makalah jadi ger seminar 1

Upload: devia-suciyanti

Post on 18-Oct-2015

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

qwwewrwr

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Penduduk Indonesia saat ini berjumlah 225 juta jiwa, 7,6% di antaranya yaitu sebesar 17.100.000 jiwa, berusia lanjut (WHO, 2002) dan diperkirakan pada 2015 jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia akan sama dengan jumlah golongan anak bawah lima tahun ( balita ). Yang digolongkan sebagai usia lanjut di Indonesia adalah usia di atas 60 tahun, sedangkan menurut WHO adalah usia di atas 65 tahun. Laju pertambahan penduduk usia lanjut di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia sebesar 414 % dan diperkirakan pada 2025 jumlah penduduk usia lanjut Indonesia sebesar 13,1 % dari jumlah penduduk Indonesia sendiri. Pada tahun 2002, Indonesia mempunyai angka harapan hidup sehat sebesar 64 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk wanita. Besarnya jumlah penduduk usia lanjut jelas membawa masalah yang sangat besar bagi individu lanjut usia tersebut, keluarga,masyarakat,dan negara. Salah satu masalah yang terpenting adalah dari segi kesehatan yang mengalami banyak perubahan disebabkan timbulnya berbagai penyakit dan menurunnya kapasitas cadangan faal tubuh seiring proses menua yang dialami lanjut usia.Berbagai penyakit atau masalah kesehatan tersebut dapat berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian penduduk. Tujuan utama pelayanan kesehatan usia lanjut adalah mempertahankan kualitas hidup sehingga seseorang dapat menjalani kehidupan di usia lanjut dengan bahagia dan sejahtera. Kualitas hidup yang baik akan menjadikan seorang usia lanjut tetap dapat menjalankan aktivitas hidup sehari secara normal baik dari segi fisik, kejiwaan/ mental, sosial, dan spritual. Mempertahankan kualitas hidup terutama ditujukan dari segi aspek pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kualitas kesehatan (promotif) selain pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Aspek preventif dan promotif mempunyai peranan yang sangat besar di dalam mempertahankan kualitas hidup seorang usia lanjut. Upaya promosi dan prevensi khususnya ditujukan pada individu yang berada pada usia pertengahan (middle adult) agar mereka kelak mampu menjalani masa usia lanjut dengan sehat, bahagia dan mandiri selama mungkin.

BAB IILAPORAN KASUS

SESI 1 Pak Amin umur 67 tahun adalah seorang pensiunan (PNS) Dosen, tetapi masih memberi kuliah pada Perguruan Tinggi Swasta sebagai Dosen tidak tetap, masih sehat dan bugar belum ada masalah dengan kesehatan baik fisik, mental dan kesejahteraan. Pak Amin umur 67 tahun, tinggi badan 165 cm, indeks massa tubuh (IMT) 22 Kg/m2, asupan makanan sesuai dengan gizi seimbang. SESI 2Pak Amin tinggal di Jakarta bersama isterinya, rajin beribadah dan ikut pengajian, mempunyai 3 anak, sudah berkeluarga, tinggal dirumah masing-masing mempunyai 4 cucu. Agar tidak kesepian, satu orang cucunya yang lucu tinggal bersama pak Amin. Daya ingat pak Amin masih kuat, sehat, tidak merokok dan tidak minum alkohol, ikut program Puskesmas Santun Lansia / Posyandu Lansia Cilandak Jakarta Selatan, binaan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) FK Trisakti. Pak Amin punya seorang adik laki-laki, pak Ali umur 65 tahun, yang tinggal bersama anaknya di Tangerang. Pak Ali pada usia produktif bekerja wiraswasta, sekarang tidak bekerja. Pak Ali tinggi badan 162cm, IMT (Indeks Masa Tubuh) 26 kg/m2, masih merokok, sejak 5 tahun yang lalu sudah berhenti minum alkohol, terlihat lebih tua dari pak Amin, daya ingat menurun dan tidak berperilaku aneh.Pak Amin dan pak Ali jarang bertemu. Bertemunya hanya waktu lebaran dan bila ada acara keluarga. Pak Amin menasehati adiknya yang daya ingatnya mulai menurun dan sakit-sakitan, agar memperhatikan makanannya, tidak merokok dan ikut program Puskesmas Santun Lansia/Posyandu Lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, kesejahteraan sosial, peningkatan kualitas hidup dan fasilitas khusus lainnya bagi lansia.

BAB IIIPEMBAHASAN

Identitas Pasien (I)Nama: Tn. AminJ. kelamin : laki - lakiUmur: 67 TahunBangsa / suku: -Agama: islamPendidikan : -Pekerjaan : dosen tidak tetap di sebuah Perguruan Tinggi SwastaStatus pernikahan: sudah menikahAlamat : JakartaKeluhan utama: -Riwayat penyakit sekarang : -Riwayat penyakit dahulu: -Riwayat pengobatan : -Riwayat Kehidupan Pribadi: Tn. Amin seorang pensiunan, tetapi masi bekerja sebagai dosen tidak tetap di Perguruan Tinggi Swasta. Tinggal bersama istri dan seorang cucu. Tn Amin memilik 3 orang anak yang masing masing sudah menikah dan tinggal di rumah masing masing. Mempunyai seorang adik bernama Tn. Ali Tn. Amin rajin mengikuti pengajian Tidak mempunyai kebiasaan merokok dan tidak minum alcohol. Mengikuti program puskesmas santun lansia / posyandu lansia.Riwayat Pendidikan: -Riwayat Sosial Ekonomi: -Riwayat penyakit keluarga : -

Adapun anamnesis tambahan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, dikarenakan pasien datang saat ini tanpa keluhan apapun, yang bisa ditanyakan adalah riwayat-riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan, dan riwayat kebiasaan serta sosio-ekonomi. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pasien pernah mengalami penyakit infeksi? Apakah pasien pernah mengalami trauma? Apakah pasien memiliki riwayat neoplasma? Riwayat Penyakit Keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi dan Diabetes mellitus? Apakah ada anggota keluarga yang menderita keganasan/neoplasma? Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit lain? Riwayat Pengobatan Obat apa saja yang sedang/pernah dikonsumsi oleh pasien dan apa indikasinya? Riwayat Kebiasaan Bagaimana pola makan pasien sehari-hari? Bagaimana pola tidur pasien? Bagaimana aktivitas sehari-hari pasien? Bagaimana pekerjaan sehari-hari pasien? Riwayat Sosial dan Ekonomi Bagaimana lingkungan sekitar pasien? Apakah pasien masih bekerja untuk mencukupi kehidupan keluarganya?

