lapsus mola hidatidosa h1a 009 009
DESCRIPTION
teTRANSCRIPT
Nama : Mc. Syaiful Ghazi Yamani
Nim : H1A009009
Laporan Kasus Mola Hidatidosa
Supervisordr. H. Agus Thoriq, Sp.OG
Pendahuluan
Kehamilan dapat fisiologis ataupun patologis. Kehamilan patologis bisa terjadi selama perjalanan kehidupan janin, namun dapat pula patologis sejak awal.
Salah satu kehamilan patologis yang terjadi sejak awal adalah karena kelainan kromosom.
kelainan yang bisa terjadi adalah Molahidatidosa, merupakan kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi berupa gelembung
Frekuensi mola hidatidosa pada wanita Asia lebih tinggi (1 per 120 kehamilan) daripada di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan).
Di Indonesia, mola hidatidosa memiliki insiden yang tinggi (1 per 40 persalinan)
Tinjauan pustaka
Stadium pre-embrionik terjadi pada 2 minggu awal perkembangan. 3 tahapan, pembelahan sel, implantasi dan embriogenesis. Pada perkembangan awal terjadi pembelahan sel sampai terbentuk 16 sel yang disebut morula.
Morula blastokista, sel gepeng yang melapisi rongga disebut trofoblas dan sel di dalam rongga disebut embrioblas.
Trofoblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan, lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.
Embriologi Plasenta
Trofoblas juga mensekresikan hCG. hCG menstimulasi korpus luteum Kadar hCG bertahan hingga akhir bulan
kedua. Selama masa tersebut, trofoblas berkembang
menjadi membran korion, yang mengambil alih peran korpus luteum dan menyebabkan hCG tidak lagi dibutuhkan.
Penyakit Trofoblas Gestasional
Kelainan proliferasi trofoblas pada kehamilan, berupa suatu spektrum tumor saling berhubungan tetapi dapat dibedakan secara histologis.
Trofoblas adalah jaringan yang pertama kali mengalami diferensiasi pada masa embrional dini kemudian berkembang menjadi jaringan ekstraembrionik dan membentuk plasenta.
Definisi
InsidensiInsidensi PTG berkisar antara 1-2 dari 1000
persalinan di Amerika Serikat dan Eropa, Afrika Selatan dan Turki. Insidensi yang lebih tinggi pernah dilaporkan di Asia. kelompok etnik juga diketahui memiliki resiko lebih tinggi.
Usia maternalusia yang terlalu muda atau terlalu tua. Ovum
pada usia tua memiliki tingkat fertilisasi abnormal yang tinggi. Usia paternal yang tua juga memiliki faktor resiko serupa.
Epidemiologi dan FR
Riwayat obstetririwayat abortus, PTG sebelumnya
meningkatkan resiko terjadinya PTG.Faktor lainBeberapa penelitian case-control
menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral kombinasi (pil) meningkatkan resiko
Lesi MolarMolahidatidosa
KomplitParsial
Mola invasiLesi nonmolar (Neoplasia Trofoblastik Gestasional = NTG)KoriokarsinomaPlacental site trophoblastic tumorTumor trofoblastik epiteloid
Klasifikasi
Molahidatidosa adalah plasenta dengan vili korialis yang berkembang tidak sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga menunjukkan berbagai ukuran trofoblas proliferatif tidak normal.
Molahidatidosa
Gambaran klinis molahidatidosa komplit bervariasi, anemia, ukuran uterus lebih besar dibanding usia kehamilan, perdarahan vagina, hiperemesis gravidarum, pre-eklampsi dan kista teka lutein.
Kadar tiroksin plasma sering meningkat namun jarang disertai dengan gejala hipertiroidisme.
Pada molahidatidosa parsial, seringkali terdapat mudigah atau jika ditemukan sel darah merah berinti pada pembuluh darah vili korialis.
Diagnosa Molahidatidosa pada trimester pertama adalah pemeriksaan β-hCG dan sonografi intravaginal.
diagnosa kehamilan mola ditemukan gambaran pembengkakan difus vili korionik.
