laporan penelitian tindakan kelas penerapan

80
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN PENDEKATAN PARTISIPATORIS DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR IPS KELAS V SEMESTER I SDN TOYOGO 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Oleh : SUTITAHRUM NIM X8806533 PROGRAM PJJ S1 PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA DESEMBER, 2009

Upload: vandung

Post on 16-Jan-2017

245 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN PENDEKATAN PARTISIPATORIS DALAM

MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR IPS KELAS V

SEMESTER I SDN TOYOGO 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh :

SUTITAHRUM

NIM X8806533

PROGRAM PJJ S1 PGSD

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

DESEMBER, 2009

Page 2: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

1. Judul Penelitian

Penerapan Pendekatan Partisipatoris

Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa

Dalam Belajar IPS Kelas V Semester I

SDN Toyogo 2 Tahun Pelajaran

2009/2010

2. a. Mata Pelajaran

b. Bidang Kajian

IPS

Desain Dan Strategi Pembelajaran di

Kelas

3. Peneliti

a. Nama Lengkap dan Gelar

b. NIM

c. Program Studi/

d. Jurusan

e. Fakultas

f. Institut/Univertas

g. Alamat rumah:

Nomor telepon/HP

Email:

SUTITAHRUM

X8806533

PJJ S-1 PGSD

Ilmu Pendidikan

FKIP

Sebelas Maret Surakarta

Teguhan Rt 03/01 Sragen Wetan, Sragen

081548574848

[email protected]

4. Lama Penelitian 6 Bulan/dari bulan Juli 2009 sampai

dengan Desember 2009

5. Biaya yang diperlukan: -

Page 3: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

iii

Surakarta, Desember 2009 Mengetahui Peneliti Kepala SDN Toyogo 2 Sri Hartini, S.Pd, SD Sutitahrum NIP 19570902 197702 2 005 NIM X8806533

Page 4: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Lapaoran Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan

Partisipatoris Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Belajar IPS Kelas V

Semester I SDN Toyogo 2 Tahun Pelajaran 2009/2010

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing Supervisor Dra. Siti Istiyati, M.Pd Sri Hartini, S.Pd, SD NIP. 19610819 198603 2 001 NIP 19570902 197702 2 005

Page 5: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Penelitian

Tindakan Kelas (PTK).

Laporan ini ditulis untuk melengkapi tugas mata kuliah e – Tugas Akhir.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah memberikan

saran, bantuan dan dukungan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan laporan

PTK ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan Penelitian Tindakan

Kelas.

2. Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd selaku Ketua Program PJJ S-1 PGSD yang selalu

memberikan petunjuk dan arahan.

3. Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

mengorbankan segala tenaga dan waktu guna memberikan bimbingan serta

arahan selama penulis melaksanakan dan membuat laporan PTK.

4. Sri Hartini, S.Pd.SD selaku KS SDN Toyogo 2 Kec. Sambungmacan, Kab.

Sragen yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis

melaksanakan dan menyusun laporan PTK.

5. Bapak / Ibu Guru dan Penjaga SDN Toyogo 2 Kec. Sambungmacan yang telah

memberikan kemudahan selama penulis melaksanakan PTK.

6. Suami tercinta yang selalu memberikan dukungan demi kelancaran dalam

penulis menyelesaikan tugas-tugas.

7. Segenap sahabat, kerabat dan semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan kerja sama kepada penulis dan terselesainya penyusunan laporan PTK.

Dan semoga amal ibadahnya diterima dalam naungan ridha Nya. Penulis

menyadari akan segala keterbatasan, sehingga penulis merasa laporan PTK ini

masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran senantiasa penulis nantikan.

Surakarta, Desember 2009

Peneliti

Page 6: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

vi

ABSTRAK

Sutitahrum 2009: Penelitian Tindakan Kelas “Penerapan Pendekatan Partisipatoris dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPS V SDN Toyogo 2 Sambungmacan – Sragen. Tahun pelajaran 2009/2010”.

Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan penerapan pendekatan partisipatoris dapat menciptakan pembelajaran dengan keaktifan siswa dalam menerima dan mengerjakan tugas dari guru , sehingga diharapkan hasil belajar dapat meningkat.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Toyogo 2 tahun pelajaran 2009/2010, dari bulan Juli sampai dengan Desember 2009. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui dua siklus dengan satu pokok bahasan. Penelitian didahului dengan observasi awal, diskusi awal, diskusi perencanaan tindakan dan ditindaklanjuti dengan implementasi tindakan, observasi dan refleksi. Hasil pelaksanaan dievaluasi dalam refleksi untuk menyusun rencana perbaikan yang diikuti pelaksanaan, observasi dan refleksi tahap berikutnya, sampai dua siklus.

Hal ini didukung dengan hasil prestasi pada siklus I sebesar 71 % tuntas belajar dengan rata-rata 68 % dan siklus II prestasi tuntas belajar 100 % dengan rata-rata nilai 76 % dari KKM 63. Langkah-langkah yang diambil adalah menyusun rencana, mengadakan tindakan, melakukan observasi, serta mengerjakan refleksi. Teknik sampling penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Toyogo 2 Kec. Sambungmacan Kab. Sragen, tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 38 siswa. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi langsung dan hasil nilai tes.

Hasil penelitian setelah diadakan tes berulang-ulang menunjukkan adanya peningkatan, dengan menggunakan penerapan pendekatan partisipatoris memang secara umum memerlukan waktu agak lama. Guru dan siswa aktif menyiapkan pembelajaran, guru dan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, porsi latihan soal relatif lebih banyak sementara waktu mencatat berkurang, kebiasan belajar untuk meningkatkan hasil belajar meningkat, dan dapat menimbulkan rasa senang, percaya diri, dan sikap mandiri.

Page 7: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ................................................................................ vi

DAFTAR ISI .............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ......................................... 2

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 2

D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ................................................................................. 4

B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 22

C. Kerangka Pikir ............................................................................. 23

D. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 24

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 25

B. Subyek penelitian ......................................................................... 25

C. Prosedur penelitian ...................................................................... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................ 29

B. Pembahasan ................................................................................. 37

BAB V PENUTUP

A. K

esimpulan .................................................................................. 39

Page 8: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

viii

B. S

aran ............................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 41

DAFTAR TABEL

No Nama Uraian Hal Ket

1 Tabel IV.1 Hasil Siklus (Sebelum, Siklus 1 dan

Siklus 2) 35

2 Tabel IV.2 Hasil Rata-rata Penilaian Siklus-siklus 36

Page 9: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

ix

DAFTAR GAMBAR

No Nama Uraian Hal Ket

1 Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran 23

2 Gambar III. 1 Siklus I & 2 28

3 Gambar IV. 1 Grafik Hasil Rata-rata Pra Siklus,

Siklus I & II 37

Page 10: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

x

LAMPIRAN

No Nama Uraian Hal Ket

1 Lampiran A Perangkat Pembelajaran 42

2 Lampiran B Instrumen Penelitian 52

3 Lampiran C Personalia Penelitian 64

4 Lampiran D Curriculum Vitae Peneliti 65

5 Lampiran E Data Penelitian 66

Page 11: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Prestasi belajar IPS siswa kelas V SDN Toyogo 2 untuk Tahun

Pelajaran 2009/2010 belum memuaskan, karena rata-rata prestasi belajar siswa

masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Mata pelajaran IPS

merupakan salah satu Mata Pelajaran IPS paling membosankan bagi siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar

siswa kelas V SDN Toyogo 2 pada Semester I Tahun Pelajaran 2008/2009,

diduga penyebab timbulnya masalah adalah sebagai berikut:

1. Sebagian siswa beranggapan bahwa IPS merupakan Mata Pelajaran yang

tidak menarik, sulit, dan membosankan.

2. Proses pembelajaran IPS yang kurang menantang

3. Belum semua guru mampu membuat dan atau menggunakan strategi

pembelajaran yang sesuai untuk penyampaian belajar IPS bagi siswa.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di

SDN Toyogo 2 ditemukan bahwa selama proses pembelajaran guru masih

bersifat sebagai senter/pusat dan belum mengoptimalkan potensi yang

dimiliki siswa. Keadaan tersebut sedikit banyak membuat hasil belajar IPS

siswa relatif rendah. Sehingga perlu diadakannya Penelitian Tindakan kelas,

supaya hasil belajar siswa terutama pelajaran IPS dapat meningkat. Menurut

J.A. Winter kriteria dalam pembelajaran IPS yaitu harus menarik sehingga

siswa bisa menikmatinya dan tidak bosan, menekankan pada pengajaran

proses dari pada materi, mendorong siswa untuk mencari bahan bacaan yang

berkaitan dengan IPS yang tersedia di perpustakaan, serta meningkatkan

kemampuan dan ketrampilan siswa. Jadi dalam hal ini siswa yang aktif dan

selalu ikut berpartisipasi dalam pembelajaran akan dapat meraih prerstasi.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xii

Dan dengan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dapat melatih

siswa untuk berhubungan dengan orang lain, dalam hal ini adalah teman satu

kelas, selain menggunakan pendekatan partisipatoris, penggunaan peta skema

juga membantu pemahaman siswa dalam proses pembelajaran IPS di kelas.

B. Rumusan masalah dan Pemecahannya

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut: Apakah dengan penerapan pendekatan partisipatoris dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPS?

2. Pemecahan Masalah

a. Dalam pembelajaran guru mendekatkan partisipatoris untuk

membangkitkan keaktifan siswa.

b. Guru menciptakan pembelajaran yang menarik keaktifan siswa,

sehingga siswa tidak merasa bosan dan mampu berkreatifitas dalam

pembelajaran IPS.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan dengan penerapan pendekatan

partisipatoris keaktifan siswa dalam belajar IPS kelas V SDN Toyogo 2

adalah:

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPS.

b. Mengoptimalkan guru dalam upaya membangkitkan keaktifan siswa

untuk pembelajaran IPS.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa agar lebih baik dalam pembelajaran

IPS.

d. Menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

D. Manfaat Hasil Penelitian:

Berdasarkan rumusan di atas maka manfaat penelitian ini adalah

1. Manfaat bagi siswa

Page 13: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xiii

a. Meningkatnya keaktifan siswa dalam belajar IPS

b. Meningkatnya pemahaman siswa.

c. Meningkatnya proses pembelajaran secara aktif

2. Manfaat bagi guru.

Meningkatnya keprofesionalan guru dalam mengajar.

3. Manfaat untuk sekolah.

a. Meningkatnya kwalitas pendidikan/sekolah.

b. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha peningkatan ketrampilan

mengajar.

Page 14: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xiv

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori

1. Belajar Mengajar

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Dikatakan

bernilai edukatif karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelum pengajaran

dilakukan. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa unsur yang

merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan merupakan

sebuah sistem. Komponen belajar mengajar yang merupakan sebuah

sistem tersebut mencakup beberapa hal. Tentang komponen belajar

mengajar, Djamarah dan Aswan Zain (1997:48) menjelaskan ”sebagai

suatu sistem tentu saja belajar mengajar mengandung sejumlah komponen

yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, alat dan

sumber, serta evaluasi.”

Sedangkan menurut Hilgard dan Bower, pengertian belajar berhubungan

dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu,

dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan

sesaat seseorang (M. Ngalim Purwanto 1997:84). Di dalam interaksi

belajar mengajar, guru memegang kendali untuk mencapai tujuan akan

tetapi sering ditemui masalah implementasi pembelajaran, antara lain

disebabkan oleh padatnya materi pelajaran dan langkanya materi

pembelajaran yang kreatif.

2. Arti Penting Manajemen Pembelajaran

a. Pengertian Manajemen Pembelajaran

Istilah pembelajaran sering dipergunakan dalam kegiatan pendidikan

di sekolah, mengingat hal tersebut merupakan inti dari proses

penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan tersebut berlangsung secara

Page 15: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xv

kontinyu yang dilakukan antara guru sebagai pengajar dan siswa

sebagai subjek ajar. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1994:14) memberikan pengertian tentang istilah pembelajaran yaitu :

“proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.

Sementara Muhadi Suratman (1998:23) mengemukakan

“pembelajaran merupakan proses interaksi antara yang mengajar

(guru) dengan yang belajar (siswa) sebagai usaha untuk mengubah

perilaku siswa dari yang kurang bisa menjadi bisa”.

Dalam kerangka sistem, pembelajaran menunjuk pada pengertian yang

mengandung seperangkat komponen yang saling berkaitan dan

berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-

komponen yang dimaksud adalah tujuan, metodologi dan penilaian

(evaluasi) pembelajaran. Komponen-komponen ini dikatakan juga

sebagai lingkungan belajar yang perlu diciptakan dan disiapkan oleh

seorang pengajar (guru). Dengan demikian pembelajaran dalam

konteks ini lebih menitikberartkan kepada guru sebagai pengajar yang

akan menyampaikan ilmu pengetahuan berupa materi pelajaran dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis dan

terkendali. Efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran dapat tercapai

apabila semua komponen yang ada di dalamnya dikelola dan

diorganisasikan dengan baik, sebagaimana dikemukakan Nana

Sudjana (1992:23) sebagai berikut.

Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang terdiri dari banyak

komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat

partial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan

secara teratur, saling bergantung, komplementer, berkesinambungan.

Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.

Dengan demikian pembelajaran pada dasarnya memerlukan

pengelolaan atau manajemen yang baik, teratur dan terarah untuk

dapat mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan, yaitu adanya

perubahan yang lebih baik dalam diri masing-masing siswa.

Page 16: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xvi

Mengenai konsep manajemen pembelajaran kemungkinan jarang

diketemukan dalam satu kesatuan, akan tetapi memiliki arti masing-

masing kemudian bersama dalam satu istilah yang menunjukkan suatu

kegiatan/proses. Mengenai definisi manajemen pembelajaran ini

Suharsimi Arikunto (1990:2) mengemukakan “manajemen

pembelajaran merupakan proses pengadministrasian, pengaturan atau

penataan suatu kegiatan/proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru”. Sementara Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1995:2)

mengemukakan pula bahwa :

Manajemen pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk

mengatur (memenej) dan mengendalikan aktivitas pembelajaran

berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk

mensukseskan tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif,

efisien dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi dan

perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan penilaian serta dari

penilaian tersebut akan dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi

perbaikan dan peningkatan pembelajaran lebih lanjut.