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa Tuan Amin berumur 67 tahun, dikarenakan pasien tinggal di Negara berkembang maka pasien termasuk dalam golongan Lansia karena umur pasien yang lebih dari 60 tahun. Tn. Amin adalah seorang pensiunan (PNS) dosen, akan tetapi masih memberi kuliah pada Perguruan Tinggi Swasta sebagai dosen tidak tetap, dari data yang didapat pasien masih mengasah kemampuan kognitifnya dengan cara memberi kuliah, hal ini merupakan faktor positif untuk mencegah penuaan yaitu karena pasien merasa puas dengan pekerjaannya. Tn. Amin seorang pensiunan dosen akan tetapi pasien tidak kehilangan peran dalam masyarakat karena pasien tetap bekerja sebagai dosen tidak tetap, sehingga pasien tetap berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini juga menyebabkan, Tn. Amin tidak kehilangan harga dirinya serta memproleh aktualisasi diri yang baik dan memuaskan. Dengan tetap bekerja pun, kebutuhan ekonomi pasien akan tetap tercukupi. Tn. Amin tinggal bersama isterinya, dalam hal ini pasien memiliki seseorang yang bisa menjaga, merawat, dan mengawasi pola makan dan kegiatan sehari-hari pasien dengan teratur. Pasien memiliki tiga anak yang sudah berkeluarga dan tinggal di rumah masing-masing, pasien memiliki empat orang cucu. Agar tidak kesepian, satu orang cucunya yang lucu tinggal bersama pasien. Dari data yang didapatkan kehangatan keluarga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan cinta dan kasih sayang menurut teori dari Abraham Maslow, seorang cucu yang tinggal bersama pasien dapat membuat pasien mudah tertawa dan merasa bahagia hal ini merupakan faktor-faktor positif yang dapat menghambat penuaan pasien.Daya ingat pasien masih kuat, sehat, tidak merokok dan tidak minum alcohol, ikut program Puskesmas Santun Lansia/Posyandu Lansia, dan binaan Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Trisakti. Daya ingat pasien belum mengalami penurunan atau yang disebut early dementia dikarenakan gaya hidup pasien yang sehat serta kemampuan berpikir pasien yang terus digunakan saat menjadi dosen tidak tetap di PT Swasta. Yang mungkin akan terjadi pada Tn. Amin nantinya hanyalah suatu proses fisiologis yang disebut sebagai Benign Senescent Forgetfulness atau Age-Related Memory Loss, yaitu suatu penurunan memori yang memang dikarenakan faktor usia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena pada semua proses penuaan pasti ditemukan adanya penurunan fungsi, hanya saja selama penurunan tersebut tidak melewati batas ambang maka proses penuaan tersebut adalah normal (Teori Threshold). Pasien juga rutin mengikuti program-program bagi Lansia, program tersebut penting bagi Lansia karena program tersebut memiliki tujuan untuk mendukung kualitas hidup dan kemandirian Lansia yang mengutamakan aspek promotif, preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif.Asupan makanan pasien sesuai dengan asupan gizi seimbang, pasien telah menjalankan program hidup sehat, dengan asupan gizi yang terpenuhi untuk tubuh serta dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit degeneratif akibat pola hidup tak sehat. Pemeriksaan Fisik Tn. AminStatus Generalis Keadaan Umum :

1. Tingkat kesadaranKesadaran pasien masih baik ( compos mentis ).2. Kesan SakitPasien tidak menunjukkan kesan tanda sakit.3. Status AntropometriDiketahui Tinggi badan pasien 165 cm dengan Indeks Masa Tubuh (IMT)/BMI 22kg/m, sehingga berat badan pasien adalah 59,895 kg.Rumus BMI= berat badan (kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter)= satuannyakg/ m.Kriteria BMI menurut ASIA Pacific :Indeks BMIKATEGORI

< 18,5Under weight (berat badan kurang)

18,5 22,9Normal

23 24,9Overweight (berat badan berlebih )

25 29,9Obese class I

>30Obese class II

Pemeriksaan tanda vital dan status lokalis pada Tn. Amin tidak dilakukan.Pada pemeriksaan tanda vital dalam hal pengukuran tekanan darah dilakukan dalam tiga keadaan, yaitu dalam keadaan berbaring, duduk, dan berdiri dan masing-masing berselang 2 menit, hal ini dilakukan untuk mengetahui adakah kemungkinan terjadinya hipotensi orthostatic.Dari status antropometri pasien, diketahui BMI pasien 22kg/m menurut Asia Pacific termasuk dalam kategori normal, hal ini terjadi karena pasien menjalani pola hidup seimbang dengan menjaga pola makan dengan asupan gizi seimbang.Rencana terapiPerhitungan kebutuhan gizi Tn. Amin :Berat badan : 60 kgTinggi Badan: 165 cmBMI: BB (kg)/ TB2(m): 60 (kg)/ 1,652 (m): 22 kg/m2Berat badan ideal : Sesuai rumus brocca:BB ideal (kg) = (TB cm 100) ((TB-100) x 10 %) = (165-100) (65 x 10 %) = 58,5 kgKebutuhan Energi/ BMR : 1. Sesuai cara cepat :BMR untuk laki-laki = 30x kg BB ideal = 30 x 58,5 = 1755 kkalKarena beraktivitas sedang = BMR x 1,75 =1755 x 1,75 = 3071, 25 kkalMaka kebutuhan kalori untuk :1. Karbohidrat: 60 % x 3071, 25 = 1842, 75 kkal2. protein: 15 % x 3071, 25 = 460, 68 kkal3. Lemak : 25 % x 3071, 25 = 767,81 kkal 2. Sesuai cara FAO/ WHO (yang dikaitkan dengan umur dari pasien):BMR untuk laki-laki dengan umur lebih dari 60 tahun = (13,5x kg BB ideal) + 487 = 789,75 + 487 = 1276,75 kkalKarena beraktivitas sedang = BMR x 1,75 =1276, 75 x 1,75 = 2234,31 kkalMaka kebutuhan kalori untuk :1. Karbohidrat: 60 % x 2234,31 = 1340,6 kkal2. protein: 15 % x 2234,31 = 357, 5 kkal3. Lemak : 25 % x 2234,31 = 558,6 kkalKomunikasi, Edukasi, dan Informasi Meksipun proses penuaan pada Pak Amin termasuk di dalam proses penuaan yang active aging, namun tetap harus diberikan beberapa edukasi dan informasi dengan komunikasi serta penyampaian yang baik. Edukasi dan informasi yang dapat diberikan, antara lain adalah sbb : Diedukasikan kepada Pak Amin tetap melakukan aktifitas meskipun nantinya seiring dengan waktu akan banyak terjadi penurunan fungsi tubuh sehingga aktifitas yang dapat dilakukan akan berkurang; Untuk mencegah kepikunan maka harus diedukasikan kepada Pak Amin agar tetap memberikan stimulasi pada otaknya, dengan cara banyak membaca, bisa dengan bermain catur, ataupun mengisi TTS; Edukasikan juga mengenai kerentanan para lanjut usia untuk jatuh dan bagaimana cara-cara saat terjadinya jatuh; Informasikan beberapa hal mengenai pencegahan jatuh, yakni penyesuaian lingkungan terhadap para lansia (dapat diedukasikan pada Pak Amin ataupun keluarga), misalnya mengubah lantai yang licin, memperbaiki penerangan yang remang, atau menambahkan pegangan pada toilet; Edukasikan juga untuk banyak mengonsumsi vitamin dan sayur untuk memperlambat proses penuaan, yaitu dengan cara mengonsumsi banyak antioksidan; Berikan pula motivasi untuk Pak Amin, berupa dorongan untuk mempertahankan hidup sehat, dorongan dalam menghadapi stressor baik fisik maupun psikis dan spiritual, dan jangan segan untuk memberikan reward atau penghargaan atas usaha menjadi lansia yang aktif, yaitu berupa pujian dan sanjungan yang akan lebih memberikan kepercayaan diri.

