kti sandra kumala sari

108
HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-5 TAHUN DI POSYANDU DWIKORA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAIL TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH OLEH SANDRA KUMALA SARI NIM : 101001035 AKADEMI KEBIDANAN DHARMA HUSADA

Upload: rahmat-saputra

Post on 25-Oct-2015

365 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kti Sandra Kumala Sari

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN

ANAK USIA 1-5 TAHUN DI POSYANDU DWIKORA

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAIL

TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

SANDRA KUMALA SARI

NIM : 101001035

AKADEMI KEBIDANAN DHARMA HUSADA

PEKANBARU

2013

Page 2: Kti Sandra Kumala Sari

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN

ANAK USIA 1-5 TAHUN DI POSYANDU DWIKORA

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAIL

TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI AHLI MADYA

KEBIDANAN

OLEH

SANDRA KUMALA SARINIM : 101001035

AKADEMI KEBIDANAN DHARMA HUSADA

PEKANBARU

2013

Page 3: Kti Sandra Kumala Sari

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-5 TAHUN DI POSYANDU DWIKORA WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SAIL TAHUN 2013

YANG DIPERSIAPKAN DAN DISEMINARKAN OLEH :

SANDRA KUMALA SARINIM 101001035

Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk DipertahankanDihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah

Tanggal 24 Juni 2013

Pembimbing

Ema Fitriani, SST

Page 4: Kti Sandra Kumala Sari

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul:

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-5 TAHUN DI POSYANDU DWIKORA WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SAIL TAHUN 2013

YANG DIPERSIAPKAN OLEH:

Sandra Kumala SariNIM 101001035

Telah diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahPada Tanggal 24 Juni 2013 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Pembimbing

(Ema Fitriani, SST)

Penguji I

(Diana Novita,SST)

Penguji II

(Marliza Diana,SST)

Mengetahui:Direktur Akademi KebidananDharma Husada Pekanbaru

(Rosmeri Bukit, SKM, M.Biomed)

Page 5: Kti Sandra Kumala Sari

ABSTRAK

Pertumbuhan anak sangat berkaitan dengan nutrisi yang dikonsumsi. Kandungan gizi pada makanan yang di konsumsi setiap hari menentukan status gizi anak. Pertumbuhan merupakan langkah awal bagi perkembangan. Menurut WHO (World Health Organization), masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa pada umur18 tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi terhadap perkembangan anak usia 1-5 tahun di posyandu dwikora wilayah kerja puskesmas sail tahun 2013.

Jenis penelitian ini merupakan studi observasional yang bersifat analitik dengan melakukan pendekatan Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10-14 Juni 2013 di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail yaitu 39 orang. Adapun sampel yang diambil adalah 30 orang sampel dengan teknik Accidental Sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah DDST (Denver Development Stress Test) dengan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dan variabel yang digunakan adalah dua variabel analisa dengan univariat dan bivariat.

Hasil penelitian di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013 diperoleh bahwa ada hubungan status gizi terhadap perkembangan anak usia 1-5 tahun. Mayoritas status gizi baik dilihat dari berat badan baik 21 balita (73,3%) dan tinggi badan baik 20 balita (70%) dan perkembangan yang normal yaitu 26 balita (86,7%). Minoritas berat badan kurang sebanyak 2 balita (6,7%), tinggi badan kurang sebanyak 1 balita (33,33%), dan perkembangan kategori meragukan sebanyak 1 balita (33,33).

Bagi Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail diharapkan dapat mengobservasi seluruh balita yang ada diwilayah tersebut. Bertujuan agar dapat mengetahui bagaimana status gizi dan pola perkembangan balita agar tidak terjadi gangguan yg lebih lanjut.

Kata kunci :Status Gizi (Berat Badan dan Tinggi Badan) dan perkembangan anak usia 1-5 tahun

Sumber :17 referensi (2007-2012).

Page 6: Kti Sandra Kumala Sari

ABSTRACT

Growth of children is closely linked to the nutrients consumed. Nutrient content in foods consumed each day to determine the nutritional status of children. Growth is the first step for the development. According to WHO (World Health Organization), the problem of child development is an issue that needs to be known or understood from conception to adulthood in umur18 year. The purpose of this study to determine the relationship of nutritional status on the development of children aged 1-5 years in the working area of the health center posyandu Dwikora sail in 2013.

This type of study is an observational study is an analytical cross sectional study approach. This study was conducted in 10-14 June 2013 in the Work Area Dwikora IHC Health Center Sail. The population in this study were all toddlers in the Work Area Dwikora IHC Health Center Sail is 39 people. The samples taken were 30 samples with accidental sampling technique. The instrument used in this study were DDST (Denver Development Stress Test) with the source data used are primary data and secondary data and variables used are two variables with bivariate analysis.

The results in IHC Dwikora Sail Work Area Health Center in 2013 found that there is a relationship to the development of the nutritional status of children aged 1-5 years. The majority of the nutritional status of both views of either 21 weight infants (73.3%) and good height 20 infants (70%) and normal development that is 26 infants (86.7%). Minorities less weight by 2 toddlers (6.7%), lack of height by 1 toddler (33.33%), and the development of as many as 1 toddler dubious category (33.33).

Suggested for IHC Health Center Work Area Dwikora Sail to observe all existing toddlers in the area. Berjujuan in order to find out how nutritional status and its development pattern in order Tidar that further disruption.

Keywords : Nutritional Status (Height and Weight) and the development of children aged 1-5 years

Sources : 17 reference (2007-2012).

Page 7: Kti Sandra Kumala Sari

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sandra Kumala Sari

Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 05 September 1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum kawin

Jumlah Saudara : Anak kedua dari 3 (tiga) bersaudara

Orang Tua : Ayah : Syafrialis

Ibu : Hermi Yanti, S.Pd

Alamat Rumah : Jalan Garuda Sakti Km.2 Gg. Melur No. 79 Kelurahan

Simpang Baru kecamatan Tampan Pekanbaru, Riau

Riwayat Pendidikan : 1. TK Wanita Mulia Pekanbaru, tahun 1997-1998

2. SDN 026 Tampan Kota Pekanbaru, tahun 1998-2004

3. SMPN 023 Pekanbaru, tahun 2004-2007

4. SMAN 12 Pekanbaru, tahun 2007-2010

5. Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekanbaru,

tahun 2010-2013

Page 8: Kti Sandra Kumala Sari

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim ......“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta). Di tambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,

niscaya tidak akan habis-habisnya (di tuliskan) kalimat allah, sesungguhnya allah maha perkasa lagi maha bijaksana”.