Gambaran massa intrauterin yang kompleks, mengandung ruang kistik kecil. Jaringan fetus dan sakus tidak tampak.
Terapi melalui evakuasi dengan kuret isap dilanjutkan dengan kuret tumpul kavum uteri. Selama dan setelah prosedur evakuasi, diberikan oksitosin intravena.
Suction curettage dipilih jika menginginkan kehamilan kembali.
Histerektomi pada wanita yang ingin steril.Aspirasi kista teka lutein dilakukan jika masih
ada gejala sisa.
Pemantauan pasca evakuasi molaPemeriksaan kadar hCG tiap minggu hingga
diperoleh tiga kali kadar negatif, kemudian enam kali kadar hCG normal yang diperiksa sebanyak enam kali disertai pemeriksaan panggul.
Jika kadar hCG meningkat, maka perlu dilakukan pemeriksaan foto toraks.
Indikasi pemberian kemoterapi pascaevakuasi mola:Pola kadar hCG mengalami regresi abnormalTerjadi rebound hCGDiagnosis histologi korio ca atau PSTTTerdapat metastasisKadar hCG tinggiKadar hCG meningkat secara menetap enam
bulan pasca evakuasi.
adanya vili korialis disertai pertumbuhan berlebihan dan invasi sel-sel trofoblas. Melakukan penetrasi jauh ke dalam miometrium, kadang peritoneum, parametrium di sekitarnya, atau dinding vagina.
menginvasi secara lokal tetapi bisa metastase jauh yang merupakan ciri koriokarsinoma.
Mola Invasif
pada sekitar 15% pasien pascaevakuasi molahidatidosa komplit.
timbul perdarahan pervaginam ireguler, kista teka lutein, subinvolusi uterus, atau pembesaran uterus asimetrik.
Diagnosis mola invasif ditegakkan berdasarkan pemeriksaan USG dan kadar B-hCG.
terdiri dari lapisan sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas dengan perdarahan, nekrosis, dan invasi vaskuler jelas.
metastasis paru-paru dan vagina. Terdapat Kista teka lutein.
Koriokarsinoma
Kriteria diagnosis neoplasia trofoblastik gestasional pasca molahidatidosa berdasarkan FIGO Council 2000:Peningkatan kadar hCG > 10% pada tiga kali
pemeriksaan dalam waktu 2 minggu (hari 1, 7, dan 14).
Kadar hCG menetap (+ 10%) pada empat kali pemeriksaan yang dilakukan dalam waktu 3 minggu (hari 1, 7, 14, dan 21).
Kadar hCG menetap dalam waktu > 6 bulan pasca evakuasi mola.
Diagnosis histologi koriokarsinoma.
jenis korio ca terutama terdiri dari sel trofoblas intermediat dari sitotrofoblas sehingga kadar hCG relative sedikit dibandingkan dengan ukuran massanya.
PSTT memiliki pewarnaan kuat untuk human placental lactogen (hPL) dan glikoprotein β1.
Placental Site Trophoblastic Tumor (PSTT)
Manifestasi klinik dapat terjadi beberapa tahun setelah persalinan aterm, abortus non-molar, atau molahidatidosa komplit.
Gejala klinik adalah perdarahan pervaginam, amenorea atau galaktorea atau keduanya
berhubungan dengan riwayat kehamilan aterm daripada riwayat kehamilan mola.
Gambaran mikroskopiknya mirip karsinoma sel skuamosa dan dapat dibedakan dengan pewarnaan imunohistokimia yang menunjukkan adanya inhibin dan sitokeratin.
Tumor Trofoblastik Epiteloid
Secara makroskopik, tumor berasal dari massa intramural dalam miometrium atau serviks
Metode penatalaksanaan utama adalah histerektomi, tetapi sekitar 20 - 25% pasien mengalami metastasis.
