literatur ma boarding school

20
BOARDING SCHOOL DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Baktiar A. Pendahuluan Memasuki abad ke 21, bangsa-bangsa di dunia sedang berlomba dalam pengembangan berbagai teknologi strategis di dunia global. Dampak perkembangan teknologi menyebabkan parubahan budaya, gaya hidup dan prilaku sangat drastis. Terutama budaya-budaya ketimuran (islami) semakin terjepit oleh budaya Barat yang dikemas dengan beragam media dan cara.[1] Visi pendidikan nasional yaitu, ”mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermoral dan berakhlak" mengandung implikasi bahwa penyelenggaraan pendidikan haruslah mampu memadukan pendidikan ilmiah dengan pendidikan moral dan akhlak. Nilai-nilai agama adalah nilai-nilai universal yang dapat diimplementasikan dalam segala bidang. Oleh karena itu, islam sebagai agama yang memiliki nilai-nilai luhur yang ajarannya bersifat menyeluruh, melingkupi semua bidang kehidupan manusia menjadi alternative pilihan terbaik untuk dijadikan landasan pengembangan sistim pendidikan. Memasuki era baru ini, muncullah lembaga pendidikan "Boarding School" yang memadukan system pesantren dan sekolah umum. Dengan tujuan memberi bekal kefahaman agama dan IPTEK secara seimbang. A. Pembahasan 1. Pengertian Boarding School Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama. Dan school berarti sekolah. Boarding School adalah sistem sekolah berasrama, dimana

Upload: ulfah-nurul-karimah

Post on 25-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

studio perancangan arsitektur 3

TRANSCRIPT

Page 1: Literatur MA Boarding School

BOARDING SCHOOL DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Baktiar

A. Pendahuluan

Memasuki abad ke 21, bangsa-bangsa di dunia sedang berlomba dalam pengembangan berbagai teknologi strategis di dunia global. Dampak perkembangan teknologi menyebabkan parubahan budaya, gaya hidup dan prilaku sangat drastis. Terutama budaya-budaya ketimuran (islami) semakin terjepit oleh budaya Barat yang dikemas dengan beragam media dan cara.[1]

Visi pendidikan nasional yaitu, ”mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermoral dan berakhlak" mengandung implikasi bahwa penyelenggaraan pendidikan haruslah mampu memadukan pendidikan ilmiah dengan pendidikan moral dan akhlak. Nilai-nilai agama adalah nilai-nilai universal yang dapat diimplementasikan dalam segala bidang. Oleh karena itu, islam sebagai agama yang memiliki nilai-nilai luhur yang ajarannya bersifat menyeluruh, melingkupi semua bidang kehidupan manusia menjadi alternative pilihan terbaik untuk dijadikan landasan pengembangan sistim pendidikan.

Memasuki era baru ini, muncullah lembaga pendidikan "Boarding School" yang memadukan system pesantren dan sekolah umum. Dengan tujuan memberi bekal kefahaman agama dan IPTEK secara seimbang.

A. Pembahasan

1. Pengertian Boarding School

Boarding school terdiri dari dua kata yaitu boarding dan school. Boarding berarti asrama. Dan school berarti sekolah. Boarding School adalah sistem sekolah berasrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu.

boarding school adalah sekolah yang memiliki asrama, di mana para siswa hidup; belajar secara total di lingkungan sekolah. Karena itu segala jenis kebutuhan hidup dan kebutuhan belajar disediakan oleh sekolah.

2. Factor-faktor Berkembangnya Boarding School

Keberadaan Boarding School adalah suatu konsekuennsi logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang religiusitas masyarakat. Dijelaskan sebagai berikut:

Page 2: Literatur MA Boarding School

1. Lingkungan sosial yang kini telah banyak berubah, terutama di kota-kota besar. Sebagian besar penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana masyarakat yang homogen, kebiasaan lama bertempat tinggal dengan keluarga besar satu klan atau marga telah lama bergeser kearah masyarakat yang heterogen, majemuk, dan plural. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat yang terdidik dengan baik menganggap bahwa lingkungan sosial seperti itu sudah tidak lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan perkembangan anak.

2. Keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik, mendorong pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan. Bagi kalangan menengah-atas yang baru muncul akibat tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi sehingga mendapatkan posisi-posisi yang baik dalam lapangan pekerjaan berimplikasi pada tingginya penghasilan mereka. Hal ini mendorong niat dan tekad untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak melebihi pendidikan yang telah diterima oleh orang tuanya.

3. Cara pandang religiusitas masyarakat telah, sedang, dan akan terus berubah. Kecenderungan terbaru masyarakat perkotaan sedang bergerak ke arah yang semakin religius. Indikatornya adalah semakin diminati dan semaraknya kajian dan berbagai kegiatan keagamaan. Modernitas membawa implikasi negatif dengan adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan ruhani dan jasmani. Untuk itu masyarakat tidak ingin hal yang sama akan menimpa anak-anak mereka. Intinya, ada keinginan untuk melahirkan generasi yang lebih agamis atau memiliki nilai-nilai hidup yang baik mendorong orang tua mencarikan sistem pendidikan alternatif.[4]

3. Karakteristik Boarding School

Secara embrional, boarding school telah mengembangkan aspek-aspek tertentu dari nilai-nilai yang ada pada masyarakat. Sejak awal berdirinya lembaga ini sangat menekankan kepada moralitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemandirian, kesederhanaan, dan sejenisnya. [5]

Karakteristik system pendidikan Boarding School, diantaranya adalah:

1. Dari segi sosial, system boarding school mengisolasi anak didik dari lingkungan sosial yang heterogen yang cenderung buruk. Di lingkungan sekolah dan asrama dikonstruksi suatu lingkungan sosial yang relatif homogen yakni teman sebaya dan para guru pembimbing. Homogen dalam tujuan yakni menuntut ilmu sebagai sarana mengejar cita-cita.

2. Dari segi ekonomi, boarding school memberikan layanan yang paripurna sehingga menuntut biaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu anak didik akan benar-benar terlayani dengan baik melalui berbagai layanan dan fasilitas.

3. Dari segi semangat religiusitas, boarding school menjanjikan pendidikan yang seimbang antara kebutuhan jasmani dan ruhani, intelektual dan spiritual. Diharapkan akan lahir peserta didik yang tangguh secara keduniaan dengan ilmu dan teknologi, serta siap secara iman dan amal saleh.[6]

Page 3: Literatur MA Boarding School

4. Klasifikasi Boarding School ada di PDF

1. Keunggulan Boarding School

Banyak keunggulan yang terdapat dalam sistem asrama atau boarding school ini. Dengan sistem pesantren atau mondok, seorang siswa atau santri tidak hanya belajar secara kognitif, melainkan juga afektif dan psikomotor.

Salah satu cara terbaik mengajarkan dunia afektif adalah pemberian teladan dan contoh dari para pemimpin dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar anak. Dengan mengasramakan anak didik sepanjang 24 jam, anak didik tidak hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif, melainkan dapat menyaksikan langsung bagaimana perilaku ustadz, guru, dan orang-orang yang mengajarkan mereka. Para siswa bisa menyaksikan langsung, bahkan mengikuti imam, bagaimana cara salat yang khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran salat, misalnya, yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada imam yang salatnya khusuk. Jangan-jangan pelajaran di ke kelas bisa berbeda dengan pelaksanaan di rumah saat murid/santri melaksanakannya sendiri.

Sistem boarding school mampu mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, maka sistem mesantren ini memiliki prasyarat agar para guru dan pengelola sekolah siap mewakafkan dirinya selama 24 jam. Selama siang dan malam ini, mereka melakukan proses pendidikan, baik ilmu pengetahuan, maupun memberikan contoh bagaimana mengamalkan berbagai ilmu yang diajarkan tersebut.

