makalah kalut baru

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut memiliki peran strategis dalam bidang ekonomi dan ekologi bagi pengembangan jasa-jasa lingkungan. Secara ekonomi laut memiliki potensi besar sebagai penghasil komoditi karena memiliki sumber daya alam yang dapat diperbaharui (ikan, rumput laut dan lain-lain) dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (bahan tambang, minyak bumi, gas dan lain- lain). Secara ekologi wilayah laut merupakan bentang alam yang di tempati oleh berbagai macam ekosistem mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang menjadi habitat bagi biota untuk hidup dan merupakan sumber nutrien bagi organisme perairan termasuk ikan. Pelestarian wilayah laut merupakan upaya yang harus dilakukan, karena menyangkut kelestarian sumber daya alam bagi generasi yang akan datang. Pencemaran minyak berpengaruh besar terhadap

Upload: pramudia-ridwan

Post on 16-Feb-2016

296 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kimia analisisis lingkungan laut

TRANSCRIPT

Page 1: makalah kalut baru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laut memiliki peran strategis dalam bidang ekonomi dan ekologi bagi

pengembangan jasa-jasa lingkungan. Secara ekonomi laut memiliki potensi besar

sebagai penghasil komoditi karena memiliki sumber daya alam yang dapat

diperbaharui (ikan, rumput laut dan lain-lain) dan sumber daya alam yang tidak

dapat diperbaharui (bahan tambang, minyak bumi, gas dan lain-lain).

Secara ekologi wilayah laut merupakan bentang alam yang di tempati oleh

berbagai macam ekosistem mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang

menjadi habitat bagi biota untuk hidup dan merupakan sumber nutrien bagi

organisme perairan termasuk ikan. Pelestarian wilayah laut merupakan upaya

yang harus dilakukan, karena menyangkut kelestarian sumber daya alam

bagi generasi yang akan datang.

Pencemaran minyak berpengaruh besar terhadap ekosistem laut,

penetrasi cahaya matahari akan menurun akibat tertutup lapisan minyak. Proses

fotosintesis akan terhalang pada zona euphotik sehingga rantai makanan akan

terputus. Lapisan minyak juga menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan

mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya perairan tidak mampu lagi untuk

mendukung kehidupan laut yang aerob.

Ancaman utama pencemaran minyak terhadap biota perairan adalah

terjadinya penutupan fisik permukaan air sehingga hewan dan tumbuhan sangat

beresiko kontak dan terkontaminasi oleh minyak. Kura-kura, reptil laut, dan

Page 2: makalah kalut baru

burung yang hidupnya mencari makan dengan menyelam akan terkena dampak

akibat pencemaran minyak di perairan, begitu juga halnya dengan biota laut

lainnya termasuk ikan.

Keberadaan komponen minyak di tubuh organisme ikan dapat

mempengaruhi cita-rasa hewan tersebut saat dikonsumsi karena adanya rasa

atau aroma minyak. Hal ini merupakan masalah penting yang berhubungan

dengan kehidupan nelayan dan masyarakat konsumen yang mengkonsumsi

hewan laut termasuk ikan hingga kembali ke kondisi normal.

Komponen hidrokarbon aromatis dari minyak bumi seperti senyawa

benzen dan toluen merupakan senyawa toksik yang mampu membunuh

langsung biota perairan saat terjadinya pencemaran minyak di perairan.

Efek sub-letal dari minyak menyebabkan terganggunya kemampuan organisme

laut untuk bereproduksi, tumbuh dan mencari makan karena paparan konsentrasi

minyak. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang tepat untuk mengendalikan

pencemaran minyak di perairan Selat Rupat untuk mencegah timbulnya resiko

terhadap kerusakan ekosistem di sekitarnya.

Selain senyawa hidrokarbon aromatik, senyawa organoklorin juga

mempunyai dampak nyata terhadap kesehatan manusia karena bersifat persisten

dalam jangka waktu yang lama dan bersifat bioakumulasi karena tidak mudah.

Bioakumulasi senyawa oragnoklorin di perairan terjadi melalui rantai makanan,

yang pada akhirnya sampai ke manusia. Di Indonesia penelitian tentang pestisida

organoklorin di perairan laut, khususnya perairan pantai masih sangat sedikit jika

dibandingkan dengan luas dan panjangnya perairan pantai.

Page 3: makalah kalut baru

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Polisiklik Aromatik Hidrokarbon dan

Peptisida organoklorin

2. Untuk mengetahui pengaruh senyawa dari Polisiklik Aromatik Hidrokarbon

dan Peptisida organoklorin dalam air laut

3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam menganalisis Polisiklik

Aromatik Hidrokarbon dan Peptisida organoklorin dalam air laut

1.3 Rumusan Masalah

1. Pengertian Polisiklik aromatik Polisiklik Aromatik Hidrokarbon dan

Peptisida organoklorin

2. Apakah pengaruh dari senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon dan

Peptisida organoklorin dalam air laut

3. Bagaimana metode yang digunakan untuk menganalisis Polisiklik Aromatik

Hidrokarbon dan Peptisida organoklorin dalam air laut

Page 4: makalah kalut baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Senyawa pestisida organoklorin

Senyawa pestisida organoklorin merupakan senyawa organik sangat sukar

terurai dan di alam racunnya bersifat akumulatif. Senyawa kimia utama pestisida

adalah organokhlorin yang telah diketahui mengkontaminasi lingkungan secara

global seperti dalam air dan tanah, udara serta kerang hijau. Di India bahkan

residu pestisida organoklorin ditemukan dalam air susu ibu sedangkan di

Indonesia pestisida organoklorin juga ditemukan di kerang-kerangan.

