makalah depresi edit fix.docx

48
MAKALAH DEPRESSION IN MENTAL HEALTH Disusun Oleh: Suci Ratna Estria 220120140001 Laeli Farkhah 220120140037 Wigyo Susanto 220120140002 Andria Pragholapati 220120140023 Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Lanjut (Advance Psychiatric Nursing Practice) Dosen: Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D

Upload: suciratnaestria

Post on 04-Feb-2016

69 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah depresi edit fix.docx

MAKALAH

DEPRESSION IN MENTAL HEALTH

Disusun Oleh:

Suci Ratna Estria 220120140001

Laeli Farkhah 220120140037

Wigyo Susanto 220120140002

Andria Pragholapati 220120140023

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Jiwa Lanjut (Advance Psychiatric Nursing Practice)

Dosen: Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2015

Page 2: makalah depresi edit fix.docx

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok kami dapat

menyelesaikan makalah tentang ”depression in mental health” untuk memenuhi

tugas mata kuliah advance psychiatric nursing practice. Penulis mengucapkan

terimakasih kepada ibu Suryani, S.Kp., MHSc., PhD selaku koordinator mata

kuliah advance psychiatric nursing practice, tim pengajar, dan rekan-rekan

magister keperawatan jiwa yang telah memberi banyak masukan dalam perbaikan

makalah ini.

Makalah ini berisi konsep dan teori, trend dan issue terkini, instrument,

dan nursing intervention.Makalah ini diharapkan mampu menjadikan sebuah

masukan dan informasi bagi dunia keperawatan terutama keperawatan jiwa.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan. Walaupun demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

perawat jiwa mengenai teori depresi serta dapat memberikan intervensi yang

sesuai kebutuhan klien.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bandung, 18 Oktober 2015

Penulis,

Kelompok

Page 3: makalah depresi edit fix.docx

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................

i

RUBRIK PENILAIAN MAKALAH .........................................................................

ii

RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI .......................................................................

iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................

iv

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................

1

1.2 Tujuan ..............................................................................................................

2

BAB II KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Teori..............................................................................................

3

2.2 Trend dan Issue Terkini ...................................................................................

11

2.3 Instrument ........................................................................................................

13

2.4 Nursing Intervention......................................................................................... 17

2.5 Hasil Observasi RSJ.........................................................................................

23

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan...........................................................................................................

26

Page 4: makalah depresi edit fix.docx

3.2 Saran.................................................................................................................

27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Depresi memiliki banyak arti. Misalnya, individu yang pernah merasa sedih

atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa kecewa,

kehilangan dan frustasi serta menyebabkan keputusasaan.Namun, hal

tersebutdianggap normal dan merupakan reaksi sehat jika berlangsung cukup

singkat dan mudah teratasi.

Di lain pihak, gangguan depresi adalah jenis jenis penyakit gangguan jiwa

yang sering terjadi di masyarakat. Prevalensi gangguan depresi di Indonesia ada

sebanyak 11,60% dari jumlah penduduk di Indonesia sekitar 24.708.000 jiwa dan

50 persen terjadi pada usia 20 – 50 tahun (Depkes, 2011).

Selain itu, menurut World Health Organization (WHO) 2011, Depresi

adalah gangguan kompleks yang mempengaruhi lebih dari 120 juta orang

diseluruh dunia (Lepine & Briley, 2011) dan diprediksi menjadi penyebab

disabilitas terbesar kedua didunia pada tahun 2020. Tahun 2012 WHO

Page 5: makalah depresi edit fix.docx

mengestimasikan depresi menyerang 350 juta orang (WHO, 2012). Survey yang

dilakukan oleh World Mental Health Survey terhadap 17 negara ditemukan bahwa

rata-rata 1 dari 20 orang mengalami depresi.

Selanjutnya, meningkatnya depresi yang tidak dapat dikendalikan dapat

menyebabkan banyak orang untuk bunuh diri karena tidak mampu menghadapi

beban hidup. Dan untuk mereka yang masih mampu bertahan hidup, akan

mengalami keterbelakangan mental.

Hidup di jaman modern ini tidaklah gampang, selain harus bersaing dalam

hal mencari penghidupan yang layak, kita juga harus selektif sekali dalam mencari

lingkungan yang sehat secara mental. Apalagi posisi kita sebagai orang tua,

tentunya kita harus waspada terhadap perkembangan mental anak-anak kita, anak-

anak sekarang sering mengalami perlakuan a-moral, sehingga saat tumbuh

remaja, dia menjadi remaja yang mudah stres dan mudah mengalami depresi. Hal

ini sesuai dengan The National Comorbidity Survey-Adolescent Supplement

(NCS-A) yaitu lembaga survey Amerika Srikat menyatakan bahwa usia 13-18

tahun merupakan usia yang rentan mengalami depresi (DeFilippis M. Wagner, K.

D., 2014)

Selanjutnya, berdasarkan kondisi tersebut di atas, individu yang mengalami

depresi sebaiknya segera mendapat penanganan yang tepat untuk mengantisipasi

dan menurunkan tingkat keparahannya. Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas

lebih lanjut berkaitan dengan konsep teori depresi, issue terkini, instrumen, dan

intervensi pada kondisi depresi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Menghubungkan konsep dan teori, research evidence berkaitan dengan

depresi

1.2.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui konsep dan teori tentang depresi

b. Mengetahui trend dan issue terkini terkait depresi

c. Mengetahui instrumen untuk mengukur depresi

Page 6: makalah depresi edit fix.docx

d. Mengetahui intervensi dari masalah depresi

e. Mengetahui kondisi pasien depresi di RSJ Provinsi Jawa Barat

BAB II

KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Depresi

2.1.1 Definisi Depresi

Menurut Stuart (2013), depresi merupakan terjadinya kesedihan dan

kehilangan yang sifatnya universal dalam jangka waktu panjang (stres

berkelanjutan).

Selain itu, depresi merupakan gangguan mental umum yang menyajikan

dengan mood depresi, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau

rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan, energi rendah, dan hilang

konsentrasi.Masalah ini dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan

gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab

sehari-harinya (WHO, 2011). Episode depresi biasanya berlangsung selama 6

hingga 9 bulan, tetapi pada 15-20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun

atau lebih.

Depresi merupakan bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif,

mood) yang biasa ditandai dengan kemurungan, kesedihan, kelesua, kehilangan

Page 7: makalah depresi edit fix.docx

gairah hidup, tidak ada semangat, merasa tidak berdaya, perasaan bersalah, tidak

berguna, dan putus asa (Yosep, 2011).

Sedangkan menurut Margolin (2010), depresi yaitu gangguan mood, kondisi

emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,

berperasaan dan berperilaku) seseorang. Tampilan mood yang dominan muncul

adalah perasaan putus asa, tidak berdaya, dan kehilangan harapan. Selain itu,

timbulnya kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi dan mudah

lelah saat beraktivitas.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

depresi adalah kesedihan atau stres berkelanjutan dan menyebabkan terganggunya

peran dan tanggung pada individu yang mengalaminya.

2.1.2 Macam-macam Depresi

Menurut Frisch & Frisch (2006) depresi dikategorikan menjadi tiga yaitu:

1) Major depressive disorder (gangguan depresi berat)

Karakteristik yang ditunjukkan berupa gejala yang mengganggu

seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, makan, menikmati kegiatan yang

seharusnya menyenangkan, sedih, dan mati rasa.Depresi berat merupakan

ketikdakmampuan seseorang untuk berfungsi secara normal.Gangguan

depresi mayor terjadi tanpaada riwayat episode manik atau hipomanik

alami.Di samping itu, gejala klinis yang terlihat dapat dikelompokkan

berdasarkan gejala emosional, gejala kognitif, gejala perilaku, dan gejala

sosial.