Berdasarkan konsep-kosep tersebut, maka manajemen pembelajaran

adalah suatu prosedur (rangkaian kegiatan) yang dilakukan oleh

seorang guru dalam mengelola pembelajarannya, mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan adanya evaluasi

terhadap proses dan hasil pembelajaran. Prosedur ini dilakukan

berdasarkan pada prinsip-prinsip manajemen dan komponen-

komponen pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

b. Cakupan Manajemen Pembelajaran

Prinsip-prinsip manajemen dan komponen-komponen pembelajaran

merupakan acuan yang dipergunakan guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran di sekolah. Secara lebih rinci dan jelasnya dapat

diuraikan sebagai berikut.

1) Perencanaan Pembelajaran

Page 17: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xvii

a) Perumusan Tujuan Pembelajaran

Sebagaimana yang telah dimaklumi bersama bahwa tujuan

pembelajaran harus dirumuskan secara khusus dalam bentuk

perilaku akhir siswa. Setiap guru perlu mengakui dan

memahami pentingnya tujuan pembelajaran. Demikian juga

hasil belajar atau upaya mencapai ke arah tujuan pembelajaran

bagi siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan

pembelajaran yang dirancang oleh guru sebelumnya. Keadaan

ini dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai perancang atau

perencana pembelajaran.

Mengenai tujuan pembelajaran (instruksional), Suharsimi

Arikunto (1990:16) mengartikan “tujuan pembelajaran

merupakan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan

pembelajaran”. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (1990:17)

membedakan tujuan instruksional menjadi dua bagian, yaitu :

· Tujuan Instruksional Umum (TIU), merupakan tujuan yang akan dicapai dengan satu kesatuan materi pembelajaran. Dalam kurikulum sekolah, Tujuan Instruksional Umum adalah tujuan yang akan dicapai melalui pokok-pokok bahasan.

· Tujuan Instruksional Khusus (TIK), merupakan tujuan yang akan dicapai guru dalam pertemuannya dengan siswa di kelas. Tujuan Instruksional Khusus perlu dirumuskan sedemikian rupa, sehingga : bersifat sangat khusus (hanya menunjukkan satu pengetahuan atau keterampilan saja), berpusat pada siswa (langsung menunjuk pada kepentingan siswa), menunjuk pada suatu kondisi atau situasi tertentu dalam kondisi apa tujuan yang dimaksud dapat dicapai dan menunjuk pada suatu tingkatan atau ukuran yang telah ditentukan.

Jika tujuan-tujuan tersebut dilihat dari kacamata upaya

pendidikan, maka tujuan-tujuan tersebut merupakan

penjabaran atau dapat disamakan nilainya dengan tujuan

umum nasional. Keadaan yang penting adalah bagaimana guru

Page 18: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xviii

dapat menentukan agar tujuan-tujuan tersebut dirumuskan

secara jelas dan tegas dalam perilaku siswa.

2) Persiapan Media

Persiapan media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bisa

dilepaskan dari perencanaan pembelajaran. Alipandi (1994:153)

mengemukakan “media pembelajaran merupakan segala sesuatu

yang dapat dipergunakan dalam mengajar agar proses belajar

mengajar dapat berlangsung”. Manfaat yang dirasakan dengan

mempergunakan media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar menurut Ahmad Rifa’i (1991:2) adalah :

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak verbalistis. b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. c) Menimbulkan kegairahan dalam belajar. d) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak

didik dengan lingkungan dan kenyataannya. e) Memungkinkan terjadinya belajar secara individual menurut

kemampuan dan minatnya. f) Memberikan rangsangan yang sama kepada setiap siswa. g) Mempersamakan pengalaman. h) Menimbulkan pesepsi yang sama antara siswa yang satu

dengan siswa yang lainnya. Dalam proses pembelajaran penggunaan media dikenal banyak

jenis dan karakteristiknya, sehingga hal tersebut perlu menjadi

bahan perhatian dan pertimbangan seorang guru untuk

melaksanakan proses belajar mengajar selanjutnya. Oemar Hamalik

(1991:63) mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut.

a) Media audio, yaitu media yang berkaitan erat dengan indra pendengaran. Media ini merupakan media auditif yang menghasilkan bunyi atau suara, misalnya radio dan tape-recorder.

b) Media visual, yaitu media yang berkaitan erat dengan penglihatan yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk yang dikenal dengan alat peraga. Media visual ini dibedakan lagi menjadi : media visual diam dan gerak.

c) Media audio-visual, yaitu penggabungan dari media audio dan visual. Media ini merupakan media yang menghasilkan gambar dan suara, seperti televisi dan film.

Page 19: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xix

d) Pengunaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran, artinya siswa dibawa langsung ke tempat atau objek pembelajaran.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka jelas

bahwa dalam perencanaan pembelajaran, khususnya mengenai

penggunaan media pembelajaran seorang guru perlu memiliki

kemampuan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran

yang tepat, sehingga tujuan yang ingin diperoleh dapat tercapai

secara efektif.

3. Persiapan Diri

Persiapan diri bagi seorang guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Persiapan diri ini berhubungan dengan kemampuan menguasai

materi pelajaran untuk disampaikan kepada siswa, kondisi

kesehatan baik secara psikologis maupun psikis, penggunaan

media dan sumber pembelajaran, serta ketepatan waktu untuk

melaksanakan proses pembelajaran.

Guru yang secara mental maupun fisik telah siap melaksanakan

tugas akan lebih berhasilan melaksanakan pembelajaran

dibandingkan dengan yang kurang persiapan. Persiapan dapat

dilakukan pada malam hari sebelum materi diberikan atau jauh

hari sebelumnya. Untuk itulah yang paling penting bagi seorang

guru dalam mempersiapkan diri adalah memiliki mental dan fisik

untuk mengajar yang benar-benar optimal.

4. Perlengkapan Bahan

Perlengkapan bahan berhubungan dengan persiapan bahan-bahan

untuk melaksanakan proses pembelajaran. Bahan-bahan tersebut

antara lain : buku sumber yang akan dipergunakan, media

pembelajaran yang akan dipakai serta sarana dan prasarana

pembelajaran lainnya yang menunjang terhadap kelancaran proses

pembelajaran.

Page 20: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xx

Untuk pengadaan bahan pembelajaran guru dapat mencari dari

perpustakaan sekolah, penerbit yang cocok atau dari siswa,

sedangkan media pembelajaran sebaiknya dipersiapkan oleh guru

mengingat guru yang akan menyampaikan materi di mana

penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan materi yang

akan disampaikan. Untuk bahan meteri yang belum ada,

sedangkan sumber pembelajaran sangat terbatas, maka

sebelumnya guru memperbanyak materi pembelajaran tersebut

dengan memfoto-copynya terlebih dahulu, jangan membiasakan

menyuruh siswa mencatat, mengingat di sekolah tidak ada

pelajaran mencatat.

5. Persiapan Tugas dan Alat Evaluasi

Setelah tujuan dibuat, metode ditentukan, diri dipersiapkan dan

bahan pembelajaran dilengkapi, selanjutnya adalah

mempersiapkan tugas dan alat evaluasi. Tugas tersebut dapat

bersifat kelompok atau individual. Dalam pemberian tugas

hendaknya dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan

kreativitas berpikir siswa sesuai dengan tuntutan materi

pembelajaran. Pelaksanaan pembuatan tugas dapat dilakukan di

sekolah atau di rumah dengan batas waktu yang telah ditentukan

oleh guru.

Demikian pula halnya dengan alat evaluasi sebagai alat

pengukuran keberhasilan pembelajaran siswa terhadap materi yang

telah disampaikan, seorang guru dapat menentukan, bentuk,

jumlah dan waktu evaluasinya. Bentuk evaluasi yang

dipergunakan biasanya pilihan (a, b, c dan d), essay, menjodohkan

atau sebab akibat, jumlahnya tergantung luas tidaknya cakupan

materi pembelajaran dan kisi-kisi yang telah ditetapkan,

sedangkan waktunya ditetapkan berdasarkan ukuran kemampuan

siswa untuk mengerjakannya.

Page 21: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxi

6. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap pelaksanaan pembelajaran dikenal pula dengan istilah

metodologi pembelajaran sebagai prosedur yang digunakan guru

dalam menyampaikan bahan/materi pembelajaran kepada siswa.

Dalam pelaksanaannya guru secara berturut-turut melakukan proses

yang disebut sebagai : pengkondisian awal, penjelasan tujuan dan

materi, penciptaan kondisi belajar, penggunaan metode, dorongan

untuk berpendapat, kebebasan berdiskusi, penggunaan buku dan

program, pengecekan pemahaman, penggunaan format dan alokasi

waktu.

Secara lebih rinci dan jelasnya proses tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :

1) Pengkondisian Awal

Pengkondisian awal berhubungan dengan apersepsi atau

membangkitkan perhatian atau merangsang siswa untuk

belajar. Dengan pengkondisian ini siswa diharapkan terarah

dan tertib untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk tahap

awal pembelajaran, misalnya pada kelas baru, biasanya

pengkondisian diawali dengan perkenalan guru dengan siswa

dan mengecek kehadiran siswa. Perkenalan bertujuan untuk

lebih mendekatkan hubungan antara guru dengan siswa serta

memperjelas kedudukan masing-masing antara fungsi dan

peran guru serta fungsi dan peran siswa. Demikian pula

dalam hal absensi, penting dilakukan untuk mengetahui

jumlah murid yang akan belajar dan mengetahui murid lain

yang belum hadir, sehingga guru memiliki pegangan yang

pasti berapa sebenarnya jumlah murid yang harus diajarinya.

2) Penjelasan Tujuan dan Materi

Setelah dilakukan pengkondisian awal, selanjutnya dilakukan

penjelasan tujuan dan materi pelajaran. Penjelasan tujuan

disesuaikan dengan Tujuan Instruksional Umum dan Khusus

Page 22: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxii

yang telah ditetapkan, sehingga siswa memahami apa yang

diharapkan guru setelah proses pembelajaran selesai.

Demikian pula dalam penjelasan materi seorang guru dapat

menyampaikannya dalam berbagai bentuk. Namun yang

umum dipergunakan adalah melalui metode ceramah,

mengingat metode ini pada saat sekarang mudah untuk

dilakukan dan masih dirasakan sangat efektif. Penjelasan

materi biasanya dilakukan melalui penjelasan konsep yang

abstrak sampai dengan yang kongkrit, mulai dari hal yang

umum ke yang khusus atau sebaliknya sesuai dengan

kemampuan guru. Pada saat menyampaikan materi biasanya

siswa mendengarkan, menyimak dan mencatat hal-hal yang

dianggapnya perlu. Namun terkadang yang lebih umum pada

saat guru menerangkan siswa diharuskan menyimak

sepenuhnya.

3) Penciptaan Kondisi Belajar

Penciptaan kondisi belajar dapat dilakukan guru pada saat

berlangsungnya penjelasan materi pembelajaran, misalnya

menegur siswa yang kurang menyimak, memberikan sangsi

siswa yang selalu ribut, mengarahkan siswa untuk

menertibkan diri atau menertibkan hal-hal lain yang

sekiranya mengganggu terhadap penciptaan iklim

pembelajaran yang kondusif. Dengan adanya penciptaan

kondisi belajar tersebut, maka jelas tujuan pembelajaran dan

kelancaran pembelajaran akan tercapai secara efektif.

4) Penggunaan Metode

Penggunaan metode pembelajaran penting dilakukan oleh

guru untuk memudahkan penyampaian materi pembelajaran.

Seorang guru dalam menyampaikan satu materi pembelajaran

dapat menggunakan satu atau beberapa metode yang sesuai

dengan materi pembelajaran dan kemampuannya. Oleh

Page 23: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxiii

karena itu pemahaman dan penguasaan terhadap metode

pembelajaran merupakan keharusan bagi guru agar lebih

berhasil menyampaikan meterinya. Metode pembelajaran

yang dapat dipergunakan guru, misalnya metode ceramah,

diskusi, partisipatif, belajar tuntas, CBSA atau inquiry

learning.

5) Dorongan untuk Berpendapat

Setelah materi pembelajaran disampaikan oleh guru,

selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpendapat terhadap materi yang telah disampaikan

atau setidak-tidaknya mengajukan pertanyaan apabila

terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami. Dalam

kegiatan ini guru perlu mendorong atau memotivasi siswa

minimal dengan pujian bagi siswa yang berpendapat atau

mengajukan pertanyaan. Keadaan ini penting untuk

mengetahui tingkat kreativitas berpikir siswa terhadap materi

yang baru saja diajarkan, apabila siswa kelihatan vacum

keadaan ini menunjukkan dua kemungkinan, yaitu siswa

benar-benar telah paham atau sebaliknya sama sekali tidak

mengerti. Oleh karena itu guru perlu melakukan ketegasan

apakah siswa benar-benar paham atau pura-pura paham

dikarenakan takut.

6) Kebebasan Berdiskusi

Guru perlu memberikan kebebasan kepada siswa untuk

mendiskusikan permasalahan yang diajukan setelah materi

disampaikan. Namun demikian kebebasan tersebut jangan

diartikan siswa bebas untuk ribut atau ke luar masuk kelas

seenaknya. Kebebasan di sini adalah kebebasan bertanggung

jawab, artinya guru memberikan kebebasan kepada siswa

untuk berpikir memecahkan permasalahan sesuai dengan

kemampuannya dengan penerapan konsep bahwa pendapat

Page 24: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxiv

apapun yang diajukan siswa adalah benar, mengingat dalam

konsep pembelajaran bahwa pendapat diakui sebagai suatu

hal yang benar.

7) Penggunaan Buku dan Program

Penggunaan buku dan program dilakukan sebagai sumber

atau alat bantu terhadap kelancaran proses pembelajaran.

Penggunaan buku dapat dilakukan hanya satu jenis saja atau

bahkan beberapa buku. Untuk jenjang pendidikan dasar

(sekolah dasar), biasanya buku yang dipergunakan hanya satu

buku saja yang telah ditetapkan oleh departemen pendidikan.