Prognosis Ad Vitam: ad bonam Ad Fungtionam: ad bonam Ad Sanationam: - Secara keseluruhan, melihat dari cara hidup Pak Amin yang baik, kebutuhan fisiologis yang terpenuhi, kesejahteraan dan kebutuhan cinta yang terpenuhi, serta harga diri dan aktualisasi diri yang terpelihara dengan baik, maka prognosisnya baik. Ke depannya, penyakit-penyakit degeneratif yang terjadi pun akan lebih minimal dengan adanya kesadaran diri dari Pak Amin sendiri. Identitas Pasien (II)Nama: Tn. AliJ. kelamin : laki - lakiUmur: 65 TahunBangsa / suku: -Agama: IslamPendidikan : -Pekerjaan : tidak bekerjaStatus pernikahan: sudah menikahAlamat : TangerangKeluhan utama: -Riwayat penyakit sekarang : Terlihat lebih tua dari kakaknya (Tn. Amin) walaupun secara usia Tn. Ali lebih muda 2 tahun. Daya ingat mulai menurun.Riwayat penyakit dahulu: -Riwayat pengobatan : -Riwayat Kehidupan Pribadi: Tinggal bersama anaknya di Tangerang. Memiliki seorang kakak (P. Amin). Sekarang sudah tidak bekerja lagi, dulu sebagai wiraswasta. Memiliki riwayat sebagai peminum alcohol tetapi sudah berhenti sejak 5 tahun yang lalu. Memiliki kebiasaan merokok.Riwayat Pendidikan: -Riwayat Sosial Ekonomi: -Riwayat penyakit keluarga : -Adapun anamnesis tambahan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, yang bisa ditanyakan adalah riwayat-riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan, dan riwayat kebiasaan serta sosio-ekonomi. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak kapan mengalami penurunan daya ingat? Bagaimana sifat dan onset terjadinya penurunan daya ingat? Adakah gejala yang mengawali terjadinya penurunan daya ingat? Apakah disertai keluhan-keluhan lain? Riwayat Penyakit Dahulu Apakah ada anggota keluarga yang menderita hipertensi dan Diabetes mellitus? Apakah ada anggota keluarga yang menderita keganasan/neoplasma? Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit lain? Riwayat Pengobatan Obat apa saja yang sedang/pernah dikonsumsi oleh pasien dan apa indikasinya? Riwayat Kebiasaan Bagaimana pola makan pasien sehari-hari? Bagaimana pola tidur pasien? Apakah pasien memiliki kebiasaan mengonsumsi rokok dan alkohol? Bagaimana aktivitas sehari-hari pasien? Bagaimana pekerjaan sehari-hari pasien? Riwayat Sosial dan Ekonomi Bagaimana lingkungan sekitar pasien? Apakah pasien tinggal bersama keluarga lengkap? (istri, anak, cucu) Apakah pasien memiliki seseorang yang bisa merawat dan mendampinginya? Apakah pasien masih bekerja untuk mencukupi kehidupan keluarganya? Apakah pasien senang dengan pekerjaannya? Apakah pasien mengikuti program-program yang diperuntukkan untuk Lansia?Dari data yang didapatkan Tuan Ali berusia 65 tahun dan termasuk golongan Lansia, pasien tinggal bersama anaknya, dari data ini disimpulkan pasien tidak lagi tinggal bersama istrinya atau telah ditinggal mati istrinya, hal ini merupakan faktor negative yang dapat mempercepat penuaan pada pasien karena diduga pasien mengalami kesepian dan tidak ada yang menjaga dan mengawasi pasien dengan baik. Dari data ini juga, kita tidak mengetahui bagaimana peran anak pasien dalam menjaga pasien, apakah semua kebutuhan pasien terpenuhi dengan baik dan apakah anak pasien memiliki banyak waktu luang untuk memperhatikan aktivitas dan pola makan sehari-hari pasien. Pasien pada usia produktif bekerja wiraswasta, sekarang tidak bekerja. Dari data ini, pasien telah kehilangan peran dalam masyarakat karena pasien tidak lagi berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Selain itu, aktualisasi diri pasien juga berkurang atau tidak ada sama sekali. Hal ini akan menyebabkan dari segi ekonomi, pasie sudah tidak bisa menghasilkan apa-apa sehingga pasien akan bergantung penuh pada anaknya dan ini akan membuat harga diri pasien turun. Kondisi ini akan mempercepat terjadinya penyakit psikologis, seperti stress dan depresi yang nantinya akan lebih mempersulit kehidupan pasien maupun keluarga. Pasien masih merokok, sejak 5 tahun yang lalu sudah berhenti minum alcohol, terlihat lebih tua dari kakaknya ( Tuan Amin ), daya ingat menurun. Dari data yang didapat pasien masih merokok dan pernah mengonsumsi alcohol, hal ini yang menyebabkan percepatan dalam proses degenerative yaitu dementia karena alcohol yang menyebabkan defisiensi dari tiamin serta rokok yang menghambat ikatan antara oksigen dan darah karena ikatan antara carbonmonoksida dan darah yang begitu kuat sehingga darah yang dibutuhkan otak berkurang, hal inilah yang menyebabkan penurunan daya ingat. Pasien terlihat lebih tua dari kakaknya karena pasien yang merasa dirinya sudah tua secara usia psikologis disamping faktor-faktor negative yang ditemukan pada pasien yang mempercepat terjadinya penuaan pada pasien.Pemeriksaan Fisik Tn. Ali Status Generalis Keadaan Umum

