laporan praktik kerja industr zoelvai
DESCRIPTION
hgTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
GLAXOSMITH KLINE
PT STERLING PRODUCTS INDONESIA
oleh
Muhamad Zoelva Miraj
NIS 09.55.06512
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Analis Kimia
Bogor
2013
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI
GLAXOSMITH KLINE
PT STERLING PRODUCTS INDONESIA
Sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian akhir
Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor
Tahun Ajaran 2012/2013
oleh
Muhamad Zoelva miraj
NIS 09.55.06512
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Analis Kimia
Bogor
2013
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Disetujui dan disahkan oleh:
Disetujui oleh:
Pembimbing Institusi, Pembimbing Sekolah,
Iman Susantyo Ir. Tin Kartini, M.Si. NIP. 02293590H NIP. 19620212 198712 2 001
Disahkan oleh:
Kepala Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor,
Dra. Hj. Hadiati AgustineNIP. 19570817 198103 2 002
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan berkahn-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) ini di PT Sterling Products Indonesia sejak
tanggal 19 November 2012 sampai 19 Februari 2013. Pembuatan laporan ini
merupakan salah satu persyaratan untuk mengikuti ujian akhir kelas XIII Sekolah
Menengah Analis Kimia Bogor. Laporan ini didasari pada Praktik Kerja Industri
(PRAKERIN) yang telah dilaksanankan selama ± 3 bulan, tepatnya dari tanggal
19 November 2012 sampai 19 Februari 2013.
Laporan ini berjudul Perbandingan Penetapan Kadar Paracetamol
Menggunakan Dua Monografi United States Pharmacopeia dan British
Pharmacopeia yang berisi tentang analisis yang telah dilakukan selama Praktik
Kerja Industri (PRAKERIN), meliputi pendahuluan, sejarah, struktur organisasi
institusisi PRAKERIN, tinjauan pustaka, metode analisis, hasil analisis,
pembahasan, simpulan serta saran.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih untuk bimbingan
dan bantuan kepada:
1. Dra. Hj. Hadiati Agustine, selaku Kepala Sekolah Menegah Analis Kimia
Bogor (SMAKBo).
2. Ibu Francicca U. Ariestia selaku Manager QC Department PT Sterling
Products Indonesia.
3. Iman Susantyo, selaku pembimbing institusi yang selalu memberikan
bimbingan saat analisis Praktik Kerja Industri (PRAKERIN).
4. Ir Tin Kartini, selaku pembimbing sekolah yang senantiasa memberikan
bimbingan, bantuan, kritik serta saran kepada penulis.
5. Ibu Pupu, Ibu Yatimah, Pak Fajar, Pak Iwan, Mba Evi, Kakak Eka, Kakak
Henny, Mas Gofur, Mas Antoni, Mas Maulana, Mba Andin, Mba Bita serta
seluruh staf di GlaxoSmithKline yang telah membimbing dan memberi
pengarahan selama melaksanakan PRAKERIN.
6. Ayah dan Bunda yang telah memberikan dukungan moril dan materil
yang tiada henti kepada penulis.
7. Teman seperjuangan di institusi, Husnun Hanifah dan Elsanty Nur Afifah
yang telah berjuang bersama.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan Angkatan 55 Fosgena Survivor yang
selalu memberikan semangat dan dukungannya.
i
9. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan SMAKBo yang telah
membantu langsung atau pun tidak langsung , sehingga semua kegiatan
yang telah direncanakan dapat berjalan lancar.
10. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikanya laporan ini.
Seperti kata pepetah “kesalahan milik manusia, kesempurnaan milik Allah
SWT”. Demikian pula laporan ini tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat
membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap agar
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2013 Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Industri......................................................................1
1. VISI.....................................................................................................................1
2. MISI....................................................................................................................1
3. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PENGENALAN INSTITUSI..........................................................................................5
BAB III KEGIATAN DI LABORATORIUM..............................................................................14
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Industri
Pada era globalisasi saat ini, pemerintah terus mengembangkan program -
program pembangunan jangka panjang maupun jangka pendek untuk
menghadapi persaingan di dunia global. Salah satu program yang sedang di
kembangkan oleh pemerintah adalah membangun dan mengoptimalkan sekolah
– sekolah kejuruan yang menghasilkan tenaga kerja yang terampil, kompeten
serta siap pakai dibidangnya baik sekala nasional maupun internasional..
Sehingga Bangsa Indonesia tidak kalah bersaing di dunia global.
Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai orientasi untuk mempersiapkan
lulusan untuk menjadi tenaga kerja yang siap terjun ke dunia industri ataupun
instansi – instansi lainnya yang sesuai dengan bidang keahlian lulusannya.
Berhubungan dengan hal yang disebutkan sebelumnya, maka dunia pendidikan
kejuruan perlu mengadakan kerja sama dengan industri atau instansi melalui
program bagi setiap siswa / siswi, yaitu program Praktik Kerja Lapangan (PKL)
yang sekarang ini lebih disebutPraktik Kerja Industri (PRAKERIN).
Seperti sekolah menengah kejuruan lainnya, Sekolah Menengah Analis Kimia
Bogor (SMAKBo) mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
1. VISI
Menjadi sekolah menengah analis kimia nasional bertaraf internasional
yang menghasilkan lulusan profesional dan bermartabat.
2. MISI
a. Melaksanakan pendidikan kejuruan analis kimia yang berkualitas mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dunia usaha dan dunia industry baik tingkat nasional maupun internasional.
b. Meningkatkan kemitraan industri nasional dan internasional.
c. Membina dan menyelenggarakan fungsi sosial dan kemasyarakatan.
1
3. Tujuan
Menyiapkan tamatan untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah dalam
bidang teknisi pengelola laboratorium, pengatur dan pelaksana analisis kimia,
serta melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sesuai dengan program Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor
(SMAKBo), maka siswa / siswi kelas XIII diharuskan melaksanakan Praktik Kerja
Industri (PRAKERIN) sebagai syarat mengikuti ujian akhir Sekolah Menengah
Analis Kimia Bogor. Peranan analis kimia dalam bidang industri sangat penting
untuk memantau dan menjaga mutu serta kualitas dari produk yang dihasilkan
oleh perusahaan. Oleh sebab itu, siswa dituntut untuk mengetahui keadaan yang
terjadi di dunia industri. Maka, siswa/siswi kelas XIII melakukan Praktik Kerja
Industri (PRAKERIN) sebagai tahapan awal untuk terjun langsung ke dunia
industri dan juga sebagai aplikasi untuk semua pelajaran yang sudah diajarkan di
sekolah.
4. Tujuan Praktik Kerja Industri
Tujuan dari dilaksanakannya Praktik Kerja Industri, yaitu :
a. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan keterampilan siswa sebagai
bekal kerja yang sesuai dengan program studi analisis kimia.
b. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesional siswa dalam
rangka memasuki lapangan kerja.
c. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang potensial dalam
dunia kerja, antara lain : struktur organisasi, disiplin, lingkungan, dan
sistem kerja.
d. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam hal penggunaan alat instrumen
kimia analis yang lebih modern dibandingkan dengan yang berada di
sekolah.
e. Memperoleh masukkan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan di Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
f. Memperkenalkan fungsi dan tugas seorang analis kimia (sebutan untuk
lulusan SMAKBo) kepada lembaga – lembaga penelitian dan perusahaan
industri di tempat pelaksanaan PRAKERIN (sebagai konsumen tenaga
analis kimia).
2
5. Tujuan Penulisan Laporan PRAKERIN
Tujuan dari penulisan laporan Praktik Kerja Industri ini, yaitu:
a. Memantapkan siswa dalam pengembangan dan penerapan pelajaran dari
sekolah di institusi tempat PRAKERIN.
b. Siswa mampu mencari alternatif lain dalam pemecahan masalah analis
kimia, secara lebih rinci dan mendalam (seperti apa yang terungkap dalam
laporan PRAKERIN yang telah dibuat).
c. Menambah koleksi pustaka di perpustakaan sekolah maupun di institusi
PRAKERIN sehingga dapat menambah pengetahuan baik untuk penulis
maupun pembaca.
d. Semua dapat membuat laporan kerja dan mempertanggung jawabkannya.
