makalah farset pil suppo

Upload: hana-zawtum

Post on 09-Oct-2015

195 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

makalah mengenai suppositoria dan pillulae

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pengertian obat secara umum, Obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun luar guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan penyakit.Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau untuk memperelok badan atau bagian badan manusia (SK Menkes RI No. 90/Kab/B.VII/1971).Bentuk-bentuk sediaan dari obat yaitu tablet, suspensi, kapsul, emulsi, pil, sirup, serbuk, supposutoria, salep, obet tetes, krim, gel, dan lain masih banyak bentuk sediaan lainnya.Bentuk sediaan obat dapat berfungasi sebagai :1. Melindungi obat dari kerusakan akibat udara2. Melindungi obat dari kerusakan akibat asam lambung3. Memudahkan penggunaan obat untuk tujuan terapi4. Membuat pelepasan obat yang teliti, tepat dan aman5. Menghilangkan atau menutupi rasa pahit atau rasa tak enak dari obatnya6. Membuat serbuk yang tak larut atau tak stabil dalam larutan dibuat suspensi

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan suppositoria?2. Bagaimana klasifikasi dan bentuk-bentuk suppositoria ?3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi suppositoria?4. Mengapa adanya penambahan bahan ?5. Keuntungan dan kerugian suppositoria ?6. Apa saja syarat basis yang ideal ?7. Bagaimana metode pembuatan suppositoria ?8. evaluasi suppositoria ?9. Seperti apakah sedian pil itu ?10. Bagaiman persyaratan sedian pil yang baik ?11. Apa saja bentuk sedian pil ?12. Apa keuntungan dan kerugian sediaan pil ?13. Dalam pembuatan sedian pil apa saja yang perlu ditambahkan ?14. Bagaiman tahapan peracikan pil yang benar ?15. Hal hal apasaja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sedian pil ?

1.3 Tujuan penulisan1. Dapat mengetahui dan memahami apa yang di maksud dengan suppositoria.2. Dapat mengetahui dan memahami klasifikasi dan bentuk-bentuk suppositoria.3. Dapat mengetahui dan memahami Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi suppositoria.4. Dapat mengetahui dan memahami alasan adanya penambahan bahan.5. Dapat mengetahui dan memahami Keuntungan dan kerugian suppositoria. 6. Dapat mengetahui dan memahami Apa saja syarat basis yang ideal. 7. Dapat mengetahui dan memahami Bagaimana metode pembuatan suppositoria.8. Dapat mengetahui dan memahami bagaimana evaluasi suppositoria.9. Dapat mengetahui dan memahami Seperti apakah sedian pil itu.10. Dapat mengetahui dan memahami Bagaiman persyaratan sedian pil yang baik.11. Dapat mengetahui dan memahami Apa saja bentuk sedian pil. 12. Dapat mengetahui dan memahami keuntungan dan kerugian dari sediaan pil.13. Dapat mengetahui dan memahami dalam pembuatan sedian pil apa saja yang perlu ditambahkan.14. Dapat mengetahui dan memahami Bagaiman tahapan peracikan pil yang benar.15. Dapat mengetahui dan memahami Hal hal apasaja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sedian pil.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 SUPPOSITORIAA. PENGERTIAN SUPPOSITORIAMenurut FI edisi III hal 32, Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh. Menurut FI edisi IV hal 16 Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.

B. BENTUK-BENTUK SUPPOSITORIA DAN UKURANNYAAnsel hal 576-5771. Suppositoria rektalBerbentuk silindris dan kedua ujungnya tajam, peluru, torpedo atau jari-jari kecil. Ukuran panjangnya 32 mm (1,5 inchi). Amerika menetapkan beratnya 2 gram untuk orang dewasa bila oleum cacao yang digunakan sebagai vasis. Sedangkan untuk bayi dan anak-anak ukuran dan beratnya dari ukuran dan berat orang dewasa, bentuknya kira-kira seperti pensil.2. Suppositoria vaginaBiasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut sesuai dengan kompendik resmi, beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao, sebab lagi tergantung pada macam basis dan masing-masing pabrik yang membuatnya.3. Suppositoria uretra (Bougie)Bentuk ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukan kedalam lambung urine/saluran urine pria atau wanita 1 garis tengah 3-6 mm dengan panjang 140 mm. Walaupun ukuran ini masih bervariasi antar yang satu dengan yang lain apabila basisnya dari oleum cacao, maka beratnya 4 gram untuk wanita panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria. Panjang kurang lebih 78 mm dan beratnya 2 gram inipun bila oleum cacao sebagai basisnya.

C. Klasifikasi Suppositoria Suppositori rectal : Suppositorial untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g.(Anonim, 1995 : 17).Faktor yang mempegaruhi absorpsi obat per rektal yaitu : Faktor fisiologis, antara lain pelepasan obat dari basis atau bahan dasar, difusi obat melalui mukosa, deteoksifikasi atau metabolisme, distribusi di cairan jaringan, dan terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan. Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain kelarutan obat, kadar obat dalam basis, ukuran partikel, dan basis suppositoria (Syamsuni, 2005). Suppositoria vaginal : Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebihkurang 5.0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium. (Anonim,1995 : 17) Suppositoria urethra :Suppositoria untuk saluran urine yang juga disebut bougie. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya.( Ansel, 2005). Suppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang mengandung gliserin. Namun, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel, 2005).

