makalah ger-2.fix.docx

31
MO-GER KELOMPOK 8 SEORANG LAKI-LAKI TUA YANG MENGELUH LETIH LESU TAK BERTENAGA 030.07.208 Putri Mulyati 030.08.012 Ahmad Musa 030.08.035 Aqsha Tiara Viazelda 030.08.053 Azzahra Azmi 030.08.076 Dewi Setyowati Widjojo 030.08.097 Fani Safitri 030.08.119 Henny Wijaya 030.08.149 Muhammad Zulvikar 030.08.173 Naskaya Suriadinata 030.08.194 I Gede Ngurah Probo Suteja P 030.08.222 Shabrina Herdiana Putri 030.08.252 Vithia Ghozalla 030.08.273 Izni Nur Fatihah bt Salle 030.08.292 Nor Fatehah binti Hamdan

Upload: dewi-setyowati-w

Post on 05-Dec-2015

264 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah GER-2.fix.docx

MO-GER

KELOMPOK 8

SEORANG LAKI-LAKI TUA YANG MENGELUH LETIH LESU TAK BERTENAGA

030.07.208 Putri Mulyati

030.08.012 Ahmad Musa

030.08.035 Aqsha Tiara Viazelda

030.08.053 Azzahra Azmi

030.08.076 Dewi Setyowati Widjojo

030.08.097 Fani Safitri

030.08.119 Henny Wijaya

030.08.149 Muhammad Zulvikar

030.08.173 Naskaya Suriadinata

030.08.194 I Gede Ngurah Probo Suteja P

030.08.222 Shabrina Herdiana Putri

030.08.252 Vithia Ghozalla

030.08.273 Izni Nur Fatihah bt Salle

030.08.292 Nor Fatehah binti Hamdan

JAKARTA, JUNI 2011

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Page 2: Makalah GER-2.fix.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,

psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung

berpotensi  menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus

pada lansia.

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Prevalensi DM pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan DM pada lanjut usia

bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata

merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan

toleransi tubuh terhadap glukosa. Umumnya pasien diabetes dewasa 90% termasuk diabetes tipe

2. Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun.

Page 3: Makalah GER-2.fix.docx

BAB II

LAPORAN KASUS

Skenario 1

Pak Andi 68th,mengeluh letih lesu tak bertenaga sejak seminggu. Ada batuk berdahak yang

sebenarnya sudah dirasakannya sejak 1 bulan terakhir. Kadang-kadang ia demam tetapi tidak

tinggi. Sesak nafas mulai dirasakan sejak sepuluh hari terahkir tetapi tidak di sertai mengi. Nyeri

dada tidak ada. Berat badannya semakin menurun mungkin karena makan dan minumnya

memang kurang. Pak Andi jarang ke dokter karena selama ini ia merasa sehat-sehat saja. Ia

hanya khawatir terserang stroke seperti ayahnya yang seingatnya menderita kencing manis dan

darah tinggi.

Pada pemeriksaan fisik awal di dapatkan : Pak Andi kira-kira berumur tujuh puluh tahun, tampak

sakit sedang, gizi kurang, tinggi badan 164cm, berat badan 45kg, tekanan darah 165/90mmHg.

Suhu 37,8ºC, pernapasan 24x/menit, nadi 100x/menit, teratur.

Tidak tampak kelainan pada kulit. Kelenjar getah bening leher dan kelenjar tiroid tidak

membesar. Bunyi jantung I dan II normal, tidak ada BJ tambahan, irama teratur, tidak terdengar

bising maupun gesek pericardial. Pada perkusi paru-paru didapatkan bunyi sonor, pada

auskultasi terdengar ronkhi basah halus di bagian basal, nyaring.

Dinding abdomen lemas, nyeri tekan tidak ada, bising usus dalam batas normal. Hepar teraba 1

jari b.a.c, tumpul, tidak nyeri tekan. Lien tidak teraba. Ascites tidak ada. Keempat ekstremitas

tidak paresis atau plegia. Tidak ada edema. Tidak ada pembengkakan pada sendi. Pada

pemeriksaan laboratorium sementara baru didapatkan hasil: Hb 10gr%, leukosit 9000/mm3, Ht

29%, Trombosit 276.000/mm3, GDS 284mg/dl.

Pada anamnesis lanjutan diketahui bahwa Pak Andi pernah mengeluarkan dahak bercampur

darah. Selama ini Pak Andi mengobati batuknya dengan obat-obat warung saja tapi batuknya

tidak berkurang. Pak Andi dulunya adalah seorang perokok berat. Pak Andi tidak pernah

menderita asma.

