laporan kkl bursa efek indonesia.doc

61
STRATEGI BERINVESTASI DI BURSA EFEK INDONESIA LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Skripsi Pada Program Studi Akutansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Nahdlatul Ulama` Jepara Di susun oleh : Nama: SELLA SINTIYA DEWI Nim : 131120000740 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA` i

Upload: achmad-fahrudin

Post on 15-Nov-2015

475 views

Category:

Documents


104 download

TRANSCRIPT

STRATEGI BERINVESTASI DI BURSA EFEK INDONESIA

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGANDisusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Skripsi Pada Program Studi Akutansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Nahdlatul Ulama` Jepara

Di susun oleh :Nama: SELLA SINTIYA DEWI

Nim : 131120000740PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA`(UNISNU) JEPARA

2015HALAMAN PERSETUJUANSTRATEGI BERINVESTASIBURSA EFEK INDONESIATAHUN 2015

Laporan Kuliah Kerja Lapangan Ini Telah Disetujui Oleh PembimbingPada Hari ..........................Tanggal.........................Tahun 2015

Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNISNU Jepara

Nama

: Sella Sintiya DewiNIM

: 131120000740Konsentrasi : Sistem Informasi AkuntansiProgram Studi: Akuntansi Mengetahui, Ka. Prodi Akuntansi

PembimbingALI SOFWAN, SE, M.Si AIDA NAHAR, SE, M.SiNIY. 1 730109 07 047

NIY. KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga telah selesai penyusunan laporan kuliah kerja lapangan ini berjudul : STRATEGI BERINVESTASI DI BURSA EFEK INDONESIA.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kuiah kerja lapangan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak yang perlu dikoreksi, namun demikian penulis berharap laporan kuliah kerja lapangan ini dapat memberikan manfaat dan memenuhi kepentingan semua pihak yang bersangkutan dalam hubungannya dengan masalah yang disajikan. Penulisan laporan kuliah kerja lapangan tersebut merupakan tugas sebagai syarat untuk menempuh ujian skripsi pada program studi akuntansi fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), terutama Kepada :

1. Bapak MUCHAMMAD IMRON, SE, MM, selaku Dekan Kampus Fakultas Ekonomi dan Bisnis2. Bapak ALI SOFWAN, SE, MSi, selaku Ketua Progdi FEB Jurusan Akuntansi3. Ibu AIDA NAHAR, SE, MSi, selaku Dosen Pembimbing kegiatan KKL FEB Jurusan Akuntansi.

4. Kepada Suami, putra saya tercinta, dan ibu tersayang, yang selalu mendoakan demi keberhasilan saya dan telah memberikan dukungan baik moril maupun materi yang tidak terhitung jumlahnya.5. Untuk semua teman-teman kelas AD, sahabat-sahabat saya yang telah menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Penulis menyadari kekurangannya dalam pembuatan laporan kuliah kerja lapangan ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat menjadikan motivasi dari semua pihak. Akhir kata penulis menghaturkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT, memberikan balasan yang sesuai dengan kebaikan dan kemurahan hatiNya.

Jepara, Februari 2015 PenyusunDAFTAR ISILAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ii

KATA PENGANTAR

iii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1Latar Belakang

1

1.2Perumusan Masalah

31.3Tujuan Penulisan

31.4 Manfaat Penulisan............................................................................. 3BAB II LANDASAN TEORI

52.1Pengertian Investasi

52.2Tujuan Investasi

62.3Pengertian Pasar Modal

6BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

83.1Sejarah dan Perkembangan

83.2Logo Perusahaan

163.3Struktur Pasar Modal

173.4Pelaku Pasar Modal

173.5Determinasi Investasi

213.6Strategi Investasi

26BAB IV PENUTUP

344.1Kesimpulan

34DAFTAR PUSTAKA

36DAFTAR LAMPIRANGambar 1. Logo Perusahaan16Gambar 2. Struktur Pasar Modal17

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangSetelah deraan krisis multidimensi yang dialami oleh bangsa Indonesia, kita selalu berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan di berbagai hal. Dari segi pertumbuhan ekonomi, investasi adalah titik awal dari kesempatan untuk tumbuh. Dalam investasi dibutuhkan kejelian dan kepekaan terhadap apa yang dijadikan objek investasi. Dalam investasi, semua investor pasti menginginkan keuntungan yang besar dengan risiko yang relatif rendah atas investasi yang ia lakukan. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan melakukan analisis-analisis atau peramalan-peramalan. Investasi di pasar modal, investor harus memiliki data yang konfrehensif tentang apa yang dijadikan objek investasi, sekaligus pengetahuan dan serangkaian kemungkinan keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan risiko yang kecil.