2) Minor depressive disorder (gangguan depresi ringan)

Pada gangguan depresi ringan, gejala yang ditampilkan sangat

sedikit.Ganggun ini sangat erat berhubungan dengan ketergantungan alkohol

dan gangguan kecemasan.Hal yang berkaitan dengan terjadinya depresi

ringan diantaranya timbulnya kesedihan dan merasa lemah. Selain itu,

mengalami susah tidur, kurang bergairah atau bersemangat, namun belum

mengganggu terhadap aktivitas maupun peran yang biasanya dilakukan.

Page 8: makalah depresi edit fix.docx

3) Dysthymic disorder (dysthymia)

Ditandai dengan waktu yang lama (dua tahun atau lebih) tidak terdapat

gejala-gejala yang dapat mengganggu kemampuan seseorang tetapi dapat

mengganggu fungsinya secara normal seperti perasaan yang nyaman. Orang

dengan dysthymia akan disertai dengan gejala gangguan nafsu makan,

gangguan tidur, harga diri rendah, kelelahan, konsentrasi rendah, kesulitan

pengambilan keputusan, dan memiliki perasaan putus asa.

Di samping itu terdapat klasifikasi depresi yang berbeda, beberapa

gangguan depresi menunjukkan sedikit perbedaan karakteristik dari yang

digambarkan di atas, karena berkembang dalam keadaan yang unik. Tidak semua

ilmuwan setuju dalam hal menggolongkan dan mendefinisikan bentuk-bentuk dari

depresi ini. Beberapa jenis depresi yang lain meliputi (NIMH, 2008):

1) Psychotic depression, terjadi ketika gangguan depresi dibarengi dengan

gangguan psikosis, seperti memungkiri kenyataan, halusinasi dan delusi.

2) Postpartum depression (depresi postpartum), yang terjadi pada seorang ibu

yang baru melahirkan.

3) Seasonal affective disorder/SAD, ditandai dengan gangguan depresi selama

musim dingin, dimana pada musim tersebut tidak ada cahaya matahari.

Depresi ini secara umum akan menghilang selama musim gugur dan musim

semi. SAD biasanya diberi perlakuan berupa terapi cahaya.

2.1.3 Gejala-gejala depresi

Orang dengan gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama satu

dengan yang lain. Frekuensi, durasi dan beratnya gejala akan bervariasi

tergantung pada masing-masing orang.

Gejala-gejala depresi antara lain (NIMH, 2011):

1) Perasaan sedih yang menetap, khawatir atau perasaan kosong

2) Perasaan putus asa dan atau pesimisme

3) Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga dan atau putus asa

4) Cepat marah, tidak dapat istirahat

5) Insomnia, terjaga dipagi buta, atau tidur yang berlebihan

Page 9: makalah depresi edit fix.docx

6) Pikiran untuk bunuh diri, usaha bunuh diri

7) Perasaan sakit yang menetap, sakit kepala, kram atau gangguan pencernaan

yang tidak mudah disembuhkan walaupun dengan perawatan.

Gejala gangguan distimia yang biasa muncul seperti menurun atau

meningkatnya nafsu makan, sulit untuk berkonsentrasi, perasaan mudah putus asa,

mudah lelah, gangguan tidur seperti insomnia dan hipersomnia.Orang dengan

gangguan distimia mungkin pernah mengalami episode depresi berat selama

hidupnya.Selanjutnya, gangguan depresi mayor ditandai dengan beberapa

gangguan yang seperti gangguan tidur, makan, belajar, dan gangguan untuk

menikmati kesenangan (Varcarolis, 2010).

2.1.4 Penyebab Depresi

Depresi terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor fisik dan masalah

fungsi kesehatan, status ekonomi, dan status perkawinan. Selain itu, faktor lain

yang berpengaruh berupa tingkat pendidikan, status pekerjaan, faktor

sosiodemografik, rendahnya dukungan sosial dan fungsi kognitif, penyakit kronik,

riwayat resiko mencederai diri, riwayat keluarga dengan masalah psikiatrik dan

riwayat penggunaan obat-obat terlarang, serta pengalaman kriminal dan kekerasan

(Diefenbach, et al., 2009).

Di samping itu, menurut Sadock& Sadock (2010) dasar penyebab depresi

yang pasti tidak diketahui, banyak usaha untuk mengetahui penyebab dari

gangguan ini. Menurut Kaplan, faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab

depresi dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.

Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang

lainnya.Faktor biologi mencakup eurotransmiter.Dari biogenik amin, norepinefrin

dan serotonin merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam

patofisiologi gangguan mood.Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh

penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-adrenergik dan respon

antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik

dalam depresi.

Page 10: makalah depresi edit fix.docx

Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor adrenergik

dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan mengakibatkan

penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan.Presipnatik reseptor adrenergik

juga berlokasi di neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotonin yang

dilepaskan.Dopamin juga sering berhubungan dengan patofisiologi depresi.Faktor

neurokimia lainnya seperti gamma.Selanjutnya, faktor genetik menyatakan bahwa

data genetik signifikan dalam perkembangan gangguan mood.Pada penelitian

anak kembar terhadap gangguan depresi berat pada anak, pada anak kembar

monozigot adalah 50%, sedangkan dizigot 10-25% (Sadock & Sadock, 2010).

Kemudian, faktor psikososial mencakup peristiwa kehidupan dan stres

lingkungan dimana suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau

kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode

gangguan mood.Tambahan pula, faktor kepribadian yang khusus sebagai salah

satu predisposisi terhadap depresi daintaranya tipe kepribadian seperti dependen,

obsesi kompulsif, histironik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi

dibandingkan dengan lainnya.

Di samping itu, menurut Siste &Ismail (2010) etiologi gangguan depresi

sangat komplek dan melibatkan banyak faktor, seperti faktor sosial,

perkembangan jiwa dan bilogis, sehigga untuk menjalaskannya tidak dapat

dijelaskan dari satu macam faktor. Faktor-faktor yang terlibat bias muncul secara

bersama-sama tetapi juga bias sendiri-sendiri. Dilaporkan, pasien dengan

gangguan mood mengalami kelainan di metabolit amin biogenik, seperti asam 5-

hydroxyindoleacetic (5-HIAA), asam homovanilic (HVA), dan 3-methoxy-

4hydroxyphenil-glycol (MHPG) di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal.

2.1.5 Gambaran klinis

Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum

menurut Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV): (American Psychiatric

Association, 2000) meliputi:

Page 11: makalah depresi edit fix.docx

1) Perubahan fisik: penurunan nafsu makan, gangguan tidur, kelelahan atau

kurang energy, agitasi, nyeri, sakit kepala, otot kram dan nyeri tanpa

penyebab fisik.

2) Perubahan pikiran: merasa bingung, lambat berpikir, sulit membuat

keputusan, kurang percaya diri, merasa bersalah dan tidak mau dikritik,

adanya pikiran untuk membunuh diri.

3) Perubahan Perasaan: penurunan ketertarikan dengan lawan jenis dan

melakukan hubungan suami istri, merasa sedih, sering menangis tanpa alasan

yang jelas, irritabilitas, mudah marah, dan terkadang agresif.