Page 4: Makalah GER-2.fix.docx

Skenario 2

Dari hasil pemeriksaan laboratorium kemudian didapat: Hba1c 8,5% , laju endap darah 1 jam

pertama 96 mm, SGOT 89, SGPT 118, Ureum 65mg/dl, kreatinin 2,35 mg/dl, asam urat 9,2

mg/dl, kolesterol total 245 mg/dl, trigliserida 230 mg/dl, albumin 2,6 gr/dl, kalium 2,8 meq/dl,

natrium 130 meq/dl.

Urine : protein +2, glukosa +2, keton +1, sedimen leukosit 10-15/LPB.

CXR : tampak infiltrate pada kedua lapangan paru dengan gambaran bronkiektasis di paru

kanan. Kedua sinus lancip, CTR 68%.

Pemeriksaan laboratorium 1 dan 2 :

Darah : - Hb : 10 g% - HBA1C : 8,5%

- Lekosit : 9.000/mm3 - LED : 96 mm/jam

- Trombosit : 276.000 - SGOT : 89 u/L

- Ht : 29% - SGPT : 118 u/L

- GDS : 284 mg/dl - Ureum : 65 mg/dl

- Kolesterol total : 245mg/dl - Kreatinin : 2,35 mg/dl

- Trigliserida : 230 mg/dl - Asam urat : 9,2 mg/dl

- Albumin : 2,6 gr/dl - Kalium: 2,8 meq/dl

- Natrium : 130 meq/dl

Urin : - Protein : +2

- Glukosa : +2

- Keton : +1

- Sedimen : Leukosit : 10-15/LPB

Pemeriksaan Penunjang:

CXR : tampak infiltrate pada kedua lapangan paru dengan gambaran bronkiektasis di paru

kanan. Kedua sinus lancip, CTR 68%.

Page 5: Makalah GER-2.fix.docx

BAB III

PEMBAHASAN

Dari informasi yang didapatkan dari pasien, maka data-data pasien adalah sebagai berikut:

A. Anamnesis

1. Identitas

a) Nama : Pak Andi

b) Umur : 68 tahun

c) Jenis Kelamin : laki-laki

d) Alamat : -

e) Pekerjaan : -

2. Keluhan Utama : letih lesu tak bertenaga

3. Keluhan Tambahan : batuk berdahak,sesak napas, demam tetapi tidak

tinggi

4. Riwayat Penyakit Sekarang : batuk berdahak sejak 1 bulan terakhir

5. Riwayat Penyakit Dahulu : -

6. Riwayat Keluarga : ayah menderita diabetes mellitus dan hipertensi

7. Riwayat Kebiasaan : merokok

8. Riwayat Pengobatan :-

a) Ditanyakan : - apa jenis antibiotika yang diminum?

- apakah pasien teratur dalam mengkonsumsi obat

tersebut?

Page 6: Makalah GER-2.fix.docx

- darimana obat tersebut didapatkan?

B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

a) Kesadaran : compos mentis,nampak sakit berat sedang, gizi

kurang

b) Nadi : 100x/menit

c) Pernafasan : 24x/menit (N= 14 – 20x/menit)

d) Tekanan darah : 165/90mmHg (hipertensi stage II, JNC 7)

e) Suhu : 37,8ºC ↑

f) TB : 164cm

g) BB : 45 kg

h) BMI : BB/TB2 → 16,73 (Underweight)

2. Status Generalisata :

a) Inspeksi

Kulit : tidak tampak kelainan

Ekstremitas : tidak ada edema, tidak ada pembengkakan sendi

b) Palpasi

KGB, Tiroid : normal

Dinding abdomen : lemas, NT (-)

Hepar : teraba 1 jari b.a.c, tumpul, tidak nyeri tekan

Lien : tidak teraba

Page 7: Makalah GER-2.fix.docx

c) Perkusi

Abdomen : tidak ada ascites

Paru-paru : sonor (N)

d) Auskultasi

Jantung :

- BJ I dan BJ II normal, tidak ada BJ tambahan,

- Irama teratur

- Bising (-)

- Gesek pericardial (-)

Paru paru : ronki basah halus di basal, nyaring.

