lapsus apb

56
LAPORAN KASUS PLASENTA PREVIA Nama : Rahmi Syafriyani NIM : H1A006038 PEMBIMBING : dr. Agus Thoriq, SpOG DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB 2013 1

Upload: alen-rendak

Post on 25-Oct-2015

65 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Apb

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA

Nama : Rahmi Syafriyani

NIM : H1A006038

PEMBIMBING :

dr. Agus Thoriq, SpOG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB

2013

1

Page 2: Lapsus Apb

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.

Laporan kasus yang berjudul “Plasenta Previa” ini disusun dalam rangka mengikuti

Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah

Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:

1. dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, SpOG, selaku Kepala Bagian/ SMF Kebidanan dan

Penyakit Kandungan RSUP NTB.

2. dr. I Made Mahayasa, SpOG, selaku Koordinator pendidikan Bagian/ SMF Kebidanan dan

Penyakit Kandungan RSUP NTB.

3. dr. Agus Thoriq, SpOG, selaku pembimbing laporan kasus ini.

4. dr. H. Doddy Ario K., SpOG (K), selaku supervisor.

5. dr. Edi Prasetyo Wibowo, SpOG, selaku supervisor.

6. dr. G. M. Punarbawa, SpOG, selaku supervisor.

7. dr. I Made Putra Juliawan, SpOG, selaku supervisor.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan

kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan

demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan

khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari

sebagai dokter. Terimakasih.

Mataram, Agustus 2013

Penulis

1

Page 3: Lapsus Apb

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap menit seorang wanita meninggal karena komplikasi yang terkait dengan

kehamilan dan persalinan. Secara keseluruhan diperkirakan bahwa 1.400 wanita meninggal

setiap hari atau 585.000 wanita meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan.

Setiap wanita yang meninggal tersebut biasanya berusia muda, sudah menjadi ibu dan 99 %

hidup di negara berkembang. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena

kehamilan, persalinan dan nifas (WHO, 1996).

Kematian seorang ibu sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan dan kehidupan anak-

anak yang ditinggalkannya. Jika seorang ibu meninggal, maka anak-anak yang

ditinggalkannya mempunyai kemungkinan tiga hingga sepuluh kali lebih besar untuk

meninggal dalam waktu dua tahun bila dibandingkan dengan anak-anak yang masih memiliki

kedua orangtua . Di Indonesia setiap 20 menit anak usia di bawah 5 tahun meninggal. Dengan

kata lain 30.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak balita meninggal setiap

tahun. Di Indonesia angka kematian anak balita menurun 15 % dalam 15 tahun, dari 79

kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1988 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup

pada kurun waktu 1998-2002. Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di negara maju

seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 1996; Nasrullah 2008;

Tinker,1997).

Sebagian besar (60-80%) kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dan sebagiannya

lagi diesebabkan oleh persalinan macet, sepsis, tekanan darah tinggi saat kehamilan, dan

komplikasi dari aborsi yang tidak aman. Setiap perdarahan pada kehamilan harus selalu

dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut

sebagai abortus, sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut sebagai perdarahan

antepartum atau Antepartum Bleeding (APB). Dahulu batas teoritis kehamilan tua adalah

umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Namun seiring dengan kemajuan di bidang perawatan

intensif, WHO mengubah batasan kehamilan tua menjadi umur kehamilan diatas 22 minggu,

mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus saat ini lebih tinggi (WHO, 1990;

Sumapraja & Rachimhadi, 1999; Konje & Walley, 2000).

Penyebab terpenting kematian maternal diIndonesia adalah perdarahan (40-

60%),infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan

penyakitlain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab

2

Page 4: Lapsus Apb

kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan

antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua

persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang

belum jelas sumbernya (Karkata,2007).

Plasenta previa didefinisikan sebagai suatu keadaan seluruh atau sebagian plasenta

ber-insersi di ostium uteri internum, sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari jalan lahir.

Prevalensi plasenta previa di negara maju berkisar antara 0,26 - 2,00 % dari seluruh jumlah

kehamilan, sedangkan di Indonesia dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2,4 -

3,56 % dari seluruh kehamilan. Angka kejadian plasenta previa relatif tetap dalam tiga

dekade sampai dengan pertengahan tahun 1980, yaitu rata-rata 0,36-0,37 %, tetapi pada

dekade selanjutnya angka kejadian meningkat menjadi 0,48 %, mungkin disebabkan karena

meningkatnya faktor risiko terjadinya plasenta previa seperti umur ibu hamil semakin tua,

kelahiran secara bedah sesar, paritas yang tinggi serta meningkatnya jumlah abortus yang

terjadi, terutama abortus provokatus (Aryanti, 2009).

Berikut ini disajikan suatu kasus seorang wanita 25 tahun dengan G1P0A0 preterm,

tunggal, hidup dengan plasenta previa totalis, yang selanjutnya ditatalaksana sesuai prosedur

tetap plasenta previa di RSUP NTB. Selanjutnya akan dibahas apakah diagnose, tindakan,

dan penatalaksanaannya sudah tepat dan sesuai dengan literatur yang ada.

3

Page 5: Lapsus Apb

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi dan Klasifikasi Plasenta Previa

Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah

uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir pada umur

kehamilan 28 minggu atau lebih. Jika diagnosa suatu plasenta previa atau plasenta letak

rendah dilakukan sebelum trimester ketiga, kemungkinannya masih dapat berubah.

