Efek Rumah Kaca “Tuvalu”

Disusun Oleh

Widianto Refi NugrohoXI MIA 71314100050XVIII

Kata Pengantar

  Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang

efek rumah kaca pada suatu negara ini dengan baik meskipun banyak kekurangan

didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada ibu ely purwaningsih selaku guru mata

pelajaran FISIKA, Krida Nusantara yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

       Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita mengenai efek rumah kaca bagi suatu Negara “Tuvalu”. Saya juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari

kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi

perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada

sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang

yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata

yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan di masa depan.

Cibitung, 16 April 2015

Widianto Refi Nugroho

` Penyusun

Lembar Pengesahan

 Makalah berjudul “Efek Rumah Kaca”  ini diajukan sebagai nilai ulangan mata pelajaran fisika tahun pelajaran 2014/2015 di SMAT Krida Nusantara dan dinyatakan telah mendapat persetujuan sebagai makalah.

                                                                                                 Cibitung ,  15 April 2015

Disetujui Oleh, Disusun Oleh            Guru Pembimbing Penyusun

            Elly Purwaningsih                                                    Widianto Refi Nugroho            NIP.                                                                            NIS.

Daftar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………………...

Lembar pengesahan ………………………………………………………...

Daftar Isi …………………………………………………………………….

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………...1.2 Latar Belakang Masalah …………………………………………………1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………………..1.4 Tujuan …………………………………………………………………….

BAB II Landasan Teori2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca …………………………………………..2.2 Jenis Gas Penyebab Efek Rumah Kaca ………………………………...2.3 Pengertian Emisi Karbon ………………………………………………..2.4 Pengertian Dan Efek Pemanasan Global ……………………………….2.5 Sumeber Energi Alternatif ………………………………………………2.6 Kesepakatan International ………………………………………………

BAB III Pembahasan ……………………………………………………....

BAB VI Saran Dan Kesimpulan …………………………………………..

Daftar Pustaka …………………………………………………………......

BAB IPendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuvalu, dulunya dikenal sebagai Kepulauan Ellice, adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di antara Hawaii dan Australiadi Samudra Pasifik. Tetangga terdekat adalah Kiribati, Nauru, Samoa dan Fiji.

Tuvalu terdiri dari empat pulau karang dan lima atol besar. Populasi penduduk mencapai 10.472 membuatnya menjadi negara berdaulat ketiga terpadat di dunia, dengan Vatikan City dan memiliki penduduk lebih sedikit Nauru. Tuvalu mempunyai luas daratan hanya 26 kilometer persegi. Tuvalu adalah negara terkecil keempat di dunia, lebih besar dari Kota Vatikan denagn luas 0,44 km2 ,Monako dengan luas 1,95 km2 dan Nauru dengan luas 21 km2. Tanah di Tuvalu tidak cocok untuk pertanian dan badan air yang terkurung daratan. Laguna sangat umum ditemukan di tempat ini. Titik tertinggi di antara 114 pulau yang membentuk negara ini hanya setinggi 5 m di atas permukaan laut.

Dari bentuk morfologi seperti tersebut menyebabkan negara Tuvalu akan merasakn dampak nyata dari pemanasan global. Tuvalu diperkirakan akan lenyap dari perdaban di tahun 2100. Begitu kompleks dan uniknya permasalahan yang dihadapi Tuvalu penulis akan mengupas tuntas mengenai pemanasan global sebab dan akibat yang ditimbulkan terhadap Tuvalu dan cara mengatasinya.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang di hadapi oleh tuvalu sebagai negara yang terancam menjadi negara yang terkena dampak dari perubahan iklim dan pemanasan global. Negara yang terletak di kepulauan pasifik dan berpenduduk sekitar 11.000 orang dan memiliki wilayah 26 km2

Dampak dari pemanasan global volume air laut meningkat dan mengancam keberadaan tuvalu sebagai sebuah negara yang berdaulat. Krisis yang dihadapi oleh tuvalu semakin di perparah dengan tingkat kenaikan air laut yang begitu tinggi yaitu 5,7mm yang mengakibatkan debagian daratan mainland tuvalu semakin terendam air laut.