Pestisida organoklorin yang terdapat dalam kerang hijau akan

terakumulasi dalam rantai makanan, sedangkan pestisida yang terdapat dalam air

dan sedimen dalam jangka panjang akan berpengaruh terhadap kesehatan berbagai

burung dan mamalia laut, serta menghambat pertumbuhan dan reproduksi ikan

dan organisme yang hidup dalam suatu perairan.

Seluruh bahan kimia untuk pembuatan senyawa pestisida organoklorin ini

adalah bahan sintetik buatan manusia (“man-made”) dengan tujuan untuk

membasmi hama tanaman, pertanian, perkebunan maupun kehutanan.

Dampak dari Senyawa Organoklorin

Senyawa organoklorin ini mempunyai dampak nyata terhadap kesehatan

manusia karena bersifat persisten dalam jangka waktu yang lama dan bersifat

bioakumulasi karena tidak mudah terurai Bioakumulasi senyawa oragnoklorin di

perairan terjadi melalui rantai makanan, yang pada akhirnya sampai ke manusia.

Di Indonesia penelitian tentang pestisida organoklorin di perairan laut, khususnya

Page 5: makalah kalut baru

perairan pantai masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan luas dan

panjangnya perairan pantai.

Metode Analisis Senyawa Organoklorin

Menurut Jurnal Oseanologi Dan Limnologi Di Indonesia (2010) 36(1): 1- 19 . Judul Pestisida

Organoklorin Di Perairan Teluk Klabat pulau Bangka.

Bahan dan Metode Penelitian

Lokasi stasiun pengambilan sampel di perairan Teluk Klabat dan

sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi stasiun pengambilan sampel penelitian di perairan

Teluk Klabat, 2007.

Sampel yang dianalisis ialah air laut, sedimen dan biota. Penelitian ini

dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Maret (mewakili awal

musim peralihan barat ke musim timur) dan bulan Juni (mewakili awal musim

timur) 2007. Sampel air laut diambil di 14 stasiun, yaitu Stasiun 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9,

Page 6: makalah kalut baru

10, 11, 12, 13, 16 , 17 dan 18, sedangkan sampel sedimen diambil sebanyak 16

stasiun yaitu Stasiun 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 16 , 17, 18, 14 dan 15.

Sampel air permukaan diambil sebanyak 2 liter menggunakan gayung

“stainless steel”, kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca dan segera disimpan

dalam Ice box. Di laboratorium, contoh air segera disaring dengan megunakan

kertas saring GFC (Glass Fiber) ukuran 0,45 mikron. Filtrat diekstrak dalam

corong pisah dengan n-heksan p.a sebanyak 3 kali masing-masing 100 ml, 50 ml

dan 50 ml. Larutan ekstrak yang mengandung pestisida organoklorin di “clean up"

menggunakan alumina WB 5 basic SIGMA dan pemisahan fraksi non polar (F1)

dan polar (F2) dengan silika Merck 7754. Konsentrasi pestisida organoklorin

diukur dengan alat khromatografi gas 5890 series II. Sampel sedimen diambil

menggunakan grab, kemudian diambil lebih kurang 50 gram. Sampel sedimen

dipanaskan 50 – 60 oC, kemudian ditambahkan Na2SO4 untuk mengisap sisa air

yang ada. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut

diklorometan dalam alat soklet. Proses berikutnya sama dengan perlakuan untuk

contoh air. Sampel biota yang dianalisis adalah ikan kurisi (Nemipterus sp.) dan

siput gonggong (Strombus turturella) yang dibeli dari nelayan setempat. Proses

analisis kandungan pestisida dalam biota, sama dengan analisis pestisida dalam

sedimen. Semua sampel dianalisis untuk 18 senyawa pestisida, hasil pengukuran

dinyatakan dalam satuan ppt untuk air dan ppb untuk lumpur dan biota.

Page 7: makalah kalut baru

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, konsentrasi total pestisida

organoklorin dalam air laut berkisar antara 0,329 - 28,513 ppt, konsentrasi yang

tinggi (> 10 ppt) diperoleh pada bulan Maret di Stasiun 10 dan 2, sedangkan pada

bulan Juni diperoleh di beberapa stasiun yang ditunjukkan dalam Gambar 2.

Komposisi senyawa pestisida dalam air paling tinggi pada bulan Maret adalah

delapan senyawa (Stasiun 10, Tabel 1), sedangkan pada bulan Juni diperoleh 18

senyawa (Stasiun 6, Tabel 4).

Konsentrasi total pestisida dalam contoh air laut pada bulan Maret berkisar

antara 0,329 – 11, 980 ppt dengan rata-rata sebesar 7,018 ppt. Konsentrasi

terendah diperoleh di Stasiun 18 ditemukan 4 senyawa yang terletak di tengah

Teluk Klabat bagian luar, dan yang tertinggi di Stasiun 10 ditemukan 8 senyawa.

yang posisinya dekat mulut Sungai Antam.

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP (MNLH) No. 51 tahun

2004, telah menetapkan ambang batas konsentrasi pestisida organoklorin dalam

suatu perairan untuk kehidupan biota laut sebesar 10 ppt. Bila mengacu pada

ketetapan MNLH tersebut maka konsentrasi rata-rata pestisida organoklorin di

perairan Teluk Klabat pada bulan Maret (rata-rata 7,018 ppt) masih jauh di bawah

ambang batas ketetapan Menteri tersebut, namun secara keseluruhan ada dua

stasiun yang sudah melampaui, yaitu Stasiun 2 dan 10 masing-masing konsentrasi

totalnya 10,362 dan 11,980 (Tabel 1 dan Gambar 2), keduanya terletak di mulut

sungai (Gambar 1). Hal ini menunjukkan ada pengaruh aktif pertanian di darat

yang menggunakan pestisida yang kemudian terhanyut ke dalam aliran sungai.