Sekitar 90 % kasus–kasus plasenta previa yang didiagnosis sebelum usia kehamilan

trimester ketiga akan mengalami perubahan pada akhir kehamilannya. Sesuai dengan

pertumbuhan uterus, posisi plasenta terhadap serviks dapat berubah. Pada akhir

kehamilan, plasenta tidak lagi menutupi jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta

terletak di bagian atas uterus (Wiknjosastro, et al., 2005).

Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan

fisiologik. Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta

previa total pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa

parsialis pada pembukaan 8 cm Menurut De Snoo, diketahui terdapat empat derajat

kelainan ini (Cunningham, 2003) :

1. Plasenta previa totalis. Ostium uteri internum serviks seluruhnya tertutupi oleh

plasenta.

2. Plasenta previa parsialis. Sebagian ostium uteri internum serviks tertutup oleh

plasenta.

3. Plasenta previa marginalis. Tepi plasenta terletak di batas ostium uteri internum

serviks.

4. Plasenta letak rendah. Plasenta tertanam di segmen bawah uterus sedemikian rupa

sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium uteri internum tetapi sangat

dekat dengannya.

Keadaan lain, yang disebut vasa previa, adalah keadaan dengan pembuluh-

pembuluh janin berjalan melewati selaput ketuban dan terdapat di ostium uteri internum.

Kondisi ini merupakan penyebab perdarahan antepartum yang jarang dan memiliki angka

kematian janin yang tinggi (The Royal Women’s Hospital, 2006).

4

Page 6: Lapsus Apb

Gambar 1.1: Jenis plasenta previa

Ada juga literatur yang membagi plasenta previa dengan menggunakan pembagian

grade I sampai grade IV, namun pada dasarnya pembagian tersebut tidaklah berbeda jauh

(Konje & Taylor, 2000).

Tabel 1. Pembagian plasenta previa

Grade Deskripsi

I Plasenta berada pada segmen bawah rahim tetapi tepi terbawah tidak

mencapai ostium uteri internum

II Tepi terbawah dari plasenta letak rendah mencapai ostium uteri

internum tetapi tidak menutupinya

III Plasenta menutupi ostium uteri internum tetapi asimteris

IV Plasenta menutupi ostium uteri internum secara simetris

Dikutip dari Konje JC, Taylor DJ (2000)

Gambar 2. Perbandingan plasenta letak normal dengan plasenta previa

5

Page 7: Lapsus Apb

2. 2 Epidemiologi Plasenta Previa

2.2.1 Insiden plasenta previa

Di Indonesia tercatat dari laporan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,

antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan

terdaftar, atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar (Winkjosastro, 2007).

Sedangkan di Amerika Serikat, plasenta previa terjadi sekitar 0,3 – 0,5 % dari semua

persalinan. Ada peningkatan risiko sebesar 1,5 sampai 5 kali lipat jika disertai riwayat

seksio sesarea (cesarean delivery). Dengan peningkatan jumlah kelahiran secara seksio

sesarea, risiko ini dapat menjadi sebesar 10% (Anurogo, 2008).

Pada umumnya insiden plasenta previa 1 dari 250 kehamilan. Frekuensinya

bervariasi, namun pada nulipara kejadiannya hanya 1 dari 1000 sampai 1500

kehamilan, dimana kejadiannya pada multipara sebesar 1 kejadian dari 29 kehamilan.

Dari semua plasenta previa, frekuensi plasenta previa total (complete) sebesar 20-45%,

plasenta previa parsial sekitar 30%, dan plasenta previa marginal sebesar 25-50%

(Anurgo, 2008).

2.2.2 Faktor risiko plasenta previa

Penyebab utama terjadinya plasenta previa tidak diketahui. Tetapi ada beberapa

faktor resiko yang menyebabkan meningkatnya kesempatan seseorang untuk

mengalami plasenta previa, yaitu (Gunawan, 2004):

1. Operasi sesar sebelumnya. Pada wanita–wanita yang pernah menjalani operasi sesar

sebelumnya, maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan mengalami plasenta

previa. Resiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih

operasi sesar (pada wanita–wanita yang pernah 4 kali atau lebih menjalani operasi

sesar, maka 1 dari 10 wanita ini akan mengalami plasenta previa).

2. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus, seperti dilatasi dan kuretase

atau aborsi medisinalis.

3. Multiparitas (jumlah kehamilan sebelumnya) dan jarak kehamilan. Plasenta previa

terjadi pada 1 dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil.Bagaimanapun, pada

wanita yang telah 5 kali hamil atau lebih, maka resiko terjadinya plasenta previa

adalah 1 diantara 20 kehamilan.Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari

tempat selain bekas plasenta sebelumnya.

6

Page 8: Lapsus Apb

4. Usia ibu hamil. Diantara wanita-wanita yang berusia kurang dari 19 tahun, hanya 1

dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Satu dari 100 wanita yang berusia lebih

dari 35 tahun akan mengalami plasenta previa. Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali

lebih berisiko.

5. Kehamilan dengan janin lebih dari satu.

6. Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol. Merokok menyebabkan

menurunnya kadar oksigen yang beredar dalam tubuh janin, sehingga merangsang

pertumbuhan plasenta yang besar. Plasenta yang besar dihubungkan dengan

perkembangan plasenta previa.

7. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan

bagi penempelan plasenta.

8. Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa

jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah berturut-turut menjadi

0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3% setelah 3 kali dan 10% setelah 4 kali

atau lebih.

9. Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.

10. Malnutrisi ibu hamil.

2. 3 Etiologi dan Patofisiologi Plasenta Previa

2.3.1 Etiologi plasenta previa

Etiologi tentang mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim tidak

dapat diterangkan dengan jelas. Faktor resiko terjadinya plasenta previa adalah

multiparitas dan pertambahan usia ibu. Persalinan sebelumnya dengan seksio sesar atau

abortus juga meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa. Singh et al(1990)

melaporkan adanya plasenta previa pada 3,9% wanita hamil dengan riwayat persalinan

dengan seksio sesar pada kehamilan sebelumnya. Adanya gangguan pada vaskularisasi

desidua, akibat dari adanya atropi dan inflamasi, berperan pada terjadinya plasenta

previa. William et al (1991) juga menemukan bahwa dengan merokok resiko terjadinya

plasenta previa meningkat dua kali lipat. Teori yang diberikan ialah bahwa hipoksemia

menyebabkan terjadinya kompensasi dari plasenta sehingga terjadi hipertropi

(Kuhlmann & Warsof, 1996).

Secara ultrasonografi dapat kita lihat letak dari plasenta. Pada usia kehamilan

muda sering didapatkan adanya plasenta letak rendah. Hal ini disebabkan pada

7

Page 9: Lapsus Apb

kehamilan muda segmen bawah rahim belum terbentuk. Tetapi dengan meningkatnya

usia gestasi, perlahan-lahan didapatkan perubahan letak plasenta. Perubahan posisi dari

plasenta ini tampaknya disebabkan karena pembesaran segmen atas rahim dan

pembentukan segmen bawah rahim. Disarankan bagi wanita hamil dengan diagnosis

plasenta letak rendah pada saat kehamilan muda untuk melakukan pemeriksaan

ultrasonografi pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk melihat apakah terjadi

perubahan letak plasenta atau tidak (Supono, 1985).

2.3.2 Patofisiologi plasenta previa

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu

saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya

terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus banyak mengalami

perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus

uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus

marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan

serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal

(Mansjoer, et al., 2001).

2. 4 Gambaran Klinik Plasenta Previa

Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, plasenta previa

memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa disertai rasa nyeri (painless bleeding)

(Gunawan, 2004).

Ciri-ciri plasenta previa :

1. Perdarahan tanpa nyeri. Sekitar dua pertiga pasien menunjukkan gejala sebelum

36 minggu masa gestasi, dengan setengah dari pasien ini menampakkan gejala

sebelum 30 minggu masa gestasi.

2. Perdarahan berulang

3. Warna perdarahan merah segar

4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah

5. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi

6. Denyut jantung janin ada

7. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

8. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul

8

Page 10: Lapsus Apb

9. Presentasi mungkin abnormal.

2. 5 Diagnosis Plasenta Previa

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa

penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah

(Winkjosastro, et al., 2005).

1. Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan > 22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa

alasan, terutama pada multigravida.Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari

anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.

2. Pemeriksaan luar

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.Apabila presentasi

kepala, biasanya kepala masih melayang.Tidak jarang terdapat kelainan letak janin,

seperti letak lintang atau sungsang.

3. Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pedarahan berasal dari ostium

uteri eksternum atau dari kelainan dari organ genitalia bagian dalam lainnya.

4. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Dapat dilakukan dengan menggunakan radiografi, radioisotop, dan ultrasonografi.

Pemeriksaan radiografi dan radioisotop masih dihadapkan pada bahaya radiasi yang

cukup tinggi, sehingga cara ini mulai ditinggalkan. Sedangkan penggunaan alat

ultrasonografi tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak

menimbulkan rasa nyeri.

5. Penentuan letak plasenta secara langsung

Pemeriksaannya dilakukan dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis secara

langsung. Hal ini dilakukan apabila penanganan konservatif tidak dapat dilakukan,

dan ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan siap

operasi.

2. 6 Penatalaksanaan Plasenta Previa

Semua penderita perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan pemeriksaan

dalam kecuali kemungkinan plasenta previa telah disingkirkan atau diagnosa solusio

9

Page 11: Lapsus Apb

plasenta telah ditegakkan. Penatalaksanaan plasenta previa di RSUP NTB yang

tercantum dalam Standar Pelayanan Medik (2001), dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Perawatan konservatif

2. Perawatan aktif

2.6.1 Perawatan konservatif

Perawatan konservatif dilakukan pada (1) usia kehamilan dengan perkiraan

berat bayi < 2000 gram, (2) denyut jantung janin masih baik, (3) perdarahan tidak aktif.

Cara perawatan :

- Selama 24 jam dirawat dan diawasi dengan ketat di kamar bersalin

- Perbaiki keadaan umum bila anemia, berikan darah sampai Hb > 10 g%

- Bila perdarahan telah berhenti penderita dipindahkan ke ruang perawatan dan tirah

baring selama 2 hari, bila tidak ada perdarahan dapat di mobilisasi.

- Observasi perdarahan, djj, tekanan darah setiap 6 jam,.