.Namun negara ini bukan tanpa perjuangan untuk menghadapi pemanasan global

yang begitu cepat menghancurkan negara kepulauan ini. bagaimana diplomasi tuvalu dalam menghadapi dan menanggulangi dampak pemanasan global  di negara tersebut

1.3 Tujuan

Menjadi refrensi pembelajaran dan studi kasus bagi yang lain

Meningkatkan kepedulian kita terhadap yang lain

Menambah wawasan

Minciptakan rasa peduli lingkungan

Mengingatkan kita akan bahaya pemanasan global yang dapat juga mengancam negeri kita tercinta ini

BAB IILandasan Teori

2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah suatu proses dimana radiasi termal dari permukaan atmosfer yang diserap oleh gas rumah kaca, dan dipancarkan kembali ke segala arah.

Matahari memancarkan cahaya hingga ke bumi, di bumi ozon menyaring dan mengurangi berbagai macam cahaya berbahaya. Cahaya yang lolos masuk ke bumi di lanjutkan ke permukaan bumi sebagian cahaya diserap dan sebagian yang lain di pantulkan kembali. Cahaya yang dipantulkan dilanjutkan ke udara dalam bentuk inframerah. Di udara panas sebagian kecil keluar dan sebagian yg lainya memantul kembali sehingga menimbulkan efek rumah kaca.

Bumi menjadi hangat karena efek rumah kaca sengga makhluk hidup dapat hidup dan tinggal. Jika bumi tidak memilik efek rumah kaca suhu rata-rata bumi akan berkisar -18°C dan tidak memungkinkan makhluk hidup unutk hidup.

2.2 Jenis Gas Penyebab Efek Rumah Kaca

Cahaya yang dipantulkan dari permukaan bumi akan diteruskan diudara. Diudara panas tersebut terhalang oleh beberapa gas sehingga memantul kembali, gas-gas tersebut diantaranya adalah :1. Uap Air (36-70%).2. Karbon Dioksida (9-26%)3. Metana (4-9%)4. Nitrogen Oksida 5. CFC

2.3 Emisi Karbon

Emisi karbon merupakan zat, energy atau komponen yang dihasilkan oleh kegiatan yang berlebihan dalam bentuk karbon, sehingga menimbulkan terganggunya suatu system. Berikut merupakan emisi karbon pembakaran bahan bakar fosil :

H2O  H2O merupakan hasil pembakaran sempurna dari bensin (senyawa hidrokarbon) yang bereaksi dengan oksigen.CO

Gas CO (karbon monooksida) merupakan gas yang beracun yang relative dan mudah bereaksi dengan unsur lain dan karbon monooksida ini timbul akibat berkurangnya campuran udara dalam proses pembakaran atau akibat proses pembakaran pada HC yang tidak sempurna.

Reaksinya :HC (l)     +  O2 (g)     →     CO (g)        +     H2O (aq)

CO2Gas CO2 (karbon dioksida) merupakan hasil proses pembakaran

sempurna dari bensin atau HC (senyawa hidrat) dengan O2 (oksigen). Reaksinya :HC (l)     +  O2 (g)     →     CO2 (g)        +     H2O (aq)

NO & NO2Gas NOx (senyawa nitrogen oksida) adalah ikatan kimia antara nitrogen

dan oksigen. Senyawa NOx ini dihasilkan karena tingginya konsentrasi oksigen dan suhu di ruang bakar.

Emisi senyawa NOx ini sangat tidak stabil dan bila terlepaske udara bebas, akan berikatan dengan oksigen dan membentuk NO2.

Selain emisi yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil gas lain yang memicu emisi karbon  di antaranya adalah CFC (Chlor Fluoro Carbon ) dari Gas Pendingin (gas freon) pada AC, Kulkas, Cat Piloks, Obat nyamuk semprot, dan hair spray .

2.4 Pengertian Dan Efek Pemanasan Global

Meningkatnya suhu rata-rata diseluruh permukaan bumi diakibatkan oleh factor-faktor tertentu (efek rumah kaca, menipisnya lapisan ozon dsb) yang berefek besar pada kehidupan di bumi.

