laporan aet 5b karet (hantar)

Upload: armada-karoe-karoe

Post on 14-Oct-2015

145 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ROCKPOSPAT DAN MEDIA TANAM

LAPORAN

OLEH :AFDELING 1AGROEKOTEKNOLOGI V-B

LABORATORIUM BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT DAN KARETPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA2014

RESPON PERTUMBUHAN STUMP KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ROCKPOSPAT DAN MEDIA TANAM

LAPORAN

OLEH :AFDELING 1AGROEKOTEKNOLOGI V-B

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan KaretFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

LABORATORIUM BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT DAN KARETPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA2014Judul :Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Pupuk Rockpospat dan Media Tanam Nama : Afdeling 1Program Studi : Agroekoteknologi 5

Disetujui OlehDirektur Utama:

(Ir. Charloq, M.P)NIP.196111091986012001

Diketahui Oleh : Diperiksa Oleh: Asisten Kepala Asisten Korektor

(Hantar M. K. S. Sinamo) (Hantar M. K. S. Sinamo) NIM: 090301176NIM: 090301176

i

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.Adapun judul dari laporan ini adalah Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Pupuk Rockphospat dan Media Tanam yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan Karet Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah budidaya tanaman kelapa sawit dan karet yaitu Ir.Charloq,M.P. selaku dosen penanggung jawab praktikum, Abu Yazid, SP, M.Stat. selaku konsultan statistika, Niko Fadzila, SP selaku manager, Hantar M.K. S. Sinamo selaku asisten kepala, dan kepada asisten yang turut membantu dalam penyelesaian laporan ini.Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiDAFTAR TABELivDAFTAR LAMPIRANvPENDAHULUANLatar Belakang1Tujuan Praktikum3Hipotesis Percobaan3Kegunaan Penulisan4TINJAUAN PUSTAKABotani Tanaman4Syarat Tumbuh5Iklim5Tanah6Pembibitan Stum Mata Tidur Karet8Pupuk Rockpospat 9ZPT Rootone-F11Media Tanam 11

BAHAN DAN MEDOTEWaktu dan Tempat Praktikum13Bahan dan Alat13Prosedur Percobaan13Pelaksanaan Percobaan15Persiapan Lahan15Persiapan Media Tanam15Penanaman Stum Mata Tidur15Pemeliharaan Tanaman15Penyiraman15Penyiangan16Pengamatan Parameter16Kecepatan Mata Okulasi Melentis (hari)16Tinggi Tanaman (cm)15Persentase Tunas Bertunas (%)16Persentase Tunas (cm)16Jumlah Daun (helai)17Diameter Tunas (mm)17

HASIL DAN PEMBAHASANHasil18Pembahasan18KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan20Saran20

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABELNo. Hal1. Rataan Persentase Okulasi Bertunas18

DAFTAR LAMPIRANNo. Hal1. Hasil pengamatan persentase tumbuh tanaman (%)232. Deskripsi klon PB 26024