- Bila perdarahan berulang dilakukan penanganan aktif

- Bila perdarahan ulang tidak terjadi setelah mobilisasi penderita dipulangkan dengan

nasehat :

1. Istirahat

2. Tidak boleh coitus

3. Bila perdarahan kembali segera masuk RS

4. Kontrol tiap minggu

2.6.2 Perawatan aktif

Segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika perdarahan aktif dan diagnosa

sudah ditegakkan segera dilakukan seksio sesarea dengan memperhatikan keadaan

umum ibu. Perawatan aktif dilakukan apabila :

- Perdarahan aktif

- Perkiraan berat bayi > 2000 gram

- Gawat janin

- Anemia dengan Hb < 6 g%, janin hidup, perkiraan berat bayi > 2000 gram

10

Page 12: Lapsus Apb

2.6.3 PDMO

Pemeriksaan dalam di meja operasi (PDMO) yaitu pemeriksaan dalam diatas

meja operasi dengan persiapan seksio sesarea. PDMO dilakukan sebagai berikut :

Perabaan fornises. Pemeriksaan ini hanya bermakna pada janin dengan presentasi

kepala. Sambil mendorong sedikit kepala ke arah pintu atas panggul, perlahan-lahan

fornises diraba dengan jari. Perabaan terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin

terdapat plasenta, dan akan terasa padat (keras) apabila antara jari dan kepala tidak

terdapat plasenta. Pemeriksaan ini harus mendahului pemeriksaan melalui kanalis

servikalis untuk mendapatkan ada tidaknya plasenta previa (Winkjosastro, et al., 2005).

Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila telah ada pembukaan servik, jari

telunjuk dimasukkan melalui kanalis servikalis, dengan tujuan kalau-kalau meraba

kotiledon plasenta. Apabila kotiledon teraba, jangan berusaha menelusuri pinggir

plasenta seterusnya, karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersinya yang dapat

menimbulkan perdarahan banyak (Winkjosastro, et al., 2005).

PDMO ini dilakukan pada :

- Kehamilan aterm

- Kehamilan prematur dengan perkiraan berat bayi > 2000 gram

- Perawatan konservatif gagal

- Janin telah mati dimana pada pemeriksaan palpasi kepala telah memasuki pintu

atas panggul

Pada saat melakukan PDMO, bila

- Plasenta previa totalis, dilakukan seksio sesarea.

- Plasenta previa parsialis/marginalis dilakukan amniotomi dan drip oksitosin. Bila

gagal dilakukan seksio sesarea. Dikatakan gagal apabila setelah 12 jam tidak ada

tanda-tanda persalinan, perdarahan berulang, gawat janin, atau adanya tanda-tanda

infeksi intrauterin.

2. 7 Prognosis Plasenta Previa

Pada kasus plasenta previa, prognosis untuk ibu adalah sangat bagus. Dengan

penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah

sekali, atau tidak ada sama sekali, akan tetapi, terdapat kemungkinan 15-20% bayi tidak

dapat bertahan. Hal ini disebabkan karena 50% wanita dengan plasenta previa melalui

11

Page 13: Lapsus Apb

persalinan (delivery) preterm. Kasus-kasus tersebut dipersulit dengan perdarahan vagina

dan extreme prematurity yang dapat meningkatkan risiko kematian  perinatal. Insiden

malformasi janin (fetal malformation) yang lebih besar dan hambatan pertumbuhan

(growth restriction) haruslah diwaspadai pada kasus plasenta previa. 60% penyebab

kematian bayi pada kasus plasenta previa adalah karena bayi terlalu prematur untuk

dilahirkan (DeWitt, 2001).

Kematian ibu pada kasus plasenta previa biasanya disebabkan karena

perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy).

Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan

seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun

jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Aryanti, 2009).

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan

pertumbuhan janin terhambat sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang

dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa.

Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa.

Oleh karena itu, meskipun perdarahan yang pertama jarang, bahkan bisa dibilang tidak

berbahaya, namun bila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan segera, maka akan

dapat terjadi perdarahan berulang yang akan mengancam keselamatan ibu dan janinnya

(Aryanti, 2009).

Di banyak daerah di Indonesia, karena keadaan yang serba kurang akan

memaksa penolong menangani setiap kasus secara individual, tergantung pada keadaan

ibu, keadaan janin, dan keadaan fasilitas pertolongan dan penolong pada waktu itu.

Darah sebagai obat utama untuk mengatasi perdarahan belum salalu ada atau cukup

tersedia di rumah sakit. Kurangnya kesadaran akan bahaya perdarahan baik oleh

penderita maupun penolong, atau sukarnya pengangkutan cepat ke rumah sakit

mengakibatkan terlambatnya penderita mendapatkan pertolongan yang layak. vvvv

Semua keadaan tersebut diatas, ditambah dengan fasilitas pertolongan dan

tenaga penolong yang kurang, akan sangat melipatgandakan beban pekerjaan para

penolongnya, sehingga penanggulangannya sering tidak berhasil dengan baik.

12

Page 14: Lapsus Apb

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. S.I.

Usia : 25 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Suku : Sasak

Alamat : Selaparang

MRS : 05 Agustus 2013

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama:

Keluar darah dari jalan lahir.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien rujukan Puskesmas Selaparang dengan diagnosa G1P0A0 Preterm, tunggal, hidup, intra

uterin letkep dengan APB susp. plasenta previa.. Pasien datang ke VK RSUP NTB pukul

03.40 WITA (05 Agustus 2013). Pasien mengaku hamil 8 bulan, mengeluhkan keluar darah

dari jalan lahir di rumahnya sejak pukul 03.00 (05 Agustus 2013) sebanyak 1 kain dengan

warna darah merah segar. Nyeri perut hilang timbul (-), keluar cairan dari jalan lahir (-),

Pasien mengaku masih merasakan pergerakan janinnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah menderita penyakit berat yang membuat dirinya dirawat di RS. Pasien

juga mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan

asma.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang

menderita hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan asma.

