makalah indeks pufa
DESCRIPTION
makalah indeks pufaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang
ikut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Menjaga kesehatan
gigi berarti turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas hidup dan produktifitas
sumber daya manusia, namun kesehatan gigi dan mulut di Indonesia sampai saat
ini masih memprihatinkan dengan masalah utama kesehatan gigi dan mulut adalah
karies gigi dan penyakit periodontal.
Karies gigi adalah suatu penyakit kronis yang merusak jaringan keras gigi
disebabkan oleh produk asam hasil fermentasi bakteri terhadap karbohidrat.
Karies gigi timbul jika terjadi interaksi dari empat faktor seperti adanya
mikroorganisme, substrat, host (permukaan gigi dan saliva) dan waktu sebagai
faktor tambaha. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada
jaringan keras gigi oleh bakteri organik yang bersifat asam, yaitu L. acidophilus
dan S. mutans diikuti dengan kerusakan bahan organik, akibatnya terjadi invasi
bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks
sehingga dapat menyebabkan rasa ngilu dan nyeri.
Di beberapa negara barat prevalensi karies gigi semakin berkurang dalam
waktu sekitar dua puluh lima tahun terakhir ini, tetapi di negara yang sedang
berkembang, termasuk Indonesia, penyakit ini masih menjadi masalah utama pada
orang dewasa dan terutama pada anak-anak. Menurut sebuah penelitian yang
dilakukan di Berisso Buenos Aires Argentina yang dipublikasi Januari 2010
menunjukkan, anak usia 6 tahun mempunyai prevalensi karies gigi sulung 67,9%
dan gigi permanen 16,3%. Penelitian lain di Peru yang dipublikasikan Juli 2009,
rerata DMF-T anak usia 12 tahun adalah 3,92 dengan prevalensi karies 83,8%.
Anak usia sekolah khususnya anak sekolah dasar merupakan satu kelompok yang
rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena umumnya anak-anak tersebut
masih mempunyai perilaku atau kebiasaan diri yang kurang menunjang terhadap
kesehatan gigi.
Indikator status kesehatan gigi untuk menilai karies dapat menggunakan
indeks dmft dan DMFT. Indeks pufa juga dapat menilai status karies karena
indeks ini digunakan untuk menilai karies yang sudah lanjut dan tidak dirawat.
Indeks dmft dan DMFT merupakan indeks yang digunakan untuk menilai
kerusakan gigi pada seseorang baik berupa gigi berlubang, dicabut dan ditumpat
karena karies. Indeks PUFA/pufa adalah indeks untuk menilai tingkat keparahan
penyakit gigi dan mulut akibat karies yang tidak ditangani dengan baik. Indeks ini
dinilai berdasarkan keterlibatan pulpa (P/p), adanya, ulserasi (U/u) karena sisa
akar, adanya fi stel (F/f) dan apakah sudah ada abses (A/a).
Selama 70 tahun terakhir, data tentang karies yang dikumpulkan
menggunakan indeks DMFT. Indeks ini memberikan informasi tentang karies,
penambalan dan pencabutan tetapi tidak menilai akibat klinis dari karies gigi yang
tidak dirawat. Karies dalam yang sudah mengenai pulpa tetap dimasukan ke
dalam kategori karies dentin dan kelainan pulpanya tidak dinilai sama sekali.
Pada tahun 2007, WHO World Health Assembly (WHA) mengakui
adanya beban yang sangat besar di seluruh dunia akibat penyakit gigi dan mulut
serta menekankan pentingnya meningkatkan upaya berdasarkan pengumpulan
data yang komprehensif (evidence based). Oleh karena itu diperlukan sistem
penilaian baru yang dapat menilai tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Indeks PUFA
Indeks PUFA/pufa diperkenalkan oleh Monse et al pada tahun 2010 untuk
melengkapi kelemahan dari indeks DMFT Klein tersebut. Indeks PUFA adalah
indeks yang digunakan untuk pengukuran karies yang tidak dirawat. Ada empat
kondisi oral akibat karies gigi yang tidak dirawat yang digunakan untuk
pengukuran indeks PUFA yaitu keterlibatan pulpa yang ditunjukkan dengan
pulpitis, ulserasi, fistula dan abses.