(Q.S. Al Luqman : 27)

Ya allah ......Terima kasih atas nikmat dan rahmat-mu yang agung ini, hari ini

hamba bahagia.Sebuah perjalanan panjang dan gelap...telah kau berikan secercah

cahaya terang.Meskipun hari esok penuh teka-teki dan tanda tanya yang aku sendiri

belum tahu pasti jawabanyaDi tengah malam aku bersujud, kupinta kepada-mu di saat aku

kehilangan arah, kumohon petunjuk-muAku sering tersandung, terjatuh, terluka dan terkadang harus kutelan

antara keringat dan air mataNamun aku tak pernah takut, aku takkan pernah menyerah karena aku tak mau kalah, Aku akan terus melangkah berusaha dan berdo’a tanpa

mengenal putus asa.

Syukur alhamdulillah..........Kini aku tersenyum dalam iradat-mu

Kini baru kumengerti arti kesabaran dalam penantian.....sungguh tak kusangka ya....allah

Kau menyimpan sejuta makna dan rahasia, sungguh berarti hikmah yang kau beri

Ibunda dan ayahanda......Sungguh aku tak mampu menggantikan kasihmu dengan apapun, tiada

yang dapat kuberikan agar setara dengan pengorbananmu padaku, kasih sayangmu tak pernah bertepi cintamu tak pernah

berujung...tiada kasih seindah kasihmu, tiada cinta semurni cintamu, kepadamu ananda persembahkan salam sejahtera para penghuni

surga, salam yang harumnya melebihi kasturi, yang sejuknya melebihi embun pagi, hangatnya seperti mentari di waktu dhuha, salam suci

sesuci air telaga kautsar yang jika diteguk akan menghilangkan dahaga selalu menjadi penghormatan kasih dan cinta yang tidak

pernah pudar dan berubah dalam segala musim dan pristiwa.

Kini....sambutlah aku anakmu di depan pintu tempat dimana dulu anakmu mencium tanganmu dan terimalah keberhasilan berwujud

gelar persembahanku sebagai bukti cinta dan tanda baktiku.

Page 9: Kti Sandra Kumala Sari

Dengan ridho allah SWT,Kupersembahkan Kepada Keluarga-Keluargaku.....

ayahanda Syafrialis, Ibunda Hermayanti, Abangku Andika Patriot Saputra dan Adikku tersayang Triananda Pacellia, terima kasih atas semua cinta kasih yang telah kalian berikan dan semoga semua jasa

dan kebaikan selalu tercatat di di sisi Allah SWT.

Sahabat-Sahabatku....Tiara Hermayanti, Mariani, dan Isrhoq Miftha Putri, terkhususnya anak-

anak kamar C serta teman-teman lainya yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu....yang telah memberikan motivasi dan inspirasi,

bersama kalian aku belajar memaknai hidup.

Kesuksesan bukanlah suatu kesenangan, bukan juga suatu kebanggaan,

Hanya suatu perjuangan dalam menggapai sebutir mutiara keberhasilan…

Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-NyaAmiin…

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul “Hubungan Status Gizi Terhadap Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun Di

Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Pekanbaru Tahun 2013”.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi syarat untuk

menyelesaikan program Diploma III Kebidanan Dharma Husada Pekanbaru.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, baik baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu ucapan terima

kasih yang tak terhingga peneliti sampaikan kepada :

1. Ibu Rosmeri Bukit, SKM, M.Biomed sebagai Direktur Akademi

Kebidanan Dharma Husada Pekanbaru, yang telah banyak memberikan

nasehat dan saran kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan di Akademi

Kebidanan Dharma Husada.

2. Pimpinan Puskesmas Sail Pekanbaru Provinsi Riau yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di

Puskesmas pimpinannya.

Page 10: Kti Sandra Kumala Sari

3. Ibu Ema Fitriani, SST selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah

memberikan bimbingan pengarahan dan petunjuk selama menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Staf pengajar Akademi Kebidanan dan Akademi Keperawatan Dharma

Husada Pekanbaru yang telah memberikan bantuan dan masukan dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Teristimewa Ayahanda Syafrialis dan Ibunda Hermi Yanti tercinta serta

serta abangku Andika Patriot Saputra dan adikku Tria Nanda Pacellia yang

telah banyak memberikan doa dan dorongan moril maupun materil kepada

peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Terkhusus untuk Tri Widi Wibowo yang telah memberikan doa dan

motivasinya kepada peneliti serta banyak membantu dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Sahabat-sahabatku Tiara Hermayanti, Mariani, Isrhoq Miftha Putri yang

selalu memberikan masukan kepada peneliti dalam penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

8. Teman-teman semua angkatan VIII khususnya anak kamar C yang sedang

sama-sama berjuang dan telah banyak memberikan bantuan dan dorongan

serta semua pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian Karya Tulis

Ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan baik dari penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, peneliti

dengan senang hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun guna

kesempurnaan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah nantinya.

Akhirnya kepada-Nya jualah kita berserah diri dan semoga Allah SWT

meridhoi semua apa yang telah kita lakukan, semoga ini bermanfaat bagi kita

semuanya. Amin.

Page 11: Kti Sandra Kumala Sari

Pekanbaru, Juni 2013

Sandra Kumala Sari NIM 101001035

DAFTAR ISI

HalamanLEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iiKATA PENGANTAR ............................................................................... iiiABSTRAK ................................................................................................. vABSTRACT ............................................................................................... viDAFTAR ISI .............................................................................................. viiDAFTAR TABEL ..................................................................................... xDAFTAR SKEMA .................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiiBAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................. 11.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................ 31.3 TUJUAN PENELITIAN ......................................................... 41.4 MANFAAT PENELITIAN ..................................................... 4

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian .................................................. 41.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ............................................... 41.4.3 Bagi Peneliti ................................................................... 51.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 62.1 LANDASAN TEORI .............................................................. 6

2.1.1 Gizi Balita ....................................................................... 62.1.2 Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita ........................ 27

2.2 KERANGKA KONSEP .......................................................... 342.3 HIPOTESIS ............................................................................. 35