1. Tingkat kesadaranKesadaran pasien masih baik ( compos mentis ).2. Kesan SakitPasien tidak menunjukkan kesan tanda sakit.3. Status AntropometriDiketahui Tinggi badan pasien 162 cm dengan Indeks Masa Tubuh (IMT)/BMI 26 kg/m, sehingga berat badan pasien adalah 68,2344 kg.Rumus BMI= berat badan (kilo gram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter)= satuannyakg/ m.Kriteria BMI menurut ASIA Pacific :Indeks BMIKATEGORI

< 18,5Under weight (berat badan kurang)

18,5 22,9Normal

23 24,9Overweight (berat badan berlebih )

25 29,9Obese class I

>30Obese class II

Pemeriksaan Tanda Vital dan Status Lokalis tidak dilakukan.Dari status antropometri didapatkan BMI pasien adalah 26 kg/m, menurut Asia Pacific termasuk dalam kategori obesitas kelas 1, hal ini terjadi karena pasien tidak menjalani pola hidup seimbang, didukung dengan kebiasaan pasien mengonsumsi rokok serta pasien pernah mengonsumsi alkohol sebelumnya.Pemeriksaan tambahan untuk Tn. Ali : Pemeriksaan Fisik Tanda vitalPada pasien geriartri sangat penting untuk mengecek tanda vital untuk mengontol proses degenerasi yang sudah terjadi pada Tn. Ali Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah lengkapUntuk mengetahui apakah ada penyakit penyerta pada Tn. Ali seperti anemia dengan melihat Hb nya, ataukah mempunyai penyakit kronis dengan melihat LED nya, dll. Tapi pada pasien geriartri tidak semua manifestasi klinis pada dewasa muda sama terjadi, sehingga membutuhkan pemeriksaan yang lebih mendetail. Pemeriksaan fungsi hatiDilakukan untuk mengetahui apakah ada dampak konsumsi alkohol pada 5 tahun yang lalu dan untuk melihat fungsi hatinya sendiri apakah sudah mengalami penurunan karena proses degenerasi, hati juga sangat berpengaruh dalam treatment yaitu untuk memetabolisir obat. Pemeriksaan fungsi ginjalDilakukan untuk mengetahui apakah ada dampak konsumsi alkohol pada 5 tahun yang lalu dan untuk melihat fungsi ginjalnya sendiri apakah sudah mengalami penurunan karena proses degenerasi, ginjal juga sangat berpengaruh dalam treatment yaitu untuk mengekskresi obat. Profil lipidKarena Tn. Ali masuk kriteria obese Asia Pasifik. Pemeriksaan penunjang Foto thoraksUntuk melihat bagaimana efek pada Tn. Ali yang perokok aktif mempengaruhi paru-parunya atau jantungnya, ataukah ada penyakit penyerta lain yang biasanya pada pasien geriartri banyak dijumpai penyakit(multipatologi).Rencana terapi :Perhitungan kebutuhan gizi untuk bapak Ali :Berat badan : 68 kgTinggi Badan: 162 cmBMI: BB (kg)/ TB2(m): 68 (kg)/ 1,622 (m): 26 kg/m2 termasuk Obesitas grade 1 (Asia Paasific)Berat badan ideal : Sesuai rumus brocca:BB ideal (kg) = (TB cm 100) ((TB-100) x 10 %) = (162-100) (62 x 10 %) = 55,8 kgKebutuhan Energi/ BMR : 1. Sesuai cara cepat :BMR untuk laki-laki = 30x kg BB ideal = 30 x 55,8 = 1674 kkalKarena beraktivitas sangat ringan = BMR x 1,3 = 1674 x 1,3 = 2176, 2 kkalKarena Obesitas = 2176, 2 500 = 1676, 2 kkalMaka kebutuhan kalori untuk :1. Karbohidrat: 60 % x 1676, 2 = 1005, 72 kkal2. protein: 15 % x 1676, 2 = 251,43 kkal3. Lemak : 25 % x 1676, 2 = 419, 05 kkal 2. Sesuai cara FAO/ WHO (yang dikaitkan dengan umur dari pasien):BMR untuk laki-laki dengan umur lebih dari 60 tahun = (13,5x kg BB ideal) + 487 = 753,3 + 487 = 1240,3 kkalKarena beraktivitas sangat ringan = BMR x 1,3 =1240, 3 x 1,3 = 1612, 39 kkalMaka kebutuhan kalori untuk :1. Karbohidrat: 60 % x 1612, 39 = 967, 43 kkal2. protein: 15 % x 1612, 39 = 241, 86 kkal3. Lemak : 25 % x 1612, 39 = 403, 1 kkal

