laporan ergonomi

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang waktu manusia berusaha mengadaptasikan dirinya menurut situasi dan kondisi lingkungannya. Hal ini terlihat pada perubahan rancangan peralatan (teknologi) yang dipergunakan manusia. Selain itu pada saat ini dimana kebutuhan manusia semakin kompleks dan tuntutan manusia terhadap kepuasan atas suatu pelayanan jasa juga semakin besar, maka masyarakat juga semakin menyadari akan arti pentingnya faktor kenyamanan dalam pelaksanaan segala aktivitasnya. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas dalam dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran anthropometry tubuh operator maupun penerapan data-data antropometrinya. Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan ruang dan fasilitas akomodasi secara ergonomis agar

Upload: widhi-nugraha

Post on 01-Dec-2015

138 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepanjang waktu manusia berusaha mengadaptasikan dirinya menurut

situasi dan kondisi lingkungannya. Hal ini terlihat pada perubahan rancangan

peralatan (teknologi) yang dipergunakan manusia. Selain itu pada saat ini dimana

kebutuhan manusia semakin kompleks dan tuntutan manusia terhadap kepuasan

atas suatu pelayanan jasa juga semakin besar, maka masyarakat juga semakin

menyadari akan arti pentingnya faktor kenyamanan dalam pelaksanaan segala

aktivitasnya.

Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja

adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan

jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.

Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun

fasilitas dalam dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat

ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran

anthropometry tubuh operator maupun penerapan data-data antropometrinya.

Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan ruang dan fasilitas

akomodasi secara ergonomis agar didapat kepuasan baik dari pengguna jasa

(masyarakat) maupun pemberi jasa produksi, dimana kepuasan tersebut dapat

berupa kenyamanan maupun kesehatan yang ditinjau dari sudut pandang ilmu

anatomi, fisiologi, psikologi, kesehatan dan keselamatan kerja, perancangan dan

manajemen, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti

panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun

dinamis.

Hal lain yang perlu diamati adalah seperti misalnya: berat dan pusat massa

dari suatu segmen tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar dari

tangan dan kaki dan lain-lain.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat pada praktikum kali ini yaitu :

1. Bagaimana cara mengetahui ukuran dimensi tubuh manusia, tangan,

kepala, dan kaki untuk kepentingan ergonomic.

2. Bagaimana cara untuk menyeragamkan data antropometri

3. Bagaimana cara mengolah data keseragaman.

1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ergonomi adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui cara pengukuran dimensi tubuh dan tangan untuk kepentingan

ergonomi.

2. Mengetahui tabel anthropometry.

3. Mengetahui segmen tubuh yang di gunakan untuk perancangan produk dan

optimasi metodologi kerja.

4. Mengetahui penggunaan data anthropometry dalam perancangan produk

dan stasiun kerja.

5. Mengetahui manfaat perancangan yang ergonomis untuk menghindari

kecelakaan dan rasa sakit pada saat kerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Data antropometri dapat digunakan untuk :

1. Perancangan areal kerja

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools),

dan sebagainya

3. Perancangan- perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja,

computer, dan lain- lain

4. Perancangan kerja fisik.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi

Ergonomi berasal dari kata ergon dan nomos, ergon berarti kerja dan nomos

berarti peraturan atau hokum. Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis

tentang manusia bersama-samadengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk

mencapai penyesuain satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap

pekerjaannya, yang manfaatnya dapat diukur dengan efisieni dan kesejahteraan

kerja.

Di Indonesia, ergonomi diartikan sebagai ilmu (dan penerapannya) yang

berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau

sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-

tingginya melalui pemanfaatan manusia secara optimal. Ergonomi merupakan

upaya untuk mendapatkan keseimbangan dalam hubungan manusia dan

pekerjaannya agar dicapai produktivitas yang tinggi dari sumber daya manusia

sertaa mencegah/ meniadakan adanya keluhan-keluhan/ sakit karena

pekerjaannya.

Tujuan utama ergonomi adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi

dengan itu produktivitas juga ditingkatkan. Dengan ergonomic diharapkan dapat

diperoleh :

a. Derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal.

b. Derajat kesehatan lingkungan yang optimal.

c. Keselamatan kerja yang optimal.

d. Produktivitas kerja yang optimal.