Page 8: makalah kalut baru

Sesuai dengan laporan KRATZER (1999) bahwa pada musim irigasi maka

pestisida di sungai San Joaquin, California sedikit meningkat dibanding hari-hari

lainnya. Delta - BHC, aldrin, heptaklorepoksid adalah senyawa pestisida yang

umumnya dalam penelitian ini sebagaimana tampak dalam Tabel 1. Pada bulan

Juni konsentrasi pestisida organoklorin di perairan Teluk Klabat berkisar antara

5,292 – 28,513 ppt, dengan konsentrasi rata-ratanya 15,707 ppt, terrendah pada

Stasiun 13 sebesar 5,292 ppt, ditemukan 13 senyawa dan tertinggi di Stasiun 6

sebesar 28,513 ppt, ditemukan 16 senyawa (Tabel 4, Gambar 2).

Rata-rata konsentrasi pestisida organoklorin pada bulan ini jauh lebih

besar dibandingkan dengan konsentrasi rata-rata organoklorin bulan Maret dan

sudah melampaui ketetapan MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

(2004). Hal ini diduga ada hubungannya dengan musim. Pada bulan Maret adalah

awal musim peralihan dari musim barat ke musim timur, curah hujan masih cukup

banyak sehingga terjadi pengenceran konsentrasi senyawa pestisida, sebaliknya

pada bulan Juni adalah awal musim timur, sudah tidak ada lagi hujan sehingga

terjadi pemekatan konsentrasi pestisida.

Pada bulan Juni diperoleh lebih banyak stasiun yang konsentrasinya tinggi,

yaitu di urutan tertinggi Stasiun 6 lokasinya berada di perbatasan Teluk Klabat

bagian dalam dan Teluk Klabat bagian luar, kemudian berturut-turut Stasiun 1, 2,

3, 10 (dekat mulut sungai) dan Stasiun 11yang lokasinya berada di tengahtengah

mulut Teluk Klabat bagian luar (Tabel 4, Gambar 1).

Pada umumnya stasiun yang total konsentrasi pestisida organoklorinnya

tinggi berada di perairan Teluk Klabat bagian dalam, di muara –muara sungai,

Page 9: makalah kalut baru

kecuali Stasiun 11 yang berada di perairan Teluk Klabat bagian luar yang

langsung berhubungan dengan perairan Laut China Selatan. Tingginya kadar total

pestisida di Stasiun 11 ini diduga oleh adanya penyebaran pestisida yang terbawa

oleh angin yang berasal dari daratan Pulau Bangka, dan terperangkap di lokasi

tersebut. LI et al. (2006) menyatakan bahwa penyebaran pestisida ke lingkungan

alam sekitar, selain kontak langsung, juga dapat melalui udara.

Lebih banyaknya stasiun yang kadar total pestisidanya sudah melebihi

ketetapan MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP (2004) pada bulan Juni,

juga dapat disebabkan pada saat itu daratan Pulau Bangka sedang musim

penyemprotan pestisida untuk melindungi tanaman pertanian maupun

perkebunannya. LI et al. (2006) juga menyatakan bahwa penyebaran pestisida ke

suatu lingkungan selain kontak langsung, juga dapat melalui air. Pestisida yang

terdapat dalam air akan mengendap di permukaan sedimen dan mengkontaminasi

organisme yang hidup dalam kolom air maupun pada sedimen.

REINECKE & REINECKE (2007) menyatakan bahwa hujan yang turun

setelah penyemprotan pestisida organoklorin akan membawa pestisida

organoklorin ini mengalir ke permukaan air sungai maupun laut, dan membawa

dampak terhadap organisme non target di lokasi penyemprotan maupun daerah

sekitarnya. Dibandingkan dengan bulan Maret, sebaran 18 senyawa pestisida pada

bulan Juni lebih banyak di temukan di banyak stasiun. Senyawa heptaklor, hepox,

pp’DDT, endrin aldehid dan endrin keton ditemukan di seluruh stasiun, sedangkan

12 senyawa lainnya menyebar di lebih dari 10 stasiun dan hanya 2 senyawa yang

penyebarannya lebih kecil dari 10 stasiun yaitu senyawa gamma-BHC dan

metotoksiklor (Tabel 4). Konsentrasi total pestisida dalam sedimen di perairan

Page 10: makalah kalut baru

Teluk Klabat dalam dua kali penelitian berkisar antara 0,096 - 31,121 ppb. Pada

bulan Maret berkisar antara 0,096 – 50,002 ppb dan rata-rata 3,437 ppb (Tabel 2,

Gambar 3), terendah ditemukan di Stasiun 1 terdiri dari 6 senyawa sedangkan

yang paling besar di peroleh di Stasiun 6 ditemukan 9 senyawa . Senyawa

dieldrin, endrin dan endosulfan diperoleh hampir di seluruh stasiun, 15 stasiun

dari 16 stasiun, sedangkan delta – BHC, aldrin dan metotoksiklor menyebar di

lebih dari 10 stasiun.

