laporan praktikum cryptogamae identifikasi mikroalga

7
LAPORAN PRAKTIKUM CRYPTOGAMAE KE-1 KELOMPOK 5 MENGIDENTIFIKASI BEBERAPA JENIS MIKROALGA AIR TAWAR Yuni Maryeti 1 , Rizal Maulana Hasby, M.Si. 2 , Devra Arditya Trisandy 3 Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung email: [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 ABSTRACT Microalgae is a microorganism sized 2-20μm, mostly member of Protist. The form of microalgae’s cell is various, it can be circle, ellips, elongated like a thread, and even irregular form. Mostly of microalgae had eucaryotic cell structure, but some of them still procaryotic. Although microalgae can perform photosynthesize, it can’t be inserted into the group of plants, because in morphology, microalgae can’t bedistinguish where the roots, stems, and leaves. Thallus is the right term to name the body parts of microalgae. Generally, microalgae’s reproduction system is asexual reproduction by fragmentation. This procedure performed to identifying freshwater microalgae, and find out some ways to identificate freshwater microalgae. During the experiment three species of microalgae can be identified in sample of freshwater there are Aphanothece paralleliformis, Scenedesmus ellipticus, and Microcystis aeruginosa and a species found in purified sample that is Porphyridium purpureum. ABSTRAK Mikroalga adalah mikroorganisme yang berukuran 2-20 μm, kebanyakan anggota kingdom Protista. Bentuk dari sel mikroalga bervariasi, dari mulai bulat, lonjong, memanjang seperti benang, dan bahkan bentuknya tidak beraturan. Kebanyakan mikroalga memiliki struktur sel eukariotik, namun beberapa masih prokariotik. Meskipun mikroalga dapat melakukan fotosintesis, mikroalga tidak dapat digolongkan ke dalam tumbuhan karena secara morfologi belum dapat di bedakan organ akar, batang, dan daun. Talus merupakan istilah yang tepat untuk menyebut bagaian tubuh dari mikroalga. Umumnya mikroalga bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi. Prosedur ini dilakukan untuk mengidentifikasi mikroalga air tawar dan untuk mengethaui beberapa cara untuk mengidentifikasi mikroalga air tawar. Selama percobaan, tiga spesies mikroalga teridentifikasi dari sampel air tawar yaitu Aphanothece paralleliformis, Scenedesmus ellipticus, dan Microcystis aeruginosa dan satu spesies ditemukan dari sampel murni yaitu Porphyridium purpureum. Kata kunci: Mikroalga, air tawar, identifikasi

Upload: yuni-maryeti-unyu

Post on 04-Jan-2016

208 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

scenedesmus

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Cryptogamae identifikasi mikroalga

LAPORAN PRAKTIKUM CRYPTOGAMAE KE-1 KELOMPOK 5

MENGIDENTIFIKASI BEBERAPA JENIS MIKROALGA AIR TAWAR

Yuni Maryeti1, Rizal Maulana Hasby, M.Si.2, Devra Arditya Trisandy3

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

email: [email protected] 1 , [email protected], [email protected]

ABSTRACTMicroalgae is a microorganism sized 2-20μm, mostly member of Protist. The form of microalgae’s cell is various, it can be circle, ellips, elongated like a thread, and even irregular form. Mostly of microalgae had eucaryotic cell structure, but some of them still procaryotic. Although microalgae can perform photosynthesize, it can’t be inserted into the group of plants, because in morphology, microalgae can’t bedistinguish where the roots, stems, and leaves. Thallus is the right term to name the body parts of microalgae. Generally, microalgae’s reproduction system is asexual reproduction by fragmentation. This procedure performed to identifying freshwater microalgae, and find out some ways to identificate freshwater microalgae. During the experiment three species of microalgae can be identified in sample of freshwater there are Aphanothece paralleliformis, Scenedesmus ellipticus, and Microcystis aeruginosa and a species found in purified sample that is Porphyridium purpureum.

ABSTRAKMikroalga adalah mikroorganisme yang berukuran 2-20 μm, kebanyakan anggota kingdom Protista. Bentuk dari sel mikroalga bervariasi, dari mulai bulat, lonjong, memanjang seperti benang, dan bahkan bentuknya tidak beraturan. Kebanyakan mikroalga memiliki struktur sel eukariotik, namun beberapa masih prokariotik. Meskipun mikroalga dapat melakukan fotosintesis, mikroalga tidak dapat digolongkan ke dalam tumbuhan karena secara morfologi belum dapat di bedakan organ akar, batang, dan daun. Talus merupakan istilah yang tepat untuk menyebut bagaian tubuh dari mikroalga. Umumnya mikroalga bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi. Prosedur ini dilakukan untuk mengidentifikasi mikroalga air tawar dan untuk mengethaui beberapa cara untuk mengidentifikasi mikroalga air tawar. Selama percobaan, tiga spesies mikroalga teridentifikasi dari sampel air tawar yaitu Aphanothece paralleliformis, Scenedesmus ellipticus, dan Microcystis aeruginosa dan satu spesies ditemukan dari sampel murni yaitu Porphyridium purpureum.