D. EFEK TERAPI SUPPOSITORIAa) Menurut Ansel hal 16 171. Aksi lokalBegitu dimasukan, basis suppositoria meleleh, melunak atau melarut menyebarkan bahan obat yang dibawahnya kejaringan-jaringan didaerah tersebut obat ini bisa dimaksudkan untuk ditahan dalam ruang tersebut untuk efek kerja lokal atau bisa juga dimaksudkan agar diabsorbsi untuk mendapatkan efek sistemik. Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakaan untuk menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, iritasi rasa gatal dan radang sehubungan dengan wasir atau kondisi anarektal lainnya. Suppositoria vagina yang dimaksudkan untuk efek lokal, digunakan terutama sebagai antiseptik pada higiene wanita dan sebagai zat khusus untuk memerangi dan menyerang penyebab penyakit.2. Aksi sistemikUntuk efek sistemik, membran mukosa rektum dan vagina memungkinkan absorbsi dan kebanyakan obat yang dapat larut walaupun rektum sering digunakan sebagai tempat absorbsi secara sistemik, vagina tidak sering digunakan untuk tujuan ini. Untuk mendapatkan efek sistemik, atau pemakian melalui rektum mempunyai beberapa kelebihan dari pada pemakian secara oral, yaitu :1) Obat yang rusak atau tidak dibuat tidak aktif oleh pH atau aktifitas enzim dan lambung.2) Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan.3) Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yang suka muntah, dan lain sebagainya.b) Menurut Lachman hal 1184 11861. Suppositoria untuk efek sistemikPemilihan basis suppositoria yang mungkin dikehendaki harus dibuat misalnya dengan memilih basis-basis yang disarankan. Avaibilitas dan harga basis suppositoria harus diperhitungkan sebelum pengerjaan formulasi digunakan.2. Suppositoria untuk efek lokalObat-obat yang dimaksudkan untuk efek lokal umumnya tidak diabsorbsi misalnya obat-obat untuk wasir, anastetik lokal, antipiretik, basis-basis, yang digunakan untuk obat ini sebenarnya tidak diabsorbsi. Lambat meleleh dan lambat melepaskan obat-obat sistemik. Efek lokal umumnya terjadi terjadi dalam waktu jam (30 menit) paling sedikit empat.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIMenurut Lachman hal 1184 11861. Faktor fisiologi1) Sirkulasi darahSejumlah obat tidak dapat dibiarkan secara oral oleh karena obat-obat tersebut dipengaruhi oleh getah pencernaan atau aktivitas terapeutiknya diubah oleh hati setelah diabsorbsi. Setelah obat diabsorbsi dari usus halusakan dibawah oleh vena porta hepatika ke hati. Hati mengubah sebagian besar obat yang sama dapat diabsorbsi dalam daerah anarektal dengan nilai terapeutiknya masih dipertahankan. Vena hemoroid yang lebih atas tidak berhubung dengan porta yang menuju hati. Dilaporkan bahwa lebih separuh 50-70% obat yang diberikan secara rektal tarabsorbsi secara langsung ke dalam sirkulasi umum.2) PhMempunyai peranan dalam mengendapkan laju absorbsi obat yang berarti schaneler melaporkan bahwa kolon tikus mempunyai pH kira-kira 6,3 suatu pH yang sedikit lebih asam dari semula. Hal ini mengakibatkan obat-obat yang terlarut menentukan pH di daerah anorectal. Schaneler mengatakan bahwa asam dan basa yang lebih akan lebih lemah , akan lebih mudah terionisasi.3) Keadaan fisiologi kolonJumlah dan sifat kimia cairan-cairan dan padatan-padatan yang ada mempengaruhi absorbsi obat. Jika kandungan dubur banyak diabsorbsi obat akan lambat.4) Keadaan membran mukosa rectalDinding membran diselubungi oleh lapisan mukosa yang relatif kontinyu/tebal yang bertindak sebagai penghalang mekanik untuk jalannya obat melalui pori-pori dimana terjadi absorbsi melalui usus kecil dan usus besar hampir tidak berbeda dengan obat yang diabsorbsi obat melalui usus kecil dan besar , rasanya tidak memungkinkan suatu obat yang telah melewati usus kecil dan akan diabsorbsi secara bermakna melalui kolon.2. Faktor fisika-kimiaUrutan peristiwa menuju absorbsi obat melalui daerah anorectal adalah obat dalam pembawa masuk dalam obat dalam cairan hal inicairan kolon kemudian diabsorbsi oleh mukosa rectal. Agar obat dapat diabsorbsi obat tersebut harus dilepas dari suppositoria dan didistribusikan oleh cairan disekitarnya pada tempat-tempat absorbsi dengan melarutkan dalam cairan maka terdapat kontak yang luas dan obat dengan dinding lumen sehingga shingga meningkatkan kontak obat dengan sebagian besar tempat-tempat absorbsi1) Sifat basisSuppositoria yang dipengaruhi oleh adsorbsi obat.2) Bahan tambahan/adjuvanDidalam formula suppositoria dapat mempengaruhi adsorbsi obat melalui perubahan sifat reologi dari basis tersebut pada temperatur kamar. Atau dengan mempengaruhi disolusi obat dalam dalam media sedian obat tersebut, dalam basis tipe emulsi, terlihat bahwa pelepasan sejumlah obat yang larut dalam air meningkat dengan meningkatnya kandungan air dari basis tersebut. Dan bahwa laju obat yang dilepaskan dapat diperpanjang dengan penambahan suatu polimer, air, penambahan koloid silikon, oksida yang hidrofilik pada Suppositoria dengan basis berlemak. Mengubah sifat reologi massa tersebut. Salisilat ternyata dapat memperbaiki adsorbsi rectal dari antibiotika yang larut dalam air dalam basis hidrofilik.sehingga laju adsorbsi kurang lebih dibandingkan dengan bila berada dalam basis yang larut air. Obat-obat yang larut minyak cenderung untuk melarut sebagian didalam minyak dengan menghasilkan dari pencairan suppositoria dan memiliki tundensi yang minimal untuk keluar dari medium cairan dan sekresi mukosa dan tempat dimana dan akan diabsorbsi. Obat-obat yang larut cenderung untuk melewati lebih cepat dari fase minyak menuju fase air. Oleh karena itu bila kecepatan opset aksi adalah cepat, maka kelarutan dalam air dan obat dalam basis dari minyak harus diseleksi.

