lilin magazine september

22

Upload: lilin-magazine

Post on 04-Apr-2016

263 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Bebaskan Belenggu, Merdeka Melangkah. Sosok Jokowi-JK, Presiden NKRI 2014-2019, menunjukkan pribadi sederhana yang luwes, tanpa belenggu. Ia tampil merdeka dalam befikir dan bertindak. Tidak ada intervensi dari partai politik bahkan tidak ada "jatah" kursi di kabinetnya. Baru inilah, seorang Pemimpin benar-benar merdeka dalam bekerja. Sejatinya dalam keseharian, dalam setiap profesi dan tanggungjawab, kita mesti bebas dari belenggu dan merdeka melangkah. Ternyata itu bisa terwujud harus dengan pengenalan dan kedekatan kita pada sang Pencipta, Penuntun dan Pemimpin. GB

TRANSCRIPT

Page 1: Lilin Magazine September
Page 2: Lilin Magazine September

|| www.lilinmagazine.com

1 | PENGANTAR

2 | “BEBAS BELENGGU, MERDEKA MELANGKAH”

10| ASA DI PUNDAK JOKOWI

7 | SEPAK BOLA PERDAMAIAN DUNIA

11 | CERITALAH “ T E M P E”

15 | MELAWAN LUPA

17 | MENOLAK LUPA

16 | KOMUNITAS “PECINTA LANSIA”

17 | HARMONI: “Muda Beda, Siap Beraksi”

M E N U K I T A

Tidak ada KESIA-SIAAN yang MENGURAS tubuh kecuali KEKHAWATIRAN, dan orang yang PUNYA KEYAKINAN PADA TUHAN seharusnya merasa MALU kalau masih menghawatirkan sesuatu.

Mahatma Gandhi (1869-1948)

Page 3: Lilin Magazine September

Pengantar

“BEBASKAN BELENGGU, MERDEKA MELANGKAH”

PASCA PEMILIHAN UMUM BULAN LALU, Indonesia terbelenggu dengan hasil quick count yang serba membingungkan. Lembaga survei dengan metode ilmiah tersebut bisa juga “condong” mengabaikan esensi demi kepentingan kelompok tertentu. Demikian pula kuasa untuk menuntut dan menggugat dipamerkan begitu saja, meski akhirnya mendapatkan kekalahan telak.

Sosok Jokowi-JK, Presiden terpilih menunjukkan pribadi sederhana yang luwes, tanpa belenggu. Jokowi dengan tegas mengatakan tidak ada janji politik atau bagi-bagi kursi dengan para partai politik. Ia bahkan menambahkan tidak ada intervensi dari masa lalu dalam masa kepemimpinannya nanti. Jokowi-JK tampaknya menjadi Pemimpin dengan segudang tantangan, namun mereka berhasil menunjukkan kemerdekaannya dalam bertindak. Keduanya bebas untuk berfikir dan bertindak, merdeka dalam menciptakan, menetapkan dan meraih tujuan terbaik sesuai visi dan misinya.

Bebas Belenggu, Merdeka Melangkah, merupakan pokok inti dari setiap pemangku kebijakan baik bagi personal maupun dalam komunitas. Setiap orang adalah penentu untuk tidak mau terikat pada beban masa lalu, atau intervensi orang yang tidak sepaham, demikian pula setiap pribadi berhak untuk menciptakan dan mewujudkan cita-cita luhurnya.

Namun semua itu tidak bisa terjadi begitu saja, seorang guru apa pun itu selalu punya pengajar juga. Seorang pemimpin apa pun itu hebatnya, selalu punya pemimpin ulung juga. Setiap orang harus memilikinya dan yang paling utama adalah pencipta kita.

Dialah yang Mahatau dan Maha Penuntun, sehingga tepatlah yang dikatakan para bijak sepanjang masa. Hanya dengan dekat dengan pemimpin, penguasa atau pencipta kitalah, maka kemerdekaan itu terasa nyata dan bisa dicapai.

Dalam edisi ini, kita juga menghadirkan topik ringan yang terkadang terlupakan namun tetap kita perlukan dalam menjalani keseharian.

Menyimak kisah Komunitas Pecinta Lanjut Usia, yang selalu mengunjungi para Lanjut Usia yang butuh perhatian dan cinta kasih akan menyegarkan jiwa kita dalam mengingat roda waktu yang terus berputar. Penghuni Graha Karya Kasih, di Jalan Mangunsidi adalah para tetua yang sudah mulai rapuh untuk mengharungi kerasnya hidup ini. Mereka telah menua, dan kita pun pasti, tinggal menunggu giliran saja.

Sementara itu, Menolak Lupa akan menyegarkan ingatan kita akan sosok Munir Sipejuang HAM yang masih menyisahkan “titik gelap” sehingga tak ada salahnya kita ingat lagi untuk menyadari arti perjuangan dan keadilan dalam berbangsa dan bermasyarakat.

Selain itu, masih banyak lagi yang menarik, simak dan bacalah dengan sepenuh hati.

Salam

Lilin Magazine

1 || www.lilinmagazine.com

Page 4: Lilin Magazine September

Pemimpin Umum : Shemy Saragih Sekretaris Redaksi : Nony Sinaga, SS Lestari Samosir, S.Pd.

Redaksi :Roy Hutasoit, SS | Azis Matondang, SS | Michael Naibaho, A.Md |Theresia Sipanggkar, SPd. | Lia Simangunsong |Denata Rajagukguk | Elhine Lumbantobing | Firmansyah Tarigan | Fritz Tampubolon |

Website : www.lilinmagazine.comRedaksi : [email protected] oleh : Lilin InstituteMedan 2014 Sumatera Utara, Indonesia

|| www.lilinmagazine.com2

Pertanyaan ini sangat sering kita temukan setiap hari. Rasanya semua harus lekas-lekas dituntaskan, namun seringkali yang terjadi malah berantakan, tak satupun yang tuntuas maksimal. Nah berikut ini ada tips menarik dan sangat mudah untuk dipa-hami dan diaplikasikan. Semoga tidak disia-siakan.

Haloo Sobat produktif semuanyaa.. Kali ini kita ada menu singkat untuk meningkatkan produktifitas dalam setiap usaha mencapai tujuan. HOW TO FOCUS ?

Page 5: Lilin Magazine September

|| www.lilinmagazine.com3

1. Zaman Smartphone & Tablet. Anak anak muda sekarang ternya juga suka baca lho. Jangan keliru. Smartphone & Tablet itu gak Cuma untuk games aja. Hanya saja memang bacaan digital termasuk Majalah Digital masih belum seberapa jumlahnya. Nah dari pada men-judge anak-anak mudah/pelajar gak suka baca sebisa mungkin kita buat magazine digital hadir di masing-masing smartphone generasi penerus itu.