Status ginekologi
Nama : Ny. AUsia : 28 tahunPekerjaan : Ibu Rumah TanggaAgama : IslamSuku : BimaAlamat : Bima RM : 551303MRS : 13 Desember 2014 (01.00 WITA)
Identitas
Keluhan Utama : perdarahan dari vaginaRiwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan RSUD Bima dengan diagnosis mola hidatidosa mengeluh perdarahan sejak 3 hari yang lalu. Awalnya perdarahan banyak tetapi sekarang sudah mulai berkurang. Pasien juga pernah mengalami sedikit perdarahan pada bulan agustus 2014. Perdarahan disertai nyeri perut yang dirasakan pasien sejak 3 bulan yang lalu. Sesak (+) sejak 12/12/14 malam hari. Mual muntah (+) sejak 3 bulan yang lalu, memberat sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga pernah mengalami sedikit perdarahan pada bulan agustus 2014 dan dilakukan kuretase sebanyak 2 kali. Pasien tidak pernah menstruasi sejak bulan Juni 2014. Demam (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa (-), penyakit jantung, ginjal, hipertensi, DM, dan asma disangkal.
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
Riwayat Sosial
Pasien mengaku menarche saat umur 13 tahun, teratur setiap bulan. Lama haid 5-6 hari dan HPHT bulan Juni 2014. Pernikahan pertama, lama menikah 4 tahun, menikah usia 24 tahun.
Riwayat USG
(5x, terakhir pada tanggal 11 Desember 2014 )
Hasil : Menyokong gambaran mola hidatidosa, dengan iregularitas dan prominen vaskularisasi pada segmen distal uterus
Riwayat Kontrasepsi
Injeksi tiap 3 bulan selama 3 tahun
Riwayat Paritas
1. Cukup bulan/ laki-laki/ Puskesmas/ Bidan/ 3 tahun/ hidup
2. Ini
Kronologis pasien di RSUD Bima
Tanggal
Subjek Objektif Assessment
Planning
7/12/14 (18.30)
os datang ke RSUD bima dengan diagnosis dokter SpOG mola hidatidosa. Keluhan nyeri perut sejak 3 bulan yang lalu, mencret 3 kali dan batuk sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat kuretase sekitar 3 bulan yang lalu pada bulan agustus karena mola 2 kali, keluar darah dari vagina dan menstruasi (-) sejak kuretase terakhir. Os hamil ke 2.
teraba massa di abdomen setinggi pusat. TD = 130/90 mmHg
Mola Hidatidosa
transfusi 2 kolf PRCNewdiatab 3x1Spasmina 3x1Obh sirupCefotaxime 2x1
8/12/14
mual muntah 2x TD = 130/70 mmHg
Mola Hidatidosa
Terapi lanjut (kolf 1 PRC)Foto thoraxOndansentron 2x1
9/12/14
- TD = 130/70 mmHg
Mola Hidatidosa
Terapi lanjut (kolf 2 PRC)
10/12/14 dilakukan kuretase PA tapi os perdarahan sebelum kuretase kemudian dipasang tampon dan di aff tanggal 11/12/2014
TD = 150/90 mmHg
Mola Hidatidosa
inj Cefotaxime 2x1Inj Kalnex 3x1Asam Mefenamat 3x1Emibion 2x1Transfusi lanjut 2 kolf PRC
11/12/14 - TD = 150/90 mmHg
Mola Hidatidosa
USG radiologi dan terapi lanjut (transfusi kolf III PRC)Kesimpulan USG : Menyokong gambaran mola hidatidosa, dengan iregularitas dan prominen vaskularisasi pada segmen distal uterus
12/12/14 - TD = 140/90 mmHg
Mola Hidatidosa
dirujuk ke RSUP NTB (14.00)
Status presentKeadaan umum : sedangKesadaran : compos mentisTanda VitalTekanan darah : 160/100 mmHg Frekuensi nadi : 100 x/menit Frekuensi napas : 24 x/menit Suhu : 37oCStatus generalisMata : anemis (-/-), ikterus (-/-) Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-) Paru : vesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (-/-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (+), perkusi timpani (+/+)Ekstremitas : edema (-/-), akral hangat (+/+) Status ObstetriTFU : setinggi pusat (14 cm)His : (-)DJJ : (-)
Pemeriksaan Fisik
Status ginekologi
Abdomen :
Inspeksi : tidak tampak pembesaran pada abdomen, skar (-), linea nigra (+), striae gravidarum (-).