Komunikasi, Edukasi, dan Informasi Harus diedukasikan mengenai penyakit apa saja yang akan terjadi pada dirinya dengan berbagai faktor resiko yang ada, seperti merokok, riwayat alkoholism, obesitas, dan tidak memiliki kegiatan; Informasi dan edukasikan cara-cara untuk hidup sehat, dimulai dari pola makan, kegiatan fisik (olahraga), sampai denga pengubahan pola kehidupan sehari-hari; Edukasikan pula mengenai bentuk penyakit degeneratif yang tetap akan terjadi meskipun sudah menjaga kesehatan, namun penyakit-penyakit ini akan jauh terminimalisir dengan gaya hidup sehat; Edukasikan mengenai pola gizi seimbang (kepada Pak Ali dan juga anaknya sebagai provider care/pengasuh); Berikan dorongan kepada pasien agar pasien tidak sampai terjerumus ke dalam depresi serta edukasikan kepada keluarga pasien tentang kebutuhan cinta. Komplikasi Penyakit Mengingat adanya beberapa faktor risiko yang terdapat pada Tn. Ali maka bisa terjadi beberapa komplikasi dalam segi fisik maupun psikis. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi : Penurunan fungsi kognitif yang ditandai dengan adanya gangguan memori pada Tn. Ali merupakan suatu peralihan dari kondisi normal (fisiologis) menuju ke keadaan dementia, yaitu Mild Cognitive Impairment (Gangguan Kognitif Ringan). Namun bisa juga kondisi Tn. Ali ini sudah masuk ke dalam suatu early dementia. Untuk itu diperlukan pemeriksaan lanjutan yang lebih teliti; Adanya kemungkinan mengidap penyakit paru kronis yang disebabkan oleh karena kebiasaan Tn. Ali merokok; Adanya kemungkinan terjadinya pseudodementia of depresion karena melihat dari hubungan keluarga pasien dan provider care yang tidak memperhatikan seutuhnya mengenai kesehatan pasien serta peran sosial pasien yang kurang sehingga gampang menyebabkan pasien jatuh dalam keadaan depresi; Penyakit metabolik, seperti DM yang diakibatkan oleh kondisi obesitas; Atherosklerosis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Prognosis Ad Vitam: ad bonam Ad Fungtionam: dubia ad bonam Ad Sanationam: - Secara keseluruhan, dari faktor resiko yang didapatkan pada Pak Ali, maka prognosisnya akan lebih buruk dibandingkan dengan Pak Amin. Namun, jika cepat ditangani dan penanganannya baik, maka proses penuaan dan perjalanan penyakit degeneratif yang diperkirakan dapat dialami oleh Pak Ali dapat dihambat sehingga meskipun hasilnya tidak akan sebaik pada Pak Amin, namun setidaknya masih dapat diarahkan untuk menjadi lansia yang aktif.

BAB IVTINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Usia Lanjut1 Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :a) Kelompok lansia dini (55 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.b) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).c) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun lanjut usia tua (old) 75 90 tahun Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.22. Definisi Sehat Sehat adalah suatu keadaan sejahtera jiwa dan raga juga sosialnya. Sehat adalah suatu hadiah dari menjalankan hidup sehat. Oleh karena itu jika ingin terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup sehat.1Tujuan hidup manusia ialah menjadi tua tetapi tetap sehat (healthy aging) yang artinya menjadi tua dalam keadaan sehat. Takemi yang pertama kali menyatakan gerontology is concerned primarily with problem of healthy aging rather than the prevention of aging. Healthy aging itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : Endogenic aging : yang dimulai dari celluler aging, lewat tissue dan anatomical aging ke arah proses menuanya organ tubuh. Proses ini seperti jam yang terus berputar. Exogenic factor : dapat dibagi menjadi sebab lingkungan dimana seseorang itu hidup dan gaya hidup dari orang tersebut. Faktor exogenic aging sekarang lebih dikenal dengan faktor resiko.33. Sejarah4 Abad ke-19, dalam sejarah ilmu kedokteran merupakan abad evolusionisme dan elektisme yang akan diisi dengan perkembangan sitologi, eksperimen fisiologis dan integrasi patologi anatomi kea rah kedokteran modern. Peneliti menggunakan suatu ilmu yang berdasarkan atas objektivitas dan penyelidikan. Penemuan peralatan seperti mikroskop, spektroskop, kimograf, EKG, X-ray, ikut mendukung ilmu kedokteran.Periode Keemasan Dalam GeriatriPra WAA II World Assembly Ageing (1982)Sejak PBB menggelar World Assembly on Ageing pada tahun 1982 di Wina dan mengingatkan semua Negara bahwa masalah lanjut usia akan menjadi masalah besar, beberapa peserta yang berasal dari Indonesia telah mengambil prakarsa di bidang ini dan sesampainya di Indonesia mulai menyebarkan informasi seluas mungkin seputar permasalahan lanjut usia.

Terbentuknya PERGERI (1984)Diakui sebagai satu-satunya organisasi yang mewakili Indonesia dalam International Association of Gerontology/IAG, para pakar dapat menemukan wadah dalam menyalurkan pendapat dan aspirasinya. PERGERI juga diakui sebagai anggota Forum Organisasi Profesi di Indonesia/FOPI. Demikian pula di tingkat regional, UN-ESCAP (United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific) perwakilan PBB untuk region Asia Pasifik.

Pencanangan Hari Lanjut Usia Nasional (1996)Menghasilkan beberapa butir kesepakatan, antara lain:1. Agar Indonesia memiliki kerja/team-work yang secara konsisten memikirkan masalah kesejahteraan lanjut usia di Indonesia2. Agar Indonesia juga memutuskan ditentukannya Hari Lanjut Usia Nasional, yang tanggal-tanggalnya sudah disesuaikan pada pemerintah sebagai alternative3. Agar Indonesia juga setiap tahun dapat menyelenggarakan kegiatan yang dapat dikoordinasikan dengan departemen terkait secara bergilir, dan mempuntai tema khusus bagi lanjut usia di IndonesiaMelalui Surat Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat No. 15/KEP/MENKO/KESRA/IX/1994, telah dibentuk Panitia Nasional Pelembagaan Lanjut Usia dalam Kehidupan Bangsa. Panitia Nasional tersebut antara lain bertugas mempersiapkan bahan untuk mendukung terlaksananya pencanangan Hari Lanjut Usia Nasional oleh presiden, menyiapkan konsep-konsep dasar untuk bahan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan yang mendukung kehidupan bagi lanjut usia dalam tatanan pembangunan nasional dan menyiapkan pola umum dan standar-standar yang berkaitan dengan pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa. Musyawarah Nasional II PERGERI dan cikal bakal berdirinya LKLU (1997)Diselengggarakan pada bulan Desember 1997, Lembaga Kesejahteraan Lanjut Usia/LKLU (dikukuhkan pada tanggal 24 Februari 1998).Tugas LKLU: memberikan sumbangan, pemikiran dan masukan kepada pemerintah untuk perumusan dan penetapan kebijaksanaan upaya pelembagaan lanjuy usia dalam kehidupan bangsa.Fungsi LKLU:1. Merumuskan kebijaksanaan dan menetapkan pedoman umum baik yang berkenaan dengan perencanaan program/kegiatan maupun pelaksanaan secara terpadu dan terkordinasi2. Menyelenggarakan koordinasi dengan berbagai instansi terkait, organisasi social, LSM, dalam rangka keterpaduan perumusan dan penetapan kebijaksanaan3. Melakukan pemasyarakatan, pemantauan dan pengendalian sesuai ketentuan yang berlaku

