makalah nie
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Undang-undang No. 10/1992 program Keluarga Berencana (KB) menyatakan
bahwa upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia sejahtera. Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood)
merupakan suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Sedangkan Definisi menurut WHO (Expert
Committe, 1970) adalah tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk mendapatkan
objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB secara umum adalah membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 1
Pelaksanaan program KB di Indonesia belum sepenuhnya berhasil dilakukan
secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia dalam artian tidak seluruhnya merata
pada berbagai daerah di Indonesia. Tingkat kesertaan ber-KB ini dilihat menurut
provinsi hasil pendataan keluarga tahun 2009 menunjukkan jarak sebar yang tinggi,
yaitu terendah di Provinsi Papua sebesar 29,39%, dan tertinggi di Bali sebesar 83,97%.
Provinsi lain yang tingkat kesertaan ber-KB cukup rendah antara lain Papua Barat
(43,99%), Maluku (55,99%), dan Maluku Utara (58,28%). 2
1
Akseptor KB Kalimantan Selatan pada tahun 2009 tercatat 73,21% pasangan
usia subur sebagai akseptor KB, jika dilihat angka tersebut sudah cukup tinggi.
Kenyataan lain adalah penggunaan akseptor KB di Kalimantan Selatan tidak merata
pada semua daerah sehingga cenderung suatu daerah memiliki kepadatan penduduk
yang jauh lebih tinggi daripada daerah lain, sebagai contoh wilayah Pekauman. Data
Puskesmas Pekauman pada tahun 2009 menunjukkan rendahnya angka akseptor KB
aktif yaitu tercatat hanya sekitar 1724 pasangan usia subur (PUS) yang menjadi akseptor
KB aktif dari total 11671 PUS, atau hanya sekitar 14,77 % target yang tercapai dari 70
% target sasaran. Angka ini terus menurun sejak tahun 2006 dimana pada tahun 2006
tercatat sekitar 2078 PUS , pada tahun 2007 tercatat sekitar 2062 PUS dan pada tahun
2008 tercatat sekitar 2049 PUS yang menjadi akseptor KB aktif dari total 11671 target
sasaran PUS. Sedangkan untuk tahun 2010 yang sedang berjalan, angka tersebut tidak
mengalami perubahan yang berarti yaitu hanya sekitar 1161 PUS yang tercatat sebagai
akseptor KB aktif dari bulan Januari hingga Juli . 3,4
Kecilnya angka akseptor KB dapat berakibat pada gagalnya tujuan awal dari
program keluarga berencana tersebut yaitu membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam arti luas program KB dapat menjembatani berbagai masalah dari
peningkatan sumber daya manusia dan kemakmuran Negara dalam berbagai aspek,
meliputi terpenuhinya kesempatan anak untuk meraih pendidikan yang lebih baik,
kesempatan kerja, tata kota, pemeliharahan lahan lingkungan, dan pencapaian berbagai
program-program pemerintah termasuk jangkauan kesehatan.
2
Keadaan yang terjadi di wilayah kerja puskesmas Pekauman tersebut
diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan yang rendah, tingkat
pengetahuan tentang KB yang kurang, sosial budaya yang masih kental dengan mitos,
faktor pemahaman agama, lingkungan keluarga, kurangnya penyuluhan dan sosialisasi
oleh lembaga kesehatan masyarakat seperti puskesmas. Salah satu kendala yang
dihadapi adalah persepsi yang masih kuat berakar pada masyarakat dengan masih
hidupnya fenomena ‘Banyak anak Banyak rezeki’. Padahal kenyataannya laju
pertumbuhan penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan penduduk di
Kalimantan Selatan.
I.2 Tujuan
a. Mengetahui gambaran pada Pasangan Usia Subur ( PUS) mengenai penyebab
rendahnya angka akseptor KB di Puskesmas Pekauman.
b. Memberikan informasi kepada puskesmas Pekauman untuk dapat menentukan
penanggulangan agar pencapaian jumlah akseptor KB untuk PUS dapat tercapai
I.3 Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka timbul suatu permasalahan
yaitu apa faktor penyebab rendahnya jumlah akseptor KB aktif di puskesmas Pekauman
Banjarmasin?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KELUARGA BERENCANA 1,6,7
1.1. Pengertian KB
Pengertian Keluarga Berencana antara lain sebagai berikut :
1. Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
2. Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
3. WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk:
Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
1.2 Tujuan Program KB
Tujuan umum program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk
4
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga berketahanan
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
1.3 Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2010-2014 yang meliputi:
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen
per tahun.
2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)
menjadi 6 persen.
4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan
efisien.
5
6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif
dalam usaha ekonomi produktif.
9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
Program KB Nasional.
1.4 Ruang Lingkup KB
Ruang lingkup KB antara lain:
1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengelolaan SDM aparatur
7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.