Pada bulan Juni konsentrasi pestisida dalam sedimen kisarannya antara

0,388 – 31,121 ppb dan rata-rata 3,807 ppb (Tabel 5, Gambar 3), terendah terletak

pada Stasiun 14 terdiri dari 9 senyawa. sedangkan yang tertinggi di peroleh di

Stasiun 17 ditemukan 15 senyawa. Senyawa metoksiklor merupakan senyawa

yang dominan karena menyebar di seluruh stasiun, sedangkan senyawa

beta-BHC, gamma –BHC, heptaklor, endosulfan I dan pp’-DDT menyebar di

lebih dari 10 stasiun (Tabel 5). Rata-rata kosentrasi total pestisida organoklorin

dalam sedimen pada bulan Juni lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Maret,

namun dominansi senyawa pestisidanya hampir sama. Tingginya kadar total

pestisida pada bulan Juni ini dapat dipahami karena kadar total pestisida dalam

airnyapun lebih tinggi di bulan Juni dibandingkan dengan bulan Maret.

Pestisida yang berada di sedimen adalah hasil pengendapan pestisida

dalam air di atasnya terbukti dominansinya senyawa pestisida dalam air hampir

sama dengan yang berada di sedimen. Hal ini sesuai denganpendapat ERKMEN

& KOLANKAYA (2006) pestisida yang tercemar dalam air akan diserap (absorb)

oleh sedimen di perairan tersebut. Baku Mutu MENTERI NEGARA

LINGKUNGAN HIDUP (2004) belum mencantumkan konsentrasi pestisida

Page 11: makalah kalut baru

organoklorin yang diperbolehkan dalam sedimen, oleh karena itu konsentrasi yang

diperoleh di perairan ini hanya bisa dibandingkan dengan di lokasi lain sesama

teluk, misalnya Teluk Jakarta. Bila dibandingkan dengan konsentrasi pestisida

dalam sedimen perairan Teluk Jakarta, konsentrasi pestisida, di perairan Klabat

masih lebih rendah (MUNAWIR 2005). Konsentrasi petisida yang paling tinggi

dalam sedimen di perairan Teluk Jakarta dalam tahun 2005, yaitu sebesar 51,126

ppb.

Konsentrasi pestisida organoklorin dalam sample biota ikan kurisi

(Nemipterus, sp.) yang diperoleh pada bulan Maret (217,340 ppb), jauh lebih

besar dibandingkan dengan yang diperoleh bulan Juni (9,926 ppb), sebagaimana

tampak dalam Tabel 3 dan Tabel 6. Namun senyawa pestisida yang diperoleh

pada bulan Juni lebih banyak yaitu 14 senyawa dibandingkan bulan Maret yang

hanya diperoleh 10 senyawa (Gambar 4). Pada siput gonggong (Strombus

turturella).

konsentrasi pestisidanya hampir sama dengan ikan kurisi yaitu pada bulan

Maret adalah 2803,909 ppb (Tabel 3), jauh lebih besar dibandingkan yang

diperoleh pada bulan Juni yang konsentrasinya hanya 39,642 ppb (Tabel 6).

Kondisi konsentrasi pestisida dalam biota ini berbanding terbalik dengan kondisi

konsentrasi pestisida yang berada dalam air maupun sedimen, yang kadarnya lebih

tinggi di bulan Juni. Kondisi ini dapat dimaklumi karena kedua jenis biota

tersebut mampu bergerak bebas dalam kolom air maupun sedimen.

Menurut JABBER et al.(2001) lebih tinggi pestisida organoklorin yang

diperoleh dalam musim kering disebabkan oleh kandungan lipid (lemak) yang

tinggi dalam beberapa jenis ikan. Ditemukannya pestisida dalam air dan sedimen

Page 12: makalah kalut baru

ternyata telah mengkontaminasi biota ikan kurisi dan siput gonggong yang hidup

di dalamnya, walaupun konsentrasinya pada bulan Juni menjadi berkurang masih

jauh lebih rendah dari ambang batas (1,5 ppm) yang disarankan U.S

DEPARTMENT OF HEALTH (1968). Dengan demikian konsentrasi pestisida

dalam biota yang diperoleh di perairan Teluk Klabat masih lebih rendah.

Terdeteksinya pestisida organoklorin dalam air laut, sedimen dan biota di perairan

Teluk Klabat ini menunjukkan bahwa pestisida jenis ini masih digunakan di

Indonesia, walaupun sudah dilarang semenjak tahun 1993.

Penggunaan DDT di Indonesia dimulai tahun 1952 untuk mengendalikan

penyakit malaria, namun karena ditemukan penyakit karsinogenik maka tidak

digunakan lagi sejak tahun 1984. Kemudian tahun 1993 Departemen Pertanian

Indonesia melarang peredarannya. (MANUBA 2007). Di Thailand,

RUANGWISES et al. (1994) juga berhasil mendeteksi residu pestisida

organoklorin dalam kerang hijau (Mytlus viridis), hal ini menunjukkan bahwa

pemakaian pestisida di Thailand juga masih berlangsung. Bahkan DDT masih

digunakan di banyak Negara, antara lain Thailand.

Kesimpulan

Perairan Teluk Klabat telah tercemar pestisida organoklorin, karena

konsentrasinya sudah melebihi ambang batas normal yang dikeluarkan oleh

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP (2004). Hepoks, dieldrin, endrin

dan endrin aldehid adalah senyawa yang paling banyak dijumpai dalam kolom air

dan sedimen, di lebih dari 10 kali dari 14 stasiun yang diamati. Konsentrasi

pestisida dalam ikan kurisi dan siput gonggong masih normal, sehingga aman

dikonsumsi oleh manusia.

Page 13: makalah kalut baru

Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH)

PAH (Polisiklik Aromatik Hidrokarbon) merupakan senyawa organik

mikro-polutan yang memiliki cincin benzena sebanyak 2 atau lebih sebagai hasil

fusi unsur karbon. Bersifat toksik dan karsinogen terhadap makhluk hidup.