Kelebihan-kelebihan lain dari sistem ini adalah sistem boarding lebih menekankan pendidikan kemandirian. Berusaha menghindari dikotomi keilmuan (ilmu agama dan ilmu umum). Dengan pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum diharapkan akan membentuk kepribadian yang utuh setiap siswanya. Pelayanan pendidikan dan bimbingan dengan sistem boarding school yang diupayakan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang lebih leluasa dan menyeluruh, segala aktifitas siswa akan senantiasa terbimbing, kedekatan antara guru dengan siswa selalu terjaga, masalah kesiswaan akan selalu diketahui dan segera terselesaikan, prinsip keteladanan guru akan senantiasa diterapkan karena murid mengetahui setiap aktifitas guru selama 24 jam. Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati dan dipantau oleh para guru / pembimbing.[7]

Sekolah berasrama biasanya mempunyai fasilitas yang lengkap, sebagai penunjang pencapaian target program pendidikan sekolah berasrama. Dengan fsilitas lengkap sekolah dapat mengekplaitasi potensi untuk membangun lembaga pendidikan yang kompeten dalam menghasilkan output yang berkualitas.

Page 4: Literatur MA Boarding School

Sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistik dari program pendidikan kaagamaan, academic development, life skill sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis , tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.

Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam kompleks sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran,tapi semua orang dewasa yang ada di Boarding School adalah guru. Siwa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Begitu juga dalam membangun religious society, maka semua elemen yang terlibat mengimplmentasikan agama secara baik.

Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang berbeda. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang sosial, budaya, tingkat kecerdasan, kemempuan akademik yang sangat beraga, keadaan ini sangat kondusif untuk membangun wawasan nasional, dan siswa terbiasa berinteraksi dengan siswa yang berbeda.

Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolah berasrama yang mengadop pola penidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya.

2. Problematika Boarding School

Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama dalam pengamatan saya masih banyak mempunyai persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama layu sebelum berkembang dan itu terjadi pada sekolah-sekolah boarding perintis. Faktor-faktornya adalah sebagai berikut:

1. Ideologi Boarding school yang tidak jelas

Term ideology yang digunakan untuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah religius, nasionalis, atau nasionalis-religius. Yang mengambil corak religius sangat beragam dari yang fundamentalis, moderat sampai liberal. Masalahnya dalam implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideology tersebut. Hal itu juga serupa dengan yang nasionalis, tidak mengadopsi pola-pola pendidikan kedisiplinan militer secara kaffah, akibatnya terdapat kekerasan dalam sekolah berasrama.

2. Dikotomi guru asrama vs guru sekolah

Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama. Pabrikan guru tidak “memproduksi” guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asramanya sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengampu mata pelajarannya, sementara guru pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi tersebut harus melekat dalam Boarding school.

Page 5: Literatur MA Boarding School

3. Kurikulum Pengasuhan yang tidak Baku

Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum academicnya dapat dipastikan hampir sedikit perbedaannya. Semuanya mengacu kepada kurikulum KTSP-nya produk DEPDIKNAS dengan ditambah pengayaan atau suplemen kurikulum international dan muatan local. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat militer (disiplin) sampai ada yang terlalu lunak. Kedua-duanya mempunyai efek negative, pola militer melahirkan siswa yang berwatak keras dan terlalu lunak menimbulkan watak licik yang bisa mengantar sang siswa mempermainkan

4. Sekolah dan Asrama Terletak dalam Satu Lokasi

Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah Asrama. Karena menurut Komaruddin Hidayat (Direktur Executive Madania), siswa harus mengalami semacam proses berangkat ke sekolah. Dengan begitu, mereka mengenyam suasana meninggalkan tempat menginap, berinteraksi dengan sesama siswa di jalan, serta melihat aktivitas masyarakat sepanjang jalan, sehingga siswa dituntut memiliki mobilitas tinggi, kesehatan dan kebugaran yang baik, dan dapat membaca setiap fenomena yang ada disekitarnya.[8]