4) Perubahan pada kebiasaan sehari-hari: menjauhkan diri dari lingkungan

sosial, penurunan aktivitas fisik dan latihan, serta menunda pekerjaan rumah.

2.2 Trend & Issue Terkini

Penelitian Gan, Xie, Duan, Deng & Yu (2015) yang berjudul Rumination

and loneliness independently predict six-month later depression symptoms among

Chinese elderly in nursing homes bertujuan memaparkan hubungan antara

kesepian, suka melamun dan depresi pada lansia China di rumah perawatan. Total

partisipan sebanyak 71 orang lansia dengan rata-rata umur 82,49 tahun dan

responden mengikuti penelitian selama 6 bulan dengan jenis studi longitudinal.

Pengukuran depresi menggunakan UCLA-8 Loneliness Scale dan Ruminative

Responses Scale.Setelah 6 bulan, responden melengkapi the Center for

Epidemiologic Studies Depression Scale untuk diukur gejala depresinya. Hasil

penelitian menyebutkan bahwa kesepian memiliki hubungan yang signifikan

dengan melamun (r=0,25, p<0,05) dan berhubungan dengan depresi (r=0,30,

p<0,001), sedangkan melamun secara signifikan berhubungan dengan depresi

(r=0,30, p<0,001). Kesimpulan dari penelitian tersebut disampaikan bahwa

kesepian dan suka melamun merupakan predictor depresi pada lansia.

Penelitian Monteso, et al. (2012) yang bertujuan untuk mengevaluasi

prevalensi depresi lansia di rural areadi Catalonia selatan, menganalisa perbedaan

Page 12: makalah depresi edit fix.docx

kelompok umur, mengidentifikasi factor penyebab depresi dan menggambarkan

depresi berdasarkan gender. Metode penelitian tersebut adalah deskriptif dan

kuantitative yang melibatkan 157 wanita dan 160 pria, studi kualitatifnya

melibatkan 14 pria dan 52 wanita yang terdiagnosa depresi. Kesimpulan

penelitian tersebut mengindikasikan resiko tinggi depresi pada partisipan lansia,

janda lebih depresi dibandingkan duda (p<0,005) dengan prediktornya adalah

kesepian, sakit, pelayanan dari caregiver. Kehilangan kemampuan untuk

beraktivitas sehari-hari karena proses penuaan memiliki efek yang lebih besar

pada gangguan depresi pada pria dibandingkan wanita (p<0,001).

Penelitian Nunstend, Nilsson, & Skarsater (2013), dalam penelitiannya yang

berjudul The portfolio method as management support for patients with major

depression bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pasien dengan major

depresi pada klien psikiatri outpatient menggunakan metode portfolio, dimana

metode portfolio membantu pasien untuk memahami depresi yang mereka alami.

Metode penelitian ini adalah interview individual dengan 5 pasien yang memiliki

gangguan depresi major berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders-Fourth Edition (DSM-IV) di Swedia Barat. Hasil penelitian tersebut

menyebutkan bahwa portfolio digunakan oleh pasien sebagai strategi manajemen

dalam proses dan analisa situasi mereka. Portfolio digunakan oleh pasien untuk

refleksi dan konfirmasi terkait progress mereka, untuk membuat struktur pada

situasi mereka, sebagai strategi manajemen dalam mengingat situasi serta sebagai

pengingat aktivitas yang harus dilakukan.Kesimpulan dari penelitian tersebut

disebutkan bahwa menggunakan portfolio yang terstruktur dan jelas dapat

membantu pasien belajar dan memahami depresi yang mereka alami.

Hoberg, Ponto, Nelson, & Frye (2012) melakukan penelitian untuk

mengevaluasi pengaruh interpersonal and social rhythm therapy group (IPSRT-

G) untuk klien bipolar depresi. Partisipan dalam penelitian sebanyak 18 orang,

partisipan menerima 2 terapi individu, yaitu 6 sesi terapi IPSRT-G dan 12 minggu

dengan telephone. Inventori yang digunakan adalah The inventory of Depressive

Symptomatology-Clinician Rated (IDS-C), Young Mania Rating Scale (YMRS),

Sheehan Disability Scale (SDS) dan Clinical Global Impression-Bipolar Version

Page 13: makalah depresi edit fix.docx

(CGI-BP). Hasil dari penelitian tersebut dipaparkan bahwa setelah dilakukan

terapi IPSRT-G depresi skor (IDS-C) mengalami penurunan setelah 2 minggu

(p=0,03) dan 12 minggu (p=0,03). Tidak ada peningkatan depresi atau induksi

mania, mania menurun tetapi tidak signifikan, pengukuran YMRS setelah 2

minggu (p=0,06) dan setelah 12 minggu (p=0,25). Pengukuran SDS juga tidak

menunjukkan perubahan yang signifikan setelah pengukuran 2 minggu (p=0,09)

akan tetapi mengalami peningkatan setelah pengukuran 12 minggu (p=0.03).

pengukuran CGI-BP mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan setelah 2

minggu (p=0,25) dan setelah 12 minggu (p=0,6). Kesimpulan dari penelitian

tersebut bahwa IPSRT-G dapat diaplikasikan untuk penurunan tingkat depresi.

Haspeslagh, Eeckloo & Delesie (2012) dalam penelitiannya yang berjudul

Aptitude-based assignment of nurse to depressed patient dengan metode

explorative research penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan

antara kecerdasan/ketangkasan perawat terhadap pasien depresi.Penelitian ini

melibatkan 119 perawat dari 14 unit psikiatri dan 122 pasien. Menggunakan

kuesioner kecerdasan/ketangkasan yang berisi 14 item pertanyaan, perawat

menilai diri mereka sendiri dan juga menilai satu sama lain. Kuesioner tersebut

menilai 3 aspek, yaitu penyesuaian diri dan keinginan untuk membantu pasien,

hubungan terapeutik, dan caring untuk pasien depresi.Adapun pasien sendiri

diukur menggunakan Beck Depression Inventory (BDI) selama dirawat di rumah

sakit.Hasil yang didapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang spesifik

antara kecerdasan/ketangkasan perawat terhadap evaluasi hasil pasien depresi, hal

tersebut diungkapkan karena perawat yang cerdas/tangkas mampu memberikan

caring yang professional sesuai dengan kebutuhan pasien.

2.3 Instrumen

Bienenfield (2014), memaparkan instrument yang biasa digunakan untuk

screening depresi adalah sebagai berikut:

1) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Instrumen HDRS ada yang paling umum digunakan untuk interview

dengan klien depresi, dikembangkan sejak tahun 1960 untuk mengukur

Page 14: makalah depresi edit fix.docx

tingkat depresi pada populasi inpatient.Pengukuran HDRS memakan waktu

sekitar 20-30 menit.Skor 0-7 bermakna normal, dan skor >20

mengindikasikan depresi depresi sedang.Setiap item pertanyaan diberi nilai 5,

menggambarkan tidak ada gejala, gejala ringan, sedang dan berat, atau pada 3

skala yaitu tidak ada gejala, kadang-kadang dan gejala jelas terlihat. HDRS

terdiri dari 21 item pertanyaan yang mengkaji suasana depresi, perasaan

bersalah, ide pikiran bunuh diri, insomnia, kerja dan aktivitas, retardasi

psikomotor, agitasi psikomotor, ansietas psikis, ansietas somatic, gejala

gastrointestinal, gejala somatic umum, gejala pada area genital,

hypochondriasis, hilang insight, hilang berat badan, diurnal variation,

depersonalisasi/derealisasi, gejala paranoid, gejala obsesi kompulsi.