Sasaran penerapan ergonomi di lingkungan kerja yaitu :

a. Kesejahteraan fisik dan mental dengan mencegah cedera dan munculnya

penyakit akibat kerja dan mental, serta mempromosikan kerja dan

kepuasan kerja.

b. Kesejahteraan sosial dalam meningkatkan kualitas kontak sosial,

pengelola/ organisasi kerja.

c. Keseimbangan rasional antar aspek teknis, ekonomis, antropologis dan

budaya dari system manusia-mesin, serta efisiensi sistem.

2.2 Pengertian Anthropometri (Ukuran Tubuh)

Istilah anthropometri berasal dari kata “anthropos (man)” yang berarti

manusia dan “metron (measure)” yang berarti ukuran (4). Secara definitif

antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan

pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas digunakan untuk

pertimbangan ergonomis dalam suatu perancangan (desain) produk maupun

sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi

dalam suatu proses rancang bangun fasilitas marupakan faktor yang penting dalam

menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Setiap desain produk, baik

produk yang sederhana maupun produk yang sangat komplek, harus berpedoman

kepada antropometri pemakainya. Menurut Sanders & Mc Cormick (1987);

Pheasant (1988), dan Pulat (1992), antropometri adalah pengukuran dimensi

tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang

sesuatu yang dipakai orang.

Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli

ergonomi sebagai data antropometri yang diaplikasikan yaitu:

1. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.

Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu

darurat.

2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran

tertentu.

Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau

mundur, dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah.

3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata.

Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan

lain- lain.

Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan

fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor

seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis.

Hal lain yang perlu diamati adalah seperti Berat dan pusat massa (centre of

gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan

melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki, dan lain-lain.

Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh

manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika

diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah

manusia yang diukur dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar

variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh

maupun persegmen-nya.

Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain

dalam hal :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll).

2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll).

3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian, kursi, meja, dll).

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

2.3 Pengukuran Antropometri

Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh

manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:

1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh

manusia yang berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada

Anthropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada

permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka

pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai

individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam.

Gambar 2.1 Posisi Duduk Samping Gambar 2.2 Posisi Berdiri

1. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai

posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih

sulit diukur. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:

a. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk

mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas.

Contoh: dalam mempelajari performa atlet.

b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja.

Contoh: Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat

bekerja yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.

c. Pengukuran variabilitas kerja.

Contoh: Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari

seorang juru ketik atau operator komputer.

95%

1.96 1.96

97.5-th%ile2.5-th%ile

)σ,XN( X

X

2.4 Persentil

Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu

dari sekelompok orang yang dimensinya sama atau lebih rendah dari nilai

tersebut. Misalnya, 95 persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada

pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan 5 persentil akan menunjukkan

5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Besarnya nilai

persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.

Dalam anthropometry 95 persentil akan menggambarkan ukuran manusia

yang “terbesar” dan 5 persentil sebaliknya akan menunjukkan ukuran

“terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan

95% dari populasi yang ada, maka disini diambil rentang 2,5 dan 97,5

persentil sebagai batas ruang yang dapat dipakai.

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam

perhitungan data anthropometry dapat dijelaskan seperti berikut ini :

Persentil Perhitungan

1-st

2.5-th

5-th

10-th

50-th

90-th

95-th

x -2.325 σx

x -1.960 σx

x -1.645 σx

x -1.280 σx

x

x +1.28 σx

x +1.645 σx

97.5-th

99-th

x +1.960 σx

x +2.325 σx

2.5 Alat Ukur Antropometri

Antropometer adalah suatu alat untuk mengukur jarak, ketinggian dan sudut

suatu titik dari suatu posisi acuan tertentu. Realisasinya, alat ini berguna sebagai

alat bantu untuk mendisain atau mengetahui posisi alat-alat atau instrument

pengendali dari suatu mesin atau system kerja terhadap posisi operatornya.

Gambar 2.3 Antropometer

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh

Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh

manusia, diantaranya:

a. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai kira-kira

berumur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian

manusia akan berkurang ukuran tubuhnya saat manusia berumur 60

tahun.

b. Jenis Kelamin

Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali

dada dan pinggul.

c. Suku Bangsa (Etnis)

Variasi dimensi akan terjadi, karena pengaruh etnis.

d. Pekerjaan

Aktivitas kerja sehari-hari juga menyebabkan perbedaan ukuran tubuh

manusia.