Keadaan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan siswa

semata-mata, sehingga konsep berpikirnya menjadi lebih

terfokus.

8) Pengecekan Pemahaman

Pengecekan pemahaman dapat dilakukan oleh guru melalui

proses tanya jawab. Dalam hal ini guru bertanya terhadap

materi yang telah disampaikan dengan catatan siswa tidak

melihat buku teks. Pengecekan pemahaman ini sebagai tahap

awal bagi guru untuk mengukur sejauhmana tingkat

pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan

secara sebagian sebelum dilakukan proses evaluasi lebih

lanjut.

9) Penggunaan Format Kesulitan Belajar

Penggunaan format ini bertujuan untuk mengukur tingkat

kesulitan belajar siswa pada saat materi pelajaran

disampaikan. Penggunaan format ini juga bertujuan untuk

mengukur tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan

tugas mengajar, sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk

perbaikan nanti. Namun demikian dalam proses pembelajaran

yang umum di tingkat sekolah dasar penggunaan formal

Page 25: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxv

kesulitan belajar jarang dipergunakan, mengingat dominasi

guru terhadap proses pembelajaran masih kuat.

10) Alokasi Waktu

Alokasi waktu diperlukan untuk menentukan batasan antara

luasnya materi dengan waktu yang tersedia. Dalam hal ini

bertujuan untuk menghindari penggunaan waktu yang tidak

efektif. Namun demikian dalam pelaksanaannya sering terjadi

guru sudah kehabisan materi, sementara waktu yang tersedia

masih banyak atau sebaliknya guru masih memiliki banyak

materi yang perlu disampaikan sementara waktu telah selesai.

Untuk menghindari kejadian tersebut, maka guru harus

pandai-pandai menggunakan waktu dengan tepat, jika materi

sudah habis sementara waktu masih banyak, maka guru perlu

memberikan penjelasan tambahan yang dapat memperjelas

materi pelajaran, sementara jika waktu telah selesai, tetapi

materi masih banyak, maka guru perlu memberikan

penugasan kepada siswa untuk menemukan atau merangkum

dan mempelajari materi tambahannya.

7. Tahap Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi bukan hanya sekedar alat untuk menentukan angka atau

nilai bagi siswa, tetapi juga sebagai barometer untuk mengukur

keberhasilan bagi guru itu sendiri dalam penyajikan bahan

pembelajarannya. Evaluasi penting dilakukan oleh seorang guru

manakala proses pembelajaran terlah selesai dilakukan, sehingga

kriteria keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat

keberhasilannya. Oemar Hamalik (1991:135) mengemukakan

konsep penilaian (evaluasi) sebagai berikut.

Penilaian (evaluasi) merupakan suatu proses berkelanjutan mengenai pengumpulan dan penafsiran data dan informasi dalam rangka pembuatan keputusan pendidikan. Rumusan ini berimplikasi kepada : (1) penilaian adalah suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus, mulai dari sebelum dilaksanakan pembelajaran sampai dengan berakhirnya pembelajaran, (2)

Page 26: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxvi

penilaian mempunyai tujuan tertentu yaitu dengan informasi yang diperoleh, dilakukan upaya memperbaiki proses pendidikan, misalnya memperbaiki kurikulum dan proses pembelajaran dan (3) penilaian menuntut alat yang handal untuk memperoleh informasi yang akurat, tepat guru dan berdaya guna untuk membuat keputusan dan selanjutnya melakukan perbaikan untuk masa yang akan datang. Dengan demikian evaluasi dapat menentukan keberhasilan siswa

dalam belajar dan guru yang melakukan pengajaran. Guru dapat

menentukan keberhasilannya baik dengan angka atau nilai-nilai

kepribadian yang tampak dari siswa. Hal yang patut diperhatikan

dalam penyusunan alat evaluasi adalah berpedoman pada tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan.

Beberapa aspek yang patut diperhatikan seorang guru dalam

melakukan proses penilaian (evaluasi) adalah pemberian tes,

penggunaan hasil belajar, membuat kesimpulan, penerimaan input

untuk kualitas PBM dan pemanfaatan fasilitas lingkungan.

Pemberian tes ini berhubungan dengan pemberian tes akhir materi

dan batas minimal tes akhir materi yang harus dicapai oleh siswa.

Penggunaan hasil belajar siswa berhubungan dengan analisa hasil

belajar, penilaian perubahan hasil belajar dan berfungsi sebagai

feed back perbaikan pembelajaran. Dalam membuat kesimpulan

dapat dilakukan oleh guru atau dengan cara mengaktifkan siswa

untuk menyimpulkan materi pembelajaran secara keseluruhan.

Menerima input dari luar untuk kualitas PBM dapat dilakukan

melalui keterbukaan langsung guru untuk menerima saran dan

kritik dari pihak luar (kepala sekolah atau guru) lain yang berfungsi

sebagai observer dalam melaksanakan proses pembelajaran. Input

tersebut berfungsi sebagai masukan atau saran yang sangat

konstruktif bagi peningkatan kualitas PBM pada masa yang akan

datang. Selanjutnya pemanfaatan fasilitas lingkungan berhubungan

dengan tingkat kreativitas guru untuk membawa peserta didik

Page 27: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxvii

belajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas dengan

lingkungan belajar yang ada di sekitarnya.

3. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum perbuatan guru dan siswa

dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan proses

pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan

dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran

banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu,

perwujudan proses dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan

Marshal Weil mengemukakan 22 model pembelajaran yang dapat

dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2)

perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, dan (4) modifikasi tingkah laku

(Moh. Uzer Usman 1995:1).

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan

kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus

memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam

meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas

mengajarnya. Untuk dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang baik,

guru dan siswa harus bersama-sama aktif sehingga proses pembelajaran

dapat menyenangkan dan tidak menjemukan. Di samping itu guru juga

dituntut untuk lebih kreatif dalam pembelajaran sehingga dapat

membangkitkan minat dan mendorong semangat siswa untuk bertanya dan

mencoba melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran yang

dihadapinya.

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiahberarti pengantar, sehingga media

adalah pengantar atau perantara pesan dari pengirim kepada penerima

pesan. Sementara itu Arief S. Sadiman (1986:6) menyatakan “media

pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa

Page 28: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxviii

yang merangsang untuk belajar”. Sedangkan Umar Suwito (1978:13)

menyatakan “media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang

digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih

mempertinggi, efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan”.

Selanjutnya Zulkarnaiman (Imam Supardi 1987:12) mengemukakan

“media pembelajaran sesuatu yang dapat menyalurkan pesa yang dapat

merangsang pikiran, perasaan dan kemauan seseorang sehingga dapat

mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya”.

Alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan sesuatu atau isi pelajaran, memperjelas, dan menarik

perhatian siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran, yang

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Alat peraga sebaiknya

mudah cara menggunakannya, tidak berbahaya, mudah dicari, murah

harganya, dan lebih utama lagi siswa dapat membuatnya sendiri

(Achmad DS, 1996:1).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan sebagai perantara

untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa,

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Dengan demikian media pembelajaran atau alat peraga pendidikan

merupakan sarana pembelajaran yang sangat penting dalam proses

pembelajaran karena dengan menggunakan alat peraga, pembelajaran

akan lebih menarik dan hasil yang diperoleh tidak verbalisme.

Agar penggunaan alat peraga dapat mencapai tujuan yang diharapkan,

maka guru harus bisa menggunakannya semaksimal mungkin.

Meskipun alat peraga dibuat dari benda atau bahan yang sederhana,

tetapi jika guru menggunakannya dengan tepat, maka materi

pembelajaran yang diberikan kepada siswa akan dapat diterima dengan

jelas.

b. Klasifikasi Media Pembelajaran

Page 29: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxix

Menurut Briggs (1986:23) mengemukakan bahwa media pembelajaran

ada 13 bagian yaitu : a) objek, b) model, c) suara, d)

langsung, e) rekaman, f) audio, g) media cetak, h) pembelajaran

terprogram, i) papan tulis, j) media transparan, k) film rangkai, l) film

bingkai, m) film televisi dan gambar. Sedangkan Amir Hamzah

Sulaiman (Nyoman S. Degeng 1993:5) menggolongkan media sebagai

berikut.

a. Alat-alat audio, alat-alat yang menghasilkan bunyi atau suara. b. Alat-alat visual yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan

bentuk atau rupa yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat-alat visual dibedakan menjadi : a) alat-alat visual dua dimensi yang dibagi-bagi menjadi alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan dan alat-alat visual dua dimensi pada bidang transparan dan b) Alat-alat visual tiga dimensi.

Sementara Rudy Bratz (Arief S. Sadiman 1986:20)

mengklasifikasikan media pembelajaran, yaitu : a) media audio visual

gerak, b) media audio visual diam, c) media audio visual semi gerak,

d) media visual gerak, e) media visual diam, f) media semi gerak, g)

media audio dan h) media cetak. Selanjutnya Gagne (Arief S. Sadiman

1986:23) mengklasifikasikan media pembelajaran, yaitu a) benda

didemonstrasikan, b) komunikasi lisan, c) media cetak, d) gambar

diam, e) gambar gerak, f) film bersuara dan g) mesin belajar. Masih

banyak lagi yang dikemukakan oleh para ahli, secara umum mereka

berpendapat media pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

visual, audio dan audio visual.

Berdasarkan uraian tentang klasifikasi media pembelajaran di atas,

maka media Baba termasuk media cetak. Media cetak biasanya

diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui percetakan

professional atau pun produksi sendiri. Penggunaan media cetak ada

beberapa keuntungan dan kelemahannya. Keuntungan media cetak

adalah : a) media cetak relative murah; b) penggunaannya mudah; c)

Lebih luwes dalam pengertian mudah digunakan, dibawa atau

dipindahkan. Kelemahannya dari media cetak adalah : a) jika tidak

Page 30: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxx

dirancang denan baik membosankan; dan b) kurang memberikan

suasana yang hidup.

1. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Derek Rowtree (Imam Supardi 1987:11) fungsi media

pembelajaran sebagai berikut:

1) Membangkitkan motivasi belajar. 2) Menyediakan stimulus belajar bagi siswa. 3) Membantu siswa untuk mengulang atau mempelajari kembali

pelajaran yang telah diterima. 4) Dapat memberikan umpan balik dengan segera baik siswa

maupun guru.

Sedangkan menurut Nyoman S. Degeng (1993:24) secara garis

besar fungsi media pembelajaran sebagai berikut:

1) Menghindari terjadinya verbalisme. 2) Membangkitkan minat/motivasi. 3) Menarik perhatian siswa. 4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran. 5) Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar. 6) Menaktifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Berdasarkan fungsi-fungsi di atas selanjutnya dapat dikemukakan

bahwa fungsi media pendidikan adalah : 1) mengurangi

verbalisme, 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran,

3) dapat memberikan umpan bai\lik dengan segera baik siswa

maupun guru dan 4) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk

belajar.

2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk lebih

mengefektifkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media, yang

perlu diperhatikan antara lain : tujuan, ketepatgunaan, keadaan

siswa, ketersediaan, mutu teknis dan biaya yang tersedia dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1) Tujuan : media pendidikan yang dipilih hendaknya menunjang

tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

Page 31: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxxi

2) Ketepatgunaan : jika materi yang kita pelajari sesuai dengan

tujuan yang telah dirumuskan, maka guru harus memilih media

yang sesuai.

3) Keadaan : harus sesuai keadaan, kemampuan siswa dan besar

kecilnya kelas.

4) Ketersediaan : ada atau tidaknya media yang diperlukan

apabila mungkin guru membuat sendiri.

5) Mutu teknis : harus betul-betul sesuai dan cocok untuk

dugunakan sebagai alat Bantu di sekolah.

6) Biaya : biaya yang dikeluarkan sesuai dengan hasil yang

dicapai.

Sedangkan menurut Dick Caray (Arief S. Sadiman 1986:36) hal-

hal yang menjadi kriteria dalam pemilihan media pendidikan

adalah sebagai berikut.

1) Kesesuaian dengan tujuan perilaku belajar. 2) Ketersediaan sumber setempat. 3) Ketersediaan dana, tenaga, fasilitas untuk membeli dan

memproduksi. 4) Keluwesan, keaktifan, ketahanan media untuk waktu yang

lama. 5) Efektifitas biaya dalam jangka waktu yang panjang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kriteria

pemilihan media pembelajaran perlu memperhatikan antara lain :

tujuan, keadaan, ketersediaan sumber setempat, mutu teknis dan

dana.

5. Pendekatan Partisipatoris

Pendekatan Partisipatoris” merupakan proses pengumpulan data yang

melibatkan kerjasama aktif antara fasilitator program dan responden atau

beneficiaries. Seorang fasilitator program biasanya bertanya tidak dirancang

secara baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan

dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya-jawab dengan

responden.

Page 32: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxxii

Balen (1993) peran guru dalam pebelajaran IPS mempunyai hubungan erat

dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, pengmbangan ketrampilan yang

harus dimiliki siswa adalah ketrampilan berfikir

Syah (1988) pendekatan partisipatoris merupakan pendekatan pembelajaran

yang dapat melibatkan siswa secara aktif.

Maman Abdurachman (1991). Orientasi guru pada siswa harus lebih banyak

mendapat perhatian serius dan utama sehingga akan tercipta suasana aktif

dalam pembelajaran

Wahid (1991) belajar merupakan suatu aktifitas dalam interaksi aktif dalam

perubahan, dalam pengetahuan, ketrampilan sikap secara relatif.

Brookfield (1987) Proses belajar mengajar dilaksanakan secara interaktif anatara

guru dengan siswa diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif.

Dengan menggunakan pendekatan partisipatoris, maka diharapkan siswa akan

semakin aktif dalam pembelajaran IPS. Dan dengan partisipasi aktif dari siswa

maka diharapkan prestasi dalam pelajaran IPS dapat meningkat.

B. Penelitian yang relevan

Brookfield (1987) menyimpulkan bahwa pendekatan partisipatoris adalah

segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai alat bantu belajar siswa sehingga siswa

dapat lebih mudah untuk mempelajari materi pelajaran. Dengan kata lain, ketepatan

guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran akan menentukan

keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena siswa akan lebih terbantu

dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.

C. Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL

Kebiasaan mengajar secara klasikal dengan

pendekatan ekspositori, guru sebagai

pusat/center, guru hanya menggunakan metode

ceramah dan belum menggunakan pendekatan

partisipatoris, siswa kurang aktif dalam

Page 33: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxxiii

Gambar II.1 Keramgka Berfikir

D. Hipotesis Tindakan

Page 34: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxxiv

”Dengan menggunakan pendekatan partisipatoris dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS sehingga hasil belajar IPS

meningkat”.

Page 35: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxxv

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

E. Kajian teori

1. Belajar Mengajar

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Dikatakan

bernilai edukatif karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelum pengajaran

dilakukan. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa unsur yang

merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan merupakan

sebuah sistem. Komponen belajar mengajar yang merupakan sebuah

sistem tersebut mencakup beberapa hal. Tentang komponen belajar

mengajar, Djamarah dan Aswan Zain (1997:48) menjelaskan ”sebagai

suatu sistem tentu saja belajar mengajar mengandung sejumlah komponen

yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, alat dan

sumber, serta evaluasi.”

Sedangkan menurut Hilgard dan Bower, pengertian belajar berhubungan

dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu,

dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan

sesaat seseorang (M. Ngalim Purwanto 1997:84). Di dalam interaksi

belajar mengajar, guru memegang kendali untuk mencapai tujuan akan

tetapi sering ditemui masalah implementasi pembelajaran, antara lain

disebabkan oleh padatnya materi pelajaran dan langkanya materi

pembelajaran yang kreatif.

2. Arti Penting Manajemen Pembelajaran

a. Pengertian Manajemen Pembelajaran

Istilah pembelajaran sering dipergunakan dalam kegiatan pendidikan

di sekolah, mengingat hal tersebut merupakan inti dari proses

penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan tersebut berlangsung secara

Page 36: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxxvi

kontinyu yang dilakukan antara guru sebagai pengajar dan siswa

sebagai subjek ajar. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1994:14) memberikan pengertian tentang istilah pembelajaran yaitu :

“proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.

Sementara Muhadi Suratman (1998:23) mengemukakan

“pembelajaran merupakan proses interaksi antara yang mengajar

(guru) dengan yang belajar (siswa) sebagai usaha untuk mengubah

perilaku siswa dari yang kurang bisa menjadi bisa”.

Dalam kerangka sistem, pembelajaran menunjuk pada pengertian yang

mengandung seperangkat komponen yang saling berkaitan dan

berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-

komponen yang dimaksud adalah tujuan, metodologi dan penilaian

(evaluasi) pembelajaran. Komponen-komponen ini dikatakan juga

sebagai lingkungan belajar yang perlu diciptakan dan disiapkan oleh

seorang pengajar (guru). Dengan demikian pembelajaran dalam

konteks ini lebih menitikberartkan kepada guru sebagai pengajar yang

akan menyampaikan ilmu pengetahuan berupa materi pelajaran dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis dan

terkendali. Efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran dapat tercapai

apabila semua komponen yang ada di dalamnya dikelola dan

diorganisasikan dengan baik, sebagaimana dikemukakan Nana

Sudjana (1992:23) sebagai berikut.

Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang terdiri dari banyak

komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat

partial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan

secara teratur, saling bergantung, komplementer, berkesinambungan.

Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.

Dengan demikian pembelajaran pada dasarnya memerlukan

pengelolaan atau manajemen yang baik, teratur dan terarah untuk

dapat mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan, yaitu adanya

perubahan yang lebih baik dalam diri masing-masing siswa.

Page 37: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxxvii

Mengenai konsep manajemen pembelajaran kemungkinan jarang

diketemukan dalam satu kesatuan, akan tetapi memiliki arti masing-

masing kemudian bersama dalam satu istilah yang menunjukkan suatu

kegiatan/proses. Mengenai definisi manajemen pembelajaran ini

Suharsimi Arikunto (1990:2) mengemukakan “manajemen

pembelajaran merupakan proses pengadministrasian, pengaturan atau

penataan suatu kegiatan/proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru”. Sementara Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1995:2)

mengemukakan pula bahwa :

Manajemen pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk

mengatur (memenej) dan mengendalikan aktivitas pembelajaran

berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk

mensukseskan tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif,

efisien dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi dan

perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan penilaian serta dari

penilaian tersebut akan dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi

perbaikan dan peningkatan pembelajaran lebih lanjut.

Berdasarkan konsep-kosep tersebut, maka manajemen pembelajaran

adalah suatu prosedur (rangkaian kegiatan) yang dilakukan oleh

seorang guru dalam mengelola pembelajarannya, mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan adanya evaluasi

terhadap proses dan hasil pembelajaran. Prosedur ini dilakukan

berdasarkan pada prinsip-prinsip manajemen dan komponen-

komponen pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

b. Cakupan Manajemen Pembelajaran

Prinsip-prinsip manajemen dan komponen-komponen pembelajaran

merupakan acuan yang dipergunakan guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran di sekolah. Secara lebih rinci dan jelasnya dapat

diuraikan sebagai berikut.

3) Perencanaan Pembelajaran

Page 38: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxxviii

b) Perumusan Tujuan Pembelajaran

Sebagaimana yang telah dimaklumi bersama bahwa tujuan

pembelajaran harus dirumuskan secara khusus dalam bentuk

perilaku akhir siswa. Setiap guru perlu mengakui dan

memahami pentingnya tujuan pembelajaran. Demikian juga

hasil belajar atau upaya mencapai ke arah tujuan pembelajaran

bagi siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan

pembelajaran yang dirancang oleh guru sebelumnya. Keadaan

ini dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai perancang atau

perencana pembelajaran.

Mengenai tujuan pembelajaran (instruksional), Suharsimi

Arikunto (1990:16) mengartikan “tujuan pembelajaran

merupakan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan

pembelajaran”. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (1990:17)

membedakan tujuan instruksional menjadi dua bagian, yaitu :

· Tujuan Instruksional Umum (TIU), merupakan tujuan yang akan dicapai dengan satu kesatuan materi pembelajaran. Dalam kurikulum sekolah, Tujuan Instruksional Umum adalah tujuan yang akan dicapai melalui pokok-pokok bahasan.

· Tujuan Instruksional Khusus (TIK), merupakan tujuan yang akan dicapai guru dalam pertemuannya dengan siswa di kelas. Tujuan Instruksional Khusus perlu dirumuskan sedemikian rupa, sehingga : bersifat sangat khusus (hanya menunjukkan satu pengetahuan atau keterampilan saja), berpusat pada siswa (langsung menunjuk pada kepentingan siswa), menunjuk pada suatu kondisi atau situasi tertentu dalam kondisi apa tujuan yang dimaksud dapat dicapai dan menunjuk pada suatu tingkatan atau ukuran yang telah ditentukan.

Jika tujuan-tujuan tersebut dilihat dari kacamata upaya

pendidikan, maka tujuan-tujuan tersebut merupakan

penjabaran atau dapat disamakan nilainya dengan tujuan

umum nasional. Keadaan yang penting adalah bagaimana guru

Page 39: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xxxix

dapat menentukan agar tujuan-tujuan tersebut dirumuskan

secara jelas dan tegas dalam perilaku siswa.

4) Persiapan Media

Persiapan media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bisa

dilepaskan dari perencanaan pembelajaran. Alipandi (1994:153)

mengemukakan “media pembelajaran merupakan segala sesuatu

yang dapat dipergunakan dalam mengajar agar proses belajar

mengajar dapat berlangsung”. Manfaat yang dirasakan dengan

mempergunakan media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar menurut Ahmad Rifa’i (1991:2) adalah :

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak verbalistis. b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. c) Menimbulkan kegairahan dalam belajar. d) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak

didik dengan lingkungan dan kenyataannya. e) Memungkinkan terjadinya belajar secara individual menurut

kemampuan dan minatnya. f) Memberikan rangsangan yang sama kepada setiap siswa. g) Mempersamakan pengalaman. h) Menimbulkan pesepsi yang sama antara siswa yang satu

dengan siswa yang lainnya. Dalam proses pembelajaran penggunaan media dikenal banyak

jenis dan karakteristiknya, sehingga hal tersebut perlu menjadi

bahan perhatian dan pertimbangan seorang guru untuk

melaksanakan proses belajar mengajar selanjutnya. Oemar Hamalik

(1991:63) mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut.

e) Media audio, yaitu media yang berkaitan erat dengan indra pendengaran. Media ini merupakan media auditif yang menghasilkan bunyi atau suara, misalnya radio dan tape-recorder.

f) Media visual, yaitu media yang berkaitan erat dengan penglihatan yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk yang dikenal dengan alat peraga. Media visual ini dibedakan lagi menjadi : media visual diam dan gerak.

g) Media audio-visual, yaitu penggabungan dari media audio dan visual. Media ini merupakan media yang menghasilkan gambar dan suara, seperti televisi dan film.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xl

h) Pengunaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran, artinya siswa dibawa langsung ke tempat atau objek pembelajaran.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka jelas

bahwa dalam perencanaan pembelajaran, khususnya mengenai

penggunaan media pembelajaran seorang guru perlu memiliki

kemampuan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran

yang tepat, sehingga tujuan yang ingin diperoleh dapat tercapai

secara efektif.

3. Persiapan Diri

Persiapan diri bagi seorang guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Persiapan diri ini berhubungan dengan kemampuan menguasai

materi pelajaran untuk disampaikan kepada siswa, kondisi

kesehatan baik secara psikologis maupun psikis, penggunaan

media dan sumber pembelajaran, serta ketepatan waktu untuk

melaksanakan proses pembelajaran.

Guru yang secara mental maupun fisik telah siap melaksanakan

tugas akan lebih berhasilan melaksanakan pembelajaran

dibandingkan dengan yang kurang persiapan. Persiapan dapat

dilakukan pada malam hari sebelum materi diberikan atau jauh

hari sebelumnya. Untuk itulah yang paling penting bagi seorang

guru dalam mempersiapkan diri adalah memiliki mental dan fisik

untuk mengajar yang benar-benar optimal.

4. Perlengkapan Bahan

Perlengkapan bahan berhubungan dengan persiapan bahan-bahan

untuk melaksanakan proses pembelajaran. Bahan-bahan tersebut

antara lain : buku sumber yang akan dipergunakan, media

pembelajaran yang akan dipakai serta sarana dan prasarana

pembelajaran lainnya yang menunjang terhadap kelancaran proses

pembelajaran.

Page 41: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xli

Untuk pengadaan bahan pembelajaran guru dapat mencari dari

perpustakaan sekolah, penerbit yang cocok atau dari siswa,

sedangkan media pembelajaran sebaiknya dipersiapkan oleh guru

mengingat guru yang akan menyampaikan materi di mana

penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan materi yang

akan disampaikan. Untuk bahan meteri yang belum ada,

sedangkan sumber pembelajaran sangat terbatas, maka

sebelumnya guru memperbanyak materi pembelajaran tersebut

dengan memfoto-copynya terlebih dahulu, jangan membiasakan

menyuruh siswa mencatat, mengingat di sekolah tidak ada

pelajaran mencatat.

5. Persiapan Tugas dan Alat Evaluasi

Setelah tujuan dibuat, metode ditentukan, diri dipersiapkan dan

bahan pembelajaran dilengkapi, selanjutnya adalah

mempersiapkan tugas dan alat evaluasi. Tugas tersebut dapat

bersifat kelompok atau individual. Dalam pemberian tugas

hendaknya dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan

kreativitas berpikir siswa sesuai dengan tuntutan materi

pembelajaran. Pelaksanaan pembuatan tugas dapat dilakukan di

sekolah atau di rumah dengan batas waktu yang telah ditentukan

oleh guru.

Demikian pula halnya dengan alat evaluasi sebagai alat

pengukuran keberhasilan pembelajaran siswa terhadap materi yang

telah disampaikan, seorang guru dapat menentukan, bentuk,

jumlah dan waktu evaluasinya. Bentuk evaluasi yang

dipergunakan biasanya pilihan (a, b, c dan d), essay, menjodohkan

atau sebab akibat, jumlahnya tergantung luas tidaknya cakupan

materi pembelajaran dan kisi-kisi yang telah ditetapkan,

sedangkan waktunya ditetapkan berdasarkan ukuran kemampuan

siswa untuk mengerjakannya.

Page 42: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xlii

6. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap pelaksanaan pembelajaran dikenal pula dengan istilah

metodologi pembelajaran sebagai prosedur yang digunakan guru

dalam menyampaikan bahan/materi pembelajaran kepada siswa.

Dalam pelaksanaannya guru secara berturut-turut melakukan proses

yang disebut sebagai : pengkondisian awal, penjelasan tujuan dan

materi, penciptaan kondisi belajar, penggunaan metode, dorongan

untuk berpendapat, kebebasan berdiskusi, penggunaan buku dan

program, pengecekan pemahaman, penggunaan format dan alokasi

waktu.

Secara lebih rinci dan jelasnya proses tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :

1) Pengkondisian Awal

Pengkondisian awal berhubungan dengan apersepsi atau

membangkitkan perhatian atau merangsang siswa untuk

belajar. Dengan pengkondisian ini siswa diharapkan terarah

dan tertib untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk tahap

awal pembelajaran, misalnya pada kelas baru, biasanya

pengkondisian diawali dengan perkenalan guru dengan siswa

dan mengecek kehadiran siswa. Perkenalan bertujuan untuk

lebih mendekatkan hubungan antara guru dengan siswa serta

memperjelas kedudukan masing-masing antara fungsi dan

peran guru serta fungsi dan peran siswa. Demikian pula

dalam hal absensi, penting dilakukan untuk mengetahui

jumlah murid yang akan belajar dan mengetahui murid lain

yang belum hadir, sehingga guru memiliki pegangan yang

pasti berapa sebenarnya jumlah murid yang harus diajarinya.

