limfoma non hodgkin

43
LIMFOMA NON-HODGKIN Limfoma non Hodgkin adalah penyakit yang menyerang sel dari sistem limfatik, yang dikenal sebagai sel darah putih, atau limfosit. Pada limfoma non Hodgkin, limfosit mulai berperilaku seperti sel kanker dan tumbuh serta berlipat ganda secara tidak terkontrol, dan tidak mati seperti pada proses yang seharusnya. Karena hal ini, limfoma non Hodgkin sering disebut sebagai kanker. Limfosit abnormal ini sering terkumpul dalam kelenjar getah bening, yang mengakibatkan pembengkakan. Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh tubuh, kumpulan limfosit abnormal – atau ‘limfoma’ – juga dapat terbentuk di bagian tubuh lainnya di luar dari kelenjar getah bening. Terdapat kurang lebih 30 jenis limfoma non Hodgkin yang berbeda, dan pengalaman setiap orang berbeda. Terdapat pengobatan untuk semua jenis limfoma non Hodgkin, dan banyak pasien yang berespon terhadap pengobatan. Pada pasien yang tidak sembuh, remisi seringkali dapat tercapai. Bahkan pada pasien dimana kesembuhan atau remisi tidak mungkin, gejalanya dapat dikurangi. Sebagai hasilnya, orang yang diobati untuk limfoma non Hodgkin dapat hidup secara normal atau mendekati kehidupan normal selama bertahun-tahun. Keypoints Limfoma non Hodgkin menyerang sistim sel limfatik, yang dikenal sebagai sel darah putih atau ?limfosit?. Limfosit abnormal, yang tumbuh dan berlipat ganda secara tidak terkontrol, sering terkumpul di kelenjar getah bening, membentuk limfoma, walaupun organ lain juga dapat terserang. Banyak pasien dengan limfoma non Hodgkin dapat sembuh melalui pengobatannya, dan lebih banyak lagi yang mencapai periode bebas penyakit, atau ?remisi?. Pasien limfoma non Hodgkin yang diobati dapat hidup mendekati kehidupan normal selama bertahun-tahun. Sistim limfatik adalah bagian dari sistim kekebalan tubuh. Ia memainkan peran kunci dalam pertahanan tubuh melawan infeksi dan sejumlah penyakit lainnya, termasuk kanker. Limfoma non Hodgkin adalah penyakit yang menyerang sel dari sistim limfatik, yang dikenal sebagai sel darah putih, atau limfosit

Upload: tantiel

Post on 04-Jul-2015

1.036 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Limfoma Non Hodgkin

LIMFOMA NON-HODGKIN

Limfoma non Hodgkin adalah penyakit yang menyerang sel dari sistem limfatik, yang dikenal sebagai sel darah putih, atau limfosit. Pada limfoma non Hodgkin, limfosit mulai berperilaku seperti sel kanker dan tumbuh serta berlipat ganda secara tidak terkontrol, dan tidak mati seperti pada proses yang seharusnya. Karena hal ini, limfoma non Hodgkin sering disebut sebagai kanker.

Limfosit abnormal ini sering terkumpul dalam kelenjar getah bening, yang mengakibatkan pembengkakan. Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh tubuh, kumpulan limfosit abnormal – atau ‘limfoma’ – juga dapat terbentuk di bagian tubuh lainnya di luar dari kelenjar getah bening.

Terdapat kurang lebih 30 jenis limfoma non Hodgkin yang berbeda, dan pengalaman setiap orang berbeda. Terdapat pengobatan untuk semua jenis limfoma non Hodgkin, dan banyak pasien yang berespon terhadap pengobatan.

Pada pasien yang tidak sembuh, remisi seringkali dapat tercapai. Bahkan pada pasien dimana kesembuhan atau remisi tidak mungkin, gejalanya dapat dikurangi. Sebagai hasilnya, orang yang diobati untuk limfoma non Hodgkin dapat hidup secara normal atau mendekati kehidupan normal selama bertahun-tahun.

 Keypoints

Limfoma non Hodgkin menyerang sistim sel limfatik, yang dikenal sebagai sel darah putih atau ?limfosit?.

Limfosit abnormal, yang tumbuh dan berlipat ganda secara tidak terkontrol, sering terkumpul di kelenjar getah bening, membentuk limfoma, walaupun organ lain juga dapat terserang.

Banyak pasien dengan limfoma non Hodgkin dapat sembuh melalui pengobatannya, dan lebih banyak lagi yang mencapai periode bebas penyakit, atau ?remisi?.

Pasien limfoma non Hodgkin yang diobati dapat hidup mendekati kehidupan normal selama bertahun-tahun.

Sistim limfatik adalah bagian dari sistim kekebalan tubuh. Ia memainkan peran kunci dalam pertahanan tubuh melawan infeksi dan sejumlah penyakit lainnya, termasuk kanker.

Seperti sistim peredaran darah, sistim limfatik adalah suatu sirkulasi, tetapi cairan yang beredar didalamnya adalah getah bening, bukan darah. Sistim limfatik membantu transportasi zat seperti – sel, protein, nutrien, produk sisa/buangan – di seluruh tubuh. Sistim limfatik meliputi : Pembuluh limfatik (sering disebut secara sederhana ‘limfatik’), kelenjar getah bening (sering disebut ‘kelenjar limfe ’) dan Organ seperti limpa dan timus.

Limfoma non Hodgkin adalah penyakit yang menyerang sel dari

sistim limfatik, yang dikenal sebagai sel darah putih, atau

limfosit

Page 2: Limfoma Non Hodgkin

Sistem limfatik membantu membawa substansi ke seluruh tubuh. Klik pada ilustrasi untuk

melihat animasi yang menunjukkan bagaimana sistem

limfatik bekerja

Fisiologi dan peran sistim limfatik

Sistim limfatik adalah suatu bagian penting dari sistim kekebalan tubuh, membentengi tubuh terhadap infeksi dan berbagai penyakit, termasuk kanker.

Suatu cairan yang disebut getah bening bersirkulasi melalui pembuluh limfatik, dan membawa limfosit (sel darah putih) mengelilingi tubuh.

Pembuluh limfatik melewati kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening berisi sejumlah besar limfosit dan bertindak seperti penyaring, menangkap organisme yang menyebabkan infeksi seperti bakteri dan virus.

Kelenjar getah bening cenderung bergerombol dalam suatu kelompok – sebagai contoh, terdapat sekelompok besar di ketiak, di leher dan lipat paha.

Ketika suatu bagian tubuh terinfeksi atau bengkak, kelenjar getah bening terdekat sering membesar dan nyeri. Hal berikut ini terjadi, sebagai contoh, jika seseorang dengan sakit leher mengalami ‘pembengkakan kelenjar’ di leher, Cairan limfatik dari tenggorokan mengalir ke dalam kelenjar getah bening di leher, dimana organisme penyebab infeksi dapat dihancurkan dan dicegah penyebarannya ke bagian tubuh lainnya.

Peran penting dari sel T dan sel B

Ada dua jenis utama limfosit:

Sel T Sel B

Seperti jenis sel darah lainnya, limfosit, dibentuk dalam sumsum tulang . Kehidupannya dimulai dari sel imatur yang disebut sel induk. Pada awal masa kanak-kanak, sebagian limfosit bermigrasi ke timus, suatu organ di puncak dada, dimana mereka menjadi matur menjadi sel

Page 3: Limfoma Non Hodgkin

T. Sisanya tetap tinggal di sumsum tulang dan menjadi matur disana sebagai sel B. Sel T dan sel B keduanya berperan penting dalam mengenali dan menghancurkan organisme penyebab infeksi seperti bakteri dan virus.

Dalam keadaan normal , kebanyakan limfosit yang bersirkulasi dalam tubuh adalah sel T. Mereka berperan untuk mengenali dan menghancurkan sel tubuh yang abnormal (sebagai contoh sel yang telah diinfeksi oleh virus).

Sel B mengenali sel dan materi ‘asing’ (sebagai contoh, bakteri yang telah menginvasi tubuh). Jika sel ini bertemu dengan protein asing (sebagai contoh, di permukaan bakteri), mereka memproduksi antibodi, yang kemudian ‘melekat’ pada permukaan sel asing dan menyebabkan perusakannya.

 Keypoints

Sistim limfatik penting dalam perlawanan terhadap infeksi dan jenis penyakit lainnya.

Suatu cairan, yaitu getah bening, mengalir dalam sistim limfatik, mengangkut sel darah putih (limfosit) yang membantu melindungi tubuh melawan penyakit.

Getah bening disaring oleh kelenjar getah bening, yang memerangkap bakteri dan virus untuk mencegah mereka menyebar.

Terdapat dua jenis utama limfosit - sel T dan sel B, dan keduanya berperan penting dalam respon kekebalan terhadap penyakit.

Limfoma adalah suatu penyakit limfosit. Ia seperti kanker, dimana limfosit yang terserang berhenti beregulasi secara normal. Dengan kata lain, limfosit dapat membelah secara abnormal atau terlalu cepat, dan atau tidak mati dengan cara sebagaimana biasanya. Limfosit abnormal sering terkumpul di kelenjar getah bening, sebagai akibatnya kelenjar getah bening ini akan membengkak.

Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh tubuh, limfoma – kumpulan limfosit abnormal – juga dapat terbentuk dibagian tubuh lainnya selain di kelenjar getah bening. Limpa dan sumsum tulang adalah tempat pembentukan limfoma di luar kelenjar getah bening yang sering, tetapi pada beberapa orang limfoma terbentuk di perut, hati atau yang jarang sekali di otak. Bahkan, suatu limfoma dapat terbentuk di mana saja. Seringkali lebih dari satu bagian tubuh terserang oleh penyakit ini.

Secara umum, karena sirkulasi alamiah dari getah bening, limfoma biasanya disebut sebagai penyakit yang menyerang seluruh tubuh, dan bukan hanya daerah yang jelas mengalami pembengkakan kelanjar. Kondisi ini dikenal sebagai ‘penyakit sistemik’.

Kebanyakan gejala limfoma timbul karena pembengkakan akibat pengumpulan limfosit abnormal. Gejala yang tepat tergantung pada di bagian tubuh mana pembengkakan terjadi. Sebagai tambahan, limfosit abnormal tidak dapat memenuhi peran normalnya dalam sistim kekebalan tubuh dan, tanpa pengobatan, seseorang dengan limfoma tampaknya lebih mudah terserang infeksi.

Limfoma dapat dibagi dalam dua kelompok utama :

Page 4: Limfoma Non Hodgkin

Limfoma non Hodgkin (sering ditulis sebagai limfoma non Hodgkin, tanpa apostrofi, atau limfoma non Hodgkin, dan sering secara singkat ditulis LNH)

Limfoma Hodgkin (juga dikenal sebagai penyakit Hodgkin)

Situs ini hanya membahas tentang limfoma non Hodgkin

Limfoma non Hodgkin adalah penyakit yang menyerang sel dari

sistim limfatik, yang dikenal sebagai sel darah putih, atau

limfosit. Klik pada gambar untuk melihat diagram animasi yang

menjelaskan limfoma non Hodgkin

Limfoma non Hodgkin

Limfoma non Hodgkin adalah salah satu dari dua kelompok limfoma (yang lainnya adalah limfoma Hodgkin). Sel dalam limfoma non Hodgkin tampilan dan perilakunya berbeda dari sel dalam limfoma Hodgkin.

Sangat penting untuk mengetahui secara tepat jenis limfoma non Hodgkin apa yang diderita pasien, seberapa cepat pertumbuhannya, di mana lokasinya dalam tubuh, dan seberapa jauh penyebarannya. Untuk mengetahui hal tersebut, penyakit ini disub-divisikan berdasarkan :

Klasifikasi atau grade – ini menginformasikan dokter apakah limfoma non Hodgkin ini indolen (grade/level rendah, atau pertumbuhan lambat) atau agresif (grade tinggi, atau tumbuh cepat).

Jenis – dalam klasifikasi indolen atau agresif, penyakit ini selanjutnya dibagi menjadi lebih dari 30 jenis, tergantung dari bagaimana contoh sel, biasanya didapatkan melalui biopsi, tampak di bawah mikroskop. Hal ini juga dikenal sebagai ‘levelan’.

Stadium – mengindikasikan di mana limfoma di dalam badan dan berapa jauh penyebaran yang telah terjadi, penyakit ini dibagi dalam stadium I,II,III,IV. Disamping riwayat penyakit pasien dan pemeriksaan fisik, penentuan stadium juga memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah.

Page 5: Limfoma Non Hodgkin

Informasi ini – klasifikasi, jenis dan stadium – membantu dokter untuk memprediksi bagaimana suatu limfoma non Hodgkin tertentu akan berperilaku dan bagaimana pasien akan terpengaruh. Hal ini juga sangat penting untuk merencanakan pengobatan yang tepat, sehingga semua informasi harus tersedia sebelum pengobatan direncanakan dan dimulai.

Keypoints

Limfoma menyerupai suatu kanker limfosit Limfosit yang abnormal berlipat ganda dan terkumpul di kelenjar getah

bening, menyebabkan pembengkakan kelenjar, dan juga dapat terkumpul di tempat lain seperti limpa dan sumsum tulang.