3. Bagan Percobaan25

PENDAHULUANLatar BelakangTanaman karet (Hevea brassiliensis Muell. Arg) termasuk famili euphorbiaceae atau tanaman getahan. Dinamakan demikian karena golongan famili ini jaringan tanaman yag banyak mengandung getah (lateks) tersebut mengalir keluar apalagi jaringan tanaman terlukai manfaat dan kegunaan nya. Tanaman ini digolongkan keadaan industri. Tanaman karet berasal dari lembah amazon. Karet liar masih ditemukan dibagian utama amerika selatan dari brazil hingga venezuela dan dari kolombia hingga bolivia ( Syamsulbahri,1996).Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup Internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperolah dari karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal tanaman karet itu sendiri, yaitu Amerika Serikat (Sianturi, 2001).Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam industri otomotif. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia. Diperkirakan ada lebih dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia, 85% di antaranya (2,9 juta hektar) merupakan perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat atau petani skala kecil, dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta (Janudianto, dkk., 2013).Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pengembangan pusat-pusat pertumbuhan perekonomian di daerah dan sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Guna mendukung keberhasilan pengembangan karet, perlu disusun Teknis Budidaya Tanaman Karet digunakan sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait pengolahan komoditi tersebut (Disbun Kuansing, 2010).Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025 yang dapat dicapai apabila areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul secara berkesinambungan (Anwar, 2007).Pemberian pupuk fosfat merupakan salah satu cara perbaikan teknik budidaya yang dapat dilakukan guna mencapai tujuan yang optimal bibit karet stum mata tidur. Pada stadia ini unsur fosfat mempunyai peranan sangat penting bagi tanaman karet dalam proses pembentukan akar dan melindungi daerah perakaran batang bawah yang luka sewaktu pembongkaran dari lokasi pembibitan dan juga proses respirasi sehingga proses metabolisme pada sistem perakaran batang bawah dapat terbentuk dengan baik. Dengan pengaruh pupuk fosfat yang sangat penting diawal pertumbuhan stum mata tidur karet, maka pemberian pupuk fosfat sangat dianjurkan diawal pertumbuhan stum (Adi dan Istianto, 2009).Tujuan PenulisanTujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui Respon Pertumbuhan Batang Bawah Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Pupuk Posfat Pada Media Tanam.Hipotesis PercobaanDiduga adanya pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan stump mata tidur Karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg). Diduga adanya pengaruh pemberian Pupuk Rockpospat terhadap pertumbuhan stump mata tidur Karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg). Diduga adanya interaksi media tanam dan pupuk Rockpospat terhadap pertumbuhan stump mata tidur Karet (Hevea brassiliensis Muell.Arg).Kegunaan PenulisanKegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di Laboratorium Budidaya Tanaman Kelapa Sawit dan Karet, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKABotani TanamanKlasifikasi tanaman karet menurut Setyamidjaja (1993) taksonomi tanaman sebagai berikut adalah Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae; Class: Dicotyledonae; Ordo: Euphorbiales; Family: Euphorbiaceae; Genus: Hevea; Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg.Tanaman karet memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral yang menempel pada akar tunggang dan akar serabut. Pada tanaman yang berumur 3 tahun kedalaman akar tunggang sudah mencapai 1,5 m. Apabila tanaman sudah berumur 7 tahun maka akar tunggangnya sudah mencapai kedalaman lebih dari 2,5 m. Pada konsisi tanah yang gembur akar lateral dapat berkembang sampai pada kedalaman 40-80 cm. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).Batang Tanaman karet yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan diameter batang yang cukup besar. Umumnya, batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan di bagian atas. Di batang inilah mengandung getah yang lebih dikenal dengan nama lateks (Setiawan dan Andoko, 2000). Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun mulai rontok apabila memasuki musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya terdapat 3 anak daun pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips, memanjang dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam (Marsono dan Sigit, 2005). Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam satu paying tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lontar. Panjangnya antara 4-8 cm. Ukuran bunga betina lebih besar sedikit dari bunga jantan. Bunga jantan memiliki 20 benang sari yang tersusun dari tiang kepala sari, terdapat 2 karangan tersusun dari pada yang lain. Paling ujung adalah bakal buah yang tinggi yang tumbuh secara sempurna (Syamsulbahri, 1996).Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Biji-biji yang terlontar, kadang-kadang sampai jauh, akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Tim Penulis, 2011).Syarat TumbuhIklimCurah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2000 4000 mm/tahun, yakni pada ketinggian sampai 200 m diatas permukaan laut. Untuk pertumbuhan karet yang baik memerlukan suhu antara 250- 350 C, dengan suhu optimal rata-rata 280C. Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon-klon tertentu yang peka terhadap angin kencang (Setyamidjaja, 1993). Tanaman karet tmbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 m dpl. Makin tinggi tempat, perumbuhannya semakin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 m dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet. Jika dalam waktu yang lama suhu rata-rata kurang dari 200c, maka tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya karet, demikian sebaliknya (Setyamidjaja, 1993).Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar diantara 75-90%. Lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari sangat menentukan produktivitas tanaman. Di daerah yang kurang hujan yang menjadi faktor pembatas adalah kurangnya air, sebaliknya di daerah yang terlalu banyak hujan, cahaya matahari menjadi faktor pembatas. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang cukup paling tinggi antara 5 7 jam. Angin yang bertiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang (Sianturi, 2001).Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah zona pada 150 LU- 150 LS. Bila ditanam di luar zona tersebut tumbuhnya agak lambat sehingga untuk memulai produksinyapun lebih lambat (Sadjad, 1995).TanahTanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasemya. Akan tetapi, sifat-sifat kimianya umumnya cukup subur. Tetapi sifat fisisnya terutama drainasenya dan aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran-saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini (Setyamidjaja, 1993).Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah tanah yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang dikehendaki adalah bersolum dalam, jeluk lapisan dalam lebih dari 1 m, permukaan air tanah rendah. Sangat toleran terhadap kemasaman tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).Dianjurkan jangan menanam karet didaerah bekas hutan. Tanah bekas kebun karet dan bekas ditumbuhi alang-alang akan lebih baik, asalkan penjalaran akar tidak terhalang. Oleh karena itu bila diperoleh lapisan cadas atau saat penanaman , sebaiknya lapisan itu disingkirkan atau dihancurkan, pengerjaanya dapat dilakukan secara manual maupun dengan meggunakan alat berat hanya saja apabila menggunakan alat berat membutuhkan biaya yang cukup besar tetapi hasil pekerjaannya lebih rapi. Penanaman sebainya terdapat pada satu areal, jangan sampai terpencar. Panyatuan areal ini dimaksudkan agar tanaman mudah dikontrol ( Sugito, 1999).Sedangkan tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya kurang baik sehingga drainase dan aerasenya kurang baik. Tanah-tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang ada di negeri ini dengan bantuan pemupukan dan pengelolaan yang baik bisa dikembangkan menjadi perkebunan karet dengan hasil yang cukup baik (Damanik, dkk., 2010).