1. Kekeringan

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ahli iklim Inggris menemukan bahwa pemanasan global akan mengakibatkan kekeringan besar dalam 100 tahun ke depan. Skala kekeringan begitu besar hingga mencakup setengah dari total lahan yang kita miliki saat ini. Palmer Drought Severity Index (PDSI) menyatakan bahwa persentase global daerah kering telah meningkat sebesar 1,74% antara tahun 1950 dan 2008. Kekeringan tentu saja akan memicu kegagalan panen yang akan berdampak fatal bagi populasi dunia.

2. Wabah

Perubahan iklim akan menyebabkan lonjakan epidemi sejumlah penyakit. Berbagai virus umumnya tidak dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Namun, dengan kenaikan suhu akibat perubahan iklim, virus yang tadinya hanya mampu berkembang dalam iklim tropis kemudian menyebar ke daerah lain. Korea Institite of Health and Social Affairs (KIHASA) menyatakan bahwa “Dalam kasus ekstrim, 1 derajat kenaikan suhu akan mengakibatkan kenaikan 6 persen dalam penyebaran penyakit.

3. Banjir

Pemanasan global yang mampu memicu banjir tampaknya berlawanan dengan logika. Namun kenyataannya perubahan iklim menyebabkan perubahan pola cuaca di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir kita telah melihat fenomena banjir besar yang menimpa berbagai belahan dunia. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperingatkan bahwa frekuensi banjir bandang akan meningkat dalam abad ini.

4. Pencairan es di kutub

Pemanasan global menyebabkan mencairnya es di Kutub Utara dan daerah Antartika (Kutub Selatan). Suhu di daerah ini telah meningkat sekitar dua sampai tiga kali lipat. Es di kutub memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Jika es mencair, pulau-pulau yang berada di bawah permukaan laut akan terancam bahaya. Kota-kota seperti Shanghai dan negara kepulauan Maladewa adalah beberapa tempat yang akan terpapar risiko tertinggi dalam skenario seperti itu.

5. Kabut asap (smog)

Peningkatan suhu akibat pemanasan global akan membuat konsentrasi kabut asap di atmosfer mengalami peningkatan. Peningkatan kabut asap pada akhirnya akan menyebabkan penyakit dan kematian. Kabut asap juga mengintensifkan gelombang panas yang tentu saja dapat berdampak buruk bagi kehidupan.

6. Kebakaran hutan

Selama dekade terakhir ini, banyak penelitian telah dilakukan untuk memastikan apakah pemanasan global menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas kebakaran hutan. Kebakaran hutan menyebabkan kerusakan ekosistem dan infrastruktur. Akibat kebakaran hutan, jumlah pelepasan karbon dioksida yang merupakan gas rumah kaca juga akan meningkat yang pada akhirnya memperparah pemanasan global.

2.5 Sumber Energi Alternatif

1. Tenaga Nuklir

Proses reaksi nuklir terkendali bisa menjadi sumber energi alternatif yang memiliki potensi amat besar. Proses nuklir tersebut dikenal pula sebagai reaksi fisi. Pada pembangkit listrik tenaga nuklir, panas yang dihasilkan oleh reaksi fisi digunakan untuk menguapkan air. Uap yang dihasilkan lantas digunakan untuk menggerakkan generator yang kemudian menghasilkan listrik. Survei yang dilakukan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa sekitar 14% pasokan listrik dunia dipenuhi oleh pembangkit listrik tenaga nuklir.

2. Energi Biomassa

Materi biologis yang masih hidup atau telah mati disebut sebagai biomassa. Biomassa umum digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi industrial. Tanaman hidup, pohon mati, dan serpihan kayu merupakan bagian dari biomassa. Sekitar 0,5 listrik di Amerika Serikat tercatat dihasilkan dari energi biomassa.

3. Gas Alam

Sebelum digunakan, gas alam biasanya dikompresi terlebih dahulu hingga berubah wujud menjadi cair. Pembakaran gas alam memang masih menghasilkan gas rumah kaca, namun dibandingkan bahan bakar lain seperti bensin atau solar, emisi gas alam dianggap masih lebih bersih.