2. Digital Magazine bisa dibaca offline… gak mesti selalu online. Karna ada juga waktunya membaca offline itu lebih nyaman, fokus dan nikmat, gak terganggu dengan ping dan pong sana sini. Tambahan lagi biar gak kelewat panas tuh smartphone, karena selalu aktif semua aplikasinya. Singkat cerita, Lilin Magazine dihadirkan untuk menemani pertumbuhan dan perkembangan anak-anak muda dalam menyongsong masa depan yang lebih berintelektual dan berbudaya baca.

3. Digital Magazine terasa lengkap seperti saat membaca print edition. Untungnya lagi ini jadi lebih praktis, karna bisa dibawa kemana aja, dikoleksi tanpa ruangan khusus dan bisa dibagi-bagikan dengan mudah pula.

4. Nahh.. ada lagi ceritanya loh.. Yang pasti, kita mau anak-anak muda itu tetap bisa menjadi harapan penerus bangsa kita. Jangan bilang Minat Baca Indonesia rendah, tanpa meningkatkan minat tulis-menulis...

Masih pengen tau kan.. tunggu aja Edisi berikutnya ya... See u.. GB

WHY DIGITAL MAGAZINE?WHY LILIN MAGAZINE?

Page 6: Lilin Magazine September

“Bebas Belenggu, Merdeka Bertindak”

Pengantar

Siapa diantara kita yang pernah terbelenggu? Atau siapa diantara kita yang tidak pernah merasa tidak bebas? Anda dan saya tidak mungkin terlepas darinya. Selagi masih hidup tentunya kita sering berhadapan pada situasi tersebut. Apa jadinya bila kita selalu merasa terbelenggu? Ditambah ketidak-merdekaan dalam bertindak? Mari kita temukan juga, seperti apa jadinya bila setiap orang maupun komunitas, bebas dari belenggu dan merdeka dalam bertindak. Setiap diharapkan mendapatkan jawabannya sendiri, lalu membagikannya.

Permenungan ini sering kita temukan namun acap kali kita masih berada dalam jeratannya, sehingga kebiasan-kebiasaan (habits) yang tampak tidak mencerminkan perbuatan atau kebiasaan seorang merdeka.

Bebas Belenggu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), bebas itu berarti lepas sama sekali, tidak terhalang, dan juga berarti leluasa. Merdeka berarti berdiri sendiri, tidak tergantung pada pihak tertentu, sementara istilah belenggu sering digunakan untuk para pesalah, sebagai hukuman atau jerat yang membuatnya tak mampu berkutik sesuai kemauannya.

Sampai dimanakah potensi kebebasan dan kemerdekaan itu?

Potensi maksimal itu bisa keluar apabila seseorang memahami esensi kebebasan dan kemerdekaan dalam kehidupan sehari-harinya. Ini juga berlaku pada komunitas, bahkan pada sebuah bangsa yang besar. Lagi-lagi ini kedengaran begitu sederhana “simple”, namun faktanya banyak negara yang sudah bebas dari penjajahan dan merdeka di hadapan bangsa-bangsa masih begitu sulit berkembang-jauh dari keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Menyederhanakan Kebebasan dan Kemerdekaan

Seorang teman mengilustrasikan kesadaran dan hasil kebebasan dan kemerdekaan itu dengan seseorang yang dimintai menggambar sesuatu di kertas kosong. Begini petikannya, “Buatkanlah rumah terbaik untukku” kata Tuan RS. “Bo leh… aku akan melakukannya Tuann” kata AL dengan tergagap. “ Kalau begitu apa yang kamu perlukan?” tanya Tuan RS. Kemudian ALmembalas cepat,

“Lepaskanlah tanganku dari jeratan tali ini agar aku bebas” tuturnya. Lalu Tuan RS pun segera memerintahkan anak buahnya untuk melepaskanya dan segera meninggalkannya sendirian. AL tampak bersemangat di depan kertas kosong itu.

Tak lama kemudian waktu habis, Tuan RS masuk dan mendapati kerta itu masih kosong. “Dimana rumah terbaik itu?” Dengan tergagap-gapa dan tertunduk, AL menjawab “Apakah Tuan suka ada kubah, atau dengan tiang-tiang mewah? Apakah tuan mau bertingkat atau dengan gaya tradisional? Apakah Tuan ingin menggunakan batu pualam? Atau...”

Suara AL meluap bebas, namun sayang. Kebebasannya ternyata tidak otomatis membuatnya merdeka dalam berpikir dan bertindak. Ia telah mengecewakan si Tuan RS itu.

Seringkali kita juga seperti AL memiliki kebebasan namun tidak bisa menggunakan kemerdekaanya.

Bebas itu ketika terlepas dari himpitan, desakan atau belenggu yang menyakitkan. Sementara merdeka atau kemerdekaan itu berarti kesiapan memelihara diri dari belenggu dan siap melakukan aksi atau tindakan-tindakan menuju maksimalitas.

Lalu apa bedanya? Bebas itu berupa keinginan terbesar untuk lepas dari ketidaknyamanan. Ini tampak lebih mudah karena seringkali betautan dengan fisik. Lalu merdeka berupa daya kemampuan menggunakan kebebasan untuk hal-hal yang sungguh membuatnya nyaman dan lebih bernilai guna.

Singkat cerita sumber daya manusia terus menerus mengalami tantangan yang beragam namun yang paling utama adalah tantangan dari dalam dirinya sendiri. Bebas belenggu dan merdeka bertindak, seyogyanya merupakan cerminan pribadi kita semua, namun sedihnya melihat kenyataan bahwa dalam satu hari saja kita kerap kali menjadi orang yang terbelenggu dan tidak merdeka dalam meciptakan hal yang terbaik.

Tetapi ini bukanlah masalah kita saja sebab dari jaman Musa pun, belenggu itu telah ada. Dalam sejarah-sejarah perkembangan Israel, dosa merupakan sebuah belenggu yang menghambat hingga seseorang yang telah dibebaskan sekalipun tetap didera ketidakmaksimalan.

Merdeka adalah milik kita semua, namun kita harus menerima, dan selalu mendekat pada Tuhan Pencipta kita.

4|| www.lilinmagazine.com

Page 7: Lilin Magazine September

MERDEKA DALAM BUKU ABADI

Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. (1 Petrus 2:16)

Banyak dari antara kita telah bebas, namun belum merdeka sehingga lambat dalam bertumbuh dalam kematangan karakter. Dalam Kitab Kehidupan, ini dikenal dengan istilah bayi-bayi rohani.