Bising usus : normal

3. Status Neurologis : tidak paresis atau plegia

C. Pemeriksaan Laboratorium

Page 8: Makalah GER-2.fix.docx

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan

LaboratoriumHasil Tuan Hadi Nilai Normal Keterangan

Darah Hb 10% 13.5 – 17.5% menurun

Ht 29% 40-50% menurun

Lekosit 9.000/mm3 4000-10000/mm3 normal

Trombosit 276.000 150.000-440.000 normal

LED 96 mm/jam 0 – 10 meningkat

SGOT 89 u/L 5 – 40 u/L meningkat

SGPT 118 u/L 5 – 41 u/L meningkat

HBA1C 8,5% <5 % meningkat

Kolesterol total 245mg/dl < 200 mg/dl meningkat

Trigliserida 230 mg/dl < 150 mg/dl meningkat

Albumin 2,6 gr/dl 3,8 - 5,1 gr/dl menurun

GDS 284 mg/dl < 150 mg/dl meningkat

Ureum 65 mg/dl 15 – 40 mg/dl meningkat

Kreatinin 2,35 mg/dl 0.5 – 1.5 mg/dl meningkat

Asam urat 9,2 mg/dl 3.4 – 8.0 mg/dl meningkat

Kalium 2,8 meq/dl 3,5 - 5 meq/dl menurun

Natrium 130 meq/dl 135 - 145 meq/dl menurun

Urine Protein +2 (-) Abnormal

Glukosa +2 (-) Abnormal

Keton +1 (-) Abnormal

Sedimen lekosit 10-15/LPB 0 – 5 /LBP Meningkat

Page 9: Makalah GER-2.fix.docx

Foto Thorax : tampak infiltrate pada kedua lapangan paru dengan gambaran

bronkiektasis di paru kanan. Kedua sinus lancip, CTR 68%.

E. Masalah yang dialami pasien

Pasien mengalami malnutrisi(1)

Pemeriksaan Body Mass Index (BMI) pada pasien ini didapatkan hasil 16,73 yang

menyatakan pasien Underweight. Pasien juga dinyatakan menglamai penurunan berat

badan. Hal ini juga dapat menyebabkan anemia, lemah dan lesu yang dialami pasien.

Page 10: Makalah GER-2.fix.docx

Klasifikasi

BMI

(kg/m2)

Berat Badan kurang <18,5

Kisaran normal 18,5 - 29,4

Berat badan lebih >25

Pra-Obesitas 25,0 - 29,9

Obesitas tingkat 1 30 - 34,9

Obesitas tingkat 2 35,0 - 39,9

Obesitas Tingkat 3 >40

Pasien menderita Hipertensi(2)

Pada Pemeriksaan didapatkan tekanan darah Pasien adalah 165/90mmHg. Menurut

Klasifikasi tekanan darah berdasarkan The Seventh Report of The Joint Nasional

Committe on Prevention, Detection, Evaluation of High Blood Pressure/ JNC VII, masuk

ke Hipertensi derajat 2.

Tekanan darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan < 80

Pre hipertensi 120 – 139 atau 80 – 90

Hipertensi derajat 1 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi derajat 2 >160 atau > 100

Pasien menderita Diabetes Melitus(2)

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien memiliki

kemungkinan genetik DM, dan hasil laboratorium menunjukan peningkatan HBA1C dan

gula darah sewaktu pasien.

Page 11: Makalah GER-2.fix.docx

Kriteria diagnosis Diabetes Melitus :

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

memperhatikan waktu makan terakhir

2. Atau

Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 126 mg/dL ( 7,0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam

3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara

dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air

.Pasien menderita Infeksi Paru Kronis

Berdasarkan anamnesis, diketahui pasien mengalami batuk berdahak sejak satu bulan,

pada auskultasi didapatkan pula ronkhi basah di basal paru dan nyaring. Pada

pemeriksaan penunjang yaitu rontgen thorax, didapatkan infiltrate pada kedua lapangan

paru dengan gambaran bronkiektasis di paru kanan dengan kedua sinus lancip, ini

mengarah pada kemungkinan pneumonia.

Pasien mengalami nefropati diabetikum(3)

Berdasarkan hasil laboratorium didapatkan jumlah protein, glukosa, dan sedimen leukosit

pada urine. Ini menandakan terjadinya kerusakan pada ginjal terutama bagian filtrasi,

yang kemungkinan dikarenakan DM yang diderita pasien.

Pasien mengalami Gout(4):

Sirkulasi darah yang memburuk karena adanya diabetes mellitus membuat tubuh sulit

untuk membuang asam urat yang ada. Asam urat tersebut dapat mengendap ke dalam

persendian dan menjadi kristal asam urat yang membuat terjadinya gout arthritis. Gout

yang disebabkan oleh penyakit metabolic ini disebut sebagai "secondary gout".