4. Panas Bumi

Panas bumi merupakan sumber energi alternatif yang ekonomis, dapat diandalkan, dan ramah lingkungan. Panas bumi merupakan sumber energi yang dapat diperbarui sehingga bebas dari isu kelangkaan. Saat ini, panas bumi merupakan sumber energi alternatif yang bisa digunakan sebagai pembangkit listrik.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Air

Pembangkit listrik tenaga air mungkin masih menjadi sumber energi alternatif yang populer. Tenaga air merupakan sumber energi terbarukan sekaligus ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah.

6. Tenaga Angin

Turbin angin lazim digunakan untuk mengubah energi angin menjadi listrik. Catatan menunjukkan bahwa sekitar 1,5% pasokan listrik dunia dihasilkan oleh tenaga angin. Meskipun angka tersebut terbilang kecil, namun persentasenya selalu meningkat dari tahun ke tahun.

7. Tenaga Matahari

Tenaga surya umum digunakan sebagai pembangkit listrik.Perkembangan teknologi memungkinkan sel surya semakin ringan, mudah diangkut, dan lebih efisien.

8. Energi Gelombang Laut

Seperti namanya, gelombang laut bisa digunakan untuk menghasilkan listrik. Teknologi ini, meskipun memiliki potensi besar, belum banyak digunakan. Rintangan utama dalam memperluas penggunaannya adalah dampak negatif yang akan terjadi pada lingkungan laut. Pembangkit listrik dari gelombang laut berpotensi mengganggu usaha penangkapan ikan sekaligus bentang alam alami lingkungan laut.

9. Energi Pasang Surut

Seperti energi dari gelombang laut, energi pasang surut juga belum banyak digunakan. Namun, para ahli melihat pasang surut sebagai sumber energi alternatif yang menjanjikan di masa depan. Pasang surut dianggap menjanjikan karena mudah diprediksi tidak seperti energi matahari dan angin. Salah satu faktor utama yang membuat teknologi pasang surut belum banyak diterapkan adalah biaya yang tinggi serta langkanya daerah yang memiliki perbedaan pasang surut besar.

2.6 Kesepakatan International

Tuvalu menjadi salah satu Negara yang akan mendapatkan dampak fatal dari pemanasan global. Dalam usahanya untuk meanggulangi dan menghambat laju perubahan iklim tuvalu menjadi salah satu negara yang menekankan  para peserta UN climate summit di copenhagen untuk mengurangi emisi gas karbon guna meredam perubahan iklim. Tuvalu menjadi pelopor yang paling vocal dalam menyerukan di bentuknya sebuah protokol baru yang lebih mengikat.

Selain itu juga Tuvalu aktif dalam Alliance of Small Island States (AOSIS). AOSIS merupaka perserikatan negara-negara berkepulauan kecil AOSIS terdiri dari 39 negara dan didirikan pada tahun 1990. AOSIS bertujuan menyatukan aspirasi dan suara mengenai global warming dan membuat berbagai kesepakatan.

BAB III

Pembahasan

Perubahan iklim memang menjadi pembicaraan yang sangat serius pada dekade ini. perubahan iklim menjadi satu sosok kejadian yang menakutkan bagi banyak negara terutama negara yang terbentang di khatulistiwa atau negara-negara tropis yang notabene sebagian besar adalah negara berkembang..

Pasca protokol kyoto banyak negara maju mulai memikirkan bagaimana cara mereduksi gas emisi karbon yang secaranya nyata sangat mempunyai andil dalam pembentukan gas rumah kaca. Salah satu negara yang sangat terkena imbas dari efek perubahan iklim ini adalah Tuvalu.

Tuvalu adalah sebuah negara kepulauan di gugusan pulau di pasifik. Sebagai negara kepulauan yang berpenduduk hanya 11.000 jiwa tuvalu menjadi salah satu negara kepulauan yang  menjadi dampak perubahan iklim yang begitu nyata.tuvalu Pulau pulau di tuvalu juga sudah mulai mengalami ‘pengasinan tanah’. Hal ini adalah salah satu contoh yang paling nyata dari akibat perubahan iklim.

Di samping itu tuvalu juga mengalami beberapa perubahan yang di dorong akibat oleh perubahan iklim antara lain:

1.    Tumbuhan sekitar pantai menjadi mati seperti pohon kelapa yang menjadi salah satu tumpuan ekonomi masyarakat sekitar.