2) Beck Depression Inventory (BDI)

BDI adalah sebuah inventory yang paling umum digunakan untuk

mengukur depresi diri sendiri (self-rating scale), dikembangkan pada tahun

1961 oleh Aaron Beck berdasarkan pada gejala yang biasa muncul pada

orang depresi.BDI terdiri dari 21 item pertanyaan tentang emosi, perilaku,

dan gejala somatic yang dapat dilakukan selama 5-10 menit pengukuran.

Setiap item pertanyaan dinilai 0-3 dan mengukur mood, pesimisme, perasaan

gagal, kurang puas, perasaan bersalah, perasaan dihukum, benci pada diri

sendiri, menuduh diri sendiri, keinginan menghukum diri sendiri, menangis,

mudah tersinggung, menarik diri, ragu-ragu, gambaran diri, hambatan

bekerja, gangguan tidur, kelelahan, hilang selera, hilang berat badan, somatic

preoccupati, dan kehilangan gairah.

Skor 10-18 mengindikasikan depresi ringan, 19-29 mengindikasikan

depresi sedang dan >30 mengindikasikan depresi berat (Shafter, 2006). Versi

lain dari BDI telah dikembangkan, salah satunya Beck Depression Inventory

II (BDI II), revisi dari BDI tahun 1996, dan Beck Depression Inventory for

Primary Care (BDI-PC). BDI-PC adalah sebuah screening yang terdiri dari 7

Page 15: makalah depresi edit fix.docx

item pertanyaan untuk primary care outpatients, dengan cut-off skor 4 poin

untuk mendeskripsikan adanya major depresi. Sebuah studi menyimpulkan

bahwa BDI-PC memiliki nilai 97% sensitivitas dan 99% spesifisitas untuk

mendeteksi pasien dengan major depresi (Steer, Cavalieri, Leonard, & Beck,

1999).

3) Patient Health Questionnaire (PHQ)

PHQ adalah instrument pengukuran depresi diri sendiri (self-

administered) yang terdiri dari 2 item (PHQ2) atau 9 item (PHQ9). Sebuah

meta analisa menemukan bahwa PHQ2 memiliki sensitivitas 80% dan

spesifisitas 92% untuk mengukur frekuensi suasana depresi dan anhedonia

lebih dari 2 minggu pada klien depresi. Scoring masing-saming pertanyaan

adalah mulai dari 0 (tidak pernah) sampai 3 (hampir setiap hari).

Nilai PHQ2 yang lebih dari 3 memiliki sensitivitas 83% dan spesifisitas

92% untuk major depression (Kronke, Spitzer, Williams, 2003). PHQ9

digunakan untuk diagnosis klinik gangguan depresi dan bias digunakan

secara berkelanjutan untuk mengkaji tingkat gejala depresi. Cut point PHQ

>10 dengan sensitivitas 88% dan spesifisitas 88% adalah untuk diagnose

major depression. Skor PHQ9 5, 10, 15, dan 20 menggambarkan depresi

ringan, sedang, berat dan sangat berat (Gilbody, Richards, Brealey, Hewitt,

2007).

4) Major Depression Inventory (MDI)

MDI adalah salah satu inventory self-rating scale yang digunakan untuk

mengkaji depresi dengan mengacu DSM-IV major depression dan ICD-10

kriteria depresi ringan hingga berat.Gejala muncul hampir setiap hari selama

2 minggu terakhir.Item suasana depresi dan kurang tertarik pada DSM-IV dan

ICD-10 digambarkan sebagai gejala utama gangguan depresi.

Untuk mendiagnosa depresi, 10 item pertanyaan dinilai 1 (ada) dan 0

(tidak ada).Untuk mengukur depresi, setiap item dinilai 0-5 dan dijumlahkan

(0-50).Cutoff score 26 untuk mendiagnosa major depresi (sedang hingga

berat). Sensitifitas MDI adalah antara 86& dan 92% dengan spesifisitas 82%

dan 86% (Bech, et al., 2001).

Page 16: makalah depresi edit fix.docx

5) Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D)

CES-D mulai dipublikasikan semenjak tahun 1977 sebagai screening

untuk depresi pada populasi umum. CES-D sering digunakan dalam

penelitian untuk menguji responden dengan jumlah yang besar. CES-D ini

berisi 20 item, 16 item unfavourable dan 4 item favourable. Instrument

tersebut mengukur aspek afektif dan somatic pada depresi (Shafter, 2006).

Tiap pertenyaan dinilai 0-3, dengan total nilai jawaban berkisar 0-60, dengan

nilai yang lebih tinggi maka depresi yang diderita juga semakin besar/berat

(Dozeman, van Schaik, van Marwijk, Stek, Beekman, & van der Horst,

2011). CES-D telah direvisi mengikuti perkembangan DSM-IV, saat ini

menjadi CESD-R (Van-Dam & Earleywine, 2011).

6) Zung Self-Rating Depression Scale (SDS)

Zung Self-Rating Depression Scale (SDS) awalnya bernama Self-Rating

Depression Scale, merupakan 20 item self-administered testyang

dipublikasikan pada 1965. SDS terdiri dari 10 item unfavourable dan 10 item

favourable.Skala ini digunakan di penelitian klinik untuk memonitor

perawatan atau sebagai alat screening pada praktek umum. Skor SDS berkisar

0-4, nilai skor lebih dari 50 mengindikasikan depresi ringan, lebih dari 60

mengindikasikan depresi sedang dan lebih dari 70 adalah depresi berat

(Shafter, 2006).

7) Geriatric Depression Scale (GDS)

GDS secara spesifik digunakan untuk populasi geriatric, terdiri dari 30

item, kemudian dimodifikasi menjadi 15 item.Kemudian GDS saat ini telah

direvisi kembali menjadi 5 item, hal tersebut dimungkinkan agar dapat

digunakan pada pasien yang sudah tua.Bentuk jawaban yang disediakan

adalah ya/tidak.Skor >2 adalah indikasi depresi (Rinaldi, et al., 2003).

8) Cornell Scale for Depression in Dementia (CSDD)

CSDD didisain untuk pasien orang tua dengan deficit kognitif.Jawaban

responden biasanya tidak reliable, maka pengukuran CSDD dilakukan

terhadap informan, seseorang yang mengetahui dan sering melakukan kontak

Page 17: makalah depresi edit fix.docx

dengan pasien, boleh dilakukan kepada keluarga maupun staf pemberi

pelayanan.

Pengukuran CSDD selama memakan waktu +20 menit. CSDD berisi 19

item pertanyaan, dengan skor 0 untuk tidak ada masalah, 1 untuk

sedang/intermitten, 2 untuk gejala berat. Total skor 10 mengindikasikan

kemungkinan major depression dan >18 mengindikasikan major depression

yang pasti. Sebuah studi menemukan bahwa skor 6 atau lebih dengan

sensitivitas 93% dan spesifisitas 97% sebagai indikasi major depresi.

Pertanyaan yang sama ditanyakan kepada pasien dan informan, meliputi

gejala ansietas, kesedihan, rendahnya reaksi terhadap kejadian yang

menyenangkan, iritabilitas, gangguan perilaku (meliputi agitasi psikomotor

dan retardasi, keluhan fisik, kehilangan kemauan akut), gangguan fisik

(meliputi kehilangan selera, kehilangan berat badan, kehilangan energy,

kesulitan tidur, ide bunuh diri, mencela diri sendiri, pesimisme, dan delusi

(Korner, et al., 2006).

9) Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15)

Selanjutnya, instrumen yang digunakan khusus untuk skrining pada lansia

yaitu Geriatric Depression Scale-15 (GDS-15) digunakan untuk pengukuran

tingkat depresi pada lansia. Gejala depresi diklasifikasikan berdasarkan lima

jenis. Bagi mereka dengan 10-14 tanggapan (lima tanggapan positif ketika 13

atau lebih item selesai, empat positif tanggapan ketika 11 atau 12 item selesai,

dan tiga tanggapan positif ketika 10 item selesai, sembilan atau item lebih

sedikit diselesaikan dianggap data yang hilang). Pendekatan ini memberikan

sensitivitas terbaik spesifik untuk mood dan depresi (Carter, Callaghan,

Khalil, & Morres, 2012).

2.4 Nursing Intervention

Perawat memiliki tugas sebagai fasilitator dalam penanganan klien dengan

depresi. Peran perawat dalam proses pengelolaan klien dapat meningkatkan

perilaku gaya hidup positif klien (Happell, Platania-Phung &Scott, 2011, Park,

Page 18: makalah depresi edit fix.docx

Usher & Foster, 2011) perawat juga berperan sebagai anggota tim kolaborasi dan

multidisiplin (Porsdal, et al., 2010).

Di samping itu, penangan depresi pada anak dan remaja menurut De-

Filippis (2014) mencakup:

1) Psikoterapi

(1) Terapi Perilaku Keluarga

(2) Terapi Suportive nondirective

(3) Cognitif Behaviour Theraphy (CBT)

Seiring dengan kemajuan teknologi, maka CBT dapat digolongkan

menjadi dua:

a. Manual CBT

CBT ini dilakukan dengan face-to-face melakukan konseling

dengan terapis

b. Program CBT komputerisasi

CBT ini dipilih sebagai alternatif lain dan biasanya digunakan

oleh anak dan remaja yang tidak mau secara langsung berhadapan

dengan terapis. Salah satu program dari CBT komputerisasi ini

disebut dengan Sparx (Smart, Positif, Aktif, Realistis, X-faktor

pengalaman). Program ini adalah sebuah game fantasi interaktif di

mana remaja memilih avatar yang harus menavigasi melalui

berbagai tantangan. Dunia fantasi termasuk Agas (Suram Negatif

Pikiran otomatis), dan avatar yang harus bekerja untuk membawa

keseimbangan ke dunia fantasi dengan bekerja melalui tantangan ini.

Psikoterapi merupakan perawatan dengan metode sharing dengan

psikoterapist. Psikoterapi dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan stress

klien dengan cara memberikan kesempatan kepada klien untuk menceritakan

dan mengekspresikan perasaan, kemudian membantu untuk merubah sikap,

perilaku dan kebiasaan yang mungkin berkontribusi terhadap depresi, serta

membantu mengeksplorasi koping adaptif yang dapat digunakan oleh klien

(Bartha, Parker, Thomson & Kitchen, 1999 dalam Pfizer, 2014).

Page 19: makalah depresi edit fix.docx

Jenis psikoterapi menurut Bartha, Parker, Thomson & Kitchen (1999)

dalam Pfizer (2014) meliputi:

(1) Short-term therapy

Short-term therapy biasanya dilakukan minimal 16 minggu, focus pada

kejadian terakhir yang menyebabkan depresi, melibatkan terapi

interpersonal untuk mengkaji peran dari relationship terhadap gangguan

depresi, atau melibatkan cognitive behavior therapy (CBT) untuk

mengeksplorasi bagaimana pikiran negative dan interpretasi terhadap

sebuah kejadian berperan dalam terjadinya depresi.

(2) Long-term therapy

Long-term therapy biasanya dilakukan minimal 1 tahun dan bahkan

lebih, dan berfokus pada hal yang lebih luas. Biasanya mengeksplorasi

hubungan kejadian dimasa kecil dan pemicu terakhir terhadap kejadian

depresi.

(3) Group therapy

Group therapy biasanya melibatkan 8-12 klien, dipimpin oleh satu atau

dua petugas layanan kesehatan mental yang professional, yang bertugas

untuk memimpin proses serta memberikan arahan jika diperlukan.

2) Terapi Psikoedukasi

Terapi psikoedukasi berfokus untuk membantu pasien, anggota

keluarga dan pasangan untuk belajar tentang depresi dan perawatannya, serta

mempelajari bagaimana menghadapi stigma tentang gangguan kesehatan

mental. Untuk pasien, proses terapi ini menyediakan kesempatan untuk

sharing tentang perasaan berkaitan bagaimana bertahan hidup dan belajar

melakukan koping terhadap depresi. Terapi psikoedukasi dapat dilakukan

secara kelompok atau individual konseling dengan petugas layanan kesehatan

yang profesional (Bartha, Parker, Thomson & Kitchen, 1999 dalam Pfizer,

2014).

Untuk keluarga dan pasangan, psikoedukasi memberikan wawasan

tentang apa yang sedang dialami oleh klien, mendiskusikan bagaimana cara

untuk membantu klien, salah satunya dengan dukungan orang terdekat.

Page 20: makalah depresi edit fix.docx

Keluarga dan pasangan dapat bertemu langsung dengan petugas pelayanan

kesehatan yang merawat klien atau bergabung dengan kelompok family

support (Bartha, Parker, Thomson & Kitchen, 1999 dalam Pfizer, 2014).

3) Farmakoterapi

(1) Positif Selective Reuptake Inhibitor Serotonin (SSRI)

SSRI disinyalir sangat efektif untuk mengobati depresi akut dan

efektif untuk pemeliharaan pada anak dan remaja, dan obat ini telah

disetujui oleh US FDA.Obat-obatan yang termasuk dalam SSRI adalah

(a). Fluoxetine (untuk usia 8 tahun atau lebih) (b). Escitalopram (untuk

usia 12 tahun atau lebih). Efek samping SSRI adalah keluhan

gastrointestinal seperti mual dan sakit perut, sakit kepala, insomnia,

mengantuk, dan mulut kering.Pada situasi ini, perawat menjelaskan efek

sampingkepada klien dan keluarga. Selanjutnya, memperhatikan

fasilitasberupaMCK yang memadai, dan tempat tidur yang memadai. Di

samping itu, memantau asupan nutrisi dan kebutuhan cairan klien

(2) Pemberian asam lemak omega-3

Asam lemak omega-3 telah diperiksa sebagai obat yang potensial

untuk penyembuhan depresi pada anak-anak, sediaan asam lemak

omega-3 ada yang berbentuk kapsul, seperti eicosapentaenoic acid (EPA)

dan docosahexaenoic acid (DHA) atau plasebo (minyak zaitun atau

safflower kapsul minyak).

4) Terapi kombinasi (farmakoterapi & psikoterapi)

Penggabungan antara dua terapi diatas sangatlah dianjurkan, bahkan

menjadi prioritas utama dalam pemberian terapi untuk klien dengan depresi.