Pencetusan Deklarasi Macao oleh UN-ESCAP (1998)Dikawasan Asia Pasifik, UN-ESCAP (United Nations Economic and Social Commission For Asia and the Pacific) berhasil mencetuskan deklarasi Macao tentang lanjut usia di Asia dan Pasifik. Deklarasi dicetuskan pada akhir Regional Meeting On A Plan Of Action On Ageing For Asia And The Pasific yang diselenggarakan di Macao, 28 September 1 Oktober 1998.Plan of action yang dilahirkan pada regional meeting tersebut diarahkan pada tujuh masalah besar yang dihadapi pada lanjut usia, yakni:1. Older Persons and the Familiy (kedudukan lanjut usia dalam keluarga)2. Health and Nutrition (masalah kesehatan dan gizi) Housing and Transportation (masalah perumahan dan transportasi)3. Older Person and the Market (lanjut usia sebagai konsumen)4. Income Securutiy, maintenance an Employment (jaminan hari tua/jaminan social, pemeliharaan serta penyaluran kegiatannya)5. Social Service and the Community (pelayanan social dan masyarakat)

International Year of Older Persons / IYOP (1999)Dalam memperingati Hari Lanjut Usia Internasional pada tanggal 1 Oktober 1998, Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan telah mencanangkan International Year of Older Persons (IYOP). Dalam kesempatan itu selain tema yang dikumandangkan berjudul Towards A Society Of All Ages dimarkas PBB di New York, juga diselenggarakan pertemuan satu hari penuh yang diprakarsai oleh NGO Committee on Ageing dan bekerja sama dengan UN programme on Ageing serta UN Departement of Public Information.Peringatan dan acara tahun lanjut usia internasioanl ini akan berlangsung sampai akhir Desember 1999.

Penetapan Hari Kebangkitan Lanjut Usia (2000)Di Indonesia telah ditetapkan hari Kebangkitan Lanjut Usia RI yaitu pada 20 Mei 2000.

Pertemuan Gerontologi di Valencia (2002)Pertemuan gerontologi di Valencia tahun2002 yang diprakarsai oleh IAG (International Association of Gerontology). Indonesia diwakili oleh Dr. Tony Setiabudi, Sp.KJ. Ph.D.Program Healthy Ageing dikemukakan dalam forum gerontology di Valencia, Spanyol. Program bagi lanjut usia ini berisi hal-hal sebagai berikut:1. Aspek demografi Aspek demografi adalah hal-hal yang menyangkut masalah kependudukan, antara lain: proyeksi populasi penduduk, umur harapan hidup, masalah gender (perbedaa jenis kelamin) dan distribusi lanjut usia regional.Proyeksi populasi Indonesia telah dibuat oleh pemerintah Indonesia dari tahun 1971-2020. Dalam proyeksi tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk balita akan semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan program KB.2. Aspek nasional-regional-global3. Hal-hal yang perlu diantisipasi4. Sumber daya manusia5. Masalah dalam negeri Indonesia

4. Gizi Seimbang5,6 Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun kuantitas (jumlahnya). Direktorat Gizi Depkes pada tahun 1995 telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Tujuan PUGS merupakan alat untuk memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas, dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang. Pedoman disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi Konferensi Gizi Internasional di Roma pada tahun 1992. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir mulai menampakkan diri di Indonesia. PUGS merupakan susunan makanan yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai: (1) sumber energi atau tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur.

ANGKA KECUKUPAN GIZI LANSIA Angka kecukupan gizi untuk wanita usia lanjut pada tahun 1998 berdasarkan WKNPG VI adalah 1850 Kkal dan mengalami penurunan sebanyak 250 Kkal jika kita mengacu pada Depkes RI (2005) yaitu menjadi 1600 Kkal. Kecukupan gizi pada lansia prosentase untuk zat gizi makro adalah sebagai berikut: 20 25% protein, 20% lemak, 55 60% karbohidrat. Asam lemak yang dikonsumsi sebaiknya yang memiliki kandungan asam lemak tak jenuh jamak (poly unsaturated fatty acid) yang tinggi, yaitu asam lemak omega 3 dan omega 9 seperti yang terdapat pada ikan yang hidup di laut dalam. Rata-rata konsumsi energi adalah 1571,54 223,02 Kkal, apabila yang menjadi acuan adalah ketentuan Depkes RI 2005 maka rata-rata konsumsi tersebut sudah bisa dikatagorikan baik yaitu lebih dari 90 % dari angka kecukupan gizi. Rata-rata konsumsi protein lebih dari kecukupan yang dianjurkan. Vitamin B1 (mg) dan vitamin C (mg) masih kurang dari yang dianjurkan.

MENGHITUNG KEBUTUHAN NUTRIEN PER HARICairanKebutuhan dewasa umum:1-2,2 ml/kkal 20-50 mL/kgBB/hariBila demam :+ 150 mL/peningkatan 1oCKaloriHarris-BenedictPria: 66,5 + (13,8 x BB[kg]) + (5 x TB[cm]) (6,8 x U[th])Wanita: 655 + (9,6 x BB [kg]) + (1,8 x TB[cm]) (4,7 x U [th]) BrocaPria: Ideal Body Weight (kilograms) = [Height (cm) - 100] - ([Height (cm) - 100] x 10%)Wanita: Ideal Body Weight (kilograms) = [Height (cm) - 100] + ([Height (cm) - 100] x 15%)Cara cepatPria: 30 x kgBBWanita: 25 x kgBBCara FAO/WHOUmur > 60thn: Pria: 13,5 x kgBB + 487Umur > 60thn: Wanita: 10,5 x kgBB + 596Menentukan kebutuhan energiAktivitas PriaWanita

Aktivitas sangat ringan1,31,3

Aktivitas ringan1,651,55

Aktivitas sedang1,751.70

Aktivitas berat2,102,00

Umur > 40thn-5%-5%

ANGKA KECUKUPAN GIZI / RDA LANSIA > 60THN (DEPKES, 2005) 1600 KKAL

5. Perubahan Pada Usia LanjutDengan makin bertambahnya usia seseorang, maka kemungkinan terjadinyapenurunan anatomik dan fungsional atas organ-organ tubuhnya makin besar. PenelitiAndres dan Tobin, mengintroduksi hukum 1 % yang menyatakan bahwa fungsi organakan menurun sebanyak 1 % setiap tahunnya setelah usia 30 tahun. Walaupunpenelitian Svanborget al. menyatakan bahwa penurunan tersebut tidak sedramatisseperti diatas, tetapi memang terdapat penurunan fungsional yang nyata setelah usia 70tahun. Penurunan anatomik dan fungsional dari organ-organ pada lansia akanmempermudah timbulnya penyakit pada organ tersebut (Martono, 2009).6. Pemeriksaan Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)ItemTesNilai max.Nilai

