laporan dsb

10
I. Tujuan Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa dihrapkan dapat : a. Mengetahui apa yang dimaksud modulasi DSB dan SSB. b. Mengetahui bentuk dari modulasi DSB dan SSB dengan menggunakan osiloskop. c. Mengetahui bentuk gelombang dari modulasi DSB dan SSB. II. Dasar Teori Modulasi merupakan proses mengubah-ubah parameter suatu sinyal (sinyal pembawa atau carrier) dengan menggunakan sinyal yang lain (yaitu sinyal pemodulasi yang berupa sinyal informasi). Sinyal informasi dapat berbentuk sinyal audio, sinyal video, atau sinyal yang lain. Berdasarkan parameter sinyal yang diubah-ubah, modulasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis: 1. Modulasi amplitudo (AM, Amplitudo Modulation) Pada modulasi amplitudo, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi mengubah-ubah amplitudo sinyal pembawa. Besarnya amplitudo sinyal pembawa akan berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi. 2. Modulasi frekuensi (FM, Frequency Modulation) Pada modulasi frekuensi, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi mengubah-ubah frekuensi sinyal pembawa. Besarnya frekuensi sinyal pembawa akan berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi. Laporan Teknik Komunikasi Radio 1

Upload: handriyosidhiwidagdo

Post on 26-Jan-2016

303 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

laporan praktikum teknik komunikasi radio

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan DSB

I. Tujuan

Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa dihrapkan dapat :

a. Mengetahui apa yang dimaksud modulasi DSB dan SSB.

b. Mengetahui bentuk dari modulasi DSB dan SSB dengan menggunakan osiloskop.

c. Mengetahui bentuk gelombang dari modulasi DSB dan SSB.

II. Dasar Teori

Modulasi merupakan proses mengubah-ubah parameter suatu sinyal (sinyal

pembawa atau carrier) dengan menggunakan sinyal yang lain (yaitu sinyal pemodulasi

yang berupa sinyal informasi). Sinyal informasi dapat berbentuk sinyal audio, sinyal

video, atau sinyal yang lain. Berdasarkan parameter sinyal yang diubah-ubah, modulasi

dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:

1. Modulasi amplitudo (AM, Amplitudo Modulation)

Pada modulasi amplitudo, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi mengubah-

ubah amplitudo sinyal pembawa. Besarnya amplitudo sinyal pembawa akan

berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi.

2. Modulasi frekuensi (FM, Frequency Modulation)

Pada modulasi frekuensi, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi mengubah-

ubah frekuensi sinyal pembawa. Besarnya frekuensi sinyal pembawa akan

berbanding lurus dengan amplitudo sinyal pemodulasi.

3. Modulasi Fasa (PM, Phase Modulation)

Pada modulasi fasa, sinyal pemodulasi atau sinyal informasi mengubah-ubah

fasa sinyal pembawa. Besarnya fasa sinyal pembawa akan berbanding lurus dengan

amplitudo sinyal pemodulasi.

A. Modulasi Amplitudo

Pada modulasi amplitudo maka besarnya amplitudo sinyal pembawa akan

diubah-ubah oleh sinyal pemodulasi sehingga besarnya sebanding dengan

amplitudo sinyal pemodulasi tersebut. Frekuensi sinyal pembawa biasanya jauh

lebih tinggi daripada frekuensi sinyal pemodulasi. Frekuensi sinyal pemodulasi

Laporan Teknik Komunikasi Radio 1

Page 2: Laporan DSB

ec = Vc sin ωc t ec = Vc sin ωc t

biasanya merupakan sinyal pada rentang frekuensi audio (AF, Audio Frequency)

yaitu antara 20 Hz sampai denan 20 kHz. Sedangkan frekuensi sinyal pembawa

biasanya berupa sinyal radio (RF, Radio Frequency) pada rentang frekuensi tengah

(MF, Mid- Frequency) yaitu antara 300 kHz sampai dengan 3 Mhz.

Sinyal pemodulasi dinyatakan sebagai (em) besarnya em dapat dinyatakan

sebagai berikut :

Sinyal pembawanya dinyatakan sebagai (ec) besarnya ec dapat dinyatakan

sebagai berikut :

Maka sinyal hasil modulasi disebut sinyal termodulasi atau eAM. Berikut ini

adalah analisis sinyal termodulasi AM.

eAM = Vc (1 + m sin ωm t ) sin ωc t

= Vc . sin ωc t + m . Vc . sin ωc t . sin ωm t

= Vc . sin ωc t + ½ m.Vc.cos(ωc - ωm) t - ½ m.Vc.cos(ωc + ωm) t

Komponen AM terdiri atas :

1. Sinyal termodulasi AM / ec

2. Bidang sisi bawah / LSB (Lower Side Band)

3. Bidang sisi atas / USB (Upper Side Band)

Laporan Teknik Komunikasi Radio 2

em = Vm sin ωm t em = Vm sin ωm t

½ m.Vc.cos(ωc - ωm) t

½ m.Vc.cos(ωc - ωm) t

½ m.Vc.cos(ωc - ωm) t

½ m.Vc.cos(ωc - ωm) t

Page 3: Laporan DSB

AM mempunyai jenis-jenis modulasi sebagai berikut:

1. AM SSB (Single Sideband) adalah salah satu jenis modulasi amplitudo dimana

spektrum frekuensi yang dipancarkan hanya salah satu dari spektrum frekuensi

AM yaitu frekuensi LSB (Lower Sideband) atau frekuensi USB (Upper

Sideband) saja.

2. AM DSBFC (Double Sideband Full Carrier) disebut juga full AM dimana

spektrum yang dipancarkan adalah spektrum frekuensi AM yaitu frekuensi

LSB dan frekuensi USB. Bandwidth sinyal termodulasinya adalah sama

dengan dua kali sinyal informasinya.

