laporan poc

48
0 LAPORAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR “SIBUSA” DARI SISA BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Mikrobiologi Industri DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr. SUPARTONO, M.S. Dr. SITI HARNINA BINTARI, M.S. OLEH : NIGITA ARIYANI NIM.

Upload: stepandi-gareng-speedholic

Post on 07-Dec-2015

97 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

POC

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN POC

0

LAPORAN

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR “SIBUSA”

DARI SISA BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Mikrobiologi Industri

DOSEN PENGAMPU:

Prof. Dr. SUPARTONO, M.S.

Dr. SITI HARNINA BINTARI, M.S.

OLEH :

NIGITA ARIYANI

NIM.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA (KIMIA, S2 REGULER)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Page 2: LAPORAN POC

1

JANUARI 2015

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR “LIMBUSA”

DARI LIMBAH BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan

manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada

pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang

serius. Tumpukan sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan

mendatangkan tikus got dan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang

membawa kuman penyakit.

Di tengah kepadatan aktifitas manusia, penanganan sampah masih menjadi

permasalahan serius yang belum bisa tertangani dengan tuntas, terutama di kota-kota

besar. Pasalnya, rata-rata tiap orang perhari dapat menghasilkan sampah 1-2 kg dan

akan terus bertambah sejalan dnegan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup

masyarakat. Sampah yang tidak mendapat penanganan yang serius bisa

mengakibatkan pencemaran, baik polusi udara, polusi air, maupun polusi tanah.

Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan beragam usaha yang dapat

merubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya adalah dengan

memanfaatkan sampah khususnya sampah organik untuk bahan baku pupuk cair

sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah dan dapat membantu petani dalam

menyediakan pupuk dikarenakan harga pupuk anorganik yang belakangan ini

semakin meningkat.

Sebenarnya permasalahan sampah bisa dikurangi jika penanganannya dimulai

dari rumah ke rumah dengan cara mengolahnya menjadi kompos. Selama ini pupuk

kompos yang dihasilkan dari sampah organik dalam bentuk padat memang banyak.

Namun, jarang yang berbentuk cair, padahal pupuk cair ini lebih praktis digunakan,

Page 3: LAPORAN POC

2

proses pembuatannya relatif mudah, dan biaya pembuatan yang dikeluarkan juga

tidak terlalu besar (Hardisuwito, 2007 dalam Sinaga, 2009).

Terdapat dua macam tipe pupuk organik cair yang dibuat melalui proses

pengomposan. Pertama adalah pupuk organik cair yang dibuat dengan cara

melarutkan pupuk organik yang telah jadi atau setengah jadi ke dalam air. Jenis

pupuk yang dilarutkan bisa berupa pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos atau

campuran semuanya. Pupuk organik cair semacam ini karakteristiknya tidak jauh

beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya berupa cairan. Dalam bahasa

lebih mudah, kira-kira seperti teh yang dicelupkan ke dalam air lalu airnya dijadikan

pupuk. Pupuk cair tipe ini suspensi larutannya kurang stabil dan mudah mengendap.

Kita tidak bisa menyimpan pupuk tipe ini dalam jangka waktu lama. Setelah jadi

biasanya harus langsung digunakan. Pengaplikasiannya dilakukan dengan cara

menyiramkan pupuk pada permukaan tanah di sekitar tanaman, tidak disemprotkan

ke daun.

Kedua adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang

difermentasikan dalam kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan

bakunya dari material organik yang belum terkomposkan, yaitu bahan organik basah

atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buahan

atau sayur-sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan ini juga kaya akan nutrisi

yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandungan selulosa dari bahan organik

(C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama (Purwendro dan

Nurhidayat, 2006 dalam Sinaga 2009).

Unsur hara yang terkandung dalam larutan pupuk cair dari bahan-bahan

organik yang difermentasikan ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih

stabil dan bila dibiarkan tidak mengendap. Oleh karena itu, sifat dan karakteristiknya

pun berbeda dengan pupuk cair yang dibuat dari pupuk padat yang dilarutkan ke

dalam air.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukanlah percobaan

pembuatan pupuk organik cair dari campuran limbah buah-buahan dan sayuran ini.

Page 4: LAPORAN POC

3

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk:

1. Mengetahui teknik dan komposisi yang tepat dari pembuatan pupuk organik cair

dengan bahan berupa campuran limbah buah-buahan dan sayuran.

2. Mengetahui ada tidaknya mikroba dari produk pupuk organik cair yang

dihasilkan.

3. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair pada tanaman.

4. Mengetahui konsentrasi yang tepat dari pupuk organik cair untuk digunakan

pada tanaman.

II. LANDASAN TEORI

2.1 Pupuk Organik Cair

Pupuk cair organik atau ada juga yang menyebut dengan pupuk organik cair,

adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa

tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik cair menyediakan nitrogen dan unsur

mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk

nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan

pupuk cair. Pupuk organik cair tersebut dapat dibuat dari limbah (sisa) buah-buahan

atau sayuran, dan bisa juga campuran kedua limbah tersebut. Pupuk organik cair

adalah pupuk organik yang kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut

sebagai pupuk cair foliar. Pupuk ini mengandung hara makro dan mikro esensial (N,

P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair lebih

mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Manfaat

dari pemberian pupuk cair organik adalah:

1. Merangsang pertumbuhan tunas baru.

2. Memperbaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel rusak.

3. Merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tumbuhan.

4. Memperbaiki klorofil pada daun.

5. Merangsang pertumbuhan kuncup bunga.

Page 5: LAPORAN POC

4

6. Memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga.

7. Memperkuat daya tahan pada tanaman.

Adapun keuntungan (kelebihan) dari penggunaan pupuk organik cair adalah:

1. Praktis dalam aplikasinya di lapangan.

2. Tidak ada efek negatif yang diakibatkan, baik bagi pengguna maupun bagi

tanaman dan hewan ternak.

3. Hasil panen lebih sehat untuk dikonsumsi dan lebih tahan lama dalam

penyimpanan secara alami.

Sedangkan kelemahan yang umum terdapat pada pupuk organik cair, yaitu :

1. Viabilitas (daya hidup) mikroorganisme yang dikandungnya sangat rendah.

2. Populasi mikroorganisme kecil (< 106 cfu/mL), bahkan cenderung tidak

ada/mati seiring dengan waktu.

3. Nutrisi yang terkandung sedikit, umumnya nutrisi yang ada berupa tambahan

bahan kimia seperti pupuk NPK dan Urea.

4. Mikroorganisme di dalamnya sangat mudah berkurang bahkan mati.

5. Tingkat kontaminasi sangat tinggi .

6. Seringkali menghasilkan gas (kemasan rusak) dan bau tidak sedap (busuk).

7. Tidak tahan lama (kurang dari setahun).

8. Masalah dalam transportasi dan penyimpanan.

a. Perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi dalam membuatnya.

9. Hasilnya tidak bisa diproduksi secara masal

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair adalah

bahan-bahan yang mudah terurai seperti sisa buah-buahan dan sayuran. Untuk

membantu dan mempercepat proses fermentasi pupuk organik cair maka dalam

percobaan ini digunakan ragi tape. Ragi dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang

bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula di dalam tanah

yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik melalui fermentasi.