Riwayat Menstruasi:

Pasien pertama kali haid pada umur 14 tahun. Siklus haid 28 hari, lama haid ± 7 hari, pasien

mengaku merasakan nyeri ketika haid. Ketika haid biasanya banyak, 2-3 pembalut sehari.

13

Page 15: Lapsus Apb

Riwayat Pernikahan:

Pasien menikah pada usis 23 tahun, dan ini merupakan pernikahan pertamanya.

Riwayat Ginekologi

HPHT : Lupa

HTP : -

Riwayat kontrasepsi sebelumnya: -

Rencana kontrasepsi berikutnya: KB suntik 3 bulan

Riwayat ANC :

Rutin lebih dari 4 kali di Puskesmas.

ANC terakhir : 22 Juli 2013

Riwayat USG :

1 kali di RSUP NTB saat rawat inap (07 Agustus 2013)

Hasil:

Janin : Tunggal/ Hidup/ Intra uterin. Presentasi kepala

Plasenta : di posterior SBR sampai menutupi OUI. Plasenta Previa

Air Ketuban : cukup

EFW : 3238 gram

Riwayat Obstetri :

Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

- Keadaan Umum : baik

- Kesadaran / GCS : Compos mentis / E4V5M6

- Tinggi badan : 150 cm

- Berat badan : 48 kg

- Vital Sign:

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

RR : 24 kali/menit

Suhu : 36,7 ºC

- Mata : Anemis -/-, Ikterus -/-, THT dalam batas normal, pembesaran KGB (-)

14

Page 16: Lapsus Apb

- Jantung : S1S2 tunggal dan regular, murmur (-), gallop (-)

- Paru : vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)

- Abdomen : luka bekas operasi (-), striae gravidarum (+)

- Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+

STATUS OBSTETRI

Leopold I : bokong TFU: 29 cm

Leopold II : punggung kiri TBJ: 2635 gram

Leopold III : kepala His: -

Leopold IV : 5/5 DJJ: 11-12-12 (140 kali/menit)

Pemeriksaan dalam :

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

Inspekulo : Ø (-), stolsel (+), perdarahan aktif (-), erosi porsio (+).

VT : tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (11 Agustus 2013)

Hb : 11,6 g/dL

WBC : 9,42 x 103 /µL

RBC : 4,39 x 106/uL

PLT : .260.000 /µL

HBsAg : (-)

V. DIAGNOSIS

G1P0A0H0 Aterm, tunggal, hidup, intra uterin , letak kepala dengan APB e.c plasenta

previa.

VI. RENCANA TINDAKAN

1. Observasi kesra ibu dan janin

2. Penanganan aktif plasenta previa

3. Observasi tanda-tanda vital

4. Observasi perdarahan

15

Page 17: Lapsus Apb

VII. BAYI

- Lahir tanggal / jam : 15 Agustus 2013 / 08.30 WITA

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Macam Persalinan : SCTP

- APGAR Score : 7-9

- Indikasi : APB e.c plasenta previa.

- Lahir : Hidup

- Berat : 3200 gram

- Panjang : 43 cm

- Kel.kongenital : (-)

- Anus : (+)

- Tidak ditemukan tanda-tanda prematuritas pada bayi.

PLASENTA

- Lahir tanggal : 15 Agustus 2013 (Spontan)

- Air Ketuban : jernih

- Berat : ± 550 gram

- Panjang tl.pusat : ± 50 cm

- Lengkap : Ya

VIII. PENEMUAN INTRAOPERATIF

- Plasenta di posterior segmen bawah rahim sampai menutupi OUI.

- Ketuban: Jumlah: cukup, berwarna jernih.

IX. IBU POST SC

- Keadaan umum : Baik

- Vital Sign:

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 37’C

- Kontraksi Uterus : (+) Baik

- Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat

16

Page 18: Lapsus Apb

- Perdarahan aktif : (-)

- Jumlah perdarahan : ± 400 cc

- Urine output : 300 cc/ 2 jam

17

Page 19: Lapsus Apb

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini, kasus seorang wanita 25 tahun G1P0A0H0 Aterm, tunggal, hidup, intra

uterin dengan APB e.c plasenta previa. Selanjutnya akan dibahas :

Pasien ini didiagnosa dengan G1P0A0H0 Aterm, tunggal, hidup, intra uterin dengan

APB e.c plasenta previa.

Diagnosa Antepartum Bleeding (APB) ditegakkan karena pasien mengeluh keluarnya

darah dari jalan lahir pada umur kehamilan > 22 minggu. Perdarahan ini biasanya

bersumber dari kelainan plasenta yaitu plasenta previa atau solusio plasenta. Gejala klinis

yang didapatkan pada pasien ini antara lain, perdarahan dengan warna darah merah segar

yang tidak disertai nyeri perut, perdarahan tanpa sebab, jumlah perdarahan sesuai dengan

kondisi pasien, bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul, dan kondisi janin

dalam keadaan baik. Berdasarkan gejala klinis yang dialami pasien, diagnosis yang lebih

mendekati adalah plasenta previa. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis

pada pasien ini adalah dengan melakukan inspeksi pada perdarahan dan melakukan

pemeriksaan inspekulo. Pada pemeriksaan inspekulo tidak ditemukan adanya dilatasi

serviks, tidak ditemukan adanya perdarahan aktif yang berasal dari ostium uteri internum

dan terdapat stolsel. Oleh karena itu, pada awal pemeriksaan pasien ini didiagnosa dengan

perdarahan antepartum suspect plasenta previa. Diagnosis diperkuat dengan didapatkan letak

plasenta di SBR dari pemeriksaan USG.

