lapsus apb
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
PLASENTA PREVIA
Nama : Rahmi Syafriyani
NIM : H1A006038
PEMBIMBING :
dr. Agus Thoriq, SpOG
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP NTB
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Plasenta Previa” ini disusun dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah
Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:
1. dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, SpOG, selaku Kepala Bagian/ SMF Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUP NTB.
2. dr. I Made Mahayasa, SpOG, selaku Koordinator pendidikan Bagian/ SMF Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUP NTB.
3. dr. Agus Thoriq, SpOG, selaku pembimbing laporan kasus ini.
4. dr. H. Doddy Ario K., SpOG (K), selaku supervisor.
5. dr. Edi Prasetyo Wibowo, SpOG, selaku supervisor.
6. dr. G. M. Punarbawa, SpOG, selaku supervisor.
7. dr. I Made Putra Juliawan, SpOG, selaku supervisor.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan
kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari
sebagai dokter. Terimakasih.
Mataram, Agustus 2013
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap menit seorang wanita meninggal karena komplikasi yang terkait dengan
kehamilan dan persalinan. Secara keseluruhan diperkirakan bahwa 1.400 wanita meninggal
setiap hari atau 585.000 wanita meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan.
Setiap wanita yang meninggal tersebut biasanya berusia muda, sudah menjadi ibu dan 99 %
hidup di negara berkembang. Di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena
kehamilan, persalinan dan nifas (WHO, 1996).
Kematian seorang ibu sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan dan kehidupan anak-
anak yang ditinggalkannya. Jika seorang ibu meninggal, maka anak-anak yang
ditinggalkannya mempunyai kemungkinan tiga hingga sepuluh kali lebih besar untuk
meninggal dalam waktu dua tahun bila dibandingkan dengan anak-anak yang masih memiliki
kedua orangtua . Di Indonesia setiap 20 menit anak usia di bawah 5 tahun meninggal. Dengan
kata lain 30.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta anak balita meninggal setiap
tahun. Di Indonesia angka kematian anak balita menurun 15 % dalam 15 tahun, dari 79
kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1988 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup
pada kurun waktu 1998-2002. Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di negara maju
seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 1996; Nasrullah 2008;
Tinker,1997).
Sebagian besar (60-80%) kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dan sebagiannya
lagi diesebabkan oleh persalinan macet, sepsis, tekanan darah tinggi saat kehamilan, dan
komplikasi dari aborsi yang tidak aman. Setiap perdarahan pada kehamilan harus selalu
dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut
sebagai abortus, sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut sebagai perdarahan
antepartum atau Antepartum Bleeding (APB). Dahulu batas teoritis kehamilan tua adalah
umur kehamilan lebih dari 28 minggu. Namun seiring dengan kemajuan di bidang perawatan
intensif, WHO mengubah batasan kehamilan tua menjadi umur kehamilan diatas 22 minggu,
mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus saat ini lebih tinggi (WHO, 1990;
Sumapraja & Rachimhadi, 1999; Konje & Walley, 2000).
Penyebab terpenting kematian maternal diIndonesia adalah perdarahan (40-
60%),infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan
penyakitlain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab
2
kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan
antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua
persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang
belum jelas sumbernya (Karkata,2007).
Plasenta previa didefinisikan sebagai suatu keadaan seluruh atau sebagian plasenta
ber-insersi di ostium uteri internum, sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari jalan lahir.
Prevalensi plasenta previa di negara maju berkisar antara 0,26 - 2,00 % dari seluruh jumlah
kehamilan, sedangkan di Indonesia dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2,4 -
3,56 % dari seluruh kehamilan. Angka kejadian plasenta previa relatif tetap dalam tiga
dekade sampai dengan pertengahan tahun 1980, yaitu rata-rata 0,36-0,37 %, tetapi pada
dekade selanjutnya angka kejadian meningkat menjadi 0,48 %, mungkin disebabkan karena
meningkatnya faktor risiko terjadinya plasenta previa seperti umur ibu hamil semakin tua,
kelahiran secara bedah sesar, paritas yang tinggi serta meningkatnya jumlah abortus yang
terjadi, terutama abortus provokatus (Aryanti, 2009).
Berikut ini disajikan suatu kasus seorang wanita 25 tahun dengan G1P0A0 preterm,
tunggal, hidup dengan plasenta previa totalis, yang selanjutnya ditatalaksana sesuai prosedur
tetap plasenta previa di RSUP NTB. Selanjutnya akan dibahas apakah diagnose, tindakan,
dan penatalaksanaannya sudah tepat dan sesuai dengan literatur yang ada.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi dan Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir pada umur
kehamilan 28 minggu atau lebih. Jika diagnosa suatu plasenta previa atau plasenta letak
rendah dilakukan sebelum trimester ketiga, kemungkinannya masih dapat berubah.
Sekitar 90 % kasus–kasus plasenta previa yang didiagnosis sebelum usia kehamilan
trimester ketiga akan mengalami perubahan pada akhir kehamilannya. Sesuai dengan
pertumbuhan uterus, posisi plasenta terhadap serviks dapat berubah. Pada akhir
kehamilan, plasenta tidak lagi menutupi jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta
terletak di bagian atas uterus (Wiknjosastro, et al., 2005).