Palpasi : TFU sepusat (14 cm), massa (-), nyeri tekan (+)
Perkusi : timpani di keempat kuadran abdomen
Pemeriksaan dalam :
Genitalia eksterna : vulva dalam batas normal, klitoris normal, meatus uretra normal, labia mayora dan minora simetris, perineum dalam batas normal, introitus vagina tidak tampak massa, discharge dari liang vagina (-), perdarahan (-)
Inspekulo : porsio tampak licin, Ø (-), fluksus (-), livide (+), fluor albus (+), tampak jaringan (-), perdarahan aktif (-), massa (-), bekuan darah (-).
VT : Ø (-), porsio licin, nyeri goyang (-), adneksa parametrium dekstra et sinistra dan cavum douglas dalam batas normat.
Bimanual Palpasi : Posisi korpus uteri antefleksi, uterus membesar, uterus setinggi pusat, lunak
Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboratorium (02.00 WITA 13/12/2014)HB : 9,7 gr%RBC : 3.620.000 /mm3WBC : 11.900 /mm3PLT: 164.000 /mm3HCT : 30,5 %Gds: 83 mgl/dlKreatinin: 0,6 mgl/dlUreum : 38 mgl/dlSGOT: 35 mgl/dlSGPT : 16 mgl/dlHbsAg : (-)Test kehamilan : (+)Proteinuria : +3Hematuria : +3
AssessmentMola Hidatidosa
Planning/TindakanRencana Diagnostik• USG• Konsul bagian paru• Cek lab β-HCG• Patologi anatomi post suction curettageRencana terapi• Pro suction curetage• IVFd RL 20 tpm• Douer catheterRencana KIE• Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita dan
terapi yang direncanakan serta persetujuan• Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi• Penentuan kontrasepsi yang akan digunakan setelah
tindakan
Tanggal
Subjek
Objektif Assessment
Planning
Sabtu 13/12/2014
- Ultrasonografi (USG) Abdomen : Gambaran honey coomb Diagnosis : Mola Hidatidosa, kista lutein (+)
- Dikonsulkan ke bagian paru, hasil : edema paru akut fase ringan, suspek bronkopneumoniaAdvice : EKGInj Levofloxacine 750 mg (1,5 vial/hari)Inj metil prednisolon 62,5 mg (0,5 vial/hari)O2 3 lpm
Pemeriksaan EKG, hasil LVH (CHF), konsul ke bagian jantung.Hasil : Decomp Cordis FC IV + suspek dilatasi kardiomiopatiAdvice : O2 nasal 3 lpmRL 500 ml/24 jam dapat dilanjutkanMinum maks 600 ml/24 jamFurosemid inj 2 amp IV, dilanjutkan 3x1 ampulSpironolaktone 15mg-0-0 (PO)Ramipril 0-0-2,5 mg (PO)Digoxin 1 tab-0-0 (PO)Diet rendah garamTunda kuretase sampai heart failure turun ke function class IIIRawat bersamaCek elektrolit
Follow up Pasien
Tanggal
Subjek Objektif Assessment Planning
Minggu 14/12/2014
Sesak (-), mual muntah (+), nyeri perut (+), perdarahan aktif (-)
Terpasang infus 8 tpm, UO : 10 cc/jam, TD : 120/70 mmHg, N : 102 x/menit, RR : 20 x/ menit, S : 36,5oC
molahidatidosa + edema paru + CHF
• minum maks naik 1000 ml/24 jam• RL 500 ml/24 jam dapat dilanjutkan• Furosemid inj 3x1 ampul• Spironolaktone 15mg-0-0 (PO)• Ramipril 0-0-2,5 mg (PO)• Digoxin 1 tab-0-0 (PO)• Diet rendah garam
