makalah biokimia katabolisme
DESCRIPTION
Makalah Biokimia KatabolismeTRANSCRIPT
TUGAS PRESENTASI
BIOKIMIA
“Metabolisme Karbohidrat (Degradasi Karbohidrat dan Sintesis ATP)”
Disusun oleh,
1. Annisa Rizqi Yasmine (13304241010)
2. Esty Hardian Chrisnawati (13304241020)
3. Ajeng Sulistyowati (13304241021)
4. Eriza Deadara (13304241028)
5. Nita Ayu Nurjanah (13304241036)
6. Linda Indriawati (13304241039)
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Katabolisme merupakan reaksi pemecahan atau penguraian senyawa kompleks
(organik) menjadi sederhana (anorganik) yang menghasilkan energi. Untuk dapat digunakan
oleh sel, energi yang dihasilkan harus diubah menjadi ATP (Adenosin
TriPhospat). ATP merupakan gugus adenin yang berikatan dengan tiga gugus fosfat.
Pelepasan gugus fosfat menghasilkan energi yang digunakan langsung oleh sel, yang
digunakan untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia, pertumbuhan, transportasi, gerak,
reproduksi, dan lain-lain. Contoh katabolisme adalah respirasi sel, yaitu proses penguraian
bahan makanan yang bertujuan menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua sel
hidup, sel hewan maupun sel tumbuhan.
Respirasi dibedakan menjadi dua berdasarkan ada tidaknya O2 yaitu respirasi aerob
dan respirasi anaerob.
Respirasi Aerob adalah reaksi katabolisme yang membutuhkan suasana aerob sehingga
dibutuhkan oksigen, dan reaksi ini menghasilkan energi dalam jumlah besar. Respirasi aerob
sebagian besar terjadi didalam mitokondria. Energi ini dihasilkan dan disimpan dalam bentuk
energi kimia yang siap digunakan, yaitu ATP. Pelepasan gugus posfat menghasilkan energi
yang digunakan langsung oleh sel untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia, pertumbuhan,
transportasi, gerak, dan reproduksi. Proses respirasi aerob terjadi dalam empat tahapan yaitu
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.
Respirasi Anaerob adalah proses respirasi yang tidak memerlukan oksigen. Salah satu contoh
proses ini adalah proses fermentasi. Respirasi anaerob dapat terjadi pada manusia dan hewan
jika tubuh memerlukan energi secara cepat. Pada mikroorganisme seperti bakteri dan jamur,
respirasi anaerob dilakukan karena keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan dan belum
memiliki sistem metabolisme yang kompleks.
BAB II
ISI
A. Pembongkaran Karbohidrat
1. Jalur ED
Lintasan Entner–Doudoroff yang ditemukan oleh Michael Doudoroff dan
Nathan Entner terjadi hanya pada sel prokariota.
Jalur ini ditemukan pada pseudomonas. Dengan menggunakan substrat
glukosa tahap-tahap konversinya dapat dilihat digambar, maka akan terjadi tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Oksidasi glukosa oleh ATP
b. Oksidasi gugus aldehida dari glukosa-6P menjadi 6-fosfoglukonat dan NADPH2
c. Dehidrasi dari 6-fosfoglukonat menjadi 2-keto-3-deoksi-6-fosfoglukonat (KDPG)
d. Pemecahan KDPG oleh enzim KDPG aldolase menghasilkan piruvat dengan
gliseraldehida-3-fosfat
e. Triosa fosfat selanjutnya masuk ke jalur glikolisis menjadi piruvat dan
memberikan 2 ATP dan 2 NADH2 per mol triosa fosfat
Bila 1 mol glukosa dikatabolisme melalui jalur ED dalam keadaan anaerob
maka akan dihasilkan 1 ATP.
Glikosa + ADP + Pi menjadi laktat atau etanol + 1 ATP
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa energi yang dihasilkan lebih
kecil dibandingkan dari energi yang dihasilkan melalui jalur EMP.
