yaitu:
(1) sistem “membayar sesuai keperluan” yang didanai dan
dikelola oleh masyarakat untuk menyediakan
perlindungan pendapatan dasar,
(2) sistem rekening perorangan berdana wajib yang
menghubungkan kontribusi dengan manfaat,dan
(3) tabungan pensiun perorangan sukarela atau tempat kerja.
Selain itu, di banyak sistem umumnya tercakup juga
bantuan sosial non-kontribusi untuk golongan kurang
mampu, dan dukungan keluarga dan antar generasi untuk
kaum lanjut usia.
d) Pasar Uang yaitu pasar tempat memperoleh dana dan investasi
dana. Pasar uang (money market) di indonesia masih relative
baru jika dibandingkan dengan Negara-negara maju. Namun
dalam perkembangan dunia sekarang ini maka pasar uang di
indonesia juga ikut berkembalng walaupun tidak semarak
perkembangan pasar modal (capital market).
Tujuan Pasar Uang
a. Untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendek
b. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
c. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
d. Sedang mengalami kalah kliring
Instrumen Pasar Uang
Pemilihan dana oleh investor di dalam pasar uang tentu dengan
berbagai pertimbangan. Investor dapat memilih salah satu dari
sekian banyak surat-surat berharga yang ditawarkan sesuai
dengan tujuan masing-masing. Surat-surat berharga yang
ditawarkan dipasar uang kita sebut dengan instrumen pasar
uang.
24
e) Koperasi yaitu menghimpun dana dari anggotanya
kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para
anggota koperasi dan masyarakat umum.
Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang
mempunyai tujuan atau kepentingan bersama. Jadi koperasi
merupakan bentuk dari sekelompok orang yang memiliki
tujuan bersama. Kelompok orang inilah yang akan menjadi
anggota koperasi berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong
royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang
memerlukan bantuan baik berbentuk barang maupun pinjaman
uang.
f) Perusahaan Pengadaian merupakan lembaga keuangan yang
menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu.
Usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang
berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah
uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai
dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai.
Ciri-ciri usaha gadai sebagai berikut:
a. Terdapat barang-barang berharga yang digadaikan
b. Nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang yang
digadaikan
c. Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali
g) Perusahaan Sewa guna usaha lebih di tekankan kepada
pembiayaan barangbarang modal yang di inginkan oleh
nasabahnya.
Sewa guna usaha adalah bergerak dibidang pembiayaan untuk
keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh
nasabah.Pembiayaan disini maksudnya jika seorang nasabah
membutuhkan barang-barang modal seperti peralatan kantor
atau mobil dengan cara sewa atau dibeli secara kredit dapat
diperolah diperusahaan leasing. Pihak lesing dapat membiayai
25
keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati kedua belah pihak.
h) Perusahaan Anjak Piutang, merupakan yang usahanya adalah
mengambil alih pembayaran kredit suatu perusahaan dengan
cara mengambil kredit bermasalah.
Perusahaan yang kegiatannya adalah melakukan penagihan
atau pembelian, atau pengambilalihan atau pengelolaan hutang
piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran
tertentu milik perusahaan.
i) Kegiatan Anjak Piutang
Kegiatan utama anjak piutang adalah mengambilalihan
pengurusan piutang suatu tanggung jawab tertentu, tergantung
kesepakatan dengan pihak kreditur (pihak yang punya piutang).
Usaha-usaha yang dijalankan oleh perusahaan anjak piutang
berkaitan dengan pengambilalihan dan pengelolaan piutang
suatu perusahaan, tergantung permintaan pihak kreditur.
IV. Peran Lembaga Keuangan Non Bank
Lembaga keuangan non-bank (Lembaga Keuangan Non Bank)
seperti perusahaan asuransi, dana Pensiun, perusahaan sewa guna
usaha (leasing) dan modal usaha, dan pasar modal (termasuk pasar
modal dan obligasi) memiliki peran yang penting untuk dimainkan
dalam pembangunan Indonesia di masa mendatang.