1.5 Strategi Program KB
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
1. Strategi dasar
2. Strategi operasional
6
Strategi dasar
Meneguhkan kembali program di daerah
Menjamin kesinambungan program
Strategi operasional
Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional
Peningkatan kualitas dan prioritas program
Penggalangan dan pemantapan komitmen
Dukungan regulasi dan kebijakan
Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
1.6 Arah Kebijakan Program KB
1. Memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga
miskin, berpendidikan rendah, PUS MUPAR, daerah pedesaan, tertinggal,
terpencil, perbatasan dan daerah dengan unmet need tinggi
2. Peningkatan kualitas penyediaan dan pemanfaatan alkon MKJP
3. Peningkatan akses informasi dan kualitas pelayanan KR bagi keluarga dan
individu untuk meningkatkan status kesehatan perempuan dan anak dalam
mewujudkan keluarga sehat dengan jumlah anak ideal serta pencegahan
berbagai penyakit seksual dan alat reproduksi
4. Peningkatan akses informasi dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi
remaja dalam rangka menyiapkan kehidupan berkeluarga dan pendewasaan usia
perkawinan
7
5. Peningkatan kemampuan keluarga dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang anak, pembinaan kesehatan ibu, bayi dan anak serta pembinaan
kualitas hidup keluarga secara terpadu
6. Pemberdayaan ketahanan keluarga akseptor KB untuk mewujudkan
kemandiriannya dalam memenuhi kebutuhan keluarganya
7. Mengoptimalkan upaya-upaya advokasi,promosi dan KIE Program KB Nasional
8. Pembinaan kuantitas dan kualitas SDM di lini lapangan dan kualitas manajemen
pengelolaan program KB nasional
9. Peningkatan kualitas pengelolaan data dan informasi Program KB Nasional
1.7 Program Pokok dan Kegiatan KB7
PROGRAM POKOK KEGIATAN PRIORITAS OUTPUT / INDIKATOR
KINERJA
Program Keluarga
Berencana
1. Jaminan pelayanan KB
berkualitas bagi rakyat
miskin
Tersedianya alkon gratis bagi
PUS peserta KB miskin (PB =
3.027 jt & PA = 13,263 Jt)
2. Peningkatan jejaring
pelayanan KB pemerintah dan
swasta/non pemerintah
1. Terlayaninya pelayanan
KB melalui 23.500 KKB
pemerintah & swasta
2. Pemberi pelayanan KB
swasta lainnya (PAKBD,
apotek, dokter dan
bidan) berjumlah 72.200
8
SDP
Program Kesehatan
Reproduksi Remaja
1. Pembentukan,
pengembangan,
pengelolaan & pelayanan
PIK-KRR
2. Peningkatan jumlah
PIK KRR menjadi 8.145
3. 26% remaja yang
pernah akses PIK KRR
4. PUP menjadi 21 tahun
2. Advokasi dan KIE KRR Terlaksananya sosialisasi dan
KIE KRR di 473 kab/kota dan
33 provinsi
Ketahanan dan
pemberdayaan
keluarga
1. Peningkatan akses
informasi dan pelayanan
pemberdayaan dan
ketahanan keluarga
Peningkatan kemandirian ber
KB bagi anggota poktan (BKB,
BKR, BKL dan UPPKS)
2. Intensifikasi advokasi dan
KIE Program KB Nasional
Terselenggaranya promosi,
advokasi dan KIE melalui
media massa dan media luar
ruang di pusat, 33 provinsi dan
473 kab./kota
Program penguatan
pelembagaan
Keluarga Kecil
1. Penguatan jejaring
operasional lini lapangan
yang berbasis masyarakat
Meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam ber KB
9
Berkualitas 2. Pendataan keluarga dan
individu dalam keluarga
3. Pengembangan jaringan
& peningkatan KIE
advokasi Program KB
Nasional
hingga CPR mencapai 62,3%
1. Terselenggaranya
pembinaan operasional
lini lapangan bagi
sekitar 26 ribu
penggerak KB di desa
2. Seluruh desa/kelurahan
menggunakan hasil
pendataan keluarga
sebagai dasar
pembinaan pengelolaan
operasional program
KB di lini lapangan
3. Terselenggaranya
advokasi dan KIE
Program KBN melalui
kegiatan IMP dan
poktan di 76.500 desa /
kelurahan
Program
Pengelolaan
Kapasitas Sumber
Daya Manusia
Peningkatan kompetensi petugas
dan pengelola program (tenaga
program)
1. Terlaksananya
pelatihan dasar umum ,
refreshing dan tehnis
bagi 28,458 PLKB/PKB
10
Aparatur serta pengelola KB agar
terpenuhi standar
kompetensi.