Kata kunci: Mikroalga, air tawar, identifikasi

1. PendahuluanMikroalga adalah mikroorganisme

berukuran 2-20μm, yang sebagian besar merupakan anggota dari kingdom Protista. Mikroalga memiliki bentuk sel yang bermacam-macam, mulai dari bulat, lonjong, panjang seperti seutas benang, bahkan ada yang berbentuk tidak beraturan. Mikroalga merupakan organisme autotrof karena dapat menghasilkan makanannya sendiri dan tentunya memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis (Nurhasanah, 2014).

Berdasarkan struktur selnya, mikroalga ada yang selnya masih bersifat prokarotik adapula yang sudah eukariotik. Perbedaannya adalah ada tidaknya membran

inti di dalam sel. Satu-satunya mikroalga yang masih bersifat prokariotik adalah cyanophyta yaitu alga biru-hijau yang ada di perairan tawar dan masuk ke dalam kingdom Monera. Mikroalga yang bersifat eukaryot misalnya chlorophyta, cryptophyta dan lain-lain (Lee, 2011).

Meskipun dapat berfotosintesis mikroalga bukan termasuk tumbuhan, karena dari segi morfologinya mikroalga belum dapat dibedakan mana akar, batang dan daunnya. Thallus merupakan istilah yang tepat untuk menyebutkan bagian-bagian tubuh dari mikroalga. Alga ada yang terdiri dari satu sel (uniseluler), ada pula yang terdiri lebih dari satu sel (multiseluler), namun untuk

Page 2: Laporan Praktikum Cryptogamae identifikasi mikroalga

mikroalga sendiri umumnya bersifat uniseluler (Sopiah, dkk, 2012).

Seperti organisme lain, mikroalga juga bereproduksi untuk menjaga kelestarian jenisnya. Menurut Norasyikin (2011), mikroalga bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri. Di habitatnya mikroalga umunya hidup berkoloni, namun terkadang ada pula yang hidupnya menyendiri (soliter). Pada air tawar, umumnya ditemukan mikroalga dari kelompok cyanophyceae, chlorophyceae, dan chyrsophyceae. Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat mengenal beberapa jenis mikroalga air tawar dan mengetahui gambaran tentang cara-cara identifikasi mikroalga.

2. Metode2.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah toples volume 1 liter, mikroskop, gelas objek, gelas penutup, botol plankton, dan pipet tetes.

Bahan yang digunaka untuk identifikasi mikroalga air tawar adalah air tawar dari berbagai sumber (air kolam, air sawah, dan air sungai).2.2. Prosedur

Sampel air tawar diambil pada tanggal 16 September 2015 berlokasi di sawah di daerah Manisi, Cibiru, Bandung. Pengambilan sampel dilakukan tanpa jaring plankton dengan toples volume 1 liter secara horizontal. Setelah terkumpul sampel diendapkan pada botol-botol sampel kurang lebih selama 24 jam. Kemudian sampel diambil dari botol dengan menggunakan pipet tetes lalu diteteskan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan gelas penutup. Setelah preparat jadi diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran berkala.

3. Hasil dan PembahasanPengambilan sampel tidak

menggunakan jaring plankton, maka dilakukan cara pengambilan dengan

horizontal dari sumber untuk mencegah keluarnya air yang telah masuk ke toples. Identifikasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan data literatur yang telah ada sehingga dapat diketahui jenis spesies mikroalga apa saja yang terdapat dalam sampel. Setelah dilakukan rangkaian prosedur kerja dari pengambilan sampel hingga pengamatan dengan mikroskop di dapatkan hasil sebagai berikut:3.1 Hasil

Dari pembandingan hasil pengamatan dan data literatur yang ada, jumlah mikroalga yang dapat teridentifikasi ada 3 yaitu Aphanothece paralleliformis, Scenedesmus ellipticus, dan Microcystis aeruginosa dan satu mikroalga dari sampel murni Porphyridium purpureum.