2) Penjelasan Tujuan dan Materi

Setelah dilakukan pengkondisian awal, selanjutnya dilakukan

penjelasan tujuan dan materi pelajaran. Penjelasan tujuan

disesuaikan dengan Tujuan Instruksional Umum dan Khusus

Page 43: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xliii

yang telah ditetapkan, sehingga siswa memahami apa yang

diharapkan guru setelah proses pembelajaran selesai.

Demikian pula dalam penjelasan materi seorang guru dapat

menyampaikannya dalam berbagai bentuk. Namun yang

umum dipergunakan adalah melalui metode ceramah,

mengingat metode ini pada saat sekarang mudah untuk

dilakukan dan masih dirasakan sangat efektif. Penjelasan

materi biasanya dilakukan melalui penjelasan konsep yang

abstrak sampai dengan yang kongkrit, mulai dari hal yang

umum ke yang khusus atau sebaliknya sesuai dengan

kemampuan guru. Pada saat menyampaikan materi biasanya

siswa mendengarkan, menyimak dan mencatat hal-hal yang

dianggapnya perlu. Namun terkadang yang lebih umum pada

saat guru menerangkan siswa diharuskan menyimak

sepenuhnya.

3) Penciptaan Kondisi Belajar

Penciptaan kondisi belajar dapat dilakukan guru pada saat

berlangsungnya penjelasan materi pembelajaran, misalnya

menegur siswa yang kurang menyimak, memberikan sangsi

siswa yang selalu ribut, mengarahkan siswa untuk

menertibkan diri atau menertibkan hal-hal lain yang

sekiranya mengganggu terhadap penciptaan iklim

pembelajaran yang kondusif. Dengan adanya penciptaan

kondisi belajar tersebut, maka jelas tujuan pembelajaran dan

kelancaran pembelajaran akan tercapai secara efektif.

4) Penggunaan Metode

Penggunaan metode pembelajaran penting dilakukan oleh

guru untuk memudahkan penyampaian materi pembelajaran.

Seorang guru dalam menyampaikan satu materi pembelajaran

dapat menggunakan satu atau beberapa metode yang sesuai

dengan materi pembelajaran dan kemampuannya. Oleh

Page 44: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xliv

karena itu pemahaman dan penguasaan terhadap metode

pembelajaran merupakan keharusan bagi guru agar lebih

berhasil menyampaikan meterinya. Metode pembelajaran

yang dapat dipergunakan guru, misalnya metode ceramah,

diskusi, partisipatif, belajar tuntas, CBSA atau inquiry

learning.

5) Dorongan untuk Berpendapat

Setelah materi pembelajaran disampaikan oleh guru,

selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpendapat terhadap materi yang telah disampaikan

atau setidak-tidaknya mengajukan pertanyaan apabila

terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami. Dalam

kegiatan ini guru perlu mendorong atau memotivasi siswa

minimal dengan pujian bagi siswa yang berpendapat atau

mengajukan pertanyaan. Keadaan ini penting untuk

mengetahui tingkat kreativitas berpikir siswa terhadap materi

yang baru saja diajarkan, apabila siswa kelihatan vacum

keadaan ini menunjukkan dua kemungkinan, yaitu siswa

benar-benar telah paham atau sebaliknya sama sekali tidak

mengerti. Oleh karena itu guru perlu melakukan ketegasan

apakah siswa benar-benar paham atau pura-pura paham

dikarenakan takut.

6) Kebebasan Berdiskusi

Guru perlu memberikan kebebasan kepada siswa untuk

mendiskusikan permasalahan yang diajukan setelah materi

disampaikan. Namun demikian kebebasan tersebut jangan

diartikan siswa bebas untuk ribut atau ke luar masuk kelas

seenaknya. Kebebasan di sini adalah kebebasan bertanggung

jawab, artinya guru memberikan kebebasan kepada siswa

untuk berpikir memecahkan permasalahan sesuai dengan

kemampuannya dengan penerapan konsep bahwa pendapat

Page 45: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xlv

apapun yang diajukan siswa adalah benar, mengingat dalam

konsep pembelajaran bahwa pendapat diakui sebagai suatu

hal yang benar.

7) Penggunaan Buku dan Program

Penggunaan buku dan program dilakukan sebagai sumber

atau alat bantu terhadap kelancaran proses pembelajaran.

Penggunaan buku dapat dilakukan hanya satu jenis saja atau

bahkan beberapa buku. Untuk jenjang pendidikan dasar

(sekolah dasar), biasanya buku yang dipergunakan hanya satu

buku saja yang telah ditetapkan oleh departemen pendidikan.

Keadaan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan siswa

semata-mata, sehingga konsep berpikirnya menjadi lebih

terfokus.

8) Pengecekan Pemahaman

Pengecekan pemahaman dapat dilakukan oleh guru melalui

proses tanya jawab. Dalam hal ini guru bertanya terhadap

materi yang telah disampaikan dengan catatan siswa tidak

melihat buku teks. Pengecekan pemahaman ini sebagai tahap

awal bagi guru untuk mengukur sejauhmana tingkat

pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan

secara sebagian sebelum dilakukan proses evaluasi lebih

lanjut.

9) Penggunaan Format Kesulitan Belajar

Penggunaan format ini bertujuan untuk mengukur tingkat

kesulitan belajar siswa pada saat materi pelajaran

disampaikan. Penggunaan format ini juga bertujuan untuk

mengukur tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan

tugas mengajar, sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk

perbaikan nanti. Namun demikian dalam proses pembelajaran

yang umum di tingkat sekolah dasar penggunaan formal

Page 46: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xlvi

kesulitan belajar jarang dipergunakan, mengingat dominasi

guru terhadap proses pembelajaran masih kuat.

10) Alokasi Waktu

Alokasi waktu diperlukan untuk menentukan batasan antara

luasnya materi dengan waktu yang tersedia. Dalam hal ini

bertujuan untuk menghindari penggunaan waktu yang tidak

efektif. Namun demikian dalam pelaksanaannya sering terjadi

guru sudah kehabisan materi, sementara waktu yang tersedia

masih banyak atau sebaliknya guru masih memiliki banyak

materi yang perlu disampaikan sementara waktu telah selesai.

Untuk menghindari kejadian tersebut, maka guru harus

pandai-pandai menggunakan waktu dengan tepat, jika materi

sudah habis sementara waktu masih banyak, maka guru perlu

memberikan penjelasan tambahan yang dapat memperjelas

materi pelajaran, sementara jika waktu telah selesai, tetapi

materi masih banyak, maka guru perlu memberikan

penugasan kepada siswa untuk menemukan atau merangkum

dan mempelajari materi tambahannya.

7. Tahap Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi bukan hanya sekedar alat untuk menentukan angka atau

nilai bagi siswa, tetapi juga sebagai barometer untuk mengukur

keberhasilan bagi guru itu sendiri dalam penyajikan bahan

pembelajarannya. Evaluasi penting dilakukan oleh seorang guru

manakala proses pembelajaran terlah selesai dilakukan, sehingga

kriteria keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat

keberhasilannya. Oemar Hamalik (1991:135) mengemukakan

konsep penilaian (evaluasi) sebagai berikut.

Penilaian (evaluasi) merupakan suatu proses berkelanjutan mengenai pengumpulan dan penafsiran data dan informasi dalam rangka pembuatan keputusan pendidikan. Rumusan ini berimplikasi kepada : (1) penilaian adalah suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus, mulai dari sebelum dilaksanakan pembelajaran sampai dengan berakhirnya pembelajaran, (2)

Page 47: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xlvii

penilaian mempunyai tujuan tertentu yaitu dengan informasi yang diperoleh, dilakukan upaya memperbaiki proses pendidikan, misalnya memperbaiki kurikulum dan proses pembelajaran dan (3) penilaian menuntut alat yang handal untuk memperoleh informasi yang akurat, tepat guru dan berdaya guna untuk membuat keputusan dan selanjutnya melakukan perbaikan untuk masa yang akan datang. Dengan demikian evaluasi dapat menentukan keberhasilan siswa

dalam belajar dan guru yang melakukan pengajaran. Guru dapat

menentukan keberhasilannya baik dengan angka atau nilai-nilai

kepribadian yang tampak dari siswa. Hal yang patut diperhatikan

dalam penyusunan alat evaluasi adalah berpedoman pada tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan.

Beberapa aspek yang patut diperhatikan seorang guru dalam

melakukan proses penilaian (evaluasi) adalah pemberian tes,

penggunaan hasil belajar, membuat kesimpulan, penerimaan input

untuk kualitas PBM dan pemanfaatan fasilitas lingkungan.

Pemberian tes ini berhubungan dengan pemberian tes akhir materi

dan batas minimal tes akhir materi yang harus dicapai oleh siswa.

Penggunaan hasil belajar siswa berhubungan dengan analisa hasil

belajar, penilaian perubahan hasil belajar dan berfungsi sebagai

feed back perbaikan pembelajaran. Dalam membuat kesimpulan

dapat dilakukan oleh guru atau dengan cara mengaktifkan siswa

untuk menyimpulkan materi pembelajaran secara keseluruhan.

Menerima input dari luar untuk kualitas PBM dapat dilakukan

melalui keterbukaan langsung guru untuk menerima saran dan

kritik dari pihak luar (kepala sekolah atau guru) lain yang berfungsi

sebagai observer dalam melaksanakan proses pembelajaran. Input

tersebut berfungsi sebagai masukan atau saran yang sangat

konstruktif bagi peningkatan kualitas PBM pada masa yang akan

datang. Selanjutnya pemanfaatan fasilitas lingkungan berhubungan

dengan tingkat kreativitas guru untuk membawa peserta didik

Page 48: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xlviii

belajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas dengan

lingkungan belajar yang ada di sekitarnya.

3. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum perbuatan guru dan siswa

dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan proses

pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan

dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran

banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu,

perwujudan proses dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan

Marshal Weil mengemukakan 22 model pembelajaran yang dapat

dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2)

perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, dan (4) modifikasi tingkah laku

(Moh. Uzer Usman 1995:1).

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan

kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus

memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam

meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas

mengajarnya. Untuk dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang baik,

guru dan siswa harus bersama-sama aktif sehingga proses pembelajaran

dapat menyenangkan dan tidak menjemukan. Di samping itu guru juga

dituntut untuk lebih kreatif dalam pembelajaran sehingga dapat

membangkitkan minat dan mendorong semangat siswa untuk bertanya dan

mencoba melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran yang

dihadapinya.

4. Media Pembelajaran

c. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiahberarti pengantar, sehingga media

adalah pengantar atau perantara pesan dari pengirim kepada penerima

pesan. Sementara itu Arief S. Sadiman (1986:6) menyatakan “media

pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa

Page 49: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

xlix

yang merangsang untuk belajar”. Sedangkan Umar Suwito (1978:13)

menyatakan “media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang

digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih

mempertinggi, efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan”.

Selanjutnya Zulkarnaiman (Imam Supardi 1987:12) mengemukakan

“media pembelajaran sesuatu yang dapat menyalurkan pesa yang dapat

merangsang pikiran, perasaan dan kemauan seseorang sehingga dapat

mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya”.

Alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan sesuatu atau isi pelajaran, memperjelas, dan menarik

perhatian siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran, yang

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Alat peraga sebaiknya

mudah cara menggunakannya, tidak berbahaya, mudah dicari, murah

harganya, dan lebih utama lagi siswa dapat membuatnya sendiri

(Achmad DS, 1996:1).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan sebagai perantara

untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa,

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Dengan demikian media pembelajaran atau alat peraga pendidikan

merupakan sarana pembelajaran yang sangat penting dalam proses

pembelajaran karena dengan menggunakan alat peraga, pembelajaran

akan lebih menarik dan hasil yang diperoleh tidak verbalisme.

Agar penggunaan alat peraga dapat mencapai tujuan yang diharapkan,

maka guru harus bisa menggunakannya semaksimal mungkin.

Meskipun alat peraga dibuat dari benda atau bahan yang sederhana,

tetapi jika guru menggunakannya dengan tepat, maka materi

pembelajaran yang diberikan kepada siswa akan dapat diterima dengan

jelas.

d. Klasifikasi Media Pembelajaran

Page 50: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

l

Menurut Briggs (1986:23) mengemukakan bahwa media pembelajaran

ada 13 bagian yaitu : a) objek, b) model, c) suara, d)

langsung, e) rekaman, f) audio, g) media cetak, h) pembelajaran

terprogram, i) papan tulis, j) media transparan, k) film rangkai, l) film

bingkai, m) film televisi dan gambar. Sedangkan Amir Hamzah

Sulaiman (Nyoman S. Degeng 1993:5) menggolongkan media sebagai

berikut.

c. Alat-alat audio, alat-alat yang menghasilkan bunyi atau suara. d. Alat-alat visual yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan

bentuk atau rupa yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat-alat visual dibedakan menjadi : a) alat-alat visual dua dimensi yang dibagi-bagi menjadi alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan dan alat-alat visual dua dimensi pada bidang transparan dan b) Alat-alat visual tiga dimensi.

Sementara Rudy Bratz (Arief S. Sadiman 1986:20)

mengklasifikasikan media pembelajaran, yaitu : a) media audio visual

gerak, b) media audio visual diam, c) media audio visual semi gerak,

d) media visual gerak, e) media visual diam, f) media semi gerak, g)

media audio dan h) media cetak. Selanjutnya Gagne (Arief S. Sadiman

1986:23) mengklasifikasikan media pembelajaran, yaitu a) benda

didemonstrasikan, b) komunikasi lisan, c) media cetak, d) gambar

diam, e) gambar gerak, f) film bersuara dan g) mesin belajar. Masih

banyak lagi yang dikemukakan oleh para ahli, secara umum mereka

berpendapat media pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

visual, audio dan audio visual.

Berdasarkan uraian tentang klasifikasi media pembelajaran di atas,

maka media Baba termasuk media cetak. Media cetak biasanya

diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui percetakan

professional atau pun produksi sendiri. Penggunaan media cetak ada

beberapa keuntungan dan kelemahannya. Keuntungan media cetak

adalah : a) media cetak relative murah; b) penggunaannya mudah; c)

Lebih luwes dalam pengertian mudah digunakan, dibawa atau

dipindahkan. Kelemahannya dari media cetak adalah : a) jika tidak

Page 51: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

li

dirancang denan baik membosankan; dan b) kurang memberikan

suasana yang hidup.

1. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Derek Rowtree (Imam Supardi 1987:11) fungsi media

pembelajaran sebagai berikut:

5) Membangkitkan motivasi belajar. 6) Menyediakan stimulus belajar bagi siswa. 7) Membantu siswa untuk mengulang atau mempelajari kembali

pelajaran yang telah diterima. 8) Dapat memberikan umpan balik dengan segera baik siswa

maupun guru.

Sedangkan menurut Nyoman S. Degeng (1993:24) secara garis

besar fungsi media pembelajaran sebagai berikut:

7) Menghindari terjadinya verbalisme. 8) Membangkitkan minat/motivasi. 9) Menarik perhatian siswa. 10) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran. 11) Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar. 12) Menaktifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Berdasarkan fungsi-fungsi di atas selanjutnya dapat dikemukakan

bahwa fungsi media pendidikan adalah : 1) mengurangi

verbalisme, 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran,

3) dapat memberikan umpan bai\lik dengan segera baik siswa

maupun guru dan 4) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk

belajar.

2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk lebih

mengefektifkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media, yang

perlu diperhatikan antara lain : tujuan, ketepatgunaan, keadaan

siswa, ketersediaan, mutu teknis dan biaya yang tersedia dapat

dijabarkan sebagai berikut:

7) Tujuan : media pendidikan yang dipilih hendaknya menunjang

tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

Page 52: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lii

8) Ketepatgunaan : jika materi yang kita pelajari sesuai dengan

tujuan yang telah dirumuskan, maka guru harus memilih media

yang sesuai.

9) Keadaan : harus sesuai keadaan, kemampuan siswa dan besar

kecilnya kelas.

10) Ketersediaan : ada atau tidaknya media yang diperlukan

apabila mungkin guru membuat sendiri.

11) Mutu teknis : harus betul-betul sesuai dan cocok untuk

dugunakan sebagai alat Bantu di sekolah.

12) Biaya : biaya yang dikeluarkan sesuai dengan hasil yang

dicapai.

Sedangkan menurut Dick Caray (Arief S. Sadiman 1986:36) hal-

hal yang menjadi kriteria dalam pemilihan media pendidikan

adalah sebagai berikut.

6) Kesesuaian dengan tujuan perilaku belajar. 7) Ketersediaan sumber setempat. 8) Ketersediaan dana, tenaga, fasilitas untuk membeli dan

memproduksi. 9) Keluwesan, keaktifan, ketahanan media untuk waktu yang

lama. 10) Efektifitas biaya dalam jangka waktu yang panjang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kriteria

pemilihan media pembelajaran perlu memperhatikan antara lain :

tujuan, keadaan, ketersediaan sumber setempat, mutu teknis dan

dana.

5. Pendekatan Partisipatoris

Pendekatan Partisipatoris” merupakan proses pengumpulan data yang

melibatkan kerjasama aktif antara fasilitator program dan responden atau

beneficiaries. Seorang fasilitator program biasanya bertanya tidak dirancang

secara baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan

dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya-jawab dengan

responden.

Page 53: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

liii

Balen (1993) peran guru dalam pebelajaran IPS mempunyai hubungan erat

dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, pengmbangan ketrampilan yang

harus dimiliki siswa adalah ketrampilan berfikir

Syah (1988) pendekatan partisipatoris merupakan pendekatan pembelajaran

yang dapat melibatkan siswa secara aktif.

Maman Abdurachman (1991). Orientasi guru pada siswa harus lebih banyak

mendapat perhatian serius dan utama sehingga akan tercipta suasana aktif

dalam pembelajaran

Wahid (1991) belajar merupakan suatu aktifitas dalam interaksi aktif dalam

perubahan, dalam pengetahuan, ketrampilan sikap secara relatif.

Brookfield (1987) Proses belajar mengajar dilaksanakan secara interaktif anatara

guru dengan siswa diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif.

Dengan menggunakan pendekatan partisipatoris, maka diharapkan siswa akan

semakin aktif dalam pembelajaran IPS. Dan dengan partisipasi aktif dari siswa

maka diharapkan prestasi dalam pelajaran IPS dapat meningkat.

F. Penelitian yang relevan

Brookfield (1987) menyimpulkan bahwa pendekatan partisipatoris adalah

segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai alat bantu belajar siswa sehingga siswa

dapat lebih mudah untuk mempelajari materi pelajaran. Dengan kata lain, ketepatan

guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran akan menentukan

keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena siswa akan lebih terbantu

dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.

Page 54: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

liv

G. Kerangka Berpikir

Gambar II.1 Keramgka Berfikir

KONDISI AWAL

TINDAKAN

Kebiasaan mengajar secara klasikal dengan

pendekatan ekspositori, guru sebagai

pusat/center, guru hanya menggunakan metode

ceramah dan belum menggunakan pendekatan

partisipatoris, siswa kurang aktif dalam

pembelajaran sehingga prestasi belajar IPS

cenderung menurun

Guru mengajar dengan penerapan pendekatan

partisipatoris, tanya jawab, siswa berpartisipasi

aktif, guru mendorong tumbuhnya motivasi

instrinsik dan menggunakan peta skema dalam

siklus I dan Siklus II yang terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi

Siswa aktif dalam pembelajaran, berani

mengungkapkan pendapat, dapat menjawab

pertanyaan guru dengan benar, dapat

mengerjakan tugas individu sehingga prestasi

belajar IPS meningkat.

KONDISI AKHIR

Page 55: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lv

H. Hipotesis Tindakan

”Dengan menggunakan pendekatan partisipatoris dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS sehingga hasil belajar IPS

meningkat”.

Page 56: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lvi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

I. Kajian teori

1. Belajar Mengajar

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Dikatakan

bernilai edukatif karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelum pengajaran

dilakukan. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa unsur yang

merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan merupakan

sebuah sistem. Komponen belajar mengajar yang merupakan sebuah

sistem tersebut mencakup beberapa hal. Tentang komponen belajar

mengajar, Djamarah dan Aswan Zain (1997:48) menjelaskan ”sebagai

suatu sistem tentu saja belajar mengajar mengandung sejumlah komponen

yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, alat dan

sumber, serta evaluasi.”

Sedangkan menurut Hilgard dan Bower, pengertian belajar berhubungan

dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu,

dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan

sesaat seseorang (M. Ngalim Purwanto 1997:84). Di dalam interaksi

belajar mengajar, guru memegang kendali untuk mencapai tujuan akan

tetapi sering ditemui masalah implementasi pembelajaran, antara lain

disebabkan oleh padatnya materi pelajaran dan langkanya materi

pembelajaran yang kreatif.

2. Arti Penting Manajemen Pembelajaran

a. Pengertian Manajemen Pembelajaran

Istilah pembelajaran sering dipergunakan dalam kegiatan pendidikan

di sekolah, mengingat hal tersebut merupakan inti dari proses

penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan tersebut berlangsung secara

Page 57: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lvii

kontinyu yang dilakukan antara guru sebagai pengajar dan siswa

sebagai subjek ajar. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1994:14) memberikan pengertian tentang istilah pembelajaran yaitu :

“proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.

Sementara Muhadi Suratman (1998:23) mengemukakan

“pembelajaran merupakan proses interaksi antara yang mengajar

(guru) dengan yang belajar (siswa) sebagai usaha untuk mengubah

perilaku siswa dari yang kurang bisa menjadi bisa”.

Dalam kerangka sistem, pembelajaran menunjuk pada pengertian yang

mengandung seperangkat komponen yang saling berkaitan dan

berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-

komponen yang dimaksud adalah tujuan, metodologi dan penilaian

(evaluasi) pembelajaran. Komponen-komponen ini dikatakan juga

sebagai lingkungan belajar yang perlu diciptakan dan disiapkan oleh

seorang pengajar (guru). Dengan demikian pembelajaran dalam

konteks ini lebih menitikberartkan kepada guru sebagai pengajar yang

akan menyampaikan ilmu pengetahuan berupa materi pelajaran dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis dan

terkendali. Efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran dapat tercapai

apabila semua komponen yang ada di dalamnya dikelola dan

diorganisasikan dengan baik, sebagaimana dikemukakan Nana

Sudjana (1992:23) sebagai berikut.

Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang terdiri dari banyak

komponen. Masing-masing komponen pembelajaran tidak bersifat

partial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan

secara teratur, saling bergantung, komplementer, berkesinambungan.

Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang baik.

Dengan demikian pembelajaran pada dasarnya memerlukan

pengelolaan atau manajemen yang baik, teratur dan terarah untuk

dapat mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan, yaitu adanya

perubahan yang lebih baik dalam diri masing-masing siswa.

Page 58: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lviii

Mengenai konsep manajemen pembelajaran kemungkinan jarang

diketemukan dalam satu kesatuan, akan tetapi memiliki arti masing-

masing kemudian bersama dalam satu istilah yang menunjukkan suatu

kegiatan/proses. Mengenai definisi manajemen pembelajaran ini

Suharsimi Arikunto (1990:2) mengemukakan “manajemen

pembelajaran merupakan proses pengadministrasian, pengaturan atau

penataan suatu kegiatan/proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru”. Sementara Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1995:2)

mengemukakan pula bahwa :

Manajemen pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk

mengatur (memenej) dan mengendalikan aktivitas pembelajaran

berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk

mensukseskan tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif,

efisien dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi dan

perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan penilaian serta dari

penilaian tersebut akan dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi

perbaikan dan peningkatan pembelajaran lebih lanjut.

Berdasarkan konsep-kosep tersebut, maka manajemen pembelajaran

adalah suatu prosedur (rangkaian kegiatan) yang dilakukan oleh

seorang guru dalam mengelola pembelajarannya, mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan adanya evaluasi

terhadap proses dan hasil pembelajaran. Prosedur ini dilakukan

berdasarkan pada prinsip-prinsip manajemen dan komponen-

komponen pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

b. Cakupan Manajemen Pembelajaran

Prinsip-prinsip manajemen dan komponen-komponen pembelajaran

merupakan acuan yang dipergunakan guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran di sekolah. Secara lebih rinci dan jelasnya dapat

diuraikan sebagai berikut.

5) Perencanaan Pembelajaran

Page 59: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lix

c) Perumusan Tujuan Pembelajaran

Sebagaimana yang telah dimaklumi bersama bahwa tujuan

pembelajaran harus dirumuskan secara khusus dalam bentuk

perilaku akhir siswa. Setiap guru perlu mengakui dan

memahami pentingnya tujuan pembelajaran. Demikian juga

hasil belajar atau upaya mencapai ke arah tujuan pembelajaran

bagi siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan

pembelajaran yang dirancang oleh guru sebelumnya. Keadaan

ini dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai perancang atau

perencana pembelajaran.

Mengenai tujuan pembelajaran (instruksional), Suharsimi

Arikunto (1990:16) mengartikan “tujuan pembelajaran

merupakan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan

pembelajaran”. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (1990:17)

membedakan tujuan instruksional menjadi dua bagian, yaitu :

· Tujuan Instruksional Umum (TIU), merupakan tujuan yang akan dicapai dengan satu kesatuan materi pembelajaran. Dalam kurikulum sekolah, Tujuan Instruksional Umum adalah tujuan yang akan dicapai melalui pokok-pokok bahasan.

· Tujuan Instruksional Khusus (TIK), merupakan tujuan yang akan dicapai guru dalam pertemuannya dengan siswa di kelas. Tujuan Instruksional Khusus perlu dirumuskan sedemikian rupa, sehingga : bersifat sangat khusus (hanya menunjukkan satu pengetahuan atau keterampilan saja), berpusat pada siswa (langsung menunjuk pada kepentingan siswa), menunjuk pada suatu kondisi atau situasi tertentu dalam kondisi apa tujuan yang dimaksud dapat dicapai dan menunjuk pada suatu tingkatan atau ukuran yang telah ditentukan.

Jika tujuan-tujuan tersebut dilihat dari kacamata upaya

pendidikan, maka tujuan-tujuan tersebut merupakan

penjabaran atau dapat disamakan nilainya dengan tujuan

umum nasional. Keadaan yang penting adalah bagaimana guru

Page 60: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lx

dapat menentukan agar tujuan-tujuan tersebut dirumuskan

secara jelas dan tegas dalam perilaku siswa.

6) Persiapan Media

Persiapan media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bisa

dilepaskan dari perencanaan pembelajaran. Alipandi (1994:153)

mengemukakan “media pembelajaran merupakan segala sesuatu

yang dapat dipergunakan dalam mengajar agar proses belajar

mengajar dapat berlangsung”. Manfaat yang dirasakan dengan

mempergunakan media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar menurut Ahmad Rifa’i (1991:2) adalah :

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak verbalistis. b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. c) Menimbulkan kegairahan dalam belajar. d) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak

didik dengan lingkungan dan kenyataannya. e) Memungkinkan terjadinya belajar secara individual menurut

kemampuan dan minatnya. f) Memberikan rangsangan yang sama kepada setiap siswa. g) Mempersamakan pengalaman. h) Menimbulkan pesepsi yang sama antara siswa yang satu

dengan siswa yang lainnya. Dalam proses pembelajaran penggunaan media dikenal banyak

jenis dan karakteristiknya, sehingga hal tersebut perlu menjadi

bahan perhatian dan pertimbangan seorang guru untuk

melaksanakan proses belajar mengajar selanjutnya. Oemar Hamalik

(1991:63) mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut.

i) Media audio, yaitu media yang berkaitan erat dengan indra pendengaran. Media ini merupakan media auditif yang menghasilkan bunyi atau suara, misalnya radio dan tape-recorder.

j) Media visual, yaitu media yang berkaitan erat dengan penglihatan yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk yang dikenal dengan alat peraga. Media visual ini dibedakan lagi menjadi : media visual diam dan gerak.

k) Media audio-visual, yaitu penggabungan dari media audio dan visual. Media ini merupakan media yang menghasilkan gambar dan suara, seperti televisi dan film.