Pembibitan Stum Mata Tidur KaretKriteria bibit stump mata tidur yang baik yaitu memiliki akar tunggang lurus, tidak bercabang, panjang minimal 35 cm dan akar lateral yang disisakan panjangnya 5 cm, tinggi batang di atas okulasi sekitar 5-7 cm, memiliki diameter batang sekitar 2,5 cm. Bagian bekas pemotongan diolesi TB 192 atau parafin, apabila diperoleh pada bagian okulasi berwarna hijau, jika bibit memiliki akar tunggang lebih dari satu, pilih satu akar tunggang yang paling baik dan yang lainnya dibuang (Purwanta, dkk., 2008).Bibit karet klonal atau stum okulasi mata tidur (OMT) adalah pembibitan main nursery yang menggunakan batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup, seragam, mudah dikemas, mudah diatur dan mudah diangkut. Bibit karet yang akan ditanan di lapang harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit dalam kondisi prima, terhindar dari hama/penyakit, dan sebagainya (Suylistya, 2005).Pembuatan bibit karet OMT dimulai dengan menyemaikan biji karet sebagai batang bawah. Setelah mencapai umur 9-12 bulan, batang bawah diokulasi dengan mata entres yang diambil dari kebun induk yang terpilih. Setelah 1 bulan, batang bawah dipotong menyerong.Bibit karet kemudian dibongkar dari tempat tumbuhnya setelah tempelan okulasi dipastikan hidup. Setelah okulasi jadi, batang bawah dipotong 5 cm di atas mata okulasi, kemudian dibongkar (Suylistya, 2005). Daya kecambah biji karet sangat erat kaitannya dengan tingkat kemasakan biji. Biji karet dikatakan masak fisiologis pada saat berat segar biji maksimum atau pada saat tidak ada lagi pertambahan berat kering dan kadar airnya sudah konstan. Biji yang dipanen pada saat masak fisiologis mempunyai daya kecambah 97-100%. Panen biji yang terbaik adalah pada saat masak fisiologis dengan cara memetik buah di pohon, karena pada saat itu bobot kering dan kejaguran benih mencapai maksimum (WPPP, 2009).Pupuk RockpospatDalam persyaratan agronomis pengusahaan tanaman karet, penambahan hara dari pupuk secara teratur, terbukti dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman dan peningkatan produksi. Respon pemupukan pada pertumbuhan lilit batang tanaman karet yang belum menghasilkan adalah sebesar 29%, Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan dapat meningkatkan produksi sebesar 15-25% (Adi dan Istianto, 2009).Penelitian penggunan P-alam yang berasal dari luar pada berbagai tanaman perkebunan telah lama dilakukan, sedangkan penelitian penggunaan P-alam lokal masih sedikit dikarenakan deposit P-alam yang ada di Indonesia masih sedikit yang ditambang serta kandungan P relatif lebih beragam jika dibandingkan dengan yang berasal dari P-alam impor. Hasil penlitian penggunaan P-alam pada tanaman perkebunan di Indonesia masih terbatas pada tanaman kelapa sawit, karet dan kakao mengingat ketiga komoditas tersebut banyak dikembangkan ke lahan dengan pH tanah masam (Nurjaya dkk, 2009).P-alam adalah batuan apatit yang mengandung fosfat cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk, dengan rumus molekul Ca10 (PO4, CO2) 6F2. P-alam yang mengalami pelapukan, ion Ca bisa disubstitusi oleh ion Na dan Mg. Pupuk P-alam mempunyai kelarutan yang rendah bila digunakan pada tanah yang bereaksi agak netral sampai netral terutama untuk tanaman semusim, sehingga penyediaan hara P dari pupuk lebih lambat dibandingkan kebutuhan P untuk tanaman tersebut (Nurjaya dkk., 2009).Fosfat alam (rock phosphate) adalah nama umum yang digunakan untuk beberapa jenis batuan yang mengandung mineral fosfat dalam jumlah yang cukup signifikan, atau nama mineral yang mengandung ion fosfat dalam struktur kimianya. Banyak jenis batuan mempunyai komponen yang mengandung fosfat, akan tetapi batuan yang mengandung sejumlah fosfat yang mempunyai nilai ekonomi sebagai bahan tambang atau bijih tambang tidak banyak dijumpai (Kasno dkk., 2009).Tanaman karet membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan berproduksi. Pemupukan dalam perlindungan tanaman karet bukan berperan langsung untuk memberantas