Senyawa utama PAH terdiri dari 16 jenis senyawa seperti yang tersaji dalam tabel

berikut

Table 1. Jenis Senyawa PAH

Keberadaan PAH di alam dapat berasal dari dua sumber, yakni sumber

alami dan sumber antropogenik. Sumber alami meliputi; kebakaran hutan dan

padang rumput, rembesan minyak bumi, gunung berapi, tumbuhan yang

berklorofil, jamur dan bakteri, sedangkan sumber antropogenik meliputi; minyak

bumi, pembangkit tenaga listrik, insenerasi, pemanas rumah, batu bara, karbon

hitam, aspal dan mesin-mesin pembakaran. PAH yang berasal dari proses alami

umumnya lebih rendah dari sumber antropogenik.

Kepekatan tertinggi PAH diperoleh dalam sedimen laut yang dekat dengan

daerah perkotaan. Ini mungkin merupakan pola umum karena PAH cenderung

berkumpul dalam sedimen perairan yang dekat dengan daerah perkotaan.

Senyawa PAH mudah mengendap ke dasar perairan. Dalam penelitiannya di Laut

Cina Timur melaporkan tingginya kadar PAH pada stasiun-stasiun yang berada

Page 14: makalah kalut baru

dekat pantai. Senyawa PAH yang mengendap ke dasar perairan sangat beracun

bagi organism perairan. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa PAH yang

berasal dari kegiatan manusia dapat menyebabkan kanker dan efek mutagenik

pada organisme . Senyawa PAH dapat terakumulasi dalam tubuh hewan tingkat

rendah hingga mencapai kadar yang tinggi, karena sukar dicerna dalam tubuhnya.

Falahuddin (2012) melaporkan adanya akumulasi senyawa PAH dalam kerang

hijau yang hidup di Teluk yang berasal dari kegiatan manusia dapat menyebabkan

kanker dan efek mutagenik pada organism. Senyawa PAH dapat terakumulasi

dalam tubuh hewan tingkat rendah hingga mencapai kadar yang tinggi, karena

sukar dicerna dalam tubuhnya.

PAH dapat berpindah dari sumbernya dengan beberapa cara yaitu

berpindah mengikuti pergerakan arus laut, melalui proses adveksi dan difusi

turbulen, berpindah melalui udara-laut, proses evaporasi dan kondensasi,

berpindah tempat secara bersamaan dalam keadaan terikat oleh bahan-bahan

organik, dan akan tersedimentasi bercampur dengan air dengan adanya gerakan

arus vertical.

Page 15: makalah kalut baru

Dampak Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) bagi perairan

Senyawa PAH mudah mengendap ke dasar perairan, dan sangat beracun

bagi organisme perairan. PAH yang terlarut dalam air pada kadar antara 0,1

hingga 0,5 ppm sudah dapat menyebabkan keracunan terhadap semua larva biota

perairan. Senyawa PAH akan terakumulasi menjadi kadar yang tinggi dalam

tubuh hewan tingkat rendah karena senyawa ini sukar dicerna dalam tubuhnya.

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa PAH yang berasal dari

kegiatan manusia dapat menyebabkan kanker dan efek mutagenik pada organisme

. Senyawa PAH dapat terakumulasi dalam tubuh hewan tingkat rendah hingga

mencapai kadar yang tinggi, karena sukar dicerna dalam tubuhnya. Falahuddin

(2012) melaporkan adanya akumulasi senyawa PAH dalam kerang hijau yang

hidup di Teluk yang berasal dari kegiatan manusia dapat menyebabkan kanker dan

efek mutagenik pada organism.

Kandungan Senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) di Teluk Jakarta

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Teluk Jakarta pada bulan Maret 2011. Contoh

air laut dan sedimen masing-masing diambil dengan ember stainless steel dan grab

sedimen pada 15 stasiun penelitian yang berada di daerah muara. Penetapan posisi

stasiun dilakukan dengan GPS, mengacu pada letak stasiun penelitian PAH pada

tahun 2003. Contoh air laut permukaan sebanyak 2 liter, dimasukkan ke dalam

botol kaca, disimpan dan diawetkan dalam ice box pada suhu 4 OC. Di

laboratorium, contoh disaring dengan kertas saring GFC (glass fiber type C)

ukuran 0,45 mikron. Filtrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam corong pemisah

untuk diekstrak dengan hexan p.a. dengan ulangan tiga kali masing-masing

Page 16: makalah kalut baru

dengan volume 100, 50, dan 5 ml. Selanjutnya filtrat dibersihkan dengan alumina

Sigma WB 5 Basic dan pemisahan fraksi non polar (F1) dan polar (F2) dengan

silica Merck 7754.

Contoh sedimen dimasukkan ke dalam botol kaca (yang sebelumnya

dicuci dengan deterjen teepol dan dikeringkan pada suhu 2000 C), kemudian

disimpan dan diawetkan dalam ice box pada suhu 4 oC. Di laboratorium, contoh

lumpur dikeringkan dalam oven dalam pada suhu 50 oC selama 24 jam,

selanjutnya diekstraksi dengan diklormetan selama 8 jam. Hasil ekstraksi dicuci

dengan bubuk alumina Sigma WB 5 Basic yang dilakukan dengan melewatkan

campuran 4% dietil eter dan n-hexan.