Lembaga Keuangan Non Bank yang berfungsi dengan baik di
samping sistem perbankan yang sehat, dapat membantu mencapai
tujuan pemerintah Indonesia yaitu meningkatkan akses terhadap
jasa keuangan, menekan biaya jasa keuangan, dan memperbaiki
stabilitas sistem keuangan. Sektor keuangan yang kuat dapat
memberikan landasan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi. Dan pertumbuhan ekonomi yang baik merupakan suatu
syarat utama bagi pengentasan kemiskinan.
26
Hampir satu dasawarsa setelah mulainya krisis ekonomi, sektor
keuangan Indonesia masih terus didominasi oleh bank-bank umum.
Lembaga Keuangan Non Bank di Indonesia jauh lebih kecil
daripada yang terdapat di beberapa negara berkembang besar
lainnya dan banyak negara di kawasan Asia Timur. Seiring
terjadinya pergeseran di seluruh bidang ekonomi menuju agenda
pembangunan jangka panjang serta berbagai prioritas
pembangunan yang berkembang, penguatan Lembaga Keuangan
Non Bank kini menjadi keharusan kebijakan yang mendesak.
Indonesia memerlukan sumber daya dalam negeri jangka panjang
yang dapat dikerahkan oleh Lembaga Keuangan Non Bank, yang
kelak dapat digunakan untuk membiayai investasi produktif,
termasuk antara lain infrastruktur. Ini menyediakan jendela
peluang untuk reformasi yang sangat diperlukan.
Sebuah sistem LKNB yang dikembangkan dengan baik berpotensi
memenuhi sasaran-sasaran pembangunan jangka panjang ini
dengan jalan membawa stabilitas lebih jauh pada sistem keuangan,
mengurangi biaya jasa keuangan secara keseluruhan dan
menyingkap sumber daya domestik untuk tujuan pembangunan.
Sektor LKNB yang kuat akan memungkinkan Pemerintah
menempatkan obligasi di pasar domestik, menyediakan
pembiayaan dalam rupiah untuk keperluan infrastruktur,
menyediakan pendanaan bagi UKM (sehingga menciptakan
lapangan kerja) dan meningkatkan keamanan keuangan rakyat
Indonesia dengan memungkinkan akses ke berbagai macam
produk. Sektor swasta di Indonesia perlu memiliki akses ke
berbagai jenis modal, seperti modal risiko dari pasar modal,
pinjaman jangka pendek dari bank, serta pendanaan jangka panjang
melalui pasar modal dan investor lembaga. Pemerintah tengah
mempertimbangkan sistem jaminan sosial kontribusi nasional, dan
sumber daya ini akan menyediakan wahana bagi investasi.
27
Mengingat segala kemungkinan tuntutan yang ada ini, sektor
LKNB yang sehat dapat memberikan kontribusi yang besar bagi
pembangunan Indonesia.
Stabilitas makroekonomi dan kerangka kebijakan makro yang
sehat diperlukan untuk pembangunan sektor keuangan.
Mempertahankan stabilitas ini telah menjadi persoalan di Indonesia
pasca krisis antara lain karena kurang berkembangnya pasar uang,
tetapi pondasi makroekonominya kini telah mengalami perbaikan
dengan pesat seiring bergeraknya suku bunga dan inflasi menuju
tingkat rata-rata regional dan mulai stabilnya nilai tukar.
Perkembangan ini sudah tentu akan memperluas cakrawala
simpanan dan investasi serta toleransi terhadap risiko, tetapi
kemungkinan adanya kejutan internal maupun eksternal masih
tetap tinggi, dan baik
penabung maupun investor memerlukan kemampuan
berdiversifikasi agar sepadan dengan profil mata uang dan masa
jatuh tempo. Oleh karena itu, ini adalah saat yang tepat untuk
memperkokoh situasi makroekonomi yang menguat dengan sektor
keuangan yang terdiversifikasi dan efisien, termasuk dengan cara
semakin mengembangkan LKNB. Pasar uang yang membaik pada
gilirannya akan menciptakan potensi pertumbuhan berkelanjutan
yang lebih besar, menghimpun pembiayaan domestik – termasuk
untuk investasi dalam hal infrastuktur, sekaligus membuat ekonomi
kuat.