Senin 15/12/2014
Sesak (-), mual muntah (+), nyeri perut (+), perdarahan aktif (-)
Terpasang infus 8 tpm, UO : 15 cc/jam, TD : 110/70 mmHg, N : 92 x/menit, RR : 20
molahidatidosa + edema paru + CHF
Bagian Jantung• O2 Nasal kanul jika sesak• RL 500 ml/24 jam• Minum max 1000 ml / 24 jam• Furosemid inj 1 amp 1-0-0 (IV)• Spironolaktone 25 mg-0-0 (PO)• Ramipril 0-0-2,5 mg (PO)• Digoxin stop ganti bisoprolol 2,5 mg-0-0 (PO)• Acc kuretaseBagian Paru: Rhonki +/+• Inj Levofloxacine 750 mg (1,5 vial/hari)• Inj metil prednisolon 62,5 mg (0,5 vial/hari)• Acc kuretaseBagian Obsgin : UL, DL, BT, CT
Tanggal
Subjek Objektif Assessment
Planning
Selasa 16/12/2014
Sesak (-), mual muntah (+), nyeri perut (+), perdarahan aktif (-)
Terpasang infus 8 tpm, UO : 10 cc/jam, TD : 130/90 mmHg, N : 104 x/menit, RR : 24HB : 10,9 gr%RBC : 4,00 106/mm3WBC : 15,88 103/mm3PLT : 146 103/mmHct : 33,2%Β-HCG : >225000 mIU/mLPTT : 14,1 detikKontrol PTT : 13,3 detikAPTT : 23,4 detikKontrol APTT : 30,1 detikFT4 : 19,98 Pmol/lTSH: 0,10 Uul/mlNa : 130 mmol/LK : 4,6 mmol/LCl : 108 mmol/LBT : 2’15” menitCT : 6’30” menit
molahidatidosa + edema paru + CHF
Co anestesi, advice anestesi : Acc kuretaseCo internaPersiapan darah 1 kolf
Terapi lain lanjut
Rabu 17/12/2014
Sesak (-), mual muntah (+), nyeri perut (+), perdarahan aktif (-)13.35 mengeluh sakit perut, tampak darah dalam urine. Observasi hematuria dan inj kalnex 500 mg IV/8 jam
Terpasang infus 8 tpm, UO : 25 cc/jam, TD : 140/90 mmHg, N : 104 x/menit, RR : 20
molahidatidosa + edema paru + CHF + hematuria
Terapi lanjutBagian Interna : Acc kuretase dengan lumbal anestesiRanitidin 1 ampul/12 jamDexantan sirup : 3x10 ml
Kamis 18/12/2014
Kencing darah (+), mual muntah (+), nyeri perut (+)
Terpasang infus 8 tpm, O2 3 lpm, UO : 15 cc/jam hematuria, TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20.
molahidatidosa + edema paru + CHF + hematuria
bagian Obsgin persiapan pre op Siap WB 2 kolfLevofloxacin 1grPro mtx segera setelah suction kuretaseKonsul ke bagian urologi USG abdomen dengan buli-buli penuhTerapi lain lanjut
Tanggal
Subjek Objektif Assessment
Planning
Jumat 19/12/2014
Sesak (-), mual muntah (+), nyeri perut (+), perdarahan aktif (-), Kencing darah (+), mual muntah (+)
Terpasang infus 8 tpm, UO : 20 cc/jam hematuria, TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/menit, RR : 18Lab :HB : 8,6 gr%RBC : 3,19x106/mm3WBC : 14,15x103/mm3PLT : 92x103/mmHct : 26,6%USG abdomen : gross hematuria ec infiltrasi kistoma ovarium ke buli + Hidronefrosis ringan ren dekstra
molahidatidosa + edema paru + CHF + kista ovarium susp malignancy