F. ALASAN PENAMBAHAN BAHANa. Menurut Parrot hal 382Berdasarkan keadaan pasien, yaitu pada pasien yang tidak dapat menelan obat secara oral dan lainya.b. Menurut Ansel hal 578Dalam berbagai obat terdapat bahan yang dirusak oleh lambung sehingga tidak dapat memberi efek.c. Menurut Ansel 579 581Bahan obat yang masuk tidak mengalami metabolisme dihati.d. Menurut Lachman hal 1148 11491. Sediaan Suppositoria memberikan lebih cepat.2. Sediaan ini mengiritasi saluran pencernaan.

G. PEMBAGIAN BASISa. Menurut Ansel hal 582 5891.1) Basis berminyak atau berlemakBasis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, karena pada dasarnya olium cacao termasuk kelompok ini, utama dan kelompok ketiga merupakan golongan basis-basis lainya. Diantara bahan berminyak atau berlemak lainya yang biasa digunakan sebagai basis Suppositoria. Macam-macam asam lemak yang dihidrogenesis dari minyak nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas, juga kumpulan basis lemak yang mengandung gabungan minyak gliserin dan asam lemak dengan berat molekul tinggi, seperti asam palmitat dan asam stearat, mungkin ditemukan dalam basisi Suppositoria berlemak. Campuran yang dimikian seperti gliserol dan monostearat merupakan contoh dari kelompok ini.2) Basis yang larut dalam air dan basis yang bercampur dengan air. Air merupakan kumpulan yang penting dari kelompok ini adalah gelatin dan gliserin dan basis policahenilikol, basis gelatin, gliserin paling sering digunakan dalam pembuatan Suppositoria vagina dimana memang diharapkanefek setempat yang cukup lama usus.3.Basis lainyaDalam kelompok basis ini termasuk campuran bahan bersifat seperti lemak yang larut dalam air dan bercampur dengan air, bahan-bahan ini mungkin memebentuk zat kimia atau campuraan fisika.beberapa diantaranya berebentuk emulsi, umumnya dan tipe air dalam minyak atau mungkin dapat menyebar dalam cairan besar. Salah satu dari bahan ini adalah polioksil 40 starat suatu zat aktif pada permukaan digunakan dalam sejumlah basis Suppositoria dalam perdaganggan.b. Menurut R. Voight hal 2831) Minyak coklatDiperoleh dari pergeseran biji masak tanpa bungkus dan telah disegrasi datiTheobroma cacao. Lemak coklat bersifat netral secara kimia dan fisiologi sertabanyak digunakan, mengingat daerah suburnya (31-34C) pada suhu kamar, bentuk lemak coklat mantap. Mentega coklat merupakan campuran trigliserol, kira-kira 78% adalah gliserol-1-palmiat-2-oleat-3-stearat, gliserol-1-3-stearat-2-oleat, dan gliserol-3-palmiat-2-oleat, sisanya adalah komposisi berbagai campuran trigliserol. Suppositoria coklat memeiliki tampak luas yang menarik, cepat lebur pada suhu tubuh.2) Lemak kerasLemak keras ini terdiri atas campuran mono-di-dan trigliserida asam-asam lemak jenuh C80H21COOH sampai C10H10COOH. Untuk membuat digunakan lemak tumbuhan daributir kelapa sawit yang mempunyai kandungan asam lemak tumbuhan yang tinggi. Produk semi sintetik ini didominasi oleh asam lemak berwarna putih, mudah patah, tidak berbau, tidak terasa dan tidak memiliki kecenderungan yang amat rendah untuk menjadi tengik (angka oli paling tinggi 3, angka iod untuk lemak coklat 35 39 ). Harga viskositas leburan lemak coklat terletak sedikit lebih tinggi daripada lemak keras, massanya padat larut air, melebar pada suhu 33,5 35,5 C.3) Polietilenglikol C massa melebur suhu tinggi (larut air)Kelarutan Polietilenglikol berdasarkan atas pembentukan jembatan hidrogen antara oksigen eter dengan molekul air. Polietilenglikol yang melebur jauh diatas suhu tubuh. Harus larut dalam air usus yang terdistribusi diatas 16 20 cm panjang rectum. Massa Polietilenglikol dengan daerah lebar rendah (47 49 C) dan terlarutkan yang paling baik dimiliki oleh komposisi campuran Polietilenglikol 1000 (Suppositoria) dengan PEG 4000 (Suppogen 0).4) Gliserol-Gelatin (Massa clastin larut air)Gelatin adalah makromolekul amfoter (protein) yang dibangun dari asam amino. Asam aminonya adalah glikol, alanin, sifat gelatin dibawah titik isoelektrisnya atau kation aktif diatasnya bersifat anion aktif. Gelatin mengembang dalam air, larut dalam pemanasan dan membentuk gel elastis.

H. FAKTOR PEMILIHAN BASIS SUPPOSITORIA Selama produksi Kontraksi. Sedikit kontraksi pada saat pendinginan volume suppositoria diinginkan untuk memudahkan pengeluaran dari cetakan Ke-inert-an. Tidak boleh ada interaksi kimia antara basis dengan bahan aktif Solidifikasi. Interval antara titik leleh dengan titik solidifikasi harus optimal : jika terlau pendek maka penuangan lelehan ke dalam cetakan akan sulit ; jika terlau panjang waktu solidifikasi akan menjadi lama sehingga laju produksi suppositoria akan menurun. Viskositas. Jika viskositas tidak cukup, komponen terdispersi dari campuran akan membentuk sedimen

Selama penyimpanan Ketidakmurnian. Kontaminasi bakteri/fungi harus diminimalisir dengan basis non-nutritif dengan kandungan air minimal. Pelembekan. Suppositoria harus diformulasi agar tidak melembek atau meleleh selama transportasi atau penyimpanan. Stabilitas. Bahan yang dipilh tidak teroksidasi saat terpapar udara, kelembapan atau cahaya.

I. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SUPPOSITORIAKeuntungan :1. Menurut R.Voight hal 282a. Tidak merusak lambungb. Tanpa rasa yang tidak enak (kemualan)c. Mudah dipakai bahkan pada saat pasien tidak sadarkan diri, sulit menelan dan sebagainya.d. Pemakaian suppositoria pada umumnya tidak menimbulkan rasa sakit.2. Menurut Ansel hal 579a. Obat yang masuk dibuat tidak aktif oleh pH atau aktivitas enzim dalam lambung atau perlu dibawa untuk masuk ke dalam lingkungan merusak ini.b. Obat yang merangsang lambung dapat dibiarkan tanpa menimbulkan perangsangan.c. Obat yang dirusak dalam partal dapat melewati hati setelah diabsorbsi pada rectum.d. Cara ini lebih sesuai digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat.Kerugian1. Menurut Lachman hal 1151-1153a. Dinding membran diliputi suatu lapisan mukosa yang relatif konstan yang dapat bertanduk sebagai pengahalang mekanik untuk jalannya obat melalui pori-pori.b. Suatu obat yang sangat sukar larut larut dalam minyak.2. Menurut R. VoightHarus dalam kondisi penyimpanan yang tepat (kering , dingin) tidak dilindungi dari cayaha, bebas udara disimpan dalam bentuk terpasang tidak sebagai barang santai untuk memperpanjang stabilitasnya.3. Menurut Ansel hal 579Dosis obat yang digunakan melalui rectum mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada yang dipakai secara oral tergantung pada faktor-faktor kedalam tubuh pasien. Sifat fisika kimia obat dari kemampuan obat melewati penghalang fisiologis , untuk diabsorbsidan sifat basis suppo yang dimaksudkan untuk obat-obat sistemik efek lokal umumnya terjadi dengan bentuk/waktu setengah jam sampai sedikit 4 jam.

J. SYARAT BASIS YANG IDEALMenurut R. Voight hal 283-2841. Secara fisiologis netral tanpa menimbulkan rangsangan pada usus ini dapat ditimbulkan dalam massa fisiologi atau ketagihan kekerasan terlalu besar , tetap juga peracikan dari bahan obat yang tidak cukup terhaluskan.2. Secara kimia netral (tanpa tidak tersatunya bahan obat)3. Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak stabil)4. Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku (dengan ini pembentukan yang cepat dan massa dalam pembentukan kontrasibilitas yang baik , pencegah suatu pendingin es dalam pembentuk.5. Interval yang rendah antara titik lebur mengalir dengan titik lebur jernih.6. Viskositas yang memadat (pengurangan lebih lanjut dari sedimentasi bahan obat tersuspensi, tinggi ketetapan tekanan)7. Sebaiknya suppositoria dalam beberapa menit melebur pada suhu tubuh atau melarut (persyaratan untuk kerja obat)8. Pembebasan obat yang baik dan reabsorbsinya9. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan pewarnaan, pengerasan, ketetapan bentuk dan daya patah yang baik).

K. METODE PEMBUATAN SUPPOSITORIAa. Menurut Lachman hal 11791. Metode dengan TanganMetode pembuatan suppositoria yang paling sederhana dan yang paling tua adalah dengan tangan. Yakni dengan menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan mengandung zat aktif menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahan aktif dengan menggunakan atau dilarutkan dengan air, atau kadang-kadang dicampur atau dengan sedikit lemak bulu domba untuk mempermudah penyatuan basis suppositoria. Kemudian massa digulung menjadi satu barang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki atau menjadi bola-bola vaginal sesuai dengan berat yang diinginkan. Batang silinder dipotong menjadi beberapa bagian kemudian salah satu ujungnya diruncingkan.2. Mencetak kompressiSuppositoria yang lebih seragam dengan cara farmasetik dapat dibuat dengan mengkompressi larutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki, suatu roda tangan berputar menekan suatu bistor pada massa suppositoria yang diisikan dalam silinder sehingga massa terdorong masuk ke dalam cetakan3. Metode TuangMetode yang paling umum digunakan pada suppositoria skala kecil dan skala besar adalah pencetakan. Pertama-tama bahan basis diletakkan sebaiknya di atas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan. Kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya.4. Metode Pencetak OtomatisPelaksanaan pencetakan (penanganan, pendinginan) dan pemindahan dapat dilakukan dengan mesin. Seluruh pengisian, pengeluaran dan pembersihan cetak semua dijalankan secara otomatis. Pertama-tama massa yang telah disiapkan diisikan ke dalam suatu corong pengisi dimana massa tersebut secara kontinyu dicampur dan dijaga pada temperatur konstan.

L. EVALUASI SUPPOSITORIAMenurut Lachman hal 1191-11941. Uji Kisaran LelehUji ini disebut juga uji kesaran meleleh makro dan uji merupakan salah satu ukuran waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam penangas air dengan temperatur tetap (370C). Sebaiknya uji kisaran meleleh mikro adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak.2. Uji Pencahar atau uji waktu melunak dari suppositoria rektal suatu modifikasi yang dikembangkan oleh Krowezyasku adalah uji suppositoria akhir lain yang berguna. Uji tersebut terdiri dari pipa U yang sebagian dicelupkan kedalam penangas air yang bertemperatur konstan. Penyempitan pada satu menahan suppositoria tersebut pada tempatnya dalam pipa.3. Uji KehancuranBerbagai larutan sudah diuraikan untuk memecahkan masalah kerapuhan suppositoria. Uji kehancurandirancang sebagai metode untuk mengukur keregasan atau kerapuhan suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berbanding rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air pada suhu 370C dipompa melalui dinding rangkap ruang tersebut. Dan suppositoria diisikan ke dalam dinding dalam yang kering, menopang lempeng dimana suatu batang diletakkan.4. Uji DisolusiPengujian laju pelepasan zat obat dari suppositoria secara invitro selalu mengalami kesulitan karena adanya pelelehan. Perubahan bentuk dan depresi dari medium disolusi. Pengujian awal dilakukan dengan penetapan biasa dalam gelas piala yang mengandung suatu medium.