Page 12: Kti Sandra Kumala Sari

BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................ 363.1 DESAIN PENELITIAN ......................................................... 363.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ................................. 363.3 KERANGKA KERJA ATAU JALUR PENELITIAN ........... 363.4 POPULASI, SAMPEL, DAN SAMPLING ............................ 373.5 VARIABEL PENELITIAN ..................................................... 383.6 DEFINISI OPERASIONAL .................................................... 383.7 JALANNYA PENELITIAN ................................................... 403.8 PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA.......................... 41

3.8.1 Pengumpulan Data........................................................... 413.8.2 Teknik Pengolahan Data.................................................. 413.8.3 Analisis Data.................................................................... 433.8.4 Instrumen Penelitian......................................................... 43

3.9 KETERBATASAN DAN KESULITAN ................................ 43 3.10 MASALAH ETIKA ............................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 454.1 HASIL PENELITIAN ........................................................... 45

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... 454.1.2 Analisa Univariat ............................................................ 464.1.3 Analisa Bivariat .............................................................. 47

4.2 PEMBAHASAN .................................................................... 484.2.1 Analisa Univariat ............................................................ 484.2.2 Analisa Bivariat............................................................... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 55

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 13: Kti Sandra Kumala Sari

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 : Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia......................... 23Tabel 2.2 : National Central for Health Statistic (NCHS) usia 0-36 bulan. 25Tabel 2.3 : National Central for Health Statistic (NCHS) usia 2-5 tahun .. 26Tabel 2.4 : Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri.......................... 27Tabel 3.1 : Definisi Operasional.................................................................. 39Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Berat Badan Balita Usia 1-5 Tahun di

Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013 45Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Tinggi Badan Balita Usia 1-5 Tahun di

Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013 45Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Perkembangan Balita Usia 1-5 Tahun di

Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013 46Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Hubungan Berat Badan Terhadap

Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013 ............................. 46

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Hubungan Tinggi Badan Terhadap Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013.............................. 47

Page 14: Kti Sandra Kumala Sari

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 2.1 : Kerangka Konsep..................................................................... 35Skema 3.1 : Kerangka Kerja/Alur Penelitian............................................... 36

Page 15: Kti Sandra Kumala Sari

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Format DDSTLampiran II : Surat Izin Permohonan Pengambilan Data dari Akademi

Kebidanan Dharma Husada Pekanbaru.Lampiran III : Surat Izin Pengambilan Data dari Kesbang Polinmas

Provinsi RiauLampiran III : Surat Izin Pengambilan Data dari Kesbang Polinmas Kota

PekanbaruLampiran IV : Surat Izin Pengambilan Data dari Dinas Kesehatan Kota

PekanbaruLampiran V : Surat Izin Pengambilan Data dari Dinas Kesehatan Kota

Pekanbaru Kepada Puskesmas SailLampiran VI : Surat Izin Pengambilan Data dari Kecamatan SailLampiran VII : Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Akademi Kebidanan

Dharma Husada PekanbaruLampiran VIII : Surat Telah Melakukan Penelitian Dari Puskesmas SailLampiran IX : Data Balita di Posyandu DwikoraLampiran X : Master TabelLampiran XI : Hasil SPSSLampiran XII : Lembar KonsulLampiran XIII : Rencana Jadwal penelitian

Page 16: Kti Sandra Kumala Sari

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Depkes RI, status gizi adalah keadaan keseimbangan

antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh

kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan,

penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis

lainnya di dalam tubuh (Arali 2008).

Pertumbuhan anak sangat berkaitan dengan nutrisi yang

dikonsumsi. Kandungan gizi pada makanan yang di konsumsi setiap hari

menentukan status gizi anak. Status gizi yang baik mampu meningkatkan

daya tahan tubuh yang baik pula, sebaliknya status gizi yang buruk

memudahkan timbulnya penyakit. Oleh karena itu, makan bukan hanya

kebutuhan fisik utama semata namun juga diperlukan sebagai faktor

penunjang pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan itu merupakan langkah

awal bagi perkembangan (Salsabila, 2012).

Page 17: Kti Sandra Kumala Sari

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara,

dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan merupakan

suatu perubahan kuantitatif pada material pribadi sebagai akibat adanya

pengaruh lingkungan. Material pribadi yang dimaksud ialah sel,

kromosom, rambut, butiran darah, dan tulang. Adapun ciri pertumbuhan

anak meliputi pertambahan material, baik terkait pertumbuhan yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif, asalkan tidak berhubungan dengan

fungsinya (Fida, 2012).

Salah satu kelompok umur dalam masyarakat yang paling mudah

menderita kelainan gizi (rentan gizi) adalah anak balita (bawah lima

tahun). Pada anak balita terjadi proses pertumbuhan yang pesat, sehingga

memerlukan zat gizi tinggi untuk setiap kilogram berat badannya. Anak

balita justru paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Sedangkan

masa balita ini merupakan periode penting dalam pertumbuhan, dimana

pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan menentukan

perkembangan anak selanjutnya (Salsabila,2012).

Menurut WHO (World Health Organization) dalam buku Hidayat

tahun 2004, masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang

perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa pada umur18

tahun. Menurut UU kesejahteraan anak RI No. 4 tahun 1979 sampai

dengan usia 21 tahun sebelum menikah, yaitu masalah tumbuh kembang

anak yang perlu dijadikan acuan dalam pendeteksian diantaranya : 10%

anak akan mencapai kemampuan pada usia dini, 50% anak akan mencapai

kemampuan, 75% anak akan mencapai kemampuan lebih kemudian 90%

anak akan sudah harus dapat mencapai kemampuan pada batas usia paling

lambat masih dalam batas normal. Menurut UNICEF (United Nations

Children’s Fund) hampir 200 juta anak di negara-negara miskin memilki

pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat karena gizi kurang

(Wordpress, 2009).

Sekitar 16 % dari bayi usia dibawah lima tahun (balita) Indonesia

mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai

Page 18: Kti Sandra Kumala Sari

berat (Depkes, 2006). Menurut Pusponegoro (2006), setiap 2 anak dari

1.000 bayi mengalami gangguan perkembangan motorik, karenanya perlu

kecepatan menegakkan diagnosis dan melakukan terapi untuk proses

penyembuhannya (Nursadiyah, 2011).

Menurut Depkes RI (2005), mengingat jumlah balita di Indonesia

sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon

generasi bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu

mendapat perhatian khusus yaitu mendapat gizi yang baik. Stimulasi yang

memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk

deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal-hal

tersebut berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh

kembang anak juga perlu dieliminasi (Vitaloka, 2012).