Aphanothece paralleliformis

pembesaran 10x10(Dok. Pribadi, 2015)

(Guiry& Guiry , 2015)

Aphanothece paralleliformis merupakan jenis alga biru-hijau yang hidup berkoloni, tubuhnya berukuran 2,5-4μm, berbentuk silindris atau batang, terdisribusi merata di mucilago dalam koloni. Akan tetapi tidak terdapat lendir selubung yang berbeda di sekitar sel-sel individual. Merupakan anggota kingdom Bacteria, filum Cyanobacteria, kelas Cyanophyceae, ordo Chroococcales, family Aphanothecaceae dan genus Aphanothece. A. paralleliformis bereproduksi dengan cara pembelahan sel.

A. paralleliformis dapat ditemukan diberbagai lingkungan misalnya pada danau bentik, kolam, . juga terdapat pada permukaan

Page 3: Laporan Praktikum Cryptogamae identifikasi mikroalga

batu yang basah dan pada tanah. Terdapat pula pada pembentuk endapan di dasar laut.

Microcystis aeruginosa

Pembesaran 40x10(Dok. Pribadi, 2015)

(Guiry& Guiry , 2015)

Mikroalga yang juga ditemukan dari sampel air sawah adalah Microcystis aeruginosa, kekerabatan cukup dekat dengan A. paralleliformis sampai tingkat ordo familinya adalah Microcystaceae dengan genus Microcystis. M. aeruginosa hidup berkoloni di air tawar, memiliki pigmen biru-hijau, organisme aerobik yang sangat tergantung pada cahaya dan oksigen, namun jika dalam keadaan gelap dan tidak ada oksigen dapat beradaptasi secara anaerobik selama beberapa rentang waktu.

Sebagaimana organisme prokariot lain M. aeruginosa memiliki DNA sirkular, berjumlah tunggal dalam sitoplasmanya. M. aeruginosa memiliki vesikel gas di dalam tubuhnya yang memungkingkan tubuhnya mengapung di air, hal ini sesuai dengan pernyataan Mlouka, dkk (2004) bahwa vesikel gas yang ada pada sel M. Aeruginosa berguna untuk mengapung di permukaan air.

M. aeruginosa umumnya dapat ditemukan pada musim panas. Menurut Shi (2007), mikroalga jenis ini merupakan salah satu yang dapat menyebabkna blooming dan bersifat toksik karena memproduksi senyawa mycrocistins.

Scenedesmus ellipticus

Pembesaran 40x10(Dok. Pribadi, 2015)

(Guiry& Guiry , 2015)

Mikroalga lain yang ditemukan dari sampel air tawar adalah Scenedesmus ellipticus. Merupakan mikroorganisme anggota kingdom Plantae, filum Chlorophyta, kelas Chlorophyceae, ordo Sphaeropleales, famili Scenedesmaceae, dan genus Scenedesmus. S. ellipticus hidup berkoloni pada perairan tawar dengan jumlah 2 hingga 32 sel perkoloni, biasanya 4. Sel-selnya tersusun secara linear dalam satu garis. Selnya memiliki lebar antara 2-8µm dan panjangnya 3.5-15µm. Bentuk selnya elips, oval, atau silindris dengan bagian tepi membulat. S. ellipticus memiliki pigmen hijau.

Beberapa studi menunjukkan bahwa beberapa spesies dari genus Scenedesmus dapat hidup dan berkembang dalam sistem air limbah, peningkatan biomassa dan berpotensi menciptakan sistem yang berkelanjutan untuk penggunaan air limbah simultan dan produksi biodiesel. Dalam satu studi tertentu, ditemukan bahwa Scenedesmus tumbuh pada tingkat tertinggi dalam air limbah murni dari pabrik mie Bangkok.   Air limbah utama dari tangki aerasi yang mengandung padatan tersuspensi tinggi (MLSS) air limbah tanpa pengenceran yang mengandung 5.500 mg SS / L dan 189 mg Total-N / L dapat mempromosikan tingkat pertumbuhan yang tinggi karena nutrisi sisa yang tinggi, memungkinkan untuk MLSS untuk digunakan sebagai media kultur untuk mikroalga (Whangchenchom, dkk, 2014).

Page 4: Laporan Praktikum Cryptogamae identifikasi mikroalga

Porphyridium purpureum

pembesaran 10x10(Dok. Pribadi, 2015)

(Guiry& Guiry , 2015)

Porphyridium purpureum ditemukan pada sampel yang telah dimurnikan dari koleksi laboratorium. Genus Porphyridium memiliki bentuk bola hingga bulat telur berdiameter 5-16 µm. Porphyridium purpureum merupakan organisme uniseluler yang memiliki satu plastid stellate besar dan sebuah pyrenoid pusat yang menyolok. Sel memiliki organel dengan lainnya dibatasi untuk sebagian kecil dari sitoplasma sekitar plastid tersebut. Selnya terbagi oleh alur pembelahan yang melintasi plastid.