Diagnosa plasenta previa totalis ditegakkan setelah dilakukan seksio sesaria untuk

penanganan aktif pada pasien ini, dimana ditemukan plasenta yang berimplantasi di

belakang segmen bawah rahim meluas ke bawah menutupi seluruh ostium uterine internum.

Saat pasien datang ke RSUP Mataram, pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya

perdarahan aktif. Selain itu usia kehamilan pasien yang tidak dapat ditentukan dengan pasti,

namun dari pengakuan ibu dan hasil pemeriksaan awal diperolah TBJ 2325 gram sehingga

diperkirakan merupakan kehamilan preterm. Sehingga pada kasus ini dipilih dilakukan

penanganan konservatif.

Pasien diobservasi ketat di kamar bersalin selama 24 jam. Diperiksa keadaan ibu dan

janin, serta diperhatikan ada tidaknya perdarahan aktif lagi. Selain itu dilakukan perbaikan

terhadap keadaan umum ibu. Karena didapatkan anemia dengan Hb: 9,0 maka dilakukan

tranfusi sebanyak 2 kolf. Pada pasien ini diberikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin

18

Page 20: Lapsus Apb

(kemungkinan perawatan konservatif gagal) dengan injeksi Deksametason 12 mg setiap 12

jam.

Setelah Observasi selama 24 jam, tidak ditemukan adanya perdarahan aktif lagi

sehingga pada tanggal 06 Agustus 2013 (pukul 09.00 WITA) pasien dipindahkan ke ruang

perawatan (ruang nifas) untuk tirah baring selama 2 hari dengan perhatian terhadap adanya

perdarahan aktif ulangan, bila perdarahan berulang dilakukan penanganan aktif.

Pada tanggal 07 Agustus dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan plasenta previa

dengan TBJ 3238 gram, diperkirakan usia kehamilan telah aterm, sehingga direncanankan

untuk dilakukannya SC elektif pada tanggal 15 Agustus 2013 jika tidak ada perdarahan aktif

ulangan.

Pada kasus ini terjadi ketidaktepatan pada pemeriksaan awal sehingga tidak tepat dalam

penentuan TBJ dan penentuan usia kehamilan. Hal ini menyebabkan penanganan yang tidak

tepat terhadap pasien ini. Seharusnya jika dari awal pemeriksaan diperkirakan usia

kehamilan telah aterm jadi kehamilan dapat langsung diterminasi, tanpa harus konservatif

seperti yang dilakukan terhadap pasien ini. Namun keadaan ibu dan bayi post seksio sesarea

dalam keadaan baik.

Dalam kepustakaan, penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti.

Namun dari beberapa penelitian diketahui bahwa telah dapat dibuktikan adanya faktor-faktor

risiko terjadinya plasenta previa termasuk umur ibu, banyaknya jumlah kehamilan dan

kelahiran, merokok selama hamil dan riwayat operasi sesar. Faktor predisposisi plasenta

previa pada pasien ini adalah kebiasaan merokok suami pasien. Kebiasaan merokok maupun

menghisap asap rokok secara tidak langsung dapat menyebabkan plasenta previa karena

merokok menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang beredar dalam tubuh janin, sehingga

merangsang pertumbuhan plasenta yang besar. Plasenta yang besar dihubungkan dengan

perkembangan plasenta previa.

19

Page 21: Lapsus Apb

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:

1. Diagnosis pada pasien ini sesuai anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu G1P0A0H0 Aterm,

tunggal, hidup, intra uterin dengan APB e.c plasenta previa.

2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini kurang tepat karena terjadi

ketidaktepatan pada pemeriksaan awal sehingga tidak tepat dalam penentuan TBJ dan

penentuan usia kehamilan.

3. Faktor predisposisi dari pasien ini adalah kebiasaan merokok suami pasien.

20

Page 22: Lapsus Apb

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, Dito. 2008. Mengenali Plasenta Previa. Available at

http://www.chw.org/display/PPF/DocID/23205/router.asp

Aryanti, Dian Rosiana. 2009. Hubungan usia ibu hamil dengan kejadian plasenta previa.

RSUD Sragen : Sragen

Cunningham, F.G. et all, 2003, Williams Obstetrics, 21st ed, McGraw-Hill Companies.

DeWitt, Rosalyn S. Carson, 2001. Placenta Previa.Encyclopedia of Medicine. Available

atww.ispub.com/ostia/index.php?xmlFilePath=journals/ijgo/

Doddy, A. K., et al. 2001. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi RSU

Mataram. RSU Mataram : Mataram

Gunawan, Abadi. 2004. Perdarahan pada Hamil Tua. Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin : Makasar

Onje, J.C., Walley, R.J.. Bleeding in Late Pregnancy, in High Risk Pregnancy : Management

Option, eds : James, D.K., et al., London, WB Saunders Co.Ltd., 2000; p:119-134

Kuhlmann RS, Warsof S: Ultrasound of the placenta. In: Clin obstet gynecol 39; 1996; 519-

534

Mansjoer, Arif., et al. 2001. Kapita Selekta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :

Salemba, Jakarta

Nasrullah, 2008. Preeklamsia Berat. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram : Mataram.