Pembengkakan ini merupakan penyebab kebanyakan gejala dari limfoma.

Gejala lain terjadi sebagai akibat dari ketidakmampuan limfosit abnormal untuk mencegah infeksi.

Ada dua jenis utama limfoma ? limfoma Hodgkin dan Limfoma non Hodgkin.

Limfoma non Hodgkin selanjutnya dibagi dalam bentuk indolen dan bentuk agresif

Limfoma non Hodgkin indolen versus agresif

Klasifikasi limfoma non Hodgkin didasarkan pada sejumlah kriteria. Suatu cara sederhana , tetapi sahih, untuk melihat ini adalah dengan menggunakan dua klasifikasi, atau levelan, dari limfoma non Hodgkin, yang membantu dokter untuk memutuskan pengobatan apa yang aka diberikan pada pasien :

Indolen (disebut juga level-rendah atau tumbuh-perlahan) Agresif (juga disebut level-tinggi atau tumbuh-cepat)

Limfoma non Hodgkin tumbuh secara perlahan. Pada awal sering tidak menimbulkan gejala, dan sehingga sering berlangsung beberapa waktu tanpa terdeteksi. Bahkan setelah didiagnosis, kebanyakan tidak memerlukan pengobatan segera, kadang-kadang selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan, jika diperlukan, biasanya efektif membuatnya mengecil dan bahkan menghilang, memberikan suatu periode bebas penyakit, atau 'remisi', pada pasien. Akan tetapi, mereka sering relaps, atau muncul lagi, dan akan lebih banyak pengobatan diperlukan.

Tabel : perbedaan antara LNH indolen dan agresif.

 Limfoma non Hodgkin indolen

Limfoma non Hodgkin agresif

Proporsi40% - 50% 50% - 60%

PertumbuhanLambat Cepat

PenjelasanSering tidak kelihatan gejala pada saat diagnosis; diagnosis

Gejala kelihatan sebelum diagnosa

Page 6: Limfoma Non Hodgkin

bisa kapan saja dalam berbagai kasus

PengobatanKadang tidak butuh secepatnya

Biasanya butuh secepatnya

OutcomeRespon baik terhadap pengobatan, namun kadang bisa kambuh

Respon sangat baik terhadap pengobatan, lebih mudah disembuhkan

Limfoma non Hodgkin agresif tumbuh lebih cepat. Mereka tampaknya lebih menyebabkan gejala daripada limfoma non Hodgkin indolen, dan biasanya mereka membutuhkan pengobatan segera. Meskipun nama agresif kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Mereka, pada kenyataannya, seperti sembuh seutuhnya dibandingkan dengan limfoma non Hodgkin indolen.

Limfoma non Hodgkin indolen dan agresif dapat dibedakan dari penampilannya dibawah mikroskop. Untuk tujuan ini, suatu contoh jaringan limfoma perlu dikumpulkan pada semua pasien. Kebanyakan pasien akan dibiopsi dimana kelenjar yang terserang, atau bagiannya, dilepaskan secara pembedahan. Pada yang lainnya, diagnosis mungkin terjadi secara kebetulan selama prosedur rutin seperti suatu gastroskopi.

Penting untuk membedakan klasifikasi limfoma non Hodgkin , karena pengobatan untuk keduanya dapat sangat berbeda.

Keypoints

Limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan gejalanya mungkin sedikit.

Kadang-kadang pengobatan dapat ditunda beberapa bulan, atau bahkan tahunan, melalui suatu strategi ? lihat dan tunggu?

Limfoma non Hodgkin agresif tumbuh dengan cepat, dan tampaknya memberikan gejala pada stadium awal.

Walaupun LNH agresif memerlukan pengobatan segera, peluang untuk sembuh relatif tinggi.

Jenis limfoma non Hodgkin

Dalam klasifikasi indolen atau agresif, ada banyak jenis limfoma non Hodgkin yang berbeda. Ada banyak pemeriksaan yang dapat menemukan jenis limfoma non Hodgkin apa yang dipunyai pasien. Hasil ini memberikan dokter informasi tambahan tentang bagaimana cara penyakit berperilaku dan pengobatan terbaik untuknya. Jenis limfoma non Hodgkin ditentukan oleh :

Jenis sel abnormal dalam limfoma (terutama sel B atau sel T) Tampilan kelenjar getah bening yang terserang Jenis protein, atau petanda, pada permukaan sel abnormal

Page 7: Limfoma Non Hodgkin

Untuk menentukan jenis limfoma non Hodgkin diperlukan sepotong jaringan untuk dianalisis di bawah mikroskop dan di laboratorium. Kebanyakan pasien akan biopsi, dimana suatu kelenjar getah bening yang terserang, atau bagiannya, dilepaskan dengan cara pembedahan.

Kebanyakan orang dengan limfoma non Hodgkin mempunyai sel B abnormal, atau limfoma sel B. Limfoma non Hodgkin sel T lebih jarang dan bila ditemukan umumnya pada anak-anak dan dewasa muda.

Jika kelenjar getah bening yang terserang masih mempertahankan sesuatu susunan seperti sel normal ketika dilihat di bawah mikroskop, limfoma itu disebut folikular. Jika tidak, limfoma itu disebut difus/menyebar. Secara umum, limfoma folikular cenderung dimiliki oleh klasifikasi indolen, sedangkan limfoma difus cenderung dimiliki oleh klasifikasi agresif.

Petanda pada permukaan sel abnormal dapat membantu penentuan lebih lanjut jenis limfoma, dan mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan untuk pengobatan yang terbaik. Karena ada lebih dari 30 jenis limfoma, pemilihan pengobatan yang tepat adalah suatu masalah yang kompleks dan tidak mungkin secara mudah untuk mengeneralisasi semua jenis. Karena itu penting bagi pasien untuk mendiskusikan setiap pertanyaan yang ada dengan dokter ahli mereka. ( untuk informasi lebih lanjut, lihat Bagaimana pengobatan limfoma non Hodgkin?.

Tabel jenis Limfoma non Hodgkin

Limfoma non Hodgkin indolen Limfoma non Hodgkin agresif

Limfoma folikular Limfoma sel B besar difusi

Diffuse small cleaved cell lymphoma Limfoma sel mantel

Limfoma MALT Limfoma limfoblastik dewasa

Limfoma limfositik kecil Limfoma sel B besar mediastinal utama

Makroglobulinemia Waldenstrom Limfoma Burkitt

Catatan : Jenis pada tiap klasifikasi dapat berbeda secara signifikan dan pengobatan sering berbeda untuk tiap jenis

Keypoints

Suatu biopsi atau sampel, dari sel terserang limfoma non Hodgkin memungkinkan dokter menentukan jenis spesifik penyakit

Kebanyakan orang memiliki sel B abnormal, yang masih terorganisir baik (folikular) atau tidak (menyebar)

Klasifikasi dan penetapan stadium lebih mempunyai pengaruh pada

Page 8: Limfoma Non Hodgkin

pengobatan daripada jenis.

Prinsip penentuan stadium limfoma non Hodgkin

Penentuan stadium limfoma non Hodgkin tergantung pada dimana ia berada di tubuh, berapa banyak kelompok kelenjar getah bening yang terserang, dan apakah ia sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ini melibatkan sejumlah pemeriksaan penentuan stadium untuk menemukan perluasan penyakit.

Walaupun ada beberapa sistim yang digunakan untuk penentuan stadium limfoma non Hodgkin, termasuk sistim Ann Arbor, sistim stadium yang paling umum yang menggunakan empat stadium, dengan penomoran angka Romawi I-IV. Dalam bentuknya yang paling sederhana, stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.

Stadium I limfoma hanya pada satu kelompok kelenjar getah bening Stadium II dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening terserang, tetapi hanya

pada satu sisi diafragma, baik pada seluruh dada ataupun diseluruh perut Stadium III dua atau lebih kelompok kelenjar getah bening terserang, pada dada dan

perut Stadium IV limfoma ada setidaknya pada satu organ selain pada kelenjar getah bening

(sebagai contoh, sumsum tulang , hati, atau paru-paru)

Sistim stadium yang paling umum yang menggunakan empat stadium, dengan penomoran angka Romawi I-IV. Dalam

bentuknya yang paling sederhana, stadium I dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit (kiri), sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai

stadium lanjut (kanan)

Sebagai tambahan, huruf A atau B seringkali ditambahkan pada nomor stadium, tergantung pada dengan atau tanpa adanya tiga geja spesifik:

Demam berulang, yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (dengan suhu tubuh lebih dari 38 oC)

Keringat malam Kehilangan berat badan yang tidak direncanakan lebih dari 10% berat badan dalam 6

bulan

A berarti tidak ditemukan satupun dari ketiga gejala, sedang B berarti paling sedikit telah ditemukan satu gejala. Jadi, sebagai contoh, seseorang dengan limfoma non Hodgkin stadium

Page 9: Limfoma Non Hodgkin

IIB memiliki limfoma di dua atau lebih kelenjar getah bening, semuanya berada di dada atau perut, dan ditemukan satu atau lebih gejala di atas. Seseorang dengan stadium limfoma non Hodgkin IVA mempunyai limfoma yang telah menyebar keluar kelenjar getah bening dan tidak ada satupun dari ketiga gejala.

Limfoma non Hodgkin dapat timbul pada semua usia. Akan tetapi, hampir semua jenis penyakit ini lebih sering pada orang tua, dengan rata-rata usia pada saat di diagnosis adalah 65 tahun. Limfoma non Hodgkin terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi secara signifikan lebih sering pada pria dibandingkan wanita.

 

 

 

Di negara maju (seperti Eropa, Amerika Utara dan australia), insiden limfoma telah meningkat secara perlahan dalam 50 tahun terakhir ini atau lebih. Akan tetapi, sebab peningkatan ini tidak diketahui. Tentu saja, meskipun beberapa penyebab dan faktor risiko untuk limfoma non Hodgkin telah diidentifikasi, tidak ada penyebab yang diketahui pada kebanyakan kasus penyakit ini.

Keypoints

Limfoma non Hodgkin dapat menyerang semua usia, tetapi lebih sering pada orang tua.

Meskipun kedua jenis kelamin dapat menderita penyakit ini, tampaknya lebih sering menyerang pria.

Walaupun sejumlah kasus baru bertambah setiap tahun, penyebabnya tidak diketahui, biasanya tidak jelas mengapa seseorang menderita penyakit ini

Insiden limfoma non Hodgkin

Insiden suatu penyakit adalah, hanya, menunjukkan jumlah kasus baru pertahun dalam populasi. Ia merupakan suatu pengukuran berapa seringnya suatu penyakit terjadi. Insiden limfoma non Hodgkin meningkat secara berarti, meskipun demikian penyebab peningkatan ini belum jelas diketahui. Jika jumlah kasusnya terus meningkat dengan angka seperti sekarang ini, insiden limfoma non Hodgkin akan menyamai insiden kanker payudara, usus besar, paru-paru dan kulit di tahun2025.

Limfoma non Hodgkin menjadi meningkat sejalan dengan pertambahan usia,dan kebanyakan orang didiagnosis dengan penyakit ini diusia pertengahan atau tua. Usia rata-rata saat

Limfoma non Hodgkin dapat menyerang semua usia, tetapi

lebih sering pada orang tua dan lebih sering menyerang pria

dibandingkan wanita

Page 10: Limfoma Non Hodgkin

didiagnosis sekitar 65. Akan tetapi, ia dapat timbul pada dewasa muda dan bahkan pada anak yang sangat muda usianya.

insiden (jumlah kasus baru tiap tahun) LNH relatif terhadap usia

Penyebab dan risiko limfoma non Hodgkin

Penyebab pasti limfoma non Hodgkin tidak diketahui. Terdapat beberapa faktor risiko yang diketahui tetapi, walaupun demikian, faktor-faktor risiko ini tidak diperhitungkan melebihi bagian kecil dari jumlah seluruh kasus limfoma non Hodgkin. Pada kebanyakan pasien dengan limfoma non Hodgkin, tidak ada penyebab penyakit yang dapat ditemukan. Lebih jauh lagi, banyak orang yang terpapar pada salah satu faktor risiko yang diketahui tidak menderita limfoma non Hodgkin

Jadi, penting untuk diingat bahwa tidak ada tindakan apapun yang dilakukan oleh seseorang dengan limfoma non Hodgkin yang menyebabkan timbulnya penyakit.

Tiga faktor risiko terpenting adalah:

Beberapa jenis infeksi Diseases and medications that cause weakening of the sistim kekebalan

(imunosupresi)

Tidak ada bukti adanya faktor keturunan yang berhubungan dengan kasus-kasus limfoma non Hodgkin. Karena itu, kemungkinan keluarga pasien untuk menderita penyakit ini tidak ada berbeda dengan orang lain. Merokok juga tidak dikaitkan dengan timbulnya penyakit ini.

Infeksi sebagai faktor risiko untuk limfoma non Hodgkin Imunosupresi sebagai faktor risiko untuk limfoma non Hodgkin

Infeksi sebagai faktor risiko limfoma non Hodgkin

Beberapa infeksi virus telah memperlihatkan adanya hubungan dengan peningkatan limfoma non Hodgkin. Termasuk:

Human immunodeficiency virus (the virus that causes HIV/AIDS) Human T cell leukaemia-lymphoma virus-1 (HTLV-1) Epstein-Barr virus (EBV)

Orang dengan HIV positif lebih mungkin mengidap limfoma non Hodgkin dari pada orang lainnya. Munculnya limfoma non Hodgkin pada orang dengan HIV positif mengindikasikan bahwa full-blown AIDS telah terjadi.