Ragi juga menghasilkan senyawa bioaktif seperti hormon dan enzim.

Dalam pembuatan pupuk organik cair ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalannya, yang nantinya dapat

Page 6: LAPORAN POC

5

mempercepat proses fermentasi. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat

keberhasilan dalam pembuatan pupuk organik cair diantaranya adalah:

1.    Suhu

Suhu merupakan faktor yang penting bagi kehidupan bakteri, bakteri hidup

dalam kondisi suhu yang sangat beragam. Bakteri yang menguntungkan

umumnya hidup pada suhu optimum bagi pertumbuhan makhluk hidup lainnya

yakni berkisar 180C - 400C. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan denaturasi atau kerusakan protein dan komponen sel lainnya

pada bakteri dekomposer sehingga dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan

suhu yang terlalu rendah dapat mengakibatkan mobilitas bakteri terhambat, dan

jika terjadi kenaikan suhu secara ekstrim bakteri akan mati.

Bakteri dekomposer populasinya sedikit atau berkurang dapat menghambat

proses dekomposisi bahan, suhu yang terlalu tinggi juga berdampak negatif

terhadap perkembangbiakan bakteri dekomposer. Pada suhu ekstrim bakteri yang

dapat berkembang cenderung bakteri yang bersifat patogenik, jadi jika suhu

terlalu tinggi besar kemungkinannya bahan terkontaminasi oleh bakteri

patogenik.

2.    Kelembaban

Bakteri dapat berkembangbiak pada kondisi kelembaban yang relatif tinggi

yakni RH mencapai ± 60%, kelembaban tinggi berarti lingkungan cenderung

berair, bakteri sangat menyukai pada kondisi lingkungan yang relatif berair.

3.    Intensitas Cahaya

Cahaya matahari merupakan sumber kehidupan bagi mahluk hidup termasuk

bakteri yang notabene merupakan makhluk tingkat rendah. Akan tetapi untuk

dapat berkembang biak dengan optimal media yang berisi fermentasi bahan

untuk pupuk cair sebaiknya diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar

matahari secara langsung. Sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan

Page 7: LAPORAN POC

6

suhu pada media secara signifikan yang dapat merusak protein dan komponen

sel lainnya, sitoplasma bakteri bocor sehingga bakteri dapat mengalami kematian

yang berdampak pada lambatnya fermentasi bahkan bahan besar

kemungkinannya tidak terfermentasi.

4.    Bahan

Sumber makanan bakteri dekomposer adalah bahan organik, termasuk buah dan

sayuran. Dekomposisi yang berhasil dicirikan dengan bahan yang

difermentasikan hancur yang menunjukan aktivitas bakteri yang tinggi. Sumber

makanan yang dimaksud adalah sayuran dan buah – buahan.

5.    Komposisi media

      Komposisi media yang digunakan harus seimbang dengan larutan yang

digunakan. Dalam pembuatan pupuk organik cair digunakan ragi tape, gula aren,

air cucian beras dan air bersih secukupnya. Komposisi ragi tape, gula aren, dan

air cucian beras harus sesuai dengan jumlah bahan yang akan digunakan.

Apabila komposisi bahan-bahan tersebut kurang atau lebih sedikit, maka

kemungkinan besar pupuk cair akan gagal dan bahan akan cepat membusuk.

6.    Waktu pembuatan

Pembuatan pupuk organik cair sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari atau

pagi hari dimana intensitas cahaya matahari relatif rendah dan kelembaban tidak

terlalu tinggi. Misalnya dilakukan pada siang hari diusahakan tempat pembuatan

pupuk dilakukan pada tempat yang terhalang intensitas cahaya matahari secara

langsung. Kontaminansi dengan bakteri patogenik pada awal pembuatan akan

sangat berbahaya, bakteri patogenik cenderung dapat berkembang biak dari suhu

yang relatif tinggi. Bakteri patogenik juga dapat menyebar dari penggunaan

bahan yang busuk.

Ciri-ciri dari pembuatan pupuk cair yang tidak jadi adalah dari bau yang

dihasilkan, apabila berbau busuk dan menyengat pupuk itu dinyatakan gagal, hal ini

Page 8: LAPORAN POC

7

mungkin disebabkan juga karena bahan yang digunakan sudah mengalami

pembusukan, sehingga pada saat proses fermentasi berlangsung mikroba di dalamnya

mengalami kompetisi dan pada akhirnya sama-sama mengalami kematian.

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pembuatan

pupuk organik cair yaitu kurang tertutupnya tempat pengomposan sehingga air dan

udara masih dapat masuk, tempat pengomposan terkena sinar matahari langsung

sehingga proses fermentasi menjadi terganggu, dll.          

2.2 Kandungan Mineral yang Terdapat dalam Limbah Buah-Buahan dan

Sayuran yang Digunakan untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair ini berupa

campuran limbah buah-buahan dan sayuran, sehingga produk yang dihasilkan diberi

nama POC LIMBUSA yang merupakan singkatan dari Pupuk Organik Cair Limbah

Buah-Buahan dan Sayuran. Limbah yang digunakan terdiri dari kulit pisang, kulit

jeruk, kulit nanas, kulit pepaya, mentimun (kulit dan daging buahnya), sawi hijau,

kacang panjang, dan kangkung. Limbah yang digunakan ini merupakan limbah yang

belum busuk namun sudah tidak digunakan lagi yang diperoleh dari pasar tradisional

“Sampangan” dan hasil konsumsi di rumah. Pemilihan limbah yang belum busuk ini

dengan tujuan untuk mengoptimalkan produk yang dihasilkan.

2.2.1 Limbah kulit pisang

Pisang merupakan buah yang banyak mengandung vitamin C, A, mineral, serat

dan kandungan gizi lain yang bermanfaat untuk tubuh. Orang sudah banyak

mengakui kelezatan dan kandungan gizi pada buah pisang. Namun belum

banyak yang melirik kelezatan kulit pisang. Selama ini orang hanya menikmati

buahnya saja. Kulit pisang sering membuat orang jatuh terpeleset saat

menginjaknya, sehingga dianggap sebagai sampah yang paling menyebalkan.

Padahal sebenarnya kulit pisang punya beragam manfaat, mulai dari mengobati

kutil hingga mengkilapkan sepatu.

Kulit pisang merupakan hasil samping dari pemanfaatan pisang yang dapat

dijadikan makanan ringan seperti keripik kulit pisang. Walaupun kulit pisang

Page 9: LAPORAN POC

8

merupakan hasil samping, namun kandungan gizinya tak kalah dari buahnya.

Kulit pisang mengandung serat yang cukup tinggi, vitamin C, B, kalsium,

protein, dan karbohidrat. Hasil penelitian tim Universitas Kedokteran Taichung

Chung Shan, Taiwan, memperlihatkan bahwa ekstrak kulit pisang ternyata

berpotensi mengurangi gejala depresi dan menjaga kesehatan retina mata.

Selain kaya vitamin B6, kulit pisang juga ternyata banyak mengandung

serotonin yang sangat vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu,

ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga retina dari kerusakan

cahaya akibat regenerasi retina.