Ada tiga karakter perilaku para investor terhadap risiko, Karakter tersebut antara lain 1). Pengambil risiko (Risk seeker) 2). Penghindar risiko (Risk averter) dan 3). Acuh terhadap risiko (Indefferent). ( Weston, Fred and Thomas, Copeland). Dari ketiga karakter tersebut, karakter kedua sering terjadi dikarenakan pada hakikatnya investor adalah bukan makhluk sosial yang selalu mau rugi karena harus menanggung risiko.

Oleh karena itu, investasi sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang bersifat global. Hal ini dicontohkan pada saat krisis ekonomi mulai tahun 1998 sampai sekarang ini. yang mana ada keterkaitan antara situasi dengan perilaku investor dalam meresponnya, dan ini wajar karena secara rasional investor harus pandai membaca peluang dan ancaman sebelum memutuskan investasinya terutama pertimbangan risiko yang dihadapi, dalam hal ini investor harus menyadari bahwa investasi yang dilakukan untuk mendapatkan return mengandung konsekuensi adanya risiko. Mereka secara pasti sebenarnya tidak tahu seberapa besar hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukan.Untuk masalah investasi, suatu negara biasanya menyediakan pasar modal atau bursa efek beserta institusi pendukungnya. Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga profesi yang berkaitan dengan efek dan sekuritas. Produk yang diperjual belikan adalah saham-saham atau efek-efek perusahaan yang telah listing di Bursa Efek kepada masyarakat pemilik Pada dasarnya kegiatan investasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi riil dan investasi finansial. Kedua investasi tersebut mengacu ke masa depan dalammemperhitungkan return on investment (ROI). Seperti diketahui masa depan adalah suatuyang tidak pasti dan ketidakpastian berarti suatu risiko dalam berbagai tingkatan tertentu.Walaupun mengandung risiko masa depan juga menjanjikan sesuatu yang lebih baik darimasa sekarang, sehingga banyak orang mau melakukan investasi.1.2. Perumusan MasalahSesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu bagaimana strategi berinvestasi di Bursa Efek Indonesia.

1.3. Tujuan PenulisanTujuan penelitian laporan kuliah kerja lapangan adalah :

1. Untuk mengetahui kiat-kiat berinvestasi di pasar modal.1.4. Manfaat PenulisanA. Bagi Mahasiswa1. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berkompeten, sehingga memiliki daya saing yang kuat.2. Memudahkan mahasiswa dalam penguasaan dan pendalaman serta pengaplikasian konsep Manajemen.3. Memberikan pengalaman praktek kepada mahasiswa dibidang Manajemen dalam rangka memadukan teori dan praktek pengelolaan usaha atau bisnis.4. Menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, ssesuai dengan bidang ilmiah yang ditempuhnya, berdasarkan KKL yang dilakukan mahasiswa sendiri.B. Bagi AkademisUntuk menambah literatur laporan bagi Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.BAB II LANDASAN TEORI2.1. Pengertian InvestasiInvestasi adalah setiap wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan dapat memelihara dan atau menghasilkan hasil yang positif. Disamping rasa aman para investor perlu memperoleh keyakinan dan kepercayaan bahwa mereka dilayani berdasarkan profesionalisme dengan norma etika yang tinggi untuk itu para investor harus mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, yang merupakan salah satu syarat menuju terciptanya pasar efek yang efisien

Menurut Sri Handaru Yuliati, Handoyo Prasetyo dan Fandy Tjiptono dalam buku mereka yang berjudul Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi mengemukakan :Investasi dapat diartikan sebagai cara penanaman modal, baik langsung maupun tidak langsung, yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat (keuntungan) tertentu sebagai hasil penanaman modal tersebut (21 : 23)

2.2. Tujuan Investasi Tujuan investor atau manajemen investasi dalam melakukan kegiatan investasi adalah memaksimalkan tingkat keuntungan atau menaikkan nilai investasi awal. Tingkat keuntungan (rate of return) adalah persentase total pendapatan investor dibandingkan dengan investasi awal yang diperoleh selama periode investasi.

Menurut Suad Husnan (2001:17) menyatakan bahwa proses investasi menunjukan bagaimana investor seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas yaitu sekuritas apa yang akan dipilih dan berapa banyak investasi tersebut dilakukan.2.3. Pengertian Pasar ModalPasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar Modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti: menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal (Bruce Lliyd, 1976), adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan "kriteria pasarnya" secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Sejarah dan PerkembanganMenurut buku "Effectengids" yang dikeluarkan Vereneging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung sejak 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun 1878 terbentuk perusahaan untuk perdagangan komuitas dan sekuritas, yakti Dunlop & Koff, cikal bakal PT. Perdanas.