Ibrani 5: 12 14: Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas- asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang -orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.

Bayi -bayi rohani adalah mereka yang hanya masih suka pada firman -firman Tuhan yang ringan-ringan saja. Misalnya, firman yang bersifat berkat, mujizat dan kesembuhan. Mereka tidak menyukai bahkan cenderung membenci firman- firman yang keras yang bersifat teguran dan penyucian. Tetapi orang- orang dewasa rohani akan menyukai semua bentuk firman Tuhan, apakah itu itu firman yang bersifat berkat terlebih lagi bersifat teguran.

Bebas itu bisa jadi hasil usaha, juga bisa berupa pemberian keringanan. Akan tetapi “kebiasaan-kebiasaan saat berada dalam belenggu” bisa jadi bumerang yang menghalangi dan mengaburkan arti kemerdekaan yang seharusnya. Banyak orang merdeka tetapi masih tinggal dalam pola pikir orang tawanan, banyak yang menganggap dirinya telah merdeka, tetapi tidak menunjukkan “keberhasilan” yang berarti, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi Tuhannya.

Merdeka itu hanya bisa dimiliki dengan mendekatkan diri pada kebenaran dan pengetahuan, pada para bijaksana yang tentunya lebih terutama pada pencita, Tuhan yang Mahasegalanya.

5

Roma 7 :19-20

Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bun lagi aku yang meper-buatnya, tetapi dosa yang di di dalam aku.

CIRI CIRI ORANG YANG TERBELENGGU

Rom 7 :15

Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.

|| www.lilinmagazine.com

Page 8: Lilin Magazine September

|| www.lilinmagazine.com6

Bukan juga karena dijanjikan jabatan. Tetapi didorong rasa tulus untuk bangkit dari keterpurukan.Bila disim-pulkan, rasa tulus yang mendorong itu lahir hanya dari satu kata : harapan.Harapan yang membuat kita berger-ak tanpa diminta. Bekerja tanpa dibayar. Berjuang un-tuk kebaikan bersama.Harapan untuk hidup yang lebih baik di bawah kepemimpinan sosok sederhana. Sosok yang bekerja untuk menumpuk rupiah. Tetapi untuk melayani.

Bukan karena harapan itu tak mendiami setiap hati berpuluh tahun sejak kita merdeka dari penjajah-an. Hanya, harapan itu kerap dibunuh sebelum tumbuh berkembang. Dibunuh oleh pemikiran yang dilestarikan untuk pembodohan bangsa. Salah satu pemikiran yang ditanamkan pada kita untuk melakukan pembodohan adalah ‘negara ini diatur oleh uang’ Maka tak heran, banyaknya uang kerap menjadi penentu dalam setiap mengambil keputusan. Juga menjadi penentu apakah kita berhak bermimpi atau tidak. Namun Jokowi hadir membawa perubahan. Beliau membuktikan bahwa uang bukan segalanya untuk mencapai puncak tertinggi dari impian. Lahir dari keluarga yang sederhana, beliau ber-hasil menapaki mimpi dengan menjadi pengusaha meb-el. Yang menarik, gaya hidupnya tak berubah. Malah, sosoknya yang sederhana – gaya hidup yang bahkan bisa dipraktekkan setiap orang – itulah yang membuat juta-an rakyat berani memutuskan untuk menitipkan harapan pada beliau. Dengan keyakinan, harapan mereka tak akan diperjualbelikan.

ASA DI PUNDAK JOKOWI

|| www.lilinmagazine.com

Kehadiran Pak Joko Widodo di pentas politik nasional negara kita, melahirkan banyak fenomena. Selain membuktikan bahwa politik bukan melulu soal jual-beli suara, Joko Widodo yang akrab disapa dengan nama Jokowi ini, memberi kekua-tan bagi generasi muda untuk meraih mimpi.Tentu kita tahu, sebelum kehadiran Jokowi, kita tak asing lagi mendengar bila pemilu tiba – baik pemilihan kepala daer-ah, pemilihan anggota legislatif, pemilihan presiden – politik uang pun meruak ke permukaan. Suara rakyat – yang katanya suara Tuhan – diperjualbelikan.

Memang, kehadiran beliau tidak serta merta menghentikan praktek jual-beli su-ara. Di beberapa tempat, hal ini masih saja terjadi. Tetapi ada satu fenomena yang mengikuti saat Jokowi menginjakkan kaki di panggung politik nasional : gelombang antusias masyarakat menjadi relawan.Jokowi tidak menggunakan uang untuk memobilisasi masyarakat agar bergerak mendukungnya. Seperti yang sering kita dengar dalam beberapa kesempatan, Pak Jokowi kerap mengatakan bahwa dia bukan siapa-siapa. Bukan konglomerat. Bukan juga elit partai politik. Namun, justru status ‘bukan siapa-siapa’ itu, yang menggerakkan hati jutaan rakyat Indo-nesia. Yang akhirnya mendorong mereka untuk turut berpartisipasi menyumbang dana kampanye – salah satu fenomena yang tercatat untuk pertama kali dalam sejarah.Apa yang mendorong masyarakat untuk menyumbang? Padahal dalam pemilu lainnya mereka harus dibayar.Tentu jawabannya bermacam-macam. Hal ini tak lepas dari kenyataan kalau mereka menyumbang bukan karena dikomando.

“Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan

diri, ia akan ditinggikan”

-Buku Kehidupan

Oleh Mikael Naibaho

Page 9: Lilin Magazine September

7

“Olahraga adalah alat untuk meng-komunikasikan nilai-nilai, yang men-dorong kebaikan manusia dan berkon-tribusi untuk membangun masyarakat yang lebih damai dan persaudaraan. Mari kita berpikir tentang kesetiaan, ketekunan, persahabatan, berbagi dan solidaritas. “

--Paus Fransiskus--

Belum lama ini, Kantor Radio Vatikan berper-an sebagai pembawa acara untuk Pertand-ingan Antaragama untuk Perdamaian (Inter-religious Match for Peace), yang digelar di Roma Stadio Olimpico.

Pertandingan menampilkan pemain masa kini dan masa lalu yang mewakili budaya dan agama yang berbeda: Buddha, Kristen (Ka-tolik dan Protestan), Yahudi, Hindu, Muslim dan Shinto.