Selain itu, kulit pisang yang dijadikan media fermentasi mikroorganisme

Bacillus akan menghasilkan enzim xylanase. Hal tersebut dikarenakan didalam

kulit pisang mengandung substrat yang berupa xilan (silan). Untuk

menghasilkan pertumbuhan dan memberikan aktivitas yang baik maka

perbandingan C/N pada media adalah 8:1 dan penambahan molasses atau

larutan gula. Agar enzim yang dihasilkan tahan lama maka langkah yang tepat

adalah diletakan pada suhu kamar dan dalam bentuk tepung. Enzim xylanase

mempunyai banyak manfaat diantaranya adalah sebagai pengganti chlorin pada

industri kertas, deinking atau fungsi pelepasan tinta pada proses pengolahan

daur ulang kertas, pengganti lemak pada makanan, pengolahan onggok tapioka

untuk makanan ternak dan kontrol release tablet untuk industri farmasi.

Xylanase juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan polutan industri selain

exolite. Hasil penelitian menunjukkan bahwa xylanase lebih ampuh jika

dibandingkan dengan exolite. Namun saat ini xylanase baru dimafaatkan untuk

industri pulp dan kertas, itupun masih terbatas. Padahal pemanfaatan kulit

pisang sebagai penghasil xylanase merupakan langkah jitu dan bernilai jual

tinggi.

Disamping itu juga, selain sebagai penghasil enzim xylanase, kulit pisang juga

merupakan bahan organik yang mengandung unsur kimia seperti magnesium,

natrium, fosfor, sulfur yang dapat dimanfaatkan sebagi pupuk organik. Kulit

Page 10: LAPORAN POC

9

buah pisang mengandung 15% kalium dan 12% fosfor lebih banyak daripada

daging buah. Keberadaan kalium dan fosfor yang cukup tinggi dapat

dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk.

2.2.2 Limbah kulit jeruk

Limbah kulit jeruk mengandung kalsium, kalium, magnesium, fosfor, dan

tembaga.

2.2.3 Limbah kulit nanas

Limbah kulit nanas mengandung fosfor dan zat besi.

2.2.4 Limbah kulit pepaya

Limbah kulit pepaya mengandung kalium, sedikit natrium, zat besi, kalsium,

fosfor, besi, magnesium, dan selenium.

2.2.5 Limbah mentimun

Limbah mentimun mengandung zat besi, kalsium, magnesium, fosfor, besi dan

kalium.

2.2.6 Limbah sawi hijau

Mineral pada sawi yang tergolong dalam kategori excellent adalah mangan dan

kalsium, selain itu juga mengandung kalium, tembaga, fosfor, besi, dan

magnesium.

2.2.7 Limbah kacang panjang

Limbah kacang panjang mengandung magnesium, fosfor, zat besi, tembaga,

kalium dan kalsium.

2.2.8 Limbah kangkung

Limbah kangkung mengandung kalsium, fosfor dan zat besi.

Page 11: LAPORAN POC

10

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

3.1.1 Alat untuk Pembuatan POC LIMBUSA

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan POC LIMBUSA ini adalah:

1. Blender.

2. Botol penyimpanan.

3. Ember.

4. Kertas koran.

5. Pisau.

6. Saringan.

7. Sendok.

8. Talenan.

9. Toples kaca.

3.1.2 Alat untuk Pengujian POC LIMBUSA yang Dihasilkan

Alat-alat yang digunakan dalam pengujian POC LIMBUSA ini adalah:

1. Cup plastik.

2. Suntikan untuk menyemprot POC yang sudah diencerkan pada tanaman.

3. Tempat untuk pengenceran POC.

3.2 Bahan

3.2.1 Bahan untuk Pembuatan POC LIMBUSA

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan POC LIMBUSA ini

dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu bahan dasar (media), bahan starter

(inokulum), dan bahan tambahan.

a. Bahan dasar

Limbah buah-buahan : kulit pisang (dari 6 biji pisang, dengan jenis pisang

yang tidak ditentukan atau bebas)

kulit jeruk (dari 4 biji jeruk)

kulit nanas (dari 1 biji nanas dengan berat + 1 kg)

Page 12: LAPORAN POC

11

kulit pepaya (dari ½ biji pepaya dengan berat + 2 kg

untuk 1 biji pepaya)

buah mentimun (dari 1 biji mentimun)

Limbah sayuran : sawi hijau (dari 6 ikat sawi hijau)

kacang panjang (dari 1 ikat kacang panjang)

kangkung (dari 4 ikat kangkung)

Limbah buah-buahan dan sayuran yang digunakan merupakan limbah yang

belum dalam keadaan busuk.

b. Bahan starter/inokulum

Ragi tape : 2 biji

c. Bahan tambahan

Air bersih : 1500 mL (750 mL untuk mempermudah

proses penghalusan limbah dan 750 mL

untuk pelarut campuran)

Air cucian beras yang pertama : 750 mL

Gula merah : ¼ kg

Lakban untuk merekatkan koran sebagai penutup toples tempat fermentasi

anaerob dari POC yang dibuat.

3.2.2 Bahan untuk Pengujian POC LIMBUSA

Bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian POC LIMBUSA adalah:

1. Air bersih

2. Biji kacang hijau

3. Kapas

4. POC LIMBUSA

Page 13: LAPORAN POC

12

IV. PROSEDUR KERJA

4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Percobaan

Percobaan pembuatan pupuk organik cair “LIMBUSA” dilaksanakan pada

hari Minggu, 30 November 2014 pukul 15.00 WITA sampai selesai, sedangkan

pengujian ada tidaknya mikroba dari produk pupuk organik cair yang dihasilkan serta

pengujian kerja pupuk organik cair pada tanaman kacang hijau dilaksanakan pada

hari Rabu, 10 Desember 2014 sampai Senin, 29 Desember 2014. Tempat

pelaksanaan percobaan pembuatan pupuk organik cair dan pengujian pupuk organik

cair di kost praktikan, Jl. Lamongan Tengah IV No. 03, Rt. 05, Rw. 01, Kel. Bendan

Ngisor, Kec. Gajah Mungkur, Semarang 50233.

4.2 Pembuatan POC LIMBUSA

1. Memotong kecil-kecil bahan-bahan dasar (limbah buah-buahan dan sayuran),

kemudian menghaluskan dengan blender.

2. Menambahkan gula merah sebanyak ¼ kg yang sudah diiris tipis hingga

tercampur merata, kemudian larutkan dengan air sebanyak 750 mL.

3. Memasukkan 2 butir ragi.

4. Memasukkan campuran tersebut ke dalam ember atau toples, menambahkan air

cucian beras 750 mL dan mengaduk campuran sampai merata.

5. Menutup rapat toples dengan kertas koran.

6. Membiarkan selama 10 hari. Indikator keberhasilan fermentasi ditandai dengan:

a. Adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan.

b. Warna cairan umumnya kuning kecoklatan.

c. Aroma bau dan menyengat (bukan aroma busuk, umumnya seperti bau tape

bahkan bisa beraroma wangi).

7. Menyaring larutan, setelah terpenuhinya indikator keberhasilan fermentasi

tersebut.