2. Terselenggaranya
pendidikan jangka
panjang/pendek bagi
580 orang
1.8 Dampak Program KB
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu :
1. Penurunan angka kematian ibu dan anak
2. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
3. Peningkatan kesejahteraan keluarga
4. Peningkatan derajat kesehatan
5. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR
6. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM
7. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
II. Laju Pertumbuhan Penduduk
11
1.1. Definisi Penduduk
Penduduk atau warga suatu negara atau daerah bisa didefinisikan
menjadi dua 9:
1. Orang yang tinggal di daerah tersebut
2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata
lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti
kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain.
Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang
menempati wilayah geografi dan ruang tertentu.9
1.2. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Dengan
kata lain, pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu,
dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah
populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan
pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah
pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi
nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan
penduduk dunia. Model pertumbuhan penduduk meliputi Model Pertumbuhan
Malthusian dan model logistik.10,11
1.3. Kegunaan Pertumbuhan Penduduk
Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk
memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan
12
datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui
pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi
tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu
yang akan datang. Tetapi prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini
belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk dimasa yang akan datang.
Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang
membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas
dan migrasi.11
1.4. Nilai Pertumbuhan Penduduk
Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP)
adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat.
NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu unit, sering
diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam populasi ketika dimulainya
periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus 10 :
P = Poekt
Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk
adalah rasio, bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung
sebagai persentase populasi ketika dimulainya periode. Yang merupakan 10 :
1.5. Rumus Perhitungan Laju Pertumbuhan Penduduk
13
Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan
bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan
kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan
membandingkan jumlah penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk
dikemudian hari (misal Pt). Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung
dengan menggunakan rumus secara geometrik yaitu dengan menggunakan
dasar bunga-berbunga (bunga majemuk).
Dengan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk
( rate of growth atau r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya 11 :
Pt = P0 (1+r)t
Dimana :
P0 adalah jumlah penduduk awal
Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian
r adalah tingkat pertumbuhan penduduk
t adalah jumlah tahun dari 0 ke t.
Contoh dan Sumber Data
Untuk mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara
geometric (Geometric Rate of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan
menggunakan data jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai
Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah
penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta.
14
Dengan mengaplikasikan rumus di atas maka tingkat pertumbuhan penduduk
Indonesia tahun 1995-2000 adalah 11 :
Pt = P2000 = 205,8 juta ;
P0 = P1995 = 194,7 juta ;
t = 2000 - 1995 = 5 tahun
Bila data diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik, maka:
205.800.000 = 194.700.000 * ( 1+ r) 5
log (205.800.000 / 194.700.000) --------------------------------------- = log (1+ r) 5
0,0048 = log (1 + r)
10 0,048 = 1 + r
1,0111 = 1 + r
r = 0,0111
Interpretasi
Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000
adalah 1,11 % per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000
jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka
pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang
akan datang.11
1.6. Tingkat Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia
15
Data source : Bank Dunia, Indikator Pembangungan Dunia12
1.7. Tingkat Laju Pertumbuhan Penduduk Per Provinsi Indonesia