A. Peranan Boarding School Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam

Islam adalah agama yang sangat mementingkan bahkan mewajibkan penganutnya untuk selalu menuntut ilmu. Islam menyamakan menuntut ilmu dengan ibadah, dan memberikan pujian yang sangat tinggi pada orang yang berilmu serta mengangkat derajat mereka diantara diantara manusia lain. Secara konteks, perintah itu tidak terbatas pada ilmu agama dan ibadah saja, melainkan diperintahkan pula untuk menguasai semua cabang-cabang keilmuan, seperti ilmu psikologi, sains, social, alam, politik, dan sebagainya (QS. At-taubah:122).[9]

Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, kekhawatiran dan kegelisahan umat islam menghadap tantangan dunia global merupakan problem besar. Lembaga pendidikan Islam harus mengambil peran dalam memelihara dan membentengi umat Islam dan generasi penerusnya. Lembaga pendidikan islam harus membuat inovasi jika tidak ingin dianggap ketinggalan zaman.

Sebagai solusi untuk meraih hasil maksimal dalam memadukan pendidikan Islam (IMTAQ) dan IPTEK, baik institusional ataupun interaksional adalah dengan mengembangkan konsep boarding school. Sesungguhnya konsep boarding school bukan sesuatu yang baru dalam system pendidikan Indonesia. Karena sejak lama konsep boarding school dikenal dengan konsep pondok pesantren. Pondok Pesantren ini adalah cikal bakal boarding school di Indonesia. Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif ilmu-ilmu keagamaan dengan tingkat tertentu sehingga produknya bisa menjadi “Kiyai atau Ustadz” yang nantinya akan bergerak dalam bidang dakwah keagamaan dalam masyarakat.

Kehadiran boarding school telah memberikan alternative pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan pesatnya modernitas, dimana orang tua tidak

Page 6: Literatur MA Boarding School

hanya Suami yang bekerja tapi juga istri bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik maka boarding school adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka baik makannya, kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah pendidikanya yang sempurna.

Selain itu program boarding school merupakan salah satu jawabah atas kegelisahan masyarakat akan rendahnya daya saing madrasah aliyah dalam persaingan merebutkan kursi PTN umum ternama baik melalui jalur beasiswa maupun jalur tes. Program boarding school selain menekankan ilmu-ilmu keagamaan juga memperhatikan materi-materi dasar keilmuan, seperti matematika, biologi, fisika, kimia, bahasa Inggris dan computer.[10]

Boarding school memiliki peranan penting dan strategis dalam pembentukan akhlak yang paripurna, hal ini bisa dicermati dari latar belakang berdirinya boarding school yang memadukan kurikulum pesantren dengan sekolah umum.

Sejak munculnya konsep boarding school pada tahun 1990an, proses pelaksaannya diarahkan pada:

1. Mengembangkan lingkungan belajar yang Islami

2. Menyelenggarakan program pembelajaran dengan system mutu terpadu dan terintegrasi yang memberikan bekal kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional, serta kecakapan hidup (Life Skill).

3. Mengelola lembaga pendidikan dengan sistem manajemen yang efektif, kondusif, kuat, bersih, modrn dan memiliki daya saing.

4. Mengoptimalkan peran serta orang tua, masyarakat dan pemerintah.

Dari berbagai proses yang diterapkan di boarding school tersebut, tujuan dan hasilnya dapat diarahkan untuk:

1. Menghasilkan generasi yang beraqidah, shalih, berprikebadian matang, mandiri, sehat, disiplin, bermanfaat tinggi.

2. Menghasilkan generasi berprestasi dalam akademik dan daya saing tinggi

3. Menghasilkan generasi yang memiliki kecakapan dan keahlian dalam menunjang kehipannya.

4. Menghasilkan generasi mandiri, kreatif, inovatif dan jiwa wirausaha.[11]

B. Kesimpulan

Instabilitas (ketidakstabilan keadaan) yang selama ini melanda Indonesia, cukup mengganggu proses belajar mengajar di Indonesia, sehingga mengganggu terciptanya sumber daya manusia (SDM) di masa mendatang. Melihat kondisi seperti ini, menurut Menteri Pendidikan Nasional Prof DR Yahya Muhaimin, semua harus selalu waspada, jangan sampai generasi muda kita menjadi generasi yang lemah (dhoif), cengeng dan tidak bisa berdiri sendiri. Untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas, tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri,

Page 7: Literatur MA Boarding School

tetapi harus dijalin suatu kerja sama yang baik antara pihak sekolah, guru, orang tua siswa dan siswa itu sendiri.

Factor-faktor pendukung berkembangnya boarding school adalah:

1. Lingkungan sosial yang kini telah banyak berubah, terutama di kota-kota besar.

2. Keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik, mendorong pemenuhan kebutuhan di atas kebutuhan dasar seperti kesehatan dan pendidikan.

3. Cara pandang religiusitas masyarakat telah, sedang, dan akan terus berubah kea rah yang lebih baik

Berdasarkan faktoe-faktor tersebut di atas, peranan boarding school di Indonesia diharapkan menjadi solusi yang tepat untuk menciptakan generasi yang memiliki kekuatan IMTAK dan IPTEK yang mampu bersaing di dunia global.

Page 8: Literatur MA Boarding School

Profil MA

MAN Insan Cendekia Serpong

http://ic.sch.id/

VISI

Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dalam keimanan dan ketakwaaan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan masyarakat.

MISI

1. Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya juang tinggi, mampu berkomunikasi dalam bahasa internasional, inovatif, dan mempunyai landasan iman dan takwa yang kuat.

2. Membentuk sumber daya tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional.

Page 9: Literatur MA Boarding School

3. Menjadikan MAN Insan Cendekia Serpong sebagai madrasah model dalam pengembangan pengajaran iptek dan imtak bagi lembaga pendidikan lainnya.

MOTTO

Prestasi, Mandiri dan Islami

TUJUAN

Tujuan Umum

Pembinaan kesiswaan secara umum dilaksanakan dengan tujuan menunjang pencapaian tujuan pendidikan madrasah pada umumnya dan menunjang keberhasilan belajar siswa pada khususnya.

Tujuan Khusus

1. Memantapkan kemampuan intelektual siswa dalam menunjang keberhasilan mengikuti program kurikulum,

2. Menumbuhkembangkan sikap kepemimpinan dan kemampuan berorganisasi siswa untuk membina kehidupan bersama guna meningkatkan ketahanan madrasah mencapai tujuan pendidikan,

3. Menumbuhkan sikap positif pada diri siswa untuk ikut serta dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di lingkungan pendidikan guna meningkatkan pengamalan wawasan wiyata mandala yang telah dimiliki siswa,

4. Memperluas wawasan keilmuan pada siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler, 5. Meningkatkan keterampilan berbahasa siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler, 6. Meningkatkan apresiasi seni dan budaya siswa melalui meningkatkan ekstrakurikuler, 7. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rohami siswa melalui kegatan ekstrakurikuler, 8. Memperluas wawasan keagamaan, membina sikap beragama, serta meningkatkan

keterampilan dakwah keagamaan melalui kegiatan ekstrakurikuler, 9. Membina kehidupan siswa di lingkungan pendidikan MAN Insan Cendekia.

SASARAN dan SUBYEK

Sasaran dan subyek pembinaan kesiswaan adalah seluruh siswa. Semua perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembinaan kesiswaan bertolak pada bakat, minat siswa, serta sepenuhnya diarahkan untuk menunjang peningkatan kemampuan dan pencapaian tujuan belajar siswa.