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan
fisiologik. Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta
previa total pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa
parsialis pada pembukaan 8 cm Menurut De Snoo, diketahui terdapat empat derajat
kelainan ini (Cunningham, 2003) :
1. Plasenta previa totalis. Ostium uteri internum serviks seluruhnya tertutupi oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis. Sebagian ostium uteri internum serviks tertutup oleh
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis. Tepi plasenta terletak di batas ostium uteri internum
serviks.
4. Plasenta letak rendah. Plasenta tertanam di segmen bawah uterus sedemikian rupa
sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium uteri internum tetapi sangat
dekat dengannya.
Keadaan lain, yang disebut vasa previa, adalah keadaan dengan pembuluh-
pembuluh janin berjalan melewati selaput ketuban dan terdapat di ostium uteri internum.
Kondisi ini merupakan penyebab perdarahan antepartum yang jarang dan memiliki angka
kematian janin yang tinggi (The Royal Women’s Hospital, 2006).
4
Gambar 1.1: Jenis plasenta previa
Ada juga literatur yang membagi plasenta previa dengan menggunakan pembagian
grade I sampai grade IV, namun pada dasarnya pembagian tersebut tidaklah berbeda jauh
(Konje & Taylor, 2000).
Tabel 1. Pembagian plasenta previa
Grade Deskripsi
I Plasenta berada pada segmen bawah rahim tetapi tepi terbawah tidak
mencapai ostium uteri internum
II Tepi terbawah dari plasenta letak rendah mencapai ostium uteri
internum tetapi tidak menutupinya
III Plasenta menutupi ostium uteri internum tetapi asimteris
IV Plasenta menutupi ostium uteri internum secara simetris
Dikutip dari Konje JC, Taylor DJ (2000)
Gambar 2. Perbandingan plasenta letak normal dengan plasenta previa
5
2. 2 Epidemiologi Plasenta Previa
2.2.1 Insiden plasenta previa
Di Indonesia tercatat dari laporan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,
antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan
terdaftar, atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar (Winkjosastro, 2007).
Sedangkan di Amerika Serikat, plasenta previa terjadi sekitar 0,3 – 0,5 % dari semua
persalinan. Ada peningkatan risiko sebesar 1,5 sampai 5 kali lipat jika disertai riwayat
seksio sesarea (cesarean delivery). Dengan peningkatan jumlah kelahiran secara seksio
sesarea, risiko ini dapat menjadi sebesar 10% (Anurogo, 2008).
Pada umumnya insiden plasenta previa 1 dari 250 kehamilan. Frekuensinya
bervariasi, namun pada nulipara kejadiannya hanya 1 dari 1000 sampai 1500
kehamilan, dimana kejadiannya pada multipara sebesar 1 kejadian dari 29 kehamilan.
Dari semua plasenta previa, frekuensi plasenta previa total (complete) sebesar 20-45%,
plasenta previa parsial sekitar 30%, dan plasenta previa marginal sebesar 25-50%
(Anurgo, 2008).
2.2.2 Faktor risiko plasenta previa
Penyebab utama terjadinya plasenta previa tidak diketahui. Tetapi ada beberapa
faktor resiko yang menyebabkan meningkatnya kesempatan seseorang untuk
mengalami plasenta previa, yaitu (Gunawan, 2004):
1. Operasi sesar sebelumnya. Pada wanita–wanita yang pernah menjalani operasi sesar
sebelumnya, maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan mengalami plasenta
previa. Resiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih
operasi sesar (pada wanita–wanita yang pernah 4 kali atau lebih menjalani operasi
sesar, maka 1 dari 10 wanita ini akan mengalami plasenta previa).
2. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus, seperti dilatasi dan kuretase
atau aborsi medisinalis.
3. Multiparitas (jumlah kehamilan sebelumnya) dan jarak kehamilan. Plasenta previa
terjadi pada 1 dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil.Bagaimanapun, pada
wanita yang telah 5 kali hamil atau lebih, maka resiko terjadinya plasenta previa
adalah 1 diantara 20 kehamilan.Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari
tempat selain bekas plasenta sebelumnya.
6
4. Usia ibu hamil. Diantara wanita-wanita yang berusia kurang dari 19 tahun, hanya 1
dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Satu dari 100 wanita yang berusia lebih
dari 35 tahun akan mengalami plasenta previa. Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali
lebih berisiko.
5. Kehamilan dengan janin lebih dari satu.
6. Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol. Merokok menyebabkan
menurunnya kadar oksigen yang beredar dalam tubuh janin, sehingga merangsang
pertumbuhan plasenta yang besar. Plasenta yang besar dihubungkan dengan
perkembangan plasenta previa.
7. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan
bagi penempelan plasenta.
8. Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa
jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah berturut-turut menjadi
0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3% setelah 3 kali dan 10% setelah 4 kali
atau lebih.
9. Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.