Kadar PAH dalam air laut dan sedimen diukur dengan kromatografi gas

(Gas Chromatography-Flame Ionization Detector) merek Hewlet Packard (HP)

5890 seri II yang dilengkapi dengan kolom kapiler (HPI). Panjang kolom 12

meter dan diameter 0,2 mm dan tebal film 0,33 μm. Hasil pengukuran dinyatakan

Page 17: makalah kalut baru

dalam ppb untuk air dan ppm untuk sedimen. Metode yang digunakan untuk

analisis air laut dan sedimen.

Sumber asal PAH di telusuri dengan menggunakan metode diagnose rasio.

Ada beberapa rasio senyawa PAH yang digunakan yaitu rasio

fenantrena/antrasena (D-1), fluorantena/pirena (D-2), indeno(123-cd)pirena/

(indeno (123-cd)pirena+ benzo(ghi)pirilena) (D-3), fluorantena/(fluorantena+

pirena) (D-4) , benzo(a) pirena / (benzo(a)pirena + krisena) (D-5), antrasena

/(antrasena + fenantrena) (D-6), antrasena/178 (D-7) dan benzo(a)antrasena/228

(D-8) (Tabel 1). Data dianalisis secara diskriptif analitis dengan membandingkan

dengan hasil penelitian yang lain dan baku mutu air laut dan sedimen.

Hasil Pembahasan

Air Laut

Hasil pengukuran kadar Total PAH dalam air laut di Teluk Jakarta disajikan pada

table berikut

Dari tabel tersebut dapat dilihat untuk kawasan barat (St 1, 2, 3 dan 4) kadar PAH

berkisar antara 201.57-474.68 ppb dengan total kadar 1404,68 ppb. Kadar

tertinggi dijumpai di Stasiun 2 dan terendah di Stasiun 3. Untuk kawasan tengah

(St 5, 6, 7, 8) kadar PAH berkisar antara 104.61-337.07 ppb dengan total kadar

825,63 ppb. Kadar tertinggi dijumpai di Stasiun 6 dan terendah di Stasiun 5.

Untuk kawasan timur (St 9, 10, 11 dan 12) kadar PAH berkisar 112.91-370.19

Page 18: makalah kalut baru

ppb dengan total kadar 806,73 ppb. Kadar tertinggi dijumpai di Stasiun 11 dan

terendah di Stasiun 9. Berdasarkan data di atas terlihat bahwa Stasiun 2 (kawasan

barat), Stasiun 6 (kawasan tengah), dan Stasiun 11 (kawasan timur) lebih banyak

menerima masukan limbah mengandung PAH, dibandingkan stasiun lain.

Berdasarkan kawasan, maka kawasan barat mempunyai kadar total PAH tertinggi

dibandingkan dengan tengah dan timur. Tingginya kandungan PAH di kawasan

barat ini, menunjukkan bahwa stasiun-stasiun yang berada di kawasan barat lebih

banyak menerima masukan limbah PAH baik yang berasal dari aktivitas di darat,

maupun di laut. Kadar PAH hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan

Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditetapkan oleh KMNLH (2004) untuk biota

Laut yakni 3 ppb.

Gambar. 1 Jumlah Jenis PAH di air laut Teluk Jakarta. Stasiun 1-4 (Barat), 5-8 (Tengah), 9-12 (Timur).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk kawasan barat kadar PAH

tertinggi dijumpai di Stasiun 2 yakni 474,68 ppb dengan jenis PAH sebanyak 11,

selanjutnya diikuti Stasiun 1 sebesar 377,99 ppb dengan jenis PAH sebanyak 8,

Stasiun 4 sebesar 350,52 ppb dengan jenis PAH sebanyak 14 jenis, dan Stasiun 3

sebesar 201,57 ppb dengan jumlah jenis PAH sebanyak 10 jenis.

Page 19: makalah kalut baru

Berdasarkan kadar PAH maka Stasiun 2 lebih tercemar dibandingkan

dengan stasiun yang lain, namun bila dilihat dari jumlah jenisnya PAH nya, maka

stasiun 4 memiliki jumlah jenis PAH terbanyak dibandingkan dengan yang lain.

Untuk kawasan tengah, kadar PAH tertinggi dijumpai di Stasiun 6 yakin

337,07 ppb dengan jumlah jenis PAH sebanyak 13 jenis,selanjutnya berturut-turut

diikuti oleh Stasiun 8 sebesar 214,17 ppb dengan jumlah jenis PAH sebanyak 10

jenis, Stasiun 7 sebesar 169,78 ppb dengan jumlah jenis PAH sebanyak 9 jenis,

dan Stasiun 5 sebesar 104,61 ppb dengan jumlah jenis PAH sebanyak 8 jenis.

Data ini menunjukkan bahwa Stasiun 6 baik berdasarkan kadar PAHnya maupun

jumlah jenis memiliki tingkat pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan

stasiun lain.

Untuk kawasan timur, kadar PAH tertinggi dijumpai di Stasiun 11 yakni

370,79 ppb dengan jenis PAH sebanyak 12 jenis (Gambar 2), selanjutnya diikuti

berturut-turut oleh Stasiun 12 sebesar 184,32 ppb dengan jenis PAH 9 jenis,

Stasiun 10 sebesar 138,71 ppb dengan 8 jenis PAH dan Stasiun 9 sebesar 112,91

ppb dengan 9 jenis PAH. Data menunjukkan bahwa Stasiun 11 kadar maupun

jenis PAH nya memiliki tingkat pencemaran yang lebih tinggi dibandingkan

dengan stasiun lain.