6. Sistematika Laporan
Penulisan laporan terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a. Bagian Pertama
1) Lembar Judul
Lembar ini memuat Judul Laporan, Tempat Pelaksaaan Praktik Kerja
Industri (PRAKERIN), Nama dan Nomor Ijin Siswa, Lambang
SMAKBo, Kementerian Perindustrian/ Sekolah Menengah Analis
Kimia Bogor/ Tahun PRAKERIN (Pembuatan Laporan).
2) Lembar Persetujuan dan Pengesahan
Lembar ini berisikan persetujuan/ pengesahan pembimbing institusi
dan pembimbing dari sekolah serta diketahui oleh Kepala Sekolah.
3) Kata Pengantar
Berisi maksud penulisan, garis besar isi, ucapan terima kasih,
pengharapan, saran dan kritik serta penutup (harapan dan waktu
pembuatan).
b. Bagian Kedua
3
1) Pendahulaun (BAB I)
Bab pendahuluan berisikan aspek latar belakang dan tujuan
PRAKERIN.
2) Institusi PRAKERIN (BAB II)
Bab ini berisikan sejarah institusi, struktur organisasi, fungsi
organisasi, disiplin kerja dan administrasi (terutama administrasi
laboratorium) institusi tempat siswa PRAKERIN.
3) Kegiatan di Laboratorium (BAB III)
Penjelasan mengenai kegiatan di laboratorium meliputi :
a) Diskripsi pengelompokkan komoditi (tinjauan pustaka)
b) Metoda analisis yang dilakukan baik teoritis maupun praktik
c) Sarana dan peralatan yang digunakan, diutamakan instrumentasi.
4) Pembahasan (BAB IV)
a) Uraian tentang komoditi yang dianalisis.
b) Uraian metode dan peralatan yang digunakan dalam
menganalisis.
c) Pembahasan hasil analisis.
c. Bagian Ketiga1) Simpulan dan saran (BAB V)
Adalah tempat penyajian hasil pelaksanaan PRAKERIN yang secara
langsung untuk memperoleh berbagai proposisi yang menunjang
tercapainya kesimpulan yang lebih mengarah ke tujuan.
2) Daftar Pustaka
Daftar pustaka mengandung sejumlah literatur yang dijadikan
referensi dalam kepentingan penelitian penggunaannya dalam
tinjauan pustaka, dan pembahasan hasil penelitian.
3) Lampiran (Apendiks)
Lampiran merupakan tambahan informasi yang langsung dan tidak
langsung untuk keperluan interpretasi dalam bab hasil dan
pembahasan, namun berfungsi senagai penunjang. Bentuknya dapat
berupa table induk penjelasan terperinci tentang teknik, proses atau
mekanisme alat yang digunakan dan sebagainya.
4
BAB II
PENGENALAN INSTITUSI
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
GlaxoSmithKline merupakan perusahaan multinasional yang berbasis pada
riset yang memilki keunggulan di bidang penelitian, pengembangan, kekuatan
pemasaran, dan keuangan. Terdapat beberapa produk yang menjadi keunggulan
dalam keberhasilan program GlaxoSmithKline, yaitu di empat kelas terapeutik
utama di dunia, antara lain ialah anti infeksi, susunan syaraf pusat, saluran
nafas, dan saluran cerna. Selain itu didukung pula oleh keberhasilan produk
vaksin, produk oral, dan minuman bernutrisi.
GlaxoSmithKline (GSK) adalah gabungan dua perusahaan farmasi, yaitu
Glaxo Wellcome dan SmithKline Beecham, yang masing – masing memiliki
sejarah yang panjang di dunia farmasi. SmithKline Beecham yang dimulai dari
SmithKline dan Company yang merupakan rumah grosir obat terbesar di
Philadelphia pada tahun 1980. Perusahaan ini berkembang dengan pesat
setelah bergabung dengan beberapa perusahaan lain dan ditemukannya obat
syaraf “Eskay’s Neurophosphates”, kapsul lepas lambat, obat demam dan flu,
dan obat tukak lambung.
SmithKline & Co, kemudian melalui beberapa proses, bergabung dengan
Beecham yang didirikan tahun 1842. Beecham menjadi besar juga Karena
akuisisi dan didirikannya laboratorium riset (Beecham Research Laboratories).
Dari sini ditemukan antibiotik Amoxilin dan Augmentin untuk mengatasi
resistensinya. Untuk meningkatkan efisiensi kerja, pada tanggal 26 Juli 1989
dilakukan penggabungan antara SmithKline Co dan Beecham grup menjadi
SmithKline Beecham. Kemudian pada tahun 1994 SmithKline Beecham
bergabung dengan Sterling Health.
Sementara Glaxo Wellcome memiliki sejarah yang panjang dan terbentuk
dari dua perusahaan besar, yaitu Glaxo dan Burroughs Wellcome. Glaxo berawal
dari usaha produksi susu dan mentega, kemudian berkembang dengan
ditemukannya Streptomycin dan Vitamin B1. Sementara Burroughs Wellcome
yang terbentuk pada tahun 1880 terkenal dengan produk Digozin dan Polymixin.
Tahun 1995 Glaxo bergabung dengan Burroughs Wellcome menjadi Glaxo
Wellcome.
5
Glaxo Wellcome dan SmithKline Beecham bergabung pada tahun 2000
menjadi GlaxoSmithKline. Dan penulisannya nama dengan tanpa spasi
GlaxoSmithKline. Sedangkan di Indonesia, pengggabungan baru dilakukan
pada tahun 2001, tetapi secara hukum di Indonesia masih terdapat tiga
perusahaan, yaitu PT Sterling Products Indonesia, PT SmithKline Beecham, dan
PT Glaxo Wellcome Indonesia.
GlaxoSmithKline mempunyai kantor yang berpusat di London, Inggris dan
cabang – cabangnya yang telah tersebar di berbagai negara. Cabang
GlaxoSmithKline ini di koordinasikan dalam beberapa kawasan Asia Pasifik,
Eropa Utara, Eropa Tengah, Eropa Selatan, Amerika Utara, dan Amerka Latin.
Secara geografis, GlaxoSmithKline Indonesia berada di bawah koordinasi
kawasan Asia Pasifik. Penyediaan atau supply produk GlaxoSmithKline ke pasar
dikoordinasikan oleh sebuah unit bisnis yang bernama Global Supply Network
(GSN).
B. Logo Perusahaan
Gambar 1 Logo GlaksoSmithKline
C. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
GlaxoSmithKline Indonesia didukung oleh tidak kurang dari 610 tenaga
kerja professional yang berpengalaman dibidangnya, dan fasilitas yang terdapat
di dua pabrik, yaitu di kawasan industri Pulogadung dan Cimanggis dengan luas
total tanah mendekati 39.000 m2. Jaringan pemasaran meliputi hampir seluruh
wilayah di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta,
Surabaya, Malang, Denpasar, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang,
Makassar, Manado, Balikpapan, Samarinda.
6
Pabrik GlaxoSmithKline Indonesia berlokasi di dua tempat, yaitu:
1. Cimanggis (Bogor) adalah tempat penulis melakukan Praktik Kerja Industri
yang tepatnya berada di Jalan Raya Bogor Km 35 Cimanggis Depok. Untuk
produk – produk Consumer Healthcare (PT Sterling Products Indonesia)
dan Antibiotics (PT SmithKline Beecham Pharmaceuticals).
2. Kawasan Industri Pulogadung Jakarta. Untuk produk – produk
Pharmaceuticals (PT Glaxo welcome Indonesia).
PT Sterling Products Indonesia dan PT SmithKline Beecham yang
berada di Bogor Site mempunyai luas tanah 19.460 m2 dengan luas
bangunan 6.407,5 m2. Bangunan tersebut juga dibagi menjadi 2 macam yaitu
untuk factory seluas 6.283,5 m2 dan untuk office 124 m2 dan PT Glaxo
Wellcome Indonesia (Pulogadung Site) dengan luas tanah 19.250 m2 dan
luas bangunan 10.200 m2 digunakan untuk pabrik (factory) 8.658,3 m2
sedangkan yang lain untuk kantor (office) 1.563,7 m2.
D. Struktur Organisasi GlaxoSmith KlineGlaxoSmithKline adalah perusahaan farmasi berbasis research yang
terkemuka di dunia, dan didukung oleh keahlian serta sumber daya yang
tangguh. GSK berpusat di Inggris, dengan pusat operasionalnya berada di
Amerika. Tujuh persen pasar di dunia dikuasai oleh GSK, sehingga
menjadikan GSK perusahaan kedua terbesar yang menguasai pasar obat-
obatan dunia setelah Pfizer yang menguasai 11 % pasar dunia. GSK diatur
oleh dewan pengurus direktur (Board of Directors) dan Corporate Executive
Team.