8. Pupuk organik cair yang telah dibuat siap untuk digunakan.

Page 14: LAPORAN POC

13

4.3 Pengujian Ada Tidaknya Mikroba dalam Pupuk Organik Cair yang

dihasilkan Menggunakan Biji Kacang Hijau

1. Menyiapkan wadah untuk uji coba pupuk organik cair.

2. Membasahi kapas dengan air hingga lembab kemudian meletakkan di dalam

wadah yang disiapkan.

3. Meletakkan 10 biji kacang hijau ke dalam wadah yang telah disiapkan.

4. Menyiramkan pupuk organik cair yang dihasilkan (POC LIMBUSA) ke dalam

media tanam, dengan perbandingan 2:1 (POC LIMBUSA : biji kacang) untuk

setiap biji kacang hijau.

5. Membiarkan selama satu minggu.

6. Setelah satu minggu, mengamati (ada tidaknya mikroba, nampak pada

permukaan biji kacang hijau terdapat hifa atau benang-benang halus warna putih,

kuning atau pun hitam).

4.4 Pengujian Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair yang Dihasilkan Pada

Tanaman (Menggunakan Biji Kacang Hijau)

4.4.1 Pengujian Pertama Tanpa Variasi Pemberian POC

1. Menyiapkan wadah untuk uji coba pupuk organik cair.

2. Membasahi kapas dengan air hingga lembab kemudian meletakkan di dalam

wadah yang disiapkan.

3. Meletakkan 10 biji kacang hijau ke dalam wadah yang telah disiapkan.

4. Mengencerkan pupuk organik cair yang dihasilkan (POC LIMBUSA) dengan

perbandingan 3:1 (air : POC LIMBUSA, dengan sendok teh sebagai takaran).

5. Menyemprotkan pada batang dan daun dari tanaman biji kacang hijau yang

sudah tumbuh (dimulai pada hari ke-2). Perlakuan dilakukan hingga hari ke-7.

6. Mengamati perkembangan tanaman.

4.4.2 Pengujian Kedua Dengan Variasi Pemberian POC

1. Menyiapkan 5 wadah untuk uji coba pupuk organik cair (1 untuk media kontrol

dan 4 untuk media eksperimen).

Page 15: LAPORAN POC

14

2. Membasahi kapas dengan air hingga lembab kemudian meletakkan di dalam

wadah yang disiapkan.

3. Meletakkan 10 biji kacang hijau ke dalam wadah yang telah disiapkan.

4. Mengencerkan pupuk organik cair yang dihasilkan (POC LIMBUSA) dengan 4

variasi konsentrasi POC encer, yaitu 5%, 15%, 25% dan 30%

5. Menyemprotkan POC encer pada batang dan daun dari tanaman biji kacang hijau

yang sudah tumbuh (dimulai pada hari ke-2). Perlakuan dilakukan hingga hari

ke-5.

6. Mengamati perkembangan tanaman.

V. HASIL PENGAMATAN

Perlakuan Hasil Pengamatan

A. Pembuatan POC LIMBUSA

Limbah buah dan sayuran yang

telah dihaluskan dan dicampur

dengan ¼ kg gula aren yang telah

diiris halus, air 750 mL, ragi tape

yang sudah dihaluskan dan air

cucian beras. Setiap penambahan

bahan dilakukan pengadukan

terhadap campuran.

Proses fermentasi campuran

limbah buah dan sayur selama 10

hari:

Hari ke-1 (Senin, 1/12/2014)

Hari ke-2 (Selasa, 2/12/2014) –

hari ke-5 (Jum’at, 6/12/2014)

Campuran berwarna hijau tosca.

Campuran mulai berwarna kuning

kecoklatan.

terjadi pemisahan campuran, di mana

bagian bawah terdapat larutan POC

yang berwarna kecoklatan (+++)

dengan bintik-intik putih pada

larutan, sedangkan pada bagian atas

Page 16: LAPORAN POC

15

Hari ke-6 (Sabtu, 6/12/2014)

Hari ke-7 (Minggu, 7/12/2014)

Hari ke-8 (Senin, 8/12/2014)

merupakan campuran limbah buah

dan sayur yang telah dihaluskan dan

berwarna kuning kecoklatan (+++).

Menghasilkan aroma agak wangi.

Campuran limbah buah dan sayuran

semakin banyak (+) yang

terendapkan pada bagian bawah

toples dengan tekstur campuran yang

semakin halus. Larutan POC

berwarna kecoklatan (++),dan

campuran limbah buah dan sayur

yang telah dihaluskan berwarna

kuning kecoklatan (++), serta

terdapat bintik-bintik putih dalam

campuran. Menghasilkan aroma agak

wangi (+).

Campuran limbah buah dan sayuran

semakin banyak (++) yang

terendapkan pada bagian bawah

toples dengan tekstur campuran yang

semakin halus. Larutan POC

berwarna kecoklatan (++) dan

campuran limbah buah dan sayur

yang telah dihaluskan berwarna

kuning kecoklatan (++), dengan

masih terdapat bintik-bintik putih

dalam campuran. Menghasilkan

aroma agak wangi (+).

Campuran limbah buah dan sayuran

semakin banyak (+++) yang

terendapkan pada bagian bawah

Page 17: LAPORAN POC

16

Hari ke-9 (Selasa, 9/12/2014)

Hari ke-10 (Rabu, 10/12/2014)

toples dengan tekstur campuran yang

semakin halus. Larutan POC

berwarna kecoklatan (+) dan

campuran limbah buah dan sayur

yang telah dihaluskan berwarna

kuning kecoklatan (+), dengan masih

terdapat bintik-bintik putih dalam

campuran. Menghasilkan aroma agak

wangi (+).

Campuran limbah buah dan sayuran

semakin banyak (++++) yang

terendapkan pada bagian bawah

toples dengan tekstur campuran yang

semakin halus. Larutan POC

berwarna kecoklatan (+) dan

campuran limbah buah dan sayur

yang telah dihaluskan berwarna

kuning kecoklatan (+), dengan masih

terdapat bintik-bintik putih dalam

campuran. Menghasilkan aroma agak

wangi (+).

Campuran limbah buah dan sayuran

semakin banyak (+++++) yang

terendapkan pada bagian bawah

toples dengan tekstur campuran yang

semakin halus. Larutan POC

berwarna kecoklatan (+) dan

campuran limbah buah dan sayur

yang telah dihaluskan berwarna

kuning kecoklatan (+), dengan masih

terdapat bintik-bintik putih dalam

Page 18: LAPORAN POC

17

Penyaringan larutan POC hasil

fermentasi.

Penyimpanan larutan POC dalam

botol penyimpanan.

campuran. Menghasilkan aroma agak

wangi (+).

Larutan POC yang berwarna kuning

kecoklatan (+) atau kuning

kecoklatan dan agak keruh.

Residu hasil penyaringan larutan

POC berupa campuran limbah buah

dan sayuran yang telah hancur,

terlihat dari tekstur yang lembek.

Residu berwarna hijau agak

kecoklatan.

Larutan yang dihasilkan berwarna

kuning kecoklatan dan agak keruh (+

+), dengan aroma yang menyengat

namun agak wangi.