Meningkatnya risiko kemungkinan terjadi karena penekanan sistim kekebalan yang disebabkan oleh infeksi HIV. AIDS-yang berhubungan dengan limfoma non Hodgkin memberikan gambaran tidak seperti umumnya atau timbul disisi yang tidak umum dibandingkan dengan jenis limfoma non Hodgkin.

Beberapa infeksi virus telah memperlihatkan adanya

hubungan dengan peningkatan limfoma non Hodgkin.

Page 11: Limfoma Non Hodgkin

Virus Epstein-Barr adalah virus yang umum, menyerang kebanyakan orang pada suatu waktu tertentu dalam masa hidupnya, dan mengakibatkan infeksi singkat atau demam glandular. Akan tetapi, dalam sejumlah kecil kasus ekstrim, ia dikaitkan dengan Limfoma Burkitt dan bentuk limfoma non Hodgkin yang berhubungan dengan imunosupresi.

Human T-cell leukaemia–lymphoma virus-1 (HTLV-1), aslinya berasal dari Jepang dan Karibia, juga suatu penyebab yang sangat jarang dari limfoma non Hodgkin, terdapat suatu jarak antara infeksi virus dan timbulnya penyakit.

Infeksi bakterial lebih jarang dikaitkan dengan limfoma non Hodgkin dibandingkan dengan infeksi virus. Akan tetapi, infeksi dengan Helicobacter pylori, yang dapat menyebabkan tukak lambung dan menyerang lambung, dihubungkan dengan bentuk limfoma yang jarang yang dikenal sebagai limfoma MALT, yang biasanya timbul di lambung. Antibiotik untuk mengeradikasi infeksi bakteri sering menyembuhkan kondisi ini, jika diberikan cukup dini.

Imunosupresi sebagai faktor risiko untuk limfoma non Hodgkin

Orang dengan imunosupresi, dimana sistim pertahanannya menurun, menghadapi peningkatan risiko terserang limfoma non Hodgkin. Hal ini mungkin karena kontrol multiplikasi sel B tergantung pada fungsi normal sel T. Jika fungsi sel T menjadi abnormal, seperti pada kasus orang dengan imunosupresi, sel B dapat berlipat ganda melalui suatu cara yang tidak terkontrol, meningkatkan peluang untuk terserang penyakit ini.

Salah satu sebab utama imunosupresi adalah obat yang diberikan untuk mencegah penolakan dari organ yang ditransplantasikan atau transplantasi sumsum tulang. Pasien yang mendapatkan transplantasi organ mempunyai peningkatan risiko menderita limfoma non Hodgkin.

Gejala –gejala

Semua gejala yang dapat disebabkan oleh limfoma non Hodgkin juga dapat ditimbulkan oleh penyakit lain. Dengan kata lain, tidak ada satu gejala yang dapat digunakan untuk menjamin adanya limfoma non Hodgkin. Ini merupakan salah satu alasan mengapa pemeriksaan diagnostik sangat penting untuk menegakkan diagnosis limfoma non Hodgkin.

Sangat sering, pasien tidak mempunyai gejala ketika limfoma non Hodgkin didiagnosis. Limfoma sering pertama kali ditemukan sebagai hasil pemeriksaan fisik dokter atau pemeriksaan karena kondisi lainnya, seperti tes darah atau sinar-X dada. Hal ini khususnya pada kasus pasien dengan limfoma non Hodgkin indolen dimana pertumbuhan lambat dan sering tanpa gejala untuk waktu yang lama.

Ketika timbul, gejala, dapat dibagi ke dalam empat kelompok besar :

Infeksi bakterial lebih jarang dikaitkan dengan limfoma non Hodgkin dibandingkan dengan

infeksi virus

Gejala khas Limfoma non Hodgkin termasuk pembengkakan kelenjar

tanpa rasa sakit yang telah berlangsung lama di leher, ketiak

atau lipatan paha

Page 12: Limfoma Non Hodgkin

Bengkak pada satu atau lebih kelenjar getah bening Gejala konstitusional (Gejala tidak sehat secara umum) Gejala yang dapat dihubungkan dengan pembengkakan limfoma diluar kelenjar getah

bening Gejala yang dapat dihubungkan dengan penurunan jumlah sel darah

Gejala umum Gejala non kelenjar getah bening

Gejala umum

Suatu pembengkakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit, biasanya lebih dari 1 cm adalah gejala yang paling sering saat limfoma non Hodgkin didiagnosis. Kelenjar paling mungkin didapatkan di leher, ketiak dan lipatan paha. Pembengkakan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit atau gejala lainnya, tetapi sering ukurannya meningkat dengan pasti. Banyak pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif dan beberapa dengan limfoma non Hodgkin indolen mengalami pembengkakan kelenjar getah bening pada waktu didiagnosis.

Tentunya, harus diingat, bahwa pembengkakan kelenjar getah bening sangat umum, dan mayoritas orang dengan pembengkakan kelenjar tidak menderita limfoma non Hodgkin. Sejauh ini kebanyakan penyebab pembengkakan kelenjar getah bening adalah infeksi. Kelenjar getah bening yang membengkak pada infeksi biasanya mereda setelah infeksinya teratasi.

Gejala non-kelenjar getah bening

Sementara gejala paling umum dari limfoma non Hodgkin pada saat didiagnosis adalah pembengkakan kelenjar getah bening, terdapat gejala lainnya. Termasuk :

Gejala konstitusional (Gejala tidak sehat secara umum) Gejala yang dapat dihubungkan dengan pembengkakan limfoma diluar kelenjar getah

bening

Gejala konstitusional adalah gejala-gejala yang tidak spesifik yang mengindikasikan seseorang tidak sehat. Gejala konstitusional yang sering timbul pada limfoma non Hodgkin termasuk:

Demam berulang, yang tidak dapat diterangkan penyebabnya (dengan suhu tubuh melebihi 38 oC)

Keringat malam , yang membasahi pakaian tidur dan alas tidur Kehilangan berat badan yang tidak diinginkan (penurunan berat badan lebih dari 10%

berat badan dalam 6 bulan) Kelelahan yang berat dan menetap Penurunan nafsu makan

Tiga gejala pertama – demam, keringat malam dan penurunan berat badan – sering digunakan dalam penentuan stadium limfoma non Hodgkin. Seseorang dengan satu atau lebih gejala ini mempunyai huruf ‘B’ yang ditambahkan pada penentuan stadium limfoma. Jadi, sebagai contoh, limfoma non Hodgkin stadium IIB mengindikasikan bahwa didapatkan satu atau lebih

Page 13: Limfoma Non Hodgkin

dari tiga gejala, sedangkan stadium IIA mengindikasikan bahwa tidak ditemukan satupun dari tiga gejala tersebut. Untuk alasan ini, ketiga gejala pertama sering disebut ‘gejala B’.

Gejala umum lainnya yang akan dialami oleh orang dengan limfoma non Hodgkin meliputi :

Bernapas pendek dan batuk Gatal-gatal, yang menetap dan dapat dirasakan diseluruh tubuh

Gejala yang sangat berbeda dapat timbul jika limfoma berada di bagian tubuh lainnya, diluar kelenjar getah bening. Sebagai contoh, limfoma di lambung atau usus akan menimbulkan sakit perut, nyeri lambung atau diare.

Kebanyakan orang dengan limfoma mengalami penurunan jumlah sel darah (seperti sel darah merah, sel darah putih dan trombosit). Kadang-kadang, ini terjadi karena limfoma ada di sumsum tulang , dimana sel darah dibuat. Akan tetapi, jumlah sel dapat menurun walaupun tidak ada tanda keterlibatan sumsum tulang.

Mengalami jumlah sel darah merah yang rendah, atau anemia, dapat membuat orang lelah dan sulit bernapas. Sebaliknya, jumlah sel darah putih yang rendah membuat orang cenderung terserang infeksi, sedang jumlah platelet yang rendah membuat orang mudah memar atau berdarah. Semua ini dapat timbul pada limfoma non Hodgkin. Untuk informasi lebih lanjut, lihat penatalaksanaan gejala.

Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda mengenai limfoma non Hodgkin. Bahkan pada orang yang tampaknya memiliki limfoma sama jenis atau stadiumnya memerlukan pengobatan yang berbeda dari yang lainnya dan memperoleh hasil yan berbeda.

Sebelum suatu diagnosis limfoma non Hodgkin dapat ditegakkan atau pengobatan dimulai, pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan stadium akan diperlukan.

Mungkin kelihatannya pengobatan menjadi tertunda tanpa alasan saat dilakukan semua pemeriksaan. Akan tetapi, pengobatan yang tepat tergantung pada diagnosis yang tepat, dan sedikit penundaan akan jauh lebih bermanfaat karena dapat memberikan terapi yang terbaik sejak awal.

Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda

mengenai limfoma non Hodgkin. Bahkan pada orang yang

tampaknya memiliki limfoma sama jenis atau stadiumnya

memerlukan pengobatan yang berbeda dari yang lainnya dan memperoleh hasil yan berbeda

Pasien Limfoma non Hodgkin akan mengalami demam berulang dan

tak dapat dijelaskan, keringat malam dan penurunan berat badan: yang disebut sebagai

'gejala B'

Page 14: Limfoma Non Hodgkin

Keypoints

Walaupun tampaknya kasus limfoma non Hodgkin mirip, sering diperlukan pengobatan yang berbeda.

Keterlambatan memulai pengobatan akibat keperluan untuk tes diagnostik tidak perlu dicemaskan, karena pemilihan obat yang tepat merupakan hal penting

Limfoma non Hodgkin indolen

Limfoma non Hodgkin indolen adalah salah satu dari dua klasifikasi utama limfoma non Hodgkin, yang lainnya adalah agresif. Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.

Perjalanan alamiah penyakit Pentingnya pengobatan Apa yang diharapkan

Perjalanan alamiah penyakit

Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.

Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin.

Akan tetapi, beberapa pasien limfoma non Hodgkin indolen berobat ke dokter karena gejalanya. Gejala yang paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin.

Karena limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis. .

Page 15: Limfoma Non Hodgkin

Pentingnya pengobatan

Terdapat pengobatan untuk semua jenis limfoma non Hodgkin. Suatu kesembuhansempurna tidak selalu dimungkinkan tetapi, dalam kasus limfoma non Hodgkin indolen, biasanya mungkin mencapai suatu remisi atau pengecilan limfoma sehingga tidak menimbulkan gejala. Kadangkala suatu remisi, atau periode bebas gejala, akan bertahan selama bertahun-tahun.

Jenis pengobatan yang dipakai akan bergantung pada banyak hal, termasuk :

Jenis limfoma non Hodgkin Stadium limfoma non Hodgkin Letak limfoma Kesehatan umum dan usia pasien

Meskipun suatu remisibiasanya dapat dicapai dengan pengobatan, banyak limfoma non Hodgkin indolen relapsdikemudian hari, biasanya setelah 1,5 - 4 tahun. Beberapa limfoma non Hodgkin kambuh dalam bentuk yang berbeda, sebagai limfoma agresif. Karena itu sangat penting bagi pasien limfoma non Hodgkin indolen yang telah diobati untuk melakukan pemeriksaan dan tes secara rutin, sesuai anjuran dokter atau tim spesialis, walaupun mereka merasa sangat sehat.

Apa yang diharapkan

Pasien dengan stadium awal limfoma non Hodgkin dimana hanya ditemukan satu atau dua kelompok kelenjar getah bening saat didiagnosis, walaupun jarang, sering mendapatkan radioterapi untuk kelenjarnya. Pengobatan ini sering mencapai cure.

Pasien dengan limfoma non Hodgkin stadium lanjut tetapi tanpa gejala saat diagnosis sering tidak perlu memulai pengobatan, dan suatu pendekatan 'lihat dan tunggu ' sering direkomendasikan.

Jika gejala terbentuk, dan untuk pasien dengan gejala saat didiagnosis, pengobatan secara umum diperlukan. Pengobatan yang paling sering adalah kemoterapi, sering dalam kombinasi dengan antibodi monoklonal rituximab. Radioterapi juga kadang-kadang digunakan, bersama dengan kemoterapi, untuk mengobati massa limforma yang membesar. Pengobatan lain yang dapat digunakan termasuk terapi antibodi monoklonal sendiri atau kemoterapi dosis tinggi diikuti oleh suatu bone marrow transplant.

Walaupun tidak mungkin untuk memprediksikan bagaimana pasien akan memberikan respon terhadap pengobatan, kira-kira 75% pasien dengan limfoma non Hodgkin indolen stadium lanjut mengalami remisi. Rata-rata waktu keselamatan (survival time) antara 7 dan 10 tahun. Kebanyakan pasien dengan bentuk penyakit ini mengalami kekambuhan, meskipun mendapatkan pengobatan. Lama waktu antaran pengobatan dan kekambuhan berbeda-beda, tetapi biasanya antara 1,5 dan 4 tahun.