2. Jalur HMP
Jalur HMP sangat penting penting untuk menghasilkan pentose yang
diperlukan untuk sintesis asam nukleat dan nukleotida yang mengandung gugus
prostetik, juga berperan dalam beberapa reaksi biosintesis.
Poin penting dari jalur ini:
a. Disebut juga dengan Pentose Phosphate Pathway
b. Merupakan jalan lain untuk oksidasi glukosa
c. Tidak bertujuan menghasilkan energi ( ATP )
d. Aktif dalam : Hati, Jaringan Lemak, Kelenjar Korteks adrenal, Kelenjar Tiroid,
Eritrosit, Kelenjar Mammae ( laktasi ) dan Tidak aktif di dalam sel otot
Fungsi :
a. Membentuk NADPH untuk sintesis asam lemak, steroid
b. Membentuk pentosa ribosa untuk sintesis nukleotida dan asam nukleat
c. Dalam eritrosit Membentuk NADPH
3. Jalur EMP
Lintasan glikolisis yang paling umum adalah lintasan Embden-Meyerhof-
Parnas (bahasa Inggris: EMP pathway), yang pertama kali ditemukan oleh Gustav
Embden, Otto Meyerhof dan Jakub Karol Parnas.
Jalur EMP disebut juga jalur heksosa bifosfat. Pada jalur ini glukosa dipecah
menjadi 2 piruvat. Jalur ini terjadi pada mikroorganisme dan dalam keadaan
anaerob. Pada jalur ini, glukosa dipecah menjadi 2 piruvat. Selain itu, dalam proses
ini juga terjadi pembentukan ikatan kaya energi pada tingkat nutrien atau substrat.
Jalur EMP terdiri atas 3 tahapan penting metabolisme, yaitu:
Tahap I, fosforilasi ganda heksosa
Dimulai dari fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dengan bantuan
enzim heksokinase. Glukosa 6-fosfat diisomerisasi menjadi fruktosa 6-fosfat dengan
bantuan fosfoglukoisomerase. Kemudian, fruktosa-6-fosfat difosforilasi menjadi
fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan fosfofruktokinase.
Tahap II, pemecahan heksosa bifosfat menjadi 2 triosa fosfat
Dimulai dari pemecahan fruktosa 1,6 bifosfat menjadi glieraldehid 3 fosfat
(G3P) dan dihidroksiaseton fosfat dengan bantuan aldolase. Dihidroksiaseton fosfat
dapat direduksi menjadi gliserol 3-fosfat dengan bantuan gliserol fosfat
dehidrogenase atau diisomerisasi menjadi G3P dengan bantuan triosa fosfat
isomerase sehingga menghasilkan 2 triosa fosfat (G3P).
Tahap III, defosforilasi triosa bifosfat menjadi energi dan piruvat.
Dimulai dari fosforilasi G3P oleh fosfat anorganik menjadi triosa bifosfat (1,3-
difosfogliserat) dengan bantuan G3P dehidrogenase. Proses ini menghasilkanNADH
sebagai sumber electron respirasi. 1,3-difosfogliseral didefosforilasi menjadi 3-
fosfogliserat dengan bantuan fosfogliserokinase. Gugus fosfatdimutasi dari posisi 3
ke posisi 2, sehingga menghasilkan 2-fosfogliserat dengan bantuan fosfogliserat
mutase. Pembentukan ikatan rangkap (dehidrasi) antara atom C no 2 dan no 3,
sehingga 2-fosfogliserat menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan enolase.
Keseluruhan reaksi pada jalur EMP terdapat beberapa reaksi yang bersifat
irreversible (tak dapat balik). Yaitu glukosa menjadi glukosa 6-fosfat, fruktosa 1,6
bifosfat menjadi gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat, dan
fosfoenolpiruvat menjadi piruvat. Hasil akhir dari jalur EMP adalah 2 piruvat, 2
NADH, dan 2 ATP.