Dan setelah 7 hari pasca

penyaringan, larutan berwarna

kuning kecoklatan dan agak keruh

(+) tetapi tidak sekeruh saat awal

penyaringan.

B. Pengujian keberadaan mikroba

dalam POC LIMBUSA

Menanam biji kacang hijau pada

media kapas yang telah dibasahi

dengan air, kemudian menyiram biji

kacang hijau tersebut dengan POC

LIMBUSA (Rabu, 10/12/2014):

Hari ke-1 (Kamis, 11/12/2014)

Hari ke-2 (Jum’at, 12/12/2014)

Media tanam menjadi berwarna

kuning kecoklatan, karena warna dari

larutan POC LIMBUSA, dan biji

kacang hijau menjadi basah.

Belum muncul hifa.

Nampak pada permukaan biji kacang

hijau muncul hifa yang berwarna

Page 19: LAPORAN POC

18

Hari ke-3 (Sabtu, 13/12/2014)

Hari ke-4 (Minggu, 14/12/2014)

Hari ke-5 (Senin, 15/12/2014) -

hari ke-6 (Selasa, 16/12/14)

Hari ke-7 (Rabu, 17/12/2014)

putih.

Hifa yang berwarna putih menjadi

semakin banyak.

Muncul hifa berwarna kuning dan

hitam. Media tanam menjadi

kecoklatan.

Hifa yang berwarna kuning berubah

menjadi kuning kecoklatan, dan biji

kacang menjadi berwarna hitam.

Media tanam menjadi kecoklatan.

Hifa semakin banyak, dengan warna

hifa putih, kuning kecoklatan dan

hitam. Biji kacang hijau menjadi

berwarna hitam, dan media tanam

menjadi semakin coklat.

C. Pengujian pengaruh pemberian

POC LIMBUSA pada tanaman (uji

coba pertama, tanpa variasi

pemberian POC)

Menanam biji kacang hijau pada

media kapas yang telah dibasahi

dengan air (Rabu, 10/12/2014):

Hari ke-1 (Kamis, 11/12/2014)

Hari ke-2 (Jum’at, 12/12/2014)

Menyemprotkan larutan POC

LIMBUSA yang telah diencerkan

pada batang dan daun dari kacang

Belum muncul tunas (calon batang

dan daun).

Mulai muncul tunas pada biji kacang

hijau, yang ditunjukkan dengan

adanya batang dan daun yang kecil.

Ukuran batang 0,5 cm.

Page 20: LAPORAN POC

19

hijau (Jum’at, 12/12/2014):

Hari ke-3 (Sabtu, 13/12/2014)

Hari ke-4 (Minggu, 14/12/2014) –

hari ke-7 (Rabu, 17/12/2014)

Setelah penyemprotan larutan POC

LIMBUSA pada hari ke-2, di hari

ke-3 nampak tanaman kacang hijau

tumbuh dengan subur dan cepat,

batang yang kuat dan daun yang

hijau dengan ukuran batang 7 cm.

Tanaman kacang hijau tumbuh

subur, dengan batang yang kuat dan

daun yang hijau, dengan ukuran

batang mencapai 25 cm.

D. Pengujian pengaruh pemberian POC LIMBUSA pada tanaman (uji coba

kedua dengan variasi pemberian POC)

Hari ke-

Media

Pertumbuhan kacang hijau (cm)

1 2 3 4 5

Kontrol Biji kacang

hijau

mengembang

dan kulit

pembungkus

pada biji

kacang hijau

menjadi pecah

0,5 cm 7 cm 15 cm 17 cm

Eksperimen

POC 5%

0,5 cm

5 cm 17 cm 20 cm

Eksperimen

POC 15%4 cm 14 cm 18 cm

Eksperimen

POC 25%2 cm 13 cm 15 cm

Eksperimen

POC 30%2 cm 12 cm 15 cm

Keterangan:

: Pemberian POC encer dengan cara disemprotkan pada batang

dan daun kacang hijau.

Page 21: LAPORAN POC

20

Media kontrol : tidak dilakukan pemberian POC encer, hanya diberi air.

VI. ANALISIS DATA (PEMBAHASAN)

6.1 Pembuatan POC LIMBUSA

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dan dari hasil yang diperoleh, dapat

dikatakan bahwa telah berhasil dilakukan pembuatan pupuk organik cair dari

campuran limbah buah-buahan dan sayuran. Hal tersebut dapat diketahui dari telah

terpenuhinya indikator fermentasi dari pupuk organik cair yang dihasilkan, berupa

warna larutan pupuk yang kuning kecoklatan, aroma bau dan menyengat (bukan bau

busuk) tetapi agak wangi, dengan bau agak wangi tersebut telah mengindikasikan

bahwa pupuk cair tersebut berhasil dan berarti proses fermentasi yang dilakukan juga

berhasil. Karena dapat dilihat perubahan yang terjadi bahwa dari perlakuan

menggunakan bahan-bahan yang memiliki bau yang beragam (aroma dari limbah

buah dan sayur), akan tetapi setelah proses fermentasi tersebut berhasil maka baunya

akan menjadi wangi yang disebabkan oleh adanya proses fermentasi dari bakteri

yang terdapat pada ragi tape yang digunakan. Selain itu, pada dinding dari toples

tempat fermentasi pupuk organi cair dan dari permukaan hasil fermentasi pupuk

organik cair juga menunjukkan adanya bercak-bercak putih. Bercak-bercak putih

tersebut adalah mikroorganisme yang bekerja aktif dalam menguraikan sampah buah

dan sayur tersebut. Menurut Purwendro dan Nurahidayat (2009), fermentasi yang

berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan. Cairan

yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dengan bau atau

aroma khas yang menyengat.

Dalam percobaan pembuatan pupuk organik cair, bahan yang digunakan

merupakan campuran limbah buah-buahan dan sayuran yang belum busuk. Hal ini

dikarenakan jika digunakan bahan yang telah busuk dalam pembuatan pupuk organik

cair, maka mikroba yang terdapat pada bahan yang busuk tersebut nantinya akan

bersaing dengan mikroba dari ragi tape yang digunakan sebagai agen dekomposer

bahan organik. Hal ini akan menyebabkan mikroba dari ragi tape dalam

pendekomposisian bahan tersebut menjadi terhambat dan dapat juga menyebabkan

Page 22: LAPORAN POC

21

mikroba dari ragi tape menjadi mati karena kalah bersaing dengan mikroba yang ada

pada bahan yang busuk.