3. AM DSBSC (Double Sideband Supprised Carrier) adalah jenis modulasi

amplitudo dimana spektrum frekuensi carrier di tekan mendekati nol.

4. AM VSB (Vestigial Sideband) sering digunakan pada industri televisi

komersial untuk transmisi dan penerimaan sinyal video. Pada VSB sebagian

komponen LSB ikut di transmisikan dengan komponen USB dan komponen

pembawa.

III. Alat dan Bahan

1. Modulator AM

2. Power supply

3. Multimeter

4. Osciloskop

5. Generator function

6. Kabel Power

7. Kabel Jumper

8. Kabel Probe Oscilloscope

Laporan Teknik Komunikasi Radio 3

Page 4: Laporan DSB

IV. Gambar Rangkaian

Gambar Rangkaian 4.1 Modulasi DSB dan SSB

V. Langkah Kerja

1. Siapkan alat dan bahan percobaan.

2. Hubungkan power supply dengan catu daya.

3. Rangkai hubungan yang terpasang untuk percobaan 1 dan 2.

4. Pastikan sinyal input berupa input sinyal digital / TTL Input pada

generator function.

5. Aturlah frekuensi agar menghasilkan m = 50 % , 75 % , 100% , 125 % .

Ukur Em dan Ec

6. Gambar sinyal yang muncul.

7. Pidahkan saklar AM ke DSB, gambar sinyal yang muncul dan aturlah

frekuensi dan amplitudo sinyal informasi

8. Pindahkan output ke SSB, ulangi langkah-langkah.

Laporan Teknik Komunikasi Radio 4

Page 5: Laporan DSB

VI. Hasil Percobaan

1. Mengukur agar “m” sesuai pada tabel di bawah (DSB) :

m Keterangan Bentuk sinyal

50 %

Vin = 1,6 VVout = 2 VFin = 1,4 KHzFout = 4,4 KHz

75 %

Vout = 4,16 VVin= 2,56 VFin = 1,4 KHz Fout = 19,9 KHz

100 %

Vout = 5,6 VVin = 3,36 VFin = 1,4 KHz Fout = 20,4 KHz

125 %

Vout = 7,12 VVin = 4,24 VFin = 1,4 KHz Fout = 20,4 KHz

Laporan Teknik Komunikasi Radio 5

Page 6: Laporan DSB

2. Mengukur agar m sesuai dengan tabel dibawah (SSB) :

m Keterangan Bentuk sinyal

50 %

Vin = 1,6 VVout = 0,68 VFin = 1,5 KHz Fout= 18,23 KHz

75 %

Vin = 2,5 VVout = 1,12 VFin = 1,5 KHz Fout = 10,6 KHz

100 %

Vin = 3,36 VVout = 1,4 VFin = 1,5 KHz Fout = 20,4 KHz

125 %

Vin = 4,2 VVout = 1,76 VFin = 1,5 KHz Fout = 10,7 KHz

Laporan Teknik Komunikasi Radio 6

Page 7: Laporan DSB

VII. Analisa

Pada percobaan diatas adalah percobaan untuk mengetahui modulasi DSB dan SSB.

Dalam modulasi tersebut, indeks modulasi berpengaruh dalam pemodulasian dan hasil

sinyal termodulasi. Dalam percobaan tersebut, dilakukan perubahan indeks modulasi

untuk mnehetahui pengaruh dari indeks modulasi tersebut. Dalam percobaan DSB,

frekuensi input yang digunakan sebesar 1,4 KHz. Amplitudo sinyal pembawa sebesar

3,36 volt. Untuk mendapat indeks modulasi sebesar 25%, maka digunakan perhitungan

sebagai berikut :

M = x 100 %

50 % = x 100 %

Em = x 3,36 = 1,68 volt

Dari perhitungan tersebut, maka amplitudo sinyal input diatur sebesar 1,68 volt.

Maka akan menghasilkan output sinyal termodulasi seperti berikut :

Demikian selanjutnya untuk mendapatkan indeks modulasi sebesar 75%, 100%,

dan 125%. Dari perhitungan mencari Em, maka didapatkan hasil seperti dalam tabel

hasil percobaan. Pada modulasi DSB ini, perubahan indeks modulasi tidak

Laporan Teknik Komunikasi Radio 7

Page 8: Laporan DSB

menyebabkan sinyal termodulasi mengalami perubahan seperti aliasing. Yang

menyebabkkan perubahan sinyal termodulasi adalah dari frekuensi inputnya.

Sedangkan dalam percobaan SSB, dilakukan hal yang sama untuk mencari nilai

indeks modulasinya. Setelah Em didapatkan, maka dapat dilihat bentuk sinyalnya dalam

tabel hasil percobaan. Dalam percobaan ini, menggunakan frekuensi input sebesar 1,5

Khz. Namun, hasil sinyal termodulasi sudah tidak dapat dengan jelas sebagai sinyal

termodulasi, karena frekuensi inputnya terlalu besar. Dalam percobaan DSB dan SSB

yang telah dilakukan, sinyal termodulasi sama seperti sinyal termodulasi AM, hanya

saja pada modulasi DSB dan SSB ini, perubahan indeks modulasi tidak berpengaruh

pada sinyal termodulasinya, sehingga tidak terjadi aliasing.

VIII. Kesimpulan

1. Indeks modulasi tidak berpengaruh pada sinyal termodulasi DSB.

2. Indeks modulasi tidak berpengaruh pada sinyal termodulasi SSB.

3. Pada modulasi DSB dan SSB tidak terjadi aliasing.

4. Pada modulasi SSB, frekuensi input diatas 1 KHz akan membuat sinyal tidak

terbentuk.

Laporan Teknik Komunikasi Radio 8