M. SPESIFIKASI UNTUK BASISSUPPOSITORIAa. Menurut Lachman hal 1156-11671. Asal dan Kompressi KimiaUraian singkat dari konversi mengungkapkan sumber asal (yakni apakah benar-benar alami atau sintetis, atau produk yang dimodifikasi). Dan susunan kimia ketidak tercampuran basis dengan konstituen-konstituen lain secara fisika atau kimia dapat diramalkan jika komposisi formula yang tepat diketahui, termasuk pengawet, antioksidant dan pengemulsi.2. Kisaran Titik LelehKarena basis suppositoria merupakan campuran kompleks trigliserida, maka basis suppositoria tersebut tidak mempunyai titik leleh tajam. Karakteristik titik leleh dinyatakan sebagai suatu kisaran yang menunjukkan temperatur dimana lemak mulai meleleh dan temperatur dimana lemak meleleh seluruhnya3. Solid-Fat Index (SFI)Dari grafik persentase zat padat terhadap temperatur, seseorang dapat menentukan kisaran pemadatan dan kisaran leleh basah, basah lemak juga bersifat leleh, rasa pada permukaan dan kekerasan basis. Basis dengan suhu tetes yang jelas dalam zat padat dan rentang temperatur pendek terbukti rapuh jika meleleh terlalu cepat.4. Angka HidroksilAngka hidroksil merupakan suatu ukuran posisi yang tidak diesterifikasi pada molekul-molekul gliserida dan mencerminkan kandungan monogliserida dan diglerisida suatu basis lemak, angka ini menunjukkan miligram KOH yang akan menetraksir asam asetat yang digunakan untuk mengesetilasi 1 gram lemak.5. Titik MemadatHarga ini meramalkan waktu yang dibutuhkan oleh basis untuk menjadi padat dan besar adalah cetakan. Pertama-tama sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan. Kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan ke dalamnya.6. Mesin Pencetak OtomatisPelaksanaan pencetakan (penuangan, pendinginan dan pemindahan) dapat dilakukan dengan mesin. Seluruh pengisian, pengeluaran dan pembersihan cetakan, semua dijalankan secara otomatis produksi suatu mesin putar khusus berkisar antara 3500 sampai 6000 suppositoria per jam.

2.2 PILA. Pengertian pilPil berasal dari bahasa latin yaitu Pila yang berarti bola. Dalam Farmakope edisi III : Pil adalah suatu sedian berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat.Dalam buku ilmu meracik obat : Pil adalah suatu sedian yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat.Menurut Leerboek der Receptur : Pil adalah salah satu bentuk sedian padat yang berbentuk bola kecil dengan berat 100 500 mg.Pil kecil yang beratnya kira-kira 30 mg disebut granula dan pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg disebut boli.Syarat sediaan pil yang baika. Homogen ukuran, bentuk, warna dan dosisnyab. Mempunyai kekenyalan, daya rekat, dan kekerasan tertentu.c. Mempunyai waktu hancur tertentuDalam FI ed. III, pil harus memenuhi beberapa syarat :a. Keseragaman bobotMemenuhi keseragaman bobot. timbang 20 pil satu-persatu, hitung bobot rata-rata, penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rataUntuk bobot rata-rata pilPenyimpangan terbesar

18 pil2 pil

100 mg sampai 250 mg250 mg sampai 500 mg10 %7,5 %20 %15 %

b. Waktu hancur pil = Waktu hancur tablet Tidak lebih dari 15 menit untuk pil tak bersalut. Tidak lebih dari 60 menit untuk pil bersalut gula dan bersalut selaput. Pil bersalut enterik : 3 jam dalam larutan 0,06 N HCl dan tidak lebih dari 60 menit dalam larutan pendapar pH 6,8c. Pada waktu penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pecernaan, dan pil salut enteric tidak hancur dalam lambung tetapi hancur dalam usus halus.d. Syarat dari farmakope yang diberikan pada semua pil yang dipaparkan dalam farmakope dan yang dapat dianggap berlaku untuk semua pil-pil, yakni pil-pil setelah dimasukkan ke dalam asamklorida 0,04 N pada 37o dan dikocok-kocok keras-keras sampai hancur.e. Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compresi yaitu dalam air 36o 38o pil selama 15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60 menit untuk pil yang bersalut.

B. MACAM MACAM SEDIAAN PILa. Bolus: beratnya lebih dari 300 mgb. Pil: beratnya sekitar 60 300 mgc. Granul: beratnya 1/3 1 grain (1 grain = 64,8 mg)d. Parvul: beratnya kurang dari 1/3 grain

C. TUJUAN PEMBERIAN SEDIAAN PILKeuntungan :a. Mudah digunakan / ditelanb. Rasa obat yang tak enak dapat tertutupic. Relatif lebih stabil dibandingkan serbuk dan solutiod. Sangat baik untuk sediaan yang penyerapannya dikehendaki secara lambat, misal: KathartikaKerugian :a. Obat yang dikehendaki memberikan aksi yang cepatb. Obat yang dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi lambungc. Bahan Obat padat/serbuk yang voluminous dan Bahan Obat cair dalam jumlah besard. Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi waktu hancure. Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan pengawet)