Berhasilnya pembuatan pupuk organik cair ini juga dikarenakan diperhatikan

dan dijaganya faktor-faktor penentu keberhasilan pembuatan pupuk oleh praktikan,

faktor-faktor tersebut berupa suhu, kelembaban, intensitas cahaya, komposisi media

yang meliputi penambahan gula aren dan air cucian beras yang pertama. Penambahan

gula aren bertujuan sebagai sumber glukosa yang merupakan sumber energi bagi

mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan mereka) dalam proses

pembuatan POC yang dilakukan, serta penambahan. penambahan air cucian beras

yang pertama yang bertujuan sebagai sumber karbohidrat. Bahan-bahan tersebut

dibutuhkan bakteri/mikroorganisme sebagai sumber energi. Faktor penentu

keberhasilan pembuatan pupuk organik cair yang juga diperhatikan dan dijaga oleh

praktikan adalah waktu pembuatan baik untuk pembuatan awal pupuk, penyaringan

pupuk hasil fermentasi maupun pengujian pupuk pada tanaman kacang hijau selalu

dilaksanakan pada saat menjelang sore hari yaitu dari sekitar pukul 15.00 WIB. Dan

faktor terakhir yang diperhatikan dan dijaga adalah ukuran bahan yang digunakan

dalam pembuatan pupuk organik cair tersebut, dimana bahan yang digunakan

dihaluskan dengan menggunakan blender hal ini bertujuan untuk memudahkan dan

mempercepat proses dekomposisi selama masa fermentasi.

6.2 Pengujian Ada Tidaknya Mikroba dalam Pupuk Organik Cair yang

Dihasilkan Menggunakan Biji Kacang Hijau

Pupuk organik cair mengandung mikroorganisme yang berguna bagi

tanaman. Untuk itu diperlukan pengujian secara langsung dengan mata, yakni

pengujian ada tidaknya mikroba dengan media kacang hijau. Dipilih media kacang

hijau karena  media ini murah dan mudah tumbuh pada bahan apapun.

Dari hasil pengamatan setelah inkubasi selama satu minggu menunjukkan

bahwa, pada pupuk organik cair LIMBUSA yang diproduksi terdapat mikroba yang

aktf. Hal ini dapat dilihat jelas dengan mata bahwa pada permukaan biji kacang hijau

terdapat benang-benang halus atau hifa yang dihasilkan oleh mikroba. Nampak

benang-benang halus tersebut berwarna putih, kuning kecoklatan dan hitam. Hal ini

Page 23: LAPORAN POC

22

sama terlihat pada permukaan tempe yang ditumbuhi jamur fermentasi  Aspergillus

sp.

Menurut Wididana (1998), jenis mikroorganisme yang bersinergi satu sama

lain membentuk sebuah komuni yang disebut effective microorganisme (EM) yang

terdiri dari bakteri Rhodopseudomonas sp, bakteri Lactobacillus sp, ragi

(Saccharomyces sp), actinomycetes, jamur fermentasi (Aspergillus sp).

Mikroba-mikroba yang terdapat dalam larutan pupuk organik cair ini berguna

bagi tanah dan tanaman, antara lain menekan pertumbuhan jamur yang merugikan

seperti fusarium, meningkatkan penguraian bahan-bahan organik menjadi humus,

membentuk zat anti bakteri, serta meningkatkan jumlah sel akar dan perkembangan

akar (Higa dan Parr,  1997 dalam Kurniawan, 2011).

6.3 Pengujian Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair yang Dihasilkan Pada

Tanaman (Menggunakan Biji Kacang Hijau)

6.3.1 Uji Coba Pertama Tanpa Variasi Pemberian POC

Pemberian pupuk organik cair (POC LIMBUSA) yang telah diencerkan

dengan cara disemprotkan pada batang dan daun dari tanaman kacang hijau

dilakukan pada usia pertumbuhan 2 hari (saat mulai tumbuh tunas), dan hasilnya

dapat dilihat pada hari ke-3 pertumbuhan. Pada hari ke-3 pertumbuhan, nampak

tanaman kacang hijau tumbuh dengan subur dan cepat, batang yang kuat dan daun

yang hijau, dengan ukuran batang adalah 7 cm.

Pemberian pupuk organik cair ini dilakukan hingga hari ke-7 pertumbuhan

tanaman kacang hijau, dan diperoleh hasil berupa tanaman kacang hijau yang tumbuh

subur, dengan batang yang kuat dan daun yang hijau, dengan ukuran batang telah

mencapai sekitar 25 cm pada hari ke-7.

6.3.2 Uji Coba Kedua Dengan Variasi Pemberian POC

Pada uji coba yang kedua ini, dilakukan variasi terhadap POC yang

disemprotkan, yaitu POC encer dengan konsentrasi POC sebanyak 5%, 15%, 25%

dan 30%. Berdasarkan tabel hasil pengamatan uji coba kedua dan dari informasi yang

Page 24: LAPORAN POC

23

tertera pada bagian Lampiran, dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian POC

encer dengan konsentrasi 5% merupakan perlakuan yang terbaik.

Pemberian POC yang telah diencerkan tersebut dilakukan pada hari ke-2,

yaitu ketika terjadi perkecambahan yang ditunjukkan dengan tumbuhnya tunas

embrio berupa calon batang dan daun. Pemberian POC ini dilakukan dengan cara

disemprotkan ke batang dan daun dari tanaman kacang hijau dengan ukuran 1 mL

untuk setiap variasi konsentasi POC.

Pada hari-1 terlihat bahwa terjadi penyerapan air dari media tanam dengan

cepat secara imbibisi oleh biji kacang hijau. Air yang berimbibisi tersebut

menyebabkan biji kacang hijau mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya

dan juga memicu perubahan metabolik embrio sehingga biji melanjutkan

pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada

kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang

tumbuh. Enzim yang berperan dalam pencernaan cadangan makanan adalah enzim

amilase, beta-amilase dan protease. Hormon giberelin berperan penting untuk

aktivasi dan mensintesis enzim-enzim tersebut.

Pada hari ke-2, baik untuk tanaman kacang hijau pada media kontrol ataupun

pada media eksperimen semuanya menunjukkan terjadinya perkecambahan dengan

munculnya tunas embrionik berupa calon batang dan daun. Adapun ukuran calon

batang tersebut adalah 0,5 cm untuk semua media tanam (kontrol dan eksperimen).

Kemudian dilakukan penyemprotan pupuk sebanyak 1 mL untuk masing-masing

konsentrasi POC encer. Pengaruh dari penyemprotan ini akan diamati pada hari

selanjutnya.

Pada hari-3, ukuran batang pada kacang hijau dalam media kontrol adalah 7

cm, pada media eksperimen untuk pemberian POC 5% batang kacang hijau

berukuran 5cm, pada media eksperimen untuk pemberian POC 15% batang kacang

hijau berukuran 4 cm, untuk pemberian POC 25% dan 30% batang kacang hijau

berukuran 2 cm. Selain terjadinya pertambahan ukuran pada batang kacang hijau

baik dalam media kontrol maupun media eksperimen, juga terlihat munculnya akar

serta kotiledon yang terangkat ke atas, terangkatnya kotiledon ke atas dikarenakan

hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula juga ikut terdorong ke atas.

Page 25: LAPORAN POC

24

Selanjutnya dilakukan penyemprotan POC kembali sebanyak 1 mL untuk masing-

masing kacang hijau pada media eksperimen.

Pada hari ke-4 ukuran batang kacang hijau dalam media kontrol adalah 15

cm, ukuran batang pada kacang hijau dalam media eksperimen untuk pemberian

POC 5% adalah 17 cm, POC 15% adalah 14 cm, POC 25% adalah 13 cm, dan POC

30% adalah 12 cm. Daun berwarna agak kekuningan karena tanaman kacang hijau

kurang mendapat cahaya matahari akibat cuaca yang sering hujan. Kemudian

dilakukan penyemprotan POC kembali sebanyak 1 mL untuk masing-masing kacang

hijau pada media eksperimen.