Secara keseluruhan di ketiga kawasan tersebut kadar PAH tertinggi (>300

ppb) dijumpai di Stasiun 2 yakni 474,68 ppb, Stasiun 1 yakni 377,99 ppb, Stasiun

11 yakni 370,79 ppb dan Stasiun 4 yakni 350,52 ppb), sedangkan jenis terbanyak

(>10 jenis) dijumpai di Stasiun 4 (14 jenis), Stasiun 6 (13 jenis), Stasiun 11 (12

jenis), dan Stasiun 2 (11 jenis).

Adanya perbedaan kadar PAH di setiap stasiun disebabkan oleh pengaruh

arus. Arah dan kecepatan arus yang selalu berubah menyebabkan pola penyebaran

Page 20: makalah kalut baru

PAH tidak merata di permukaan laut. PAH dalam air laut dapat berbentuk terlarut

ataupun partikel di kolom perairan. Kondisi ini memungkinkan PAH untuk

memiliki mobilisasi tinggi dan bisa terbawa ke tempat lain oleh arus.

Penyebab tingginya kadar PAH ini adalah limbah yang berasal dari

berbagai macam kegiatan yang terdapat di sekitar Jabodetabek. Limbah ini masuk

ke Teluk Jakarta melalui 13 aliran sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta, di

samping limbah yang berasal dari aktivitas perkapalan yang banyak terdapat di

Teluk Jakarta. Menurut Malik (2006), jumlah sampah yang masuk ke Teluk

Jakarta mencapai 144 ton per hari.

Kontaminasi PAH dalam suatu perairan dapat bersumber dari berbagai

aktivitas baik aktivitas alami (perembesan minyak, asap kebakaran hutan, letusan

gunung berapi) ataupun sumber antropogenik (kegiatan industri, transportasi dan

aktivitas rumah tangga). Molekul PAH dengan bobot molekul besar (PAH > 3

cincin benzene) biasanya berasal dari pembakaran tidak sempurna (pirogenik)

sedangkan PAH dengan bobot molekul kecil (PAH dengan 2-3 cincin benzene)

sangat dominan dalam produk petroleum (petrogenik).

Kandungan dan jenis PAH di suatu perairan sangat tergantung dari sumber

asal PAH tersebut. Hasil diagnosis rasio konsentrasi individu PAH menunjukkan

bahwa sumber PAH di Teluk Jakarta ini berasal dari berbagai sumber, antara lain

dari minyak bumi, pembakaran minyak bumi, pembakaran bahan organik,

campuran minyak dan pembakaran bahan organik. Rasio ini akan berbeda untuk

setiap stasiun penelitian. Stasiun 4 memiliki jumlah jenis PAH terbanyak

dibandingkan dengan stasiun lain. Diperkirakan stasiun 4 memiliki volume limbah

minyak bumi, bahan organik, dan campuran (minyak bumi dan bahan organik)

yang lebih tinggi dibandingkan stasiun lain. Kiranya hal inilah yang dapat

Page 21: makalah kalut baru

menjelaskan adanya perbedaan jumlah jenis PAH di setiap stasiun, namun untuk

memastikannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam.

Sedimen

Hasil pengukuran kadar PAH dalam sedimen di Teluk Jakarta disajikan pada

Tabel 2.

Dari tabel tersebut dapat dilihat untuk kawasan barat (St 1, 2, 3, 4) kadar

PAH berkisar antara 1.92-64.241 ppm dengan total kadar 107,931 ppm. Kadar

tertinggi dijumpai di Stasiun 1 dan terendah di Stasiun 3. Untuk kawasan tengah

(St 5, 6, 7, 8) kadar PAH berkisar antara16.14-77,71 ppm dengan total kadar PAH

170,61 ppm. Kadar tertinggi dijumpai di stasiun 5 dan terendah di Stasiun 7.

Untuk kawasan timur (Stasiun 9, 10, 11, 12) kadar PAH berkisar 8,72-115.39 ppm

dengan rerata total kadar 252,25 ppm. Kadar tertinggi dijumpai di Stasiun 12 dan

terendah di stasiun 10. Kadar PAH ini lebih tinggi dari nilai ambang batas untuk

kehidupan biota dalam sedimen yakni 45 ppm.

Data di atas menunjukkan bahwa Stasiun 1, 5, dan 12 memiliki tingkat

pencemaran PAH lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lain, dengan kata lain

bahwa sedimen di ketiga stasiun tersebut lebih banyak mengakumulasi PAH

dibandingkan dengan stasiun lain. Bila dilihat untuk setiap kawasan, maka

kawasan timur memiliki kadar total PAH tertinggi selanjutnya diikuti oleh

Page 22: makalah kalut baru

kawasan tengah dan barat. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan timur lebih

tercemar dibandingkan dengan kawasan lain. Tingginya akumulasi PAH di

Stasiun 1, 5, dan 12, ada kaitannya dengan komposisi sedimen. Sedimen yang

berupa lumpur dengan kandungan bahan organik yang tinggi akan menyerap PAH

lebih banyak dibandingkan dengan sedimen dengan tekstur pasir.

Seperti dalam air laut, kadar PAH yang tinggi dalam sedimen

menunjukkan adanya akumulasi PAH dalam sedimen. PAH ini selanjutnya akan

terakumulasi dalam tubuh biota yang hidup dan mencari makan di dasar perairan

(jenis kekerangan). Bila biota ini dimakan oleh manusia akan menimbulkan

gangguan terhadap kesehatan. Adanya akumulasi PAH dalam sedimen ini

menyebabkan

Gambar 2. Jumlah jenis PAH di sedimen Teluk Jakarta. Stasiun 1-4 (Barat), 5-8 (Tengah), 9-12 (Timur)

Dari Tabel 2 dapat dilihat untuk kawasan barat kadar PAH tertinggi

dijumpai di Stasiun 1 yakni 64,241 ppm, berturut-turut diikuti oleh Stasiun 2, 4

dan 3, yang kadar PAH nya berturut-turut adalah 27,92 ppm, 13,85 ppm dan 1,92

ppm. Data ini menunjukkan bahwa sedimen di Stasiun 1 lebih banyak

mengakumulasi senyawa PAH dibandingkan dengan stasiun lain, sedangkan

Page 23: makalah kalut baru

untuk jenis PAH, jenis terbanyak dijumpai di Stasiun 1 yakni 12 jenis, Stasiun 4

sebanyak 11 jenis, Stasiun 2 sebanyak 8 jenis dan Stasiun 3 sebanyak 4 jenis.