patogen, tetapi berperan dalam meningkatkan kesehatan tanaman karet. Penggunaan pupuk dalam pengendalian penyakit karet memberikan banyak keuntungan yaitu penghematan biaya, tenaga dan waktu dibandingkan dengan penggunaan fungisida, selain itu pemberian pupuk juga akan mempengaruhi peningkatan pertumbuhan produksi tanaman (Nurhayati dkk., 2006).Beri pupuk dasar pada lubang tanam sebelum karet ditanam. Pemberian pupuk dapat dilakukan segera setelah penggalian lubang. Jenis pupuk yang digunakan adalah Rock Phosphate (RP) dosis 250 gram per lubang tanam yang dicampurkan secara merata pada tanah hasil galian dan digunakan untuk menimbun tanaman karet. Pemberian pupuk dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan akar tanaman karet yang baru ditanam sebelum mulai beradaptasi dengan kondisi di lapangan (Budi dkk., 2008).ZPT Rootone-FUntuk memecahkan masalah bibit stump mata tidur yang mati, dapat digunakan bantuan ZPT dengan konsentrasi ZPT IBA 2000-3000 ppm, ternyata dapat meningkatkan keberhasilan pertumbuhan mata okulasi. ZPT yang diberikan bukan merupakan hara bagi tanaman. Rootone-F adalah salah satu contoh ZPT yang berbentuk tepung. Cara pemakaiannya yaitu dengan membasahi lebih dhulupangkal stek kurang 3 cm, lalu dicelupkan ke dalam ZPT (Syamsulbahri, 1996).Banyak bukti bahwa auksin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan batang akar, menghambat pertumbuhan cabang lateral, serta mengaktifkan kerja lapisan kambium. Rootone-F bukanlah Fitohormon atau pestisida, tapi merupakan suatu zat kimia yang dapat merangsang proses biokimia dan fisiologis tanaman dengan cara meresap baik melalui daun, akar dan kuncup bunga, mempengaruhi proses aliran plasma ke dalam sel-sel, memberikan kekuatan vital untuk menjalankan pertumbuhan (Setyamidjaja, 1993).Media TanamMedia yang cocok untuk persemaian benih karet ialah tanah yang cukup subur. Tanah dihaluskan menggunakan cangkul dan bebas dari bekas-bekas akar dan kotoran lainnya. Tanah diratakan, tanah-tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik terutama dari segi struktur, tekstur, aerasi. Permukaan bedengan dilapisi pasir halus yang telah diayak dan bersih dengan ketebalan 5-10 cm (Setyamidjaja, 1993).Media yang digunakan untuk penyemaian biasa hanya terdiri atas pasir saja tetapi kadang-kadang juga diberi campuran sekam padi, lumut yang telah membusuk, tanah gembur, kompos, top soil, dan sebagainya. Banyak media yang dapat digunakan untuk penanaman benih asalkan tanahnya gembur dan halus, sehingga akar baru yang keluar tidak terhambat pertumbuhannya (Widianto, 2000).Tanah untuk media tanam harus subur dan berhumus yang bisa diambil dari tanah permukaan (top soil) dengan kedalaman maksimum 15 cm. Tanah tidak perlu dicampur pupuk kandang, pasir atau bahan lainnya. Setelah itu, kecambah karet ditanam dengan cara yang sama dengan menanam kecambah pada persemaian di lahan. Kantong plastik atau polybag yang digunakan untuk tempat menyemaikan bibit karet sebaiknya berukuran 25x56 cm atau diperkirakan dapat menampung 10 kg tanah. Sebelum tanah dimasukkan ke dalamnya, dasar plasatik harus diberi lubang sebagai tempat keluarnya air siraman (Setiawan dan Andoko, 2000).Tanah pengisi kantong adalah tanah lapisan atas dicampur merata dengan pupuk fosfat alam sebanyak 100 g Agrophos (35% P2O5) per kantong. Bila perlu dapat dicampur dengan 1/10 bagian pupuk kandang. Untuk mengisi kantong digunakan tanah lapisan atas (top soil) 30 cm. Tanah galian parit-parit batas tertentu tempat penyusunan kantong plastik (15cm) dapat juga diambil sebagai bahan pengisi. Tanah tersebut dihancurkan sehingga tidak terdapat bongkah-bongkah. Kemudian hancuran tanah diayak untuk membuang akar-akar, kayu, batu dan lain-lain. Pengisian dilakukan secara berangsur-angsur, diisi 1/3 bagian lantas dipadatkan, setelah 2/3 ditanamkan tunggul ditengah-tengah dan dipadatkan. Pengisian 1/3 terakhir adalah 3 cm dari bibir kantong, kemudian dipadatkan, sehingga berdiri kokoh dan tidak terdapat rongga (Sianturi, 2001).BAHAN DAN METODE