Acara ini, yang diusulkan oleh Paus Fransis-kus ini, diselenggarakan oleh inisiatif Scholas Occurrentes dan Italia Fundazione PUPI, dan bertujuan untuk menyatukan para pengge-mar dan pemain dari semua wilayah dunia dan agama, melalui berbagi cinta olahraga mereka, di saat penuh persatuan dan sol-idaritas dalam mendukung perdamaian dunia.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB yang berba-sis di Roma juga bermitra dengan acara tersebut. “Pencegahan dan penyelesaian konflik merupakan pusat dari tujuan pemberantasan kelaparan dan kekurangan gizi. Memang, tanpa kedamaian tidak akan ada akhir kelaparan, dan tanpa mengakhiri kelaparan, tidak mun-gkin ada perdamaian,” kata Direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva .

Hasil dari acara tersebut akan diberikan kepada proyek “Un’alternativa di Vita”, yang mendukung anak-anak miskin di Buenos Aires.

Mantan pemain nasional Argentina Javier Zanetti, yang sekarang menjabat Wakil Presiden Inter Milan berbicara tentang asal usul proyek ini.

“Ketika saya berbicara dengan Paus Fransiskus tentang proyek ini, itu merupakan keprihatinan besar bagi kita untuk melakukan sesuatu bagi perdamaian dunia,” kata Zanetti. “Saya pikir fakta bahwa begitu banyak bintang sepakbola yang telah bergabung, dapat membuat sepak bola profesional untuk mendukung perdamaian. Meskipun permainan ini mengumpulkan uang untuk tujuan amal, hal yang paling penting yang kita ingin lakukan adalah menyebarkan pesan Paus perdamaian kepada dunia. “

“Sepak Bola Perdamaian Dunia”

* Kristinus Munthe

|| www.lilinmagazine.com

Page 10: Lilin Magazine September

|| www.lilinmagazine.com7

Page 11: Lilin Magazine September

Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya,

Adalah ketika dia mulai mencitai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata “aku turut berbahagia untukmu”

Apabila cinta tidak bertemu, bebas-kan dirimu, biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi.Kamu mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan cinta dan kehilangannya.

Kahlil Gibran

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan keinginanya, melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah bagaiaman dalam perjalanan ke-hidupan.

Kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada,

Cintamu akan tetap di hatinya, sebagai penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup yang telah kamu buat.

|| www.lilinmagazine.com78

Page 12: Lilin Magazine September

Oleh Vinsensius Sitepu *

|| www.lilinmagazine.com9

Masa lanjut usia (lansia) merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap orang dalam tahapan perkembangan kehidupan. Tidak dapat dipungkiri saat seseorang memasuki usia lanjut terjadi banyak perubahan, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Perubahan inilah yang turut mempengaruhi suasana perasaan, aktivitas,mental dan sikap lansia sehari-hari. Ada sebagian lansia yang memandang usia tua sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga bereaksi dengan sikap pasrah, pasif, dan cenderung putus asa. Ada juga yang mampu beradaptasi dengan usia tua dan menerima segala perubahan yang terjadi sehingga bereaksi dengan sikap ceria dan bersemangat.

Setiap orang tentunya mengharapkan kehidupan yang indah dan bahagia dihari tuanya, merasakan kegembiraan bersama anak yang telah dibesarkannya dan keluarganya serta harapan bersukacita sebelum kembali akhirnya menghadap sang Khalik. Seperti teladan Simeon dan Hana yang taat kepada Allah hingga akhir hidup mereka dan sungguh bersukacita karena telah bertemu dengan Yesus, bayi Sang Juruselamat (Lukas 2:21-40).

Ya, para lansia perlu bertemu dengan Yesus yang mungkin saat ini ada dalam bentuk belas kasih sayang dan kepedulian dari kita saudara- saudari mereka. Namun, harus diakui dengan adanya pengaruh globalisasi yang semakin kuat, banyak orang semakin sibuk dengan diri sendiri sehingga kepedulian terhadap sesama semakin berkurang. Banyaknya para lansia yang harus tinggal di panti lansia merupakan suatu gejala bahwa manusia pada zaman ini lebih memilih hal yang praktis dibanding kesediaan mereka tinggal bersama dan memperhatikan para lansia tersebut. Namun apakah mereka seutuhnya bahagia tinggal dalam kondisi demikian? Mungkin perlu dikaji ulang. Satu hal yang mungkin sulit didapatkan adalah belas kasih dan kepedulian dari orang lain. Para lansia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan interaksi, teman berbagi dan bercerita, tidak cukup dengan terpenuhinya asupan makanan/minuman dan pengobatan saja.

Keberadaan Komunitas Sant’Egidio Medan sebagai komunitas awam Katolik yang

  KOMUNITAS SANT’ EGIDIO, “PECINTA”PARA LANSIA

Oleh Betty Manurung

 

Page 13: Lilin Magazine September

 

 

peka akan situasi ini. Berawal dari kondisi Modesta (seorang lansia yang wafat di Stasiun Termini, Roma, tubuhnya habis digerogoti tikus akibat dilalaikan dan tidak dipedulikan oleh sesama) serta begitu banyak lansia lain yang tidak dihiraukan, maka Komunitas ini merasa memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan kebutuhan rohani dan psikologis para lansia. Walau kondisi lansia di negara ini belum terlalu memprihatinkan seperti kondisi lansia di Eropa, namun dirasa perlu juga memperlakukan lansia sebagaimana harkat dan martabat mereka sesungguhnya.

Komunitas Sant’Egidio Medan juga senantiasa berusaha berbagi kasih dengan para lansia, dengan melakukan kunjungan rutin ke Panti Lansia Karya Kasih di Jalan Mongondisi Medan, setiap hari Jumat mulai pukul 17.00 WIB. Dalam beberapa tahun perjalanan pelayanan ini, adanya ikatan kuat antara lansia (yang akrab dipanggil dengan oma/opa/oppung) dengan teman- teman dari Komunitas Sant’Egidio. Tidak banyak yang dilakukan oleh Komunitas kepada lansia, hanya dengan berbagi cerita bersama baik suka maupun duka, bernyanyi, bermain games,

|| www.lilinmagazine.com10

berdoa, dan penyuluhan kesehatan. Namun, waktu yang kami habiskan bersama selama kurang lebih 2 jam setiap minggu tampaknya membangkitkan semangat dan pengharapan yang baru bagi lansia. Hal ini secara langsung diungkapkan oleh oma dan opa seusai kami melakukan pelayanan dan adanya kepuasan tersendiri bagi kami melihat kegembiraan yang terpancar dari raut wajah mereka. Seperti salah satu penuturan seorang lansia, Oma Laura, yang sangat menyukai lagu-lagu lawas ala zaman dulu ini mengatakan “Saya senang dengan kehadiran kalian yang membuat saya bersemangat kembali dan menemukan sahabat baru serta keluarga baru.” Sama halnya dengan penuturan opung Pardede, seorang lansia yang sudah lama menderita tuna netra namun memiliki semangat hidup yang tinggi mengatakan “Bila mendengar suaramu, hatiku bergembira, walau aku tak bisa melihat paras wajahmu, namun aku tahu bahwa kalian anak-anak yang baik dan tetaplah menjadi baik.” Nah, kalau Opung Simbolon, seorang lansia yang terbiasa berbahasa batak toba dikenal sebagai sosok yang pendiam, mungkin karena keadaan fisiknya yang lemah diatas kursi roda. Beliau senang bisa ikut bernyanyi bila sahabat komunitas mengajak bernyanyi lagu batak toba,

Saya senang dengan kehadiran kalian yang membuat saya bersemangat kembali dan menemukan sahabat baru serta keluarga baru.