Dewan pengurus ini terdiri dari 5 direktur eksekutif dan 11 direktur non
eksekutif yang bertanggung jawab terhadap kepemimpinan perusahaan,
aktivitas, strategi dan performance perusahaan. Chief Executive Officer (CEO)
bertanggung jawab dalam mengelola bisnis yang dibantu oleh Corporate
Executive Team yang mengelola aktivitas GSK. Tiap anggota bertanggung
jawab dalam bidangnya masing-masing untuk memberikan laporan kepada
CEO. CEO GlaxoSmithKline saat ini dijabat oleh Andrew Witty.
GlaxoSmithKline Indonesia mempunyai tiga unit bisnis, yaitu:
11. Commercial Pharma Product untuk produk Ethical.12. Commercial Consumer Product untuk produk OTC.13. GMS Indonesia.
7
E. Struktur Organisasi PT Sterling Products
PT SterlingProducts indonesi yang berlokasi di di Jalan Raya Bogor Km 35
Cimanggis Depok dipimpin langsung oleh Techical Director yang membawahi
delapan departemen yaitu departemen logistic, departemen engineering,
departemen EHS, departemen produksi, finance, procurement, HR dan Quality.
F. Departemen Quality
Kualitas merupakan bagian yang penting pada proses pembuatan
produk diantaranya obat. Produk yang dihasilkan harus dapat memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan. Departement Quality PT Sterling Products
Indonesia merupakan departemen yang bertanggungjawab mengewasi dan
memastikan produk yang dibuat memenuhi persyaratan mutu tersebut
Quality department dipimpin oleh seorang Head of Quality dibawah
pengawasan Technical Director dan Quality Director Asia Pasific and India.
Head of Quality mengawasi dua bagian penting dalam struktur
organisasinya yaitu divisi QC dan QA. Divisi QC di pimpin seorang QC
manager yaitu yaitu apoteker penanggung jawab pengawas mutu. Tugas
QC adalah melakukan pengawasan mutu melalui testing barang baik itu
barang jadi (finished goods), barang setengah jadi (intermediet goods)
maupun Raw Material dan Packeging Material.
Selain divisi QC Departement Quality PT Sterling Products Indonesia
mempunyai sebuah divisi Quality Assurance (QA) yang mempunyai
8
Gambar 2 Struktur Organisasi PT Sterling Products Indonesia
tanggung jawab untuk menjamin dan memestikan bahwa keseluruhan
sistem telah berjalan sebagaimana mestinya dan senantiasa memenuhi
hasil yang diinginkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Quality
Assurance (QA) dipimpin oleh seorang QA manager seorang apoteker
penanggung jawab pemastian mutu
G. Tugas QC
1. Pemeriksaan Raw Material (RM) dan Packaging Material (PM)
Raw Material adalah bahan baku yang digunakan dalam proses
pengolahan produk obat yang meliputi zat aktif dan bahan tambahan. Analisis
raw material sangat penting dilakukan untuk menjamin bahwa raw material
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, sehingga kualitas produk yang
dihasilkan konsisten sesuai yang diharapkan.
Sebelum digunakan untuk produksi, setiap raw material harus berstatus
released.
Pemeriksaan RM dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan
Material Receiving Note (MRN) dari bagian warehouse yang disampaikan
kepada QC. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi nama, kode bahan,
nomor batch, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa, uji-uji sesuai
9
Gambar 3 Struktur Organisasi Quality Departement
dengan spesifikasi yang tertera dalam Certificate of Analysis (CoA),
dan tanda tangan penanggung jawab QC dan supplier yang bersangkutan.
Sampel diambil dari gudang dan diperiksa oleh analis. Hasil pemeriksaan
diserahkan kepada QC Manager. Pemeriksaan sampel dapat dilakukan
menurut urutan kedatangannya (FIFO/First In First Out) maupun menurut
urgensinya. Untuk RM dilakukan tes pemeriksaan yaitu tes fisik dan tes
kimia, serta tes mikrobiologi (untuk beberapa sampel tertentu).
Packaging Material (PM) merupakan starting material yang penting
karena selain digunakan untuk identitas produk juga dapat mempengaruhi
stabilitas dan kualitas produk. PM digolongkan ke dalam 2 macam yaitu bahan
pengemas primer dan bahan pengemas sekunder. Untuk meyakinkan
bahwa pengemas yang digunakan telah memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan, maka diperlukan pengujian apakah bahan pengemas tersebut
dapat digunakan atau tidak.
Pemeriksaan PM dilakukan secara visual dan dengan alat bantu
berdasarkan artwork yang telah disetujui oleh Packaging Development yang
berada di bawah QC Pemeriksaan yang dilakukan terhadap PM berbeda-
beda tergantung jenis PM, antara lain :
a. Leaflet dan label : jumlah, ukuran, warna, gambar, kebenaran
redaksional.
b. Karton pengemas : jumlah, ukuran, tekstur bahan, warna, gambar, tulisan,
pharmacode.
c. Botol : jumlah, daya absorbansi, ketebalan, kebersihan, ukuran.
d. Alumunium foil dan PVC : jumlah, ukuran, ketebalan, uji cetakan.
e. Sendok : jumlah, ukuran.
Selama proses pemeriksaan berlangsung, RM dan PM yang masih
menunggu keputusan diluluskan atau ditolak, dipisahkan secara fisik dan
diberi status "quarantine" dengan label berwarna kuning. Setelah
dilakukan pemeriksaan, RM dan PM yang memenuhi kualifikas dan
persyaratan mutu diberi status "approved" dengan label berwarna hijau dan
dapat digunakan dalam proses produksi. Sedangkan RM dan PM yang tidak
memenuhi spesifikasi dan persyaratan mutu diberi status "rejected" dengan
label berwarna merah dan dapat dikembalikan ke supplier atau dimusnahkan.
10
2. Pemeriksaan Intemediate Goods (bulk material) dan Finished
Goods
Bulk product (produk ruahan) adalah produk yang telah selesai diolah
dan siap untuk dikemas. Pemeriksaan Bulk product perlu dilakukan untuk
mengetahui kualitas dari produk yang selesai diolah (processing) meskipun
bahan bakunya telah memenuhi syarat. Pemeriksaan intemediate goods
(bulk material) dilakukan pada kasuskasus tertentu, seperti validasi atau
terjadi suatu deviasi, dengan mengambil sampel setelah proses mixing
sebelum dilakukan pengemasan. Bulk material produksi, dilakukan
pemeriksaan sesuai jenis sediaan. Pengambilan sampel produk jadi (finished
goods) langsung dilakukan di ruang packaging proses pengemasan sekunder.
Sampel kemudian dibawa ke laboratorium QC untuk dianalisis. Pemeriksaan
finished good (produk jadi) meliputi pemeriksaan fisik, kimia dan mikrobiologi
khusus untuk sediaan sirup dan steril. Sirup diperiksa kadar bahan aktif,
bahan pengisi, bahan pengawet, viskositas, pH, dan diuji mikrobiologi. Tablet
diperiksa kadar bahan aktif, keseragaman bobot, ketebalan, kekerasan, waktu
hancur, dan diuji disolusi. Sedangkan untuk sediaan steril (tetes mata) yang
diperiksa pHnya dan diuji mikrobiologi. Pemeriksaan finished goods untuk
tablet dan sirup dilakukan dengan pengambilan sampel sejumlah tertentu
setelah proses pembuatan sediaan.
Jika hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan, produk akan diberi status
"approved" dengan label berwarna hijau oleh QC sehingga produk dapat
dipasarkan. Sedangkan jika produk tidak memenuhi persyaratan akan diberi
status "rejected" dengan label berwarna merah sehingga produk tidak boleh
dipasarkan. Selama proses pemeriksaan berlangsung, produk diberi status
"quarantined" dengan label berwarna kuning
3. Retesting RM
Terkadang raw material yang telah diperiksa dan diluluskan masih berada
di gudang oleh karena pembelian barang tersebut harus pada jumlah
minimal order tertentu. Umumnya barang dalam jumlah banyak tetapi
pemakaian sedikit, untuk dapat digunakan kembali pada produksi maka
QC melakukan pemeriksaan kembali sebelum RM tersebut digunakan. Hal
11
ini dilakukan untuk melihat apakah raw material tersebut masih layak
digunakan dan memenuhi spesifikasi atau tidak mengalami perubahan
selama penyimpanan. Jika hasil pemeriksaan setelah dilakukan retesting RM
masih memenuhi spesifikasi, RM tersebut dapat diluluskan dan digunakan untuk
proses produksi selanjutnya.
4. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan terhadap raw material, finished
goods (kecuali sediaan tablet), air (demin water), ruangan, peralatan dan
operator pada sediaan steril. Pemeriksaan biasanya dilakukan terhadap 4
mikroorganisme, yaitu Staphylococcus aureus, E. coli, Pseudomonas
aeruginosa, dan Salmonella. Pemeriksaan mikrobiologi ruangan dilakukan
terhadap udara dalam ruang produksi dengan metode settle agar.dan air
sampler Sedangkan pemeriksaan mikrobiologi terhadap permukaan
ruang produksi, permukaan peralatan dan operatornya dilakukan dengan
metode swab. Setiap analisa mikrobiologi harus dilakukan dengan kondisi
lingkungan yang dibuat untuk mencegah kontaminasi ke produk maupun dari
produk, yaitu dibawah Laminer Air Flow (LAF) cabinet, menggunakan
masker dan sarung tangan, dan setiap material yang kontak langsung
dengan material yang diuji harus dalam keadaan steril.
5. Pemeriksaan Stability Product
Pemeriksaan stabilitas dilakukan, untuk mengetahui waktu kadaluarsa
obat, menentukan shelf life produk dan period waktu penyimpanan produk
pada kondisi yang spesifik dimana produk masih memenuhi spesifikasi
sehingga menjamin kualitas produk obat sampai waktu kadaluarsanya
(ED).
Pada laboratorium QC, dilakukan 2 jenis uji stabilitas yaitu :
1. Uji stabilitas produk dalam kondisi penyimpanan suhu 30°C (suhu
kamar) pada bulan ke 3, 6, 12, 18, 24, 36, dan 48.
2. Uji stabilitas yang dipercepat dengan kondisi penyimpanan produk pada
suhu 40°C, 75% RH pada bulan ke 0, 1, 2, 3, dan 6.
Uji stabilitas terutama dilakukan jika terjadi perubahan formula, supplier,
proses produksi, alat, dan kemasan. Jika tidak terjadi perubahan, uji
stabilitas cukup dilakukan minimal satu batch setahun sekali.
12
6. Retained Sample (Contoh Pertinggal)
Retained sample adalah sampel yang berasal dari tiap batch raw
material, packaging material, dan finished good yang disimpan untuk kebutuhan
analisa selama kurun waktu shelf life produk. Divisi QC harus menyimpan
setiap produk yang diproduksi oleh PT. Sterling Product Indonesia sebagai
contoh pertinggal (retained sample). Retained sample dapat digunakan
untuk memperkirakan kondisi produk selama pemasaran, untuk investigasi
product complaint maupun recall sehingga jika terjadi komplain dapat
dilakukan pemeriksaan untuk melacak kerusakan produk yang disebabkan
oleh kualitas produk yang kurang atau karena penyimpanan obat di
distributor.
Retained sample RM disimpan dalam amber bottle hingga satu tahun
setelah expired date dari batch produk jadi. Kondisi penyimpanan reference
sample disesuaikan dengan informasi yang terdapat pada label wadah.
Pemeriksaan retained sample dilakukan tiap periode tertentu dengan cara
mengambil sampel secara random. Retained sample dan finished good
setelah expired date ditambah 1 tahun dimusnahkan.
7. Monitoring dan Control Environmental
Monitoring dan control environmental perlu dilakukan terhadap setiap
ruangan dalam industri untuk mengetahui apakah kondisi ruangan sesuai dengan
persyaratan. Monitoring dan control environmental yang dilakukan meliputi
pemeriksaan kualitas lingkungan yaitu kondisi lantai, kondisi dinding, udara ruangan
produksi, seperti jumlah partikel, mikrobiologi, pertukaran udara, temperatur, dan
kelembaban. Environmental monitoring harus dilakukan spesifik untuk setiap
fasilitas, sebab hasil dari monitoring sangat tergantung pada bagian dari peralatan
produksi, dan kondisi area produksi.
8. Utilities Monitoring
Utilities monitoring dilakukan terhadap sarana penunjang proses
pembuatan dan pemeriksaan produk obat, meliputi HVAC (Heating, Ventilation,
and Air Conditioning), compressed air, steam boiler.
13
BAB III
KEGIATAN DI LABORATORIUM
A. Tinjauan Pustaka
B. Ilmu Farmasi
Farmasi berasal dari kata farmakon (Yunani) yang berarti obat. Sejak dulu
setiap orang yang sakit akan berusaha mencari obat. Selain untuk mengobati,
obat juga digunakan untuk memelihara kesehatan, dan mencegah penyakit.
Senyawa kimia yang digunakan dapat berasal dari alam, yaitu tumbuhan, hewan,
mikroba, mineral, dan hasil sintesis.
Farmasi adalah ilmu cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat,
identifikasi, kombinasi, analisis dan standardisasi/pembakuan obat serta
pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman. Ilmuwan – ilmuwan yang berjasa dalam
kefarmasian dan kedokteran adalah:
1. Hippocrates (460-370 SM), adalah dokter Yunani yang memperkenalkan
farmasi dan kedokteran secara ilmiah. Beliau disebut sebagai Bapak Ilmu
Kedokteran.
2. Dioscorides (abad I setelah Masehi), adalah seorang ahli botani Yunani
yang merupakan orang pertama yang menggunakan tumbuh-tumbuhan
sebagai ilmu farmasi terapan. Buku karyanya antara lain De Materia
Medika. Obat – obat yang dibuatnya, yaitu Aspiridium, Opium, Ergot,
Hyosyamus, dan Cinnamon.
3. Galen (130-200 M), adalah seorang dokter dan ahli farmasi dari Yunani.
Karyanya dalam ilmu kedokteran dan obat-obatan yang berasal dari alam,
formula dan sediaan farmasi adalah ”Farmasi Galenika”.
4. Philippus Aureolus Theophrastus Bombastus Von Hohenheim (1493-1541
M), seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss yang menyebut dirinya
Paracelsus, sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan farmasi,
menyiapkan bahan obat spesifik dan memperkenalkan zat kimia sebagai
obat internal.
Ilmu farmasi baru menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada
abad XVII di Perancis. Pada tahun 1797 telah berdiri sekolah farmasi pertama di
Perancis dan buku tentang farmasi mulai diterbitkan dalam beberapa bentuk,
antara lain buku pelajaran, majalah, dan farmakope. Kemajuan di Perancis ini
14
diikuti oleh Negara Eropa yang lain seperti Italia, Inggris, Jerman, dan lain-lain. Di
Amerika, sekolah farmasi pertama berdiri pada tahun 1821 di Philadelphia.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu farmasi pun
mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus
tetapi saling berkaitan, antara lain farmakologi, farmakognosi, galenika dan kimia
farmasi.
1. Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari sejarah; khasiat obat dalam
segala seginya, yaitu sumber/asal-usulnya, sifat kimia dan fisikanya,
kegiatan fisiologisnya/efek terhadap fungsi biokimiawi dan faal, cara kerja,
absorpsi, nasib (distribusi, biotransformasi), ekskresinya dalam tubuh, dan
efek toksiknya; serta penggunaannya dalam pengobatan.
2. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang sumber bahan obat
dari alam terutama dari tumbuh-tumbuhan (bentuk makroskopis dan
mikroskopis berbagai tumbuhan dan organisme lainnya yang dapat
digunakan dalam pengobatan).
3. Galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan
(preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari bahan alam
(tumbuhan dan hewan).
4. Kimia Farmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat dengan
memanfaatkan senyawa kimia berdasarkan sifat fisika dan kimianya.
A. Deskripsi Obat
Obat didefinisikan secara luas sebagai semua zat kimia (kecuali
makanan), yang bisa mempengaruhi fungsi faal (fisiologi) makhluk hidup.