Tempat Dan Waktu PercobaanPercobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian 25 m dpl. Percobaan ini dilakukan mulai Bulan Maret 2014 sampai dengan selesai.Bahan dan AlatAdapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah stump mata tidur, tanah topsoil dan pasir sebagai media tanam, pupuk rockphospat sebagai bahan pemupukasn, label untuk menandai polibag, air untuk menyiram stump, rootone sebagai zat pengatur tumbuh untuk merangsang pertumbuhan stump.Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk mengolah dan mencampurkan media tanam, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, polybag ukuran 5 kg sebagai tempat penanaman, meteran untuk mengukur tinggi stump, timbangan analitik untuk menimbang berat pupuk, plank, gembor dan buku data, alat tulis untuk mencatat data pengamatan dan alat lain yang menudukung praktikum ini.Prosedur PercobaanMetode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :Faktor 1 : Pemberian Pupuk Rockphospat dengan 4 taraf perlakuan yaitu,P0: 0 g/polibag.P1: 15g/polibagP2: 30 g/polibag.P3: 45g/polibagFaktor 2: Media Tanam yang terdiri dari 4 taraf yaituM1: Top Soil : Pasir (1 : 1)M2: Top Soil : Pasir (2 : 1)M3: Top Soil : Pasir (3 : 1)M4: Top Soil : Pasir (4 : 1)Maka akan didapat 16 kombinasi perlakuan yaitu :P0M1P1M1P2M1P3M1P0M2P1M2P2M2P3M2P0M3P1M3P2M3P3M3P0M4P1M4P2M4P3M4Jumlah ulangan: 3 ulanganJumlah polibeg/plot: 2 polibekJumlah tanaman/polibeg: 1 tanamanJumlah tanaman seluruhnya: 96 tanamanData hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linier aditif sebagai berikut:Yij = + i + j + ( )ij + ijDimana : Yij: Hasil Pengamatan pada taraf ke-i akibat perlakuan pupuk rockphospat dengan Media Tanam ke-j : Nilai tengah i: Efek Perlakuan pupuk rockphospat (P) pada taraf ke-i j: Efek Media Tanam (M) pada taraf ke-j ( )ij: Interaksi antara pupuk rockphospat taraf ke-i dan Media Tanam ke-j ij : Galat dari pupuk rockphospat ke-j dan pengaruh Media Tanam ke-k.Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan uji jarak berganda duncan (DMRT) dengan taraf 5 % (Hanafiah, 2002).Pelaksanaan PercobaanPersiapan LahanLahan percobaan dibersihkan dari gulma dengan dicangkul dan dibuat bedengan sebagai tempat peletakan polybag, setelah bedengan selesai disekeliling bedengan dibuat parit sedalam 30 cm.Persiapan Media TanamMedia tanam yang digunakan adalah topsoil + pasir sesuai dengan perlakuan masing-masing, kemudian dicampur dan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 5 kg.Penanaman Stum Mata TidurStum mata tidur yang digunakan dipilih yang baik yang berasal dari balai penelitian karet, kemudian pada media tanam dibuat lubang dengan mengunakan tugal. Stum mata tidur di tanam di polybag yang diisi tanah sesuai perlakuan sedalam batas leher akar stum. Mata tunas dari stum diletakkan ke arah datangnya sinar matahari lalu tanah dipadatkan dan disiram secukupnya.Pemeliharaan TanamanPenyiramanPenyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung kepada kondisi kelembapan dengan menggunakan gembor dan selanjutnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