Bagian anestesi : Operasi ditunda karena PLT < 100.000 (trombositopenia). Tunda operasi sampai PLT > 100.000. advice :• cek lab ulang (DL, APTT/PTT,
albumin)• Minggu transfusi WB fresh 1
kolf• Senin transfusi TC 5 kolf• Selasa transfusi TC 5 kolf
dan WB fresh 1 kolf (Persiapan kuretase)
• Sebelum transfusi, berikan furosemid 1 ampul
Terapi lain lanjut
Sabtu 20/12/2014
Sesak (-), mual muntah (+), nyeri perut (+), perdarahan aktif (-), kencing darah (+), mual muntah (+)
Terpasang infus 8 tpm, UO : 15 cc/jam hematuria, TD : 110/80 mmHg, N : 84 x/menit, RR : 24, Suhu : 36,7oC. LabHB : 8,4 gr%RBC : 3,06x106/mm3WBC : 14,32x103/mm3PLT : 63x103/mmHct : 25,9%PTT : 15,1 detikKontrol PTT : 15,6 detikAPTT : 39,2 detikKontrol APTT : 39,1 detikAlbumin : 2,2 gr%
molahidatidosa + edema paru + CHF + kista ovarium susp malignancy
transfusi WB fresh masuk 2 kolf (10.00 dan 17.20)Terapi lain lanjut
Tanggal
Subjek Objektif Assessment
Planning
Minggu 21/12/2014
Sesak (+), kencing darah (+), nyeri perut (+)
TD : 180/110 mmHg, RR : 24x/menit, Suhu : 37,7oC, N : 96x/menit, rhonki : +/+, wheezing -/-. UO : 10 cc/ jam, hematuriaLabHB : 9,1 gr%RBC : 3,31x106/mm3WBC : 17,57x103/mm3PLT : 79x103/mmHct : 27,8%Kreatinin : 0,6 mgl/dlUreum : 30 mgl/dlSGOT : 39 mgl/dlSGPT : 36 mgl/dl
molahidatidosa + edema paru + CHF + kista ovarium susp malignancy
O2 kanul 4-5 lpmParacetamol tab 500 mg (K/P) Cek DL, ureum kreatinin, SGOT, SGPTTerapi lain lanjut
Senin 22/12/2014
Sesak (+), kencing darah (+), nyeri perut (+)
TD : 170/100 mmHg, RR : 22x/menit, Suhu : 36,7oC, N : 90x/menit, rhonki : +/+, wheezing -/-. UO : 15 cc/jam hematuriaLabHB : 9,8 gr%RBC : 3,54x106/mm3WBC : 26,84x103/mm3PLT : 95x103/mmHct : 29,4%
molahidatidosa + edema paru + CHF + kista ovarium susp malignancy
O2 kanul 3 lpmFurosemid 1 ampul/12 jamSpironolaktone 25 mg-0-0 (PO)Ramipril 1x5 mg (PO)Digoxin 1x1 tabbisoprolol 2,5 mg-0-0 (PO)Ranitidin 1 ampul/12 jamKalnex 1 ampul/8 jamMeropenem 1 g/8 jamTC 5 kolf (8tpm)
Selasa 23/12/2014
Sesak (+), kencing darah (+), mual muntah (+) Pasien Pulang Paksa
KU : baik, TD : 130/100 mmHg, RR : 22x/menit, Suhu : 37,3oC, N : 90x/menit, rhonki : +/+, wheezing -/-. UO : 15 cc/jam hematuria
molahidatidosa + edema paru + CHF + kista ovarium susp malignancy
O2 kanul 3 lpmTerapi LanjutPULANG PAKSA
Pada kasus diajukan seorang wanita berusia 28 tahun, G2P1A0H1 dengan Molahidatidosa, adalah kehamilan abnormal akibat kelainan kromosom, ditandai dengan tidak adanya perkembangan dalam rahim.
Keluar darah dari jalan lahir, mual-muntah lebih parah dibandingkan kehamilan sebelumnya.
Pada Molahidatidosa, kadar β-hCG yang beredar dalam tubuh ibu jauh lebih meningkat dibanding kehamilan biasa.