2.    Air tanah menjadi asin sehingga kebanyakan sumur bawah tanah tidak bisa di konsumsi.3.    Salah satu pulau di kepulauan tuvalu yaitu tepuka savilivili telah hilang tersapu ombak

pada tahun 1997.

Ancaman terbesar bukanlah bencana alam yang menerpa Tuvalu, tetapi ancaman terbesar yang sedang dihadapi oleh Tuvalu adalah tenggelamnya negara ini.  Titik tertinggi di Tuvalu hanya sekitar 4.5 meter (15 kaki), ini berarti jika air laut naik 40 cm setiap tahunnya, maka dalam 100 tahun lagi Tuvalu akan hilang dari muka bumi atau jika air laut naik 80 cm setiap

tahunnya, maka dalam 50 tahun lagi Tuvalu hanya akan tinggal sebuah nama.

Dalam usahanya untuk meanggulangi dan menghambat laju perubahan iklim tuvalu menjadi salah satu negara yang menekankan  para peserta UN climate summit di copenhagen untuk mengurangi emisi gas karbon guna meredam perubahan iklim. Tuvalu menjadi pelopor yang paling vocal dalam menyerukan di bentuknya sebuah protokol baru yang lebih mengikat.

Tuvalu juga bergabung dengan  Alliance of Small Island States (AOSIS) guna berkerja sama dan membangun kekuatan diplomatic guna menyampaikan aspirasi dan suara UN Cop ini.

Hal ini membuat tuvalu mendapat dukungan dari negara-negara kepulauan kecil dan dari negara berkembang lainya seperti grenada, trinidad and tobago serta beberapa negara afrika. Namun usaha ini bukan tanpa hambatan. Usulan tuvalu di tentang oleh beberapa negara seperti china dan india yang ingin tetap pada protokol kyoto. Bagi tuvalu yang menjadi sebuah negara yang merupakan calon negara pertama yang warga negaranya hampir menjadi korban perubahan iklim protokol kyoto harus di gantikan oleh sebuah protokol yang lebih mengikat.

Perjuangan tuvalu bukanlah tanpa maksud. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan tuvalu dari evakuasi total dimana evakuasi total 11.000 penduduk adalah jalan terakhir guna menyelamatkan kehidupan manusia di tuvalu. Pada strategi ini Australia dan New zealand bersedia membantu tuvalu apa bila tuvalu benar-benar menghadapi akibat yang sangat serius dari perubahan iklim.

Keseriusan tuvalu dalam memperjuangkan protokol copenhagen agar lebih mengikat bisa di sadari karena pemerintah tuvalu menjadikan keselamatan warga negaranya sebagai sebuah kepentingan nasional dan permasalahan environment menjadi dasar bagi hampir setiap kebijakan luar negeri Tuvalu.

Selain dengan jalur diplomasi perjuangan tuvalu juga mendapat bantuan dari Non-government organization yang disebut TANGO(tuvalu assosiation of NGO) yang telah berdiri sejak tahun 1986. Memasuki tahun 2006 pemerintah tuvalu dan TANGO membuat sebuat jaringan NGO bernama TuCAN (Tuvalu climate action network).

Salah satu alasan pembentukan TuCAN adalah selain untuk workshop tentang pentingnya menjaga lingkungan dan untuk menaikan rasa kepedulian rakyat tuvalu bahwa perubahan iklim adalah sebuah ancaman nasional. TuCAN juga menjadi sarana

untuk menekan kebijakan baik regional maupun internasional yang berkaitan dengan climate change.

Disamping itu pemerintah Tuvalu ,UNDP dan global environment facility menyusun satu program guna menyelamatkan atau setidaknya menghambat tuvalu dari kehancuran dan dampak yang lebih parah yang di akibatkan oleh perubahan iklim dan pemanasan global.

Program ini bernama NAPA atau national adaptation programme of action. Programe ini di hasilkan akibat vokalnya tuvalu sebagai negara kecil dalam menyuarakan pemanasan global. Dalam projek yang di usung di dalam NAPA ada setidaknya 7 program utama yang akan di usung NAPA :

1.    Coastal : meningkatkan ketahanan pinggir pantai terhadap perubahan iklim2.    Agricultural : meningkatkan pertumbuhan pulaka untuk meningkatkan kesediaan pangan3.    Water : meningkatkan sumber-sumber penyimpanan air,serta membangun infrastruktur

conservasi air4.    Health : meningkatkan taraf hidup sehat masyarakat tuvalu pada umumnya5.    Fisheries 1 : memeperkuat komunitas nelayan yang berbasis kepada ekosistem bawah air

atau kelautan6.    Fisheries 2 :memperkuat adaptasi koral dan terumbu karang pinggir pantai7.    Disaster : membina kesiapan menghadapi bencana yang akan datang.