PenyianganPenyiangan dilakukan setiap minggunya dengan mencabut gulma menggunakan tangan pada saat gulma mulai tumbuh di media dan dengan cangkul jika di bedengan.Pengamatan Parameter Kecepatan Mata Okulasi Melentis (hari)Kecepatan keluarnya tunas diamati dengan menghitung mata tunas yang melentis setiap hari pada 1 minggu setelah tanam selama 14 hari. Adapun ciri-ciri tunas mata melentis adalah mata tunas membengkak dan berwarna hijau. Kecepatan mata stum melentis = N = jumlah bibit stum yang melentis pada satuan waktu tertentu. T = jumlah waktu melentis (1 minggu setelah tanam yaitu selama 14 hari)

Persentase Tunas Bertunas (%) Persentase tunas bertunas dihitung pada 3 minggu setelah tanam dihitung dengan rumus : Persentase tunas bertunas : x 100 %Panjang Tunas (cm)

Panjang tunas diukur dari pangkal tumbuhnya tunas hingga titik tumbuh dan dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman tertinggi dengan memakai penggaris (lebih bagus menggunakan meteran kain) sebagai alat bantu. Pengukuran dimulai sejak 4 minggu setelah tanam (4 MST) dengan interval 1 minggu sekali.

Jumlah Daun (helai) Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang sudah membuka sempurna dimulai sejak 5 minggu setelah tanam (5 MST).Diameter Tunas (mm)Diameter tunas diukur pada akhir pengamatan yakni pada 6 MST dengan menggunakan jangka sorong diukur pada pangkal tumbuhnya tunas.

HASIL DAN PEMBAHASANHasilDari hasil percobaan yang dilakukan terhadap parameter yang diamati, yaitu persentase okulasi bertunas, panjang tunas dan jumlah daun, tidak diperoleh data dengn baik. Data yang dapat ditampilkan hanya data persentase okulasi bertunas, seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 1. Rataan Persentase Okulasi Bertunas.21 HSTM1M2M3M4Rataan