Oma Laura“

Page 14: Lilin Magazine September

|| www.lilinmagazine.com

dan mengatakan “Mauliate ma hupasahat tu hamu ala haroromu mamereng ahu, las hian rohakku alai adong donganhu.”

Ungkapan ini menjadi motivasi bagi kami untuk semakin semangat melayani, karena mereka sangat mengharapkan perhatian dan kehadiran kami menjadi sahabat bahkan menjadi keluarga mereka. Karena mungkin mereka tidak terlalu sering dikunjungi oleh saudara atau sahabat mereka. Melalui kunjungan sahabat komunitas, para lansia ini benar- benar bersemangat kembali seperti menemukan oase baru di padang gurun. Cerita, nyanyian hingga kisah mereka saat masih muda merupakan sarana yang pada akhirnya memberi kedekatan dan jalinan persaudaraan antara yang melayani dan dilayani. Oma Laura, Oma Marta, Oma Susilawati, Opa Hendro, Oppung Pardede, Oppung Simbolon, Oppung Sihaloho, Opa Tjandra dan masih banyak lagi nama lain yang senantiasa setia menanti kedatangan Komunitas ini setiap hari Jumat.

Tawa canda dan senyuman terlihat menghiasi wajah mereka saat kami bertukar cerita lucu dan pengalaman masa lalu yang menyenangkan, seperti kisah jatuh cinta, mencintai dan dicintai, mendapat penghargaan pada masa muda,dll. Saat bernyanyi bersama terpancar semangat mereka, apalagi saat lagu tembang kenangan didendangkan, kadang mereka berjoget bersama. Saat mendengarkan penyuluhan kesehatan, mereka terlihat serius dan antusias. Namun, kadangkala terlihat raut wajah sedih saat mereka bercerita tentang pengalaman pilu, seperti kisah ditinggal oleh pasangan hidup karena meninggal

maupun bercerai, merasa diabaikan oleh anak maupun keluarga, stress karena banyaknya masalah hidup, kisah bencana yang pernah menimpa keluarga, dan masih banyak lagi. Mereka benar- benar menganggap sahabat komunitas seperti anak atau cucu mereka, semua hal mereka ceritakan karena mereka merasa ada kedekatan dan persaudaraan dengan teman- teman komunitas. Bahkan hingga sebelum ajal menjemput misalnya; dengan yang terjadi pada Opa Simon, beberapa opa/oma ini mengajak teman- teman komunitas untuk mengunjungi dan setidaknya memanjatkan doa serta penghormatan terakhir.

Semua kisah ini menjadi pengalaman berharga bagi kami. Kehadiran para lansia harus diakui sebagai anugerah. Bagaimana pun kehadiran para lansia tetap memberikan sumbangan bagi generasi zaman ini khususnya bagi anak muda untuk menemukan kembali makna utama hidup. Berkat pengalamannya para lansia

mampu menjadikan masyarakat dan kebudayaan lebih manusiawi dan sangat berharga.

Kadang kita sebagai umat manusia yang tinggal dalam modernitas jaman ini sering mudah putus asa, menganggap diri tidak berguna, dan selalu hanya berfokus pada individualisme. Kita lupa bahwa diri kita sebenarnya haruslah menjadi perantara kedatangan Tuhan bagi sesama. Kita telalu menutup diri dengan persoalan- persoalan kita, sehingga kita lupa bahwa perhatian dan kepedulian adalah salah satu bentuk kedatangan Tuhan bagi Simeon dan Hana jaman ini. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan mulai dari mengasihi dan menyayangi orang tua kita sendiri, juga peduli dengan para lansia yang terpenjara dalam tembok pemisah.

Marilah kita membuka mata dan berbelas kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca, dan sahabat Komunitas.

Salam. Spirit Sant’Egidio Medan!

 

Terima kasih, aku sampaikan kepada kalian, karena sudi mengunjungiku, Hatiku sangat senang, karena ada yang menemani.

“ 11 || www.lilinmagazine.com

Page 15: Lilin Magazine September

Sebenarnya cerita ini saya dengar dari seorang hamba Tuhan di Surabaya yang menceritakan pengalaman seorang ibu penjual tempe di Jawa Tengah. Ceirtanya simpel namun sungguh unik dan menarik untuk disimak.

Pagi itu Bu Siti, sedang bersiap-siap untuk berangkat ke pasar menjual tempe-tempenya. Ia membuatnya sendiri sehing-ga ia tau benar kualitasnya. Namun pagi itu, ketika mengecek, bungkusan itu masih belum menjadi tempe. Masih terlalu keras layaknya kacang kedele setengah masak.

Ibu itu pun tak habis pikir, kenapa bisa begitu? Padahal semua metodenya yang bi-asa ia lakukan tak ada yang terlewatkan. Ia jadi tertanya-tanya, dan tak kunjung men-emukan jawabannya. Ibu Siti sangat sedih hati, sebab jika tempe tersebut tidak jadi, berarti ia tidak akan mendapatkan uang. Padahal mata pencahariannya si Ibu han-yalah menjual tempe saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dalammm suasana hati yang sedih, Siti mencoba memikirkan suatu cara. Ia mulai teringat pada firman Tuhan yang menga-takn bahwa Tuhan dapat melaukan perka-ra-perkara ajaib. Dalam hati, ia berbisik-bisik, “ Bagi Tuhan tiada yang mustahil”.

Lalu ia pun tumpang tangan di atas tum-pukan bakul tempe-tempenya. “ Bapa di Surga aku mohon kepadaMu agar kedele ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus. Amin. Ibu Siti memang seorang yang rajin beribadah, dengan jalan hidup benar diha-dapan Tuhan sehingga ia yakin dan percaya pasti Tuhan menjawab doanya.