Provinsi Periode1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2005
00. Indonesia 2.3 1.97 1.49 1.301. Nanggroe Aceh Darussalam 2.93 2.72 1.46 0.5202. Sumatera Utara 2.6 2.06 1.32 1.3503. Sumatera Barat 2.21 1.62 0.63 1.4904. Riau 3.11 4.22 4.35 4.0505. Jambi 4.07 3.39 1.84 1.8406. Sumatera Selatan 3.32 3.15 2.39 1.7807. Bengkulu 4.39 4.38 2.97 1.2608. Lampung 5.77 2.67 1.17 1.3809. Kep. Bangka Belitung Na Na 0.97 3.0510. Kepulauan Riau Na Na na 4.9911. DKI Jakarta 3.93 2.38 0.17 1.212. Jawa Barat 2.26 2.57 2.03 1.7513. Jawa Tengah 1.64 1.17 0.94 0.4814. DI Yogyakarta 1.1 0.57 0.72 1.3915. Jawa Timur 1.49 1.08 0.7 0.8616. Banten Na Na 3.21 2.217. Bali 1.69 1.18 1.31 1.4618. Nusa Tenggara Barat 2.36 2.14 1.82 0.8619. Nusa Tenggara Timur 1.95 1.79 1.64 2.2720. Kalimantan Barat 2.31 2.65 2.29 0.1821. Kalimantan Tengah 3.43 3.88 2.99 0.6322. Kalimantan Selatan 2.16 2.32 1.45 1.9923. Kalimantan Timur 5.73 4.41 2.81 3.1224. Sulawesi Utara 2.31 1.6 1.33 1.2525. Sulawesi Tengah 3.86 2.82 2.57 1.0726. Sulawesi Selatan 1.74 1.42 1.49 0.9627. Sulawesi Tenggara 3.09 3.66 3.15 2.0228. Gorontalo Na Na 1.59 2.13
16
29. Sulawesi Barat Na Na Na 2.3330. Maluku 2.88 2.76 0.08 1.631. Maluku Utara Na Na 0.48 1.6432. Irian Jaya Barat Na Na Na 3.9533. Papua 2.67 3.34 3.22 2.17
Sumber : Data Statistik Indonesia11
1.8. Tingkat Laju Pertumbuhan Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas
Pekauman
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kota Banjarmasin pertahun
selama sepuluh tahun terakhir yakni antara 2000-2010 adalah sebesar 1,72
persen per tahun. Angka ini jauh diatas LPP nasional pertahun yang sebesar
1,47 persen dan dibawah LPP Kalimantan Selatan sebesar 1,98 persen. LPP
Kecamatan Banjarmasin Utara adalah LPP tertinggi dibandingkan Kecamatan
lainnya di Kota Banjarmasin yakni sebesar 5,24 persen. Kemudian Kecamatan
Banjarmasin Selatan dengan LPP sebesar 2,08 persen. Kedua Kecamatan
tersebut jauh diatas LPP Kota Banjarmasin. Sedangkan Kecamatan
Banjarmasin Timur dan Barat dibawah LPP Kota Banjarmasin masing-masing
sebesar 0,98 persen dan 0,88 persen. Kecamatan Banjarmasin Tengah
mengalami penurunan LPP (pertumbuhan negative) sebesar -0,48 persen.
17
Laju pertumbuhan penduduk wilayah kerja puskesmas pekauman 2008-2009
52.092 = 48.390 ( 1+ r) 1
(52.092 / 48.390 = (1+ r)
1,08 = (1 + r)
1,08 - 1 = r
r = 0,08
18
BAB III
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Landasan Teori
Indonesia termasuk negara terbesar ke tiga di antara Negara-negara yang sedang
berkembang setelah Cina dan India. Dilihat dari tingkat pertambahan penduduknya
Indonesia masih tergolong tinggi, hal ini bila tidak diupayakan pengendalianya akan
menimbulkan banyak masalah, antara lain dalam hal ketersediaan lapangan pekerjaan,
kesehatan, dan kesempatan pendidikan.
Berdasarkan survey Age Spesific Fertility Rate (ASFR), jika fertilitas semakin
meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik
misalnya fasilitas dan pelayanan kesehatan dibanding aspek intelektual, dan jika
pertumbuhan penduduk semakin tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan
menunjukan korelasi negative dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.
Keberhasilan program KB merupakan salah satu solusi untuk mengatasi laju
pertumbuhan penduduk. Indikator keberhasilan program KB dapat dilihat antara lain
dalam angka pencapaian akseptor KB mencapai 70% (target nasional). Data Puskesmas
Pekauman pada tahun 2009 menunjukkan angka akseptor KB aktif tercatat hanya hanya
sekitar 14,77 % dari 70 % target sasaran. Kegagalan dalam mencapai target nasional
harus segera diidentifikasi guna dapat menentukan langkah yang dapat diambil
selanjutnya.
Keadaan yang terjadi di wilayah kerja puskesmas Pekauman tersebut
diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan yang rendah, tingkat
pengetahuan tentang KB yang kurang, sosial budaya yang masih kental dengan mitos,
19
Pertumbuhan Penduduk yang tinggi
Menurunkan tingkat kesejahteraan
Meningkatkan Beban negara
INTERVENSI KELUARGA BERENCANA
Meningkatkan tingkat kesejahteraan
Menurunkan Beban negara
BERHASIL
GAGAL
SOSIAL BU
DAYA
TING
KAT PEN
DID
IKAN
PEMAH
AMAN
AG
AMA
INFO
RMASI &
JAN
GKAU
AN PELAYAN
AN
KESEHATAN
LAIN-LAIN
IDENTIFIKASI
INTERVENSI BERHASIL
faktor pemahaman agama, lingkungan keluarga, kurangnya penyuluhan dan sosialisasi
oleh lembaga kesehatan masyarakat seperti puskesmas.
Peniliti mengidentifikasi berbagai alasan yang menyebabkan pasien tidak berKB
ataupun berhenti menggunakan KB ditinjau dari tingkat pendidikan, pekerjaan, agama,
suku, jumlah anak, kurangnya informasi dan jangkauan tempat tinggal pasien dengan
pelayanan kesehatan.
B. Kerangka pemikiran
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
accidental dengan pendekatan cross sectional.
B. Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu tidak menggunakan alat
kontrasepsi di masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pekauman. Sampel di ambil
pada tanggal 3 November – 20 November 2010
Sampel diambil dari populasi. Jenis pengambilan sampel adalah probability
sampling dengan teknik simple random sampling. Berikut adalah formulasi
perhitungan sampel minimal dalam suatu populasi :
Keterangan :
n : Jumlah sampel minimal
N : Angka Wanita Usia Subur tahun 2010-11-05
e : Nilai presisi dengan menggunakan 5% sebagai angka error
n= NN (e )+1
21
n= NN (e )+1
n=1189311893(0 ,05 )+1
n=19 , 9≈20
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang.
C. Instrumen Penelitian
Bahan penelitian ini adalah wawancara terpimpin yang berisi sejumlah
pertanyaan kepada responden secara langsung.
D. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati adalah alasan ibu untuk tidak menggunakan alat
kontrasepsi. Adapun variabel pengganggunya dalam penelitian ini adalah kejujuran
responden dan daya ingat responden.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional yang ada dalam penelitian ini adalah :
1. Akseptor KB adalah WUS yang menggunakan salah satu alat kontrasepsi
yang ada secara aktif dan tidak terikat oleh lamanya waktu pemakaian.
2. Alat kontrasepsi adalah alat yang untuk program KB antara lain
pil,suntik,susuk,maupun AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
F. Teknik Pengumpulan Data
Data diambil dengan melakukan wawancara terhadap responden secara
langsung.
22
Wawancara diisi oleh peneliti berdasarkan keterangan yang diberikan oleh
responden. Sebelum wawancara dimulai terhadap responden diberikan penjelasan
mengenai tujuan penelitian.
G. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pekauman
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 3 November – 20
November 2010 .
23
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data PLKB (Pengawas Lapangan Keluarga Berencana) untuk 4 kelurahan
cakupan kerja puskesmas Pekauman yang meliputi kelurahan mantuil, basirih, kelayan
timur, dan kelayan selatan; menunjukkan angka akseptor KB aktif untuk periode 2009
mencapai 74,76 %, sekitar 43,21 % diantaranya menggunakan jasa bidan praktek
swasta. Data PLKB Januari sampai September 2010, angka kaseptor KB aktif mencapai
75,07% dan 42,45% menggunakan jasa bidan praktek swasta (pada table 1 dan 2). Dari
kedua data tersebut terlihat bahwa jumlah akseptor KB aktif telah mencapai lebih dari
70% dari target pencapaian. Data ini jauh berbeda dengan data yang ada di puskesmas
Pekauman yang hanya mencapai 14,77 % pada tahun 2009. Data tersebut berbeda jauh
dengan hasil pencatatan yang dilakukan puskesmas pekauman, karena pada kenyataan
hampir tidak pernah bidan praktek swasta ataupun saranan pelayanan lain dibidang
puskesmas Pekauman melaporkan jumlah akseptor KB aktif ke puskesmas Pekauman,
sedangkan jumlah akseptor yang menggunakan pelayanan tersebut mencapai 43,21%.
Tabel 1. Data Jumlah Peserta Akseptor & Non Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Berdasarkan Data Kecamatan
Kelurahan
Januari - Desember 2009 Januari-September 2010
Jumlah PUS
Jumlah Akseptor KB Aktif
Jumlah Non-
Akseptor KB
Jumlah PUS
Jumlah Akseptor KB Aktif
Jumlah Non-
Akseptor KB
Mantuil 2586 1823 763 2786 1987 799Kelayan Selatan 4824 3658 1166 5103 3831 1272
Kelayan Barat 1255 954 301 1250 972 278Pekauman 1673 1294 379 1699 1346 353TOTAL 10338 7729 2609 10838 8136 2702
Persentase (%) 100 74,76 25,24 100 75,07 24,93
24
Tabel 2. Data Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Tempat Pelayanan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Berdasarkan Data Kecamatan
Kelurahan
Januari - Desember 2009 Januari-September 2010Jumlah
Akseptor KB Aktif
Pemerintah SwastaJumlah
Akseptor KB Aktif
Pemerintah Swasta
Mantuil 1823 786 1037 1987 763 1224Kelayan Selatan 3658 1718 1940 3831 1845 1986
Kelayan Barat 954 348 606 972 375 597Pekauman 1294 410 884 1346 552 794TOTAL 7729 3262 4467 8136 3535 4601
Persentase (%) 74,76 31,55 43,21 75,07 32,62 42,45
Keterangan :Swasta : Bidan, DokterPemerintah : Puskesmas, Pustu, Posyandu
Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Pekauman tidak
menunjukkan gambaran yang jelas mengenai berbagai alasan mengapa akseptor KB
aktif tidak tercapai sesuai target nasional (70%). Hal ini disebabkan jumlah responden
yang menjadi sampel tidak mencukupi dari target sampel menurut jumlah populasi dan
berdasarkan ketentuan jumlah sampel minimum untuk populasi (30 orang).