Page 12: Makalah GER-2.fix.docx

DIAGNOSIS

Pasien dinyatakan menderita kelainan metabolic Diabetes Mellitus disertai hipertensi dan infeksi

paru dengan komplikasi nephropathy diabetikum.

PATOFISIOLOGI:

Kelainan metabolik dapat menyebabkan Diabetes Melitus pada pasien. Terutama Diabetes

Melitus tipe II yang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup. Pada Diabetes Melitus tipe II (3), insulin

mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi

reaksi intraseluler yang menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan meningkatkan

transpor glukosa menembus membran sel.

Pada pasien DM tipe 2, terdapat kelainan pada pengikatan reseptor dengan insulin. Kelainan ini

dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah reseptor insulin pada membran sel yang selnya

responsif terhadap insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsik. Akibatnya,

terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor

glukosa. Ketidaknormalan postreseptor ini dapat menganggu kerja insulin. Namun, sel beta

pancreas masih melakukan kompensasi pada tahap awal sehingga pada fase awal dapat terjadi

suatu hiperinsulinemia dan glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat. Pada pasien

yang sudah berusia lanjut hal ini diperburuk dengan menurunkan kemampuan pancreas, sehingga

dapat mempengaruhi kinerja kerja reseptor insulin pancreas. Pada akhirnya, timbul kegagalan sel

beta pankrreas dengan menurunnya jumlah insulin yang beredar, dan meningginya kadar gula

dalam darah yang memenuhi criteria diagnosis diabetes mellitus.

Page 13: Makalah GER-2.fix.docx

Diabetes melitus yang terdapat pada usia lanjut mempunyai gambaran klinis yang bervariasi

luas, dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata dan kadang-kadang menyerupai penyakit

atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut. Keluhan umum pasien DM seperti poliuria,

polidipsia dan polifagia, pada DM usia lanjut tidak ada. Umumnya pasien datang dengan keluhan

akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena pada usia lanjut, respon tubuh terhadap berbagai perubahan/gejala penyakit

mengalami penurunan.

Biasanya yang menyebabkan pasien usia lanjut datang berobat adalah karena gangguan

penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer)

dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan biasa.(5)

TATALAKSANA

Pada pasien ini dilakukan penanganan sebagai berikut:

-Rawat Inap

Page 14: Makalah GER-2.fix.docx

- Perbaiki keadaan umum dengan : 1. Infuse NaCl, KCl

2. Pemberian O2

- Lakukan terapi DM

Prinsip terapi bagi penderita DM tipe 2 adalah sebagai berikut(7):

1. Terapi nutrisi medik

Pasien diminta menjauhi makanan tinggi kolesterol dan glukosa dan menerapkan gaya hidup sehat

2. Latihan jasmani

Pasien diminta melakukan olahraga secara teratur, dapat berupa jalan, jogging atau sepeda santai

3. Obat-obat anti hiperglikemik oral dan insulin

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dapat dibagi atas tiga golongan :

- pemicu sekresi insulin (inslin secretagogue):sulfonilurea, metilglinid secretagogue

- memperbaiki sensitivitas insulin di jaringan: biguanide, thiazolidinedione

- menghambat penyerapan glukosa di usus: acarbose

4. Edukasi

Untuk mengontrol kadar gula dan tekanan darah tinggi pasien diperlukan bantuan dari keluarga dan kedisiplinan pasien untuk mengkonsumsi obat-obatnya.

-Terapi infeksi paru

- Suportif : oksigen, cairan, nutrisi, mukolitik-ekspektoran, bronkodilator.

- Antibiotika spesifik diberikan setelah didapatkan hasil pemeriksaan biakan kuman dan uji resistensi

- Pemilihan antibiotik juga harus memperhatikan penurunan fungsi organ yang mungkin sudah terjadi pada usia lanjut

-Program rehabilitasi medik (fisoterapi dada dan program lain yang terkait)

Page 15: Makalah GER-2.fix.docx

Pemberian medikamentosa untuk penyakit penyerta pasien, berupa:

1. Untuk hipertensi yang dialami oleh pasien, dapat berupa ACE inhibitor2. Pneumonia, berupa 3. Asam Urat, berupa alupurinol4. Dislipidemia, dapat berupa obat golongan statin

- Rujuk

PROGNOSIS

Ad Vitam : Dubia Ad Bonam, karena banyaknya penyakit penyerta dan komlikasi yang telah dialami oleh pasien, ditambah usia pasien yang telah lanjut.

Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam, karena jika dilakukan pengobatan dengan benar kondisi pasien akan terkontrol dan gejalanya akan berkurang atau tidak relieve kembali. Namun hal ini dipengaruhi oleh dukungan keluarga dan kedisiplinan pasien.

Ad Fungsionam : Dubia Ad Malam, karena fungsi-fungsi organ pada pasien ini sulit untuk diperbaiki karena usia yang telah lanjut.

Page 16: Makalah GER-2.fix.docx

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Secara klinis terdapat 2 macam diabetes, DM tipe 1 yaitu Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(IDDM) dan DM tipe 2 yaitu Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

K lasifikasi Diabetes Melitus

1. DIABETES MELITUS TIPE 1

Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM). DM tipe 1 merupakan defisiensi insulin absolut akibat destruksi

sel beta. Penyebab DM tipe 1 adalah autoimun dan idiopatik.

Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di

belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta

mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot.

Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh

reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.

2. DIABETES MELITUS TIPE 2

Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).

Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin

pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk

Page 17: Makalah GER-2.fix.docx

sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam

darah.

Usia lanjut merupakan masa usia di mana terjadi perubahan-perubahan yang menyebabkan

terjadinya kemunduran fungsional pada tubuh. Salah satunya adalah terjadinya penurunan

produksi dan pengeluaran hormon yang diatur oleh enzim-enzim yang juga mengalami

penurunan pada usia lanjut.

Salah satu hormon yang menurun sekresinya pada usia lanjut adalah insulin. Hal ini merupakan

salah satu faktor penyebab terjadinya diabetes mellitus pada usia lanjut. Namun demikian,

beberapa faktor resiko seperti resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan terjadinya

perubahan vaskular, kegemukan akibat kurangnya aktivitas fisik yang tidak diimbangi dengan

asupan makanan yang adekuat, sering mengkonsumsi obat-obatan, faktor genetik, dan

keberadaan penyakit lain yang memperberat diabetes mellitus, juga memegang peran penting.

Diabetes melitus yang terdapat pada usia lanjut mempunyai gambaran klinis yang bervariasi

luas, dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata dan kadang-kadang menyerupai penyakit

atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut. Keluhan umum pasien DM seperti poliuria,

polidipsia dan polifagia, pada DM usia lanjut tidak ada. Umumnya pasien datang dengan keluhan

akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena pada usia lanjut, respon tubuh terhadap berbagai perubahan/gejala penyakit

mengalami penurunan.

Biasanya yang menyebabkan pasien usia lanjut datang berobat adalah karena gangguan

penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer)

dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan biasa.(5)

4.2 PATOFISIOLOGI DM PADA LANJUT USIA

Patofisiologi diabetes melitus pada usia lanjut belum dapat diterangkan seluruhnya, namun

didasarkan atas faktor-faktor yang muncul oleh perubahan proses menuanya sendiri. Faktor-

faktor tersebut antara lain perubahan komposisi tubuh, menurunnya aktifitas fisik, perubahan life

style, faktor perubahan neurohormonal khusunya penurunan kadar DHES dan IGF-1 plasma,

Page 18: Makalah GER-2.fix.docx

serta meningkatnya stres oksidatif. Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic

adaptation, oleh karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena aged

related insulin resistance atau aged related insulin inefficiency sebagai hasil dari preserved

insulin action despite age.

Berbagai faktor yang mengganggu homeostasis glukosa antara lain faktor genetik, lingkungan

dan nutrisi. Berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua, yaitu faktor

intrinsik yang terdiri atas faktor genetikdan biologik serta faktor ekstrinsik seperti faktor gaya

hidup, lingkungan, kultur dan sosial ekonomi, maka timbulnya DM pada lanjut usia bersifat

muktifaktorial yang dapat mempengaruhi baik sekresi insulin maupun aksi insulin pada jaringan

sasaran.

Faktor resiko diabetes melitus akibat proses menua:

Penurunan aktifitas fisik

Peningkatan lemak

Efek penuaan pada kerja insulin

Obat-obatan

Genetik

Penyakit lain yang ada

Efek penuaan pada sel

Menyebabkan resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin gangguan toleransi

glukosa dan diabetes melitus tipe 2.