Page 61: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxi

l) Pengunaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran, artinya siswa dibawa langsung ke tempat atau objek pembelajaran.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka jelas

bahwa dalam perencanaan pembelajaran, khususnya mengenai

penggunaan media pembelajaran seorang guru perlu memiliki

kemampuan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran

yang tepat, sehingga tujuan yang ingin diperoleh dapat tercapai

secara efektif.

3. Persiapan Diri

Persiapan diri bagi seorang guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Persiapan diri ini berhubungan dengan kemampuan menguasai

materi pelajaran untuk disampaikan kepada siswa, kondisi

kesehatan baik secara psikologis maupun psikis, penggunaan

media dan sumber pembelajaran, serta ketepatan waktu untuk

melaksanakan proses pembelajaran.

Guru yang secara mental maupun fisik telah siap melaksanakan

tugas akan lebih berhasilan melaksanakan pembelajaran

dibandingkan dengan yang kurang persiapan. Persiapan dapat

dilakukan pada malam hari sebelum materi diberikan atau jauh

hari sebelumnya. Untuk itulah yang paling penting bagi seorang

guru dalam mempersiapkan diri adalah memiliki mental dan fisik

untuk mengajar yang benar-benar optimal.

4. Perlengkapan Bahan

Perlengkapan bahan berhubungan dengan persiapan bahan-bahan

untuk melaksanakan proses pembelajaran. Bahan-bahan tersebut

antara lain : buku sumber yang akan dipergunakan, media

pembelajaran yang akan dipakai serta sarana dan prasarana

pembelajaran lainnya yang menunjang terhadap kelancaran proses

pembelajaran.

Page 62: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxii

Untuk pengadaan bahan pembelajaran guru dapat mencari dari

perpustakaan sekolah, penerbit yang cocok atau dari siswa,

sedangkan media pembelajaran sebaiknya dipersiapkan oleh guru

mengingat guru yang akan menyampaikan materi di mana

penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan materi yang

akan disampaikan. Untuk bahan meteri yang belum ada,

sedangkan sumber pembelajaran sangat terbatas, maka

sebelumnya guru memperbanyak materi pembelajaran tersebut

dengan memfoto-copynya terlebih dahulu, jangan membiasakan

menyuruh siswa mencatat, mengingat di sekolah tidak ada

pelajaran mencatat.

5. Persiapan Tugas dan Alat Evaluasi

Setelah tujuan dibuat, metode ditentukan, diri dipersiapkan dan

bahan pembelajaran dilengkapi, selanjutnya adalah

mempersiapkan tugas dan alat evaluasi. Tugas tersebut dapat

bersifat kelompok atau individual. Dalam pemberian tugas

hendaknya dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan

kreativitas berpikir siswa sesuai dengan tuntutan materi

pembelajaran. Pelaksanaan pembuatan tugas dapat dilakukan di

sekolah atau di rumah dengan batas waktu yang telah ditentukan

oleh guru.

Demikian pula halnya dengan alat evaluasi sebagai alat

pengukuran keberhasilan pembelajaran siswa terhadap materi yang

telah disampaikan, seorang guru dapat menentukan, bentuk,

jumlah dan waktu evaluasinya. Bentuk evaluasi yang

dipergunakan biasanya pilihan (a, b, c dan d), essay, menjodohkan

atau sebab akibat, jumlahnya tergantung luas tidaknya cakupan

materi pembelajaran dan kisi-kisi yang telah ditetapkan,

sedangkan waktunya ditetapkan berdasarkan ukuran kemampuan

siswa untuk mengerjakannya.

Page 63: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxiii

6. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Tahap pelaksanaan pembelajaran dikenal pula dengan istilah

metodologi pembelajaran sebagai prosedur yang digunakan guru

dalam menyampaikan bahan/materi pembelajaran kepada siswa.

Dalam pelaksanaannya guru secara berturut-turut melakukan proses

yang disebut sebagai : pengkondisian awal, penjelasan tujuan dan

materi, penciptaan kondisi belajar, penggunaan metode, dorongan

untuk berpendapat, kebebasan berdiskusi, penggunaan buku dan

program, pengecekan pemahaman, penggunaan format dan alokasi

waktu.

Secara lebih rinci dan jelasnya proses tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :

1) Pengkondisian Awal

Pengkondisian awal berhubungan dengan apersepsi atau

membangkitkan perhatian atau merangsang siswa untuk

belajar. Dengan pengkondisian ini siswa diharapkan terarah

dan tertib untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk tahap

awal pembelajaran, misalnya pada kelas baru, biasanya

pengkondisian diawali dengan perkenalan guru dengan siswa

dan mengecek kehadiran siswa. Perkenalan bertujuan untuk

lebih mendekatkan hubungan antara guru dengan siswa serta

memperjelas kedudukan masing-masing antara fungsi dan

peran guru serta fungsi dan peran siswa. Demikian pula

dalam hal absensi, penting dilakukan untuk mengetahui

jumlah murid yang akan belajar dan mengetahui murid lain

yang belum hadir, sehingga guru memiliki pegangan yang

pasti berapa sebenarnya jumlah murid yang harus diajarinya.

2) Penjelasan Tujuan dan Materi

Setelah dilakukan pengkondisian awal, selanjutnya dilakukan

penjelasan tujuan dan materi pelajaran. Penjelasan tujuan

disesuaikan dengan Tujuan Instruksional Umum dan Khusus

Page 64: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxiv

yang telah ditetapkan, sehingga siswa memahami apa yang

diharapkan guru setelah proses pembelajaran selesai.

Demikian pula dalam penjelasan materi seorang guru dapat

menyampaikannya dalam berbagai bentuk. Namun yang

umum dipergunakan adalah melalui metode ceramah,

mengingat metode ini pada saat sekarang mudah untuk

dilakukan dan masih dirasakan sangat efektif. Penjelasan

materi biasanya dilakukan melalui penjelasan konsep yang

abstrak sampai dengan yang kongkrit, mulai dari hal yang

umum ke yang khusus atau sebaliknya sesuai dengan

kemampuan guru. Pada saat menyampaikan materi biasanya

siswa mendengarkan, menyimak dan mencatat hal-hal yang

dianggapnya perlu. Namun terkadang yang lebih umum pada

saat guru menerangkan siswa diharuskan menyimak

sepenuhnya.

3) Penciptaan Kondisi Belajar

Penciptaan kondisi belajar dapat dilakukan guru pada saat

berlangsungnya penjelasan materi pembelajaran, misalnya

menegur siswa yang kurang menyimak, memberikan sangsi

siswa yang selalu ribut, mengarahkan siswa untuk

menertibkan diri atau menertibkan hal-hal lain yang

sekiranya mengganggu terhadap penciptaan iklim

pembelajaran yang kondusif. Dengan adanya penciptaan

kondisi belajar tersebut, maka jelas tujuan pembelajaran dan

kelancaran pembelajaran akan tercapai secara efektif.

4) Penggunaan Metode

Penggunaan metode pembelajaran penting dilakukan oleh

guru untuk memudahkan penyampaian materi pembelajaran.

Seorang guru dalam menyampaikan satu materi pembelajaran

dapat menggunakan satu atau beberapa metode yang sesuai

dengan materi pembelajaran dan kemampuannya. Oleh

Page 65: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxv

karena itu pemahaman dan penguasaan terhadap metode

pembelajaran merupakan keharusan bagi guru agar lebih

berhasil menyampaikan meterinya. Metode pembelajaran

yang dapat dipergunakan guru, misalnya metode ceramah,

diskusi, partisipatif, belajar tuntas, CBSA atau inquiry

learning.

5) Dorongan untuk Berpendapat

Setelah materi pembelajaran disampaikan oleh guru,

selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpendapat terhadap materi yang telah disampaikan

atau setidak-tidaknya mengajukan pertanyaan apabila

terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami. Dalam

kegiatan ini guru perlu mendorong atau memotivasi siswa

minimal dengan pujian bagi siswa yang berpendapat atau

mengajukan pertanyaan. Keadaan ini penting untuk

mengetahui tingkat kreativitas berpikir siswa terhadap materi

yang baru saja diajarkan, apabila siswa kelihatan vacum

keadaan ini menunjukkan dua kemungkinan, yaitu siswa

benar-benar telah paham atau sebaliknya sama sekali tidak

mengerti. Oleh karena itu guru perlu melakukan ketegasan

apakah siswa benar-benar paham atau pura-pura paham

dikarenakan takut.

6) Kebebasan Berdiskusi

Guru perlu memberikan kebebasan kepada siswa untuk

mendiskusikan permasalahan yang diajukan setelah materi

disampaikan. Namun demikian kebebasan tersebut jangan

diartikan siswa bebas untuk ribut atau ke luar masuk kelas

seenaknya. Kebebasan di sini adalah kebebasan bertanggung

jawab, artinya guru memberikan kebebasan kepada siswa

untuk berpikir memecahkan permasalahan sesuai dengan

kemampuannya dengan penerapan konsep bahwa pendapat

Page 66: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxvi

apapun yang diajukan siswa adalah benar, mengingat dalam

konsep pembelajaran bahwa pendapat diakui sebagai suatu

hal yang benar.

7) Penggunaan Buku dan Program

Penggunaan buku dan program dilakukan sebagai sumber

atau alat bantu terhadap kelancaran proses pembelajaran.

Penggunaan buku dapat dilakukan hanya satu jenis saja atau

bahkan beberapa buku. Untuk jenjang pendidikan dasar

(sekolah dasar), biasanya buku yang dipergunakan hanya satu

buku saja yang telah ditetapkan oleh departemen pendidikan.

Keadaan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan siswa

semata-mata, sehingga konsep berpikirnya menjadi lebih

terfokus.

8) Pengecekan Pemahaman

Pengecekan pemahaman dapat dilakukan oleh guru melalui

proses tanya jawab. Dalam hal ini guru bertanya terhadap

materi yang telah disampaikan dengan catatan siswa tidak

melihat buku teks. Pengecekan pemahaman ini sebagai tahap

awal bagi guru untuk mengukur sejauhmana tingkat

pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan

secara sebagian sebelum dilakukan proses evaluasi lebih

lanjut.

9) Penggunaan Format Kesulitan Belajar

Penggunaan format ini bertujuan untuk mengukur tingkat

kesulitan belajar siswa pada saat materi pelajaran

disampaikan. Penggunaan format ini juga bertujuan untuk

mengukur tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan

tugas mengajar, sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk

perbaikan nanti. Namun demikian dalam proses pembelajaran

yang umum di tingkat sekolah dasar penggunaan formal

Page 67: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxvii

kesulitan belajar jarang dipergunakan, mengingat dominasi

guru terhadap proses pembelajaran masih kuat.

10) Alokasi Waktu

Alokasi waktu diperlukan untuk menentukan batasan antara

luasnya materi dengan waktu yang tersedia. Dalam hal ini

bertujuan untuk menghindari penggunaan waktu yang tidak

efektif. Namun demikian dalam pelaksanaannya sering terjadi

guru sudah kehabisan materi, sementara waktu yang tersedia

masih banyak atau sebaliknya guru masih memiliki banyak

materi yang perlu disampaikan sementara waktu telah selesai.

Untuk menghindari kejadian tersebut, maka guru harus

pandai-pandai menggunakan waktu dengan tepat, jika materi

sudah habis sementara waktu masih banyak, maka guru perlu

memberikan penjelasan tambahan yang dapat memperjelas

materi pelajaran, sementara jika waktu telah selesai, tetapi

materi masih banyak, maka guru perlu memberikan

penugasan kepada siswa untuk menemukan atau merangkum

dan mempelajari materi tambahannya.

7. Tahap Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi bukan hanya sekedar alat untuk menentukan angka atau

nilai bagi siswa, tetapi juga sebagai barometer untuk mengukur

keberhasilan bagi guru itu sendiri dalam penyajikan bahan

pembelajarannya. Evaluasi penting dilakukan oleh seorang guru

manakala proses pembelajaran terlah selesai dilakukan, sehingga

kriteria keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat

keberhasilannya. Oemar Hamalik (1991:135) mengemukakan

konsep penilaian (evaluasi) sebagai berikut.

Penilaian (evaluasi) merupakan suatu proses berkelanjutan mengenai pengumpulan dan penafsiran data dan informasi dalam rangka pembuatan keputusan pendidikan. Rumusan ini berimplikasi kepada : (1) penilaian adalah suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus, mulai dari sebelum dilaksanakan pembelajaran sampai dengan berakhirnya pembelajaran, (2)

Page 68: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxviii

penilaian mempunyai tujuan tertentu yaitu dengan informasi yang diperoleh, dilakukan upaya memperbaiki proses pendidikan, misalnya memperbaiki kurikulum dan proses pembelajaran dan (3) penilaian menuntut alat yang handal untuk memperoleh informasi yang akurat, tepat guru dan berdaya guna untuk membuat keputusan dan selanjutnya melakukan perbaikan untuk masa yang akan datang. Dengan demikian evaluasi dapat menentukan keberhasilan siswa

dalam belajar dan guru yang melakukan pengajaran. Guru dapat

menentukan keberhasilannya baik dengan angka atau nilai-nilai

kepribadian yang tampak dari siswa. Hal yang patut diperhatikan

dalam penyusunan alat evaluasi adalah berpedoman pada tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan.

Beberapa aspek yang patut diperhatikan seorang guru dalam

melakukan proses penilaian (evaluasi) adalah pemberian tes,

penggunaan hasil belajar, membuat kesimpulan, penerimaan input

untuk kualitas PBM dan pemanfaatan fasilitas lingkungan.

Pemberian tes ini berhubungan dengan pemberian tes akhir materi

dan batas minimal tes akhir materi yang harus dicapai oleh siswa.

Penggunaan hasil belajar siswa berhubungan dengan analisa hasil

belajar, penilaian perubahan hasil belajar dan berfungsi sebagai

feed back perbaikan pembelajaran. Dalam membuat kesimpulan

dapat dilakukan oleh guru atau dengan cara mengaktifkan siswa

untuk menyimpulkan materi pembelajaran secara keseluruhan.