Bank dan Lembaga Keuangan Non-Bank sama-sama merupakan
unsur kunci untuk sistem keuangan yang sehat dan stabil. Kedua
sektor itu perlu dikembangkan karena menawarkan sinergi yang
penting. Meskipun bank mendominasi sistem keuangan di banyak
negara, baik dunia usaha, rumah tangga maupun sektor publik
mengandalkan ketersediaan berbagai macam produk keuangan
untuk memenuhi kebutuhan keuangannya. Produk dan jasa ini
28
disediakan bukan hanya oleh bank, melainkan juga oleh
perusahaan asuransi, sewa guna usaha, dana pensiun dan Lembaga
Keuangan Non Bank Lainnya. Dengan menyediakan jasa keuangan
tambahan dan alternatif, Lembaga Keuangan Non Bank
memperbaiki akses keuangan umum di seluruh sistem. Lembaga
Keuangan Non Bank juga membantu mempermudah investasi dan
pembiayaan jangka panjang, yang seringkali menjadi tantangan
dalam tahap-tahap awal pembangunan sektor keuangan
berorientasi bank. Pertumbuhan lembaga simpanan
kontraktual/kolektif seperti perusahaan asuransi, dan dana pensiun
memperluas kisaran produk yang tersedia bagi masyarakat dan
perusahaan yang mempunyai sumber daya untuk diinvestasikan.
Lembaga-lembaga ini juga menjadi saingan bagi simpanan bank,
sehingga memobilisasi dana jangka panjang yang diperlukan untuk
pengembangan pasar modal dan pasar obligasi, serta keuangan
infrastruktur.
Di Indonesia sendiri sektor keuangan saat ini didominasi oleh bank
umum. Situasi saat ini dan pembahasan di atas mengenai
peran Lembaga Keuangan Non Bank menunjuk perlunya semakin
mengembangkan pasar modal, dana pensiun, perusahaan asuransi,
perusahaan sewa guna usaha, dan dana modal usaha di Indonesia,
karena lembaga-lembaga ini memang lebih terarah untuk
menanggung beberapa jenis risiko. Indonesia memerlukan
Lembaga Keuangan Non Bank yang kuat karena beberapa alasan
seperti: Lembaga Keuangan Non Bank dapat memainkan peran
yang sangat penting dalam pengerahan dan alokasi sumber daya
dalam negeri untuk pengembangan pembiayaan, yang merupakan
prioritas mendesak, Lembaga Keuangan Non Bank
dapatmengurangi kerentanan sektor keuangan terhadap goncangan
di masa mendatang, dan Lembaga Keuangan Non Bank dapat
29
membantu memenuhi sasaran-sasaran lainnya yang disampaikan
oleh pemerintah.
V. PENGENDALIAN KUALITAS OJK
Kualitas & Konsekuensi
Adalah tingkat kesesuaian terhadap suatu persyaratan
Persyaratan adalah acuan yang digunakan untuk mementukan
tingkat kesesuaian yang diharapkan (regulasi, customer, standar
yang berlaku internal, dll)
Kualitas baik berberimbas kepada :
Proses cepat, aman, terkendali
Efisiensi operasional
Konsumen puas dan loyal
Biaya “ produk” minimal
Produk kompetitif, bernilai tinggi
Harga jual “ produk” tinggi
Image/peutasi meningkat
Laba & market share meningkat
Kententuan terpenuhi
Pengaduan rendah
Keselamatan kerja meningkat
Pegawai puas dan engaged
Hubungan baik dengan supplier
Penggunaan sumber daya efisien
Continual improvement berjalan
Dan lain-lain
Pengendalian kualitas
30
Pengendalian kualitas adalah aktivitas yan direncanakan dan
diterapkan secara sistematis untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa seluruh proses untuk menghasilkan produk
telah memenuhi kualitas
Stande pengendalian kualitas OJK selanjutnya disingkat SPK
OJK adalah kebijakan, kerangka kerja dan metodologi
pengendalian kualitas yang digunakan dalam pelaksanaan SPK
OJK yang diterapkan pada produk, proses-proses, dan system
governance serta manajemen OJK.