Pada hari ke-5 ukuran batang kacang hijau dalam media kontrol adalah 17

cm, ukuran batang pada kacang hijau dalam media eksperimen untuk pemberian

POC 5% adalah 20 cm, POC 15% adalah 18 cm, POC 25% adalah 15 cm, dan POC

30% adalah 15 cm. Daun kacang hijau baik pada media kontrol maupun eksperimen

telah berwarna hijau karena mendapat cahaya matahari yang cukup. Dari pengamatan

terlihat bahwa daun kacang hijau pada media eksperimen dengan pemberian POC

5%, 15% dan 25% jauh lebih subur jika dibandingkan dengan daun kacang hijau

pada media kontrol. Sedangkan daun kacang hijau pada media eksperimen dengan

pemberian POC 30% tidak lebih subur jika dibandingkan dengan daun kacang hijau

pada media kontrol dan media eksperimen dengan pemberian POC 5%, 15% dan

25%

Berikut deret ukuran pertumbuhan batang kacang hijau pada hari pengamatan

terakhir, yaitu hari ke-5:

batang kacang hijau pada media eksperimen POC 5% > batang kacang hijau pada

media eksperimen POC 15% > batang kacang hijau pada media kontrol > batang

kacang hijau pada media eksperimen POC 25% = batang kacang hijau pada media

eksperimen POC 30%

Dan berikut deret kesuburan dari daun kacang hijau pada hari pengamatan

terakhir, yaitu hari ke-5:

daun kacang hijau pada media eksperimen POC 5% > daun kacang hijau pada media

eksperimen POC 15% > daun kacang hijau pada media eksperimen POC 25% > daun

Page 26: LAPORAN POC

25

kacang hijau pada media kontrol > daun kacang hijau pada media eksperimen POC

30%

Dari hasil uji coba pengaruh pemberian POC pada tanaman kacang hijau,

baik pada uji coba pertama maupun yang kedua secara keseluruhan menunjukkan

bahwa pupuk organik cair yang dihasilkan (POC LIMBUSA) memberikan pengaruh

positif pada pertumbuhan tanaman, yaitu dengan menyuburkan tanaman,

mempercepat pertumbuhan, serta menjadikan batang tanaman lebih kuat dan daun

tanaman yang hijau.

Adapun terdapatnya perbedaan hasil yang diperoleh dari variasi perlakuan

yang diberikan (variasi konsentrasi POC encer yang disemprotkan) menunjukkan

bahwa POC LIMBUSA encer yang baik digunakan pada tanaman adalah POC yang

diencerkan dengan konsentrasi POC maksimal 5% dari zat pelarutnya, artinya jika

ingin menggunakan POC dengan ukuran 1 L, maka pupuk organik cair yang

dilarutkan khususnya dalam hal ini adalah POC LIMBUSA harus maksimal 50 mL.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut serta dari berbagai sumber pustaka,

dapat diketahui sifat dan karakteristik dari pupuk organik cair. Jenis pupuk organik

cair lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada daun, batang dan juga bunga

dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik). Pupuk organik cair

bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh (dapat dilihat dari hasil percobaan yang

dilakukan). Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat perubahan dari fase

vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan. Daun dan batang bisa

menyerap secara langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau pori-pori yang

ada pada permukaannya.

Pemberian pupuk organik cair lewat daun harus dilakukan secara hati-hati.

Dijaga agar tidak sampai sampai overdosis, karena bisa mematikan tanaman.

Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan mengundang hama dan penyakit

pada tanaman. Sehingga, ketepatan takaran harus benar-benar diperhatikan untuk

mendapatkan hasil maksimal. Dari hasil percobaan, semakin tinggi konsentrasi dari

POC LIMBUSA encer yang disemprotkan pada tanaman kacang hijau (> 5%) dapat

mempercepat pertumbuhan tanaman kacang hijau namun tidak seefektif

pertumbuhan tanaman kacang hijau dengan pemberian POC LIMBUSA encer 5%.

Page 27: LAPORAN POC

26

Hal ini dikarenakan pH dari POC LIMBUSA yang dihasilkan berada pada pH asam

yaitu 5 yang diuji menggunakan kertas indikator universal, sehingga dalam

penggunaannya diharuskan untuk dilakukan pengenceran terlebih dahulu agar pH

dari POC yang digunakan berada pada pH netral. Kisaran pH POC yang optimal

adalah 6,0-8,0, derajat keasaman bahan pada permulaan pengomposan dengan cara

fermentasi pada umumnya asam sampai netral (pH 6,0-7,0). Derajat keasaman pada

awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah

mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi

asam organik. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis lain yang akan

mengkonversi asam organik yang telah terbentuk sehingga derajat keasaman akan

menjadi tinggi dan mendekati netral (Djuarni, dkk., 2005).

Setiap tanaman mempunyai kapasitas dalam menyerap nutrisi sebagai

makanannya. Secara teoritik, tanaman hanya sanggup menyerap unsur hara yang

tersedia dalam tanah tidak lebih dari 2% per hari. Pada daun, meskipun belum

ditemukan angka persisnya, bisa diperkirakan jumlahnya tidak lebih dari 2%. Oleh

karena itu pemberian pupuk organik cair pada daun harus diencerkan terlebih dahulu.

Karena sifatnya sebagai pupuk tambahan, pupuk organik cair sebaiknya kaya

akan unsur hara mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi oleh pupuk utama

lewat tanah, pupuk organik cair harus memberikan unsur hara mikro yang lebih.

Untuk mendapatkan kandungan hara mikro, bisa dipilah dari bahan baku pupuk yang

digunakan.

VII. PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan dari hasil data yang

diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:

1. Limbah pasar ataupun limbah rumah tangga yang berupa sisa buah-buahan dan

sayuran dapat diolah menjadi pupuk organik cair buatan sendiri yang ramah

lingkungan.

2. Pupuk organik cair yang berasal dari campuran limbah buah-buahan dan sayuran

memiliki sifat asam yang ditunjukkan dengan pH = 5, karakteristiknya berupa

Page 28: LAPORAN POC

27

warna larutan yang kecoklatan (kuning kecoklatan), menghasilkan bau yang

menyengat namun agak wangi, serta warna larutan yang agak keruh. Produk

yang dihasilkan ini menyamai produk pupuk organik olahan dari pabrik.

3. Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat merangsang

merangsang pertumbuhan tunas baru, merangsang pertumbuhan sel-sel baru

pada tumbuhan serta mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun

dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan

kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara.

4. Penambahan ragi tape dalam pembuatan pupuk organik cair berperan dalam

proses perombakan bahan organik yang terdiri dari lignin dan selulose yang ada

serta berperan dalam penyediaan bahan makanan bagi bakteri selama proses

pengomposan terjadi.