Tahun 1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappij Goalpara di Batavia mengeluarkan prospektus penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden per saham. Empat tahun berikutnya (1896), harian Het Centrum dari Djoejacarta juga mengeluarkan prospektus penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga perdana 100 gulden per saham. Tetapi, tidak ada keterangan apakah saham tersebut diperjualbelikan. Menurut perkiraan, yang diperjualbelikan adalah saham yang terdaftar di bursa Amsterdam tetapi investornya berada di Batavia, Surabaya dan Semarang. Dapat dikatakan bahwa ini adalah periode permulaan sejarah pasra modal Indonesia.

Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi.

Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya Amsterdamse Effectenbueurs mendirikan cabang yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912, yang menjadi penyelenggara adalah Vereniging voor de Effectenhandel dan langsung memulai perdagangan. Di tingkat Asia, bursa Batavia ini merupakan yang keempat tertua terbentuk setelah Bombay (1830), Hong Kong (1847), dan Tokyo (1878). Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu: Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.

Pada awalnya bursa ini memperjualbelikan saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah (provinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya.

Meskipun pada tahun 1914 bursa di Batavia sempat ditutup karena adanya Perang Dunia I, namun dibuka kembali pada tahun 1918. Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah: Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah: Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co. Hal ini dikarenakan keadaan pasar modal waktu itu cukup menggembirakan yang terlihat dari nilai efek yang tercatat yang mencapai NIF 1,4 miliar (jika di indeks dengan harga beras yang disubsidi pada tahun 1982, nilainya adalah + Rp. 7 triliun) yang berasal dari 250 macam efek.

Periode menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang Dunia II (PD II). Keadaan yang semakin memburuk membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup terlebih dahulu. Kemudian pada 10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya baru pada tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali. Operasional bursa pada waktu itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek) yang beranggotakan bank negara, bank swasta dan para pialang efek. Pada tanggal 26 September 1952 dikeluarkan Undang-undang No 15 Tahun 1952 sebagai Undang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa.

Namun kondisi pasar modal nasional memburuk kembali karena adanya nasionalisasi perusahaan asing, sengketa Irian Barat dengan Belanda, dan tingginya inflasi pada akhir pemerintahan Orde Lama yang mencapai 650%. Hal ini menyebabklan tingkat kepercayaan masyarakat kepada pasar modal merosot tajam, dan dengan sendirinya Bursa Efek Jakarta tutup kembali.

Baru pada Orde Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan konfrontasi terhadap modal asing. Pemerintah lebih terbuka terhadap modal luar negeri guna pembangunan eknomi yang berkelanjutan. Beberapa hal yang dilakukan adalah pertama, mengeluarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang pendirian Pasar Modal, membentuk Badan Pembina Pasar Modal, serta membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Yang kedua ialah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1976 tentang penetapan PT Danareksa sebagai BUMN pertama yang melakukan go public dengan penyertaan modal negara Republik Indonesia sebanyak Rp. 50 miliar. Yang ketiga adalah memberikan keringan perpajakan kepada perusahaan yang go public dan kepada pembeli saham atau bukti penyertaan modal.

Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya. PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang dicatat dalam saham BEJ. Baru setelah pemerintah melakukan deregulasi pada periode awal 1987, gairah di pasar modal kembali meningkat. Deregulasi yang pada intinya adalah melakukan penyederhanaan dan merangsang minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan-kemudahan bagi investor. Kebijakan ini dikenal dengan tiga paket yakni Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.

Paket Kebijaksanaan Desember 1987 atau yang lebih dikenal dengan Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Kebijakan ini juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek. Kemudian Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 atau disingkat Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankkan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal. Yang ketiga adalah Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.Hal ini memudahkan investor yang berada di luar Jakarta. Di samping ketiga paket kebijakan ini terdapat pula peraturan mengenai dibukanya izin bagi investor asing untuk membeli saham di bursa Indonesia yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 1055/KMK.013/1989. Investor asing diberikan kesempatan untuk memiliki saham sampai batas maksimum 49% di pasar perdana, maupun 49% saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel. Setelah itu disusul dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 yang diubah lagi dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1199/KMK.010/1991. Dalam keputusan ini dijelaskna bahwa tugas Bapepam yang semula juga bertindak sebagai penyelenggara bursa, maka hanya menjadi badan regulator. Selain itu pemerintah juga membentuk lembaga baru seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), reksadana, serta manajer Investasi. Keadaan setelah kebijakan deregulasi itu dikeluarkan benar-benar berbeda. Pasar modal menjadi sesuatu yang menggemparkan, karena investasi di bursa efek berkembang sangat pesat. Banyak perusahaan antri untuk dapat masuk bursa. Para investor domestik juga ramai-ramai ikut bermain di bursa saham. Selama tahun 1989 tercatat 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed) di Bursa Efek Jakarta. Sedemikian banyaknya perusahaan yang mencari dana melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun berbondong-bondong untuk menjadi investor. Perkembangan ini berlanjut dengan swastanisasi bursa, yakni berdirinya PT. Bursa Efek Surabaya, serta pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri PT. Bursa Efek Jakarta yang menggantikan peran Bapepam sebagai pelaksana bursa. Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin tumbuhnya rasa kepercayaan investor terhadap keberadaan pasar modal Indonesia. Hal ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-undang ini dilengkapi dengan peraturan organiknya, yakni Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, serta Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Tahun 1995, mulai diberlakukan sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System). Suatu system perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-matchkan antara harga jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual. Misalnya dengan menggunakan papan tulis sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham. Perdagangan saham berubah menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat (bukti fisik kepemilikkan saham)Lalu dengan seiring kemajuan teknologi, bursa kini menggunakan sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh. Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ.