Perkembangan Prinsip Pengendalian Kualitas
Meliputi :
1. Quality control :
Focus pada produk akhir/outut
Bersifat reaktif; after the fact
Mendeteksi cacat/ketidaksesuaian pada produk akhir
Mengandalkan satu unit khusus
2. Quality assurance:
Focus pada customers eksternal
Focus pada proses untuk menghasilkan produk
Bersifat proaktif
Mencegah ketidaksesuaian pada setiap tahapan proses
menghasilkan produk
Continual improvement
3. Total quality management :
Focus pada stakeholders ( internal dan eksternal)
Komitmen dan keterlibatan setiap pegawai
Continual improvement
Meminimalkan fungsi inspeksi
BAB III
PENUTUP
31
A. Kesimpulan
Pedelegasian tugas, fungsi dan kewenangan Bapepam kini beralih ke
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kekuasaan yang sangat besar dan unik yang
dimiliki oleh Bapepam diserahkan kepada OJK. Bapepam tidak hanya bertindak
sebagai regulator tetapi juga mempunyai kekuasaan “kepolisian”, serta dapat
bertindak dan berwenang menggunakan kekuasaannya yang bersifat “quasi-
judicial”[14]. Kekuasaan Bapepam yang besar ini dapat dilihat didalam pasal 5
UUPM, yang memberikan kewenangan bagi Bapepam, antara lain untuk:
a. memberi :
1) izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek,
Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek;
2) izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara
Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan
3) persetujuan bagi Bank Kustodian;
b. mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat;
c. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk
sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen
sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau
direktur yang baru;
d. menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta
menyatakan, menunda,atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran;
32
e. mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam ha l
terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-
undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya;
f. mewajibkan setiap Pihak untuk :
1) menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan
dengan kegiatan di Pasar Modal; atau
2) mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang
timbul dari iklan atau promosi dimaksud;
g. melakukan pemeriksaan terhadap :
1) setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan
menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau
2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perseorangan,
persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang.
h. menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka
pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;
i. mengumumkan hasil pemeriksaan;
j. membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau
menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu
guna melindungi kepentingan pemodal;
k. menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu
dalam hal keadaan darurat;
l. memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi oleh
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan
pengenaan sanksi dimaksud;
33
m. menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan
penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal;
n. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat
sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal;
o. memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-undang
ini atau peraturan pelaksanaannya;
p. menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam
Pasal 1 angka 5; dan
q. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang.
Dalam hal melakukan pemerikasaan dan penyidikan atas terjadinya
pelanggaran UUPM, kekuasaan OJK merupakan polisi yang menegakkan hukum
sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil[15]. Pendelegasian kekuasaan Bapepam
kepada OJK juga diperluas yaitu mempunyai kekuasaan untuk mengenakan sanksi
administrasi yang jumlahnya cukup banyak dalam pelaksanaan kekuasaannya.
Termasuk dalam kekuasaan pengenaan sanksi adalah untuk mengenakan denda,
pembatasan dan pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha serta
pembatalan persetujuan pendaftaran[16]. Sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS), OJK mempunyai kewenangan seperti layaknya Polisi dalam melakukan
pemeriksaan dan penyidikan[17]. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan sebagai
penyidik, OJK dapat dibantu oleh aparat penegak hukum lainnya, juga dapat
melalukan perintah penangkapan[18] sebagaimana kewenangan yang dimiliki
oleh pendahulunya yaitu Bapepam.