B. Fermentasi
1. Fermentasi Asam Laktat
Proses fermentasi asam laktat memerlukan bahan dasar berupa glukosa yang
dibantu enzim. Oleh karena itu, apabila seseorang merasa tidak berenergi jika
tubuhnya kekurangan glukosa. Selain menghasilkan energi, proses ini juga akan
menghasilkan asam laktat sehingga disebut Fermentasi Asam Laktat. Fermentasi
Asam laktat ini dibantu organisme Bakteri Lactobacilliaceae.
Jika diterjemahkan dalam rumus reaksi kimia, maka proses fermentasi asam
laktat adalah sebagai berikut:
C6H12O6 + ENZIM = 2 C2H5OCOOH + ENERGI
Secara umum, fermentasi asam laktat melalui dua tahapan, diantaranya:
a. Proses fermentasi Homolactic
Proses fermentasi Homolactic merupakan proses terjadinya perubahan
glukosa menjadi Asam Piruvat yang kemudian akan membentuk 2 molekul asam
laktat. Proses ini dibantu enzim laktat Dehidrogenase.
b. Proses Fermentasi Heterofermentatif
Proses Fermentasi Heterofermentatif merupakan Proses yang menggunakan
piruvat sebagai penghasil asam laktat, etanol dan karbon dioksida yang dibantu
enzim dehidrogenanse laktat dan piruvat dekarboksilase
Fermentasi Asam Laktat dapat terjadi pada sel otot manusia. Misalnya ketika
kita menggerakan tangan untuk meraih benda. Pergerakan tersebut akan menghasilkan
energi sehingga kita bisa mengambil benda tersebut. Tanpa kita sadari, proses tersebut
juga akan menghasilkan asam laktat yang terkumpul di otot – otot tersebut.
Peristiwa fermentasi asam laktat pada otot manusia dapat terjadi apabila otot
kekurangan oksigen, sementara energi yang butuhkan cukup banyak. Energi yang
terbentuk dari proses fermentasi asam laktat tersebut adalah sebanyak 2 ATP.
Asam laktat pada otot ini akan menyebabkan manusia merasakan pegal, kaku,
maupun kram akibat dari aktivitas yang menggunakan banyak energi. Asam laktat
dapat hilang secara berangsur-angsur setelah proses fermentasi tersebut berakhir.
Itulah sebabnya apabila tubuh beristirahat pegal yang dirasakan akan berkurang. Rasa
pegal juga bisa berkurang ketika mandi. Ini karena asam laktat tersebut dapat terbawa
air dan terbuang.
2. Fermentasi Alkohol
Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk
menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.
Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energy terlaksana karena asam
piruvat diubah menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam asetat diubah menjadi
alkohol.
Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2
molekul ATP, bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu
menghasilkan 38 molekul ATP.
Reaksinya:
1. Gula (C6H12O6)asam piruvat (glikolisis)
2. Dekarboksilasi asam piruvat.
Asam piruvat asetaldehid + CO2.
Piruvat dekarboksilase (CH3CHO)
3. Asetaldehid oleh alkoholdihidrogenase diubah menjadi alcohol (etanol).
2 CH3CHO + 2 NADH2 2 C2HsOH + 2 NAD.
Alkoholdehydrogenase enzim
C. Glikolisis
Glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa
membutuhkan oksigen. Glikolisis adalah serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa
dioksidasi menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis terjadi (dengan berbagai variasi) di
banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk organisme (sel hewan, sel tumbuhan, dan
sel bakteri).
Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa
dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan
dalam senyawa organik berupa adenosine triphosphate atau yang lebih umum dikenal
dengan istilah ATP dan NADH.
D. Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif atau disingkat dengan DO adalah proses Perubahan
Piruvatmenjadi Asetilkoezim – A. Proses ini berlangsung karboksilasi Oksidatif ini di
membran luar mitocondria sebagai fase antara sebelum Siklus Krebs (Pra Siklus Krebs)
sehingga DO sering dimasukkan langsung dalam Siklus krebs. Reaksi oksidasi piruvat
hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A, merupakan tahap reaksi penghubung yang
penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam trikarboksilat (daur
Krebs). Reaksi yang diaktalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks
mitokondria melibatkan tiga macam enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil
transasetilase, dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim (tiamin pirofosfat,
asam lipoat, koenzim-A, flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid adenine
dinukleotida) dan berlangsung dalam lima tahap reaksi.
Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini irreversibel, dengan ∆ G 0 = - 80 kkal per
mol. Reaksi ini merupakan jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs. Tahap
reaksi pertama dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat
sebagai koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil yang
terkait pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat.
Pada tahap reaksi kedua α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang
kemudian dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya,
yaitu asam lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase.
Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya,
gugus sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara
enzim dari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-
A).
Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat
dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat pada
dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim
dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida).
Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap
terikat pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida)
manjadi FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD +).
E. Siklus Krebs
Siklus krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus ini berasal dari
nama orang yang menemukan reaksi tahap kedua respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs. Siklus
ini disebut juga siklus asam sitrat. Siklus krebs diawali dengan adanya 2 molekul asam
piruvat yang dibentuk pada glikolisis yang meninggalkan sitoplasma masuk ke
mitokondria.Sehingga, siklus krebs terjadi di dalam mitokondria.
Tahapan siklus krebs adalah sebagai berikut:
a) Asam piruvat dari proses glikolisis, selanjutnya masuk ke siklus krebs setelah bereaksi
dengan NAD+ (Nikotinamida adenine dinukleotida) dan ko-enzim A atau Ko-A,
membentuk asetil Ko-A. Dalam peristiwa ini, CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan
kandungan C dari 3C (asam piruvat) menjadi 2C (asetil ko-A).
b) Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam oksalo asetat (4C) dan terbentuk asam sitrat
(6C). Dalam peristiwa ini, Ko-A dibebaskan kembali.
c) Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam alfa ketoglutarat (5C) dengan
membebaskan CO2.
d) Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu pembentukan asam suksinat (4C) setelah bereaksi
dengan NAD+ dengan membebaskan NADH, CO2 dan menghasilkan ATP setelah
bereaksi dengan ADP dan asam fosfat anorganik.
e) Asam suksinat yang terbentuk, kemudian bereaksi dengan FAD (Flarine Adenine
Dinucleotida) dan membentuk asam malat (4C) dengan membebaskan FADH2.
f) Asam malat (4C) kemudian bereaksi dengan NAD+ dan membentuk asam oksaloasetat
(4C) dengan membebaskan NADH, karena asam oksalo asetat akan kembali dengan
asetil ko-A seperti langkah ke 2 di atas.
Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob yang
mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk kembali
oksaloasetat. Oksaloasetat ini berfungsi untuk siklus krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs,
dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.
F. Posporilasi Oksidatif
Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan energi
yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan ATP, dan mereduksi gas
oksigen menjadi air.
Walaupun banyak bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis
nutrien, hampir semuanya menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP.
Lintasan ini sangat umum digunakan karena sangat efisien untuk mendapatkan energi,
dibandingkan dengan proses fermentasi alternatif lainnya seperti glikolisis
anaerobik. Dalam proses fosforilasi oksidatif, elektron yang dihasilkan oleh siklus
asam sitrat akan ditransfer ke senyawa NAD+ yang berada di dalam matriks
mitokondria. Setelah menerima elektron, NAD+akan bereaksi menjadi NADH dan ion
H+, kemudian mendonorkan elektronnya ke rantai transpor elektron kompleks I dan
FAD yang berada di dalam rantai transpor elektron kompleks II. FAD akan menerima
dua elektron, kemudian bereaksi menjadi FADH 2 melalui reaksi redoks.
Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan untuk membentuk ATP.
Pada eukariot, reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaian kompleks protein di
dalam mitokondria, sedangkan pada prokariot, protein-protein ini berada di membran
dalam sel. Enzim yang saling berhubungan ini disebut sebagai rantai transpor
elektron. Pada eukariot, lima kompleks protein utama terlibat dalam proses ini,
sementara pada prokariot, terdapat banyak enzim-enzim berbeda yang terlibat.
Elektron yang melekat pada molekul rantai transpor elektron di sisi dalam
membran mitokondria akan menarik ion H+ menuju membran mitokondria sisi luar,
disebut kopling kemiosmotik, yang menyebabkan kemiosmosis, yaitu difusi ion H+
melalui ATP sintase ke dalam mitokondria yang berlawanan dengan arah gradien pH,
dari area dengan energi potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju matriks dengan
energi potensial lebih tinggi. Proses kopling kemiosmotik menghasilkan kombinasi
gradien pH dan potensial listrik di sepanjang membran ini yang disebut gaya gerak
proton. Energi gaya gerak proton digunakan untuk menghasilkan ATP melalui reaksi
fosforilasi ADP.
Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia
menghasilkan spesi oksigen reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida pada
kompleks I. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan radikal bebas, merusak sel
tubuh, dan kemungkinan juga menyebabkan penuaan. Enzim-enzim yang terlibat
dalam lintasan metabolisme ini juga merupakan target dari banyak obat dan racun
yang dapat menghambat aktivitas enzim.
G. Transpor Elektron
Transpor elektron terjadi di membran dalam mitokondria, dan berakhir setelah
elektron dan H+ bereaksi dengan oksigen yang berfungsi sebagai akseptor terakhir,
membentuk H2O. ATP yang dihasilkan pada tahap ini adalah 32 ATP. Reaksinya
kompleks, tetapi yang berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekul-molekul
khusus, seperti Flavo protein, ko-enzim Q, serta beberapa sitokrom. Dikenal ada
beberapa sitokrom, yaitu sitokrom C1, C, A, B, dan A3. Elektron berenergi pertama-
tama berasal dari NADH, kemudian ditransfer ke FMN (Flavine Mono Nukleotida),
selanjutnya ke Q, sitokrom C1, C, A, B, dan A3, lalu berikatan dengan H yang
diambil dari lingkungan sekitarnya. Sampai terjadi reaksi terakhir yang membentuk
H2O. Jadi hasil akhir proses ini terbentuknya 32 ATP dan H2O sebagai hasil
sampingan respirasi. Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke
luar tubuh, pada tumbuhan melalui stomata dan melalui paru-paru pada pernapasan
hewan tingkat tinggi.
H. Mekanisme “Shuttle”
Ada perbedaan dalam hasil akhir pembentukan ATP pada proses respirasi. Proses
respirasi yang berlangsung pada mitokondria di hati, ginjal, dan mitokondria jantung
menghasilkan 38 ATP untuk satu molekul glukosa yang dipecah, karena tahap akhir
respirasi aerob yaitu rantai transpor elektron berlangsung melalui sistem ulang-alik malat
aspartat. Sistem ulang-alik lain adalah ulang-alik gliserol-phosphat. Sistem ini hanya
menghasilkan 36 ATP untuk tiap mol glukosa, dan berlangsung di otot rangka dan otak.
Apa bedanya?
Proses respirasi aerob menghasilkan senyawa antara berupa NADH. Glikolisis
menghasilkan NADH yang sering disebut NADH sitosol, karena proses tersebut
berlangsung pada sitosol. Dekarboksilasi oksidatif dan Daur Krebs menghasilkan NADH
matriks, karena proses tersebut berlangsung pada matriks mitokondria. Dalam rantai
transpor elektron, NADH akan dioksidasi ulang dan pada akhir reaksi akan menghasilkan
ATP dan H2O. Pada kenyataannya, membran mitokondria tidak permeabel terhadap
NADH sitosol. Dengan sederhana dikatakan: NADH sitosol tidak dapat masuk ke dalam
mitokondria untuk mengalami oksidasi ulang pada rantai transpor elektron.