Orientasi

1.Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa?5

2.Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/ kamar)5

Registrasi

3.Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan benar dan catat jumlah pengulangan3

Atensi dan Kalkulasi

4. Kurangi 100 dengan nilai 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU (nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya UYHAW = 2 nilai5

Mengingat kembali (recall)

5.Pasien disuruh mengingat kembali 3 nama benda diatas3

Bahasa

6.Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku)2

7.Pasien disuruh mengulang kata- kata: namun, tanpa, bila1

8. Pasien disuruh melakukan perintah: :Ambil kertas ini dengan tangan Anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai3

9. Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah Pejamkan mata Anda1

10.Pasien disuruh menulis dengan spontan1

11. Pasien disuruh menggambarkan bentuk di bawah ini

1

TOTAL30

Skor:24 30: Normal17 23: Probable gangguan kognitif0 16: Definite gangguan kognitif

Indeks ADL BarthelADLNilaiKeterangan

1. Mengontrol BAB012InkontinensiaKadang- kadang inkontinensiaKontinens teratur

2. Mengontrol BAK012InkontinensiaKadang- kadang inkontinensiaKontinens teratur

3. Membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, sikat gigi)01Butuh pertolongan orang lainMandiri

4. Toileting01

2Tergantung pertolongan orang lainPerlu pertolongan pada beberapa aktivitas, tetapi beberapa aktivitas masih dapat dikerjakan sendiriMandiri

5. Makan 0123Tidak mampuButuh pertolongan orang lainBantuan minimal 2 orangMandiri

6. Berpindah tempat dari kursi ke tempat tidur0123Tidak mampuPerlu pertolongan untuk bisa dudukBantuan minimal 2 orangMandiri (kadang dibantu)

7. Mobilisasi/ berjalan0123Tidak mampuBisa berjalan dengan kursi rodaBerjalan dengan bantuan orang lainMandiri (kadang dibantu)

8. Berpakaian 012Tergantung pertolongan orang lainSebagian dibantuMandiri

9. Naik turun tangga012Tidak mampuButuh pertolongan Mandiri

10. Mandi 01Tergantung pertolongan orang lainMandiri

TOTAL

Skor:20: Mandiri12 19: Ketergantungan ringan9 11: Ketergantungan sedang5 8: Ketergantungan berat 0 4: Ketergantungan total

7. Puskesmas dan Posyandu Lansia a. Puskesmas Santun Lansia Upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas adalah upaya kesehatan paripurna di bidang kesehatan usia lanjut, yang dilaksanakan di tingkat puskesmas serta diselenggarakan secara khusus maupun umum yang terintegrasi dengan kegiatan pokok puskesmas lainnya.Upaya tersebut dilaksanakan oleh petugas kesehatan dengan dukungan peran serta masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung puskesmas. Tujuan Tujuan Umum Meningkatnya derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal. Tujuan Khusus Meningkatkan kesadaran pada lansia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam menghayati dan mengatasi masalah kesehatan usia lanjut secara optimal. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut. Meningkatkan jenis dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.b. Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain : Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.8. Rancangan Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif untuk Lansia Upaya Pencegahan Penyakit Sebelum Memasuki Usia LanjutGambaran yang paling mencolok dari penyakit yang terdapat pada usia lanjut adalah terjadinya penyakit kronik degeneratif secara progresif. Penyakit-penyakit ini, diantaranya adalah penyakit akibat aterosklerosis, berbagai penyakit autu-imun dan keganasan, termasuk diantaranya adalah diabetes tipe II, arthritis rematoid dan osteoarthritis, serta penyakit paru obstruktif menahun.Mengingat bahwa berbagai penyakit tersebut sangat berhubungan dengan proses degeneratif yang selalu terjadi dengan bertambahnya usia maka aspek prevensi/ pencegahan dalam hal ini haruslah diartikan dengan mencegah selama mungkin sampi pada saat-saat mendekati akhir hidup atau dengan kata lain adalah suatu kompresi morbiditas.Berikut adalah daftar berbagai penyakit kronik pada usia lanjut yang mungkin dapat dimodifikasi dengan merubah gaya hidup atau mencegahnya pada usia pertengahan.PenyakitStrategi Pencegahan

HipertensiPengurangan garam pada makanan, penurunan berat badan

Penyakit Kardio Serebro Vaskuler aterosklerotikObati tekanan darah tinggi, berhenti merokok, turunkan BB, turunkan lemak dan kolesterol makanan, olahraga aerobik

Kanker Berhenti merokok, turunkan lemak makanan, turunkan makanan yang diawetkan dengan garam garam/ pengasapan, minimalkan radiasi

Penyakit Paru Obstruksi KronikHentikan merokok

Diabetes mellitus tipe IITurunkan BB, diet serupa dengan diet pada pencegahan penyakit aterosklerotik

OsteoporosisUpayakan diet tinggi kalsium, olahraga teratur, berhenti merokok

OsteoartritisTurunkan BB

Kolelitiaasi Turunkan BB

Di Indonesia dalam kesempatan Simposium Nasional I Geriatri di Semarang tahun 1977, telah diberikan pedoman mencapai hidup yang sehat dan sejahtera di usia lanjut. Pedoman tersebut disingkat sebagai kata BAHAGIA adalah sebagai berikut :BBerat badan harus diupayakan senormal mungkinAAturlah makanan supaya seimbang, kurangi makanan lemak jenuh hewani dan kalori berlebihanHHindari factor resiko penyakit degeneratifAAgar terus berguna dengan mempunyai kegiatan atau hobi yang bermanfaatGGerak badan teratur wajib terus dilakukanI Iman dan taqwa harus selalu ditingkatkan, hindari/ tangkal situasi stresAAwasi kesehatan dengan memeriksa badan secara teraturDengan mengingat pada aspek status fungsional dan sindroma geriatric, maka upaya gerontology pencegahan haruslah juga meliputi upaya-upaya perbaikan sosial ekonomi dan lingkungan, serta berbagai sindroma geriatric, yang biasanya juga sudah tercakup dalam upaya perbaikan status sistema fisik dan psikologik.