Pada tanggal 19 September 1996, BES mengeluarkan sistem Surabaya Market information and Automated Remote Trading (S-MART) yang menjadi Sebuah sistem perdagangan yang komprehensif, terintegrasi dan luas remote yang menyediakan informasi real time dari transaksi yang dilakukan melalui BES.

Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara Asia, khususnya Thailand, Filipina, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Cina, termasuk Indonesia. Akibatnya, terjadi penurunan nilai mata uang asing terhadap nilai dolar.

Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya pada akhir 2007 dan pada awal 2008 berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.

Dari regulasi yang dikeluarkan periode ini mempunyai ciri khas yakni, diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas. Amanat yang diberikan dalam UU Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi kejahatan di pasar modal.

3.2. Logo PerusahaanGambar 1. Logo Perusahaan

Sumber. Bursa Efek Indonesia3.3 Struktur Pasar Modal

3.4. Pelaku Pasar ModalPara pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi antara pemain utama sebagai berikut:a. Emiten

Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan emisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten memiliki berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), antara lain:

1. Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk meluaskan bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.

2. Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara modal sendiri dengan modal asing.

3. Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang saham lama kepada pemegang saham baru.

b. Investor

Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan yang melakukan emisi (disebut investor). Sebelum membeli surat berharga yang ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan analisis lainnya.

Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain:

1. Memperoleh deviden. Ditujukan kepada keuntungan yang akan diperolehnya berupa bunga yang dibayar oleh emiten dalam bentuk deviden.

2. Kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham yang dimiliki maka semakin besar pengusahaan (menguasai) perusahaan.

3. Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, pengharapannya adalah pada saham yang benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual beli sahamnya.

c. Lembaga Penunjang

Fungsi lembaga penunjang antara lain turut serta mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar modal.

d. Penjamin emisi (underwriter).

Lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi sampai batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana yang diinginkan emiten.e. Perantara perdagangan efek (broker/ pialang)

Perantaraan dalam jual beli efek, yaitu perantara antara si penjual (emiten) dengan si pembeli (investor). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh broker antara lain meliputi:

1. Memberikan informasi tentang emiten

2. Melakukan penjualan efek kepada investor

f. Perdagangan efek (dealer)

Berfungsi sebagai:

Pedagang dalam jual beli efek. Sebagai perantara dalam jual beli efek

g. Penanggung (guarantor)

Lembaga penengah antara pemberi kepercayaan dengan penerima kepercayaan. Lembaga yang dipercaya oleh investor sebelum menanamkan dananya.

h. Wali amanat (trustee)

Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat (investor). Kegiatan wali amanat meliputi:

1. Menilai kekayaan emiten

2. Menganalisis kemampuan emiten

3. Melakukan pengawasan dan perkembangan emiten

4. Memberi nasehat kepada para investor dalam hal yang berkaitan dengan emiten

5. Memonitor pembayaran bunga dan pokok obligasi

6. Bertindak sebagai agen pembayaran

i. Perusahaan surat berharga (securities company)

Mengkhususkan diri dalam perdagangan surat berharga yang tercatat di bursa efek. Kegiatan perusahaan surat berharga antara lain:1. Sebagai pedagang efek

2. Penjamin emisi

3. Perantara perdagangan efek

4. Pengelola dana

j. Perusahaan pengelola dana (investment company)

Mengelola surat-surat berharga yang akan menguntungkan sesuai dengan keinginan investor, terdiri dari 2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan dana.

k. Kantor administrasi efek.