Suatu cara yang berlangsung dengan cerdik telah diketahui. NADH sitosol dapat
masuk ke dalam mitokondria secara tidak langsung melalui sistem ulang-alik malat-
aspartat. Prosesnya sebagai berikut: NADH sitosol melepaskan H+ dan ditangkap oleh
oksaloasetat sehingga berubah menjadi malat, yang kemudian masuk ke dalam
mitokondria dengan bantuan sistem transpor malat-a-ketoglutarat yang terdapat pada
membran mitokondria. Di dalam matriks mitokondria, malat akan melepaskan ion H+
yang akan diterima oleh NAD sehingga tereduksi menjadi NADH, dan selanjutnya
NADH akan dioksidasi ulang melalui rantai transpor elektron. Sementara itu malat yang
telah melepaskan ion H+ berubah kembali menjadi oksaloasetat. Karena membran
mitokondria tidak permeabel terhadap oksaloasetat, maka oksaloasetat dipecah menjadi
a-ketoglutarat dan aspartat melalui reaksi dengan glutamat. Aspartat keluar dari dalam
matriks ke sitosol melalui sistem transpor glutamat-aspartat yang juga terdapat pada
membran mitokondria, sedangkan a-ketoglutarat keluar dari matriks melalui sistem
transpor malat-a-ketoglutarat. Di sitosol aspartat akan bereaksi dengan a-ketoglutarat dan
menghasilkan oksaloasetat dan glutamat untuk mengulangi siklus yang sama. Lihat
gambar berikut!
Berbeda dengan sistem ulang-alik malat-aspartat, sistem ulang-alik gliserol-
phosphat lebih sederhana. Prosesnya sebagai berikut: NADH sitosol melepaskan ion
H+ dan diterima oleh dihydroxyacetonphosphate hingga tereduksi menjadi glycerol-3-
phosphate. Glycerol-3-phosphate akan melepaskan ion H+ kepada FAD sehingga
tereduksi menjadi FADH, dan kembali berubah menjadi dihydroxyacetonephosphate
untuk mengulangi siklus yang sama. Ion H+ dari FADH akan dipindahkan kepada
ubikuinon sehingga tereduksi menjadi ubikuinonH untuk selanjutnya memasuki rantai
traspor elektron. Lihat gambar!
Kesimpulannya adalah: bila melalui sistem ulang-alik malat-aspartat NADH
sitosol dapat masuk ke dalam mitokondria untuk mengalami proses rantai transpor
elektron dan menghasilkan 3 ATP untuk setiap NADH yang dioksidasi. Bila melalui
sistem ulang-alik gliserol-phospat, NADH sitosol dikonversi menjadi FADH lalu
masuk ke dalam mitokondria untuk mengalami proses rantai transpor elektron dan
dihasilkan 2 ATP untuk setiap FADH yang dioksidasi.
I. Mekanisme Perhitungan ATP
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. Metabolisme karbohidrat adalah proses yang mencakup sintesis (anabolisme) dan
penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks.
b. Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan
selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s).
c. Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada mitokondria,
yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan mengubah asam piruvat
menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi.
Saran
Peranan karbohidrat dalam tubuh sangat penting terutama untuk kesehatan. Selain itu
sebagai mahasiswa, kita juga harus lebih banyak mengetahui dan mempelajari tentang
berbagai hal yang menyangkut molekul atau senyawa dalam tubuh, seperti karbohidrat sebab
ini akan menjadi acuan kita dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, A. L. 1987. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Surabaya: Erlangga.
Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia 1. Yogyakarta: Gajah Mada Univercity Press.
Stryer, L. 1995. Biochemistry. New York: W.H. Freeman and Company.