Menerima input dari luar untuk kualitas PBM dapat dilakukan

melalui keterbukaan langsung guru untuk menerima saran dan

kritik dari pihak luar (kepala sekolah atau guru) lain yang berfungsi

sebagai observer dalam melaksanakan proses pembelajaran. Input

tersebut berfungsi sebagai masukan atau saran yang sangat

konstruktif bagi peningkatan kualitas PBM pada masa yang akan

datang. Selanjutnya pemanfaatan fasilitas lingkungan berhubungan

dengan tingkat kreativitas guru untuk membawa peserta didik

Page 69: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxix

belajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas dengan

lingkungan belajar yang ada di sekitarnya.

3. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum perbuatan guru dan siswa

dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan proses

pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan

dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran

banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu,

perwujudan proses dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan

Marshal Weil mengemukakan 22 model pembelajaran yang dapat

dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2)

perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, dan (4) modifikasi tingkah laku

(Moh. Uzer Usman 1995:1).

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan

kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus

memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam

meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas

mengajarnya. Untuk dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang baik,

guru dan siswa harus bersama-sama aktif sehingga proses pembelajaran

dapat menyenangkan dan tidak menjemukan. Di samping itu guru juga

dituntut untuk lebih kreatif dalam pembelajaran sehingga dapat

membangkitkan minat dan mendorong semangat siswa untuk bertanya dan

mencoba melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran yang

dihadapinya.

4. Media Pembelajaran

e. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiahberarti pengantar, sehingga media

adalah pengantar atau perantara pesan dari pengirim kepada penerima

pesan. Sementara itu Arief S. Sadiman (1986:6) menyatakan “media

pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa

Page 70: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxx

yang merangsang untuk belajar”. Sedangkan Umar Suwito (1978:13)

menyatakan “media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang

digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih

mempertinggi, efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan”.

Selanjutnya Zulkarnaiman (Imam Supardi 1987:12) mengemukakan

“media pembelajaran sesuatu yang dapat menyalurkan pesa yang dapat

merangsang pikiran, perasaan dan kemauan seseorang sehingga dapat

mendorong terciptanya proses belajar pada dirinya”.

Alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan sesuatu atau isi pelajaran, memperjelas, dan menarik

perhatian siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran, yang

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Alat peraga sebaiknya

mudah cara menggunakannya, tidak berbahaya, mudah dicari, murah

harganya, dan lebih utama lagi siswa dapat membuatnya sendiri

(Achmad DS, 1996:1).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan sebagai perantara

untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa,

sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Dengan demikian media pembelajaran atau alat peraga pendidikan

merupakan sarana pembelajaran yang sangat penting dalam proses

pembelajaran karena dengan menggunakan alat peraga, pembelajaran

akan lebih menarik dan hasil yang diperoleh tidak verbalisme.

Agar penggunaan alat peraga dapat mencapai tujuan yang diharapkan,

maka guru harus bisa menggunakannya semaksimal mungkin.

Meskipun alat peraga dibuat dari benda atau bahan yang sederhana,

tetapi jika guru menggunakannya dengan tepat, maka materi

pembelajaran yang diberikan kepada siswa akan dapat diterima dengan

jelas.

f. Klasifikasi Media Pembelajaran

Page 71: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxi

Menurut Briggs (1986:23) mengemukakan bahwa media pembelajaran

ada 13 bagian yaitu : a) objek, b) model, c) suara, d)

langsung, e) rekaman, f) audio, g) media cetak, h) pembelajaran

terprogram, i) papan tulis, j) media transparan, k) film rangkai, l) film

bingkai, m) film televisi dan gambar. Sedangkan Amir Hamzah

Sulaiman (Nyoman S. Degeng 1993:5) menggolongkan media sebagai

berikut.

e. Alat-alat audio, alat-alat yang menghasilkan bunyi atau suara. f. Alat-alat visual yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan

bentuk atau rupa yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat-alat visual dibedakan menjadi : a) alat-alat visual dua dimensi yang dibagi-bagi menjadi alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan dan alat-alat visual dua dimensi pada bidang transparan dan b) Alat-alat visual tiga dimensi.

Sementara Rudy Bratz (Arief S. Sadiman 1986:20)

mengklasifikasikan media pembelajaran, yaitu : a) media audio visual

gerak, b) media audio visual diam, c) media audio visual semi gerak,

d) media visual gerak, e) media visual diam, f) media semi gerak, g)

media audio dan h) media cetak. Selanjutnya Gagne (Arief S. Sadiman

1986:23) mengklasifikasikan media pembelajaran, yaitu a) benda

didemonstrasikan, b) komunikasi lisan, c) media cetak, d) gambar

diam, e) gambar gerak, f) film bersuara dan g) mesin belajar. Masih

banyak lagi yang dikemukakan oleh para ahli, secara umum mereka

berpendapat media pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

visual, audio dan audio visual.

Berdasarkan uraian tentang klasifikasi media pembelajaran di atas,

maka media Baba termasuk media cetak. Media cetak biasanya

diartikan sebagai bahan yang diproduksi melalui percetakan

professional atau pun produksi sendiri. Penggunaan media cetak ada

beberapa keuntungan dan kelemahannya. Keuntungan media cetak

adalah : a) media cetak relative murah; b) penggunaannya mudah; c)

Lebih luwes dalam pengertian mudah digunakan, dibawa atau

dipindahkan. Kelemahannya dari media cetak adalah : a) jika tidak

Page 72: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxii

dirancang denan baik membosankan; dan b) kurang memberikan

suasana yang hidup.

1. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Derek Rowtree (Imam Supardi 1987:11) fungsi media

pembelajaran sebagai berikut:

9) Membangkitkan motivasi belajar. 10) Menyediakan stimulus belajar bagi siswa. 11) Membantu siswa untuk mengulang atau mempelajari kembali

pelajaran yang telah diterima. 12) Dapat memberikan umpan balik dengan segera baik siswa

maupun guru.

Sedangkan menurut Nyoman S. Degeng (1993:24) secara garis

besar fungsi media pembelajaran sebagai berikut:

13) Menghindari terjadinya verbalisme. 14) Membangkitkan minat/motivasi. 15) Menarik perhatian siswa. 16) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran. 17) Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar. 18) Menaktifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Berdasarkan fungsi-fungsi di atas selanjutnya dapat dikemukakan

bahwa fungsi media pendidikan adalah : 1) mengurangi

verbalisme, 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran,

3) dapat memberikan umpan bai\lik dengan segera baik siswa

maupun guru dan 4) mengefektifkan pemberian rangsangan untuk

belajar.

2. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan salah satu sarana untuk lebih

mengefektifkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media, yang

perlu diperhatikan antara lain : tujuan, ketepatgunaan, keadaan

siswa, ketersediaan, mutu teknis dan biaya yang tersedia dapat

dijabarkan sebagai berikut:

13) Tujuan : media pendidikan yang dipilih hendaknya menunjang

tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

Page 73: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxiii

14) Ketepatgunaan : jika materi yang kita pelajari sesuai dengan

tujuan yang telah dirumuskan, maka guru harus memilih media

yang sesuai.

15) Keadaan : harus sesuai keadaan, kemampuan siswa dan besar

kecilnya kelas.

16) Ketersediaan : ada atau tidaknya media yang diperlukan

apabila mungkin guru membuat sendiri.

17) Mutu teknis : harus betul-betul sesuai dan cocok untuk

dugunakan sebagai alat Bantu di sekolah.

18) Biaya : biaya yang dikeluarkan sesuai dengan hasil yang

dicapai.

Sedangkan menurut Dick Caray (Arief S. Sadiman 1986:36) hal-

hal yang menjadi kriteria dalam pemilihan media pendidikan

adalah sebagai berikut.

11) Kesesuaian dengan tujuan perilaku belajar. 12) Ketersediaan sumber setempat. 13) Ketersediaan dana, tenaga, fasilitas untuk membeli dan

memproduksi. 14) Keluwesan, keaktifan, ketahanan media untuk waktu yang

lama. 15) Efektifitas biaya dalam jangka waktu yang panjang.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa kriteria

pemilihan media pembelajaran perlu memperhatikan antara lain :

tujuan, keadaan, ketersediaan sumber setempat, mutu teknis dan

dana.

5. Pendekatan Partisipatoris

Pendekatan Partisipatoris” merupakan proses pengumpulan data yang

melibatkan kerjasama aktif antara fasilitator program dan responden atau

beneficiaries. Seorang fasilitator program biasanya bertanya tidak dirancang

secara baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan

dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya-jawab dengan

responden.

Page 74: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxiv

Balen (1993) peran guru dalam pebelajaran IPS mempunyai hubungan erat

dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, pengmbangan ketrampilan yang

harus dimiliki siswa adalah ketrampilan berfikir

Syah (1988) pendekatan partisipatoris merupakan pendekatan pembelajaran

yang dapat melibatkan siswa secara aktif.

Maman Abdurachman (1991). Orientasi guru pada siswa harus lebih banyak

mendapat perhatian serius dan utama sehingga akan tercipta suasana aktif

dalam pembelajaran

Wahid (1991) belajar merupakan suatu aktifitas dalam interaksi aktif dalam

perubahan, dalam pengetahuan, ketrampilan sikap secara relatif.

Brookfield (1987) Proses belajar mengajar dilaksanakan secara interaktif anatara

guru dengan siswa diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif.

Dengan menggunakan pendekatan partisipatoris, maka diharapkan siswa akan

semakin aktif dalam pembelajaran IPS. Dan dengan partisipasi aktif dari siswa

maka diharapkan prestasi dalam pelajaran IPS dapat meningkat.

J. Penelitian yang relevan

Brookfield (1987) menyimpulkan bahwa pendekatan partisipatoris adalah

segala sesuatu yang dapat berfungsi sebagai alat bantu belajar siswa sehingga siswa

dapat lebih mudah untuk mempelajari materi pelajaran. Dengan kata lain, ketepatan

guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran akan menentukan

keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena siswa akan lebih terbantu

dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.

K. Kerangka Berpikir

KONDISI AWAL

Kebiasaan mengajar secara klasikal dengan

pendekatan ekspositori, guru sebagai

pusat/center, guru hanya menggunakan metode

ceramah dan belum menggunakan pendekatan

partisipatoris, siswa kurang aktif dalam

Page 75: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxv

Gambar II.1 Keramgka Berfikir

L. Hipotesis Tindakan

Page 76: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxvi

”Dengan menggunakan pendekatan partisipatoris dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS sehingga hasil belajar IPS

meningkat”.

Page 77: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxvii

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Penerapan Pendekatan Partisipatoris dalam meningkatkan Keaktifan Siswa

Dalam Belajar IPS Kelas V SD Negeri Toyogo 2 Sambungmacan, Kab.

Sragen, dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa secara maksimal

dalam pembelajaran.

B. Saran

1. Kepala Sekolah

Hendaknya menginstruksikan kepada para guru untuk menggunakan

pendekatan partisipatoris dalam pembelajaran IPS dalam rangka

mengaktifkan siswa untuk menumbuhkan interaksi siswa dan guru

secara aktif.

2. Kepada Guru

Dalam menerapkan pendekatan partisiparis hendaknya :

a. Dapat menumbuhkan keaktifan dan keberanian siswa dalam

merespon penjelasan materi dari guru.

b. Perlu ditanamkan keaktifan ketrampilan berfikir dalam bertanya

atau menjawab pertanyaan tentang materi pelajaran saat

pembelajaran.

c. Agar terjadi interaksi dalam pemecahan masalah guru menciptakan

suasana yang mendorong siswa untuk saling shering membutuhkan

melalui ketergantungan positif yang menurut tiap siswa saling

membantu memecahkan masalah demi, keberhasilan siswa dalam

penerapan pemikiran yang kritis, dinamis dan inovatif.

3. Kepada Siswa

Gunakan waktu belajar secara efisien setiap hari.

Page 78: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxviii

4. Kepada Peneliti Lain

Hendaknya melakukan penelitian sejenis dengan materi yang standar

kompetensi berbeda dan memberikan sampel lebih banyak.

Page 79: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxix

Daftar Pustaka

Arikunto. S. 1990. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto. S. 1998. Prosedur Penelitian Ilmiah. Jakarta : Rineka Cipta.

Balen (1993), Materi dan pembelajaran IPS SD, Jakarta: Universitas terbuka.

Bookfield (1987) Materi dan pembelajaran IPS SD, Jakarta: Universitas terbuka.

Briggs. 1986. Klasifikasi Media Pembelajaran. Jogjakarta : Kanisius.

Degeng. N. S. 1993. Pengantar Media Pembelajaran. Jakarta : Gunung Agung.

Djamarah dan Zain. A., 1997. Komponen Pembelajaran. Bandung: Angkasa.

Hamalik. O. 1991. Pengukuran Media Pembelajaran dan Implementasinya. Bandung : Tarsito.

Maman Abdurachman (1991). Materi dan pembelajaran IPS SD, Jakarta:

Universitas terbuka Purwanto. M. Ng. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Rifa’i. A. 1991. Administrasi Pendidikan. Bandung : Jemmars.

Rohani. A. dan Amadi. A. 1995. Manajemen Pembelajaran. Jakarta : Gramedia.

Sadiman. A. S. 1986. Media Pendidikan. Jakarta : CV Rajawali.

Sudjana. N. 1992. Dasar-dasar Media Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya.

Suwito. U. 1978. Pengantar Media Pembelajaran. Jakarta : Gramedia.

Supardi. I. 1987. Media Pendidikan. Yogyakarta : FIP UNY.

Suratman. M. 1998. Pengantar Media Pendidikan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Suwito. U. 1978. Pengantar Media Pembelajaran. Jakarta : Gramedia.

Syah (1988), Materi dan Pembelajaran IPS SD , Jakarta: Universitas terbuka.

Tim Khusus. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Usman. U.M., 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Utari. 1987. Pengantar Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Winkel (1991), Materi dan pembelajaran IPS SD, Jakarta: Universitas terbuka.

http://skripsi-makalah-artikel.blogspot.com/2008/05/studi-komparasi-antara-

penggunaan-model.html

diunduh 15 Juli 2009 jam 13.29

Page 80: LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENERAPAN

lxxx