Pencegahan Penyakit pada (Saat) Usia LanjutWalaupun sudah agak terlambat, tindakan-tindakan pencegahan penyakit, baik yang termasuk dalam upaya prevensi primer, sekunder maupun tersier masih bias diupayakan pada saat seseorang sudah memasuki usia lanjut.a. Pencegahan PrimerUpaya ini merupakan pencegahan yang sesungguhnya, karena merupakan pencegahan agar penyakit tidak terjadi. Secara umum upaya ini tidak banyak berbeda dengan upaya yang dilakukan sebelum memasuki usia lanjut. Dalam kategori ini termasuk tindakan-tindakan sebagai berikut: menghentikan merokok latihan/ olahraga teratur imunisasi/suntikan pencegahan infeksi penapisan dan pengobatan factor resiko penyakit upaya perbaikan sosial-ekonomi dan lingkunganb. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder adalah upaya deteksi dini penyakit sehingga memberi kesempatan untuk kesembuhan yang lebih besar dari progresivitas lebih lanjut. Upaya ini tentunya memerlukan ketrampilan diagnosis yang memadai bagi penderita lansia yang gejala dan perjalanan penyakitnya tidak serupa dengan populasi golongan umur lain.c. Pencegahan TersierDengan pencegahan tersier dimaksudkan upaya deteksi penyakit dan atau disabilitas yang sudah terjadi pada penderita yang belum/ tidak mendapatkan pengobatan atau dukungan memadai. Upaya tersebut diharapkan mengurangi resiko atau percepatan memburuknya penyakit tersebut. Pada upaya geriatric WHO menganjurkan penegakkan diagnosis atas dasar 4 derajat penyakit, yaitu disease, impairment, disability dan handicap. Dengan tata cara diagnosis dengan cara ini, berbagai keadaan yang memerlukan rehabilitasi akan segera diketahui.

Dua orang geriatris Amerika, Bierman dan Hazard telah menyusun rekomendasi upaya pencegahan apa yang sebaiknya dilakukan agar dicapai keadaan usia lanjut yang sehat dan sejahtera pada usia pertengahan paruh kedua : lanjutkan optimalisasi nutrisi sehat lanjutkan olah raga rutin hindari pemaparan zat toksik : obat berbahaya jalani pemeriksaan kesehatan periodik : tingkatkan konsentrasi pada penatalaksanaan masalah kesehatan kronis dengan penekanan pada pencegahan komplikasi (misalnya hipertensi, dislipoproteinemi, diabetes, deteksi dan pengobatan kanker secara dini). Pertahankan status imunisasi : vaksinasi tahunan terhadap influenza dan vaksinasi tetanus dan pneumokokal sekali setelah usia 65 tahun. Wanita : lakukan mammogram tahunan, tangani menopause cara optimal. Pria : selidiki gejala-gejala pembesaran prostat. Lakukan pemeriksaan colok dubur. Pendidikan berkelanjutan, termasuk pendidikan kesehatan. Tetap lakukan kegiatan sosial.

Rehabilitasi Medik Pada LansiaPenanganan program rehabilitasi medik pada lansia secara komprehensif dengan evaluasi peridik merupakan tanggung jawab tim geriatric dalam menentukan jenis program dan treatment kepada individu yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, keluarga dan harapan dokter untuk penyembuhan pasien. Dengan berpegang pada prinsip dasar penanganan rehabilitasi medik yang disesuaikan fase perawatan intensive, fase Intermediate care, fase Self care, dan rawat jalan, maka tingkat keberhasilan program rehabilitasi medik dapat mencapai goal yang diharapkan.Adapun prinsip dasar dalam menangani rehabilitasi medik pada lansia adalah sebagai berikut : penangan berdasarkan penyakit yang mendasari menghindari disabilitas sekunder dan komplikasi immobilitas menangani disabilitas primer melihat kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan secara individual menekankan pada kemandirian fungsional memperhatikan dan meningkatkan motivasi dan factor psikologik mengupayakan agar lingkungan disesuaikan dengan handicap yang terjadi memberikan dorongan untuk mobilisasi dan bukan immobilisasi mencegah berkurangnya rangsang sensorikPemberian terapi modalitas, latihan fisik dan latihan dengan aktifitas yang bertujuan untuk mempertahankan fleksibilitas, kekuatan otot-otot tertentu diharapkan bias menjaga mobilitas lansia.Beberapa macam instrument untuk menentukan diagnosis, program serta evaluasi pasien bias digunakan. Functional Independence Measure merupakan instrument yang sederhana, singkat dan mudah digunakan untuk menentukan tingkat kebutuhan penderita apakah memerlukan bantuan atau tidak, utamanya setelah penderita menjalani perawatan di rumah. Partisipasi pasien dan keluarga dalam menentukan goal rehabilitasi sangat diperlukan agar program rehabilitasi berhasil.

BAB VKESIMPULAN

Pada kedua kakak-beradik, Tn. Amin dan Tn. Ali ditemukan perbedaan proses penuaan yang sangat signifikan, dimana Tn. Amin yang berhasil memenuhi seluruh kebutuhan fisiologis, kesejahteraan dan pelindungan, kebutuhan cinta, harga diri, serta aktualisasi diri, lalu diikuti pula dengan pola hidupnya yang sehat dan seimbang, berhasil mencapai normal aging dan active aging. Hal ini terbukti dari meskipun usia kronologisnya termasuk dalam usia lanjut, namun ia tetap nampak muda dalam segi biologis dan merasa bugar dan sehat layaknya saat muda dalam aspek psikologis. Sedangkan, jika melihat pada kondisi Tn. Ali, yang usia kronologisnya lebih muda dari Tn. Amin, ditemukan secara biologis nampak tua dan secara psikologis merasa tua. Hal ini tentu disebabkan oleh karena banyaknya kebutuhan yang masih belum bisa terpenuhi serta pola hidup Tn. Ali yang buruk.

Daftar Pustaka 1. Lansia. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/lansia/. Accesed on 10 December 2011. 2. Definisi Lansia Menurut WHO. http://www.pdf-paper.com/dl/definisi+lansia+menurut+who.html. Accesed on 10 December 2011. 3. Konsep Dasar Keperawatan Gerontologi. http://www.docstoc.com/docs/33435392/KONSEP-DASAR-KEPERAWATAN-GERONTIK. Accesed on 10 December 2011. 4. Setiabudi, Tony. 2008. Refarat Harian Gerontologi Medik. Cibubur : Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bakti Ria Pembangungan. 5. Lina, H. 2001. Mempelajari Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan makan dan Status gizi lansia di Pedesaan dan Perkotaan [skripsi]. Bogor:IPB6. MB. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: ECG

1