lesson learnt
DESCRIPTION
Environmental Services Program Lesson Learnt PresentationTRANSCRIPT
+lesson learnt / best practice
HikmahTeknik dan metodologi dari pengalaman positif ESP yang dapat direplikasi atau yang negatif dan sebaiknya dihindari, yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan
/ lesson learnt
Praktik TerbaikTeknik dan metodologi terbaik dari pengalaman ESP yang terbukti memberikan manfaat dan dapat direplikasi oleh pemangku kepentingan
/ Best Practice
Dampak / impactTerpadu / integratedMenggugah / inspiringAlih Pengetahuan / Knowledge tranfersKeberlanjutan / sustainabilityPartisipatif / participatorySensitif gender / gender sensitifBermanfaat / benefit
Kriteria / THEMES
+ regional+ menunjuk pelaksana/koordinator (
+ mengidentifikasi, menentukan dan mengembangkan ide/cerita hikmah
+ mengumpulkan semua fakta dan data pendukung, dan memilih 10 cerita utama
+ mengumpulkan semua hasil pengumpulan kepada tim di tingkat nasional
nasional+ memastikan ide/cerita berdasarkan kriteria utama dan data/fakta nya lengkap
+ memilah ide/cerita hikmah berdasarkan komponen teknis, memilih 5 praktik terbaik
+ mengidentifikasi ide/cerita hikmah untuk issue lokal, nasional dan internasional
++
+ oUtpUt: Cerita/pUbliKasi popUler
+ publikasi berbentuk cerita bertutur (feature), berisi hikmah dan praktik terbaik ESP
+ ditujukan untuk audience nasional dan internasional
+ juga berisi suara-suara dan tulisan dari masyarakat langsung
+ dikemas secara populer, sederhana dan menyajikan banyak foto
+strategi KelUaran Utama / main oUtpUt strategy
+ publikasi (feature) untuk nasional dan internasional
+ direktori kontak pemangku kepentingan
+ festival/workshop/expo penutup dalam diskusi panel secara paralel
+ katalog kompilasi materi publikasi ESP (manual dan toolkit) dalam CD/flashdisk
+ transfer database publikasi secara online (DEC, Frameweb, Menkokesra, rMPortal, dll)
1717171717
Advokasi mitra MFP di Jawa Tengah berhasil mempromosikan
pengelolaan sumber daya hutan berbasis masyarakat.LALALALALAGU “WELGU “WEL
GU “WELGU “WELGU “WELCCCCCOMOMOMOMOME TE TE TE TE TO THO THO THO THO THE JUE JUE JUE JUE JUNGLE”NGLE”NGLE”NGLE”NGLE” yang dinyanyikan kelompok musik rock Guns n’
Roses menyembur dari tape mobil Toyota Kijang yang membawa kami memasuki Desa
Bogoran, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, awal April lalu. Matahari terik dan debur
musik rock-metal tidak mampu mengalahkan udara sejuk dusun itu, yang terletak di kaki
Gunung Sumbing.Bogoran bukan jungle, atau belantara perawan. Tapi, terletak hampir di tengah Pulau
Jawa yang kian miskin hutan, Bogoran seperti oasis kecil kehijauan. Kemana mata
memandang, kita akan melihat barisan pohon sengon berkulit kayu putih dan berbatang
menjulang tinggi nyaris tanpa dahan. Dusun ini terletak di pinggir hutan pinus milik
Perhutani, perusahaan hutan negara.Berjarak dua jam bermobil dari Semarang, Ibukota Provinsi Jawa Tengah, Bogoran adalah
cerita tentang optimisme dan pesimisme sekaligus dalam pengelolaan hutan di Jawa,
pulau terpadat di Indonesia yang hutannya terus menipis bersama laju pertambahan
penduduk. Bogoran adalah cerita tentang konflik dan inisiatif masyarakat untuk ikut
terlibat dalam pengelolaan hutan.Sebentar setelah Reformasi 1997, banyak hutan milik Perhutani di Jawa
dijarah dan ditebang secara liar menyusul runtuhnya “hukum dan
tatanan” Orde Baru. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan
Perhutani, yang hidup dalam kemiskinan puluhan tahun,
sering menjadi sasaran tudingan utama penjarahan itu.
Tak terkecuali warga Desa Bogoran, yang sebaliknya
dari penjarah, telah jauh sebelumnya mengelola
hutan secara berkelanjutan dan mandiri.Desa Bogoran terbagi dalam tiga dusun: Bogoran,
Wadas, Kyuni. Masyarakatnya bertumpu hidup dari
pohon sengon. Mereka menanam di mana saja
tanaman itu bisa tumbuh; di ladang sepanjang
BaladaSengon Bogoran
1717171717
BATANG KAYU SENGON HASILHUTAN PEKARANGAN DI DESA
BOGORAN, WONOSOBO,JAWA TENGAH, SIAP DIJUAL.