Kantor yang membantu para emiten maupun investor dalam rangka memperlancar administrasinya.1. Membantu emiten dalam rangka emisi

2. Melaksanakan kegiatan menyimpan dan pengalihan hak atas saham para investor

3. Membantu menyusun daftar pemegang saham

4. Mempersiapkan koresponden emiten kepada para pemegang saham

5. Membuat laporan-laporan yang diperlukan.3.5 Determinasi InvestasiSetiap keputusan investasi melibatkan lima unsur pokok yang dapat disebut determinasi investasi. Dalam setiap proses pengambilan keputusan investasi, unsur-unsur tersebut akan muncul, apakah secara eksplisit atau implisit. disadari atau tidak, diolah secara sistematis atau tidak. Kelima unsur-unsur tersebut adalah: 1. Kondisi Pemodal (investor)Kondisi pemodal meliputi kondisi keuangannya dan sikap terhadap risiko. Proses psikologis seorang pemodal. Dalam mengalokasikan dana yang dimilikinya, pada umumnya mengikuti urut-urutan yang sama. Penghasilan pertama akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan rekreasi. Lapisan penghasilan yang berikut diatasnya akan digunakan untuk core investment, yaitu investasi dengan tingkat keamanan yang tinggi dan tingkat keuntungan yang terukur. Seandainya seorang pemodal miliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi lagi, baru ia bisa mengarahkan dananya untuk investasi yang lebih agresif, yaitu investasi dengan tingkat risiko yang lebih tinggi dan potensi pendapatan yang lebih tinggi pula. Sikap seseorang terhadap risiko dipengaruhi oleh kondisi keuangan. Apakah seseoran bersifat berani menghadapi risiko (risk seeker), netral (risk neutral) atau menghindari risiko (risk Averter), selain ditentukan oleh umur dan tempramen, juga ditentukan oleh jumlah dana yang ia miliki. 2. Motif Investasi Unsur yang kedua adalah motif investasi. Pemodal pada umumnya memiliki motif investasi yang tidak tunggal. Namun intensitas motif-motif seperti keamanan, pertumbuhan, pendapatan, fasilitas pajak dan spekulasi, berbeda dari pemodal yang satu dengan pemodal yang lain. 3. Media Investasi Media investasi sebagai unsur yang ketiga menyodorkan pilihan antara real assets dan financial assets. Berkembangnya perekonomian, cenderung menggeser objek investasi dari real assets seperti tanah dan emas ke arah financial assets baik di pasar uang maupun di pasar modal. Saham sebagai objek investasi utama di pasar modal memiliki berbagai karakteristik yang memungkinkan seorang pemodal mempunyai pilihan yang tepat. Untuk menyebut sebagian karakteristik tersebut, seorang pemodal dapat memilih blue chips stock, yang merupakan saham dari perusahaan yang besar atau ia lebih memilih Growth stocks, yang merupakan saham perusahaan yang berkembang dan tingkat pertumbuhan lebih cepat dari trend ekonomi umumnya ditandai oleh pemasaran yang agresit, R & D oriented, Flow back ratio yang tinggi, dividend yield lebih rendah serta price earning ratio yang tinggi.

Seorang pemodal yang lebih spekulatif mungkin memilih cylical stocks. Perusahaan yang bergerak di bidang real eatate, automotive, konstruksi dan eletronik pada umumnya berfluktuasi bersama siklus ekonomi. Apabila kondisi perekonomian membaik, maka penampilan perusahaan akan membaik juga dan dengan demikian harga saham diharapkan akan menjadi baik.

Sedangkan seorang pemodal yang konvensional mungkin akan memilih defensive stocks, yaitu saham dari perusahaan yang bertahan, atau bahkan seringkali di atas rata-rata pada saat resesi. 4. Model dan teknik Analisis Ada dua potensi keuntungan dari investasi di Bursa Efek, yaitu dividen dan capital gain. Dividen perusahaan sangat berkaitan dengan performance perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu dipengaruhi oleh performance perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual-beli saham. Pendapatan dari selisih penjualan saham dapat saja bernilai negatif, jika harga jual saham di bawah harga belinya (capital loss), sedangkan pendapatan dividen tidak bisa negatif. Ada dua cara untuk merealisasikan potensi keuntungan di atas, yaitu:1) membeli efek yang dalam jangka panjang menunjukkan performance yang lebih baik dari sekian banyak alternatif yang ada di pasar modal.2) membeli efek pada saat harganya murah dan menjual setelah harganya naik. Kedua cara tersebut di atas sungguh sebuah formulasi yang sederhana, tetapi tak mudah untuk dilaksanakan. Usaha konkrit untuk menerjemahkan formulasi itu ke dalam suatu model analisis yang sistematis, melahirkan dua aliran dalam disiplin securities analysis, yaitu: fundamental analysis dan technical analysis.