Pulpitis adalah proses radang pada jaringan pulpa gigi, yang pada
umumnya merupakan kelanjutan dari proses karies. Jaringan pulpa terletak di
dalam jaringan keras gigi sehingga bila mengalami proses radang, secara klinis
sulit untuk menentukan seberapa jauh proses radang tersebut terjadi. Atap pulpa
mempunyai persarafan terbanyak dibandingkan bagian lain pada pulpa. Jadi, saat
melewati pembuluh saraf yang banyak ini, bakteri akan menimbulkan peradangan
awal pulpitis. Berdasarkan diagnosis klinis, pulpitis dibagi menjadi dua yaitu
pulpitis reversible dan irreversibel.
Pulpitis reversibel yaitu inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika
penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali normal.
Gejala Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa sakit yang tajam dan
hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman dingin dari
pada panas. Tidak timbul spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya di
hilangkan.
Pulpitis Irrevesible yaitu lanjutan dari pulpitis reversible. Pulpitis
irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak bisa pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan. Biasanya, gejala asimtomatik atau pasien hanya
mengeluhkan gejala yang ringan. Nyeri pulpitis irreversible ini dapat tajam,
tumpul, setempat, atau difus (menyebar) dan dapat berlangsung hanya beberapa
menit atau berjam-jam.
Gambar 2.1 Pulpitis
Ulserasi adalah ulserasi akibat trauma, dapat disebabkan kontak dengan
sisa mahkota gigi atau akar yang tajam akibat proses karies gigi. Ulserasi akibat
trauma sering terjadi pada daerah mukosa pipi dan bagian perifer lidah. Secara
klinis ulserasi biasanya menunjukkan permukaan sedikit cekung dan oval
bentuknya. Pada awalnya daerah eritematous di jumpai di bagian perifer, yang
perlahan-lahan warnanya menjadi lebih muda karena proses keratinisasi. Bagian
tengah ulkus biasanya berwarna kuning-kelabu. Setelah pengaruh traumatik
hilang, ulkus akan sembuh dalam waktu 2 minggu.
Gambar 2.2 Ulserasi
Fistula terjadi karena peradangan karies kronis dan pernanahan pada
daerah sekitar akar gigi (periapical abcess). Peradangan ini akan menyebabkan
kerusakan tulang dan jaringan penyangga gigi. Peradangan yang terlalu lama
menyebabkan pertahanan tubuh akan berusaha melawan, dan mengeluarkan
jaringan yang telah rusak dengan cara mengeluarkan nanah keluar tubuh melalui
permukaan yang terdekat, daerah yang terdekat adalah menembus tulang tipis dan
gusi yang menghadap ke pipi, melalui saluran yang disebut fistula. Jika saluran ini
tersumbat, maka akan terjadi pengumpulan nanah.
Gambar 2.3 Fistula
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan
infeksi bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses
yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus
dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulase yang fungsinya
untuk mendeposisi fibrin, sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3 enzim
utama yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase,
streptodornase, dan hyaluronidase.
Gambar 2.4 Abses
2.1 Metode Pengukuran Indeks PUFA
Penilaian tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut dengan indeks pufa
dilakukan dengan cara visual. Tidak diperlukan alat-alat khusus. Hanya kaca
mulut sehingga orang yang akan menilai dapat melihat lebih jelas. Tiap gigi diberi
satu skor, P atau U atau F atau A. Untuk memberikan hasil yang lebih signifikan,
penilaian dilakukan oleh 2-3 orang dan sebelumnya telah diberikan pelatihan
mengenai cara penilaian dan penjelasan mengenai kondisi gigi yang dapat
dimasukan dalam kategori P atau U atau F atau A.