Untuk kawasan tengah, kadar PAH tertinggi dijumpai di Stasiun 5 yakni

77,71 ppm, selanjutnya berturut-turut di Stasiun 8 sebesar 39,54 ppm, Stasiun 6

sebesar 37,22 ppm, dan Stasiun 7 sebesar 16,14 ppm (Tabel 2). Data

menunjukkan bahwa sedimen di Stasiun 5 lebih banyak mengakumulasi senyawa

PAH dibandingkan yang lain, sedangkan berdasarkan jenis PAH, jenis PAH

terbanyak dijumpai di stasiun 5 sebanyak 12 jenis, Stasiun 13 sebanyak 6 jenis,

Stasiun 8 sebanyak 11 jenis dan Stasiun 7 sebanyak 9 jenis (Gambar 2).

Untuk kawasan timur, kadar PAH tertinggi di statiun 12 yakni 115,39

ppm, selanjutnya berturut-turut diikuti oleh stasiun 9 sebesar 84,04 ppm, Stasiun

11 sebesar 44,10 ppm dan stasiun 10 sebesar 8,72 ppm (Tabel 2). Data ini

menunjukkan bahwa sedimen di Stasiun 12 lebih banyak mengakumulasi senyawa

PAH dibandingkan yang lain, sedangkan berdasarkan jenis PAH, terbanyak

dijumpai di stasiun 9 sebanyak 15 jenis, Stasiun 12 sebanyak 14 jenis, Stasiun 11

sebanyak 11 jenis, dan Stasiun 10 sebanyak 9 jenis (Gambar 2). Secara

keseluruhan di ketiga kawasan tersebut, kadar PAH tertinggi (>50 ppm) dijumpai

di Stasiun 12 sebesar 115,39 ppm, selanjutnya Stasiun 9 sebesar 84,04 ppm,

Stasiun 1 sebesar 64,241 ppm, sedangkan untuk jenis PAH tertinggi (>10 jenis)

dijumpai di Stasiun 9 yakni 15 jenis, Stasiun 12 sebanyak 14 jenis, Stasiun 1, 5, 6

masing-masing 12 jenis, Stasiun 4, 8, 11 masing-masing 11 jenis.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa secara keseluruhan kadar PAH

air laut di wilayah muara Teluk Jakarta telah melewati nilai ambang batas yang

ditetapkan oleh KMNLH (2004) untuk kepentingan biota laut yakni 0,003 ppm

Page 24: makalah kalut baru

atau 3 ppb, hal yang sama juga dijumpai untuk sedimen, kadar PAH dalam

sedimen yang dapat menimbulkan efek negatif terhadap biota laut adalah 45 ppm

(Simpson et al., 2005). Chen dan White, (2004) melaporkan adanya korelasi

positif antara mutagenisitas dan pencemaran PAH pada biota laut. Sedimen yang

mengandung konsentrasi tinggi dari PAH (>10 ppm) bersifat mutagenik dengan

aktivitas mutagenik utama berhubungan dengan benzo, pyrene.

Kesimpulan

Kadar PAH di Teluk Jakarta baik dalam air laut maupun sedimen relatif

tinggi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perairan Teluk Jakarta telah

tercemar oleh senyawa PAH. PAH yang terdapat dalam air laut dan sedimen di

Teluk Jakarta Berasal dari berbagai sumber yakni minyak bumi, pembakaran

minyak bumi, dan pembakaran senyawa organik.

Page 25: makalah kalut baru

Bab III

Penutup

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa

1. Pestisida organoklorida adalah Senyawa pestisida organoklorin merupakan

senyawa organik sangat sukar terurai dan di alam racunnya bersifat

akumulatif.

PAH (Polisiklik Aromatik Hidrokarbon) merupakan senyawa organik

mikro-polutan yang memiliki cincin benzena sebanyak 2 atau lebih

sebagai hasil fusi unsur karbon. Bersifat toksik dan karsinogen terhadap

makhluk hidup.

2. Pestisida organoklorin dan Polisiklik aromatic hidrokarbon melebihi

ambang batas di perairan dapat menyebabkan perairan tersebut tercemar

dan dapat mengakibatkan senyawa tersebut masuk terakumulasi dalam

biota laut yang jika di konsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan

kanker dan bersifat toksik.

3. Analisis pestisida orgaoklorin dan polisiklik aromatic hidrokarbon dapat di

analisis berdasarkan air lautnya, sedimen serta biota laut.

Page 26: makalah kalut baru

Daftar Pustaka

Ahmad, F., 2012, Kandungan Senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) di Teluk Jakarta, Jurnal Ilmu Kelautan, 17 (4): 199-208.

Melawaty, L., Noor, A., Liong, S., 2002, Profil Hidrokarbon Aromatik Berdasarkan Kedalaman Sedimenpantai Pulau Lumu-Lumu, Kepulauan Spermonde, Marina Chimica Acta, 1 (1) :1-5.