Selain faktor-faktor di atas, masih ada beberapa kondisi tertentu (khusus)

yang dapat mempengaruhi variabilitas ukuran dimensi tubuh manusia yang juga

perlu mendapat perhatian, seperti:

a. Cacat tubuh

Data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi

orang- orang cacat.

b. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan,

Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda pula

dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Artinya, dimensi orang

pun akan berbeda dalam satu tempat dengan tempat yang lain.

c. Kehamilan (pregnancy),

Kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran

dimensi tubuh (untuk perempuan) dan tentu saja memerlukan perhatian

khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti

itu.

2.7 Posisi Tubuh Dalam Bekerja

Kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot perut

melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Clark

(1996), menyatakan bahwa desain stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai

derajat stabilitas tubuh yang tinggi; mengurangi kelelaan dan keluhan subjektif

bila bekerja lebih dari 2 jam. Di samping itu tenaga kerja juga dapat

mengendalikan kaki untuk melakukan gerakan.(9)

Mengingat posisi duduk mempunyai keutungan maupun kerugian, maka

untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik tanpa pengaruh buruk pada tubuh,

perlu dipertimbangkan pada jenis pekerjaan apa saja yang sesuai dilakukan

dengan posisi duduk. Untuk maksud tersebut, Pulat (1992) memberikan

pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan dengan posisi duduk

adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan yang memerlukan kontrol dengan teliti pada kaki;

2. Pekerjaan utama adalah menulis atau memerlukan ketelitian pada tangan;

3. Tidak diperlukan tenaga dorong yang besar;

4. Objek yang dipegang tidak memerlukan tangan bekerja pada ketinggian

lebih dari 15 cm dari landasan kerja;

5. Diperlukan tingkat kestabilan tubuh yang tinggi;

6. Pekerjaan dilakukan pada waktu yang lama; dan

7. Seluruh objek yang dikerjakan atau disuplai masih dalam jangkauan

dengan posisi duduk.

Pada pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk, tempat duduk yang

dipakai harus memungkinkan untuk melakukan variasi perubahan posisi. Ukuran

tempat duduk disesuaikan dengan dimensi ukuran antropometri pemakaiannya.

Fleksi lutut membentuk sudut 900 dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau

injakan kaki (Pheasant, 1988). Jika landasan kerja terlalu rendah, tulang belakang

akan membungkuk ke depan, dan jika terlalu tinggi bahu akan terangkat dari

posisi rileks, sehingga menyebabkan bahu dan leher menjadi tidak nyaman.

Sanders & Mc Cormick (1987) memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian

landasan kerja pada posisi duduk sebagai berikut:

1. Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik;

2. Landasan kerja harus memungkinkan lengan menggantung pada posisi

rileks dari bahu, dengan lengan bahwa mendekati posisi horizontal atau

sedikit menurun (sloping down slightly); dan

3. Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang

berlebihan.

Selain posisi kerja duduk, posisi berdiri juga banyak ditemukan di

perusahaan. Seperti halnya posisi duduk, posisi kerja berdiri juga mempunyai

keuntungan maupun kerugian. Menurut Sutalaksana (2000), bahwa sikap berdiri

merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang

dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Namun demikian mengubah posisi duduk ke

berdiri dengan masih menggunakan alat kerja yang sama akan melelahkan. Pada

dasarnya berdiri itu sendiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang

dikeluarkan untuk berdiri lebih banyak 10-15% dibandingkan dengan duduk.

Pada desain stasiun kerja berdiri, apabila tenaga kerja harus bekerja untuk

periode yang lama, maka faktor kelelahan menjadi utama. Untuk meminimalkan

pengaruh kelelahan dan keluhan subjektif maka pekerjaan harus didesain agar

tidak terlalu banyak menjangkau, membungkuk, atau melakukan gerakan dengan

posisi kepala yang tidak alamiah. Untuk maksud tersebut Pulat (1992) dan Clark

(1996) memberikan pertimbangan tentang pekerjaan yang paling baik dilakukan

dengan posisi berdiri adalah sebagai berikut:

1. Tidak tersedia tempat untuk kaki dan lutut;

2. Harus memegang objek yang berat (lebih dari 4,5 kg);

3. Sering menjangkau ke atas, ke bawah, dan ke samping;

4. Sering dilakukan pekerjaan dengan menekan ke bawah; dan diperlukan

mobilitas tinggi.