RUANG LINGKUP

mbinaan kesiswaan merupakan pembinaan terpadu dengan ruang lingkup pembinaan mencakup seluruh aspek kehidupan siswa di lingkungan pendidikan. Dengan demikian pembinaan tersebut secara khusus meliputi pembinaan siswa baik dalam kehidupannya di sekolah, di masjid, di asrama, maupun kehidupan siswa di luar kampus.

Page 10: Literatur MA Boarding School

KEASRAMAAN

Kurikulum Keasramaan

Kurikulum pembinaan keasaramaan disusun untuk menunjang tumbuhnya ruh keagamaan peserta didik. Kurikulum tersebut meliputi: pembinaan salimul aqidah, shohihul ibadah dan akhlakul karimah.

Penilaian kegiatan peserta didik di asrama didasarkan pada prinsip obyektif, terpadu, transparan, terukur dan edukatif. Penilaian dilakukan pada setiap berlangsungnya kegiatan di asrama. Penilaian meliputi ranah kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan.

Untuk lebih menjamin perkembangan peserta didik dalam menjalani kehidupan berasrama, diperlukan pendampingan. Pendampingan tersebut dilakukan dalam bentuk program guru asuh. Guru asuh berperan sebagai pengganti orang tua di madrasah.

Standar Kompetensi yang ditargetkan dalam Pembinaan Asrama adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya siswa yang berkepribadian Islami, memiliki landasan akidah yang kuat, istiqamah dalam beribadah, berakhlakul karimah, dan mampu berkomunikasi dalam bahasa internasional, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

Siswa memiliki pemahaman akidah islamiyah yang benar dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa memiliki pemahaman tentang al-Quran dan Hadis dan mampu bersikap dan berperilaku sesuai ajaran al-Quran dan Hadis.

Siswa memiliki pemahaman tentang ibadah dan muamalah yang benar dan mampu mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa memiliki pemahaman tentang sejarah dakwah Rasulullah saw. dan para sahabat, keunggulan peradaban Islam serta kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Islam.

Siswa memiliki kemampuan berbahasa internasional baik dalam bacaan, tulisan, maupun percakapan/komunikasi.

Siswa memiliki kemampuan melaksanakan ibadah fardlu ‘ain, fardlu kifayah, dan amalan-amalan sunnah.

Siswa memiliki pengalaman yang integratif dalam sistem pengajaran dan pembinaan kehidupan sosial dan keagamaan.

2. Terwujudnya kepribadian dan lingkungan yang Islami serta kemampuan berkomunikasi dalam bahasa asing, dengan indikator-indikator sebagai berikut:

Terciptanya praktek kehidupan Islami di Kampus MAN Insan Cendekia. Penggunaan bahasa internasional dalam suasana akademik dan pembinaan

kehidupan keagamaan sehari-hari.

Assyifa Boarding School

http://smait.assyifa-boardingschool.sch.id/

Page 11: Literatur MA Boarding School

Visi

Page 12: Literatur MA Boarding School

Menjadi sekolah unggul, mandiri dan model dalam mencetak generasi Rabbani

Misi :

1. Membuat lingkungan lembaga /sekolah sebagai sarana tarbiyah islamiyah shohihah. 2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan Islami, aktif, inovatif, kreatif,

komunukatif dan menyenangkan. 3. Menerapkan e-learning dan budaya administrasi berbasis Teknologi informasi. 4. Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, nyaman, aman, sejuk dan indah. 5. Mempersiapkan siswa mengikuti dan unggul dalam kompetisi ilmiah, tahfidz, olah

raga dan seni. 6. Menempatkan diri sebagai mitra bagi keluarga, masyarakat, dan pemerintah

Nilai (Value)

Unggul, Mandiri, Model

MA Husnul Khotimah

http://husnulkhotimah.com/home

Page 13: Literatur MA Boarding School

Visi

Menjadi lembaga pendidikan Islam yang berkualitas sebagai contributor terdepan dalam mencetak kader Da’i

Misi

1. Tranformasi ilmu pengetahuan dan Bahasa 2. Menanamkan nilai-nilai Islam dan Ahlaqul Karimah 3. Da’wah dan mengarahkan masyarakat menuju kehidupan yang islami