Pada pasien yang limfoma non Hodgkinnya tidak memberikan respon terhadap pengobatan lini pertama, dan pada pasien yang limfomanya mengalami relaps, pengobatan yang berbeda atau pengobatan kombinasi dapat dicoba.

Pengobatan terbaik untuk penyakit yang kambuh tergantung pada banyak hal. Pada beberapa pasien usia lanjut mungkin dianjurkan suatu pendekatan lihat dan tunggu jika mereka tidak

Page 16: Limfoma Non Hodgkin

mempunyai gejala yang menyulitkan mereka. Kebanyakan pasien, bagaimanapun, diberikan kemoterapi kombinasi, sering dengan terapi antibodi monoklonal.

Jika limfoma non Hodgkin indolen kambuh dalam bentuk agresif, pengobatan dengan kemoterapi dosis tinggi dengan atau tanpa transplantasi sel indukdapat dicoba. Jika pengobatan dosis tinggi tidak memungkinkan, maka penatalaksanaan medis akan berupa paliatif.

Keypoints

Limfoma non Hodgkin indolen ini seringkali ditemukan kebetulan saat pemeriksaan dokter untuk keadaan lain

Pertumbuhan yang lambat dari penyakit ini berarti pasien tidak selalu diobati secara langsung.

Limfoma non Hodgkin indolen dapat diobati dengan sejumlah cara, sering menghasilkan periode bebas penyakit, atau ?remisi?

Jika penyakit kambuh setelah pengobatan, ada kemungkinan kembali dalam bentuk agresif.

NHL agresif

Limfoma non Hodgkin agresif

Limfoma non Hodgkin agresif adalah salah satu dari dua klasifikasi utama limfoma non Hodgkin, yang lainnya indolen. Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi.

Perjalanan alamiah penyakit Pentingnya pengobatan Apa yang diharapkan

Perjalanan alamiah penyakit

Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi.

Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif tumbuh dengan cepat. Karena itu, pasien menyadari gejalanya dan berobat ke dokter, dan dirujuk untuk pengobatan spesialis pada stadium penyakit yang relatif awal.

Meskipun nama ‘agresif’ kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama, sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya, limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.

Page 17: Limfoma Non Hodgkin

Dalam rangka untuk memperkirakan seberapa baik seorang pasien akan memberikan respon terhadap pengobatan dan kemungkinan mereka mengalami kekambuhan, dokter sering menggunakan International Prognostic Index (IPI). IPI terdiri suatu daftar lima faktor:

Usia pasien Stadium limfoma non Hodgkin Kadar enzyme lactate dehydrogenase (LDH) dalam darah meraka, yang

mengindikasikan jumlah tumor dalam tubuh. Jumlah tempat di luar sistem limfatik tempat tumor ditemukan Kesehatan pasien secara keseluruhan

Pentingnya pengobatan

Terdapat pengobatan untuk semua jenis limfoma non Hodgkin. Pada kasus limfoma non Hodgkin agresif, kemungkinan sembuh total adalah 40% sampai 75% dari kasus. Bahkan pada pasien yang tidak sembuh, suatu remisi (periode bebas penyakit) sering dapat tercapai.

Jenis pengobatan yang akan dipakai tergantung pada banyak hal, termasuk:

Jenis limfoma non Hodgkin Stadium limfoma non Hodgkin Letak limfoma Kesehatan umum dan usia pasien

Adalah penting bagi pasien untuk menepati perjanjian pemeriksaan dan pemeriksaan evalusi lanjutan, bahkan jika limfoma telah sembuh dan remisi telah tercapai. Jumlah kekambuhan, limfoma non Hodgkin agresif ditemukan dalam jumlah bermakna, dan membutuhkan pengobatan lebih lanjut..

Apa yang diharapkan

Pasien yang didiagnosis dengan limfoma non Hodgkin agresif stadium awal biasanya diobati dengan kemoterapi, dimana lebih dari satu obat kemoterapi diberikan. Pengobatan ini sering diberikan dalam kombinasi dengan antibodi monoklonal rituximab.

Radioterapi sering diberikan bersama, baik setelah kemoterapi atau pada saat yang sama. Diberikan secara langsung pada setiap kelenjar getah bening yang terserang.

Walaupun tidak mungkin untuk memprediksi respon pasien, pengobatan limfoma non Hodgkin agresif stadium awal mencapai kesembuhan atau remisi (periode bebas penyakit) pada 80% atau lebih pasien.

Pasien yang didiagnosis dengan limfoma non Hodgkin agresif stadium lanjut diberikan kemoterapi yang mirip dengan pasien stadium awal. Radioterapi juga diberikan.

Pengobatan standar ini mencapai kesembuhan antara 40% dan 79% pasien, meskipun respon pasien terhadap pengobatan akan berbeda pada setiap kasus.

Page 18: Limfoma Non Hodgkin

Pada pasien dengan limfoma non Hodgkin yang tidak memberikan respon baik terhadap pengobatan,atau penyakitnya kambuh, dibutuhkan pengobatan lebih lanjut. Kemoterapi dosis tinggi dapat dicoba dan transplantasi sel induk darah tepi mungkin dapat dilakukan. Pengobatan ini dapat mencapai kesembuhan antara 30% dan 50% pasien.

Jika pengobatan tidak berhasil, atau tidak mungkin, penatalaksanaan medis perlu ditambahkan untuk mengontrol gejala, atau paliatif.

Untuk informasi lebih lanjut tentang topik ini, lihat Bagaimana pengobatan limfoma non Hodgkin?.

Keypoints

Pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif sering pergi ke dokternya dengan gejala pada stadium awal penyakit.

Meskipun secara alamiah penyakit ini tumbuh cepat, ia dapat menerima banyak macam bentuk pengobatan dan kesembuhan dapat tercapai pada banyak kasus.

Bahkan tanpa kesembuhan, banyak pasien mencapai periode bebas penyakit, atau ?remisi?.

Terapi

Pengobatan yang diberikan pada pasien dengan limfoma non Hodgkin harus dipilih secara khusus untuk setiap orang. Ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk apakah penyakitnya baru didiagnosis atau pernah kambuh, apakah penyakitnya indolen atau agresif, stadium penyakitnya, umur dan keadaan kesehatan secara umum, dan kebutuhan serta keinginan mereka.

Untuk jangka waktu lama, pengobatan utama limfoma non Hodgkin adalah kemoterapi. Saat ini, kemoterapi seringkali digabung dengan terapi antibodi monoklonal yang kadang-kadang juga dipakai tersendiri.

Radioterapi mungkin bermanfaat jika penyakitnya terbatas pada satu atau dua daerah tubuh. Kemoterapi dosis tinggi merupakan pilihan pengobatan selanjutnya yang berguna pada sebagian pasien.

Walaupun demikian, radioterapi juga merusak sumsum tulang, yang harus dipulihkan dengan transplantasi sel induk. Beberapa pasien dengan limfoma non Hodgkin indolen pada awalnya tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan langsung; ini dikenal sebagai pendekatan 'lihat dan tunggu'.

Sebelum pengobatan dapat dimulai, penting untuk menentukan apakah limfoma termasuk indolen atau agresif, dan juga stadium limfomanya. Proses ini melibatkan pemeriksaan laboratorium dan biopsi dari

Pengobatan yang diberikan pada pasien dengan limfoma non Hodgkin harus dipilih secara

khusus untuk setiap orang. Ini tergantung pada berbagai faktor

Page 19: Limfoma Non Hodgkin

kelenjar getah bening. yang terserang penyakit. Untuk informasi lebih lengkap, lihat Diagnostik dan pemeriksaan lanjutan.

Paling baik menunggu hingga semua hasil pemeriksaan selesai sebelum membuat keputusan akhir tentang rencana pengobatan. Ini mungkin dianggap sebagai penundaan terapi, akan tetapi setiap penundaan akan memastikan pengobatan yang terbaik.

Pasien mungkin memiliki pertanyaan yang ingin ditanyakan kepada tim limfoma mengenai pengobatan mereka dan kemungkinan keberhasilannya. Daripada memikirkan pertanyaan saat kunjungan ke rumah sakit, ada baiknya memikirkan pertanyaan ini sebelumnya.

Untuk contoh pertanyaan yang mungkin dimiliki pasien dengan limfoma non-Hodgkin selama pengobatan, lihat Pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh dokter.

Pengobatan untuk limfoma non Hodgkin yang baru terdiagnosis

Pengobatan untuk penyakit yang kambuh

Pilihan pengobatan

Kemoterapi Terapi antibodi monoklonal Terapi Radiasi Lihat dan tunggu Transplantasi Pembedahan Terapi eksperimental

Penatalaksanaan gejala

Keypoints

Tujuan pengobatan limfoma non Hodgkin berbeda untuk setiap pasien, dan tergantung pada banyak faktor, mengingat ada lebih dari 30 jenis penyakit ini

Terdapat berbagai pilihan pengobatan; termasuk kemoterapi, terapi antibodi monoklonal dan radioterapi

Beberapa pasien tanpa gejala menggunakan pendekatan ?lihat dan tunggu?

Terlepas apakah pasien menderita limfoma non Hodgkin yang indolen atau agresif, stadium penyakitlah yang mempengaruhi pengobatan yang diberikan

Pendahuluan

Sebelum pengobatan dapat dimulai, penting untuk menentukan apakah

Untuk jangka waktu lama, pengobatan utama limfoma non

Hodgkin adalah kemoterapi

Keypoints

Pasien limfoma non Hodgkin perlu menjalani serangkaian pemeriksaan sehingga dokter dapat menetapkan jenis limfoma dan stadium penyakitnya

Apakah pasien menderita limfoma non Hodgkin indolen atau agresif akan mempengaruhi jenis pengobatan yang didapat

Pengobatan juga dipengaruhi apakah penyakit ada pada stadium lanjut atau dini

Pasien dengan gejala limfoma non Hodgkin juga diberi pengobatan yang berbeda daripada mereka yang tidak menunjukkan gejala

Page 20: Limfoma Non Hodgkin

memerlukan pemeriksaan laboratorium dan pengumpulan contoh dari sel-sel penyakit, atau suatu 'biopsi'. Ini merupakan bagian penting dari perencanaan pengobatan.

Paling baik menunggu hingga semua hasil pemeriksaan selesai sebelum membuat keputusan akhir tentang rencana pengobatan. Ini mungkin dianggap sebagai penundaan terapi, akan tetapi setiap penundaan akan memastikan pengobatan yang terbaik. Untuk informasi lebih lanjut, lihat Kunjungan diagnosis dan cek up.

Hal-hal paling penting yang harus dipertimbangkan saat merencanakan pengobatan limfoma non Hodgkin adalah:

Apakah limfoma indolen atau agresif Jenis limfoma Stadium limfoma Pengobatan untuk limfoma non Hodgkin indolen Pengobatan untuk limfoma non Hodgkin agresif

Tabel yang menunjukkan apakah Limfoma non Hodgkin itu termasuk indolen atau agresif

Limfoma non Hodgkin indolen Limfoma non Hodgkin agresif

Follicular lymphoma Diffuse large B-cell lymphoma

Diffuse small cleaved cell lymphoma

Mantle cell lymphoma

MALT lymphoma Adult lymphoblastic lymphoma

Small lymphocytic lymphoma Primary mediastinal large B-cell lymphoma

Waldenstrom macroglobulinemia Burkitt's lymphoma

Catatan : Jenis pada tiap klasifikasi dapat berbeda secara signifikan dan pengobatan sering berbeda untuk tiap jenis

Paling baik menunggu hingga semua hasil pemeriksaan selesai

sebelum membuat keputusan akhir tentang rencana pengobatan

Page 21: Limfoma Non Hodgkin

Pengobatan limfoma non Hodgkin indolen

Kira-kira 4 dari 10 limfoma non Hodgkin termasuk indolen, dan kebanyakan merupakan jenis folikular, meskipun banyak limfoma non Hodgkin indolen masih banyak jenisnya. Pilihan pengobatan untuk limfoma non Hodgkin indolen terutama ditentukan oleh stadium penyakit dan apakah pasien menunjukkan gejala.

Limfoma non Hodgkin indolen stadium dini Limfoma non Hodgkin indolen stadium lanjut tanpa gejala Limfoma non Hodgkin indolen stadium lanjut dengan gejala Limfoma non Hodgkin indolen lainnya

Limfoma non Hodgkin indolen stadium dini

Limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan jarang menimbulkan gejalahingga stadiumnya sudah lanjut. Karena itu, sedikit sekali limfoma non Hodgkin indolen yang didiagnosis pada stadium I atau II.

Limfoma non Hodgkin indolen stadium dini hampir selalu diobati dengan radioterapipada kelenjar getah bening yang terkena. Radioterapi dapat memberikan kesembuhanpada sekitar setengah pasien. Pada setengah sisanya limfoma non Hodgkin akan relapspada suatu saat, umumnya pada kelenjar getah bening yang lain. Jika ini terjadi, pengobatannya umumnya sama dengan pasien yang menderita penyakit stadium lanjut (stadium III atau IV).

Limfoma non Hodgkin indolen stadium lanjut tanpa gejala

Kira-kira 4 dari 10 limfoma Limfoma non Hodgkin termasuk indolen, dan kebanyakan merupakan jenis folikular. Limfoma non Hodgkin indolen umumnya terdiagnosis pada stadium lanjut (stadium III atau IV).