Dalam mendesain ketinggian landasan kerja untuk posisi berdiri, secara

prinsip hampir sama dengan desain ketinggian landasan kerja posisi dudukan.

Manuaba (1986); Sanders & Mc Cormick (1987); Grandjean (1993) memberikan

rekomendasi ergonomis tentang ketinggian landasan kerja posisi berdiri

didasarkan pada ketinggian siku berdiri sebagai tersebut berikut ini.

1. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk

mengurangi pembebasan statis pada otot bagian belakang, tinggi

landasan kerja adalah 5-10 cm di atas tinggi siku berdiri.

2. Selama kerja manual, di mana pekerjaan sering memerlukan ruangan

untuk peralatan; material dan kontainer dengan berbagai jenis, tinggi

landasan kerja adalah 10-15 cm di bawah tinggi suku berdiri.

3. Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi

landasan kerja adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku berdiri.

Desain stasiun kerja sangat ditentukan oleh jenis dan sifat pekerjaan yang

dilakukan. Baik desain stasiun kerja untuk posisi duduk maupun berdiri keduanya

mempunyai keuntungan dan kerugian. Clark (1996) mencoba mengambil

keuntungan dari kedua posisi tersebut dan mengkombinasikan desain stasiun kerja

untuk posisi duduk dan berdiri menjadi satu desain dengan batasan sebagai

berikut :

Sedangkan Das (1991) dan Pulat (1992) menyatakan bahwa posisi duduk-

berdiri merupakan posisi terbaik dan lebih dikehendaki daripada hanya posisi

duduk saja atau berdiri saja. Hal tersebut disebabkan karena memungkinkan

pekerja berganti posisi kerja untuk mengurangi kelelahan otot karena sikap paksa

dalam satu posisi kerja.

Helender (1995) dan Tarwaka (1995), memberikan batasan ukuran

ketinggian landasan kerja untuk pekerjaan yang memerlukan sedikit penekanan

yaitu 15 cm di bawah tinggi siku untuk kedua posisi kerja. Selanjutnya dibuat

kursi tinggi yang menyesuaikan ketinggian landasan kerja posisi berdiri dengan

dilengkapi sandaran kaki agar posisi kaki tidak menggantung. Mengingat dimensi

ukuran tubuh manusia berbeda-beda, maka desain stasiun kerja harus selalu

mempertimbangkan antropometri pemakainya (user oriented).

Penggunaan antropometri sebagai salah satu metode untuk mengukur status

gizi masyarakat sangat luas. Antropometri berasal dari kata antrophos dan metros.

Antrophos memiliki arti tubuh, sedangkan metros adalah ukuran. Antropometri

yaitu ukuran dari tubuh. Antropometri adalah cara pengukuran status gizi yang

paling sering digunakan di masayarakat. Antropometri dalam pengertian adalah

suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus tubuh

(Potter & Perry, 2006). Contoh penggunaan: Program gizi masyarakat dalam

pengukuran status gizi balita, Kegiatan penapisan status gizi masyarakat.

Pengertian pertumbuhan (growth) dan perkembanganmencakup peristiwa

yang statusnya berbeda tetapisaling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan

merupakan Peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa

konsepsi sampai remaja. Pertumbuhan lebih menekankan pada fisik, sedangkan

perkembangan lebih menekankan padamental dan kejiwaan seseorang.

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi

tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat

(gram,pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan

keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Kecepatan

pertumbuhan berbeda pada setiaptahapan kehidupan, hal ini dipengaruhi oleh:

1. Kompleksitas dan ukuran dari organ

2. Rasio otot dengan lemak tubuh

Kecepatan pertumbuhan pada saat pubertas sangat cepat dalam hal tinggi

badan, ditandai denganperubahan otot, lemak dan perkembangan organ yang

diikuti oleh kematangan hormon seks. Pertumbuhan yang optimal sangat

dipengaruhi oleh potensi biologisnya. Tingkat pencapaian fungsi biologis

seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan:

genetik, lingkungan bio-psiko-sosial, dan perilaku.