10. Malnutrisi ibu hamil.
2. 3 Etiologi dan Patofisiologi Plasenta Previa
2.3.1 Etiologi plasenta previa
Etiologi tentang mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim tidak
dapat diterangkan dengan jelas. Faktor resiko terjadinya plasenta previa adalah
multiparitas dan pertambahan usia ibu. Persalinan sebelumnya dengan seksio sesar atau
abortus juga meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa. Singh et al(1990)
melaporkan adanya plasenta previa pada 3,9% wanita hamil dengan riwayat persalinan
dengan seksio sesar pada kehamilan sebelumnya. Adanya gangguan pada vaskularisasi
desidua, akibat dari adanya atropi dan inflamasi, berperan pada terjadinya plasenta
previa. William et al (1991) juga menemukan bahwa dengan merokok resiko terjadinya
plasenta previa meningkat dua kali lipat. Teori yang diberikan ialah bahwa hipoksemia
menyebabkan terjadinya kompensasi dari plasenta sehingga terjadi hipertropi
(Kuhlmann & Warsof, 1996).
Secara ultrasonografi dapat kita lihat letak dari plasenta. Pada usia kehamilan
muda sering didapatkan adanya plasenta letak rendah. Hal ini disebabkan pada
7
kehamilan muda segmen bawah rahim belum terbentuk. Tetapi dengan meningkatnya
usia gestasi, perlahan-lahan didapatkan perubahan letak plasenta. Perubahan posisi dari
plasenta ini tampaknya disebabkan karena pembesaran segmen atas rahim dan
pembentukan segmen bawah rahim. Disarankan bagi wanita hamil dengan diagnosis
plasenta letak rendah pada saat kehamilan muda untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografi pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk melihat apakah terjadi
perubahan letak plasenta atau tidak (Supono, 1985).
2.3.2 Patofisiologi plasenta previa
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya
terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus banyak mengalami
perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal
(Mansjoer, et al., 2001).
2. 4 Gambaran Klinik Plasenta Previa
Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, plasenta previa
memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa disertai rasa nyeri (painless bleeding)
(Gunawan, 2004).
Ciri-ciri plasenta previa :
1. Perdarahan tanpa nyeri. Sekitar dua pertiga pasien menunjukkan gejala sebelum
36 minggu masa gestasi, dengan setengah dari pasien ini menampakkan gejala
sebelum 30 minggu masa gestasi.
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
6. Denyut jantung janin ada
7. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
8. Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
8
9. Presentasi mungkin abnormal.
2. 5 Diagnosis Plasenta Previa
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa
penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah
(Winkjosastro, et al., 2005).
1. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan > 22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa
alasan, terutama pada multigravida.Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
2. Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul.Apabila presentasi
kepala, biasanya kepala masih melayang.Tidak jarang terdapat kelainan letak janin,
seperti letak lintang atau sungsang.
3. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pedarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan dari organ genitalia bagian dalam lainnya.
4. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan menggunakan radiografi, radioisotop, dan ultrasonografi.
Pemeriksaan radiografi dan radioisotop masih dihadapkan pada bahaya radiasi yang
cukup tinggi, sehingga cara ini mulai ditinggalkan. Sedangkan penggunaan alat
ultrasonografi tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak
menimbulkan rasa nyeri.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaannya dilakukan dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis secara
langsung. Hal ini dilakukan apabila penanganan konservatif tidak dapat dilakukan,
dan ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan siap
operasi.
2. 6 Penatalaksanaan Plasenta Previa
Semua penderita perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan pemeriksaan
dalam kecuali kemungkinan plasenta previa telah disingkirkan atau diagnosa solusio
9
plasenta telah ditegakkan. Penatalaksanaan plasenta previa di RSUP NTB yang
tercantum dalam Standar Pelayanan Medik (2001), dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Perawatan konservatif
2. Perawatan aktif
2.6.1 Perawatan konservatif
Perawatan konservatif dilakukan pada (1) usia kehamilan dengan perkiraan
berat bayi < 2000 gram, (2) denyut jantung janin masih baik, (3) perdarahan tidak aktif.
Cara perawatan :
- Selama 24 jam dirawat dan diawasi dengan ketat di kamar bersalin
- Perbaiki keadaan umum bila anemia, berikan darah sampai Hb > 10 g%
- Bila perdarahan telah berhenti penderita dipindahkan ke ruang perawatan dan tirah
baring selama 2 hari, bila tidak ada perdarahan dapat di mobilisasi.
- Observasi perdarahan, djj, tekanan darah setiap 6 jam,.
- Bila perdarahan berulang dilakukan penanganan aktif
- Bila perdarahan ulang tidak terjadi setelah mobilisasi penderita dipulangkan dengan
nasehat :
1. Istirahat
2. Tidak boleh coitus
3. Bila perdarahan kembali segera masuk RS
4. Kontrol tiap minggu
2.6.2 Perawatan aktif
Segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika perdarahan aktif dan diagnosa
sudah ditegakkan segera dilakukan seksio sesarea dengan memperhatikan keadaan
umum ibu. Perawatan aktif dilakukan apabila :
- Perdarahan aktif
- Perkiraan berat bayi > 2000 gram
- Gawat janin
- Anemia dengan Hb < 6 g%, janin hidup, perkiraan berat bayi > 2000 gram
10
2.6.3 PDMO
Pemeriksaan dalam di meja operasi (PDMO) yaitu pemeriksaan dalam diatas
meja operasi dengan persiapan seksio sesarea. PDMO dilakukan sebagai berikut :
Perabaan fornises. Pemeriksaan ini hanya bermakna pada janin dengan presentasi
kepala. Sambil mendorong sedikit kepala ke arah pintu atas panggul, perlahan-lahan
fornises diraba dengan jari. Perabaan terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin
terdapat plasenta, dan akan terasa padat (keras) apabila antara jari dan kepala tidak
terdapat plasenta. Pemeriksaan ini harus mendahului pemeriksaan melalui kanalis
servikalis untuk mendapatkan ada tidaknya plasenta previa (Winkjosastro, et al., 2005).
Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila telah ada pembukaan servik, jari
telunjuk dimasukkan melalui kanalis servikalis, dengan tujuan kalau-kalau meraba
kotiledon plasenta. Apabila kotiledon teraba, jangan berusaha menelusuri pinggir
plasenta seterusnya, karena mungkin plasenta akan terlepas dari insersinya yang dapat
menimbulkan perdarahan banyak (Winkjosastro, et al., 2005).
PDMO ini dilakukan pada :
- Kehamilan aterm
- Kehamilan prematur dengan perkiraan berat bayi > 2000 gram
- Perawatan konservatif gagal
- Janin telah mati dimana pada pemeriksaan palpasi kepala telah memasuki pintu
atas panggul
Pada saat melakukan PDMO, bila
- Plasenta previa totalis, dilakukan seksio sesarea.
- Plasenta previa parsialis/marginalis dilakukan amniotomi dan drip oksitosin. Bila
gagal dilakukan seksio sesarea. Dikatakan gagal apabila setelah 12 jam tidak ada
tanda-tanda persalinan, perdarahan berulang, gawat janin, atau adanya tanda-tanda
infeksi intrauterin.
2. 7 Prognosis Plasenta Previa
Pada kasus plasenta previa, prognosis untuk ibu adalah sangat bagus. Dengan
penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah
sekali, atau tidak ada sama sekali, akan tetapi, terdapat kemungkinan 15-20% bayi tidak
dapat bertahan. Hal ini disebabkan karena 50% wanita dengan plasenta previa melalui
11
persalinan (delivery) preterm. Kasus-kasus tersebut dipersulit dengan perdarahan vagina
dan extreme prematurity yang dapat meningkatkan risiko kematian perinatal. Insiden
malformasi janin (fetal malformation) yang lebih besar dan hambatan pertumbuhan
(growth restriction) haruslah diwaspadai pada kasus plasenta previa. 60% penyebab
kematian bayi pada kasus plasenta previa adalah karena bayi terlalu prematur untuk
dilahirkan (DeWitt, 2001).
Kematian ibu pada kasus plasenta previa biasanya disebabkan karena
perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular Coagulopathy).
Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan
seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun
jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion (Aryanti, 2009).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan
pertumbuhan janin terhambat sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa.
Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa.
Oleh karena itu, meskipun perdarahan yang pertama jarang, bahkan bisa dibilang tidak
berbahaya, namun bila tidak dilakukan penanganan yang tepat dan segera, maka akan
dapat terjadi perdarahan berulang yang akan mengancam keselamatan ibu dan janinnya
(Aryanti, 2009).
Di banyak daerah di Indonesia, karena keadaan yang serba kurang akan
memaksa penolong menangani setiap kasus secara individual, tergantung pada keadaan
ibu, keadaan janin, dan keadaan fasilitas pertolongan dan penolong pada waktu itu.
Darah sebagai obat utama untuk mengatasi perdarahan belum salalu ada atau cukup
tersedia di rumah sakit. Kurangnya kesadaran akan bahaya perdarahan baik oleh
penderita maupun penolong, atau sukarnya pengangkutan cepat ke rumah sakit
mengakibatkan terlambatnya penderita mendapatkan pertolongan yang layak. vvvv
Semua keadaan tersebut diatas, ditambah dengan fasilitas pertolongan dan
tenaga penolong yang kurang, akan sangat melipatgandakan beban pekerjaan para
penolongnya, sehingga penanggulangannya sering tidak berhasil dengan baik.
12
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S.I.
Usia : 25 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Selaparang
MRS : 05 Agustus 2013
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Keluar darah dari jalan lahir.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan Puskesmas Selaparang dengan diagnosa G1P0A0 Preterm, tunggal, hidup, intra
uterin letkep dengan APB susp. plasenta previa.. Pasien datang ke VK RSUP NTB pukul
03.40 WITA (05 Agustus 2013). Pasien mengaku hamil 8 bulan, mengeluhkan keluar darah
dari jalan lahir di rumahnya sejak pukul 03.00 (05 Agustus 2013) sebanyak 1 kain dengan
warna darah merah segar. Nyeri perut hilang timbul (-), keluar cairan dari jalan lahir (-),
Pasien mengaku masih merasakan pergerakan janinnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah menderita penyakit berat yang membuat dirinya dirawat di RS. Pasien
juga mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan
asma.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang
menderita hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan asma.