Lalu dengan tenang ia menekan-nekan dengan ujung jarinya. Di tekan-dan dite-kan lagi, ia mencoba memastikan lewat jemarinya, eh malah deg-degaan (jantun-gan). Perlahan ia mulai membuka sedikit bungkusan untuk melihat mujijat kedelei berubah menjadi tempe, dan tau apa yang terjadi? Dengan kaget ia mendapati bahwa kedelae tersebut masih tetap kedele!

Si Ibu tidak kecewa. Ia berpikir bahwa mungkin doanya kurang jelas didengar Tu-han. Lalu kembali ia tumpang tangan di atas batangan kedele tersebut. “ Bapa di surga, aku tahu bahwa bagiMu tiada yang

T E M P E

|| www.lilinmagazine.com

Ceritalah

12

mustahil. Tolonglah aku supaya hari ini aku bisa berdagang tempe karena itulah mata pencaha-rianku. Aku mohon dalam nama Yesu jadilah ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus, Amin.

Dengan iman iapun kemabli membuka sedikit bungkusan tersebut. Lalu apa yang terjadi ? Den-gan kaget ia melihat bahwa kacang kedele terse-but--- masih tetap begitu…!

Sementeara hari semakin siang dimana pasar tentunya akan semakin ramai.

Karena ia memang adalah orang beriman, maka ia tetap yakin dan optimis bahwa mujijat itu pasti terjadi. Ia pun bersiap-siap berangkat membawa bakul tempe setengah jadi itu. Sebelum beran-jak, ia pun menyempatkan lagi berdoa dan men-umpangkan tangan.” Bapa di surga, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau akan mengadakan mujijat buatku. Dalam nama Yesus, Amin.” Lalu ia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan ia tidak lupa menyanyikan beberapa lagu puji-pujian.

Tidak lama kemudian sampailah ia di pasa. Dan seperti biasa ia mengambil tempat untuk menggelar baang dagangannya. Ia begitu yakin bahwa tempepnya sekaran pasti sudah “jadi”. Lalu ia pun membuka keranjanganya dan pelan-pelan meraba dan menekan bungkusan itu. Perlahan-lahan, ia mulai membuka bungkusan dan melihat isinya. Apa yang terjadi ??? Ternyata tempe-tem-penya benar-benar belum jadi!

Si Ibu menelan ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak adil. “Oh Tuhan… apakah Tuhan tidak kasihan kepadaku?” Ia memang mengandalkan hidup dari berdagang tempe saja. Ia pun tampak lesu, dan membiarkan tempe-tempe setengan jadi itu dalam bakulnya. Begitulah dan waktu pun terus berjalan, matahari semakin siang. Lalu lalang di pasar mulai tampak sepi. Siti melihat kiri dan kanan, dagangan teman-temannya sesama penjual tempe sudah hampir habis. Yaa.. tampak hanya beberapa lagi yang tersisia. Sementera… miliknya masih utuh dalam bungkusan. Ia pun semakin sedih dan tertunduk lesu. Seperti tidak sanggup menghadapi kenyat-aan pahit hari itu. Ia hanya bisa termenung den-gan rasa kecewa yang sangat dalam. “Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil kan? Masa membuat tem-pe setengah jadi pun Tuhan gak mau?” Tuturnya membatin. Ia sangat kecewa kepada Tuhan. Tidak ada cerita lain, dalam bayangannya pagi itu ia akan

Oleh Rina Ariani Tedja

Page 16: Lilin Magazine September

12

pulang tanpa uang sepeser pun.Tiba-tiba, suara setengah tergesa-

gesa mengejutkannya. “Bu… ! Maaf yaaa.. saya mau tanya. Apakah ibu menjual tempe yang belum jadi? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya. “ Seketika itu si Ibu terperangah. Ia kaget. Sebelum ia menjawab sapaan wanita di depann-ya itu. Dalam hati cepat-cepat ia ber-doa. “Tuhan… saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku tidak butuh itu lagi. Biarlah daganganku ini tetap seperti semula. Dalam nama Yesus, dalam nama Yesusu, Amin”.

Tapi kemudian, ia tidak berani menjawab wanita itu. Ia berpikir jan-gan-jangan selagi ia duduk-duku ter-menung tadi, tempenya sudah jadi. Lalu dengan dengan posisi ragu-ragu menjawb wanita itu. Bagaimana ni ya.. Kalau aku katakan iya, jangan-jan-gan tempenya sudah jadi. Siapa tahu tadi sudah terjadi mujijat Tuhan?”.

Ia kembali berdoa dalam hatinya.. “ Ya Tuhan.. biaralah tempeku ini

tidak usah jadi tempe lagi. Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli. Tu-han tolonglah aku kali in. Tuhan den-garkanlah doaku ini..” ujarnya berkali kali.

Lalu sebelum ia menjawab wanita itu, ia pun membuka sedikit daun pe-nutupnya. Lalu apa yang dilihatnya saudara-saudara..? Ternyata… ternya memang benar tempenya belum jadi! Haghaa.. Ia bersorak senang dalam hatinya, Puji Tuhan- Puji Tuhan katan-ya bersemangat.

**Singkat cerita wanita tersebut

memborong semua dagangan si ibu itu. Sebelum wanita itu pergi, dengan penasaran dan sedikit malu-malu ia bertanya pada wanita itu. Ternyata anak si Ibu pembeli itu rindu dengan tempe Surabaya- tempe asli perkam-pungan. Maka tempe yang belum jadi-lah yang akan dia kirimkan agar bisa tetap bagus setibanya di sana.

13

Page 17: Lilin Magazine September

Sepuluh tahun sudah, tepatnya 07 September 2004 silam, Munir Said Thalib Al-Kathiri atau yang lebih dikenal dengan nama Munir dinyatakan tewas dalam penerbangan Garuda Indonesia Airlines dengan nomor penerbangan GA 974 dari Jakarta menuju Amsterdam. Munir adalah seorang keturunan Arab kelahiran Malang 08 Desember 1965 dikenal sebagai aktivis HAM Indonesia yang sangat berani dalam visinya menegakkan keadilan HAM di Indonesia. Kita tentu tidak melupakan jabatan terakhir beliau sebagai Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Nama Munir sendiri mulai dikenal sejak dia menjabat sebagai Dewan Kontras yang saat itu berjuang untuk membela korban dan keluarga korban penculikan Tim Mawar oleh Kopassus yang akhirnya menyeret nama Prabowo Subianto yang berujung pemecatan.Sejatinya Munir akan melanjutkan studi S-2 bidang Humaniter di Universitas Utrecht, Belanda. Pesawat Garuda Indonesia yang membawa Munir berangkat sekitar pukul 21.30 WIB dari Jakarta. Di atas pesawat kebanggaan Indonesia inilah cerita hidup Munir berakhir sekaligus memulai reka-teki tentang apa dan bagaimana nyawa suami Suciwati ini direnggut ajal dengan cara yang tidak wajar. Fakta yang belum, atau mungkin tidak akan pernah terungkap, misteri hidup munir hingga kontroversi bahkan reka-reka konspirasi dibalik kematian Munir. Pihak Kepolisian Republik Indonesia telah melakukan penyelidikan atas kasus kematian Munir. Pertemuannya dengan Pollycarpus Budihari Priyanto ditengarai sebagai awal dimulainya teka-teki kematian Munir. Selanjutnya, pertemuan itu juga yang dijadikan bukti awal anggapan bahwa Munir memang sengaja dibunuh, bahkan lebih jauh, tujuan pembunuhan atas munir merupakan