Pasien dengan limfoma non Hodgkin stadium lanjut tanpa gejalaseringkali tidak memerlukan pengobatan saat diagnosis, dan hanya perlu diperiksa secara berkala. Ini dikenal sebagai pendekatan 'lihat dan tunggu'.

Penelitian klinik telah menunjukkan bahwa, pada pasien yang sesuai, hasil dengan ‘lihat dan tunggu’ tidak berbeda dengan pasien yang langsung mendapat pengobatan pada saat diagnosis. Meski demikian, kecemasan dan stres yang ditimbulkan dengan pendekatan ‘lihat dan tunggu’ harus dibandingkan dengan kemungkinan efek samping yang timbul dari

Keypoints

Pengobatan limfoma non Hodgkin indolen tergantung pada stadium penyakit dan gejala yang timbul

Banyak pasien dengan limfoma non Hodgkin indolen, terutama pada stadium lanjut, diobati dengan kemoterapi dan/atau terapi antibodi monoklonal

Beberapa pasien tanpa gejala menggunakan pendekatan ?lihat dan tunggu?

Page 22: Limfoma Non Hodgkin

pengobatan langsung. Dokter mungkin merekomendasikan untuk tidak memulai pengobatan sampai benar-benar diperlukan dengan tujuan mengurangi pengaruh terhadap kehidupan pasien. Akan tetapi, penelitian mengenai manfaat dan risiko pendekatan ‘lihat dan tunggu’ masih berlangsung.

Jika diperlukan pengobatan, umumnya digunakan kemoterapi. Mungkin dipakai satu obat saja, umumnya chlorambucil. Sementara pengobatan kemoterapi yang lain menggunakan fludarabin, yang dapat diberikan dalam bentuk tablet atau injeksi intravena, baik sebagai obat tunggal ataupun dalam kombinasai dengan obat-obat lain.

Akan tetapi, lebih dari satu obat juga umum digunakan, dengan kombinasi termasuk CVP, CHOP dan FCM. (Untuk informasi lebih lanjut, lihat kemoterapi) Kombinasi obat kemoterapi (seperti CVP untuk NHL indolen) seringkali diberikan bersama antibodi monoklonal rituximab, yang meningkatkan efektivitas pengobatan, tanpa penambahan efek samping yang bermakna.

Limfoma non Hodgkin indolen stadium lanjut dengan gejala

Pasien yang didiagnosis dengan limfoma non Hodgkin indolenstadium lanjut (stadium III atau IV) dan menunjukkan gejala umumnya diberi kemoterapi terlebih dulu, dengan atau tanpa terapi antibodi monoklonal. Digunakan berbagai program kemoterapi, (contohnya, CVP dan CHOP), yang kebanyakan menggunakan lebih dari satu obat kemoterapi atau kemoterapi bersama antibodi monoklonal.

Jika gejala pasien sangat parah, maka dapat digunakan steroidseperti prednisolon untuk membantu mengendalikan gejala dengan cepat. Dalam jangka pendek ini sangat efektif, tetapi tidak cocok untuk pengobatan jangka panjang. Meski demikian, steroid umumnya terdapat pada kebanyakan regimen kombinasi (CVP, CHOP).

Radioterapi dapat digunakan bersama pengobatan lain seperti kemoterapi dan terapi antibodi monoklonal, untuk mengatasi massa limfoma yang besar. Dalam keadaan tersebut, radioterapi diarahkan secara spesifik ke massa yang ingin diobati.

Pengobatan lain termasuk kemoterapi dosis tinggi diikuti dengan transplantasi sel induk.

Sekitar 75% pasien dengan limfoma non Hodgkin indolen stadium lanjut dan bergejala akan mengalami remisi setelah pengobatan pertama, yang umumnya berlangsung antara 1,5 dan 4 tahun. Setelah itu limfoma seringkali relaps. Mungkin diperlukan pengobatan lebih lanjut dan interval bebas-obat menjadi lebih pendek serta pasien umumnya bertahan antara tujuh dan 10 tahun. Meski demikian, angka-angka ini juga tergantung secara bermakna pada usia dan keadaan kesehatan umum pasien.

Jenis Limfoma non Hodgkin lainnya

Limfoma non Hodgkin MALT mengenai organ tertentu, terutama kelenjar liur, tiroid, paru-paru dan lambung. Limfoma non Hodgkin MALT di lambung dihubungkan dengan infeksi kuman Helicobacter pylori.

Antibiotik yang membunuh kuman tersebut mungkin dapat menyembuhkan penyakit pada stadium dini MALT, meskipun sebagian orang juga mungkin memerlukan kemoterapi. Limfoma

Page 23: Limfoma Non Hodgkin

non Hodgkin lambung yang tidak sembuh dengan cara ini dan MALT di organ lain diobati sama dengan limfoma non Hodgkin indolen.

Limfoma limfositik kecil, serupa dengan leukemia limfositik kronik, merupakan bentuk indolen dari limfoma non Hodgkin dan ditandai dengan produksi sel B yang abnormal, yang cenderung hidup lebih lama daripada normal. Meski penyakit ini peka terhadap kemoterapi, pasien umumnya sering mengalami siklus remisi diikuti dengan relaps.

Tabel: Skema pengobatan untuk berbagai stadium dan bentuk penyakit

Stadium Pengobatan Hasil

Awal(Stadium I dan II)

Radioterapi mempengaruhi kelenjar atau organ getah bening. Kadang-kadang kemoterapi

Kadang kesembuhan total terjadi

Lanjut(Stadium III dan IV)tanpa gejala

Kemoterapi dan/atau antibodi monoklonal. Kadang-kadang radioterapi

Remisi lengkap atau sebagian pada pasien pada umumnya; bahkan kambuh pada kebanyakan kasus

Lanjut(Stadium III dan IV)tanpa gejala

Chemotherapy and/or monoclonal antibody; radiotherapy may also be used in certain cases

Pengobatan untuk Limfoma non Hodgkin agresif

Pasien dengan limfoma non Hodgkin agresifdapat didiagnosis pada stadium dini (stadium I atau II). Ini disebabkan karena mereka umumnya menyadari pertumbuhan yang cepat dari kelenjar getah bening yan g terkena dan karenanya mengunjungi dokter dan cepat dirujuk untuk pengobatan oleh spesialis.

Pengobatan yang biasa diberikan untuk pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif stadium dini adalah beberapa jadwal kemoterapi, kombinasi, dengan lebih dari satu obat kemoterapi yang diberikan, biasanya bersama dengan steroid, seperti prednisolon (contohnya, CHOP). Di kebanyakan negara, diberikan antibodi monoklonalrituximab dalam kombinasi dengan

 Keypoints

Pasien limfoma non-Hodgkin agresif umumnya diobati dengan kemoterapi dikombinasi dengan antibodi monoklonal

Radioterapi dapat diberikan untuk kelenjar getah bening setempat

Meskipun limfoma non Hodgkin agresif tumbuh dengan cepat, kemungkinan sembuh relatif tinggi

Page 24: Limfoma Non Hodgkin

kemoterapi CHOP sebagai terapi standar. Antibodi monoklonal meningkatkan efektivitas pengobatan tanpa secara bermakna meningkatkan efek samping.

Radioterapikadang-kadang diberikan setelah kemoterapi. Jarang kedua pengobatan diberikan pada saat yang sama. Radioterapi ditujukan secara spesifik terhadap kelenjar getah bening yang terkena.

Pengobatan stadium dini (stadium I dan II) limfoma non Hodgkin agresif dapat mencapai kesembuhan atau remisi pada sekitar 80% pasien. Beberapa pasien tidak memberikan respon terhadap terapi standar. Pada pasien-pasien ini, dan pada mereka yang mengalami kekambuhan, diperlukan pengobatan lebih lanjut.

Pasien yang didiagnosis dengan limfoma non Hodgkin agresif pada stadium lanjut (stadium III atau IV) diberi kemoterapi kombinasi dengan ataupun tanpa antibodi monoklonal. Meski demikian, kemoterapi kadang-kadang diberikan lebih lama daripada pada penyakit stadium awal dan mungkin juga diberikan radioterapi. Secara keseluruhan, antara 40% dan 70% pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif dapat disembuhkan dengan pengobatan pertama.

Tabel menunjukkan pengobatan yang biasa dilakukan untuk stadium limfoma non Hodgkin yang berbeda, juga hasil yang diperoleh

Stadium Pengobatan Hasil

Awal(Stadium I dan II)

Kemoterapi dan/atau antibodi monoklonal; biasanya dengan radioterapi dan pada beberapa kasus radioterapi saja Remisi dengan kemungkinan sembuh

Lanjut(Stadium III dan IV)tanpa gejala

Kemoterapi ditambah steroid dan/atau antibodi monoklonal; kemungkinan dengan radioterapi

Limfoma sel mantel

Limfoma sel mantelkurang memberikan respon terhadap pengobatan standar daripada limfoma non Hodgkin indolen. Pilihan pengobatan termasuk obat yang digunakan untuk NHL indolen maupun agresif. Pengobatan lain yang sedang diteliti adalah pemakaian obat

Page 25: Limfoma Non Hodgkin

kemoterapi baru, seringkali dalam kombinasi dengan terapi antibodi monoklonal, dan kemoterapi dosis tinggi dengan transplantasi sel induk.

Limfoma Burkitt

Limfoma Burkitt�s dan limfoma limfoblastik adalah bentuk sangat agresif dari limfoma non Hodgkin. Pengobatan harus agresif dan umumnya melibatkan pengobatan yang ditujukan pada susunan saraf pusat ditambah regimen kemoterapi intravena. Pasien seringkali diberikan kemoterapi intensif yang melibatkan banyak obat, dan perlu dirawat di rumah sakit selama pengobatannya. Meski demikian, mayoritas pasien yang berusia lebih muda dengan bentuk penyakit ini dapat disembuhkan.

Limfoma non Hodgkin indolen

Kebanyakan pasien dengan limfoma non-Hodgkin indolen mengalami relaps, meski telah mendapat terapi. Waktu antara pengobatan dan relaps dapat bervariasi, tapi umumnya antara 1,5 dan 4 tahun.

Terapi terbaik untuk limfoma non-Hodgkin yang relaps tergantung banyak faktor. Pendekatan 'lihat dan tunggu' dapat direkomendasikan untuk beberapa pasien jika mereka tidak menunjukkan gejala yang mengganggu.

Akan tetapi, kebanyakan pasien mendapat kemoterapi, dengan obat tunggal atau dengan kombinasi obat. Suatu steroid, misalnya prednisolon, juga sering diberikan.

Antibodi monoklonal, contohnya, rituximab, digunakan untuk beberapa jenis limfoma dalam kelompok pasien ini. Ritumixab dapat diberikan sebagai obat tunggal (monoterapi) untuk penyakit yang relaps. Juga sering diberikan bersama kemoterapi, dan dapat meningkatkan efektivitas pengobatan, tanpa meningkatkan efek samping secara bermakna.

Saat limfoma non-Hodgkin indolen mengalami relaps, kadang-kadang terjadi ‘perubahan’ menjadi bentuk penyakit yang agresif. Seringkali, pengobatan pasien dengan limfoma non-Hodgkin yang mengalami transformasi menjadi sukar. Dapat dicoba menggunakan kemoterapi dosis tinggi dengan atau tanpa transplantasi sel induk darah tepi. Ini juga dapat dikombinasi dengan terapi antibodi monoklonal untuk mengeluarkan sel limfoma yang tersisa dari sumsum tulang.

Jika pengobatan dosis tinggi seperti itu tidak mungkin, maka pengelolaan medis ditujukan untuk mengendalikan gejala, atau disebut 'paliatif'.

Limfoma non Hodgkin agresif

Sekitar seperlima pasien dengan limfoma non-Hodgkin agresif tidak memberikan respon terhadap pengobatan, dan sekitar 3 dari 10 orang yang tidak memberikan respon mengalami relapssetelah suatu remisi. Meskipun pengobatannya sulit, kesembuhanatau remisi dapat dicapai hingga 50% pasien dengan pengobatan lini kedua. Pengobatan lini kedua ini terdiri

  Keypoints

Kebanyakan pasien dengan limfoma non-Hodgkin indolen yang mengalami relaps diberi kemoterapi, seringkali dalam kombinasi dengan terapi antibodi monoklonal

Jika pasien tidak dapat mentoleransi, atau tidak menginginkan, kemoterapi, antibodi monoklonal dapat dipakai tersendiri

Pasien dengan limfoma non-Hodgkin agresif seringkali diberi kemoterapi dosis tinggi dan cangkok sel

Page 26: Limfoma Non Hodgkin

atas kemoterapikombinasi dari ifosfamide, vincristine, dan etoposide (IVE), ifosfamide, carboplatin, etoposide (ICE), etoposide, cytarabine, cisplatin dan steroid metilprednisolon (ESHAP), atau diamminedichloroplatinum, cytarabine dan steroid deksametason (DHAP), kadang-kadang diikuti dengan kemoterapi dosis tinggi dan transplantasi sel induk darah tepi otologus (dari tubuh pasien sendiri).