Intervensi keperawatan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian

intervensi biofeedback. Prosedur intervensi biofeedback ini diberikan masing-

masing diberi biofeedback portabel perangkat untuk menggunakan selama 4

minggu. Sesi pelatihan difokuskan pada membantu peserta belajar untuk

menggunakan biofeedback portable peralatan untuk membantu dalam pengelolaan

stres, kecemasan, dan depresi. Langkah pertama dalam pelatihan ini membantu

peserta menjadi akrab dengan peralatan dan menjadi sadar dari HRV dasar

Page 21: makalah depresi edit fix.docx

mereka. Kemudian peserta diminta untuk bernapas perlahan dan merasakan emosi

positif. Dengan menggunakan peralatan biofeedback portabel, peserta mampu

menerima umpan balik segera visual dan pendengaran pada bagaimana mereka

bernapas dan berdampak emosi positif HRV mereka. Latihan selesai ketika setiap

peserta mampu mempertahankan pola irama jantung yang berhubungan dengan

emosi positif. Peserta diminta untuk menggunakan biofeedback portable

perangkat 3 kali per hari selama 4 minggu dan merekam praktek mereka kali pada

buku harian (Ratanasiripong, Kaewboonchoo, Ratanasiripong, Hanklang, &

Chumchai, 2015).

Selain itu, intervensi keperawatan khusus juga diberikan pada kelompok

lansia dengan menggunakan self-help intervensi. Awalnya melakukan

penyeleksian modul “activity-scheduling” yang sudah diuji dan efektif “Coping

With Depression” (CWD). Kegiatan dilakukan baik dalam kelompok maupun

individu, dan juga disertakan di self-hel format. Modul yang dipilih pada

penjadwalan aktivitas terdiri dari empat langkah, di mana pesertadipantau suasana

hati mereka dan merancang rencana kegiatan menyenangkan. Perawat sebagai

fasilitaor menemani klien setiap sesi latihan selama 60 menit. Perawat dapat

menstimulasi dengan memberikan leaflet. Fokus dalam pelatihan ini adalah

berlatih tugas bersama-sama di lapangan. Perawat melakukan kunjungan kepada

klien dua kali dan maksimal sebanyak lima kali kunjungan. Activity-scheduling

relatif sederhana dan tidak memerlukan keterampilan komplek dari pelatih atau

pasien. Ini adalah perilakupengobatan untuk depresi di mana pasien belajar untuk

memantau suasana hati mereka dan kegiatan sehari-hari. Jadi selama

intervensi/kursus perawat yang melatih dengan menerima umpan balik melalui

telepon atau kadang-kadang, melalui kontak pribadi. Format dikumpulkan oleh

peneliti setelah akhir penyelesaian kursus (Dozeman, van Schaik, van Marwijk,

Stek, Beekman, & van der Horst, 2011).

Di samping itu menurut Carter, Callaghan, Khalil, & Morres (2012),

intervensi keperawatan lainnya yaitu intervensi dilakukan dengan meningkatkan

kegiatan harian misalnya, bermain game, latihan fisik, dan interaksi kelompok,

serta rujukan ke perawatan primer atau sekunder saat dibutuhkan. Selain itu,

Page 22: makalah depresi edit fix.docx

diberikan paket pelatihan yang termasuk kesadaran depresi dan sesi latihan

kelompok yang tidak hanya diberikan kepada klien namun untuk semua anggota

keluarga yang lain. Intervensi berupa peningkatan aktivitas fisik, peningkatan

kepatuhan, dan meningkatkan interaksi sosial. Latihan fisik yang diberikan berupa

senam aerobik sebanyak 45 menit minimal dua kali seminggu. Selain itu, klien

diwajibkan untuk melakukan olahraga lari pagi secara rutin. Latihan fisik ini

dilankukan hingga 12 bulan untuk mencegah dan mengurangi tingkat depresi.

Tambahan pula, intervensi keperawatan lain yaitu dengan cara berdialog

singkat dengan klien didasarkan pada terapi pemecahan masalah. Pelaksaan setiap

sesi dilakukan dengan berbaring atau duduk di bangku “The Friendship Bench”

Pemecahan masalah dengan Problem-solving therapy (PST) terdiri dari

identifikasi dan eksplorasi masalah, identifikasi dan implementasi solusi, dan

proses identifikasi berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Problem-solving therapy

(PST) dilakukan dengan tujuh langkah yaitu menjalin kemitraan dengan

pemerintah, bermitra dengan penyedia perawatan tradisional, penjadwalan

aktivitas, melaksanakan kegiatan yang benar-benar penting bagi mereka untuk

membuat hidup lebih memuaskan, perawat melakukan kunjungan rumah, serta

doa. Rata-rata setiap doa berlangsung 15-30 menit (Chibanda, Mesu, Kajawu,

Cowan, Araya, & Abas, 2011).

Di samping itu, menurut Ekers, Dawson & Bailey (2012) dalam

penelitiannya yang berjudul Dissemination of behavioural activation for

depression to mental health nurses: training evaluation and benchmarked clinical

outcomes menyebutkan bahwa intervensi yang dapat dilakukan perawat

professional adalah terapi bicara (sharing), CBT dan terapi behavioral activation,

dimana terapi ini digunakan untuk menguatkan klien depresi dengan cara

menempatkan mereka kembali ke lingkungan yang luas dan bervariasi. Menurut

Kanter, et al. (2010) behavioral activation (BA) dapat menurunkan derajat

depresi, adapun teknik BA meliputi activity monitoring, assessment of goals and

values, activity scheduling, skill training, relaxation training, contingency

management, procedures targeting verbal behavior, dan procedures targeting

avoidance.

Page 23: makalah depresi edit fix.docx

Hasil temuan selanjutnya menurut McIlrath, Keeney, McKenna &

McLaughlin (2010) menyebutkan bahwa tugas perawat dalam menangani pasien

depresi adalah melakukan screening dan deteksi dini, melakukan perawatan

dengan model perawatan primer, melakukan klasifikasi perawataan berdasarkan

tingkatan depresi, melakukan perawatan terpadu serta berkolaborasi pemberian

terapi farmakologi.

2.5 Hasil Observasi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

2.5.1 Deskripsi Ruang Nuri

Ruang Nuri adalah salah satu ruang perawatan akut di RSJ Provinsi

Jawa Barat. Ruangan ini difungsikan untuk menampung pasien dalam kondisi

akut atau krisis selama di rumah sakit. Ruangan ini menekankan pada

pemberian observasi secara intensif kepada setiap pasien. Ruang Nuri

memiliki 4 pintu yang terdiri dari 1 pintu utama (terbuka leluasa), 1 pintu

dalam (selalu terkunci untuk akses ke pasien), 1 pintu darurat (pintu samping)

dan 1 pintu belakang (pintu pantry).

Di samping itu, ruang Nuri juga memiliki enam ruang isolasi berjeruji

dan dilengkapi dengan 3 kamar mandi pasien. Di samping itu, terdapat

ruangan besar tanpa sekat berjumlah 7 buah bed. Jumlah keseluruhan pasien

saat dilakukan observasi sejumlah 13 orang. Selanjutnya, ruang perawat tepat

berada di depan pintu masuk utama. Terdapat dua ruangan keperawatan salah

satunya adalah ruang kepala ruang Nuri dan satu lainnya ruang perawat yang

diberdayakan untuk menjadi tempat sholat, penyimpanan barang (tas

Page 24: makalah depresi edit fix.docx

mahasiswa, meja dan lemari cabinet) dalam ruang ini juga terdapat satu set

meja dan computer, terdapat satu toilet perawat, selain itu juga terdapat 1

ruangan khusus untuk kebutuhan ganti pasien (selimut, seprai, baju ganti, dll).