D. FORMULA SEDIAAN PIL Formula umum :R/ Bahan obat Tambahan m.f. pil....Bahan Obat / MedikamenWujud : Padat padat CairBahan tambahana. Bahan PengisiFungsi: memperbesar massa pil (bila bahan obat terlalu kecil untuk dibuat pil)Jenis: Radix liquiritiae Saccharum album Bolus albaJumlah pemakaian: B.O. jumlah Kecil : Radix 2x bobot Succus B.O. sangat besar : Pakai pulvis pro pilulis (Radix dan Succus aa) B.O gol. Oksidator : Balus alba 100 mg/pil (garam Pb)

b. Bahan PengikatB.O non kohesif perlu bahan pengikatJenisnya: Succus Liquiritiae (2g untuk 60 pil) PGS (500 mg / 60 pil), utk yg voluminous : 1-1,5 g/60 pil Succus dan saccharum album aa (75 g/1000 pil) Gliserin cum tragacanth (10%) q.s. Adeps lanae/vaselin album q.s. utk Bahan Obat yg bersifat: Saling bereaksi dengan adanya air Terurai dengan air OksidatorGaram-garam timbalc. Bahan Pembasah Air Aqua gliserinata Sirupus simpleks Madu Adeps lanae / vaselin albumd. Bahan PemecahPil dengan bahan pengikat adeps lanae / vaselin album bersifat hidrofob, yang menyebabkan sukar larut / pecah di lambung, maka dari itu perlu ditambah bahan pemecah NaHCO3NaHCO3 + HClNaCl + H2CO3H2OCO2e. Bahan PenaburFungsi: agar pil tidak lengket pada alat dan satu sama lain.Jenis: Likopodium Talk Amylum Oryzae MgCO3 Liquiritiae Radixf. Bahan PenyalutFungsi: 1. Menjaga stabilitas bahan obat2. Menutupi rasa dan bau bahan obat yang tidak enak3. Memperbaiki penampilan pil4. Mencegah pil pecah di lambungJenis :1. Penyalut gula: Saccharum album2. Penyalut selaput: CMC-Na Balsamum tolatanum Carbowax 6000 Perak3. Penyalut enterik : Salol Schellak C.A.P

E. CARA PEMBUATAN PILa. Pembuatan Massa Pil1. Hitung bobot b.o per mil2. Tentukan macam & jumlah bahan tambahan3. Lakukan pencampuran b.o. dengan bahan pengisi, pengikat, dan pemecah4. Tambahkan bahan pembasah sedikit demi sedikit sambil digilas kuatCara mengetahui massa pil yang baik : Massa pil dipindahkan ke kertas perkamen Digulung dengan tangan membentuk silinder Bila silinder masih pecah/retak, ditambah pembasah Bila silinder terlalu lembek/lengket, ditambah bahan pengisi lagi

b. Pemotongan Pil1. Massa pil yang sudah jadi dipindahkan ke kertas perkamen, kemudian dibentuk silinder dengan tangan (ujung silinder harus pipih).2. Pindahkan ke papan pemotong pil yang sudah diberi penabur, lalu buat silinder panjang (sesuai jumlah pil yang diminta).3. Dipotong dengan pemotong pil.c. Pembulatan Pil1. Potongan massa pil pindahkan ke alat pembulat pil yang sudah diberi penabur.2. Pil dibulatkan dengan gerakan memutar ditambah sedikit penekanan.3. Setelah bulat, masukkan wadah sambil dihitung.d. Penyalutan PilBila pil perlu disalut, lakukan penyalutan sesuai jenis bahan penyalut yang dipakai.Tujuan :a) Melindungi Bahan Obat dari pengaruh lingkungan (salut selaput) contoh : garam-garam ferro disalut tolubalsem.b) Menutupi rasa bahan yg tak enak (salut gula), contoh : kloramfenikol, strychnin.c) Memperbaiki penampilan pil (salut selaput).d) Untuk menghindari oksidasi zat aktifnya. Penyalutan dilakukan dengan larutan Balsamum Tolutanum 1 bagian dalam 9 bagian Chlorofornum. Dilakukan dalam botol mulut lebar, pil-pil disiram dengan sedikit larutan Tolubalsem tersebut dan digojog keras-keras lalu dipindahkan pada piring dan digerak-gerakkan agar tidak melengket sampai kering.e) Untuk menghindari agar pil tidakpecah dalam lambung karena :(i) Zat aktifnya tidak dikehendaki bekerja dalam lambung tetapi dalam usus.(ii) Zat aktifnya mengiritasi lambung.(iii) Zat aktifnya rusak karena adanya asam lambung.Cara penyalutan sediaan pil :a) GulaPil diguling-gulingkan dalam sedikit Sirupus simpleks, kemudian digulingkan dalam campuran saccharum pulv. + Amylum tritici + Gom Arab (1:2:1,5) ad kering.b) GelatinPil ditusuk jarum, celupkan dalam larutan gelatinpanas (20% gelatin dalam air, biarkan dingin). Bekas tusukan jarum ditutup dengan menotolkan batang pengaduk pada lubang tersebut.c) TolubalsemPil dimasukkan dalam cawan berisi larutan tolubalsem dalam CHCl3 (10%), lalu digoyang-goyang sampai CHCl3 menguap. Pindahkan pil ke wadah lain, dan biarkan kering.d) PerakPil dibasahi dengan sirupus simpleks atau mucilage gom arab, kemudian dikocok dengan Ag foliatum (2 lbr/30 pil) sampai tersalut merata. Jika bahan obat beraksi dengan Ag, disalut dulu dengan Collodium.e) SalolPil dimasukkan dalam cawan berisi lelehan salol (20 g/60 pil) sampai terbasahi merata. Pindahkan ke wadah lain dan biarkan sampai salol memadat.f) SchellakPil disalut dengan larutan 10% schellak dalam spiritus. Setelah kering disalut lagi dengan campuran schellak ditambah asam stearate ditambah aether cum spiritus (5:2,5:50).