Jika kesembuhan maupun remisi tidak mungkin, tujuan berikutnya adalah meringankan gejala. Beberapa pasien dapat mempertimbangkan untuk ambil bagian dalam uji klinik untuk membantu menguji pengobatan baru atau kombinasi pengobatan baru. Untuk informasi lebih lanjut, lihat uji klinik.

Kemoterapi

Pendahuluan

Kebanyakan pasien dengan limfoma non Hodgkin akan menjalani kemoterapi pada suatu saat dalam masa pengobatannya. Obat-obat kemoterapi dikenal juga sebagai obat sitotoksik – artinya obat ini bersifat racun terhadap sel – dan sasarannya adalah semua sel yang membelah dengan cepat. Tujuan obat ini adalah untuk merusak dan membunuh semua sel limfoma di seluruh tubuh.

Jenis-jenis kemoterapi Cara kerja kemoterapi Pemberian kemoterapi Efek samping kemoterapi Bagaimana menjalani kemoterapi

Jenis-jenis kemoterapi

Ada banyak obat kemoterapi. Program kemoterapi apa yang dipakai untuk pasien dengan limfoma non Hodgkin tergantung pada banyak hal, termasuk:

Jenis limfoma non Hodgkin, apakah indolen atau agresif, dan pada stadium apa saat ini Apakah limfoma baru didiagnosis dan diobati untuk pertama kali, atau apakah telah relaps

setelah suatu remisi, setelah pengobatan sebelumnya

Gejala apa yang diderita pasien karena limfoma Usia pasien dan masalah medis lainnya yang mungkin ada

Beberapa program kemoterapi hanya menggunakan satu obat, sedang yang lain menggunakan kombinasi obat yang diberikan bersamaan.

Seringkali, pengobatan diberikan dalam siklus – contohnya, 1 minggu pengobatan diikuti istirahat 3

Ada berbagai macam obat kemoterapi, yang semuanya

menyerang sel kanker. Klik pada gambar untuk animasi yang

menjelaskan bagaimana kemoterapi bekerja

Keypoints

Ada banyak jenis kemoterapi untuk limfoma non Hodgkin, yang diberikan dalam berbagai kombinasi

Kemoterapi dapat digunakan bersama terapi antibodi monoklonal, radioterapi atau kortikosteroid

Kemoterapi diberikan dalam siklus selama beberapa bulan, dengan masa istirahat di antara terapi, umumnya diberikan di klinik rawat jalan

Tidak semua pasien mengalami efek samping; jika pun timbul umumnya ringan dan mudah diobati

Page 27: Limfoma Non Hodgkin

minggu, kemudian satu minggu untuk terapi berikutnya, dan seterusnya. Kemoterapi total umumnya membutuhkan waktu beberapa bulan.

Salah satu obat kemoterapi yang paling sering diberikan adalah chlorambucil, dalam bentuk tablet yang diberikan per oral. Umumnya tidak digunakan dalam kombinasi dengan obat kemoterapi lainnya. Meskipun setiap unit limfoma atau klinik memiliki jadwal masing-masing, chlorambucil umumnya diberikan dalam siklus, dengan 2 minggu terapi diikuti 2 minggu istirahat, kemudian 2 minggu terapi, dan seterusnya.

Kombinasi obat kemoterapi sering dikenal sebagai singkatan dari obat-obatnya. Dua kombinasi yang paling umum adalah ‘CHOP’ dan ‘CVP’, yang sering dinamai ‘COP’. ‘CHOP’ adalah kombinasi dari tiga obat kemoterapi ditambah prednisolon, dan terdiri atas:

Cyclophosphamide Hydroxydaunorubicin (juga disebut sebagai adriamycin atau doxorubicin) Oncovin (nama dagang untuk vincristine) Prednisolon atau Prednison

‘CVP’, atau ‘COP’, hanya menggunakan cyclophosphamide, vincristine (Oncovin) dan prednisolon.

Pasien dengan gejala yang berat juga diobati dengan steroid, biasanya prednisolon, untuk membantu mengendalikan gejala dengan cepat. Ini dapat sangat efektif dalam jangka pendek, tetapi tidak merupakan pengobatan jangka panjang. Prednisolon dan kortikosteroid lainnya berbeda dengan steroid yang dilarang dalam dunia olahraga.

     

Cara kerja kemoterapi

Ada berbagai macam obat kemoterapi, yang semuanya menyerang sel kanker dengan cara kerja yang berbeda-beda. Meski demikian, semua obat yang diberikan pada pasien untuk mengobati limfoma non Hodgkin bekerja berdasarkan prinsip bahwa sel-sel kanker lebih mungkin sedang membelah pada saat pengobatan dibanding sel-sel normal di tubuh.

Mayoritas sel-sel di tubuh kebanyakan berada dalam keadaan istirahat, dan hanya membelah jika dibutuhkan untuk perbaikan sel yang rusak. Sebaliknya, sel-sel kanker senantiasa membelah, yang merupakan salah satu sebab mengapa mereka menimbulkan begitu banyak kerusakan. Obat kemoterapi bertujuan untuk memanfaatkan keadaan tersebut, dengan menyerang sel-sel kanker saat sedang membelah.

Beberapa obat berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel, sedang yang lain mengganggu fungsi normal DNA, sebagai upaya menghentikan pembelahan sel. Seringkali diberikan kombinasi obat kemoterapi yang menyerang tahapan yang berbeda pada proses pembelahan sel sehingga akan meningkatkan jumlah sel yang dibunuh.

Akan tetapi hal ini pula yang menjelaskan mengapa obat-obat ini menimbulkan efek samping. Karena kemoterapi adalah pengobatan siindukik, dimana seluruh tubuh dipengaruhi pada saat yang bersamaan, obat-obat ini juga menyerang sel-sel normal di tubuh yang sedang membelah. Termasuk ke dalamnya kulit, lapisan usus dan rambut (Lihat Efek samping, di bawah.)

Page 28: Limfoma Non Hodgkin

     

Pemberian kemoterapi

Beberapa obat kemoterapi diberikan dalam bentuk tablet. Yang lain harus dimasukkan langsung ke darah (atau ‘intravena’), apakah dengan jarum suntik atau dengan kateter yang dimasukkan menembus kulit ke dalam pembuluh darah di lengan atau kadang-kadang melalui infus sentral. Infus sentral adalah kateter yang lebih permanen dan biasanya dimasukkan dalam salah satu pembuluh darah di dada bagian atas. Keuntungan infus sentral adalah tidak perlu memasukkan jarum baru tiap kali harus memberikan kemoterapi. Infus sentral juga dapat digunakan untuk mengambil contoh darah.

Beberapa obat kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah lewat jarum suntik, tetapi kebanyakan diberikan sebagai ‘drip’ (tetesan), artinya obat dimasukkan ke dalam satu kantong cairan, dan cairan kemudian diteteskan perlahan ke dalam pembuluh darah di lengan menggunakan kekuatan gravitasi.

Banyak terapi kombinasi yang menggunakan baik obat tablet maupun intravena.

Umumnya, pengobatan diberikan dalam siklus. Meskipun siklus ini berbeda-beda antara unit limfoma satu dengan yang lain, masa antara siklus umumnya 3 minggu, dan steroid diberikan selama lima hari setelah pemberian kemoterapi. Satu pengobatan kemoterapi umumnya perlu waktu beberapa bulan, tetapi lamanya tergantung banyak faktor dan akan berbeda-beda untuk setiap pasien.

Kebanyakan obat kemoterapi dapat diberikan di klinik rawat jalan, dan pasien dapat pulang pada hari yang sama. Akan tetapi kadang-kadang diperlukan perawatan singkat di rumah sakit.

Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti radioterapi atau terapi antibodi monoklonal.

     

Efek samping

Banyak orang sangat takut akan efek samping kemoterapi. Meski demikian, penting untuk diingat bahwa:

Tidak semua pasien mengalami efek samping Obat yang berbeda akan menimbulkan efek samping yang berbeda Efek samping, jika pun timbul, bersifat ringan Banyak efek samping dapat diatasi atau lebih mudah ditoleransi

Banyak efek samping timbul sebagai akibat kemoterapi terhadap sel-sel normal di tubuh. Karena kemoterapi mempengaruhi pertumbuhan dan pembelahan sel, terutama sel-sel yang membelah cepat, daerah yang terpengaruh adalah daerah di mana sel normal tumbuh dan membelah paling cepat:

Banyak orang sangat takut akan efek samping kemoterapi. Meski demikian, penting untuk diingat

bahwa tidak semua pasien mengalami efek samping

Page 29: Limfoma Non Hodgkin

Lapisan si induk cerna, termasuk mulut, esofagus (kerongkongan), lambung dan usus – ini dapat menimbulkan efek samping seperti mulut perih atau kerongkongan perih dan diare atau konstipasi

Kulit dan rambut – dapat timbul penipisan atau kerontokan rambut, yang umumnya terjadi bertahap dan timbul 2 atau 3 minggu setelah mulai kemoterapi. Setelah kemoterapi selesai, rambut akan tumbuh kembali, biasanya dengan kecepatan yang sama seperti sebelum kemoterapi. Kebanyakan orang akan kembali memiliki jumlah rambut yang normal setelah 6 bulan. Kadang-kadang, rambut lebih lembut dan keriting daripada biasa, dan kadang-kadang warnanya berbeda dengan sebelumnya. Tidak semua obat kemoterapi menyebabkan kerontokan rambut

Sumsum tulang, tempat pembuatan sel darah – dapat mengurangi jumlah sel-sel darah, menyebabkan peningkatan perdarahan atau lebam dan menyebabkan pasien lebih rentan terhadap infeksi. Pasien harus melapor pada tim medisnya jika terjadi perdarahan yang tidak biasa atau timbul lebam atau gejala infeksi atau demam saat mereka menjalani kemoterapi. Pemeriksaan darah berkala dilakukan selama kemoterapi untuk mengetahui apakah sel darah berkurang terlalu banyak. Jika ya, jadwal kemoterapi berikut mungkin ditunda atau dosisnya dikurangi untuk memberi kesempatan pada sumsum tulang untuk pulih

Mual (mual) dan muntah juga merupakan efek samping yang sangat umum dari kemoterapi. Karena sangat tergantung obat kemoterapi yang digunakan dan tergantung kondisi individual pasien, tidak selalu mungkin untuk memperkirakan siapa yang akan terpengaruh atau seberapa parah pengaruhnya. Beberapa orang sama sekali tidak terpengaruh. Efek samping ini berkisar antara beberapa jam atau beberapa hari – setiap orang berbeda. Belakangan ini telah diperkenalkan obat-obat suportif yang dapat menghilangkan mual` pada pasien.

Hilang selera makan, seringkali dengan perubahan rasa makanan, adalah efek samping yang sering dijumpai pada kemoterapi. Banyak orang juga mengalami rasa lelah dan kelesuan selama kemoterapi. Beberapa orang juga merasa lebih mudah kesal daripada biasanya.

Efek samping potensial lainnya timbul saat sel mati dan diuraikan di dalam tubuh. Salah satu zat kimia yang dihasilkan dari proses ini adalah asam urat. Pada keadaan normal asam urat terlarut dalam urin dan dibuang ke luar tubuh.

Meski demikian, lebih banyak sel mati pada pasien yang menerima kemoterapi sehingga lebih banyak asam urat yang diproduksi daripada yang dapat dibuang oleh ginjal. Jika ini terjadi, asam urat akan terkumpul dalam darah, mengkristal di ginjal menjadi batu, dan pada sendi, menimbulkan artritis gout (rematik / nyeri sendi). Jika tidak diobati, akibatnya bisa serius dan bahkan menimbulkan gagal ginjal.

Allopurinol adalah obat yang diberikan pada permulaan beberapa kemoterapi, baik sebagai tablet ataupun melalui injeksi intravena, untuk menghentikan pembuatan asam urat oleh tubuh. Obat ini memastikan bahwa produk hasil penguraian sel berupa bentuk yang lebih mudah larut, sehingga dapat dengan mudah dan aman dikeluarkan dari tubuh. Efek sampingnya sedikit, kecuali reaksi alergi yang kadang-kadang terjadi, biasanya kemerahan kulit.

Efek samping ini umumnya bersifat sementara dan akan hilang setelah kemoterapi dihentikan.

Beberapa obat kemoterapi mempengaruhi kesuburan. Contohnya, pada wanita, periode menstruasi dapat berubah menjadi tidak teratur atau berhenti, sementara, pada pria hasil hitung sperma mungkin menurun. Meskipun terjadinya sementara, infertilitas dapat menjadi permanen pada penggunaan beberapa obat. JIka ini mungkin terjadi, pasien dan dokter harus mendiskusikannya sebelum mulai pengobatan. Pada beberapa kasus pria mungkin ditawari penyimpanan di bank sperma.

Page 30: Limfoma Non Hodgkin

Efek permanen yang mungkin timbul termasuk efek jangka panjang terhadap jantung, saraf sensorik (saraf perabaan/perasa), dan risiko yang meningkat untuk kembali terkena kanker lain di masa depan. Pada semua kasus ini, risiko jangka panjang harus dipertimbangkan terhadap manfaat yang akan didapat dari pengobatan. Pasien dan dokter harus mendiskusikan hal-hal ini sebelum pengobatan.