Gambar 2.5 Contoh Lembar Pengisian Indeks PUFA/pufa
P/p adalah keterlibatan pulpa,dicatat jika terbukanya ruang pulpa dapat
terlihat atau jika struktur mahkota gigi telah rusak oleh proses karies dan hanya
akar atau fragmen akar yang tersisa. Probing tidak dilakukan untuk diagnosis
keterlibatan pulpa.
U/u adalah ulserasi karena trauma dari potongan tajam gigi,dicatat jika tepi
yang tajam dari dislokasi dengan keterlibatan pulpa atau fragmen akar
menyebabkan ulserasi traumatik dari jaringan lunak sekitarnya, misalnya lidah
atau mukosa bukal.
F/f adalah fistula yang ditandai jika pus keluar dari traktus sinus yang
berhubungan dengan gigi dengan keterlibatan pulpa.
A/a adalah abses yang ditandai ada pembengkakan disertai pus yang
berhubungan dengan keterlibatan pulpa.
Skor PUFA/pufa per orang, yaitu dijumlahkan dengan cara yang sama
seperti DMF-T/def-t dan mewakili jumlah gigi yang termasuk dalam kriteria
diagnosis PUFA/pufa. Huruf kapital untuk gigi permanen dan huruf kecil
digunakan untuk gigi sulung. Skor untuk gigi sulung dan permanen dicatat secara
terpisah. Jadi untuk seorang individu, rentang skor pufa dari 0-20 untuk gigi
sulung, dan skor PUFA 0-32 untuk gigi permanen. Prevalensi PUFA/pufa
dihitung sebagai persentase populasi dengan satu atau lebih skor PUFA/pufa.
Pengalaman PUFA/pufa untuk populasi dihitung dengan rerata sehingga mungkin
berupa nilai desimal.
Gambar 2.6 Contoh Penyajian Data Indeks PUFA/pufa
Data yang ditampilkan oleh indeks PUFA/pufa dapat memberikan
gambaran untuk perencanaan program kesehatan yang relevan, sebagai pelengkap
data DMF-T. Indeks PUFA/pufa terbukti adekuat mengukur akibat dari keparahan
kerusakan gigi dan dapat digunakan secara universal, bahkan pada kondisi
lapangan yang sederhana. Indeks ini mudah dan aman digunakan, hanya
membutuhkan sedikit waktu melakukan pemeriksaan dan tidak membutuhkan
peralatan tambahan apapun.
BAB III
KESIMPULAN
Indeks PUFA/pufa adalah indeks untuk menilai tingkat keparahan
penyakit gigi dan mulut akibat karies yang tidak terawat. Indeks ini dinilai
berdasarkan keterlibatan pulpa (P/p), adanya, ulserasi (U/u) karena sisa akar,
adanya fi stel (F/f) dan apakah sudah ada abses (A/a). Huruf kapital untuk gigi
permanen dan huruf kecil digunakan untuk gigi sulung. Skor untuk gigi sulung
dan permanen dicatat secara terpisah. Jadi untuk seorang individu, rentang skor
pufa dari 0-20 untuk gigi sulung, dan skor PUFA 0-32 untuk gigi permanen.
Indeks PUFA/pufa dapat digunakan sebagai pelengkap data DMF-T dan
memberikan gambaran untuk perencanaan program kesehatan yang relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS).
Pratiwi, Rini dan Ririn Mutmainnah. 2013. Gambaran keparahan karies pada
anak usia 6, 9 dan 12 tahun di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan
menggunakan indeks PUFA/pufa. Jurnal Dentofasial, Vol.12, No.2, Juni
2013:76-80. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Yoanda, P. 2014. Skripsi Hubungan Karies yang Tidak Dirawat dengan Indeks
Massa Tubuh pada Murid Sekolah Dasar di Perumnas II Kecamatan Medan
Denai. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.