Riwayat Menstruasi:
Pasien pertama kali haid pada umur 14 tahun. Siklus haid 28 hari, lama haid ± 7 hari, pasien
mengaku merasakan nyeri ketika haid. Ketika haid biasanya banyak, 2-3 pembalut sehari.
13
Riwayat Pernikahan:
Pasien menikah pada usis 23 tahun, dan ini merupakan pernikahan pertamanya.
Riwayat Ginekologi
HPHT : Lupa
HTP : -
Riwayat kontrasepsi sebelumnya: -
Rencana kontrasepsi berikutnya: KB suntik 3 bulan
Riwayat ANC :
Rutin lebih dari 4 kali di Puskesmas.
ANC terakhir : 22 Juli 2013
Riwayat USG :
1 kali di RSUP NTB saat rawat inap (07 Agustus 2013)
Hasil:
Janin : Tunggal/ Hidup/ Intra uterin. Presentasi kepala
Plasenta : di posterior SBR sampai menutupi OUI. Plasenta Previa
Air Ketuban : cukup
EFW : 3238 gram
Riwayat Obstetri :
Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
- Keadaan Umum : baik
- Kesadaran / GCS : Compos mentis / E4V5M6
- Tinggi badan : 150 cm
- Berat badan : 48 kg
- Vital Sign:
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu : 36,7 ºC
- Mata : Anemis -/-, Ikterus -/-, THT dalam batas normal, pembesaran KGB (-)
14
- Jantung : S1S2 tunggal dan regular, murmur (-), gallop (-)
- Paru : vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : luka bekas operasi (-), striae gravidarum (+)
- Ekstremitas : edema -/-, akral hangat +/+
STATUS OBSTETRI
Leopold I : bokong TFU: 29 cm
Leopold II : punggung kiri TBJ: 2635 gram
Leopold III : kepala His: -
Leopold IV : 5/5 DJJ: 11-12-12 (140 kali/menit)
Pemeriksaan dalam :
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
Inspekulo : Ø (-), stolsel (+), perdarahan aktif (-), erosi porsio (+).
VT : tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (11 Agustus 2013)
Hb : 11,6 g/dL
WBC : 9,42 x 103 /µL
RBC : 4,39 x 106/uL
PLT : .260.000 /µL
HBsAg : (-)
V. DIAGNOSIS
G1P0A0H0 Aterm, tunggal, hidup, intra uterin , letak kepala dengan APB e.c plasenta
previa.
VI. RENCANA TINDAKAN
1. Observasi kesra ibu dan janin
2. Penanganan aktif plasenta previa
3. Observasi tanda-tanda vital
4. Observasi perdarahan
15
VII. BAYI
- Lahir tanggal / jam : 15 Agustus 2013 / 08.30 WITA
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Macam Persalinan : SCTP
- APGAR Score : 7-9
- Indikasi : APB e.c plasenta previa.
- Lahir : Hidup
- Berat : 3200 gram
- Panjang : 43 cm
- Kel.kongenital : (-)
- Anus : (+)
- Tidak ditemukan tanda-tanda prematuritas pada bayi.
PLASENTA
- Lahir tanggal : 15 Agustus 2013 (Spontan)
- Air Ketuban : jernih
- Berat : ± 550 gram
- Panjang tl.pusat : ± 50 cm
- Lengkap : Ya
VIII. PENEMUAN INTRAOPERATIF
- Plasenta di posterior segmen bawah rahim sampai menutupi OUI.
- Ketuban: Jumlah: cukup, berwarna jernih.
IX. IBU POST SC
- Keadaan umum : Baik
- Vital Sign:
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 37’C
- Kontraksi Uterus : (+) Baik
- Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat
16
- Perdarahan aktif : (-)
- Jumlah perdarahan : ± 400 cc
- Urine output : 300 cc/ 2 jam
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini, kasus seorang wanita 25 tahun G1P0A0H0 Aterm, tunggal, hidup, intra
uterin dengan APB e.c plasenta previa. Selanjutnya akan dibahas :
Pasien ini didiagnosa dengan G1P0A0H0 Aterm, tunggal, hidup, intra uterin dengan
APB e.c plasenta previa.
Diagnosa Antepartum Bleeding (APB) ditegakkan karena pasien mengeluh keluarnya
darah dari jalan lahir pada umur kehamilan > 22 minggu. Perdarahan ini biasanya
bersumber dari kelainan plasenta yaitu plasenta previa atau solusio plasenta. Gejala klinis
yang didapatkan pada pasien ini antara lain, perdarahan dengan warna darah merah segar
yang tidak disertai nyeri perut, perdarahan tanpa sebab, jumlah perdarahan sesuai dengan
kondisi pasien, bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul, dan kondisi janin
dalam keadaan baik. Berdasarkan gejala klinis yang dialami pasien, diagnosis yang lebih
mendekati adalah plasenta previa. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
pada pasien ini adalah dengan melakukan inspeksi pada perdarahan dan melakukan
pemeriksaan inspekulo. Pada pemeriksaan inspekulo tidak ditemukan adanya dilatasi
serviks, tidak ditemukan adanya perdarahan aktif yang berasal dari ostium uteri internum
dan terdapat stolsel. Oleh karena itu, pada awal pemeriksaan pasien ini didiagnosa dengan
perdarahan antepartum suspect plasenta previa. Diagnosis diperkuat dengan didapatkan letak
plasenta di SBR dari pemeriksaan USG.