Fundamental analysis mempunyai anggapan bahwa setiap pemodal adalah makhluk rasional. Karena itu, seorang fundamentalis memcoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Alasannya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham di masa yang akan datang. 5. Strategi InvestasiPerkembangan investasi dalam saham adalah fluktuatif dan spekulatif, karena secara empiris, investasi dalam saham di pasar modal sering masuk pada kondisi ketidakpastian karena mengikuti variabel-variabel ekonomi yang bersifat makro, seperti : perkembangan stabilitas politik atau keamanan berinvestasi, perkembangan tingkat suku bunga dan tingkat inflasi serta pertumbuhan ekonomi. Ketidakpastian itu dalam teori risiko dalam portofolio disebut risiko yang sistematik.

Alternatif untuk dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor, adalah melakukan strategi investasi. Strategi investasi yang disarankan adalah membuat portofolio saham. Meskipun demikian, return yang diperoleh investor masih memiliki ketidakpastian karena risiko sistematik merupakan risiko yang ditimbulkan oleh faktor makro ekonomi yang tidak bisa diramalkan secara pasti.3.6 Strategi InvestasiStrategi untuk menarik minat Investor dalam Berinvestasia. Strategi Pengembangan Leading/ Key Industry.Strategi pengembangan industri andalan merupakan strategi pembangunan daerah yang paling favorit untuk dilaksanakan. Industri andalan yang akan dikembangkan biasanya merupakan kegiatan usaha atau industri di daerah yang memiliki keunggulan daya saing dibandingkan dengan kegiatan sejenis di daerah pesaing lainnya.

Menurut Perroux, sebagai pioneer arsitek konsep polarized development dalam pengembangan daerah, leading industry memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor kegiatan ekonomi lainnya di daerah; sehingga dapat mendorong pola pembangunan yang terpolarisasi di dalam wilayah suatu daerah. Industri andalan ini biasanya berbentuk industri yang berorientasikan ekspor, seperti LNG untuk Aceh, minyak bumi dan kelapa sawit untuk Riau, pariwisata dan perhotelan untuk Bali, tekstil untuk Jawa Barat dan perbankan/lembaga keuangan untuk DKI Jakarta.

Industri andalan yang dikembangkan di daerah diharapkan akan mendorong proses pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan sumber pendapatan di daerah tersebut baik dalam bentuk pendapatan perusahaan dan rumah tangga maupun pendapatan dari pajak daerah. Salah satu metode untuk menyeleksi industri andalan yang memiliki daya saing adalah dengan revealed comparative advantage(RCA). Menurut analisis yang dilakukan oleh Brodjonegoro (1999), Daerah Aceh memiliki dua industri andalan masing-masing industri yang menghasilkan produk minyak bumi dan pupuk, dengan RCA index di atas satu. Sayangnya ada kendala keterbatasan cadangan minyak dan besarnya komponen impor bahan baku pupuk yang jika akan dikembangkan lebih lanjut menjadi terbatas sustainabilitynya. Demikian proses analisis seperti ini dapat dilanjutkan untuk Daerah Propinsi lainnya..

Keunggulan daya saing industri andalan dapat dipertahankan sepanjang industri tersebut dapat mendorong terbentuknya berbagai penghematan eksternal (external economies), antara lain dengan mengembangkan lebih lanjut industri hilir dan industri-industri penunjang. Agar proses ini dapat terlaksana Pemerintah Daerah dapat memberikan berbagai kemudahan dan sistem insentif investasi yang merangsang agar industri andalan ini dapat berkembang.. Pemberian sistem insentif tersebut perlu dikaitkan dengan kemampuan industri ini melakukan kegiatan R&D dan inovasi agar proses multiplier terhadap perekonomian daerah dapat terus dipelihara dalam jangka panjang. Industri kunci yang telah mature perlu segera dicarikan penggantinya, mengingat kemunduran dalam perkembangan penjualannya dapat mempengaruhi kinerja keuangan daerah. Sebaiknya suatu daerah tidak mengandalkan hanya pada satu industri kunci, seperti halnya Sumbar dengan PT Semen Padangnya dan Irian Barat dengan PT Freeport Indonesianya. Tetapi sebaliknya pilihan industri kunci ini jangan terlalu banyak mengingat kemampuan daya serap yang terbatas dari perekonomian lokal dalam mensupply tenaga kerja trampil dan dalam penyediaan sarana/prasarana.

Kelemahan utama dari strategi pembangunan leading industry ini adalah ancaman terhadap kemungkinan terpolarisasinya pembangunan daerah hanya pada wilayah core yang terbatas. Hal ini sudah terbukti dengan kehadiran PT Caltex di Dumai, PT Freeport Indonesia di wilayah Irian Jaya dan mega proyek lainnya di pelosok daerah Indonesia.

b. Strategy Growth CenterStrategi growth center pernah populer dikalangan arsitek pembangunan kota pada tahun 1960 dan 1970. Strategi ini antara lain menekankan pentingnya program penyediaan fasilitas kota atau infrastruktur untuk suatu kawasan industri pada lokasi atau tempat strategik (ports, transit site, intersection dekat dengan lokasi growth center).