Ketidakcukupan mendapatkan responden disebabkan oleh susahnya mencari wanita usia
subur yang tidak menggunakan KB. Keadaan tersebut dikarenakan data yang terdapat di
puskesmas tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan bahwa angka akseptor KB aktif
berdasarkan survey PLKB 2009 dan 2010 telah mencapai target (table 1).
25
Gambar 1. Diagram Alasan Non-Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Berdasarkan Data Kecamatan
ingin punya anak lagi
mens sedikit pengetahuan lain-lain0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
Diagram Alasan Non Akseptor KB
jumlah
Hasil survey deskriptif mengenai alasan mengapa wanita usia subur yang telah
menikah tidak menggunakan KB didapatkan bahwa angka tertinggi dikarenakan ingin
punya anak lagi. Dari keseluruhan sampel, didapatkan alasan utama nonakseptor KB
adalah ingin punya anak lagi. Dari hasil wawancara terpimpin dengan responden, 2 anak
belumlah cukup bagi mereka, mereka menginginkan anak minimal 3. Anak-anak
tersebut diharapkan akan sangat membantu orang tuanya di masa depan. Hal ini
merupakan cerminan bahwa masih hidupnya fenomena banyak anak banyak rezeki di
wilayah kerja puskesmas pekauman. Fenomena banyak anak banyak rezeki merupakan
fenomena yang masih cukup berakar kuat di masyarakat Indonesia, hal ini seperti
merupakan sebuah tradisi sejak zaman penjajahna Belanda dahulu dimana wanita yang
memiliki banyak anak dianggap memiliki kesehatan reproduksi yang baik. Selain itu
banyak anak dianggap akan meningkatkan taraf kesejahteraan hidup sebuah keluarga di
26
masa depan. Hal ini bertolak belakang dengan visi dan misi program KB bahwa 2 anak
saja cukup, mengingat penelitian-penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
penduduk yang meningkat ternyata berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan
penduduk. Semakin banyak anak berarti menambah jumlah penduduk, hal ini akan
mempersempit lapangan pekerjaan sehingga angka pengangguran akan meningkat juga
yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesejahteraan penduduk.
Dari uraian tersebut sudah jelas bahwa fenomena banyak anak banyak rezeki
tidaklah seluruhnya benar, oleh karena itu solusi yang dianjurkan untuk pemecahan
masalah tersebut adalah dengan melakukan penyuluhan oleh kader kesehatan dan tokoh
masyarakat. Materi penyuluhan yang diberikan adalah mengenai program KB mulai
dari definisi, tujuan, pelaksanaan, keuntungan, kerugian hingga fasilitas ber-KB.
Penyuluhan yang dilakukan hendaknya merupakan program rutin terjadwal yang
dilakukan oleh puskemas pekauman yang dipimpin oleh pokok usaha KIA.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas
pekauman didapatkan bahwa selain karena ingin mempunyai anak lagi, adapun alasan
bagi wanita usia subur yang tidak menjadi akseptor KB adalah adanya keluhan haid
yang sedikit dan tidak teratur. Hal ini membuat wanita yang awalnya menjadi akseptor
memutuskan berhenti untuk menggunakan KB.
Penggunaan kontrasepsi hormonal (progesteron) terkadang dapat
menimbulkan gangguan menstruasi. Meski penggunanya haid, darah yang keluar sedikit
dan tidak teratur. Namun, hal ini tidak berbahaya bagi kesehatan.13
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen
dan progesteron. Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam
27
kontrasepsi hormonal yaitu kontrasepsi suntikan, kontrasepsi oral (pil), dan kontrasepsi
implant.14
Ada beberapa kerugian dari kontrasepsi hormonal, antara lain2 :
1. Gangguan Haid :
a) Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan
kontrasepsi suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem.
b) Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama
menggunakan kontrasepsi suntikan.
c) Metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
2. Keputihan
3. Berat badan yang bertambah
4. Sakit kepala
5. Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan
6. Nousea
7. Hipertensi
8. Acne
Akseptor KB hormonal yang mengeluhkan gangguan haid sebaiknya
diberikan konseling berupa penjelasan kepada akseptor bahwa pada pemakaian
kontrasepsi suntikan dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat pengaruh
hormonal suntikan dan biasanya gejala-gejala perdarahan tidak berlangsung lama.
Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat diberikan pemberian Pil KB hari I sampai ke
II masing masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan 1 x 1 selama 3 – 5 hari. Bila
terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat estrogen misalnya : Lymoral 2 x 1
sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti, dapat dilaksanakan
28
“tapering off” ( 1 x 1 tablet ). Apabila cara tersebut kurang efektif, maka dapat
disarankan kepada akseptor KB hormonal untuk berganti menjadi pengguna kontrasepsi
non hormonal.14
Selain jenis hormonal, kontrasepsi pun tersedia dalam jenis non hormonal,
seperti misalnya penggunaan IUD dan kondom. Bagi para wanita yang menyukai
kepraktisan dan merasa kurang menyukai efek samping penggunaan kontrasepsi
hormonal, jenis kontrasepsi non hormonal bisa dijadikan alternatif.