Sumapraja, S., Rachimhadi, T.. 1999. Perdarahan Antepartum. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo :Jakarta.

Supono: Ilmu kebidanan. Bab I. Fisiologi.Palembang: Unit Obstetri dan Ginekologi rumah

Sakit Umum Palembang/ Fakultas Kedokteran universitas Sriwijaya, 1985: 45-47

The Royal Women’s Hospital. 2006. Antepartum Haemorrhage. Komodo CMS :Victoria,

Australia

Tinker, A. Safe Motherhood as an Economic and Social Investment.Presentation at Safe

Motherhood Technical Consultation in Sri Lanka.18-23 October 1997 (1997).

21

Page 23: Lapsus Apb

Winkjosastro, et al.. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo :

Jakarta.

World Health Organization (WHO).Maternal mortality ratios and rates: A tabulation of

available information. Geneva, WHO, 1990. 100p.

World Health Organization (WHO).Revised 1990 estimates of maternal mortality: A new

approach by WHO and UNICEF. Geneva, WHO, Apr. 1996 16 p (1996).

22

Page 24: Lapsus Apb

KRONOLOGIS

Time Subjective Objective Assestment Planning

05/08/2013

03.40

WITA

Pasien rujukan Puskesmas

Selaparang dengan diagnosa

G1P0A0 Preterm, tunggal, hidup,

intra uterin letkep dengan APB

susp. plasenta previa. Pasien

datang ke VK RSUP NTB pukul

03.40 WITA (05 Agustus 2013).

Pasien mengaku hamil 8 bulan,

mengeluhkan keluar darah dari

jalan lahir di rumahnya sejak

pukul 03.00 (05 Agustus 2013)

sebanyak 1 kain dengan warna

darah merah segar. Nyeri perut

hilang timbul (-), keluar cairan

dari jalan lahir (-), Pasien

mengaku masih merasakan

pergerakan janinnya.

riwayat hipertensi, diabetes

- Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 98 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 37 ºC

- Mata : Anemis +/+, Ikterus -/-,

THT dalam batas normal,

pembesaran KGB (-)

- Jantung : S1S2 tunggal dan

regular, murmur (-), gallop (-)

- Paru : vesikuler +/+, rhonki

(-), wheezing (-)

- Abdomen : luka bekas operasi

(-), striae gravidarum (+)

- Ekstremitas : edema -/-, akral

hangat +/+

G1P0A0 P/T/H/IU

letkep dengan APB

susp. plasenta

previa + anemia

1. Observasi kesra ibu

dan janin

2. Pro transfusi PRC 2

kolf

3. Pro USG

4. Pindah VK teratai

24

Page 25: Lapsus Apb

mellitus, penyakit jantung dan

asma.

HPHT : Lupa

HTP : -

Riwayat ANC :

.> 4 kali di Puskesmas.

ANC terakhir : 22 Juli 2013

Riwayat USG : (+)

Hasil: Plasenta di bagian bawah

rahim

Riwayat KB sebelumnya: -

Rencana KB berikutnya: KB

suntik 3 bulan

Riwayat Obstetri :

1. Ini

Kronologis :

03.05 WITA (05/08/2013)

S: Pasien datang ke Puskesmas

selaparang dengan keluhan keluar

darah segar dari jalan lahir sejak

STATUS OBSTETRI

Leopold I : bokong

Leopold II : punggung kiri

Leopold III : kepala

Leopold IV : 5/5

TFU: 27 cm

TBJ: 2325 gram

DJJ: 13-12-12 (148 kali/menit)

His: -

Pemeriksaan dalam :

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

Inspekulo : Ø (-), stolsel (+),

perdarahan aktif (-), erosi porsio

(+).

VT : tidak dilakukan

Lab :

Hb = 9,0

RBC= 3,54

WBC = 8,17

25

Page 26: Lapsus Apb

pukul 03.00 WITA (05/08/2013).

Pasien mengaku hamil 7 bulan.

O: Kondisi Umum : Lemah

TD: 90/70 mmHg

anemis +/+

Perdarahan aktif (+)

A: G1P0A0 Preterm, tunggal,

hidup, intra uterin letkep dengan

APB susp. plasenta previa

P: Rujuk RSUP NTB

PLT = 287

HbSAg (-)

05.30

WITA

VK teratai

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 98 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 37 ºC

STATUS OBSTETRI

Leopold I : bokong

Leopold II : punggung kiri

G1P0A0 P/T/H/IU

letkep dengan APB

susp. plasenta

previa + anemia

1. Observasi kesra ibu

dan janin

2. Pro transfusi PRC 2

kolf

3. Pro USG

26

Page 27: Lapsus Apb

Leopold III : kepala

Leopold IV : 5/5

TFU: 27 cm

TBJ: 2325 gram

DJJ: 13-13-12 (152 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

08.00

WITA

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 37 ºC

DJJ: 11-12-12 (140 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 P/T/H/IU

letkep dengan APB

susp. plasenta

previa + anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

3. Konsul supervisor pro

penanganan konservatif

ACC.

Dexametason 12 mg/12

jam

SF 3x1

Jika perdarahan aktif

(+) SC cito

10.50 - - G1P0A0 P/T/H/IU 1. Observasi kesra ibu dan

27

Page 28: Lapsus Apb

WITA letkep dengan APB

susp. plasenta

previa + anemia

janin

2. Observasi perdarahan

3.