Para perintis model strategi pembangunan daerah ini antara lain adalah Hirschman (1958), Lyod Rodwin (1963), dan Friedmann (l966). Doktrin growth center ini kemudian berkembang pesat , sebagaimana dibahas oleh Niles M Hansen (1967,1968) dan DF Darwent (1969). Keterkaitan growth center dan perekonomian daerah pernah banyak terjadi di banyak kawasan sebagaimana dilaporkan oleh Brian Berry (1969) dan Gordon Cameron (1970); walaupun sebenarnya banyak juga kasus-kasus kegagalan seperti terjadi di Malaysia, Amerika Latin, dan bahkan di Indonesia seperti di kawasan industri Makassar, Cirebon dan Semarang.

Strategi growth center telah banyak berhasil di Indonesia antara lain dengan dibangunnya kawasan Pulau Batam (BIDA, 2000) dan kawasan industri di Pulogadung-Jakarta. Keberhasilan pengembangan Pulau Batam adalah karena lokasinya yang strategis dekat dengan tranfer-points perdagangan antar negara di Singapura, dan memanfaatkan pengembangan ancillary industries yang memiliki keterkaitan dengan leading industry elektronika di negara tetangga. Banyaknya obyek wisata baru yang dikembangkan turut pula mendorong keberhasilan tersebut, disamping tentunya hasil kerja keras dari para pimpinan puncak manajemen pengelola kawasan Batam. Sedangkan untuk kawasan industri Pulogadung pada saat ini sedang menghadapi permasalahan struktural karena meningkatnya external diseconomies dan urbanization diseconomies dari kota Jakarta, khususnya di sekitar lokasi kawasan tersebut.

Pada saat ini konsep pengembangan ekonomi daerah melalui pendekatan growth center telah berkembang dengan sangat pesat dan diujicobakan di berbagai tempat strategis di dunia. Kawasan Silicon Valley telah dikembangkan sedemikian rupa dan dihubungkan dengan pemanfaatan aglomerasi dalam industri terkait dalam industri komputer, chips, dan elektronik (Scott, 1990). Hal yang serupa banyak dilakukan di negara maju kawasan industri otomotif di Jepang; North Carolina Research Triangle Park yang memanfaatkan kedekatan terhadap lokasi tiga universitas besar masing masing University of North Carolina at Chapel Hill, North Carolina State University dan Duke University menjadi lokasi favorit untuk riset di bidang kedokteran, obat-obatan dan penyakit kanker; British Science Park di Inggris walaupun manfaatnya masih sedang dikaji ulang (Gower, 1995); proyek high-tech corridor dari PM Mahatir di Kuala Lumpur dan yang paling akhir rencana pengembangan lokasi ex- lapangan terbang Kemayoran sebagai cyber-city merupakan contoh-contoh pengembangan strategi investasi growth center abad ke 21.

c. Strategi Pengembangan Ancillary IndustryJika industri yang berorientasikan ekspor atau suatu leading industry dan dapat pula kawasan industri atau pelabuhan/airport menjadi cukup berkembang sehingga dapat menciptakan pasar untuk produk-produk lanjutan , baik ke hulu maupun ke hilir, dan atau kegiatan tersebut telah cukup untuk menghasilkan external localization economies untuk industri-industri yang terkait, maka strategy pengembangan ancillary industry sudah dapat dicoba untuk dilaksanakan (Moriarty ,1980).

Ancillary industry tertarik untuk datang ke suatu daerah karena penghematan ongkos angkut, seperti halnya dalam kasus dimana baik leading dan ancillary industry menggunakan bahan baku atau produk intermediate yang sama dalam proses produksi mereka. Hal ini banyak kita jumpai pada industri kertas semen, bahan baku cat, karoseri kendaraan, percetakan dan sebagainya. Alasan lainnya adalah karena labor pool, yaitu industri ancillary berlokasi dekat dengan leading industry karena dapat dengan mudah menggunakan tanaga kerja dengan ketrampilan dan pengetahuan yang sama dengan upah yang relatif rendah.