Diagnosa plasenta previa totalis ditegakkan setelah dilakukan seksio sesaria untuk
penanganan aktif pada pasien ini, dimana ditemukan plasenta yang berimplantasi di
belakang segmen bawah rahim meluas ke bawah menutupi seluruh ostium uterine internum.
Saat pasien datang ke RSUP Mataram, pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya
perdarahan aktif. Selain itu usia kehamilan pasien yang tidak dapat ditentukan dengan pasti,
namun dari pengakuan ibu dan hasil pemeriksaan awal diperolah TBJ 2325 gram sehingga
diperkirakan merupakan kehamilan preterm. Sehingga pada kasus ini dipilih dilakukan
penanganan konservatif.
Pasien diobservasi ketat di kamar bersalin selama 24 jam. Diperiksa keadaan ibu dan
janin, serta diperhatikan ada tidaknya perdarahan aktif lagi. Selain itu dilakukan perbaikan
terhadap keadaan umum ibu. Karena didapatkan anemia dengan Hb: 9,0 maka dilakukan
tranfusi sebanyak 2 kolf. Pada pasien ini diberikan kortikosteroid untuk maturitas paru janin
18
(kemungkinan perawatan konservatif gagal) dengan injeksi Deksametason 12 mg setiap 12
jam.
Setelah Observasi selama 24 jam, tidak ditemukan adanya perdarahan aktif lagi
sehingga pada tanggal 06 Agustus 2013 (pukul 09.00 WITA) pasien dipindahkan ke ruang
perawatan (ruang nifas) untuk tirah baring selama 2 hari dengan perhatian terhadap adanya
perdarahan aktif ulangan, bila perdarahan berulang dilakukan penanganan aktif.
Pada tanggal 07 Agustus dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan plasenta previa
dengan TBJ 3238 gram, diperkirakan usia kehamilan telah aterm, sehingga direncanankan
untuk dilakukannya SC elektif pada tanggal 15 Agustus 2013 jika tidak ada perdarahan aktif
ulangan.
Pada kasus ini terjadi ketidaktepatan pada pemeriksaan awal sehingga tidak tepat dalam
penentuan TBJ dan penentuan usia kehamilan. Hal ini menyebabkan penanganan yang tidak
tepat terhadap pasien ini. Seharusnya jika dari awal pemeriksaan diperkirakan usia
kehamilan telah aterm jadi kehamilan dapat langsung diterminasi, tanpa harus konservatif
seperti yang dilakukan terhadap pasien ini. Namun keadaan ibu dan bayi post seksio sesarea
dalam keadaan baik.
Dalam kepustakaan, penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti.
Namun dari beberapa penelitian diketahui bahwa telah dapat dibuktikan adanya faktor-faktor
risiko terjadinya plasenta previa termasuk umur ibu, banyaknya jumlah kehamilan dan
kelahiran, merokok selama hamil dan riwayat operasi sesar. Faktor predisposisi plasenta
previa pada pasien ini adalah kebiasaan merokok suami pasien. Kebiasaan merokok maupun
menghisap asap rokok secara tidak langsung dapat menyebabkan plasenta previa karena
merokok menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang beredar dalam tubuh janin, sehingga
merangsang pertumbuhan plasenta yang besar. Plasenta yang besar dihubungkan dengan
perkembangan plasenta previa.
19
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan kasus ini terdiri dari:
1. Diagnosis pada pasien ini sesuai anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu G1P0A0H0 Aterm,
tunggal, hidup, intra uterin dengan APB e.c plasenta previa.
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini kurang tepat karena terjadi
ketidaktepatan pada pemeriksaan awal sehingga tidak tepat dalam penentuan TBJ dan
penentuan usia kehamilan.
3. Faktor predisposisi dari pasien ini adalah kebiasaan merokok suami pasien.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo, Dito. 2008. Mengenali Plasenta Previa. Available at
http://www.chw.org/display/PPF/DocID/23205/router.asp
Aryanti, Dian Rosiana. 2009. Hubungan usia ibu hamil dengan kejadian plasenta previa.
RSUD Sragen : Sragen
Cunningham, F.G. et all, 2003, Williams Obstetrics, 21st ed, McGraw-Hill Companies.
DeWitt, Rosalyn S. Carson, 2001. Placenta Previa.Encyclopedia of Medicine. Available
atww.ispub.com/ostia/index.php?xmlFilePath=journals/ijgo/
Doddy, A. K., et al. 2001. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi RSU
Mataram. RSU Mataram : Mataram
Gunawan, Abadi. 2004. Perdarahan pada Hamil Tua. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin : Makasar
Onje, J.C., Walley, R.J.. Bleeding in Late Pregnancy, in High Risk Pregnancy : Management
Option, eds : James, D.K., et al., London, WB Saunders Co.Ltd., 2000; p:119-134
Kuhlmann RS, Warsof S: Ultrasound of the placenta. In: Clin obstet gynecol 39; 1996; 519-
534
Mansjoer, Arif., et al. 2001. Kapita Selekta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
Salemba, Jakarta
Nasrullah, 2008. Preeklamsia Berat. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram : Mataram.