Perkembangan (development) menyangkut adanya proses diferensiasi dari

sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya

termasuk pula perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan merupakan bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan atau.

Penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf

pusat, khususnya diotak. Perkembangan anak yang sehat searah (paralel) dengan

pertumbuhannya.

Pertumbuhan lebih menekankan pada aspek fisik sedangkan Perkembangan

lebih menekankan pada aspek pematangan fungsi organ, terutama kematangan

sistem saraf pusat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:

a. Faktor Internal (Genetik)

1) Modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan

2) Melalui genetik dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan,

yang ditandai dengan:

(a) Intensitas dan kecepatan pembelahan

(b) Derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan

(c) Umur pubertas

(d) Berhentinya pertumbuhan tulang.

Yang termasuk faktor internal: faktor bawaan yang normal dan patologis,

jenis kelamin, obstetrik, dan ras (suku/bangsa).

Gangguan pertumbuhan:

a. Di negara maju sering diakibatkan oleh faktor genetic.

b. Di negara berkembang selain disebabkan oleh faktor genetik, juga

oleh lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh

secara optimal.

Menurut Jellife D.B. (1989), yang termasuk factor internal adalah genetik,

obstetrik, dan seks.

b. Faktor Eksternal (Lingkungan)

1) Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang

optimal. Yang termasuk faktor lingkungan adalah bio-fisikpsikososial.

Faktor lingkungan dibagi dua:

a. Faktor pranatal

b. Faktor pascanatal

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain adalah:

(a) Lingkungan Pranatal

a. Mempengaruhi pertumbuhan janin sejak konsepsi hingga lahir.

b. Meliputi gizi ibu saat hamil, mekanis, toksin/zatkimia,

endokrin, radiasi, infeksi, stress, anoksia embrio.

(b) Lingkungan Pascanatal

a. Dipengaruhi oleh lingkungan

b. Meliputi lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor

psikososial, keluarga dan adat-istiadat. Contoh;

Internal

a. Genetik Individu (keluarga)

Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan plasenta)

b. Obstetrik BBLR

Lahir kembar

c. Seks

Laki-laki lebih panjang dan berat

Eksternal

a. Gizi

- Gizi Fetus (diet maternal: protein, energi dan

iodium)

- Gizi Bayi (ASI dan susu botol)

- Gizi Anak (protein, energi, iodium, zink, vitamin D

dan asam folat

b. Obat-obatan Alkohol, tembakau dan kecanduan obat-

obat lainnya

c. Lingkungan Iklim yakni Daerah kumuh

d. Penyakit

o Endokrin Hormon pertumbuhan

o Infeksi Bakteri akut dan kronis, virus dan cacing

o Kongenital Anemia sel sabit, kelainan

metabolisme sejak lahir

o Penyakit kronis Kanker, malabsorpsi usus halus,

jantung, ginjal dan hati

o Psikologis Kemunduran mental/emosi.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

1. Lembar data

2. Meteran

3. Ada 22 subjek/ mahasiswa yang akan diukur.

3.2 Cara Kerja

a. Menghubungkan pengukuran antropometri dengan analisis tugas.

1. Catat identitas 22 subjek untuk diukur dimensinya.

2. Ukur antropometri tubuh subjek baik posisi berdiri maupun duduk.

3. Hitung statistic mean, standar deviasi, 5 th, dan 95 th persentil untuk

masing-masing pengukuran antropometri.

4. Ukur peralatan/ fasilitas kerja yang digunakan.

5. Tentukan dimensi tubuh yang dipakai dan persentil yang digunakan

untuk tiap ukuran peralatan.

b. Ukuran Antropometri Tubuh Manusia.