1. IUD
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah sebutan lain IUD. Bentuk
umum kontrasepsi ini adalah T. Alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur,
yang dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh seorang bidan / dokter terlatih.
Sangat efektif, dan bila berhenti memakai AKDR, kehamilan dapat terjadi. AKDR
ini merupakan cara KB jangka panjang. AKDR tipe TCu-380 A misalnya, efektif
paling sedikit selama 10 tahun.15
Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-
bulan pertama pemakaian. Tidak ada pengaruh terhadap ASI. Infeksi panggul
cenderung menyerang pemakai IUD terlebih lagi apabila si pemakai telah terjangkit
penyakit menular seksual. Kadang-kadang, IUD dapat keluar sendiri pada waktu
mengedan khususnya pada bulan-bulan pertama pemakaian.3
2. Kondom
Kondom merupakan kantong kecil terbuat dari karet yang bekerja dengan
membungkus penis, sehingga sperma yang keluar tetap berada dalam kantong
tersebut. Kontrasepsi ini beredar luas dan mudah didapatkan. Selain mencegah
29
kehamilan juga dapat melindungi terhadap infeksi penyakit menular seksual (PMS)
termasuk HIV / AIDS. Beberapa pria merasa bahwa kondom mengganggu
hubungan seks dan mengurangi kenikmatan.15
3. Metode Sederhana/ Vaginal
Spermisid (tissu KB), diafragma dan kap, merupakan cara KB yang dapat
dipakai sendiri oleh wanita. Spermisida berbentuk seperti mangkok ceper, terbuat
dari karet. Cara penggunaannya dimasukkan ke dalam vagina. Dilakukan sebelum
mengadakan hubungan seks. Alat ini berkerja dengan cara menutupi mulut rahim,
sehingga sperma, meski masih masuk ke vagina, tak bisa meneruskan perjalanan ke
rahim. Kelebihannya adalah dapat dipakai berkali-kali, melindungi dari kehamilan,
serta mencegah penyakit menular seksual. Sedangkan kekurangan adalah sulitnya
pemasangan dan adanya kecenderungan untuk terkena infeksi saluran kencing.15
Spermisid memiliki bentuk beragam. Ada foam aerosol (busa), tablet, krim,
jeli, dan spons. Dipakai dengan cara dioleskan ke dalam vagina sebelum
berhubungan intim. Spermisida mematikan sel-sel sperma sebelum sempat
memasuki rahim. Tidak didapatkan efek samping sistemik/pada tubuh, tetapi
kadang dapat menimbulkan gatal-gatal atau lecet pada vagina.15
4. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Kontrasepsi ini umumnya digunakan oleh mereka yang benar-benar tidak
menginginkan anak lagi, dengan batasan usia tertentu (di atas 40 tahun) atau sesuai
anjuran dokter. Kontrasepsi ini berupa vasektomi dan tubektomi, yang secara awam
dapat diartikan sebagai pengikatan saluran sperma dan indung telur. Dengan
30
memakai teknologi terkini, proses jalannya operasi (operasi kecil) vasektomi/
tubektomi hanya memakan waktu tak lebih dari 10 menit dan pasien bisa langsung
pulang. 15
Meski dengan ditemukannya sistem rekanalisasi (dibukanya ikatan pada
saluran sperma atau indung telur), dunia medis belum begitu yakin kesuburan akan
dapat pulih kembali. Karena itu, mereka yang menjatuhkan pilihan untuk
menggunakan cara KB ini akan menjalani proses konsultasi ketat.15
5. Sistem Kalender
Pada metode ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti16 :
Wanita harus mengetahui masa subur wanita dalam siklus haidnya.
Sistem kalender adalah: pada masa subur tidak berhubungan seks. Bila
berhubungan gunakanlah kondom, tissu KB, diafragma dan kap, atau sanggama
terputus selama masa subur.
Dapat efektif bila dilakukan dengan benar. Namun pada kenyataannya sering
kurang efektif.
Diperlukan kerjasama yang baik dengan pasangannya, karena sulit untuk
menghindari hubungan seksual untuk waktu yang lama.
Tidak ada efek samping fisik.
Cara ini dianjurkan apabila cara KB lain sulit dipergunakan pada waktu
menderita demam, infeksi vagina, setelah melahirkan atau pada waktu
menyusui.