Tujuan

TUJUAN UMUM

1. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mendidik santri agar memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan Islam (syari’ah islamiyah) dan ilmu-ilmu sains (kauniyah) yang cukup kuat untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

2. Madrasah Aliyah (MA) Mendidik santri agar dapat menguasai ilmu-ilmu sains (kauniyah) atau ilmu agama yang akan diperdalam pada jenjang pendidikan tinggi di berbagai perguruan tinggi umum. Program studi yang dibuka adalah IPA, IPS dan Ilmu Agama Islam.

3. Kelas I’dad (Persiapan Madrasah Aliyah) Kelas I’dad adalah program intern pondok pesantren bagi selain lulusan MTs Husnul Khotimah yang berlangsung selama 1 (satu) tahun

Page 14: Literatur MA Boarding School

dengan tujuan membekali santri agar memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan agama Islam dan bahasa Arab yang cukup sebelum memasuki Madrasah Aliyah Husnul Khotimah.

4. Lembaga Tahsin & Tahfidz Al-Qur’an (LTQ) LTQ adalah program intern pondok pesantren yang bertujuan mewujudkan santri yang memiliki bacaan Al-Qur’an yang baik dan benar (itqan) serta memiliki hafalan Al-Qur’an yang lancar minimal 5 juz (asal MTs) dan 4 juz (asal I’dad). Selain itu LTQ juga berfungsi sebagai wadah untuk menampung santri yang hendak memperbanyak hafalan Al-Qur’an dengan mengikuti program Takhassus Tahfidz.

TUJUAN AKHIR

Lulusan Pondok Pesantren Husnul Khotimah diharapkan menjadi sosok generasi muslim yang:

Beraqidah lurus; Beribadah dengan benar; Berakhlaq mulia; Berilmu dan berwawasan luas; Berbadan sehat dan kuat; Sanggup berusaha, terampil dan mandiri; Sanggup mengendalikan hawa nafsu; Mampu mengatur waktu dengan efisien; Terampil dan rapi dalam segala urusan; Bermanfaat bagi masyarakat dengan berperan sebagai da’i

TUJUAN KHUSUS

Lulusan Pondok Pesantren Husnul Khotimah diharapkan : Memiliki Bacaan Al-Qur’an yang baik dan benar (itqan); Hafal 5 juz Al-Qur’an (asal MTs Husnul Khotimah ) dan 4 juz (asal I’dad) dengan

lancar. Mahir berbahasa Arab, Inggris dan Indonesia dengan baik dan benar; Memiliki ghirah islamiyah (semangat keislaman) yang tinggi.

EKSTRAKURIKULER

Halaqah Tarbawiyah Lembaga Bahasa Arab, Inggris dan Indonesia Study Club Remedial Teaching Kelompok Ilmiah Remaja Kepanduan Bela Diri Teater Kaligrafi Nasyid Olah Raga Menjahit

Page 15: Literatur MA Boarding School

Bimnas

LOKASI DAN FASILITAS

Para santri tinggal di Kampus Pondok Pesantren yang cukup memadai dengan didukung oleh suasana sejuk udara pegunungan di bawah kaki gunung Ciremai. Sarana yang ada terdiri dari :

1 unit masjid putra dan 1 unit masjid putri

9 unit ruang belajar ( 46 ruang)

1 unit Perpustakaan 29 kamar asrama putra dan 29 kamar asrama putri

15 unit rumah ustadz

2 unit Kopontren dan

3 unit Kantin.

1 unit Pos Kesehatan Pesantren

1 unit dapur umum 

1 Lapangan Sepakbola,

2 lapangan Basket,

2 lapangan Volly,

2 lapangan Bulu Tangkis

4 unit Tenis Meja dll.

2 unit Kios Phone.

4 unit Lab Komputer (untputra dan putri)

2 unit Lab MIPA