suatu tindakan mental yang mencoba membunuh semangat penegakan HAM di Indonesia. Pollycarpus yang saat itu bekerja sebagai pilot Maskapai Garuda tapi sedang tidak bertugas dan ikut sebagai penumpang ke Singapura sebagi titik transit. Di atas udara Jakarta menuju Singapura itulah muncul dugaan kuat bahwa Pollycarpus memberikan racun kepada Munir melalui minuman hingga membuatnya meninggal sebelum pesawat Garuda Indonesia yang dipimpin oleh Kapten Pantun Matondang mendarat di Schipol, Belanda.

Di tengah duka sepeninggal Munir, negeri ini justru kembali dilanda duka. Duka yang bukan hanya berada di zona mental, tp justru berupa teror fisik secara lebih terbuka yang lagi-lagi merontokkan kegagahan bangsa ini. Sebuah bom meledak 2 hari setelah kematian Munir, tepatnya 09 September 2004 sekitar pukul 10.30 WIB di Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia di daerah Kuningan, Jakarta. Bom ini menjadi lebih dikenal dengan nama Bom Kuningan sesuai nama

MELAWAN LUPA, MEMPERJUANGKAN HAK MUNIR SI PEJUANG HAM

Oleh Zakharia Ginting, S.S.

14 || www.lilinmagazine.com

Page 18: Lilin Magazine September

kematian pejuang HAM Indonesia ini. Penyelidikan yang sudah dilakukan seperti berputar-putar tanpa arah dan hanya sebatas gaung opini tanpa tindakan dan langkah konkrit. Bangsa ini memang telah kehilangan Munir si pejuang yang telah menghabiskan waktunya untuk memperjuangkan keadilan HAM di negeri seribu pulau ini, tapi demi penegakan keadilan dan HAM, kita tentunya berharap pemerintah mengambil sikap tegas untuk melakukan penyelidikan guna mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi di balik kematian Munir. Sebagai pejuang HAM, Munir tentunya punya hak untuk mendapat keadilan walau hanya sebagai warisan untuk membuktikan bahwa negara menjaga dan melindungi Hak Asasi Manusia di Indonesia dan sebagai apresiasi pemerintah atas perjuangan Munir.Sepuluh tahun juga tragedi Bom Kuningan sudah mengguncang hubungan Australia dan Indonesia. Seperti kasus kematian Munir yang masih terus mencari jalan untuk mengungkap fakta, demikian Bom Kuningan, korban dan keluarga korban merindukan penegakan hukum yang menjamin warganya untuk hidup tenang tanpa rasa takut terhadap serangan-serangan terorisme dari pihak manapun.Semoga pemerintahan yang baru dibawah kendali Joko Widodo dan Jusuf Kalla memiliki nafas yang panjang untuk bertahan bahkan lebih bekerja keras untuk mewujudkan dambaan masyarakat akan hidup yang tenteram, adil dan makmur.Salam Indonesia…

tempat kejadiannya. Entah sekedar serangan terorisme tanpa arah, atau mencoba mengganggu stabilitas politik hubungan bilateral Indonesia dan Australia, atau justru disengaja dibuat sebagai sebuah agenda pengalihan perhatian pemerintah dan publik tanah air atas kasus kematian Munir. Dugaan lain justru muncul bahwa serangan ini juga berencana untuk memperburuk stabilitas nasional menjelang Pilpres 2004 dengan membawa Australia masuk dalam putaran gelombang masalah dalam negeri. Apapun itu, Bom Kuningan telah menjadi sebuah tragedi yang merenggut nyawa 9 (Sembilan) orang menurut catatan Pemerintah Indonesia, dan 11 (Sebelas) orang menurut catatan Pemerintah Australia.Pengeboman ini di duga dilakukan oleh kelompok teroris Jemaah Islamiyah yang dipercaya dilakukan oleh seorang pelaku bom bunuh diri Heri Kurniawan alias Heri. Pihak Kepolisian Republik Indonesia telah menangkap 4 (Empat) orang pelaku lain yang di duga ikut terlibat dalam prencanaan pengeboman itu. Keempatnya ditangkap di Kampung Kaum, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan 2 (Dua) tersangka tersebut dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Indonesia pada tanggal 05 November 2004.Kasus ini memang sudah berlangsung 10 tahun tapi hubungan Indonesia dengan Australia seperti dibayangi syndrome saling tidak percaya. Hal ini terbukti dari penyadapan yang dilakukan oleh pihak Australia terhadap pihak Indonesia beberapa waktu yang lalu. Dalam hal ini, Australia mengaku bersalah dan sebagai bangsa yang baik, Indonesia tentu langsung memberikan maaf kepada pemerintah Australia. Memang tidak ada bukti kuat penyadapan itu dilakukan Australia sebagai wujud rasa takut terhadap aksi terorisme yang seperti tidak ada matinya di Indonesia, tapi sekali lagi, bayang-bayang ketakutan masih berada dekat di benak pemerintah dan warga kedua negara. September 2014, kasus kematian Munir tetap menjadi tanda tanya karena sampai saat ini belum terungkap fakta yang otentik yang menjadi motif dibalik kematiannya. Hukum, penegak hukum dan proses penegakan hukum di negeri ini seperti tidak serius untuk menguak misteri

15 || www.lilinmagazine.com

Page 19: Lilin Magazine September

3. Bangun lama-lama. Yang dingat sensasi tidur aja. Sebagian lagi bingung tidak tahu mau ngapain.4. Suka menerima. Menerima apa saja, semua yang baik ataupun yang buruk. Ujung-ujungnya hanya mengeluhkan, ahhh… nasib-nasib. 5. Jarang beribadah. Beribadah itu berarti menghormati Tuhan yang ia anggap paling penting. Nah kalau Tuhan aja gak dianggap begitu penting, yaa ibadah akan bolong kan. Tapi ada juga yang bilang, Ibadah itu kan gak mesti ke gereja atau masjid. Ia.. tapi intinya orang malas tidak tau meng-hargai sesuatu. 6. Cepat-cepat menyalahkan orang lain atau sekitarnya. Sebentar.. akh panas kali. Adoh hujan. Gara-gara dialah, gara-gara kaulah. Gak sadar-sadar juga, ia keliru bahwa perspektif dan pola pikirnyalah yang salah menyimpulkan. 7. Takut akan perubahan. Merasa nyaman dengan … tapi mengharapkan hasil yang berbeda dalam realitas.