     

Bagaimana menjalani kemoterapi

Ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghilangkan efek samping yang mungkin timbul karena kemoterapi atau agar dapat ditoleransi lebih baik, termasuk:

Mulut atau tenggorokan perih: kumur hangat dengan soda bikarbonat seringkali membantu. Gigi harus dibersihkan dengan lembut, setiap kali selesai makan untuk mencegah infeksi. Akan lebih nyaman jika gigi palsu tidak dipakai sesering mungkin

Mual dan muntah: obat anti muntah modern sangat efektif. Dapat diberikan intravena bersama injeksi kemoterapi, dan dapat diberikan sebagai tablet. Anti-muntah lebih baik dalam mencegah mual daripada mengobatinya. Karena itu umumnya lebih baik diminum secara teratur, sesuai nasihat dokter, juga jika tidak ada mual dan muntah. Ada berbagai anti-muntah, dan beberapa bekerja lebih baik untuk beberapa orang dibanding yang lainnya. Karena itu, jika yang satu tidak bekerja, cobalah obat yang lain

Hilang selera makan: mungkin disebabkan mual tetapi juga mungkin terjadi karena makanan terasa berbeda selama kemoterapi. Seringkali membantu untuk makan dalam porsi kecil lebih sering, untuk mencegah menyiapkan makanan, jika mungkin, makan makanan dingin daripada makanan panas dan menghindari makanan dengan bau yang tajam. Sangat penting untuk memastikan asupan cairan yang baik, bahkan jika makanan tidak menimbulkan selera.

Lelah dan kurang tenaga: mungkin perlu berlibur dari pekerjaan dan menyesuaikan jadwal harian. Akan tetapi beberapa orang dapat meneruskan hidup dengan normal

Penting diingat bahwa dokter tahu efek samping apa yang akan ditimbulkan obat kemoterapi yang dipakai dan apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkannya. Oleh karena itu, kebanyakan pasien tidak perlu sampai mengikuti saran-saran ini.

TERAPI ANTIBODI MONOKLONAL

Pendahuluan

Antibodi monoklonal adalah kelompok obat yang relatif baru, dan pengembangan terapi ini merupakan salah satu kemajuan terbesar untuk pengobatan limfoma non Hodgkin dalam beberapa tahun belakangan. Antibodi monoklonal yang paling umum dipakai dalam pengobatan limfoma non Hodgkin adalah rituximab. Rituximab efektif dalam pengobatan beberapa tipe limfoma non Hodgkin yang paling umum. Rituximab umumnya diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi, meskipun pada beberapa keadaan diberikan tunggal.

 Keypoints

Terapi antibodi monoklonal merupakan kemajuan penting dalam pengobatan limfoma non Hodgkin.

Terapi ini bekerja dengan menyerang protein pada permukaan sel limfoma.

Yang penting, terapi ini dapat meningkatkan efektivitas pengobatan lain tanpa meningkatkan efek samping secara bermakna. Terapi antibodi monoklonal juga dapat dipakai sebagai terapi tunggal.

Page 31: Limfoma Non Hodgkin

Pada banyak pasien, rituximab meningkatkan efektivitas dari pengobatan lain (umumnya kemoterapi). Pada limfoma non Hodgkin indolen, rituximab dapat meningkatkan lamanya masa remisi karena pengobatan. Pada limfoma non Hodgkin agresif, tambahan rituximab pada kemoterapi standar (CHOP) telah terbukti meningkatkan kemungkinan pasien untuk sembuh dan meningkatkan harapan hidup dibanding kemoterapi saja.

Juga penting bahwa efek samping terkait infus rituximab umumnya hanya terjadi saat obat diberikan dan berkurang pada dosis berikutnya, serta pemberian bersamaan dengan kemoterapi tidak menyebabkan peningkatan efek samping karena kemoterapi yang bermakna. Efek samping yang berlanjut lebih lama dari beberapa menit atau jam sangat jarang dan umumnya tidak ada makna klinisnya .

Cara kerjaDosis dan pemberian

Efek samping

Cara kerja

Tidak seperti kemoterapi dan radioterapi, yang bekerja secara kurang spesifik, tujuan pengobatan antibodi monoklonal adalah untuk menghancurkan sel-sel limfoma non Hodgkin secara khusus dan tidak mengganggu jenis-jenis sel lainnya.

Semua sel memiliki penanda protein pada permukaannya, yang dikenal sebagai antigen. Antibodi monoklonal dirancang di laboratorium untuk secara spesifik mengenali penanda protein tertentu di permukaan sel kanker. Antibodi monoklonal kemudian berikatan dengan protein ini. Hal ini memicu sel untuk menghancurkan diri sendiri atau memberi tanda pada siinduk kekebalan tubuh untuk menyerang dan membunuh sel kanker.

Tujuan pengobatan antibodi monoklonal adalah untuk

menghancurkan sel-sel limfoma non Hodgkin secara khusus dan tidak mengganggu jenis-jenis sel lainnya. Klik pada ilustrasi untuk

melihat animasi yang menjelaskan bagaimana terapi antibodi bekerja

Page 32: Limfoma Non Hodgkin

Sebagai contoh, rituximab, antibodi monoklonal yang dipakai dalam pengobatan limfoma non Hodgkin, mengenali penanda protein CD20. CD20 ditemukan di permukaan Sel B abnormal yang ditemukan pada jenis-jenis limfoma non Hodgkin yang paling umum.

Saat rituximab berikatan dengan CD20 di permukaan suatu sel-B, sel mungkin dihancurkan langsung, tetapi pertahanan alami tubuh juga disiagakan. Rituximab secara efektif menyerang sel limfoma agar dapat dihancurkan siinduk kekebalan tubuh dan membunuh sel-sel kanker.

CD20 juga ditemukan di permukaan sel-B normal, salah satu jenis sel darah putih yang beredar di tubuh. Ini berarti mungkin sel-B normal ini juga dihancurkan saat rituximab digunakan. Akan tetapi, sel induk dalam sumsum tulang yang berkembang menjadi sel-B tidak memiliki CD20 pada permukaannya.

Oleh karena itu sel induk tidak dihancurkan oleh rituximab dan dapat terus menyediakan sel-B sehat untuk tubuh. Meskipun jumlah sel-B normal yang matang berkurang untuk sementara karena pengobatan, mereka akan kembali ke kadar semula setelah pengobatan.

Dosis dan pemberian

Dosis dan pemberian bervariasi untuk setiap antibodi yang diberikan. Sebagai contoh, rituximab, antibodi monoklonal yang umum digunakan dalam pengobatan NHL diberikan intravena, melalui jarum yang masuk ke dalam pembuluh darah , biasanya di lengan. Rituximab diberikan sebagai ‘tetesan’ yang berarti obat dimasukkan dulu ke dalam kantong infus, kemudian cairan menetes perlahan ke dalam pembuluh darah dengan mengandalkan kekuatan gravitasi. Jika antibodi monoklonal digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, rituximab biasanya diberikan sesaat sebelum kemoterapi pada awal setiap siklus pengobatan.

Sebelum tetesan infus diberikan, obat lain untuk mencegah beberapa efek samping antibodi monoklonal diberikan – contohnya parasetamol untuk mengurangi demam dan anti-histamin untuk mengurangi kemungkinan reaksi alergi. Meski demikian, efek samping antibodi monoklonal umumnya ringan dan sementara serta dapat diatasi dengan mudah.

Jika terjadi efek samping saat obat diberikan, tetesan infus dapat diperlambat atau bahkan dihentikan hingga efek samping berakhir.

Untuk pengobatan pertama, pasien menginap di rumah sakit atau sementara tinggal di sana sebelum pulang ke rumah. Pengobatan lanjutan biasanya lebih cepat dan efek sampingnya lebih sedikit. Kebanyakan orang dapat mendapat pengobatan lanjutan ini sebagai rawat-jalan dan pulang ke rumah pada hari itu juga.

Efek samping

Jika antibodi monoklonal digunakan dalam kombinasi

dengan kemoterapi, rituximab biasanya diberikan sesaat

sebelum kemoterapi pada awal setiap siklus pengobatan

Page 33: Limfoma Non Hodgkin

Seperti semua obat, antibodi monoklonal dapat menyebabkan efek samping. Contohnya untuk rituximab, efek samping umumnya ringan dan bersifat sementara, hanya berlangsung selama pengobatan atau beberapa jam setelahnya. Efek samping terjadi paling sering selama masa pengobatan mingguan pertama, dan biasanya berkurang dengan dosis selanjutnya. Hal ini disebabkan lebih banyak sel limfoma selama pengobatan pertama yang harus diserang oleh antibodi monoklonal dan dihancurkan oleh si induk kekebalan tubuh.

Efek samping yang paling umum adalah demam, menggigil dan gejala mirip flu lainnya, seperti nyeri otot, nyeri kepala dan rasa letih. Umumnya cepat berakhir setelah masa pengobatan berakhir. Kadang-kadang, pasien merasakan flushing mendadak dan merasa panas di wajah. Hal ini biasanya berlangsung amat singkat.

Beberapa pasien mengalami mual (mual) atau muntah. Obat anti muntah (anti-muntah) umumnya sangat efektif dalam mencegah maupun meringankan gejala-gejala ini sehingga lebih dapat ditoleransi.

Kadang-kadang, pasien merasakan nyeri pada bagian tubuh yang merupakan lokasi limfoma. Nyeri biasanya ringan dan dapat diatasi dengan obat anti-nyeri biasa.

Rituximab dapat menyebabkan reaksi alergi. Gejalanya dapat berupa:

Gatal atau mendadak muncul warna kemerahan Batuk, mengi atau sesak napas Lidah bengkak atau rasa bengkak di tenggorokan Edema, atau pembengkakan karena kelebihan cairan dalam jaringan tubuh

Reaksi alergi berat terhadap rituximab jarang ditemukan dan pasien diamati selama masa pengobatan akan munculnya gejala-gejala ini. Pasien harus melaporkan gejala yang dialaminya begitu muncul. Seringkali, yang perlu dilakukan hanyalah memperlambat atau menghentikan sementara tetesan intravena sampai reaksi alergi berakhir. Pasien umumnya diberikan anti-histamin sebelum mulai pengobatan untuk membantu mencegah atau mengurangi masalah ini.

Limfoma non-Hodgkin yang baru terdiagnosis

Antibodi monoklonal, paling sering rituximab, digunakan secara rutin di banyak tempat dalam pengobatan awal jenis-jenis limfoma non Hodgkin. Dalam kasus ini, rituximab diberikan bersama kemoterapi, biasanya pada awal dari setiap siklus pengobatan, sesaat sebelum kemoterapi.

Kombinasi rituximab dengan kemoterapi terbukti meningkatkan lamanya remisi, pasien atau meningkatkan harapan hidup pasien setelah menyelesaikan terapi. Pada limfoma non Hodgkin agresif, kombinasi rituximab dengan kemoterapi telah menjadi pilihan pengobatan standar untuk pasien yang baru didiagnosis. Rituximab tidak meningkatkan efek samping kemoterapi secara bermakna jika digunakan dengan cara ini.

Keypoints

Rituximab, suatu antibodi monoklonal, sering digunakan untuk pengobatan pasien limfoma non Hodgkin yang baru didiagnosis.

Rituximab juga dapat digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi

Kebanyakan efek samping rituximab bersifat ringan, sementara dan dapat diatasi dengan obat sederhana atau dengan memperlambat tetesan infus

Page 34: Limfoma Non Hodgkin

Terapi rumatan adalah pengobatan yang diberikan pada pasien dalam keadaan baik setelah terapi limfoma non Hodgkin yang sukses – dengan kata lain, pasien yang berada dalam remisi, total atau parsial, atau kadang-kadang, pada penyakit stabil tanpa tanda-tanda pertumbuhan kanker pada saat tersebut. Dasarnya adalah bahwa terapi rituximab dosis rendah secara teratur akan meningkatkan lamanya remisi atau mengubah keadaan penyakit stabil menjadi remisi. Hal ini saat ini merupakan indikasi yang belum disetujui dan uji klinik masih berlangsung untuk mengevaluasi lebih lanjut mengenai peranan terapi rumatan.

 

 

Bukti untuk terapi antibodi monoklonal

Sekarang telah ada banyak bukti bahwa pada pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif yang baru terdiagnosis, rituximab dalam kombinasi dengan kemoterapi, dapat meningkatkan harapan hidup. Hasil dari uji klinik pada limfoma non Hodgkin indolen juga memberikan harapan yang menjanjikan.

Pada limfoma non Hodgkin agresif, kombinasi rituximab dengan kemoterapi standar (CHOP) telah terbukti meningkatkan kemungkinan pasien untuk sembuh tanpa peningkatan efek samping yang bermakna.

Rituximab juga dipakai dalam pengobatan awal kebanyakan jenis dari limfoma non Hodgkin indolen. Sekali lagi, rituximab memberikan keuntungan potensial, yaitu kemungkinannya untuk meningkatkan efektivitas terapi yang lain (biasanya kemoterapi) tanpa menyebabkan peningkatan efek samping yang bermakna.

Penelitian pada pasien dengan limfoma non Hodgkin indolen yang sebelumnya belum pernah diobati menunjukkan bahwa penambahan rituximab pada kemoterapi kombinasi standar memperbaiki kemungkinan respon pasien terhadap pengobatan, serta meningkatkan lamanya remisi pada pasien yang memberikan respon yang baik.