F. PRINSIP PEMBUATAN BERDASARKAN MACAM BAHAN OBATa. PadatTanpa sifat khusus, langsung diracik sesuai tahap pembuatan pil.b. PadatJumlah kecil : B.O. ditambah pelarut yang sesuai agar tepat larut B.O. ditambah pengisi yang warnanya kontras Ditambah zat pengikat Ditambah zat pembasah Contoh : Ekstrak Belladon, Ekstrak Hyosciami, dan Ekstrak CannabisJumlah besar : B.O. ditambah Radix q.s. ad massa pil Contoh : Ekstrak Secale cornuti dan Ekstrak Visci albic. Cair1. Ekstrak-ekstrak cairJumlah kecil (< 0,5 g / 30 pil) Dengan Succus dan Radix (1:0,5 g)Jumlah besar (>0,5 g / 30 pil) Diuapkansampaikental (+1/3 bobot) Ditambah radix ad massa pil Diganti dengan sisa keringnya Ditambah Radix, Succus, Aq. Glycerinata Misal: Ekstrak. Rhamni purshianae liquidum Diganti Ekstrak Rhamni p. Siccum 25 %2. Larutan berairJumlah kecil : Langsung dibuat pil tanpa bahan pembasah.Jumlah besar: Diuapkan ad kental (+1/3 bobot) Ditambah radix ad massa pil

G. PIL DENGAN BAHAN BAHAN KHUSUS1. Pil-pil yang mengandung senyawa HydrargyrumDibuat dengan menggerus hydrargyrum, dengan sama berat Liquiritiae Radix dan air, setelah tidak terlihat butir hydrargyum maka masa ditambah Liquiritiae Radix dan Succus Liquiritiae secukupnya sampai mendapat masa pil yang cocok. Bila jumlah Hydrargyrum kecil maka dapat ditambahkan Succus dan Liquiritiae Radix dalam perbandingan 1 : 2.2. Pil yang mengandung Ferrosi Carbonas dan Ferrosi IodiumFormula dapat dilihat di Farmakope Belanda edisi V, untuk pil Ferrosi Carbonas setiap pil mengandung 50 mg dan formula untuk pembuatan 300 pil jadi seluruh formula mengandung 15 g Ferrosi Carbonas. Dibuat dengan mereaksikan Ferrosis Sulfas dengan Natrii Bicarbonas di atas tangas air. Sebagai pereduksi adalah Mel dan sebagai zat pembasah gliserin dan air sampai berat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar reaksi pembentukan Ferrosis Carbonas berjalan sempurna yaitu gas CO2 yang terjadi hilang.3. Pil-pil yang mengandung garam-garam yang dapat menyerap airSeperti Natrii Iodium sering terjadi penggumpalan hingga sulit dibuat masa pil yang baik. Untuk mencegahnya maka perlu diberi air secukupnya biar larutan setelah itu baru dibuat masa pil.4. Pil-pil dengan zat-zat higroskopikSeperti Kalii Bromidum, Kalii Iodidum dan Natrii Salicylas supaya digerus halus dan didalam mortar yang panas . Untuk pil yang mengandung zat yang higroskopis sebagai zat pembasah jangan menggunakan Aqua Glycerinata.5. Pil-pil yang mengandung senyawa yang sangat HigroskopisDigunakan sebagai larutan seperti Calcii Bromidum, Calcii Chloridum, Kalii Acetas. Jika didalam resep tertulis garamnya maka yang diambil sebagai larutannya yang sebanding : Solutio Kalii Acetatis mengandung 331 / 3% Kalii Acetas Solutio Calcii Bromidi mengandung 25% Calcii Bromidum Solutio Calcii Chloridi mengandung 25% Calcii Chloridum Solutio Ferri Chloridi mengandung 75% Ferri ChloridumLarutan tersebut setelah ditimbang diuapkan sampai sisa airnya kira-kira tinggal kurang dari 1 g untuk 30 pil. Harus diingat jangan menguapkan Larutan Ferri Chloridum karena garam Ferrinya akan terurai.6. Pil-pil yang mengandung senyawa Codeinum base dengan garam Ammonium atau Ichtammolum.Karena Codeinum base terhitung mudah larut dalam air dan merupakan base lebih kuat dari garam Ammonium, maka akan bereaksi dan timbul gas NH3 yang bebas serta membuat pil jadi pecah.7. Pil-pil yang dapat pecah Karena zat-zat yang terkandung dapat bereaksi hingga memimbulkan gas yang memecah pil.Supaya tidak terjadi jangan menggunakan zat pembasah air yaitu dengan menggunakan zat pengikat yang lain : Pil yang mengandung Ferrosi Carbonas dengan Acidum Citricum akan menimbulkan gas CO2. Pil yang mengandung Meditrenum akan timbul gas CO2 karena terjadi reaksi antara Iodochloroxychinolin Sulfonas dengan Natrii Bicarbonas. Pil yang mengandung Ferrum Reductum atau pulveratum dengan asam seperti Acidum Cutricum akan bereaksi dan timbul gas H2 yang akan memecah pil.8. Pil-pil yang mengandung Hydrargyri Cloridum akan menghilangkan selaput lendir dari lambung dan usus maka perlu Hydrargyri Chloridum dalam keadaan yang halus. Untuk itu perlu penambahan Natrii Chloridum untuk memudahkan Hydrargryi Chloridum larut dalam air. Penambahan Natrii Chloridum adalah setengah berat Sublimat dan dilarutkan dulu dengan air sama berat.9. Pil-pil yang mengandung Diphantoinum NatriumJangan menggunakan Liquiritiae Radix tetapi menggunakan Succus Liquiritiae 1 bagian dan Amyilum 3 bagian dan sebagai zat pembasah digunakan Sirupus Simplex. Hal ini untuk menjaga agar pil lekas hancur dalam lambung.10. Pil-pil yang mengandung Quinini SulfasAda dua macam yaitu yang berwarna coklat dan berwarna putih.11. Pil-pil yang mengandung zat pengikat yang bereaksi dengan asamSeperti Gentianae Extractum, Succus Liquiritiae dan Liquiritiae Extractum. Bahan tersebut akan bereaksi dengan Ferrum reductum, Ferrum pulveratum yang menimbulkan gas H2 serta menyebabkan pil menjadi menggelembung dan pecah. Bahan tersebut akan bereaksi pula dengan Natrii Bicarbonas, Ferrosi Carbonas yang menimbulkan gas CO2 serta menyebabkan pil menjadi menggelembung dan pecah. Maka itu Succus Liquiritiae, Liquiritiae Extractum dan Gentianae Extractum harus dinetralkan dulu dengan MgO 50 mg tiap gram Ekstrak dan Succus.12. Pil-pil yang mengandung Ekstrak keringa. Aloe Extractum Aquosum siccum, Rhamni Frangulae Extractum Aquosum siccum, Rhamni Phursianae Extractum siccum, Rhei Extractum dapat dibuat pil cukup dangan Liquiritiae Radix dan zat pembasah Aqua Glyserinata.b. Chinchonae Extractum siccum dan Colae Extractum siccum memerlukan Succus Liquiritiae sebagai zat pengikat untuk dapat dibuat masa pil.c. Pil dengan ekstrak kering supaya dibuat keras jangan lembek agar tidak berubah bentuk.