Menurut Sulistijani (2004), masa bayi dan balita sangat rentan

terhadap penyakit seperti flu, diare, bronkhitis atau penyakit infeksi

lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau

mengganggu proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang bayi

dan balita merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami

karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa

maupun prilakunya (Minza, 2012).

Kegiatan stimulasi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh

kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam

bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota

keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi

profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya). Dengan tenaga

yang profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan

tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang

pendidikan formal. Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang

anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi

mental, emosional, sosial dan kemandirian anak berkembang secara

optimal (Compas, 2007).

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, wilayah

Puskesmas Sail merupakan salah satu wilayah yang memiliki kasus Balita

Page 19: Kti Sandra Kumala Sari

dibawah Garis Merah (BGM). Pada tahun 2011 balita BGM di Puskesmas

Sail berjumlah 34 orang dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 39

orang. Dari kasus yang didapat dari Puskesmas Sail, seorang balita

berumur 1 tahun 7 bulan memiliki berat badan 8 kg (BGM). Setelah

dilakukan penilaian dan wawancara terhadap ibu, balita perempuan ini

memiliki perkembangan yang lambat. Dari kasus tersebut, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang Hubungan status Gizi terhadap

Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja

Puskesmas Sail Tahun 2013.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah ada Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak

Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail

Pekanbaru Tahun 2013 ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Status Gizi Terhadap Perkembangan

Anak usia 1-5 tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja

Puskesmas Sail Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi berdasarkan berat

badan pada anak usia 1-5 tahun di Posyandu Dwikora Wilayah

Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013.

2. Mengetahui distribusi frekuensi status gizi berdasarkan tinggi

badan pada anak usia 1-5 tahun di Posyandu Dwikora Wilayah

Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013.

3. Mengetahui distribusi frekuensi perkembangan berdasarkan

DDST pada anak usia 1-5 tahun di Posyandu Dwikora Wilayah

Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013.

Page 20: Kti Sandra Kumala Sari

4. Mengetahui hubungan berat badan terhadap perkembangan

anak usia 1-5 tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja

Puskesmas Sail Tahun 2013.

5. Mengetahui hubungan tinggi badan terhadap perkembangan

anak usia 1-5 tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja

Puskesmas Sail Tahun 2013.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai informasi dan masukan bagi institusi terkait

khususnya Puskesmas Sail dalam meningkatkan Status Gizi

dengan Tumbuh Kembang Balita.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan dapat menambah referensi

yang dapt digunakan bagi mahasiswa Akademi Kebidanan

Dharma Husada Pekanbaru untuk penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Peneliti

Dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan yang didapat selama mengikuti pendidikan.

1.4.4 Bagi Pembaca Dan Peneliti Selanjutnya

1. Sebagai informasi yang bisa menambah pengetahuan,

wawasan mengenai hubungan status gizi terhadap

perkembangan anak usia 1-5 tahun.

2. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan status gizi terhadap perkembangan anak

usia 1-5 tahun.

Page 21: Kti Sandra Kumala Sari

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Gizi Balita

Menurut Depkes RI, status gizi adalah keadaan keseimbangan

antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk

tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan

kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses

biologis lainnya di dalam tubuh (Arali 2008).

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui

oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh

kembang diusia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi

pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih).

Kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Otak

Page 22: Kti Sandra Kumala Sari

anak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung

mulai dari janin 30 minggu sampai bayi 18 bulan (Fida, 2012).

Dampak kurang gizi / gizi buruk terhadap perkembangan

mental dan otak tergantung dengan derajat beratnya, lamanya dan

waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi kurang gizi terjadi

pada balita, khususnya pada masa golden period perkembangan otak

(kurang dari 5 tahun), otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak

yang sehat, dan kondisi ini akan sulit untuk dapat pulih kembali atau

bersifat irreversible (Salsabila, 2012).

Seluruh bagian tubuh (keseluruhan atau parsial) dapat

digunakan untuk menilai status gizi, namun menurut WHO (1983)

hanya tiga parameter saja yang dianggap valid yaitu berat badan,

tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai

dasar menentukan status gizi disebut parameter. Menurut WHO

(1990) indeks status gizi adalah gabungan dua parameter antopometri

yang digunakan untuk menilai status gizi. Sehingga dari parameter

yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks yaitu Berat Badan

Menurut Umur (BB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB),

Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), dan Lingkaran Lengan Atas

Menurut Umur (LILA/U).

1. Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup

untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar,

kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat

badan dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan

pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh

status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan

menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu

Menuju Sehat (KMS).

1) Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar

dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut

Page 23: Kti Sandra Kumala Sari

pertumbuhannnya masih sangat pesat. Kecukupannya akan

semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

2) Kebutuhan Zat Pembangun

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa

pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar dari

pada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi

yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif

lebih kecil.

3) Kebutuhan Zat Pengatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi

seiring dengan bertambahnya usia.

2. Pengaruh Status Gizi Pada Balita

Status gizi pada masa balita perlu mendapatkan perhatian

yang serius dari para orang tua, karena kekurangan gizi pada masa

ini akan menyebabkan kerusakan yang irreversibel (tidak dapat

dipulihkan). Ukuran tubuh yang pendek merupakan salah satu

indikator kekurangan yang berkepanjangan pada balita.

Kekurangan gizi yang lebih fatal akan berdampak pada

perkembangan otak. Fase perkembangan otak pesat pada usia 30

minggu-18 bulan. Status gizi balita dapat diketahui dengan cara

mencocokkan umur anak dengan berat badan standar dengan

menggunakan pedoman WHO-NCHS (Proverawati, 2009).

Penyebab kurang gizi pada balita adalah kemiskinan,

diare, ketidaktahuan orang tua karena pendidkan rendah, atau

faktor tabu makanan yaitu makanan bergizi tidak boleh

dikonsumsi oleh makanan. Kurang gizi akan berpengaruh pada

perkembangan fisik dan mental anak (Proverawati, 2009).

3. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan suatu interprestasi dari

sebuah pengetahuan yang berasal dari study informasi makanan

(dietary), biokimia, antropometri, dan klinik (Proverawati, 2009).