Selain itu di depan nurse station terdapat kursi bagi keluarga atau

pengunjung, serta tempat diskusi mahasiswa.

2.5.2 Tugas pokok dan fungsi kerja ruang Nuri

Perawat mengatakan tupoksi yang dilakukan diruang Nuri terdiri

dari:

1. Melakukan pengkajian dengan metode RUFA (Respon Umum

Fungsi Adaptif)

2. Mengevaluasi pasien gaduh gelisah

3. Melakukan pemenuhan kebutuhan dasar

2.5.3 Jadwal kegiatan harian ruang Nuri

Jadwal ruangan Garuda dari pagi hingga malam diantaranya:

2.5.4 Hasil wawancara perawat ruang Nuri

Secara keseluruhan terdapat 13 pasien di ruangan ini. Penempatannya

disesuaikan dengan kondisi pasien sesuai dengan hasil triage menggunakan

No Jam Kegiatan1 05.00-06.00 Mandi dan sholat2 06.00-07.00 Makan dan minum obat3 07.00-08.00 Senam pagi4 08.00-10.00 Sosialisasi pertemuan TAK5 11.00-12.00 Istirahat siang6 12.00-13.00 Makan siang dan minum obat7 13.00-14.00 Sholat dhuhur8 14.00-17.00 TAK dan sholat ashar9 17.00-18.00 Makan sore10 18.00-19.00 Sholat magrib11 19.00-20.00 Sholat isya12 20.00-05.00 Istirahat malam

Page 25: makalah depresi edit fix.docx

pengkajian RUFA (Respon Umum Fungi Adaptasi). Terdapat 7 pasien berada

dalam ruang isolasi sendiri. Pasien di ruang isolasi sendiri ini sebagian besar

dengan perilaku kekerasan, dan resiko bunuh diri.

Di samping itu, di ruangan besar yang terdiri dari 6 orang tersebut

diantaranya dengan kondisi gaduh gelisah, perilaku kekerasan yang sedang,

dan terdapat pasien dengan depresi berat. Pada kasus depresi yang terdapat di

ruangan ini merupakan pasien baru bernama Nn. N dengan kondisi depresi

berat. Nn. N dibantu secara total berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

nutrisi maupun cairan dan kebutuhan ADL (activity daily life) lainnya.

Pada proses pengelolaan pasien depresi berat, perawat melakukan

pengamanan lingkungan yaitu dengan tindakan fiksasi. Hal ini dilakukan

karena pasien dengan resiko jatuh sangat tinggi namun tidak tersedia bed

pasien yang dilengkapi dengan side rail. Tindakan fiksasi terbuat dari bahan

yang tebal dan nyaman agar tidak melukai pasien.

Ruangan Nuri menggunakan pengkajian dengan standar nasional jiwa

yang telah dimodifikasi dan diagnosa keperawatan di angkat berdasarkan

RUFA (Respon Umum Fungsi Adaptasi). Selain itu, untuk peningkatan

kualitas sumber daya manusia khususnya perawat di ruang Nuri, biasanya

pelatihan-pelatihan sering juga dilakukan di RSJ ini berkaitan dengan

pengelolaan pasien akut atau manajemen ruangan akut. Pelatihan diikuti dari

delegasi masing-masing ruangan akut yang kemudian hasilnya disebarkan

kepada teman sejawat di ruangan.

Page 26: makalah depresi edit fix.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan literatur tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa depresi

adalah kesedihan atau stres berkelanjutan dan menyebabkan terganggunya

peran dan tanggung pada individu yang mengalaminya.Selanjutnya, gangguan

depresi diklasifikasikan menjadi tiga yaitu major depressive disorder

(gangguan depresi berat), minor depressive disorder (gangguan depresi

ringan) dan dysthymic disorder (dysthymia).Kemudian, penyebab depresi

diantaranya berupa faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.Di

samping itu, gambaran klinis yang terlihat pada gangguan depresi menurut

Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV) yaitu perubahan fisik, perubahan

pikiran, perubahan perasaan, dan perubahan pada kebiasaan sehari-hari.

Tambahan pula, berkaitan dengan trend dan issue yang ditemukan

terkait depresi yang pertama penelitianGan, Xie, Duan, Deng & Yu (2015) di

Cina memaparkan hubungan antara kesepian, suka melamun dan depresi pada

Page 27: makalah depresi edit fix.docx

lansia di rumah perawatan. Kedua, Penelitian Monteso, et al. (2012)yang

bertujuan untuk mengevaluasi prevalensi depresi lansia di rural area di

Catalonia selatan, menganalisa perbedaan kelompok umur, mengidentifikasi

factor penyebab depresi dan menggambarkan depresi berdasarkan gender.

Ketiga, Nunstend, Nilsson, & Skarsater (2013), menggambarkan pasien

dengan major depresi pada klien psikiatri outpatient menggunakan metode

portfoliountuk memahami depresi yang mereka alami.Keempat, Hoberg,

Ponto, Nelson, & Frye (2012), mengevaluasi pengaruh interpersonal and

social rhythm therapy group (IPSRT-G) untuk klien bipolar depresi. Terakhir,

Haspeslagh, Eeckloo & Delesie (2012), menginvestigasi hubungan antara

kecerdasan/ketangkasan perawat terhadap pasien depresi.

Kemudian, beradarkan kasus dan trend berkaitan dengan depresi mulai

banyak berkembang berbagai instrument terkait dengan depresi yang meliputi

Cornell Scale for Depression in Dementia (CSDD), Beck Depression

Inventory (BDI), Patient Health Questionnaire (PHQ), Major Depression

Inventory (MDI), Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-

D), Zung Self-Rating Depression Scale (SDS), Geriatric Depression Scale

(GDS), dan Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Selain itu, berbagai intervensi yang diberikan pada klien dengan

depresi diantaranya farmakoterapi, psikoterapi, terapi kombinasi

(farmakoterapi & psikoterapi) dan terapi lingkungan. Pada proses penanganan

klien dengan depresi, perawat juga berperan sebagai fasilitator dan melakukan

perawatan terpadu.

3.2 Saran

Prevalensi masalah kesehatan mental yang tinggi dan meningkatnya

keparahan mental masalah kesehatan, khususnya kasus depresi intervensi

keperawatan dan alternatif sangat diperlukan.Sebaiknya, pada proses

penanganan pada klien dengan gangguan depresi sebelumnya perawat

mengkaji ulang kondisi klien untuk mengetahui riwayat klien dan kategori

depresi yang dialaminya. Hal ini bertujuan agar intervensi yang diberikan

Page 28: makalah depresi edit fix.docx

sesuai dengan kondisi klien.Selanjutnya, alangkah baiknya ketika instrumen

dan berbagai intervesnsi yang sudah ditemukan dicoba untuk diaplikasikan di

lapangan untuk mengetauhi kelebihan dan kekurangan dari masing-masing

isntrumen, jenis intervensi, maupun terapi modalitas yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bech, P., Rasmussen, N.A., Raabaek-Olsen, L., Noerholm, V., Abildgaard, W. (2001). The sensitivity and specificity of the Major Depression Inventory, using the Present State Examination as the index of diagnostic validity. J Affect Disord. Vol 66(2-3):159.