H. KOMPONEN, PENGGUNAAN, DAN CONTOH PILLULAE.1. Zat utama berupa bahan obat yang harus memenuhi persyaratan farmakope misalnya KmnO4,asetosal,digitalis folium, garam ferro,dan lain-lain.2. Zat tambahan terdiri dari :a. Zat pengisi: fungsinya untuk memperbesar volume massa pil agar mudah untuk dibuat. Contoh: akar manis ( Radix Liquiritae ),bolus alba, atau bahan lain yang cocok ( glukosa,amilum,dan lain-lain).Radix Liq. Dengan gliserinadalah konsistuen yang baik untuk bahan-bahan minyak atsiri ( metode blomberg ).Terlebih dahulu kalau ditambahkan succus lq.Hal ini karena radix liq. Mengadung glisirizin yang bersifat mengemulsi minyak.b. Zat pengikat :fungsinya untuk memperbesar daya kohesi dan adhesi massa pil agar massa pil saling melekat menjadi massa yang kompak.Contoh: sari akar manis (succus liquiritae),gom akasia,tragakan,campuran bahan tersebut (PGS) atau bahan lain yang cocok (glukosa,mel ,sirop,mucilago,kanji,adeps,glycerinum cum tragakan,extra.gentian,extra.aloe , dan lain lain).c. Zat penabur : fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan antara molekul yang sejenis maupun tidak sejenis,sehingga massa pil tidak lengket satu sama lain,atau pil lenket satu pil dengan pil lainnya. Contoh : lycopodium dan talcum.d. Zat pembasah :fungsinya untuk memperkecil sudut kontak ( < 90) antar molekul sehingga massa menjadi basah dan lembek serta mudah di bentuk. Contoh : air, air-gliserin, gliserin ,sirop,madu dan lain-lain.e. Zat penyalut :fungsinya adalahi. Untukmenutupi rasa dan bau yang tidak enak.ii. Mencegah perubahan karena pengaruh udaraiii. Supaya pil pecah di dalam usus tidak di lambung (enteric coated pil )Ada6 tipe bahan obat yang diberikan secara enterik1. Bahan obat yang di pakai terus-menerus tetapi merangsang selaput lendir hidung. Misalnya asam salisilat dan digitalis.2. Bahan obat yang menghalagi pencernaan karena dengan pepsib membetuk senyawa yang tidak larut. Misanya argentum nitrat.3. bahan yang ter urai oleh asam lambung . Misalnya antibiotik golongan penisilin.4. Bahan obat yang dalam keadaan sepeka mungkin di usus. Misalnya antiseptik, santonin.5. Bahan obat yang mengakibatkan mabuk dan muntah-muntah .Misalnya emetin dan sulfonanama.6. Bahan obat yang dikehendaki lambat bereaksi.Misanya antihistamin.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULANKesimpulan yang didapat yakni :1. Menurut FI edisi III hal 32, Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh. Menurut FI edisi IV hal 16 Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.2. Macam macam suppositoria berdasarka tempat penggunaan, yakni Suppositoria rektal, suppositoria vaginal (ovula), su9ppositoria uretra (bacilla,bougies).3. Penggolongan bahan dasar suppositoria, yakni :a. Bahan dasar berlemak : oleum cacaob. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin gelatin, polietilen glikol (PEG)c. Bahan dasar lain: pembentuk emulsi A/M. Misalnya capuran tween 61 85% dengan gliserin laurat 15%4. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi obat perektal yakni : faktor fisiologis dan faktor kimia obat seta basis.5. Metode pembuatan suppositoria antara lain : dengan tangan, dengan mencetak hasil leburan, dan dengan kompressi6. Pil berasal dari bahasa latin yaitu Pila yang berarti bola. Dalam Farmakope edisi III : Pil adalah suatu sedian berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat.7. Pil harus memenuhi peryaratan : uji waktu hancur, uji keseragaman bobot pil, kemudian pada penyimpanan bentuknya harus tetap, tetapi tidak begitu keras sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan.8. Komponen pil terdiri dari zat utama dan zat tambahan ( zat pengikat, zat pengisi, zat penabur, zat pembasah, dan zat penyalut).

3.2 Kritik dan Saran Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah kami. Bagi para pembaca dan teman-teman mahasiswa yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku lainnya yang berkaitan dengan materi SUPPOSITORIA DAN PIL. Menjadikan Makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa dan mahasiswi berfikir aktif dan kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

Anief,Moh.1997. Ilmu meracik obat teori dan praktik. Yogyakarta : gadjah mada university press.Ansel, Howard.1989. Terjemahan buku teknologi farmasiedisi IV. Jakarta : UI Press.Lachman L,Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Terjemahan buku Teori dan praktek farmasi industri edisi ketiga vol III. Jakarta : UI Presshttp://Junaedybonggaupa.blogspot.com/2014/09/makalah-suppositoria-dan-tp.html

32