Sedangkan secarabsempit didefinisikan ssebagai zat kimia yang dangan cara
pemberian dan dosis tertentu dapat dipakai untuk mengurangi,
menghilangkan, mencegah, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka, atau kelainan rohani atau jasmani pada manusia atau hewan,
mamperelok badan dari manusia atau hewan
Berdasarkan sumbernya, obat digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Obat alamiah/ obat yang terdapat di alam, yaitu pada tanaman, hewan,
dan mineral. Contohnya pada tumbuhan adalah kunyit, pada hewan
adalah minyak ikan, pada mineral adalah belerang dan kalsium.
2. Obat semi sintetik/ obat hasil sintesis yang bahan dasarnya berasal dari
bahan obat yang terdapat di alam. Contohnya morfin yang terdapat pada
tanaman opium dibuat sintetiknya, yaitu kodein.
15
3. Obat sintetik murni, obat yang bahan dasarnya tidak berkhasiat, setelah
disintesis akan didapatkan senyawa dengan khasiat farmakologis
tertentu.
Berdasarkan Permenkes, obat yang dipasarkan digolongkan berdasarkan
khasiatnya, yaitu:
1. Obat Narkotika (daftar O), yaitu obay yang ada dalam daftar obat
Narkotika (SK Menkes RI No. 2882/Dirjen/SK70), yang hanya bias dibeli
dengan resep dokter. Cirinya setiap kemasan ada tanda lingkaran warna
merah dengan huruf N didalamnya.
2. Obat Keras (daftar G), yaitu obat yang ada dalam daftar obat Keras (SK
Menkes RI No. 633 dan 6171, SK Dirjen Far No. 2669), yang hanya bias
dibeli dengan resep dokter. Cirinya setiap kemasan ada tanda lingkaran
merah dengan huruf K didalamnya.
3. Obat bebas terbatas (daftar W), yaitu obat yang terdapat dalm daftar
obat Bebas Terbatas (SK Menkes RI No. 6355 dan SK Dirjen Far No.
2193 dan SK No. 1761), yang bisa dibeli tanpa resep di apotek dan toko
obat berizin. Cirinya pada setiap kemasan ada tanda lingkaran warna biru
dan tambahan label misalnya P. No. 1. Awas obat keras bacalah aturan
memakainya.
4. Obat bebas, obat ini bisa dibeli bebas baik di apotek, took obat, maupun
di supermarket atau di toko atau di warung. Cirinya pada setiap kemasan
ada tanda lingkaran warna hijau.
Menurut peraturan perundang-undangan, penggolongan obat adalah:
1. Obat Etikal, yaitu obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter
seperti obat narkotika dan obat keras.
2. Obat OTC (Over The Counter) seperti obat bebas, bebas terbatas,
suplemen makanan, jamu dan kosmetik.
Kemudian jenis-jenis obat berdasarkan fungsinya:
1. Antitusif
Antitusif adalah obat yang digunakan untuk menekan batuk yang timbul.
Contohnya seperti Dekstrometorfan Hidrobromida (DHBr).
2. Ekspektoran
Ekspektoran adalah obat yang digunakan untuk mempertinggi sekresi dari
saluran pernapasan dan ayau mencairkan riak sehingga mudah untuk
16
dikeluarkan. Contohnya seperti Ammonium klorida, Bromheksin
Hidroklorida,Gliseril Guaiakolat.
3. Dekongestan
Dekongestan adalah obat yang digunakan untuk melonggarkan hidung
yang tersumbat. Contohnya seperti Fenil Propanolamin, Efedrin
Hidroklorida.
4. Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang digunakan untuk melawan atau menutup
kerja histamin, dapat menyembuhkan adanya alergi dan anafilaktik.
Umumnya mempunyai efek kantuk. Contohnya sepeti Chlorpheniramin
Maleat (CTM), Difenhidramin Hidroklorida.
5. Analgetika
Analgetika adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Contohnya
seperti Parasetamol, Asam Mefenamat.
6. Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh
yang tinggi (demam). Contohnya seperti Parasetamol
7. Antibiotika
Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk menghambat dan
membunuh mikroba yang bersal dari mikroba lain.
8. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik kompleks yang esensial untuk
pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain bagi makhluk hidup.
Berhubung vitamin tidak disintesis dalam tubuh, kecuali vitamin K, maka
vitamin harus ada dalam makanan yang dikonsumsi. Vitamin tidak
memberikan kalori dan tidak ikut menyusun jaringan tubuh tetapi
memberikan fungsi yang spesifik dalam tubuh. Banyak vitamin telah
dikenal dan dibedakan menjadi dua golongan, yaitu vitamin yang dapat
larut dalam air (vitamin B kompleks dan vitamin C) dan vitamin yang
dapat larut dalam lemak (vitamin A,D,E,K, dan pro vitamin A yaitu -
karoten).
9. Anasida / Antasida
Anasida / Antasida adalah obat yang digunakan untuk mengurangi
keasaman lambung yang berlebihan.
17
Macam – macam Sediaan Obat
Sediaan obat terdiri dari bahan berkhasiat dan bahan pembantu (bahan
tambahan). Sediaan obat merupakan sistem yang sangat kompleks sebagai
satu kesatuan antara bahan berkhasiat dan bahan tambahan, serta harus
stabil secara fisika, kimia, dan mikrobiologi selama penyimpanan dalam
jangka waktu tertentu.
Bahan berkhasiat atau bahan aktif adalah bahan yang dipakai dalam
pembuatan obat dan mempunyai khasiat atau kekuatan yang istimewa untuk
pengobatan. Bahan berkhasiat dapat berbentuk serbuk halus, serbuk kristal,
dan serbuk voluminous / serbuk higroskopis. Bahan pembantu (tambahan)
adalah unsur-unsur farmasetik yang tidak aktif secara fisiologis, tetapi dengan
adanya bahan pembantu memungkinkan bahan aktif diubah menjadi sediaan
yang cocok.
Bahan pembantu (tambahan) terdiri atas :
1. Zat pengisi, misalnya laktosa, amilum, kalsium laktat trihidrat, dekstrosa, sukrosa.
2. Zat pengikat, misalnya gelatin dan selulosa.3. Zat pelicin, misalnya magnesium stearat.4. Zat penghancur, misalnya pati dan asam alginat.5. Zat penawar bau dan rasa, misalnya minyak jeruk dan aspartam.
Sediaan obat berdasarkan bentuknya terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Sediaan Padat
Pemakaian obat dalam bentuk sediaan padat umumnya melalui mulut. Karena sediaan ini ada dalam bentuk kering, maka lebih mudah dan lebih stabil daripada bentuk sediaan obat lainnya.
Macam – macam sediaan padat:
1. Pulvis, pulveres (serbuk) adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Ada dua macam serbuk, yaitu:
1. Serbuk tak terbagi (pulvis)
Serbuk yang digunakan untuk diluar atau didalam tubuh.
2. Serbuk terbagi (pulveres)
18
Serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang tepat.
3. Tablet (compressi) adalah sediaan padat yang dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
Tablet sendiri berdasarkan penggunaan secara oral, digolongkan sebagai berikut,
1. Tablet bukal, yaitu digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi dalam rongga mulut.
2. Tablet sublingual, yaitu digunakan dengan cara dimasukkan dibawah lidah.
3. Tablet isap (lozenges, trochisi), yaitu digunakan untuk efek lokal dimulut dan tenggorokan.
4. Tablet kunyah, yaitu biasanya mempunyai rasa yang enak, dengan dikunyah maka memecah menjadi partikel – partikel lebih kecil yang lebih mudah diserap.
Lalu berdasarkan pembentukkannya, tablet digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Tablet kempa, yaitu dibuat dengan tekanan tinggi terhadap serbuk/granul menggunakan cetakan baja. Dapat dibuat berbagai ukuran dan bentuk tablet berbentuk kapsul yang disebut kaplet.
2. Tablet cetak, yaitu dibuat dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam cetakkan lalu dikeringakn. Kepadatan bergantung pada ikatan kristal selama proses pengeringan.
Kemudian untuk formulasi sediaan tablet sebagai berikut,
1. Zat aktif
Bahan berkhasiat berbentuk serbuk halus, serbuk Kristal, serbuk voluminous/ serbuk higroskopis.
2. Zat tambahan
19
Biasanya berupa bahan pengikat, bahan pengisi, bahan lubrikan, bahan penghancur, adsorben, surfaktan, bahan pembawa rasa dan bau serta bahan pewarna.