Perubahan progresif metabolisme karbohidrat pada lanjut usia meliputi perubahan

pelepasan insulin yang dipengaruhi glukosa dan hambatan pelepasan glukosa yang diperantarai

insulin. Besarnya penurunan sekresi insulin lebih tampak pada respon pemberian glukosa secara

oral dibandingkan dengan pemberian intravena. Perubahan metabolisme karbohidrat ini antara

lain berupa hilangnya fase pertama pelepsan insulin. Pada lanjut usia sering terjadi hiperglikemia

(kadar glukosa darah >200 mg/dl) pada 2 jam setelah pembebanan glukosa dengan kadar gula

darah puasa normal (<126 mg/dl) yang disebut Isolated Postchallenge Hyperglikemia (IPH). (7)

Page 19: Makalah GER-2.fix.docx

4.3 Hipertensi

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam

arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang

abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma,

gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi

diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat

jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring

tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.

Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau

lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah

tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi

tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.

Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir

setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80

tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang

secara perlahan atau bahkan menurun drastis.(8)

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)Normal <120 Dan <80Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

4.4 Hipertensi dan Gangguan Fungsi Ginjal

Page 20: Makalah GER-2.fix.docx

Secara tidak langsung diabetes melitus juga dapat mempengaruhi kondisi ginjal. Hal ini

dipengaruhi dengan hipertensi yang dialami oleh pasien DM, karena pada hipertensi dan diabetes

terdapat hubungan yang erat. Hiperglisemi yang terjadi sebagai akibat dari diabetes mellitus

menyebabkan tingginya kadar glukosa dalam darah yang membentuk AGEs (Advanced

glycation end-product). Tingginya protein AGEs dan hiperglikemia yang menyebabkan darah

menjadi lebih kental membuat tekanan darah bertambah, ini merupakan hubungan anatara

hipertensi dan DM yang dapat mempengaruhi rusaknya ginjal. AGEs berperan pada komplikasi

makrovaskular pada penderita DM terutama menggunakan mekanisme atherosklerosis.

Hipelipidemia, dan Hiperurisemia juga diperberat dengan pengaruh dari pola hidup pasien yang

tidak teratur dan jarang berolahraga juga dapat disebabkan karena diabetes mellitus yang juga

diderita pasien.

Page 21: Makalah GER-2.fix.docx

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan data dan hasil pemeriksaan tersebut, pasien diduga mengalami gangguan

metabolisme dalam tubuhnya. Hal ini ditandai dengan hipertensi, dislipidemia (kolesterol total

dan trigliserida tinggi) dan gula darah sewaktu dan HBA1C yang meningkat.  Keadaan ini akan

memicu terjadinya diabetes dan menimbulkan penyempitan pembuluh darah, ditambah adanya

pengaruh genetik untuk DM dan hipertensi yang dialami pasien. Diabetes Mellitus yang dialami

pasien tersebut, dapat memberikan efek pada organ tubuh pasien yang lain, menyebabkan

Hipertensi, Hiperlipidemia dan gangguan fungsi ginjal karena diabetes mellitus pasien tersebut

yang dialami pasien. Usia pasien yang telah lanjut mempersulit untuk melakukan pengobatan

sehingga dosis dan pemberian harus diperhatikan sebaik-baiknya.

Page 22: Makalah GER-2.fix.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. FK UI: Jakarta; 2006.2. Wison L. Price, S. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6.

Jakarta: EGC. 20063. Medicine.net. Neuropathy Diabetic. Avalaible at:

http://www.medicinenet.com/diabetic_neuropathy/article.htm. Accessed 17 March, 2011.4. Gout-treatment.net. Diabetic-Gout Connection. Availaible at: http://www.gout-

treatment.net/diabetes-gout-connection-html. Accessed 17 March, 2011

5. Anonym . Modul Geriatri: Diabetes Pada Lansia. Available at :

http://www.artikelkedokteran.com/342/modul-geriatri-diabetes-pada-lansia.html.

accessed on : June 11th 2011

6. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Prinsip Terapi Diabetes Melitus. Availaible at: http://usupress.usu.ac.id/files/Penyakit-Penyakit%20yang%20Memengaruhi%20Kehamilan%20dan%20Persalinan%20Edisi%20Kedua_Normal_bab%201.pdf. Accessed 17 March, 2011

7. Anonym. DM Pada Lansia. Available at :

klikclinickink.files.wordpress.com/2010/07/dm-pada-lansia.doc. accessed on :June 11th

2011

8. Tekanan Darah Tinggi.(Hipertensi). Available at :

http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html. accessed

on : june 12th 2011

Page 23: Makalah GER-2.fix.docx