31
6. Metode LAM (Lactational Amenorrhoe Methode) / Pemberian ASI
Metode ini merupakan cara KB melalui menyusui eksklusif (menyusui bayi
dari 0 s/d 4 bulan tanpa makanan tambahan). Seorang wanita menyusui dikatakan
menggunakan metoda LAM, bila 16:
Menyusui secara penuh atau bayinya tidak mendapat makanan tambahan, ibu
sering memberikan ASI, siang dan malam;
Belum mendapat haid;
Bayinya belum berumur 6 bulan.
Alasan pengetahuan juga turut andil dalam melatarbelakangi mengapa masyarakat
tidak ingin berKB. Pengetahuan bukan hanya dikarenakan latar belakang pendidikan
seseorang tetapi juga terdapat intervensi dari pengetahuan social budaya masyarakat di
lingkungannya, media informasi, pemanfaatan media informasi, dan kurangnya
jangkauan sosialisasi. 8 Seperti pada responden yang tidak memakai KB karena alasan
mempunyai penyakit TBC yang tidak memungkinkan dirinya untuk berKB menurut
orang disekitarnya. Meskipun responden memiliki pendidikan terakhir SMA, sarana
yang cukup untuk menjangkau puskesmas, dan letak yang tidak begitu jauh dari pustu
yang buka setiap hari kerja, tetapi responden tidak memiliki keinginan untuk
mendapatkan informasi tersebut. Seharusnya dengan dibantu keluarga, responden
mempunyai keinginan dan pengetahuan bahwa informasi KB bisa didapatkan di pusat
pelayanan kesehatan terdekat. Keadaan tersebut dapat disiasati dengan intervensi
merubah pengetahuan kondisi social budaya dan dirinya yang tidak atau kurang
terjangkau sosialisasi, dngan sosialisasi yang dilakukan secara terpadu dan bekerja sama
32
lintas sektoral melalui peran lembaga pemerintahan dibawah PKK dan tokoh
masyarakat.
Alasan lain mengapa responden tidak berKB antara lain terlambatnya penggunaan
KB dalam perkawinan (yang dimaksud perkawinan untuk rujuk kembali). Ibu tidak
sempat berKB dan akhirnya mengalami kehamilan. Keadaan ini dapat diatasi melalui
kerjasama lintas sektoral yaitu dengan pihak KUA dibawah departemen keagamaan.
Alasan untuk tidak berKB tiap kultur masyarakat berbeda mengingat
keberagaman social budaya, tingkat pendidikan masyarakat, agama, dan lain-lain yang
nantinya akan berpengaruh pada perencanaan program guna mengintervensi masalah
tersebut.
.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Diakses
dari www. bkkbn.go.id pada tanggal 20 Oktober 2010
2. BKKBN. Profil Pendataan Program 2009. Jakarta: BKKBN, 2009.
3. Puskesmas Pekauman. Hasil Penilaian Kinerja Puskesmas tahun
2006,2007,2008,2009. Banjarmasin : Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, 2009
4. Puskesmas Pekauman. Laporan Tahunan 2009 Puskesmas. Banjarmasin : Dinas
Kesehatan Kota Banjarmasin, 2009
5. Donousodo K. Peran Tokoh Masyarakat Dalam Kesehatan Reproduksi Yang
Responsif Gender. Jakarta : Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas
Perempuan BKKBN, 2008.
6. Muslim. Program Pokok KIA, KB dan P2M. Diakses dari
muslimpinang.worpress.com pada tanggal 20 Oktober 2010
7. BKKBN. Kebijakan Program KB Nasional Tahun 2010. Jakarta : Deputi IKPK,
Rakernas 2010.
8. Dinkes Kota Makasar. Modul Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat Bagi
Kader dan Tokoh Masyarakat. Makassar : Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan, 2007.
9. Anonymous. Penduduk. Diakses dari www.wikipedia.org pada tanggal 4
November 2010.
34
10. Anonymous. Pertumbuhan Penduduk. Diakses dari www.wikipedia.org pada
tanggal 4 November 2010
11. TIM BPS Indonesia. Data Statistik Indonesia. Diakses dari www.bps.go.id pada
tanggal 6 November 2010
12. Anonymous. Laju Pertumbuhan Penduduk. Diakses dari www.google.co.id pada
tanggal 5 November 2010
13. Anonymous. 2008. Memilih Kontrasepsi. [http://www.infobunda.com/
pages/articles/artikelshow.php?id=143&catid=16]
14. Hartono Hanifa. 1996. Apa Yang Anda Harus Ketahui Tentang Alat
Kontrasepsi. BKKBN [http://harnawatiaj.wordress.com/2008/06/23/
kontrasepsi-hormonal/]
15. Anonymous. 2008. Kontrasepsi Non Hormonal.
[http://www.infobunda.com/pages/articles/artikelshow.php?id=145&catid=16]
16. Anonymous. 2008. Jenis Kontrasepsi Alternatif. [http://www.infobunda.com/pages/articles/artikelshow.php?id=147&catid=16]
35