Untuk metoda pembuatan tablet ada tiga, yaitu:
1. Granulasi basah
2. Granulasi kering
3. Cetak langsung
4. Kapsul (capsulae) adalah sediaan obat padat yang terbungkus dalam suatu cangkang yang terbuat dari metal selulosa, gelatin, atau bahan yang dapat larut dalam lambung.
5. Deskripsi Produk Jadi
PT Sterling Products Indonesia memproduksi bermacam – macam obat
jadi. Produk yang dihasilkan meliputi obat sakit kepala, obat flu, obat demam,
dan obat tetes mata ringan. Berikut beberapa macam obat yang dihasilkan
oleh perusahaan ini, diantaranya adalah Panadol®Caplets, Panadol®Extra,
Panadol®Cold & Flu, Panadol®Cold & Flu Night, Insto®Eye Drops dan Insto®
Moisture.
B. Metoda Analisis
Untuk evaluasi sediaan tablet, umunya dibagi menjadi 6, yaitu
1. Uji keseragaman bobot
Uji ini bertujuan untuk mengetahui keseragaman bobot tablet berdasarkan bobot rata-rata penimbangan.
2. Uji ketebalan tablet
Uji ini bertujuan untuk mengetahui ketebalan rata-rata tablet berdasarkan ketebalan rata-rata tablet. Biasanya dilakukan dengan menggunakan alat jangka sorong.
20
3. Uji kekerasan tablet
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tidak terlalu rapuh / terlalu keras. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat dengan tekanan besar untuk mematahkan tablet. Alat yang digunakan disebut Hardness tester.
4. Uji kerenyahan tablet (friabilitas)
Uji ini bertujuan untuk menguji ketahanan tablet terhadap kehilangan berat yang disebabkan oleh goresan ringan dalam pengepakan dalam kemasan. Alat yang digunakan disebut Friabilator counter.
5. Uji daya hancur tablet (desintegrasi)
Uji ini bertujuan untuk mengetahui waktu hancur tablet dalam tubuh berdasarkan pengukuran waktu yang dilakukan tablet untuk hancur sempurna dalam pelarut yang mendekati sifat cairan lambung.
6. Uji daya larut (dissolusi)
Uji ini bertujuan untuk mengetahui daya larut tablet dalam tubuh berdasarkan pengukuran banyaknya partikel tang terlarut dalam cairan lambung/ usus buatan pada kondisi dan waktu tertentu.
UJI DISOLUSI
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila dinyatakan dalam masing-masing monografi. Bila pada etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji pelepasan obat, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing mnografi. Dari jenis alat yang diuraikan di sini, pergunakan salah satu yang sesuai yang tertera dalam masing-masing monografi.
Media disolusi, Gunakan pelarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi. Bila media disolusi adalah suatu larutan pendapar atau buffer, atur pH larutan sedemikian hingga berada dalam batas 0,05 satuan pH yang tertera pada masing-masing monografi
Waktu, Bila dalam spesifikasi hanya terdapat satu waktu, pengujian dapat diakhiri dalam waktu yang lebih singkat bila persyaratan jumlah
21
minimum yang terlarut telah dipenuhi. Bila dinyatakan dua waktu atau lebih, cuplikan dapat diambil hanya pada waktu yang ditentukan dengan toleransi ± 2%.
Interprestasi, Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing mongrafi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan table penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka 5% dan 15% dalam table adalah persentase kadar pada etiket, dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q.
Tabel Penerimaan
Tahap Jumlah yang diuji Kriteria Penerimaan
S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari
Q + 5%
S2 6 Rata-rata dari 12 unit ( S1+S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15%
S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15% dan tidak satu unitpun yang lebih kecil dari Q – 25%
C. Sarana dan Peralatan
Alat – alat yang digunakan dalam uji disolusi ini adalah sebagai berikut:
1. Alat – alat gelas
22
1
1
1
2
2
2
3
4 5
12
6
13
Alat-alat gelas yang digunakan di antaranya : piala gelas (5000 ml, 500 ml, 250 ml, 100 ml, 50 ml), gelas ukur 1000 ml, labu ukur 250 ml, pipet serologi 10 ml, pipet tetes, botol saring dan corong.
2. Alat instrument
1. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (High Performance Liquid Chromatography)
KCKT digunakan untuk mengetahui jenis zat-zat maupun jumlahnya dalam suatu contoh berdasarkan pemisahan fase gerak dan fase diam terhadap zat-zat tersebut. Prinsip kerja KCKT atau yang lebih dikenal sebagai High Performance Liquid Chromatography (HPLC) sebenarnya tidak berbeda dengan prinsip-prinsip kromatografi yang lain, yaitu pemisahan komponen-komponen sampel dengan cara melewatkan sampel pada suatu kolom (fase diam), yang selanjutnya dilakukan pengukuran kadar masing-masing komponen-komponen tersebut oleh detektor.
Dalam KCKT fase gerak yang digunakan adalah zat cair. Dibandingkan dengan gas, cairan mempunyai viskositas yang relatif lebih besar dan kecepatan aliran yang relatif lebih kecil. Sebagai akibatnya teknik kromatografi cairan membutuhkan waktu yang lebih lama. Prinsip kerja KCKT adalah dengan bantuan pompa, fase gerak cair dialirkan paksa melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fase gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena terjadi perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fase diam maka terjadilah pemisahan. Kromatogram KCKT serupa dengan kromatogram kromatografi gas. Jumlah peak menyatakan jumlah komponen sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran.
Kecepatan alir yang cukup, diperlukan dalam setiap sistem kromatografi kolom. Untuk merealisasikan keadaan ini dalam sistem kromatografi cair kinerja tinggi yang menggunakan ukuran diameter partikel 2-10 µm, penggunaan pompa tekanan tinggi mutlak diperlukan. Keadaan inilah yang menyebabkan instrumen KCKT menjadi lebih kompleks dan tentunya lebih mahal dari sistem kromatografi lainnya.
23
7
8
11
Gambar 6. Diagram Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Keterangan :
1. Wadah pelarut/fase gerak.
2. Penghilang gas (degasser).
3. Tempat pencampuran fase gerak (mixing chamber).
4. Pompa.
5. Peredam denyut.
6. Sistem buangan (drain).
7. Kolom penyaring.
8. Pengaturan tekanan balik.
9. Pengubah tekanan.
10. Katup injektor.
11. Kolom analisis.
12. Detektor.
13. Sistem informasi data.
1. Bagian-bagian KCKT
24
1. Penampung Pelarut (minimal berisi 50 ml pelarut).
Penampung pelarut (solvent reservoir) adalah wadah yang tahan terhadap pelarut-pelarut organik atau larutan pendapar (buffer) lainnya. Penampung pelarut ini biasanya berbahan gelas atau stainless steel. Untuk KCKT yang modern penampung pelarut didesain sedemikian rupa sehingga dilengkapi dengan alat-alat khusus seperti penghilang gas (degasser) dan penyaring (filtrator). Untuk KCKT sederhana degassing dan filtration dilakukan di luar penampung pelarut. Jadi penampung pelarut diisi dengan pelarut yang sudah melalui proses degassing dan filtration.
Proses degassing berfungsi untuk menghilangkan gas terlarut berupa oksigen atau nitrogen yang akan mempengaruhi dengan membentuk gelembung pada kolom dan detektor. Jika terdapat banyak gelembung maka tekanan HPLC tidak stabil dan menyebabkan perubahan laju alir fase gerak. Proses filtration berfungsi untuk menyaring pelarut menjadi molekul yang lebih kecil (< 0,45 µm).
2. Pompa
Syarat- syarat pompa dalam KCKT di antaranya :(1) Dapat menghasilkan tekanan 6.000 psi.(2) Tidak menghasilkan denyut yang dapat menyebabkan
penurunan kemampuan detektor.(3) Mempunyai tekanan yang stabil.(4) Mempunyai rentang yang luas dengan laju alir (flow rate)
pelarut 0,1-10 ml/menit.(5) Mempunyai keterulangan laju alir pompa dalam kisaran
kesalahan 0,5 %.(6) Tahan terhadap korosi.