Sumapraja, S., Rachimhadi, T.. 1999. Perdarahan Antepartum. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo :Jakarta.
Supono: Ilmu kebidanan. Bab I. Fisiologi.Palembang: Unit Obstetri dan Ginekologi rumah
Sakit Umum Palembang/ Fakultas Kedokteran universitas Sriwijaya, 1985: 45-47
The Royal Women’s Hospital. 2006. Antepartum Haemorrhage. Komodo CMS :Victoria,
Australia
Tinker, A. Safe Motherhood as an Economic and Social Investment.Presentation at Safe
Motherhood Technical Consultation in Sri Lanka.18-23 October 1997 (1997).
21
Winkjosastro, et al.. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo :
Jakarta.
World Health Organization (WHO).Maternal mortality ratios and rates: A tabulation of
available information. Geneva, WHO, 1990. 100p.
World Health Organization (WHO).Revised 1990 estimates of maternal mortality: A new
approach by WHO and UNICEF. Geneva, WHO, Apr. 1996 16 p (1996).
22
KRONOLOGIS
Time Subjective Objective Assestment Planning
05/08/2013
03.40
WITA
Pasien rujukan Puskesmas
Selaparang dengan diagnosa
G1P0A0 Preterm, tunggal, hidup,
intra uterin letkep dengan APB
susp. plasenta previa. Pasien
datang ke VK RSUP NTB pukul
03.40 WITA (05 Agustus 2013).
Pasien mengaku hamil 8 bulan,
mengeluhkan keluar darah dari
jalan lahir di rumahnya sejak
pukul 03.00 (05 Agustus 2013)
sebanyak 1 kain dengan warna
darah merah segar. Nyeri perut
hilang timbul (-), keluar cairan
dari jalan lahir (-), Pasien
mengaku masih merasakan
pergerakan janinnya.
riwayat hipertensi, diabetes
- Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 98 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 37 ºC
- Mata : Anemis +/+, Ikterus -/-,
THT dalam batas normal,
pembesaran KGB (-)
- Jantung : S1S2 tunggal dan
regular, murmur (-), gallop (-)
- Paru : vesikuler +/+, rhonki
(-), wheezing (-)
- Abdomen : luka bekas operasi
(-), striae gravidarum (+)
- Ekstremitas : edema -/-, akral
hangat +/+
G1P0A0 P/T/H/IU
letkep dengan APB
susp. plasenta
previa + anemia
1. Observasi kesra ibu
dan janin
2. Pro transfusi PRC 2
kolf
3. Pro USG
4. Pindah VK teratai
24
mellitus, penyakit jantung dan
asma.
HPHT : Lupa
HTP : -
Riwayat ANC :
.> 4 kali di Puskesmas.
ANC terakhir : 22 Juli 2013
Riwayat USG : (+)
Hasil: Plasenta di bagian bawah
rahim
Riwayat KB sebelumnya: -
Rencana KB berikutnya: KB
suntik 3 bulan
Riwayat Obstetri :
1. Ini
Kronologis :
03.05 WITA (05/08/2013)
S: Pasien datang ke Puskesmas
selaparang dengan keluhan keluar
darah segar dari jalan lahir sejak
STATUS OBSTETRI
Leopold I : bokong
Leopold II : punggung kiri
Leopold III : kepala
Leopold IV : 5/5
TFU: 27 cm
TBJ: 2325 gram
DJJ: 13-12-12 (148 kali/menit)
His: -
Pemeriksaan dalam :
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
Inspekulo : Ø (-), stolsel (+),
perdarahan aktif (-), erosi porsio
(+).
VT : tidak dilakukan
Lab :
Hb = 9,0
RBC= 3,54
WBC = 8,17
25
pukul 03.00 WITA (05/08/2013).
Pasien mengaku hamil 7 bulan.
O: Kondisi Umum : Lemah
TD: 90/70 mmHg
anemis +/+
Perdarahan aktif (+)
A: G1P0A0 Preterm, tunggal,
hidup, intra uterin letkep dengan
APB susp. plasenta previa
P: Rujuk RSUP NTB
PLT = 287
HbSAg (-)
05.30
WITA
VK teratai
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 98 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 37 ºC
STATUS OBSTETRI
Leopold I : bokong
Leopold II : punggung kiri
G1P0A0 P/T/H/IU
letkep dengan APB
susp. plasenta
previa + anemia
1. Observasi kesra ibu
dan janin
2. Pro transfusi PRC 2
kolf
3. Pro USG
26
Leopold III : kepala
Leopold IV : 5/5
TFU: 27 cm
TBJ: 2325 gram
DJJ: 13-13-12 (152 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
08.00
WITA
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 37 ºC
DJJ: 11-12-12 (140 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 P/T/H/IU
letkep dengan APB
susp. plasenta
previa + anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
3. Konsul supervisor pro
penanganan konservatif
ACC.