Selanjutnya kehadiran ancillary industry ini dapat menciptakan external localization economies di wilayah tersebut, antara lain perusahaan-perusahaan yang memberikan jasa pemeliharaan, pelayanan bisnis, jasa profesi dan pengiriman/pengangkutan dan komunikasi. Seluruh kegiatan ini dapat mendorong tumbuh berkembangnya kegiatan ekspor dan perekonomian di daerah, sekaligus menambah kapasitas penerimaan pendapatan daerah Contoh terbaik dalam sukses strategi investasi ini dijumpai dalam pengembangan industri semiconductor di kompleks produksi Silicon-Valley, Los Angeles (Scott, 1987). Beberapa pengamatan atas keberhasilan strategi ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) produksi semiconductor di areal tersebut telah mendorong menjamurnya kelahiran para pemasok bahan baku maupun para subkontraktor di sekitar kompleks produksi sehingga dapat menciptakan agglomeration economies, (b) kompleks ini juga merupakan daya tarik untuk datangnya industri pengguna peralatan semiconductor, seperti pengusaha manufaktur komputer dan televisi. Kepesatan pengembangan kompleks produksi ini sayangnya tidak diantisipasi oleh Pemerintah Daerah dalam hal penyediaan labor dan perumahan serta cara-cara menanggulangi kerusakan lingkungan hidup, sehingga pada saat ini terjadi ancaman naiknya agglomeration diseconomies.

Kemajuan pesat aplikasi strategi ini banyak dijumpai di beberapa tempat sekitar lapangan terbang yang menghubungkan akses kota-kota di dunia dengan mudah, cepat dan murah. Kasarda (1999) baru-baru ini mengamati kecenderungan perusahaan-perusahaan klas dunia yang bersaing menurut waktu (time-based competition) banyak memindahkan lokasi usahanya disekitar lokasi tempat lapangan terbang Dulles airport, Dallas-Fort International airport, Memphis International airport, Chicagos OHare airport dan lapangan-lapangan terbang internasional lainnya. Lokasi airport disamping memberikan akses pasar dunia juga pada saat yang sama dapat diperoleh penghematan agglomeration karena kehadiran jasa profesional dalam bidang konsultan, iklan, hukum, pengolahan data, akuntansi dan auditing, dan jasa public relations.

d. Kepastian Hukum dan Kebijakan Insentif

Salah satu faktor yang terpenting dalam upaya menarik investor ke daerah adalah adanya jaminan kepastian hukum dalam menjalankan usaha. Pengalaman selama masa orde Baru, Pemerintah kurang berhasil dalam memberikan jaminan bahwa peraturan yang telah ditetapkan dalam kegiatan investasi dan usaha akan tetap dipegang walaupun sistem pemerintahan berubah. Jaminan ini sangat diminta oleh para investor maupun calon investor dalam kegiatan investasi yang jangka waktu pengembalian modal yang ditanamnya cukup lama. Hal ini dapat kita jumpai dalam kegiatan investasi di bidang eksplorasi minyak bumi dan hasil tambang, industri berat, perkebunan, kawasan industri, apartemen dan gedung bertingkat, serta kegiatan-kegiatan high-tech industries.

BAB IV KesimpulanAnalisis investasi memang bukan suatu disiplin yang eksak. Dalam menyimak perkembangan suatu perekonomian selalu ada faktor yang uncontrollable dan unpredictable. Tidak ada seorang pemodalpun yang terus menerus memperoleh laba dari suatu mekanisme pasar, tidak terkecuali di Bursa Efek. Pada tahap perkembangan saat ini, gerak pasar sekunder sangat ditentukan oleh animo dan antusiasme pemodal asing. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa pada saat permulaan masuknya pemodal asing, maka pemodal domestik (dalam negeri) akan memperoleh laba. Namun dana asing yang masuk ke pasar modal adalah dana yang paling volatile. Secepat ia masuk secepat itu pula ia keluar apabila suatu pasar tidak lagi menjanjikan potensi keuntungan. Jardine Flaming sebagai pengelola Indonesia Fund, Banque Indosuez pengelola Malacca Fund, dan Fund-Fund yang lain, tidak henti-hentinya melakukan riset untuk mencari new emerging markets sebagai objek investasi mereka.

Perpindahan yang cepat dari satu emerging market ke yang lainnya dapat membuat suatu bursa efek melambung dan yang lainnya akan mengalami collapse. Beberapa negara telah menelan pil pahit dari mekanisme tersebut. Oleh karena itu, pengembangan pasar modal adalah proses edukasi jangka panjang yang menyangkut semua aspek yang terlibat dalam mekanismenya. Dibidang analisis efek, kita baru memulai. Ketekunan, kesabaran dan disiplin merupakan sebagian dari syarat-syarat yang diperlukan.

Alternatif untuk dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor, adalah melakukan strategi investasi. Strategi investasi yang disarankan adalah membuat portofolio saham. Meskipun demikian, return yang diperoleh investor masih memiliki ketidakpastian karena risiko sistematik merupakan risiko yang ditimbulkan oleh faktor makro ekonomi yang tidak bisa diramalkan secara pasti.

DAFTAR PUSTAKAWikipedia.bursaefekindonesia.com6