Terdapat 3 jenis pompa yang sering digunakan dalam sistem KCKT
1. Pompa Reciprocating
Pompa Reciprocating adalah jenis pompa yang banyak digunakan. Pada pompa jenis ini, larutan dipompakan dengan gerakan maju mundur piston yang digerakan oleh motor penggerak. Kelemahan pompa adalah masih dihasilkannya denyut yang harus diredam
25
dengan pengaturan baseline pada kromatogram. Kelebihan pompa jenis ini adalah volume internalnya kecil (35-400 µl), tekanan hingga 10.000 psi, kemampuan untuk adaptasi menggunakan elusi gradien, aliran yang konstan sehingga terbebas dari tekanan balik kolom dan akibat dari kekentalan pelarut.
2. Sistem Penggantian (Displacement Pump)
Sistem Penggantian menggunakan sebuah wadah besar seperti syringe dengan sebuah penekan yang digerakan oleh motor. Menghasilkan aliran yang bebas tekanan balik, tidak dipengaruhi kekentalan dan bebas denyut. Kekurangan pompa jenis ini adalah kapasitas pompa terbatas hanya 250 ml dan cukup sulit saat pelarut harus mengalami penggantian.
3. Pompa Tekanan Udara (Pneumatic Pump)
Bentuk paling sederhana sebuah pompa pneumatik merupakan wadah yang ditekan oleh gas bertekanan tinggi. Harga relatif murah dan bebas denyut merupakan kelebihan jenis pompa ini. Kekurangannya terletak pada kapasitas yang terbatas serta tekanan yang relatif rendah. Keluaran terbatas hanya sekitar 2.000 psi, dipengaruhi oleh tekanan balik dan kekentalan pelarut dan tidak dapat digunakan untuk sistem elusi gradien.
1. Injektor
Sistem pemasukan contoh pada KCKT:1. Sistem Auto Injector
Sample berada dalam wadah cairan mirip botol berukuran 2 ml atau 4 ml (vial) yang berbahan pyrex dan bersegel alumunium.
2. Sistem loop (loop sampler)Untuk sistem loop memiliki kapasitas 20-500 µl, dan sebagainya. Bila berlebihan, sisanya dibuang lewat drain.
1. Kolom
Kolom KCKT secara umum dibuat dari bahan tabung stainless steel, walaupun untuk tekanan dibawah 600 psi kolom kaca dapat digunakan. Kolom untuk analisis KCKT memiliki
26
ukuran panjang kolom berkisar dari 10-30 cm berbentuk lurus dan jika diperlukan dapat disambung dengan kolom yang lain. Diameter dalam kolom 4-10 mm dengan ukuran partikel 5-10μm. Kolom dari jenis ini memiliki jumlah plat 40.000-60.000 plat/meter.
Saat ini pabrik pembuat kolom telah merancang dan memproduksi kolom dengan kecepatan dan kinerja tinggi. Beberapa kolom hanya memiliki panjang 1 - 4,6 cm dengan ukuran partikel 3 – 5 μm. Beberapa jenis kolom memiliki jumlah plat hingga 100.000 hanya dengan panjang 3 - 7,5 cm dengan kelebihan pada kecepatan dan sedikitnya pelarut yang diperlukan dalam pemisahan. Jumlah pelarut minimum menjadi pertimbangan penting karena pelarut dengan tingkatan kromatografi (chromatography grade) sangat mahal.
Dua jenis kolom digunakan dalam kromatografi cair yaitu jenis pellicular dan pertikel berpori (porous particle). Jenis pellicular terdiri dari partikel dengan bentuk bola, tidak berpori berbahan dasar gelas atau polimer dengan diameter 30-40 µm. Lapisan tipis berpori silika, alumina, atau resin sintetis divinil benzen polistirena dengan melapiskan penukar ion pada permukaannya.
Jenis kolom dengan partikel berpori berisi partikel berpori dengan diameter partikel 3-10 µm terbuat dari silika, alumina, resin sintesis divinil benzen polistirena atau resin penukar kation yang kemudian dilapisi lapisan tipis film berbahan organik sehingga berikatan secara kimia atau fisika terhadap permukaannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian kolom di antaranya ialah :1. Fase gerak harus sesuai dengan sifat kolom.2. Periksa tekanan maksimal yang diperbolehkan sebelum
digunakan.3. Untuk memperpanjang waktu hidup kolom maka waktu
mengalirkan fase gerak dimulai dari kecepatan aliran 0,1 ml sampai kecepatan aliran yang diinginkan.
4. Kolom tidak boleh sampai terpukul atau jatuh sebab dapat merusak struktur kemasan (packing) kolom.
5. Jangan terbalik mengalirkan fase gerak, perhatikan arah alir yang tertulis pada kolom.
6. Sebelum injeksi sampel, kolom harus stabil terlebih dahulu.
1. Detektor
Detektor ideal pada sistem KCKT harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
27
1. Memiliki sensitivitas yang memadai. Kisaran umum sensitivitas berkisar dari 10-8 hingga 10-15 gram zat terlarut per pembacaan.
2. Stabil dan memiliki keterulangan yang baik.3. Respon yang linear terhadap kenaikan konsentrasi.4. Waktu respon yang singkat.5. Kemudahan pada penggunaan.6. Memiliki volum internal yang kecil untuk mengurangi
pelebaran puncak.Beberapa detektor dapat digunakan pada sistem
kromatografi cair kinerja tinggi, di antaranya :
1. Detektor Absorban
Sebuah sel detektor berbentuk huruf Z umumnya digunakan sebagai sel pembacaan absorban. Transducer fotolistrik yang sesuai dipasangkan untuk mengukur intensitas serapan. Detektor phototube, photomultiplier tube atau dioda peka cahaya dapat digunakan untuk mengukur nilai absorban. Cahaya transmisi yang sampai pada detektor akan diubah menjadi sinyal listrik yang selanjutnya diproses menjadi data yang dapat diinterpretasikan.
2. Detektor Fluorescens
Detektor Fluorescens yang digunakan sama halnya dengan detektor spektro fluoro-fotometer. Detektor paling sederhana menggunakan lampu merkuri sebagai sumber cahaya dan filter untuk mengisolasi panjang gelombang emisi radiasi. Lampu xenon digunakan pada instrumen yang lebih baik dengan grating sebagai monokromatornya.
3. Detektor Refraktif Indeks
Detektor jenis ini bekerja dengan mengukur nilai indeks bias senyawa yang melalui sel. Sel detektor dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sel pembanding dan sel sampel. Dalam keadaan kedua sel hanya berisi fase gerak yang sama, kromatogram hanya menunjukkan baseline yang datar. Ketika sampel masuk ke sel sampel akan terjadi perbedaan indeks bias antara sel pembanding dengan sel sampel. Keadaan ini akan diterjemahkan oleh detektor sebagai kenaikan atau penurunan indeks bias. Kromatogram detektor indeks bias dapat berupa puncak
28
negatif ataupun puncak positif (tergantung dari nilai indeks bias sampel).
4. Detektor Elektrokimia
Detektor dengan mendasarkan kerjanya pada pengukuran arus listrik. Perubahan arus akan dideteksi terhadap waktu dan ditampakkan dalam bentuk kromatogram.
5. Detektor Spektra Massa
Pada detektor spektra massa, analat akan diionisasikan, dipisahkan pada analisator, dibaca oleh detektor dan menghasilkan spektrum massa.
1. Sistem Pengolah Data
Sistem pengolahan dan pencatatan data menggunakan proses komputerisasi yang telah diprogramkan sehingga sangat mempercepat dan memudahkan pekerjaan.
6. Mekanisme pemisahan dalam KCKT
Mekanisme pemisahan dominan yang terjadi pada sistem KCKT biasanya ditentukan oleh hens kolom yang digunakan. Terdapat kemungkinan untuk terjadi lebih dari satu proses pemisahan dalam satu kolom. Mekanisme yang mungkin terjadi adalah adsorpsi, pertisi, penukar ion, dan ekslusi.
1. Adsorpsi
Mekanisme pemisahan ini sering dinyatakan sebagai kromatografi padat-cair atau kromatografi fase normal. Pada mekanisme pemisahan ini, fase diam adalah polar sedangkan untuk fase geraknya adalah nonpolar. Fase gerak yang digunakan berupa pelarut nonpolar, misalnya adalah heksan yang diubah polaritasnya dengan mencampurkan dengan sejumlah kecil pelarut polat seperti 2-prpanol, diklorometana. Dikarenakan fase diam bersifat polar maka senyawa-senyawa nonpolar akan memiliki afinitas yang sangat kecil sehingga tidak tertahan dan dengan cepat akan keluar dari kolom.