+2525252525
Java Learning Centre (Javlec), mitra MFP di Jawa
Tengah, menghimpun petani hutan bertukar ilmu dan
bertukar informasi.
“““““ASSALASSALASSALASSALASSALAAAAAAMAMAMAMAMU’U’U’U’U’ALALALALALAIAIAIAIAIKUKUKUKUKUM WM WM WM WM WARARARARARAHAHAHAHAHMAMAMAMAMATUTUTUTUTULLLLLLLLLLAHAHAHAHAHI WI WI WI WI WABARABARABARABARABARAKAKAKAKAKAAAAAAAAAATUTUTUTUTUHHHHH. Perkenalkan, nama
saya Tumini, dari Kelompok Tani Mekar Sari, Dusun Kedawung, Desa Sambeng,
Kabupaten, Boyolali, Jawa Tengah.” Kalimat itu diucapkan seorang perempuan petani
berusia sekitar 40 tahun, dalam acara perkenalan di sela pembukaan Program
Belajar Antarpetani di Wonosobo, Jawa Tengah, awal April lalu.
Perempuan berkulit legam itu berhenti sejenak dan berusaha menemukan
sesuatu di dalam ingatannya, tapi gagal mengucapkannya dalam bahasa
Indonesia. “Kula tumut acara Belajar Antarpetani wonten ing ngriki supados
saget belajar sareng para petani. (Saya mengikuti Belajar Antarpetani di sini
agar bisa belajar dari sesama petani),” kata Tumini, yang disambut tawa serta
kerutan dahi para anggota panitia dan peserta yang datang dari berbagai
provinsi Indonesia.
Program Belajar Antar Petani adalah wahana menambah wawasan
dan pengetahuan bagi para petani dengan cara saling berbagi
persoalan dan pengalaman. Khususnya tentang kegiatan berbasis
hutan masyarakat. Para petani dari berbagai daerah di Indonesia
belajar bersama untuk bisa meningkatkan kesejahteraan dan
mengelola hutan secara lestari.
Menurut perkiraan Direktorat Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, Departemen Kehutanan, sekitar 10,2 juta
orang miskin mukim dalam kawasan hutan seluruh Indonesia,
sekitar 6 juta di antaranya sepenuhnya hidup dari hasil hutan.
Masyarakat miskin ini menjadi sasaran manipulasi empuk para
cukong illegal logging yang menjadikan mereka kaki
tangan.
Program belajar bersama ini digulirkan jaringan kerja
lembaga swadaya masyarakat (LSM) Komunitas
TuminiNama Saya
2525252525
PROGRAM BELAJAR ANTAR
PETANI (BAP) 4 DI WONOSOBO
DAN BANYUMAS MENYERTAKAN
BEBERAPA PETANI PEREMPUAN.
11111
CERITADARI TEPIAN HUTANMULTISTAKEHOLDERFORESTRYPROGRAMME
publikasi
+direktori
Kategori:
kredit mikropemerintah
Dinas peKerJaan UmUm gunawan Kantor pusat Departemen pUJl. mawar 2 hulu - medan sumatera Utarat/ 061 . 30302922F/ 061. 93726362e/ [email protected]
pDam rahmat hidayatKantor pusat pDam tirta nadiJl. melati 5 hilir- medan sumatera Utarat/ 061 . 30302922F/ 061. 93726362e/ [email protected]
lembaga swaDaya masyaraKat
yayasan peDUli airalex setiawanJl. bunga 14- medan sumatera Utarat/ 061 . 30302922e/ [email protected] hal 1 dari 50
+expo
SC WSM
FN SD
SF
panggUng
Cross-CUtting
panel-
Diorama-
website-
sliDeshow
mUltimeDia sCreening/perForming arts
panel Display panel Display
pan
el D
ispl
ay
pan
el D
ispl
ay
pan
el D
ispl
ay manUal/
toolKit
Foto aKsi
Kliping
+katalog
Masyarakat Bersih, Sehat dan Hijau
Panduan PELaTIHan
September 2008
This publication was produced by development alternatives, Inc. for the united States agency for International development
under Contract no. 497-M-00-05-00005-00
PAKET PENJELASAN
SAMBUNGAN AIR
MIKROKREDIT
WATER FOR THE POOR TOOLKIT
+online
Kolaborasi antar Komponen:
ramuan manjur Keberhasilan program
Keterpaduan komponen teknis (SD, WSM, FN) dan non teknis (Stratcomm) mampu memberikan masukan/dukungan yang lebih baik kepada media yang ingin melakukan liputan terhadap program dan kegiatan ESP.