P00.500.000.330.000.21

P10.170.170.500.000.21

P20.000.000.170.170.08

P30.000.170.330.000.13

Rataan0.170.080.330.040.16

PembahasanTabel diatas menunjukkan bahwa persentase okulasi bertunas sangat rendah, seluruhnya dibawah rata-rata 16%. Hal ini dikarenakan kesalahan teknis dalam percobaan yang dilakukan, antara lain ukuran polybag yang tidak sesuai dengan ukuran stump, dan tingginya intensitas matahari yang diperoleh stump tersebut.Ukuran polybag yang digunakan tidak sesuai dengan panjangnya stump yang digunakan. Hal ini menyebabkan penanaman stump tidak sampai batas diatas leher akar atau pangkal batang. Dimana penanaman stump yang dianjurkan harus sampai batas pangkal atau diatas leher akar agar akar serabut yang terdapat pada akar stup juga tertanam dan dapat menyerap unsur hara yang disediakan pada media tanam. Akan tetapi, penanaman yang dilakukan tidak sampai pada batas pangkal batang sehingga hanya akar tunggang yang masuk kedalam media tanam sedangkan akar serabut berada diatas permukaan media tanam. Dimana akar tunggang berfungsi memperkokoh tanaman sedangkan akar serabut berfungsi dalam penyerapan unsur-unsur hara dan mineral. Hal ini mengakibatkan stump yang digunakan tidak memperoleh unsur-unsur hara dan mineral dan mengakibatkan kematian pada stump. Seharusnya digunakan ukuran polybag yang selaras dengan ukuran stump yang digunakan dan juga dapat dilakukan sedikit pemotongan akar bagian bawah agar sesuai dengan ukuran polybag. Pemotongan dilakukan pada bagian akar sehingga stump dapat ditanam sedalam pangkal batang atau diatas leher akar sehingga akar-akar serabut juga tertanam dan dapat menyerap unsur-unsur hara dan mineral pada media tanam yang digunakan. Tingginya intensitas matahari yang diperoleh oleh stump mengakibatkan pada mata okulasi stump tersebut mati. Hal ini mengakibatkan mata okulasi menjadi bewarna cokelat dan tidak dapat memecah menghasilkan tunas atau melentis. Sebaiknya diperlukan penyiraman yang rutin pada stump tersebut dan naungan agar stump tersebut tidak memperoleh cahaya matahari yang sangat tinggi. Naungan dapat dilakukan seperti pembuatan naungan atau dibawah pepohonan. Hal ini dilakukan agar cahaya matahari tidak terkena langsung pada mata okulasi stump tersebut yang dapat menghambat proses melentis stump tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanPemberian pupuk rock phospat dan media tanam belum mampu meningkatkan pertumbuhan stump tanaman karet pada percobaan ini.Saran1. Sebaiknya ukuran polybag selaras dengan bahan tanam yang digunakan. 2. Sebaiknya pembibitan stump tanaman karet dilakukan di lahan yang ternaungi atau tidak terkena intensitas matahari yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, P. N dan Istianto. 2009. Pentingnya Pemupukan Tanaman Karet. Balai Penelitian Sungei Putih, Deli Serdang.

Anwar, C., 2007. Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan.

Basuki dan Tjasadiharja, A. Warta Pusat Penilitian Karet. Volume 14 Nomor 2 (89-101) Juni 1995 Asosiasi Penilitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia.CV. Monora. Medan, hlm 91-92.

BPTP Jambi. 2008. Teknologi Pemupukan Tanaman Karet Rakyat Telah Menghasilkan. http://jambi.litbang.deptan.go.id/pdf. Diakses pada tanggal 6 April 2014 .Budi, Gede W., Ilahang, Ratna A., Laxman J., Eric P., dan Janudianto. 2008. Pembangunan Kebun Wanatani Berbasis Karet Klonal www.worldagroforestry.org/pdf. Diakses pada tanggal 6 April 2014.

Damanik,S., Syakir,M., Made,T., dan Siswanto. 2010. Budidaya Pasca Panen Karet. Pusat Penilitian dan Perkebunan , Bogor.

Disbun Kuansing. 2010. Pedoman Teknis Karet. Dirjenbun Kementerian RI, Jakarta.

Janudianto, Andi P., Horas N., Subekti R. 2013. Panduan Budidaya Karet untuk Petani Skala Kecil. www.worldagroforestry.org/pdf. Diakses pada tanggal 17 Maret 2014.

Kasno,A., Sri R dan Bambang H.P. 2009. Deposit, Penyebaran, dan Karakteristik Posfat Alam. www.balai.litbang.deptan.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 5 April 2014.

Marsono dan Sigit, P. 2005. Karet. Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahan.Penebar Swadaya, Jakarta.

Nurhayati, Suparman SHK, Desty S. 2006. Pengaruh Pupuk Nitrogen Terhadap Infeksi Coryespora cassiicola (Berk & Curt) Wei Pada Daun Karet di Pembibitan. www.eprints.unsri.ac.id/pdf. Diakses 6 April 2014.

Nurjaya, A. Kasno dan A. Rachman. 2009. Penggunaan Posfat Alam Untuk Perkebunan. www.balai.litbang.deptan.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 5 April 2014.

Purwanta, J.H, Kiswanto, Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Lampung.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press, Yogyakarta.

Setiawan,H.D dan Andoko, A. 2000. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet. Agromedia, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 1993. Seri Nudidaya Karet. UGM Press, Yogyakarta.