Gambar 3.1

Antopometri Tubuh

Keterangan dari gambar diatas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Dimensi Tubuh

DIMENSI TUBUH

1 = Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 14 = Tinggi lipat lutut

2 = Tinggi mata 15 = Lebar bahu

3 = Tinggi bahu 16 = Lebar panggul

4 = Tinggi siku 17 = Tebal dada

5 = Tinggi genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah

18 = Tebal perut

6 = Tinggi badan pada posisi duduk19 = Jarak dari siku ke ujung jari

7 = Tinggi mata pada posisi duduk20 = Lebar kepala

8 = Tinggi bahu pada posisi duduk21 = Panjang tangan

9 = Tinggi siku pada posisi duduk22 = Lebar tangan

10 = Tebal paha

23 = Jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri

11 = Jarak dari pantat ke lutut

24 = Tinggi pegangan tangan pada posisi tangan vertikal ke atas dan berdiri tegak

12 = Jarak dari lipat lutut kepantat

25 = Tinggi pegangan tangan papa posisi tangan vertikal ke atas dan duduk

13 = Tinggi lutut26 = Jarak genggaman tangan ke punggung

pada posisi tangan ke depan

Gambar 3.2

Antropometri tangan

Keterangan dari gambar diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Tabel 3.2 Dimensi Tangan

DIMENSI TANGAN

1 = Panjang tangan 11 = Tebal jari telunjuk

2 = Panjang telapak tangan 12 = Lebar telapak tangan

3 = Panjang ibu jari 13 = Lebar telapak tangan (sampai ibu jari)

4 = Panjang jari telunjuk 14 = Lebar telapak tangan (minimum)

5 = Panjang jari tengah 15 = Tebal telapak tangan

6 = Panjang jari manis 16 = Tebal telapak tangan (sampai ibu jari)

7 = Panjang jari kelingking 17 = Diameter genggam (maksimum)

8 = Lebar ibu jari18 = Lebar maksimum (ibu jari ke jari

kelingking)

9 = Tebal ibu jari 19 = Lebar fungsional maksimum (ibu jari ke

jari lain)

10 = Lebar jari telunjuk

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Antropometri

No

Nama Lingkar Kepala Lebar Tangan

1 Abdul rohman 50 82 Agus Maryono 54 83 Ahmad M. 52 84 Amir 49 75 Bagas 50 96 Choirul 52 77 Didin 51 78 Mahyar 52 79 Mahyudi 52 8

10 Perly 53 711 Rizki 51 812 Rohman 54 713 Rion 52 714 Roisandi 50 715 Saripudin 53 716 Sopyan 54 817 Supriyadi 54 818 Supriyatna 50 719 Wahyuhabibi 53 820 Widhi 54 721 yulia 54 722 Ade 52 7

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perhitungan Nilai Rata- rata (Mean)

No

Nama Lingkar Kepala Lebar Tangan

1 Abdul rohman 50 82 Agus Maryono 54 83 Ahmad M. 52 84 Amir 49 75 Bagas 50 96 Choirul 52 77 Didin 51 78 Mahyar 52 79 Mahyudi 52 8

10 Perly 53 711 Rizki 51 812 Rohman 54 713 Rion 52 714 Roisandi 50 715 Saripudin 53 716 Sopyan 54 817 Supriyadi 54 818 Supriyatna 50 719 Wahyuhabibi 53 820 Widhi 54 721 yulia 54 722 Ade 52 7

Rata- rata (Mean) 52,09 7,45

4.2.2 Perhitungan Nilai Standar Deviasi

SD = √∑ ¿¿¿¿

4.2.2.1 Standar Deviasi Data Lingkar Kepala

No Nama Lingkar Kepala ( Xi )

(xi - ) (xi - ) 2

1 Abdul rohman 50

52,09

-2,09 4,36812 Agus Maryono 54 1,91 3,64813 Ahmad M. 52 0,09 0,00814 Amir 49 -3,09 9,54815 Bagas 50 2,09 4,36816 Choirul 52 -0,09 0,00817 Didin 51 -1,09 1,18818 Mahyar 52 -0,09 0,00819 Mahyudi 52 -0,09 0,0081

10 Perly 53 1,09 1,188111 Rizki 51 -1,09 1,188112 Rohman 54 2,09 4,368113 Rion 52 -0,09 0,008114 Roisandi 50 -2,09 4,368115 Saripudin 53 1,09 1,188116 Sopyan 54 2,09 4,368117 Supriyadi 54 2,09 4,368118 Supriyatna 50 -2,09 4,368119 Wahyuhabibi 53 1,09 1,188120 Widhi 54 2,09 4,368121 yulia 54 2,09 4,368122 Ade 52 -0,9 0,81

Jumlah 1146 5,01 59,3001

SD =√ Cn−1

= √ 59.3021

= √2.82

= 1.679 cm