/ judul
/ PikiranutamaPraktik Terbaik
/ best practice
Sejak awal ESP berpandangan bahwa keterlibatan komponen teknis dan non teknis dalam setiap kerja komunikasi sangat penting. Salah satu contoh adalah kegiatan Peringatan Hari Cuci Tangan pakai Sabun Sedunia pada tanggal XXX di Sekolah Dasar O2, Marunda Jakarta.
/ latar Belakang
Ide awal kegiatan berasal dari tim SD yang ingin melakukan sebuah kegiatan kolaboratif di sekolah binaan mereka. Momen yang dipilih adalah Hari Cuci Tangan pakai Sabun Sedunia. Pada pelaksanaanya, tidak hanya tim SD yang terlibat tapi tim Stratcom juga turut aktif, terutama dalam hal pemilihan pesan dan kemasan kegiatan serta liputan media.
/ contohsPesifik
Acara ini berhasil, terbukti dengan munculnya komitmen dari sekolah menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun, dan belasan liputan media tentang kegiatan ini.
Ibu Siti salah satu guru di SD Marunda mengatakan, ”Acara ini semakin memotivasi saya untuk mendorong anak-anak hidup sehat.” / testimoni &
suara masyarakat
/ contohsPesifik
Acara Marunda ini membuktikan bahwa keterpaduan antar komponen dalam sebuah kegiatan mampu membuat kegiatan tersebut memiliki jangkauan keberhasilan yang lebih luas. Pihak sekolah merasa mendapat dukungan untuk perbaikan kondisi sanitasi di lingkungannya, sementara pihak media juga berhasil mendapatkan liputan unik dan menarik mengenai peringatan Hari Cuci Tangan pakai Sabun Sedunia di sebuah sekolah terpencil.
/ kesimPulan
Pendekatan seperti ini dapat direplikasi di program-program yang ingin memperbaiki pendekatan komunikasi yang mereka miliki.
/ rekomendasi
“Acara ini semakin memotivasi saya untuk mendorong anak-anak hidup sehat.
“
sItI, guru SD NEgErI 01, MAruNDA
Motivasi
pengelolaan sampah berbasis masyaraKat
Dukungan penuh dari hulu hingga hilir
Lemahnya unsur pemasaran dalam pelatihan pengelolaan sampah padat berbasis masyarakat mengakibatkan produk-produk yang dihasilkan kurang dikenal luas oleh masyarakat karena tidak tersedia di pasaran.
/ judul
/ PikiranutamaHikmah
/ lesson learnt
Pengelolaan sampah padat berbasis masyarakat adalah salah satu pendekatan ESP untuk membantu masyarakat dampingan memperbaiki kondisi lingkungan dan kesejahteraan mereka. Pembuatan kompos dan kerajinan dari sampah plastik, memungkinkan masyarakat memanfaatkan sampah di sekitar mereka menjadi sesuatu yang berguna.
/ latar Belakang
Berkat dukungan ESP, masyarakat di daerah Jembatan Besi dan Petojo utara Jakarta, sekarang mampu memanfaatkan sampah di wilayah mereka menjadi sesuatu yang bermanfaat, seperti kompos, suvenir atau aksesoris. Sayangnya pemasaran produk tersebut masih lemah. Warga hanya bisa menjual produk tersebut jika ada tamu berkunjung atau ketika mengikuti pameran-pameran. Produk mereka tidak tersedia di pasaran luas.
/ cerita
Ibu Atun, warga Petojo mengatakan, ”Saya sekarang sudah bisa membuat sebuah tas berukuran sedang dari bungkus kopi instan, dalam waktu 2 minggu. Tapi sayangnya, saya tidak tahu bagaimana cara memasarkannya. Kalau ada tamu yang berkunjung, biasanya laku terjual, kalau tidak saya pakai sendiri.
/ testimoni
Di masa mendatang, setiap program pendampingan masyarakat harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin keberlanjutan kegiatan, apa yang sudah dihasilkan tidak menjadi sia-sia.
/ kesimPulan& rekomendasi
“Saya sekarang sudah bisa membuat sebuah tas berukuran sedang dari bungkus kopi instan, dalam waktu 2 minggu. Tapi sayangnya, saya tidak tahu bagaimana cara memasarkannya. Kalau ada tamu yang berkunjung, biasanya laku terjual, kalau tidak saya pakai sendiri.
atun, IBu ruMAH TANggA, JAKArTA
“
Cara Memasarkan?
+