1) Survey Gizi

Page 24: Kti Sandra Kumala Sari

Adalah bentuk survey cross sectional yang dilakukan

pada kelompok masyarakat yang diukur. Populasi dengan

survey gizi dapat diketahui status gizi dasarnya dan atau status

gizi secara keseluruhan. Survey gizi cross sectional memiliki

kelebihan yang dapat mengidentifikasi dan menerangkan

kelompok dalam populasi yang beresiko terhadap malnutrisi

yang kronik. Sedangkan kekurangannya yaitu kurang dapat

mengidentifikasi malnutrisi yang akut atau memberikan

informasi penyebab yang mungkin terjadi dari malnutrisi.

2) Surveilans Gizi

Yaitu monitoring yang terus menerus dari status gizi

kelompok tertentu. Tujuan dari survailans ini menurut WHO

(1976) adalah meningkatkan pengambilan keputusan oleh

pemerintah mengenai prioritas dalam pengeluaran dana,

memformulasi dari suatu prediksi dengan dasar hasil yang

diperoleh terakhir, dan juga mengevaluasi efektif tidaknya

suatu program gizi. Pada surveilans gizi, data yang diperoleh

akan dikumpulkan, dianalisa dan kemudian digunakan pada

waktu yang penjang. Kelebihan dari survailans gizi ini adalah

dapat mengidenfikasi penyebab yang memungkinkan

terjadinya malnutrisi sehingga dapat digunakan untuk

membuat dan memulai intervensi pada tingkat populasi dan

subpopulasi.

3) Skrining Gizi

Untuk mengidentifikasi individu yang mengalami

malnutrisi, dan membutuhkan suatu intervensi yang dapat

dilakukan melalui skrining. Dapat dilakukan dengan

membandingkan hasil pengukuran dari seseorang individu

dengan level atau derajat tertentu yang disebut dengan cut off-

point. Skrining dapat dilakukan pada tingkat individu dan juga

pada suatu sub populasi yang dianggap beresiko tinggi.

4. Metode Pengukuran Status Gizi

Page 25: Kti Sandra Kumala Sari

Adalah suatu pengukuran terhadap aspek yang dapat

menjadi indikator penilaian status gizi, kemudian dibandingkan

dengan standar baku yang ada. Sistem penilaian status gizi

dibedakan menjadi 2 yaitu pengukuran langsung (pengukuran

yang langsung kepada individu terkait) dan tidak langsung

(melalui hal lain selain individu tersebut) (Proverawati, 2009).

1) Pengukuran secara Langsung

a. Antropometri

1. Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh

manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka

antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

2. Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk

melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan

fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot,

dan jumlah air dalam tubuh.

b. Klinis

1. Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat

penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode

didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini

dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial

tissues) seperti kulit, mata, rambut dan organ-organ

yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar

tiroid.

2. Penggunaan

Page 26: Kti Sandra Kumala Sari

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei

klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini

dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda

klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat

gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui

tingkat status gizi seseorang dengan melakukan

pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala

(symptom) atau riwayat penyakit.

c. Biokimia

1. Pengertian

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah

pemeriksaan spesimen yang diuju secara laboratoris

yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,

urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti

hati dan otot.

2. Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan

bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi

yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang

spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak

menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang

spesifik.

d. Biofisik

1. Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah

metode penentuan status gizi dengan melihat

kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan.

2. Penggunaan

Page 27: Kti Sandra Kumala Sari

Umumnya dapat digunakan dalam situasi

tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic

of night blindnes), cara yang digunakan adalah tes

adaptasi gelap.

2) Pengukuran secara Tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi

menjadi tiga yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital,

dan faktor ekologi. Penilaian tidak langsung terbagi dalam :

a. Survey Konsumsi

1. Pengertian

Survey konsumsi makanan adalah metode

penentuan status gizi secara tidak langsung dengan

melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

2. Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat

memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat

gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survey ini

dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat

gizi.

b. Statistik Vital

1. Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistik vital

adalah dengan menganalisis data beberapa statistik

kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur,

angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu

dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

2. Penggunaan

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian

dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi.

c. Faktor Ekologi

1. Pengertian

Page 28: Kti Sandra Kumala Sari

Adalah malnutrisi merupakan masalah ekologi

sebagai hasil interaksi multifaktor dari faktor lingkungan

fisik, biologi, ekonomi, politik dan budaya. Jumlah

makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan

ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan sebagainya.

2. Penggunaan

Untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu

masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program

intervensi gizi.

Dalam berbagai macam metode pengukuran status gizi

yang telah dijelaskan diatas, peneliti hanya meneliti tentang

pengukuran status gizi secara langsung yaitu dengan

antropometri.

5. Pengukuran Antropometri

Antropometri pertama kali diteliti pada akhir abad 14 dan

terus berkembang mengenai pengukurannya mulai pada tahun

1800an. Kemudian dari beberapa pengukuran didalam

antopometri tersebut mulai distandarisasi pada awal sampai

pertengahan dikeluarkan oleh ISO (Internasional Standart

Organization). Metode-metode pengukuran standar

mengansumsikan tentang ukuran postur tubuh dan batas-batas

penggunaannya (Proverawati, 2009).

Antropometri berasal dari bahasa yunani. Berdasarkan

asal katanya antropometri dibagi menjadi 2 yaitu : antropos

(tubuh) dan metros (ukuran),jadi antropometri = ukuran tubuh.

Antropometri adalah berbagai metode pengukuran mengenai

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dalam berbagai tingkatan

umut dan tingkat gizi, serta merupakan kumpulan data numerik

yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia dari

ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut

untuk penanganan masalah desain.

Page 29: Kti Sandra Kumala Sari

Antropometri sebenarnya ada 2 macam, yaitu

antropometri statis (struktural) dan antropometri dinamis

(fungsional). Antropometri statis yaitu pengukuran manusia pada

posisi diam, dan linier pada permukaan tubu. Sedangkan

antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri

fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan

gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut

melaksanakan kegiatannya. Antropometri tubuh diukur dalam

berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna).

Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan

istilah “static anthropometry”.

Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain

meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun

duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat

berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya. Sedangkan

antropometri fungsional dilakukan terhadap posisi tubuh pada

saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang

berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan.

Antropometri merupakan alat yang mudah didapat dan

digunakan dimana pengukurannya dapat dilakukan berulang-

ulang dengan mudah dan objektif. Dalam pengukuran

antropometri sendiri tidak selalu harus oleh tenaga profesional,

dapat oleh tenaga lain setelah mendapat pelatihan, biaya relatif

murah, hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt off point dan

baku rujukan yang sudah pasti, serta secara ilmiah diakui

kebenarannya. Hal ini menyebabkan antropometri banyak

digunakan dalam kehidupan di masyarakat untuk mengukur status

gizinya.