Dengan program kerja seperti di atas di harapkan pemerintah tuvalu dapat meminimalisir dampak dari perubahan iklim yang hampir menjadikan tuvalu negara pertama yang mengalami evakuasi secara massal. Di samping itu NAPA juga memiliki tujuan-tujuan yang ingin di capai demi keberhasilan tuvalu untuk dapat bertahan dari terpaan perubahaan iklim.

NAPA juga di bentuk untuk mendorong percepatan pembangunan sebagai bentuk nyata kerjasama internasional. 

Kebijakan yang di ambil dunia internasional atas tuvalu adalah hasil dari kerja keras tuvalu dalam memperjuangkan hak yang perlu di pertahankan dimana negara tersebut memiliki 11.000 orang yang terancam kehilangan tanah kelahiran mereka sekaligus negara dan tempat tinggal mereka akibat perubahan iklim dan pemanasan global.

Namun pada penerapannya bukan tanpa halangan baik dari dalam negeri maupun dair keadaan alam itu tersebut. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi tuvalu dan organisasi yang mendukungnya untuk dapat dengan sigap menangani dan menghadai tantangan dan hambatan yang muncul saat mereka berusaha mengubah keadaan.

Tantangan yang pertama adalah minimnya kesadaran nasional yang ada di tuvalu inilah hal terpenting yang harus di perhatikan oleh kedua belah pihak. Hal ini di karenakan bahwa kebijakan yang di keluarkan oleh otoritas tidak akan terlaksanankan dengan maksimal.

Kedua adalah rendahnya atau minimnya kebijakan yang bisa di katakan ikut mengurangi dampak dari perubahan iklim. Hal ini adalah hambatan yang cukup menjadi permasalahan. Karena sebagai tonggak kebijakan seharusnya dapat menjadi role model bagi penghambatan perubahan iklim.

Ketiga adalah rendahnya kesempatan untuk mengimplementasikan apa yang telah di hasilkan oleh pembentuk kebijakan. Untuk mengimplementasikan sebuah kebijakan di butuhkan sebuah kondisi baik moril maupun materil yang jelas dan nyata. Namun hal itu tidak ada di tuvalu keminiman alat untuk mengimplementasikan kebijakan adalah salah satu hambatan yang bisa di katakan.

`

BAB VI

Kesimpulan Dan Saran

Melihat masalah yang begitu kompleks pemanasan global merupakan ancaman nyata bagi kita semua.

tuvalu adalah bukti nyata kemirisan yang terjadi di dunia. Seperti

yang kita ketahui tuvalu merupakan korban dari sebuah pemanasan

global dan perubaha iklim yang di ciptakan oleh banyak negara maju

dengan sumbangan emisi karbon mereka..

Usaha tuvalu sebagai sebuah negara yang terkena dampak dari

perubahan iklim secara langsung harus di apresiasi. Kita melihat

bagaimana sebuah negara kepulauan kecil berani untuk membela

kepentingan nasional mereka di tengah negara-negara maju di dunia

dalam UN climate summit di copenhagen.

Menurut saya untuk menagani permasalahan yang di alami oleh

tuvalu perlu banyak campur tangan baik dari negara regional maupun

dunia internasional walaupun pilihan terakhir dan terburuk adalah

evakuasi total penduduk dari tuvalu. Yang paling penting dari

permasalahan ini adalah perlunya di munculkan kepedulian

regional  pasifik guna mendukung apa yang di perjuangkan oleh

pemerintah tuvalu.

Daftar Pustaka

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=biwNVYuREMWfugTo5oA4#q=logo+krida+nusantarahttp://zonabawah.blogspot.com/http://www.amazine.co/http://james-dyllano.blogspot.com/http://id.wikipedia.org/wiki/Tuvalu