Nah itu dia, 7 diantaranya yang bisa disingkirkan disetiap hari hari kita.

So... Segeralah beralih jikamenemukannya. Jangan lupa- menolak lupa.

Banyak orang yang menemukan rahasia kesuksesan. Ada yang telah kesekian lama, ada pula yang baru saja menemukannya. Ada 100 bahkan ribuan. Namun tak jarang kebiasan-kebiasaan yang dilakukan justru berlawanan dengan kebiasaan sukses yang seharusnya.

Banyak jalan ke Roma merupakan petuah bagi calon para sukses. Namun sayangnya karena begitu banyaknya, kadang kita lupa sedang berada di jalan yang mana kita sedang berada.

Nah MARI KITA chek, kalau ada dari antara 7 item berikut ini yang sering kita lakukan, berarti kita sedang be-rada pada jalan yang salah.

Semoga saja semakin sensitif menge-nali dan mengelolanya.

1. Tidur larut malam. Ngapain aja? Keasikan surving di internet atau kongkow-kongkow saja? Ngabisin tenanga dan biaya kan. Orang gagal itu termasuk tidak bisa atur waktu istrihat.2. Telat atau malas makan. Kalau gak makan dapat energi darimana ? Orang gagal itu emang suka buang energi, tapi malas masukin atau nam-bahin energi.

|| www.lilinmagazine.com16

7 KEBIASAAN NEGATIF YANG SERING KALI KITA LAKUKAN.

Yuk.. Hentikan Segera

Page 20: Lilin Magazine September

|| www.lilinmagazine.com17

Berbicara tentang masa muda tidak lepas dari karya, karena masa muda adalah masa paling produktif untuk mengekspresikan potensi yang dimi-liki manusia. Masa muda adalah masa yang penuh dengan tantangan dan aksi-aksi yang kreatif. Semua manu-sia tentu pernah melewati masa itu. Banyak kejadian yang dialami, mis-alnya menjadi idola di sekolah karena pandai merangkai kata menjadi puisi yang indah, ada juga yang mempun-yai banyak penggemar karena memi-liki talenta dalam bidang musik, me-nari, menulis, bernyanyi, olahraga dan masih banyak lagi.

Talenta, diberikan Tuhan kepada setiap manusia meski dalam jenis

yang berbeda-beda. Tentu sangat bijak jika telenta yang dimiliki dapat dipergunakan sebaik mungkin dan bermanfaat bagi orang-orang disekitar kita. Nah kita juga punya teman muda yang penuh bakat dalam musik. Baru-baru ini namanya melesat di putaran kota Medan. “H a r m o n i...”

“ Harmoni”. Itulah nama Band Muda ini. Ada Ayu , Lia, Yanti sebagai vokalis, Samuel sebagai gita-ris, Indra dan Denata sebagai pemain Cajon dan Drum dan Zai sebagai Bassis sedangkan Nielson memainkan Saxofone. Mereka ini adalah anak-anak muda yang aktif dalam suatu pelayanan mahasiswa Kristen dan organisasi kepemimpinan yaitu IMPERATIF (Ika-tan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif ). Karena memiliki ketertarikan yang sama dibi-dang musik dan sering berlatih bersama untuk

MUDA, BEDA DAN SIAP BERAKSI

HARMONI BAND

Page 21: Lilin Magazine September

Selanjutnya mereka mengikuti Lomba Musik Akustik yang diadakan Kover Magazine Medan. Harmoni membawakan lagu yang berjudul “Love Song” dan berhasil men-gantarkan kelompok ini menjuarai lomba tersebut setelah mengalah-kan puluhan konstestan lain yang mendaftar. Kemenangan ini meru-pakan kemenangan pertama untuk Harmoni yang masih terbilang san-gat muda umurnya.

Selain itu, mereka juga mengisi aca-ra dalam acara Dies Natalis jurusan Teknik Kimia USU. Lalu mereka juga mendaftar pada lomba musik Asian Beat Accoustic 2014 yang di promo-tori oleh Yamaha, sebuah brand alat musik yang cukup dikenal di dunia. Event ini merupakan festival band terbesar di Asia. Walaupun belum berhasil menjadi juara , namun selu-ruh personil tidak patah arang . Terus berlatih dan optimis dan mem-berikan yang terbaik, itulah impian dan cita-cita kedepannya.

i-motivasi

18 || www.lilinmagazine.com

acara-acara kerohanian, mereka seolah-olah menemukan kesatuan dengan teman yang lain, lalu memutuskan untuk lebih berkarya dengan mengikuti festival musik.

Seiring berjalannya waktu, mereka terus ber-latih bersama. Festival pertama yang mereka ikuti adalah MusDak (Musik Dadakan) yang diselenggarakan oleh mahasiswa/i jurusan Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara, sekaligus menjadi awal lahirnya nama “H-45” yang diambil dari singkatan jl. Harmoni no. 45 yaitu alamat sekretariat IMPERATIF dan kemudian mereka mengganti H-45 menjadi Harmoni yang dikenal sekarang ini. Harmoni dibentuk sejak 17 Maret 2014 . Saat pelaksan-aan Aksi Donor Dara yang dibuat IMPERATIF, Harmoni hadir sebagai pengisi Hiburan Akus-tik untuk para pendonor yang datang. Den-gan kehadiran Harmoni ini, para pendonor merasa sangat terhibur dengan lagu-lagu yang mereka bawakan.

Harmoni terus melakukan latihan dan siap beraksi dalam festival-festival musik . Mereka juga mempersembahkan sebuah lagu yang berjudul “Geek in the Pink” dalam acara Pa-meran Kebudayaan Jepang (Bunkasai) yang di selenggarakan mahasiswa jurusan Sastra Jepang USU. Mereka menampilkan yang ter-baik dan berhasil menyita perhatian orang-orang yang datang ke pameran tersebut.

* Firmansyah Tarigan

Page 22: Lilin Magazine September

h

|| www.lilinmagazine.com