1) Kelebihan dan kekurangan antropometri

a. Kelebihan pengukuran antropometri adalah :

1. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam

jumlah sampel cukup besar.

Page 30: Kti Sandra Kumala Sari

2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli

3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan

dan dibuat di daerah setempat

4. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan

5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di

masa lampau

6. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang

dan baik, karena sudah ada ambang batas yang jelas

7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode

tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya

8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan

terhadap gizi

b. Kekurangan pengukuran antropometri adalah :

1. Tidak sensitif : tidak dapat mendeteksi status gizi dalam

waktu singkat, tidak dapat membedakan kekurangan zat

gizi tertentu, misalnya Fe dan Zn.

2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik dan penurunan

penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan

sensitivitas pengukuran antropometri.

3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat

mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas

pengukuran.

4. Kesalahan terjadi karena : pengukuran, perubahan hasil

pengukuran (fisik dan komposisi jaringan), analisis dan

asumsi yang keliru.

5. Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan :

latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat,

kesulitan pengukuran.

2) Jenis Parameter Antropometri

Menurut Proverawati (2009), jenis parameter

antropometri tergantung pada parameter yang digunakan.

Parameter itu sendiri dalam antropometri adalah ukuran

Page 31: Kti Sandra Kumala Sari

tunggal dari tubuh manusia. Jenis parameter antropometri

adalah Umur, Berat Badan, Tinggi Badan, Lingkar Lengan

Atas, Lingkar Kepala, Lingkar Dada, Tinggi Lutut, Jaringan

Lunak.

a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan lebih

banyak interprestasi status gizi salah. Batasan umur yang

digunakan :

1. Tahun usia penuh (completed year)

Contoh : 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun, 5 tahun 11

bulan, dihitung 5 tahun.

2. Bulan usia penuh (completed month) : untuk anak usia

0-2 tahun digunakan

Contoh : 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan, 2 bulan 26

hari, dihitung 2 bulan.

Untuk melengkapi data umur dapat dilakukan dengan

cara-cara berikut :

1. Meminta surat kelahiran, keluarga atau catatan yang

lain yang dibuat oleh orang tuanya. Jika tidak ada, bila

memungkinkan catatan pamong desa.

2. Jika diketahui kalendar lokal seperti bulan Arab atau

bulan lokal (Sunda, Jawa, dan lain-lain), cocokkan

dengan kalender nasional.

3. Jika tetap tidak ingat, dapat berdasarkan daya ingat

orang tua, atau berdasar kejadian penting (lebaran,

tahun baru, puasa, pemilihan kades, pemilu, banjir,

gunung meletus dan lain-lain).

4. Membandingkan anak yang belum diketahui umurnya

dengan anak kerabat/tetangga yang diketahui pasti

tanggal lahirnya.

Page 32: Kti Sandra Kumala Sari

5. Jika hanya bulan dan tahunnya diketahui, maka

ditentukan tanggal 15 bulan yang bersangkutan.

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat

lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun

untuk wanita, serta ada kecenderungan berkurang setelah

60 tahun. Setelah itu, tidak ada lagi pertumbuhan justru

akan cenderung berubah menjadi penurunan ataupun

penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan. Inilah

yang menjadi indikasi pengukuran antropometri untuk

digunakan.

b. Berat Badan

Merupakan ukuran terpenting dan paling sering

digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan

dapat digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau

BBLR. Pada masa bayi-balita berat badan dapat

dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik

maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis

(dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Berat badan

juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat

dan makanan. Menggambarkan jumlah protein, lemak, air

dan mineral pada tulang.

Alasan mengapa pengukuran berat badan

merupakan pilihan utama :

1. Parameter yang peling baik, mudah terlihat perubahan

dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi

makanan dan kesehatan.

2. Memberikan gamabaran status gizi sekarang, jika

dilakukan priodik memberikan gambaran pertumbuhan.

3. Umum dan luas dipakai di Indonesia

4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh

keterampilan pengukur

5. Digunakan dalam KMS

Page 33: Kti Sandra Kumala Sari

6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur

7. Alat ukur dapat diperoleh dipedesaan dengan ketelitian

tinggi : dacin

c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, TB tumbuh

seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan TB tidak

seperti BB, relatif kurang sensitif pada masalah

kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi

zat gizi terhadap TB akan nampak dalam waktu yang

relatif lama. Merupakan parameter paling penting bagi

keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jka umur

tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran kedua

yang penting, karena dengan menghubungkan BB

terhadap BB, faktor umur dapat dikesampingkan.

Alat ukur :

1. Alat pengukur panjang badan bayi : untuk bayi atau

anak yang belum dapat berdiri

2. Microtoise : untuk anak yang sudah dapat berdiri

d. Lingkar Lengan Atas

Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan

status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak

memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh.

Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan

lapisan lemak bawah kulit. Lila mencerminkan cadangan

energi, sehingga dapat mencerminkan :

1. Status KEP pada balita

2. Kekurangn energi dan kalori (KEK) pada ibu WUS

dan ibu hamil : resiko bayi BBLR

Pengukuran Lingkar Lengan Atas

Page 34: Kti Sandra Kumala Sari

Alat : suatu pita pengukur dari fiber glass atau

sejenis kertas tertentu berlapis plastik. Ambang batasnya

yaitu (cut of points):

1. LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm

2. Pada bayi 0-30 hari : ≥ 9,5 cm

3. Balita dengan KEP < 12,5 cm

Lingkar lengan atas (LILA) memiliki beberapa

kelemahan yaitu diantaranya :

1. Baku LILA yang sekarang digunakan belum mendapat

pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia

2. Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan

pada TB

3. Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah),

tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.

e. Lingkar Kepala

Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun

pertama, tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan

keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran ukuran

otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat

bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dalam antropometri

gizi rasio LIKA (Lingkar Kepala) dan LIDA (Lingkar

Dada) cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lika

juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam

pengukuran umur. Lingkar kepala adalah standar prosedur

dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, biasanya untuk

memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau

peningkatan ukuran kepala. Contoh : Hidrosefalus dan

mikrosefalus. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran

otak dan tulang tengkorak.

f. Lingkar Dada

Page 35: Kti Sandra Kumala Sari

Biasanya digunakan pada anak umur 2-3 tahun,

karena pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak

berumur 3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat

digunakan sebagai indikator KEP pada balita. Pada umur 6

bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini

lingkar kepala tumbuh lebih lambat dari pada lingkar dada.

Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang

lambat, sehingga rasio lingkar dada dan kepala < 1.

g. Tinggi lutut

Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan,

sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi

orang yang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia

digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan

masa tulang, yang dapat mengakibatkan bungkuk, sehingga

sulit untuk mendapat data tinggi badan yang akurat. Data

tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau

nomogram bagi orang yang berusia > 59 tahun. Rumus

yang sering digunakan yaitu :

Pria : (2,02 x tinggi lutut (cm) – (0,04 x umur (tahun)) +

64,19

Wanita: (1,83 x tinggi lutut (cm) – (0,24 x umur (tahun)) +

84,88

h. Jaringan Lunak

Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang

bervariasi antropometri dapat dilakukan pada jaringan

tersebut untuk menilai status gizi di masyarakat. Lemak

subkutan (subcutaneous fat). Penilaian komposisi tubuh

termasuk untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah

dan distribusi lemak dapat dilakukan dengan beberapa

metode, dari yang paling sulit hingga yang paling mudah.

Metode yang digunakan untuk menilai komposisi tubuh

(jumlah dan distribusi lemak subkutan) adalah :

Page 36: Kti Sandra Kumala Sari

1. Ultrasonik

2. Densitometri (melalui penempatan air pada

densitometer atau underwater weighting)

3. Teknik Isotop Dilution

4. Metoda Radiological

5. Total Electrical Body Conduction (TOBEC)

6. Antropometri (pengukuran berbagai tebal lemak

menggunakan kaliper : skin-fold calipers).

Beberapa pengukuran tebal lemak dengan

menggunakan kaliper : pengukuran triceps, bisep,

suprailiak, dan subskapular.

3) Indeks Antropometri

Adalah pengukuran dari beberapa parameter dimana

indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran

terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan

dengan umur. Beberapa indeks antropometri :

1. BB/U (berat badan terhadap umur)

Memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih mudah

dan cepat dimengerti oleh masyarakat, baik untuk

mengukur status gizi akut dan kronis, indikator status

gizi kurang saat sekarang, sensirif terhadap perubahan

kecil growth monitioring pengukuran yang berulang

dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau

KEP, dapat mendeteksi kegemukan (overweight) badan

terhadap umur. Selain beberapa kelebihan indeks ini juga

memiliki beberapa kelemahan yaitu kadang umur secara

akurat sulit didapat, dapat menimbulkan interprestasi

keliru bila terdapat edema maupun asites, memerlukan

data umur yang akurat terutama untuk usia balita, sering

terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh

pakaian atau gerakan anak saat ditimbang, secara

Page 37: Kti Sandra Kumala Sari

operasional : hambatan sosial budaya lebih banyak tidak

mau menimbang anak karena seperti barang dagangan.

2. TB/U (tinggi badan terhadap umur)

Indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa

lampau dan status ekonomi. Kelebihannya yaitu baik

untuk menilai status gizi masa lampau, alat dapat dibuat

sendiri, murah dan mudah dibawa, indikator

kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa. Namun

kekurangannya yaitu TB tidak cepat naik bahkan tidak

mungkin turun, diperlukan 2 orang untuk melakukan

pengukuran, karena biasanya anak relatif sulit berdiri

tegak, ketepatan umur sulit didapat.

3. BB/TB (berat badan terhadap tinggi badan)

Berat badan memiliki hubungan linear dengan

tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan BB

searah dengan pertumbuhan TB dengan kecepatan

tertentu. Kelebihannya yaitu tidak memerlukan data

umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk,

normal, kurus), dapat menjadi indikator status gizi saat

ini (current nutrition status). Kekurangannya yaitu

karena faktor umur tidak dipertimbangkan maka tidak

dapat memberikan gambaran apakah anak pendek atau

cukup TB atau kelebihan TB menurut umur, operasional:

sulit melakukan pengukuran TB pada balita, pengukuran

relatif lama, memerlukan 2 orang untuk melakukannya,

sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil

pengukuran terutama bila dilakukan oleh kelompok non-

profesional.

4. LILA/U (lingkar lengan atas terhadap umur)

LILA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun

BB/TB seperti BB, LILA merupakan parameter yang

labil karena dapat berubah-ubah cepat, karenanya baik

Page 38: Kti Sandra Kumala Sari

untuk menilai status gizi masa kini. Pada tahun pertama

kehidupan: 5,4 cm, pada umur 2-5 tahun: < 1,5 cm,

kurang sensitif untuk tahun berikutnya, penggunaan

LILA sebagai indikator status gizi, disamping digunakan

secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan

parameter lainnya seperti LILA/U dan LILA/TB (Quack

Stick).

a. Kelebihan

a) Indikator yang baik untuk menilai KEP berat

b) Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat

dibuat sendiri, kader posyandu dapat

melakukannya

c) Dapat digunakan oleh orang yang tidak bisa baca

tulis, dengan memberi kode warna untuk

menentukan tingkat keadaan gizi

b. Kekurangan

a) Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP

berat

b) Sulit menemukan ambang batas

c) Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun

5. Indeks masa tubuh (IMT)

Indeks masa tubuh merupakan salah satu metode

pengukuran antropometri yang digunakan berdasarkan

rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985: batasan BB

normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass

Index (BMI/IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat

yang sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa (usia 18 tahun keatas), khususnya yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelebihan BB. IMT tidak dapat

diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan

olahragawan. Juga tidak dapat diterapkan pada keadaan

khusus (penyakit) seperti edema, asites dan

Page 39: Kti Sandra Kumala Sari

hepatomegali. Batas ambang IMT menurut FAO

membedakan antara laki-laki (normal 20,1-25,0) dan

perempuan (nomal 18,7-23,8). Untuk menentukan

kategori kurus tingkat berat pada laki-laki dan

perempuan juga ditentukan ambang batas. Di Indonesia,

IMT dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan

hasil penelitian dibeberapa negara berkembang.