4. Transfusi PRC Kolf I :

200 cc

15.50 - - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 24 kali/menit

Suhu : 36,9 ºC

DJJ: 12-11-11 (140 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 P/T/H/IU

letkep dengan APB

susp. plasenta

previa + anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

3. Trnsfusi PRC kolf II:

200 cc

28

Page 29: Lapsus Apb

20.00 - - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 100/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,9 ºC

DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 P/T/H/IU

letkep dengan APB

susp. plasenta

previa + anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

3. Transfusi kolf ke II

habis. Pro Cek DL post

transfusi

06/08/2013

05.00

WITA

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 24 kali/menit

Suhu : 36,9 ºC

DJJ: 12-12-11 (140 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 P/T/H/IU

letkep dengan APB

susp. plasenta

previa + anemia

ringan

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

3. Pro Pindah Ruang

perawatan (Ruang nifas)

29

Page 30: Lapsus Apb

LAB:

Hb: 10,3

RBC: 3,06

WBC: 10,21

PLT: 256

09.00

Ruang

Nifas

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,7 ºC

DJJ: 12-12-12 (144 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 P/T/H/IU

letkep dengan APB

susp. plasenta

previa + anemia

ringan

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

30

Page 31: Lapsus Apb

07/08/2013

07.00

WITA

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,9 ºC

DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

USG

Hasil:

Janin: Tunggal/ Hidup/ Intra

uterin. Presentasi kepala

Plasenta: di posterior SBR

sampai menutupi OUI. Plasenta

Previa

Air Ketuban : cukup

EFW : 3238 gram

G1P0A0 A/T/H/IU

letkep dengan APB.

plasenta previa

totalis+ anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

Advice Supervisor setelah

USG:

Pro SC elektif

Bila perdarahan lagi

atau gawat janin SC

cito

31

Page 32: Lapsus Apb

08/08/2013

07.00

WITA

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,9 ºC

DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 A/T/H/IU

letkep dengan APB.

plasenta previa

totalis+ anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

09/08/2013

07.00

WITA

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,9 ºC

DJJ: 12-12-12 (144 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 A/T/H/IU

letkep dengan APB.

plasenta previa

totalis+ anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

32

Page 33: Lapsus Apb

10/08/2013

07.00

WITA

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,6 ºC

DJJ: 12-12-11 (140 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 A/T/H/IU

letkep dengan APB.

plasenta previa

totalis+ anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

11/08/2013

07.00

WITA

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 24 kali/menit

Suhu : 36,8 ºC

DJJ: 12-12-12 (144 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 A/T/H/IU

letkep dengan APB.

plasenta previa

totalis+ anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

33

Page 34: Lapsus Apb

12/08/2013

07.00

WITA

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 84 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,9 ºC

DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

LAB:

Hb: 11,6

RBC: 4,46

WBC: 10,14

PLT: 306

BT: 2’ 30’’

CT: 5’ 30’’

G1P0A0 A/T/H/IU

letkep dengan APB.

plasenta previa

totalis+ anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

3. Konsul Anestesi

34

Page 35: Lapsus Apb

13/08/2013

07.00

WITA

- - Keadaan Umum : baik

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,9 ºC

DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 A/T/H/IU

letkep dengan APB.

plasenta previa

totalis+ anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

14/08/2013

07.00

WITA

- - Keadaan Umum : Sedang

- Kesadaran: Compos mentis

- Vital Sign:

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 36,9 ºC

DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)

His: -

Inspeksi : Perdarahan aktif (-)

G1P0A0 A/T/H/IU

letkep dengan APB.

plasenta previa

totalis+ anemia

1. Observasi kesra ibu dan

janin

2. Observasi perdarahan

35

Page 36: Lapsus Apb

15/08/2013

08.15

WITA

- - - SC dimulai.

Lahir Bayi laki-laki, AS: 7-

9, 3200 gram.

Kelainan congenital: (-)

Anus (+)

Cairan ketuban jernih

Plasenta lahir komplit

Perdarahan:

Temuan intra operatif:

Plasenta di posterior segmen

bawah rahim sampai

menutupi OUI.

Tanda-tanda prematur pd

bayi (-)

07.00

WITA

Nyeri luka operasi - Keadaan umum: Baik

- Vital Sign:

TD : 120/80 mmHg

Nadi: 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 37’C

- Kontraksi Uterus: (+) Baik

2 jam post SC 1. Lanjutkan observasi

keadaan ibu

2. Sarankan makan dan

minum yang cukup jika

tidak mula dan muntah

3. Istirahat

36

Page 37: Lapsus Apb

- Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di

bawah pusat

- Perdarahan aktif: (-)

- Jumlah perdarahan : ± 400 cc

- Urine output: 300 cc/ 2 jam

16/08/2013

07.00

WITA

Nyeri luka operasi - Keadaan umum: Baik

- Vital Sign:

TD : 120/80 mmHg

Nadi: 80 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 37’C

- Kontraksi Uterus: (+) Baik

- Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di

bawah pusat

Post SC hari I 1. Lanjutkan observasi

keadaan ibu

2. Sarankan makan dan

minum yang cukup

3. Mobilisasi

37

Page 38: Lapsus Apb

17/08/2013

07.00

WITA

Nyeri luka operasi - Keadaan umum: Baik

- Vital Sign:

TD : 120/80 mmHg

Nadi: 84 kali/menit

RR : 20 kali/menit

Suhu : 37’C

- Kontraksi Uterus: (+) Baik

- Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di

bawah pusat

Post SC hari ke II BPL

38