Dexametason 12 mg/12
jam
SF 3x1
Jika perdarahan aktif
(+) SC cito
10.50 - - G1P0A0 P/T/H/IU 1. Observasi kesra ibu dan
27
WITA letkep dengan APB
susp. plasenta
previa + anemia
janin
2. Observasi perdarahan
3.
4. Transfusi PRC Kolf I :
200 cc
15.50 - - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
DJJ: 12-11-11 (140 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 P/T/H/IU
letkep dengan APB
susp. plasenta
previa + anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
3. Trnsfusi PRC kolf II:
200 cc
28
20.00 - - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 P/T/H/IU
letkep dengan APB
susp. plasenta
previa + anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
3. Transfusi kolf ke II
habis. Pro Cek DL post
transfusi
06/08/2013
05.00
WITA
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
DJJ: 12-12-11 (140 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 P/T/H/IU
letkep dengan APB
susp. plasenta
previa + anemia
ringan
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
3. Pro Pindah Ruang
perawatan (Ruang nifas)
29
LAB:
Hb: 10,3
RBC: 3,06
WBC: 10,21
PLT: 256
09.00
Ruang
Nifas
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,7 ºC
DJJ: 12-12-12 (144 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 P/T/H/IU
letkep dengan APB
susp. plasenta
previa + anemia
ringan
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
30
07/08/2013
07.00
WITA
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
USG
Hasil:
Janin: Tunggal/ Hidup/ Intra
uterin. Presentasi kepala
Plasenta: di posterior SBR
sampai menutupi OUI. Plasenta
Previa
Air Ketuban : cukup
EFW : 3238 gram
G1P0A0 A/T/H/IU
letkep dengan APB.
plasenta previa
totalis+ anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
Advice Supervisor setelah
USG:
Pro SC elektif
Bila perdarahan lagi
atau gawat janin SC
cito
31
08/08/2013
07.00
WITA
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 A/T/H/IU
letkep dengan APB.
plasenta previa
totalis+ anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
09/08/2013
07.00
WITA
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
DJJ: 12-12-12 (144 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 A/T/H/IU
letkep dengan APB.
plasenta previa
totalis+ anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
32
10/08/2013
07.00
WITA
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,6 ºC
DJJ: 12-12-11 (140 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 A/T/H/IU
letkep dengan APB.
plasenta previa
totalis+ anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
11/08/2013
07.00
WITA
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu : 36,8 ºC
DJJ: 12-12-12 (144 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 A/T/H/IU
letkep dengan APB.
plasenta previa
totalis+ anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
33
12/08/2013
07.00
WITA
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
LAB:
Hb: 11,6
RBC: 4,46
WBC: 10,14
PLT: 306
BT: 2’ 30’’
CT: 5’ 30’’
G1P0A0 A/T/H/IU
letkep dengan APB.
plasenta previa
totalis+ anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
3. Konsul Anestesi
34
13/08/2013
07.00
WITA
- - Keadaan Umum : baik
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 A/T/H/IU
letkep dengan APB.
plasenta previa
totalis+ anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
14/08/2013
07.00
WITA
- - Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran: Compos mentis
- Vital Sign:
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 36,9 ºC
DJJ: 12-12-11 (144 kali/menit)
His: -
Inspeksi : Perdarahan aktif (-)
G1P0A0 A/T/H/IU
letkep dengan APB.
plasenta previa
totalis+ anemia
1. Observasi kesra ibu dan
janin
2. Observasi perdarahan
35
15/08/2013
08.15
WITA
- - - SC dimulai.
Lahir Bayi laki-laki, AS: 7-
9, 3200 gram.
Kelainan congenital: (-)
Anus (+)
Cairan ketuban jernih
Plasenta lahir komplit
Perdarahan:
Temuan intra operatif:
Plasenta di posterior segmen
bawah rahim sampai
menutupi OUI.
Tanda-tanda prematur pd
bayi (-)
07.00
WITA
Nyeri luka operasi - Keadaan umum: Baik
- Vital Sign:
TD : 120/80 mmHg
Nadi: 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 37’C
- Kontraksi Uterus: (+) Baik
2 jam post SC 1. Lanjutkan observasi
keadaan ibu
2. Sarankan makan dan
minum yang cukup jika
tidak mula dan muntah
3. Istirahat
36
- Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di
bawah pusat
- Perdarahan aktif: (-)
- Jumlah perdarahan : ± 400 cc
- Urine output: 300 cc/ 2 jam
16/08/2013
07.00
WITA
Nyeri luka operasi - Keadaan umum: Baik
- Vital Sign:
TD : 120/80 mmHg
Nadi: 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 37’C
- Kontraksi Uterus: (+) Baik
- Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di
bawah pusat
Post SC hari I 1. Lanjutkan observasi
keadaan ibu
2. Sarankan makan dan
minum yang cukup
3. Mobilisasi
37
17/08/2013
07.00
WITA
Nyeri luka operasi - Keadaan umum: Baik
- Vital Sign:
TD : 120/80 mmHg
Nadi: 84 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : 37’C
- Kontraksi Uterus: (+) Baik
- Tinggi Fundus Uteri : 2 jari di
bawah pusat
Post SC hari ke II BPL
38