Terkait dengan perlindungan konsumen maka ada tiga pasal dalam UU
OJK yang menegaskan tugas OJK dalam melindungi nasabah lembaga jasa
34
keuangan, yaitu pasal 28 (tindakan pencegahan kerugian konsumen dan
masyarakat), pasal 30 (pembelaan hukum), dan pasal 29 (pelayanan pengaduan
konsumen). Mengenai pencegahan kerugian masyarakat, pasal 28 UU OJK
mengungkapkan bahwa OJK memiliki kewenangan sebagai berikut Pertama,
memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor
jasa keuangan, layanan, dan produknya (preventif). Kedua, meminta lembaga jasa
keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi
merugikan masyarakat. Ketiga, tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Tentang pelayanan pengaduan konsumen, dalam pasal 29 UU OJK
memiliki kewenangan sebagai berikut. Pertama, menyiapkan perangkat yang
memadai untuk pelayanan pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di
lembaga jasa keuangan. Kedua, membuat mekanisme pengaduan konsumen yang
dirugikan oleh pelaku di lembaga jasa keuangan. Ketiga, memfasilitasi
penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di lembaga jasa
keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
UU OJK juga mengatur tentang pembelaan hukum, yaitu dalam pasal 30
UU OJK menyebutkan kewenangan OJK adalah sebagai berikut. Pertama,
memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada lembaga jasa keuangan
untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang dirugikan lembaga jasa
keuangan dimaksud. Kedua, mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali
harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan
kerugian dan untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan
kerugian pada konsumen dan/atau lembaga jasa keuangan sebagai akibat dari
pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
B. Saran
Untuk Pribadi
35
1. Semoga bisa lebiih baik lagi dalam pembuatan makalah mengena salah satu
materi perbankan yang kami buat untuk waktu selanjutnya.
2. Untuk bisa kongkrit lagi data yang diberikan
Untuk pihak lain
1. Semoga Fungsi OJK dan LPS bisa benar-benar diterapkan dalam kehidupan
ekonomi suatu instansi.
2. Untuk lebih memperhatikan secara keseluruhan, tidak hanya Bank Indinesia
saja.
36
DAFTAR PUSTAKA
Alnoor Bhimania*, “Accounting enlightenment in the age of reason” European
Accounting Review, Volume 3, Issue 3, 1994.
Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, Bismar Nasution, “Insider Trading
Kejahatan Di Pasar Modal”, Books Terrace & Library, Bandung, 2007.
Djohan Arifin, “Aspek Hukum Perseroan Terbatas”, Harvindo Jakarta, 2008.
Hamud M. Balfas, “Hukum Pasar Modal Indonesia”, Tata Nusa, Jakarta 2006.
Henri Fayol’s, “14 Principles of Management” Thursday, Dec 4 2008.
Suad Husnan, “Dasar – dasar Manajemen Keuangan”, UPP. AMP YKPN,
Yogyakarta, 1994.
Tjiptono D, & Hendy M. “Pasar modal di Indonesia”, Jakarta: Salemba, 2001,
Edisi Pertama.
W Lewis, W. Arthur Lewis, “The Theory of Economic Growth”, Taylor & Francis
Group, 1 Feb 2007.
Undang-Undang:
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang PROGRAM PEMBANGUNAN
NASIONAL (PROPENAS).
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
37
Website/Internet:
http://www.ojk.go.id/
http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/uu_pm/index.htm
http://books.google.co.id/books/about/Theory_of_Economic_Growth.html?
id=JYusAAAACAAJ&redir_esc=y
http://www.encyclopediacenter.com/Encyclopedia-Americana-s/77.htm?
Click=125&gclid=CO-P4q3l9rQCFUwb6wod-CoA4Q
http://www.adamsmith.org/wealth-of-nations
http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_publik
http://id.wikipedia.org/wiki/S%26P_500
http://managementinnovations.wordpress.com/2008/12/04/henri-fayols-14-
principles-of-management/
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2268398-teori-pasar-modal/
#ixzz2IUaAZNTi
38
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini terutama
kepada teman–teman sejawat yang telah berpartisipasi dalam membuat makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan penyusunan
maka kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat bermanfaat. Akhir kata
melalui kesempatan ini kami penyusun makalah mengucapkan terima kasih.
Penulis
39
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………… i
Kata pengantar…………………………………………………….. … ii
Daftar Isi…………………………………………………………… … iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang…………………………………………… 1
B.
40