Sianturi, H. S. D. 2001. Budidaya Kelapa Sawit. www.repository.usu.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014.

Sulistya I.I. 2005. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas Hutan. Balai Penilitian Getas, Salatiga.

Teddy M. S, Sri R dan Achmad R. 2009. Pemanfaatan Fosfat Alam Ditinjau Dari Aspek Lingkungan.www.balai.litbang.deptan.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 5 April 2014.

Thia, C.E ang Len R.G. 1992. Waste Management in the Coastal Areas of The ASEAN Region. Ministry of Environment ASEAN centre, Philliphines.

Widianto, I., 2000. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

LAMPIRANLampiran 1. Tabel hasil pengamatan persentase tumbuh tanaman (%)

PerlakuanUlanganTotalRataan

IIIIII

P0M10.500.500.501.500.50

P0M20.000.000.000.000.00

P0M31.000.000.001.000.33

P0M40.000.000.000.000.00

P1M10.500.000.000.500.17

P1M20.000.500.000.500.17

P1M30.500.500.501.500.50

P1M40.000.000.000.000.00

P2M10.000.000.000.000.00

P2M20.000.000.000.000.00

P2M30.000.500.000.500.17

P2M40.000.500.000.500.17

P3M10.000.000.000.000.00

P3M20.500.000.000.500.17

P3M31.000.000.001.000.33

P3M40.000.000.000.000.00

Total4.002.501.007.50

Rataan0.250.160.060.16

Lampiran 2. Deskripsi klon PB 260 BatangPertumbuhan : JagurKetegakan : Tegak LurusBentuk lingkar : Silindris

Kulit BatangCorak: Alur sempit, putus-putusWarna: Cokelat tua

MataLetak/ bentuk mata : RataBekas pangkal tangkai : Kecil, agak menonjol

Payung DaunBentuk : MendatarUkuran : LurusKerapatan : Sedang-agak tertutupJarak antar payung : Dekat-sedang

Tangkai DaunPosisi: MendatarBentuk : LurusUkuran besar : Sedang-agak besarUkuran panjang : Sedang-agak panjangBentuk kaki : Rata-rata menonjol

Anak TangkaiPosisi: MendatarBentuk : LurusUkuran besar : SedangUkuran panjang : SedangSudut anak tangkai : Sempit

Helaian DaunWarna : Hijau muda-hijauKilauan : KusamBentuk : OvalTepi daun : Agak bergelombangPenampang memanjang : LurusPenampang melintang : Rata-rata cekungLetak helaian : Terpisah-bersinggunganEkor daun : Pendek, tumpul

Warna lateks: Putih

Lampiran 3. Bagan percobaanBagan Percobaan

P0M1 IIP0M1 IIP3M2 IIIP3M2 IIIP1M4 IIIP1M4 IIIU

P1M2 IIP1M2 IIP1M4 IP1M4 IP1M1 IIP1M1 II

P0M4 IIP0M4 IIP0M4 IIIP0M4 IIIP3M4 IP3M4 I

P2M2 IIP2M2 IIP2M4 IIP2M4 IIP2M3 IP2M3 I

P0M4 IP0M4 IP0M2 IP0M2 IP1M3 IP1M3 I

P1M2 IIIP1M2 IIIP2M1 IIIP2M1 IIIP2M1 IP2M1 I

P3M1 IIIP3M1 IIIP3M2 IP3M2 IP2M2 IIIP2M2 III

P3M4 IIIP3M4 IIIP0M3 IP0M3 IP2M2 IP2M2 I

P0M1 IIIP0M1 IIIP1M3 IIP1M3 IIP3M1 IIP3M1 II

P3M2 IIP3M2 IIP2M4 IIIP2M4 IIIP0M1 IP0M1 I

P0M2 IIIP0M2 IIIP0M3 IIP0M3 IIP3M3 IIP3M3 II

P2M3 IIIP2M3 IIIP1M1 IP1M1 IP2M4 IP2M4 I

P2M1 IIP2M1 IIP3M3 IIIP3M3 IIIP1M2 IP1M2 I

P1M3 IIIP1M3 IIIP3M3 IP3M3 IP2M3 IIP2M3 II

P0M3 IIIP0M3 IIIP3M1 IP3M1 IP1M4 IIP1M4 II

P1M1 IIIP1M1 IIIP3M4 IIP3M4 IIP0M2 IIP0M2 II