Limfoma non Hodgkin yang kambuh

Antibodi monoklonal seperti terapi tunggal rituximab, digunakan pada pengobatan limfoma non Hodgkin yang kambuh setelah pengobatan. Terapi awal untuk limfoma non Hodgkin indolen umumnya menghasilkan remisi, yang dapat berlangsung sampai beberapa tahun. Meski demikian, hampir semua pasien ini mengalami relaps dan limfoma timbul kembali.

Antibodi monoklonal, paling sering rituximab, digunakan secara rutin

di banyak tempat dalam pengobatan awal jenis-jenis

limfoma non Hodgkin

 Keypoints

Pasien dengan limfoma non Hodgkin yang kambuh sering diberi antibodi monoklonal misalnya rituximab

Pada limfoma non Hodgkin indolen yang kambuh, antibodi monoklonal rituximab yang diberikan tunggal terbukti meningkatkan lama rata-rata remisi dibanding dengan pengobatan tanpa rituximab

Page 35: Limfoma Non Hodgkin

Sekitar setengah pasien dengan limfoma non Hodgkin indolen yang kambuh akan mencapai remisi dengan monoterapi rituximab. Lama remisi rata-rata adalah sekitar 13 bulan, ini lebih lama daripada lama remisi rata-rata pada mereka yang mendapat terapi tanpa rituximab. Beberapa pasien memberikan respon kedua dan bahkan ketiga pada rituximab.

Rituximab dapat diberikan tunggal dalam pengobatan limfoma non Hodgkin indolen yang kambuh. Meski demikian, rituximab juga dapat diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi.

Jika digunakan bersama kemoterapi, serupa dengan pasien yang belum pernah diobati sebelumnya, biasanya diberikan pada awal setiap siklus pengobatan, sesaat sebelum kemoterapi. Kombinasi rituximab dengan kemoterapi telah terbukti memperpanjang masa remisi. efek samping rituximab umumnya terjadi hanya saat obat diberikan dan berkurang pada dosis berikutnya, selain itu pemberian bersama kemoterapi tidak menyebabkan peningkatan bermakna efek samping yang dialami pasien.

Juga makin banyak bukti bahwa rituximab mungkin bermanfaat dalam kombinasi dengan kemoterapi, untuk mengobati limfoma non Hodgkin agresif yang kambuh setelah kemoterapi yang sukses. Kadang-kadang rituximab digunakan sebagai bagian persiapan transplantasi darah tepi atau transplantasi sumsum tulang.

Terapi rumatan adalah pengobatan yang diberikan pada pasien yang telah sembuh setelah pengobatan limfoma non Hodgkin yang sukses – dengan kata lain, pasien yang ada dalam remisi, total atau sebagian, atau kadang-kadang dalam keadaan penyakit yang stabil tanpa tanda-tanda pertumbuhan kanker pada saat tersebut. Dasar pemikirannya adalah terapi dosis rendah yang teratur dapat meningkatkan lama remisi atau mengubah keadaan penyakit stabil ke remisi. Saat ini merupakan indikasi yang belum disetujui dan uji klinik masih berlangsung untuk mengevaluasi lebih lanjut peran terapi rumatan.

Bukti untuk terapi antibodi monoklonal

Sekarang terdapat banyak bukti bahwa antibodi monoklonal, khususnya rituximab, bermanfaat dalam pengobatan limfoma non Hodgkin yang kambuh.

Sebagai contoh, pada limfoma non Hodgkin indolen yang kambuh, monoterapi dengan rituximab terbukti memberikan remisi total atau parsial pada hampir setengah pasien dan ditoleransi dengan baik. Pada pasien yang kambuh setelah pengobatan pertama dengan rituximab, pasien yang memberikan respon terhadap pengobatan kedua mengalami remisi kedua yang sama lamanya atau lebih lama daripada remisi yang pertama.

Ini berbeda dengan kemoterapi tunggal, dengan kecenderungan remisi kedua akan lebih singkat daripada yang pertama. Beberapa pasien tetap memberikan respon kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya terhadap rituximab.

Selain itu, uji klinik pada pasien dengan limfoma non Hodgkin agresif menunjukkan penambahan rituximab ke kemoterapi meningkatkan efektivitas pengobatan.

RADIOTERAPI

Semakin banyak bukti bahwa terapi antibodi monoklonal

berguna dalam hal mengobati limfoma non Hodgkin yang

kambuh

Page 36: Limfoma Non Hodgkin

Pendahuluan

Radiasi digunakan luas dalam kedokteran, baik untuk membantu diagnosis penyakit dengan mengambil gambar bagian dalam tubuh menggunakan, misalnya dosis rendah sinar-X, dan dalam pengobatan penyakit, misalnya limfoma non Hodgkin.

Pengobatan dengan radiasi membunuh sel-sel di tubuh dengan merusak DNA, sehingga sel tidak dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena radiasi dapat membunuh sel normal bersama sel yang sakit, penting bahwa pemakaian radiasi sebagai terapi diarahkan setepat mungkin pada sel yang menimbulkan penyakit sebagai upaya mengurangi efek samping.

Pemakaian paling umum dari terapi radiasi pada limfoma non Hodgkin adalah radioterapi, yang diberikan pada pasien yang hanya memiliki satu atau dua kelenjar getah bening. yang terserang. Di sini, berkas radiasi dipusatkan pada daerah yang terkena untuk membunuh sel-sel yang sakit. Radiasi juga bermanfaat untuk mengendalikan gejalayang ditimbulkan oleh limfoma yang terlokalisasi.

Pemakaian radiasi yang lain dalam pengobatan limfoma non Hodgkin dikenal sebagai radioimunoterapi. Untuk pengobatan ini, sejumlah kecil bahan radioaktif ditempelkan pada suatu antibodi monoklonal. Saat antibodi mencapai sel limfoma dan melekat padanya, radiasi akan membunuh sel.

Seperti halnya terapi lain, penting memperhatikan bahwa terapi radiasi tidak selalu sesuai untuk semua kasus limfoma non Hodgkin. Radioterapi umumnya juga hanya digunakan sekali pada daerah tertentu dari tubuh, sehingga pengobatan lain, seperti kemoterapi atau terapi antibodi monoklonal, mungkin lebih tepat jika limfoma non Hodgkin relaps.

Radioterapi

Radioterapi menggunakan radiasi, seperti sinar-X, untuk membunuh sel-sel limfoma non-Hodgkin atau memperlambat pertumbuhan dan perkembangannya. Agar radiasi benar ditujukan pada limfoma dan efek samping diperkecil, perencanaan pengobatan sangat penting pada radioterapi. Ini mungkin membutuhkan beberapa kunjungan ke bagian radioterapi sebelum pengobatan sesungguhnya dapat dimulai.

 

 

Daerah yang akan diobati akan dipetakan dengan seksama dan mesin pengobatan akan diatur sehingga hanya sel limfoma yang terpapar dosis penuh radioterapi. Karena perlu memastikan sasaran radiasi

Perencanaan pengobatan dan meminimalkan efek samping adalah bagian penting dalam

radioterapi

Keypoints

Radiasi umumnya digunakan untuk diagnosis dan pengobatan penyakit seperti limfoma non Hodgkin

Ada dua jenis terapi radiasi untuk limfoma non Hodgkin - radioterapi dan radio-imunoterapi

Penting untuk mendiskusikan pemakaian terapi radiasi dengan tim limfoma, karena radioterapi tidak selalu tepat

Keypoints

Radioterapi digunakan pada pasien limfoma non Hodgkin untuk mengendalikan limfoma pada suatu daerah tubuh

Harus selalu diperhatikan agar pengobatan dilakukan dengan baik dan memastikan bahwa daerah tubuh lainnya hanya sedikit terpengaruh

Banyak efek samping yang ringan dan dapat diobati, serta hal-hal lain harus didiskusikan dengan dokter sebelum pengobatan dimulai

Page 37: Limfoma Non Hodgkin

pada daerah tubuh yang tepat, kadang-kadang dibuat cetakan yang membantu agar bagian tubuh tidak bergerak dan dalam posisi yang tepat selama masa pengobatan.

Sel-sel normal yang mengelilingi limfoma tidak terkena dosis penuh, dan sel-sel ini umumnya lebih mampu memulihkan diri dibanding sel-sel limfoma. Oleh karena itu, radioterapi seringkali dapat mengendalikan atau menghancurkan sel-sel limfoma, sementara hanya menimbulkan kerusakan sementara pada sel-sel normal.

Radioterapi umumnya diberikan secara rawat jalan, dengan kunjungan pasien hingga lima kali seminggu. Sebelum setiap terapi, pasien akan diposisikan secara seksama, biasanya di atas meja pengobatan. Bagian tubuh yang tidak diobati akan dilindungi. Penting untuk samasekali tidak bergerak selama pengobatan. Setiap terapi biasanya berlangsung beberapa menit dan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Meski pasien ditinggalkan sendiri selama terapi, teknisi radioterapi akan mengawasi dari ruang observasi dan dapat diajak bicara lewat mikrofon.

Satu sesi radioterapi biasanya berlangsung antara 2 dan 6 minggu, tergantung pada keadaan individual pasien.

Efek samping Bagaimana menjalani radioterapi

Efek samping

Radioterapi memiliki efek yang lebih kecil terhadap sel-sel tubuh yang sehat dibanding terhadap sel-sel limfoma, akan tetapi sel-sel normal seringkali juga terpengaruh oleh pengobatan. Karena alasan ini, mungkin didapati efek samping dari radioterapi.

Karena radioterapi adalah pengobatan lokal yang diberikan pada bagian tubuh tertentu, kebanyakan efek samping tergantung pada bagian tubuh yang diobati. Contohnya:

Pengobatan di daerah perut dapat menimbulkan mual (mual) atau diare Pengobatan di daerah leher atau dada bagian atas dapat mempengaruhi epitel mulut,

tenggorokan dan kerongkongan (esofagus), yang dapat menimbulkan nyeri dan menimbulkan kesulitan menelan

Pengobatan di kepala, atau bagian tubuh lain yang berambut, dapat menyebabkan kerontokan rambut di daerah tersebut

Kadang-kadang, kulit di atas limfoma yang diobati mengalami luka bakar karena radiasi, menjadi merah dan nyeri

Selain itu, banyak orang merasa lelah dan lesu saat menjalani radioterapi dan jumlah sel darah putih dalam darah mereka mungkin menurun, sehingga pasien lebih rentan terhadap infeksi selama pengobatan.

Efek samping – efek samping ini mungkin ringan dan tidak menimbulkan gangguan berarti sejalan dengan masa pengobatan. Semua efek samping ini bersifat sementara, termasuk kerontokan rambut. Efek samping mungkin terjadi hingga beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah pengobatan selesai, tetapi akan hilang kemudian.

Kadang-kadang dijumpai efek jangka panjang radioterapi. Radioterapi di daerah panggul atau selangkangan dapat mempengaruhi kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Sejauh mungkin, testis dan ovarium dilindungi terhadap radiasi selama pengobatan.

Radioterapi juga dapat meningkatkan risiko timbulnya beberapa kanker pada jaringan yang terkena radiasi, contohnya kulit. Karenanya penting bahwa pasien mentaati jadwal kunjungan

Page 38: Limfoma Non Hodgkin

lanjutan dan menghadiri pemeriksaan berkala, dan juga mengambil langkah positif untuk mengurangi risiko timbulnya kanker, seperti berhenti merokok atau selalu memakai tabir surya saat ada di bawah matahari.

Penapisan (skrining) kanker payudara jangka panjang setelah radioterapi perlu dipertimbangkan bagi wanita yang telah menjalani radioterapi pada payudara, khususnya pada mereka dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga. Pria juga mungkin terkena dan perlu mempertimbangkan penapisan jika ada riwayat kanker payudara di keluarga. Kanker tiroid juga lebih sering dijumpai setelah radioterapi daerah leher.

Efek jangka panjang lainnya, contohnya terhadap paru-paru, terjadi karena jaringan parut, yang timbul saat jaringan mulai sembuh setelah radioterapi.

     

Bagaimana menjalani radioterapi

Ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghilangkan atau meringankan efek samping radioterapi. Contohnya:

Mual dan muntah: obat anti muntah (anti-muntah) modern sangat efektif, dan membantu jika diberikan sebelum masa pengobatan. Ada berbagai anti-muntah, dan beberapa bekerja lebih baik untuk beberapa orang dibanding yang lainnya. Karena itu, jika yang satu tidak bekerja, cobalah obat yang lain.

Mulut atau tenggorokan nyeri dan kesulitan menelan: obat kumur hangat dengan soda bikarbonat seringkali membantu. Gigi harus dibersihkan dengan lembut, setiap habis makan untuk mencegah infeksi. Mungkin lebih nyaman untuk tidak mengenakan gigi palsu sesering mungkin. Jika sulit menelan, akan membantu jika makan makanan cair atau setengah padat.

Lelah dan lesu: penting untuk beristirahat cukup. Mungkin perlu istirahat kerja dan menyesuaikan jadwal harian. Meski demikian orang lain dapat melanjutkan hidup secara normal. Setiap orang berbeda.