PEMBAHASAN
Faktor resiko hanya insidensi banyak terjadi pada penduduk Asia Tenggara. Dari segi usia, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Kehamilan mola sebelumnya (-)
Belum dapat disimpulkan mengenai jenis Molahidatidosa yang dialami. Lebih mengarah kepada tipe komplit. Hal ini dari gejala yang dialami serta diagnosanya yang ditemukan melalui pemeriksaan USG. Tipe parsial biasanya mengalami abortus sebelum dapat di diagnosa sebagai molahidatidosa
Pada pasien menurut klasifikasi PTG masuk ke stadium 2 yaitu penyakit trofoblastik gestasional metastatic dengan prognosis jelek
komplikasi berupa pembentukan kista teka lutein, ukuran + 23 x 9,2 cm sehingga mendesak buli-buli dan infiltrasi yang kemungkinan ganas menyebabkan hematuria dan HN ren dx
Hidronefrosis menyebabkan gangguan infiltrasi ginjal sehingga terjadi proteinuria pada pasien.
Edema Paru dan CHF bisa disebabkan oleh gangguan ginjal
CHF juga bisa diderita ibu sudah lama, sehingga pada saat hamil jantung tidak bisa mengkompensasi hemostasis tubuh.
Edema paru bisa disebabkan oleh trofoblas yang masuk ke pembuluh darah dan menyebabkan emboli
Tirotoksikosis akibat efek mirip tirotropin dari HcG
Jika berbagai algoritma penatalaksanaan diikuti, sebagian besar tumor gestasional baik jinak maupun ganas dapat disembuhkan.
Yang penting dalam penatalaksanaan mola adalah evakuasi mola, dan kedua adalah tindak lanjut (follow up) teratur untuk mendeteksi penyakit trofoblastik persisten.
Pasien juga perlu diberikan kemoterapi karena kadar hCG tinggi (> 20.000 mlU/ml selama lebih dari empat minggu pasca evakuasi)
Kesimpulan
Pada pasien menurut klasifikasi PTG masuk ke stadium 2 yaitu penyakit trofoblastik gestasional metastatic dengan prognosis jelek
Dibutuhkan kerjasama dari bagian lain untuk menstabilkan kondisi pasien sebelum dilakukan terapi definitif
Tatalaksana yang diberikan pada kasus ini adalah melakukan kuretase (suction curettage) dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi.
1. Saladin KS. Anatomy & physiology: the unity of form and function. 3rd ed. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies; 2003. p. 1050, 1090.
2. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG, editors. Williams gynecology. China: McGraw-Hill’s Access Medicine; 2008.
3. Anwar M. Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. p. 208-16.
4. Syafii et al. Kadar β-hCG Penderita Mola HIdatidosa Sebelum dan Sesudah Kuretase. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 13, No. 1, Nov. 2006: 1-3. Available at http://journal.unair.ac.id/filerPDF/PDF%20Vol%2013-01-01.pdf . Accessed at, December 22th 2014
5. Ester J, editor. Anatomi & fisiologi untuk bidan. Jakarta: EGC; 2002. p. 123, 125, 133, 135-6, 154-6.
6. Soetedjo NN dan Kariadi KS. Tinjau Ulang Nilai Faktor Penduga dan Rumus Diskriminan untuk Mendiagnosis Hipertiroid pada Mola Hidatidosa. MKB, Volume 43 No. 1, Tahun 2011. Available at http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/viewFile/42/40 . Accessed 22th December 2014.
7. Tidy J and Hancock BW. The Management of Gestational Thropoblastic Disease. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Available at https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/guidelines/gt38managementgestational0210.pdf . Accessed at, December 22th 2014
8. Manuaba, I.B.G., dan Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar Kuliah Obstetri. EGC. Jakarta. Hal: 725-726.
9. Lisa, E.M. (2006). Hydatiform Mole. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/254657-overview. (Accessed: 2014, December 21).
10. Soper JT. Gestasional Trophoblastic Disease. Obstet Gynecol 2006;108:176–87. Available at http://utilis.net/Morning%20Topics/Gynecology/GTN.PDF . Accessed at, December 22th 2014
DAFTAR PUSTAKA
Terima Kasih