Carter, T., Callaghan, P., Khalil, E., & Morres, I. (2012). The effectiveness of a preferred intensity exercise programme on the mental health outcomes of young people with depression: A sequential mixed methods evaluation. BMC Public Health, 12, 187. doi:http://dx.doi.org/10.1186/1471-2458-12-187

Chibanda, D., Mesu, P., Kajawu, L., Cowan, F., Araya, R., & Abas, M. A. (2011). Problem-solving therapy for depression and common mental disorders in zimbabwe: Piloting a task-shifting primary mental health care intervention in a population with a high prevalence of people living with HIV. BMC Public Health, 11, 828. doi:http://dx.doi.org/10.1186/1471-2458-11-828

De Filippis, M., Wagner, K. D. (2014). Management of treatment-resistant depression in children and adolescents.Paediatric Drugs, 16(5), 353-361.doi:10.1007/s40272-014-0088-y

Depkes RI. (2011). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI.Diefenbach , J.G., Dischb, B.W., Robison, T.J., Baez, E., Coman, E. (2009).

Anxious depression among puerto rican and african-american older adults. Aging Ment Health 2009, 13(1):118-126.

Page 29: makalah depresi edit fix.docx

Dozeman, E., van Schaik, D.,J.F., van Marwijk, H.,W.J., Stek, M. L., Beekman, A. T. F., & van der Horst, H.,E. (2011). Feasibility and effectiveness of activity-scheduling as a guided self-help intervention for the prevention of depression and anxiety in residents in homes for the elderly: A pragmatic randomized controlled trial. International Psychogeriatrics, 23(6), 969-78. doi:http://dx.doi.org/10.1017/S1041610211000202

Ekers, D.M., Dawson, M.S., & Bailey, E. (2013). Dissemination of behavioural activation for depression to mental health nurses: training evaluation and benchmarked clinical outcomes. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, Vol 20, 186–192

Frisch, N. C., & Frisch, L. E. (2006).Psychiatric mental health nursing.Third edition. New York: Thomson Delmar Learning.

Gan, P., Xie, Y., Duan, W., Deng, Q., Yu, X. (2015). Rumination and loneliness independentlypredict six-month later depression symptomsamong chinese elderly in nursing homes. PLoS ONE 10(9): e0137176. doi:10.1371/journal.pone.0137176

Gilbody, S., Richards, D., Brealey, S., Hewitt, C. (2007). Screening for depression in medical settings with the Patient Health Questionnaire (PHQ): a diagnostic meta-analysis. J Gen Intern Med. Vol 22(11):1596-602.

Happell, B., Platania-Phung, C., & Scott, D. (2011). Placing physical activity inmental health care: A leadership role for mental health nurses. InternationalJournal of Mental Health Nursing, 20, 310–318.

Haspeslagh, M., Eeckloo, K., & Delesie, L.B. (2012).Aptitude-based assignment of nurses to depressed patients.Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, Vol. 19: 492–499. doi: 10.1111/j.1365-2850.2011.01801.x

Hoberg, A.A., Ponto, J., Nelson, P.J., & Frye, M.A. (2012).Group interpersonal and social rhythm therapy for bipolar depression.Perspective in Psychiatric Care, Vol. 49: 226-234. DOI:10.1111/ppc.12008

Kanter, J.W., Manos, R.C., Bowe, W.M., Baruch, D.E., Busch, A.M., & Rusch, L.C. (2010). What is behavioral activation? A review of the empirical literature. Clinical Psychology Review, Vol 30: 608–620.

Kørner, A., Lauritzen, L., Abelskov, K., Gulmann, N., Marie, B.A., Wedervang-Jensen, T, et al. (2006). The Geriatric Depression Scale and the Cornell Scale for Depression in Dementia: A validity study. Nord J Psychiatry. Vol 60(5):360-4.

Kroenke, K., Spitzer, R.L., Williams, J.B. (2003). The Patient Health Questionnaire-2: validity of a two-item depression screener. Med Care. Vol 41(11):1284-92. 

Lepine, J. P., & Briley, M. (2011).The increasing burden of depression.NeuropsychiatricDisease and Treatment, 7(Suppl 1), 3–7.

Margolin, G.  (2010). Behavior exchange in happy and unhappy marriages.A family life cycle perspective.Behavior therapy 2010;12:329-43.

McIlrath, C., Keeney, S., McKenna, H., & McLaughin, D. (2009). Benchmarks for effective primary care-based nursing services for adults with depression: a Delphi study. Journal of advanced nursing 66(2), 269–281. doi: 10.1111/j.1365-2648.2009.05140.x

Page 30: makalah depresi edit fix.docx

Monteso, P., Ferre, C., Lleixa, M., Albacar, N., Aguilar, C., Sanchez, A. & Lejeune, M. (2012). Depression in the elderly: study in a rural city in southern Catalonia. Journal of psychiatric and mental health nursing, Vol. 19, 426-429.

National Institute of Mental Health (NIMH) : U.S. Departement of Health and Human Services. (2008). Depression.Diakses 20 Oktober 2012 darihttp://www.womenshealth.gov/faq/depression.pdf

Nunstedt, H., Nilsson, K., & Skarsater, I. (2013).The portfolio method as management support for patients with major depression.Journal of Clinical Nursing, Vol. 23: 1639-1647. DOI:10.1111/jocn.12284

Park, T., Usher, K., & Foster, K. (2011). Description of a healthy lifestyle interventionfor people with serious mental illness taking second-generationantipsychotics.International Journal of Mental Health Nursing, 20(6),428–437.

Pfizer. (2014). Depression. Retrieved from http://www.pfizer.ca/sites/g/files/g10017036/f/201410/Depression.pdf

Porsdal, V., Beal, C., Kleivenes, O. K., Martinsen, E. W., Lindstrom, E., Nilsson,H., et al. (2010). The Scandinavian Solutions for Wellness study—Atwo-arm observational study on the effectiveness of lifestyle intervention onsubjective well-being and weight among persons with psychiatric disorders.BMC Psychiatry, 10(42).doi: 10.1186/1471-1244x-1110-1142

Ratanasiripong, P., Kaewboonchoo, O., Ratanasiripong, N., Hanklang, S., & Chumchai, P. (2015). Biofeedback intervention for stress, anxiety, and depression among graduate students in public health nursing. Nursing Research and Practice,doi:http://dx.doi.org/10.1155/2015/160746

Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2010).Personality disorders in Grebb, J. A., Pataki, C. S., Sussman, N. (eds), Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. p.798-99. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Shafter, A.B. (2006). Meta-analysis of the factor structures of four depression questionnaires: Beck, CES-D, Hamilton, and Zung. J Clin Psychol. Vol 62(1):123-46.

Steer, R.A., Cavalieri, T.A., Leonard, D.M., Beck, A.T. (1999). Use of the Beck Depression Inventory for Primary Care to screen for major depression disorders. Gen Hosp Psychiatry. Vol 21(2):106-11. 

Stuart, G. W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing.Tenth edition. New York: Elsevier Mosby.

Van Dam, N.T., Earleywine, M. (2011). Validation of the Center for Epidemiologic Studies Depression Scale--Revised (CESD-R): pragmatic depression assessment in the general population. Psychiatry Res. Vol 186(1):128-32.

Varcarolis, E. M., & Halter, M. J. (2010).Foundations of psychiatric mental health nursing: a clinical approach. Sixth edition. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Videbeck, S. L. (2011). Psychiatric mental health nursing.Fifth edition.Philadelphia: Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins.

Page 31: makalah depresi edit fix.docx

WHO. (2011). Schizophrenia. Retrieved from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs397/en/

Yosep, I., & Sutini, T. (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi revisi. Bandung: Refika Aditama.