29
Sebaliknya untuk senyawa yang bersifat polar akan memiliki afinitas yang besar sehingga terelusikan lebih lama.
2. Partisi
Mekanisme pemisahan ini digunakan untuk sistem kromatografi fase normal atau fase terbalik. Pada sistem fase terbalik, fase diam yang digunakan bersifat nonpolar sedangkan fase gerak polar untuk digunakan untuk mengelusikan komponen dalam kolom dan untuk fase normal sebaliknya. Pemisahan ini didasarkan pada zat – zat terlarut antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, salah satunya diam (fase diam) dan yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase diam disalutkan pada penyangga dan di kemas dalam kolom. Kemudian fase gerak dilewatkan melalui kolom.
3. Penukar ion
Mekanisme pemisahan ini memanfaatkan perbedaan tingkat afinitas ion – ion dalam larutan terhadap kumpulan ion bermuatan yang terdapat pada kolom. Gugus fungsi alami yang menjadi sisi aktif penukar ion adalah amonium kuartener untuk anion dan asam sulfonat untuk kation.
4. Permeasi gel
Mekanisme pemisahan ini dikenal juga dengan sebutan filtrasi gel, ekslusi. Mekanisme pemisahannya berdasarkan pemilihan ukuran partikel molekul. Molekul akan terdifusi dalam pori dengan ukuran tertentu. Molekul yang lebih kecil dari ukuran pori akan masuk dan mengalami pemisahan berdasarkan ukurannya.
2. Alat Disolusi (Dissolution Tester)
Merupakan alat yang digunakan dalam salah satu uji evaluasi obat, yaitu uji disolusi. Alat disolusi ini umunya terdiri dari wadah penampung air, termometer suhu, wadah penampung medium disolisi (vessel), dan pengaduk berputar. Alat 1 Alat terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu penangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah apada 370 ± 0,50C selama
30
pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam penangas air halus dan tetap. Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk.
Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian berlangsung. Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertical wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan
31
mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4%.
Komponen batang logam dan keranjang yang merupakan bagian dari pengaduk terbuat dari baja tahan karat tipe 316 atau yang sejenis sesuai dengan spesifikasi pada Gambar 1. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, digunakan kasa 40 mesh. Dapat juga digunakan keranjang berlapis emas setebal 0,0001 inci (2,5 µm). Sediaan dimasukkan ke dalam keranjang yang kering pada tiap awal pengujian. Jarak antara dasar bagian dalam wadah dan keranjang adalah 25 mm ± 2 mm selama pengujian berlangsung.
32
Gambar alat 2 Sama seperti gambar alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik darii sumbu vertical wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi pada Gambar 12. Jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.
3. Peralatan pendukung
Peralatan lain yang digunakan antara lain adalah
1. Neraca analitik dengan sistem pembacaaan digital.
2. Branson Ultrasonik untuk melarutkan sampel dan menghilangkan gelembung dalam fase gerak.
3. Suntikan
4. Oven untuk mengeringkan alat-alat gelas.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Uraian komoditas
Obat sakit kepala sediaan solid (Caplets) “X” adalah sediaan obat berbentuk kaplet produksi PT Sterling Products Indonesia. Berfungsi
33
untuk meredakan sakit kepala dengan ekstra cepat. Dengan kandungan zat aktif parasetamol dan kafein yang bekerja ekstra cepat meredakan sakit kepala yang tidak tertahankan. Dengan tambahan zat aktif kafein, parasetamol akan bekerja lebih cepat dalam tubuh. Kafein akan membuat kerja jantung lebih cepat sehingga peredaran darah beredar lebih cepat dalam tubuh yang membuat kerja dari parasetamol pun bekerja lebih cepat dibandingakan obat sakit kepala yang zat aktifnya hanya parasetamol saja. Kemudian kafein sendiri mempunyai fungsi seperti parasetamol.
Gambar rumus bangun parasetamol
Paracetamol berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik yang digunakan
untuk mengobati sakit kepala dan demam. Ia aman dalam dosis standar,
tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja
sering terjadi. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan
ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak
tergolong dalam obat jenis NSAID. Paracetamol memiliki rumus empiris
C8H9NO2 dengan berat molekul 151,17 g/mol. Parasetamol mengandung tidak
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Parasetamol tablet mengandung tidak kurang dari
90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % C8H9NO2 . Merupakan hablur atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, dan rasanya pahit. Merupakan sintesis dari p-
aminophenol yang diasetilasi dengan anhidrida asam asetat.
Parasetamol secara struktur diketahui mempunyai gugus kromofor dan
gugus auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi
pada daerah ultraviolet. Larut dalam air panas, alkohol, aseton, gliserol,
34
propylene glikol, gliserol, kloroform, metil alkohol, dan hidroksida alkali, tak
larut dalam benzena dan eter. Memiliki nama IUPAC p-acetylaminophenol dan
titik leburnya antara 169 °C dan 172 °C.
Efek samping yang ditimbulkan pada tubuh dari penggunaan parasetamol
yang penggunaannya berlebihan adalah :
1. Demam yang disertai menggigil atau sakit tenggorokan yang tidak terkait
dengan penyakit sebelumnya menjadi tanda dari reaksi alergi terhadap
parasetamol.
2. Luka, bintik-bintik putih di mulut dan bibir, dan luka pada mulut juga
merupakan efek samping lain yang bisa terjadi.
3. Selain itu, ruam kulit atau gatal-gatal sebagai efek samping yang lebih
umum, dan dalam beberapa kasus, terjadi perdarahan atau memar yang
tidak biasa.
4. Lemah, lelah, dan nyeri di punggung bagian bawah atau samping adalah
efek samping lain terkait dengan intoleransi terhadap parasetamol.
5. Parasetamol mungkin menyebabkan kerusakan hati. Mata atau kulit yang
berwarna kuning menjadi tanda bahwa hati telah rusak karena
mengonsumsi parasetamol. Kerusakan hati terjadi akibat dosis besar dan
penggunaan jangka panjang parasetamol. Kencing dan tinja berdarah
juga merupakan efek samping parasetamol yang menandakan terjadinya
iritasi pada lambung.
Walaupun parasetamol merupakan obat yang ringan dengan sedikit efek
samping, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat meminum obat
berbahan aktif ini. Hindarkan mengonsumsi alkohol saat mengambil
parasetamol karena hanya akan menimbulkan beban tambahan pada hati.
Parasetamol juga harus diminum sesuai dosis yang dianjurkan serta jangan
menggunakannya dalam jangka panjang.
Kafein merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan
dapat mengusir rasa kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung
kafeina, seperti kopi, teh, dan minuman ringan, sangat digemari. Kafeina
35
merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Kafein
adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang
bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein
memiliki rumus empiris C8H10N4O2 dengan berat molekul 194,19 g/mol. Kafein
mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C8H10N4O2,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kafein tablet mengandung tidak
kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % C8H10N4O2. Merupakan hablur
atau serbuk hablur putih dan tidak berbau. Untuk kelarutan sukar larut dalam
eter, agak sukar larut dalam air, etanol namun mudah larut dalam
kloroform.mempunyai titik lebur antara 235°C dan 237,5°C. Karena kafein
dengan mudah didapatkan sebagai produk samping proses dekafeinasi,
kafein biasanya tidak disintesis secara kimiawi. Apabila diperlukan, kafein
dapat disintesis dari dimetilurea dan asam malonat.
Gambar rumus bangun kafein
Kafein secara struktur diketahui mempunyai gugus kromofor dan gugus
auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada
daerah ultraviolet. Kelarutan dalam air tinggi. Memiliki nama IUPAC 1,3,7-
trimetil- 1H-purina- 2,6(3H,7H)-dion, dan nama lainnya adalah 1,3,7-
trimetilksantina , theine, methyltheobromine.
Efek samping terhadap tubuh dari penggunaan parasetamol yang
penggunaannya berlebihan adalah :
1. Kafein dapat mengakibatkan ketagihan ringan,
2. Mengakibatkan susah tidur (insomnia).
36
3. Kafein dapat menimbulkan stimulasi syaraf pusat dan meningkatkan
detak jantung.
4. Dapat menyebabkan sakit kepala,rasa gelisah(restlessness and
irritability), dan tekanan darah meningkat.
37