5. Penambahan gula aren bertujuan sebagai sumber glukosa yang merupakan

sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan

mereka) dalam proses pembuatan pupuk organik cair yang dilakukan. Adapun

penambahan air cucian beras yang pertama bertujuan sebagai sumber

karbohidrat. Bahan ini dibutuhkan bakteri/mikroorganisme sebagai sumber

energi.

6. Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk

organik cair diantaranya adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya, komposisi

media, waktu pembuatan, serta ukuran bahan yang digunakan dalam pembuatan

pupuk organik cair.

7. Pupuk organik cair yang dihasilkan mengandung mikroba yang aktif, yang

ditunjukkan dari munculnya benang-benang halus atau hifa yang berwarna putih,

kuning kecoklatan dan hitam pada permukaan biji kacang hijau.

8. Tanaman kacang hijau yang diberi pupuk organik cair yang telah diencerkan

dapat tumbuh subur, dengan batang yang kuat dan daun yang hijau.

9. Perlakuan pemberian POC LIMBUSA encer dengan konsentrasi 5% merupakan

perlakuan terbaik.

Page 29: LAPORAN POC

28

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berkenaan dengan percobaan yang telah

dilakukan adalah:

1. Masyarakat atau petani dapat memanfaatkan limbah buah-buahan dan sayuran

untuk menjadi pupuk organik cair dengan cara membuatnya sendiri, hal ini

dikarenakan proses pembuatannnya yang sederhana, waktu yang relatif singkat

serta biaya yang murah. Sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah dan

penggunaan pupuk kimia buatan.

2. Penggunaan pupuk organik cair perlu diencerkan terlebih dahulu. Pengenceran

mutlak dilakukan agar tanaman dapat menerima semua unsur hara yang

terkandung dalam pupuk cair yang diberikan. Dengan pengenceran, mobilitas

unsur hara dalam tanaman jauh lebih baik. Selain itu pengenceran juga membuat

pH pupuk menjadi mendekati netral sesuai dengan kadar pH optimal dari pupuk

organik cair, serta agar pemberian pupuk merata keseluruh bagian tanaman.

3. Pupuk organik cair yang telah diencerkan harus disemprotkan pada bagian

tanaman muda seperti tunas, daun muda atau pucuk tanaman. Dengan

memberikan pupuk organik cair melalui penyemprotan ke bagian tanaman muda,

secara tidak langsung kita telah membuat pupuk organik cair tersebut lebih cepat

dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu juga menghindari atau meminimalkan

pupuk organik cair yang hilang karena air hujan atau penguapan sinar matahari.

4. Pupuk organik cair yang telah diencerkan jika disemprotkan pada daun, maka

sebaiknya disemprotkan ke bagian bawah daun. Helaian daun yang menghadap

ke bawah mempunyai stomata yang sangat banyak. Unsur hara dapat masuk ke

tanaman melalui stomata-stomata ini, jika bagian tanaman yang disemprot

memiliki jumlah stomata yang banyak maka daya serap pupuk organik cair akan

jauh lebih baik.

5. Pupuk organik cair yang mudah tercuci oleh air hujan dan teriknya sinar matahi

membuat pengaplikasian pupuk ini harus dilakukan secara berkala.

Pengaplikasiannya hendaknya dilakukan setiap minggu pada saat kemarau dan 3

hari sekali pada saat musim hujan (Pupuklopedia, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Page 30: LAPORAN POC

29

Alisha. 2011. Mengenal Manfaat Jeruk, Tak Hanya Mengandung Vitamin C. Diakses

melalui http://www.peterparkerblog.com. Pada tanggal 6 Desember 2014.

Anonim. 2009. Kandungan dan Manfaat Sayuran Organik. Diakses melalui

http://kilas-kesehatan.blogspot.com/2013. Pada tanggal 6 Desember 2014.

Anonim. 2013. Percobaan Pupuk Organik Cair (POC) Sederhana. Diakses melalui

http://eghizpungblog.blogspot.com. Pada tanggal 6 Desemer 2014.

Anonim. 2014. Cara Membuat Pupuk Organik Cair. Diakses melalui

http://alamtani.com. Pada tanggal 25 November 2014.

Anonima. Tanpa Tahun. Cara Membuat Kompos Takakura. Diakses melalui

http://alamtani.com. Pada tanggal 25 November 2014.

Anonimb. Tanpa tahun. Rahasia Kacang Panjang. Diakses melalui

http://www.bundakonicare.com. Pada tanggal 6 Desember 2014.

Cahyani, Resha. 2011. Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Kulit Pisang.

Diakses melalui http://reshaiqhcahyani.blogspot.com. Pada tanggal 6

Desember 2014.

Djuarni. dkk. 2005. Cara Tepat Membuat Kompos. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Indriani, Y.H. 2005. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kurniawan, Subatra. 2011. Pemanfaatan Sampah Dapur Berupa Sisa Buah dan

Sayur Menjadi Pupuk Organik. Diakses melalui http://subatra-

kurniawan.blogspot.com. Pada tanggal 18 Desember 2014.

Kusumaningtyas, Resti. 2012. Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Pertanian

(Pupuk Organik Cair). Diakses melalui http://bungadihatimu.blogspot.com.

Pada tanggal 6 Desember 2014.

Londo. 2013. Kandungan Gizi dan Manfaat Tanaman Kangkung. Diakses melalui

http://kilas-kesehatan.blogspot.com/2013. Pada tanggal 6 Desember 2014.

Maulana, Febry. dkk. 2010. Pemanfaatan Sampah Dapur Berupa Sisa Buah dan

Sayur Menjadi Pupuk Organik Cair. Karya Ilmiah Remaja SMPN 51

Palembang.

Musnamar, E.I.  2003. Pupuk Organik, Cair, dan Padat, Pembuatan dan Aplikasi.

Jakarta : Penebar Swadaya.

Page 31: LAPORAN POC

30

Parwa. 2010. Seputar Pupuk Hayati. Diakses melalui http://parwawk.blogspot.com.

Pada tanggal 18 Desember 2014.

Priyanto, Didik. 2013. Kandungan Gizi dan Manfaat Ketimun Bagi Kesehatan.

Diakses melalui http://jendelauntukkita.blogspot.com. Pada tanggal 6

Desember 2014.

Pupuklopedia. 2014. Cara Penggunaan Pupuk Organik Cair yang Benar. Diakses

melalui http://pupuklopedia.blogspot.com. Pada tanggal 02 Januari 2015.

Purwendro, S dan Nurhidayat. 2009. Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan Pestisida

Organik Sampah. Jakarta : Penebar Swadaya.

Rocky. 2009. Manfaat Nanas. Diakses melalui

http://rocky16amelungi.wordpress.com. Pada tanggal 6 Desember 2014.

Sinaga, Damayanti. 2009. Pembuatan Pupuk Cair dari Sampah Organik dengan

Menggunakan Boisca Seagai Starter. Skripsi Sarjana. Universitas Sumatera

Utara.

Sudewa, Ari. 2012. Berbagi Kesehatan Buah Pepaya. Diakses melalui

https://arisudev.wordpress.com. Pada tanggal 6 Desember 2014.

Wididana, G.N. 1998. Bokashi dan Fermentasi, Apa Sih?. Jakarta : Institut

Pengembangan Sumber Daya Alam.