Klasifikasi Prophyridium purpureum yaitu kingdom Plantae filum Rhodophyta subfilum Rhodellophytina kelas Porphyridiophyceae ordo Porphyridiales famili Porphyridiaceae genus Porphyridium, spesies Prophyridium purpureum (Bory de Saint-Vincent) K.M.Drew & R.Ross.

Anggota genus Porphyridium hidup secara soliter atau membentuk suatu koloni yang tidak teratur dengan matrik mucilago yang tidak jelas. Koloni membentuk lapisan agar-agar pada permukaan di payau air tawar dan lingkungan laut dan tanah lembab.   Menurut Shimonaga (2012), cara membedakan spesies dari genus Porphyridium adalah dengan melihat warna plastidnya, misalnya pada Porphyridium purpureum yang warna plastidnya merah kusam.

Habitat dari genus Porphyridium ini pada daerah ekstrim semprot-kabut diatas zona intertidal yang sangat terbuka di kawasan pesisir terbuka. Toleran terhadap garam, anggota genus Porphyridium air tawar dan terestrial juga akan muncul di rawa-rawa

garam dan tanah di tebing laut. Menurut Oh (2011), sel ini membutuhkan 35 bpr (bagian per ribu) salinitas untuk secara aktif bersaing dengan ganggang lainnya, dan tidak terhambat hingga 45 ppt.

4. KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum yang

telah dilakukan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Mikroalga yang ditemukan pada air sawah sampel ada tiga spesies yaitu Aphanothece paralleliformis, Scenedesmus ellipticus, dan Microcystis aeruginosa dan satu mikroalga dari sampel murni Porphyridium purpureum.2. Identifikasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan gambar hasil pengamatan dengan data literatur yang telah ada.

5. Daftar PustakaKaneko, T., Nakajima, N., Okamoto, S.,

Suzuki, I., Tanabe, Y., Tamaoki, M., Nakamura, Y., Kasai, F., Watanabe, A., Kawashima, K., Akiko Ono, Y., Shimizu, Y., Takahashi, C., Minami, C., Fujishiro, T., Kohara, M., Katoh, M., Nakazaki, N., Nakayama, S., Yamada, M., Tabata, S., Watanabe, M.M. 2007. Complete Genomic Structure of the Bloom-forming Toxic Cyanobacterium Microcystis aeruginosa NIES-843. DNA Research. 14: 247-256.

Lee, R.E. 2011. Phycology (5th Edition). New York: Cambridge Press.

Mlouka, A., K. Comte, A.-M. Castets, C. Bouchier, and N. Tandeau de Marsac. 2004. The gas vesicle gene cluster from Microcystis aeruginosa and DNA rearrangements that lead to loss of cell buoyancy. J. Bacteriol. 186:2355-2365.

Norasyikin, 2011. A Cultivation Of Microalgae Under Heterotrobic Condition for Growth and Lipid Production in Various Waste. Civil Engineering Journal. 19-16.

Nurhasanah. 2014. Keanekaragaman Mikroalga di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)

Page 5: Laporan Praktikum Cryptogamae identifikasi mikroalga

Kecamatan Sungai Gelam Jambi. Universitas Jambi Repository. 11: 21-31.

Oh, S. H. Lipid production in Porphyridium purpureum grown under different culture conditions. J. Biosci. Bioengineer. 108, 429–434 (2011).

Plachno, B.J., Magdalena Lukaszek, Konrad Wolowski, Lubomir Adamec, Piotr Stolarczyk. 2012. Aging of Utricularia traps and variability of microorganisms associated with that microhabitat. Aquatic Botany. 97: 44– 48.

Shi, X. L., Kong, F. X., Yu, Y., Yang, Z. 2007. Survival of Microcystis aeruginosa and Scenedesmus obliquus under dark anaerobic conditions. Marine and Freshwater Research. 58: 634–639.

Shimonaga, T. (2012).Variation in storage α-polyglucans of red algae: amylose and semi-amylopectin types in Porphyridium and glycogen type in Cyanidium. Mar. Biotechnol. 9: 192–202.

Sopiah, Nida, Adi Mulyanto, dan Sindi Sehabudin. 2012. Effect of Microalgae Cell Density (Chlorella sp) on Absorption of Carbondioxide. Jurnal BTL BPPT. 1-6.

Whangchenchom, W., W. Chiemchaisri, P. Tapaneeyaworawong and S. Powtongsook. 2014. Wastewater from instant noodle factory as the whole nutrients source for the microalga Scenedesmus sp. cultivation. Environmental Engineering Research. 19: 283-287.