IMT = BB (kg)/TB2 (m2)

Tabel 2.1Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

KATEGORI IMTKurus

NormalGemuk

Kekurangan BB tingkat beratKekurangan BB tingkat ringan

Kelebihan BB tingkat ringanKelebihan BB tingkat Berat

< 17,017,0 – 18,518,7 – 25,025,0 – 27,0>27,0

6. Tebal lemak bawah kulit menurut umur

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran

ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada

beberapa bagian tubuh, misalnya: lengan atas (tricep dan

bicep), lengan bawah (forearm), tulang belikat

(subscapular), ditengah garis ketiak (midaxillary), sisi

dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha,

tempurung lutut (suprapatellar), pertengahan tungkai

bawah (medial calv). Lemak dapat diukur ecara absolut

(dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh

total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan

oleh jenis kelamin dan umur. Lemak bawah kulit pada

pria sebesar 3,1 kg, sedangkan pada wanita 5,1 kg.

7. Rasio lingkar pinggang-pinggul

Banyak lemak dalam perut menunjukkan ada

beberapa perubahan metabolisme, termasuk terhadap

insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas,

Page 40: Kti Sandra Kumala Sari

dibaning dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki

dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan

gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang

berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.

Ukuran yang umum digunakan adalah rasio ling

pinggang-panggul. Pengukuran lingkar pinggang dan

panggul harus dilakukan tepat, karena perbedaan posisi

pengukuran memberikan hasil berbeda. Rasio lingkar

pinggal-panggul untuk perempuan 0,77, sedangkan pada

laki-laki sebesar 0,90 (Seidell dkk, 1980 dalam buku

Proverawati, 2009)

Dari penjelasan metode pengukuran status gizi diatas,

peneliti hanya mengambil metode untuk menentukan status gizi

balita yaitu dengan BB/U dan TB/U.

Tabel 2.2National Central for Health Statistic

(NCHS) usia 0-36 bulan (dalam median)Usia Laki-laki Perempuan

(bulan) Berat (kg) Tinggi (cm) Berat (kg) Tinggi (cm)1 2 3 4 50 3,3 50,5 3,2 49,91 4,3 54,6 4,0 53,52 5,2 58,1 5,7 56,83 6,0 61,1 5,4 59,54 6,7 63,7 6,0 62,05 7,3 65,9 6,7 64,16 7,8 67,8 7,2 65,97 8,3 69,5 7,7 67,68 8,8 71,0 8,2 69,19 9,2 72,3 8,6 70,410 9,5 73,6 8,9 71,811 9,9 74,9 9,2 73,112 10,2 76,1 9,5 74,313 10,4 77,2 9,8 75,514 10,7 78,3 10,0 76,715 10,9 79,4 10,2 77,816 11,1 80,4 10,4 78,917 11,3 81,4 10,6 79,918 11,5 82,4 10,8 80,919 11,7 83,3 11,0 81,920 11,8 84,2 11,2 82,921 12,0 85,1 11,4 83,822 12,2 86,0 11,5 84,7

Page 41: Kti Sandra Kumala Sari

23 12,4 86,8 11,7 85,624 12,6 87,6 11,9 86,525 12,8 88,5 12,1 87,326 13,0 89,2 12,3 88,227 13,1 90,0 12,4 89,028 13,3 90,8 12,6 89,829 13,5 91,6 12,8 90,630 13,7 92,3 12,9 91,331 13,8 93,0 13,1 92,132 14,0 93,7 13,3 92,833 14,2 94,5 13,4 93,534 14,4 95,2 13,6 94,235 14,5 95,8 13,8 94,936 14,7 96,5 13,9 95,6

Sumber : Rahayu, 2009

Tabel 2.3National Central for Health Statistic

(NCHS) usia 2-14 tahun (dalam median)Usia Laki-laki Perempuan

Tahun Bulan Berat (kg) Tinggi (cm) Berat (kg) Tinggi (cm)1 2 3 4 5 62 0 12,3 85,6 11,8 84,5

1 12,5 86,4 12,0 85,42 12,7 87,2 12,2 86,23 12,9 88,1 12,4 87,04 13,1 88,9 12,6 87,95 13,3 89,9 12,8 88,76 13,5 91,2 13,0 89,57 13,7 92,0 13,2 90,28 13,9 92,7 13,4 91,09 14,1 93,5 13,6 91,710 14,3 94,2 13,8 92,511 14,4 94,9 13,9 93,2

3 0 14,6 95,6 14,1 93,51 14,8 96,3 14,3 94,62 15,0 96,3 14,4 95,33 15,2 97,0 14,6 96,04 15,3 97,7 14,8 96,65 15,5 98,4 14,9 97,36 15,7 99,1 15,1 97,97 15,8 99,7 15,2 98,68 16,0 100,4 15,4 99,29 16,2 101,0 15,4 99,810 16,4 101,7 15,7 100,4

Page 42: Kti Sandra Kumala Sari

11 16,5 102,3 15,8 101,04 0 16,7 102,9 16,0 101,6

1 16,9 103,6 16,1 102,22 17,0 104,2 16,2 102,83 17,2 104,8 16,4 103,44 17,4 105,4 16,5 104,05 17,5 106,0 16,7 104,56 17,7 106,6 16,8 105,17 17,9 107,1 17,0 105,68 18,0 107,7 17,1 106,29 18,2 108,3 17,2 106,710 18,3 108,8 17,4 107,311 18,5 109,4 17,5 107,8

5 0 18,7 109,3 17,7 108,41 18,8 110,5 17,8 108,92 19,0 111,0 18,0 109,53 19,2 111,5 18,1 110,04 19,3 112,1 18,3 110,55 19,5 112,6 18,4 111,06 19,7 113,1 18,6 111,67 19,8 113,6 18,7 112,18 20,0 114,1 18,9 112,69 20,2 114,6 19,0 113,110 20,3 115,1 19,2 113,611 20,5 115,6 19,4 114,1

Sumber : Rahayu, 2009

Tabel 2.4Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri

Status GiziIndeks

BB/U TB/U BB/TB

Gizi Baik > 80 % > 90 % > 90 %Gizi Sedang 71-80 % 81-90 % 81-90 %Gizi Kurang 61-70 % 71-80 % 71-80 %Gizi Buruk ≤ 60% ≤ 70% ≤ 70%

Sumber : Proverawati, 2009

Catatan : Persen dinyatakan terhadap baku NCHS.

2.1.2 Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita

1. Pertumbuhan

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua

peristiwa yang bersifat berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit

dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan

(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,

yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),

ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan

Page 43: Kti Sandra Kumala Sari

metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan

berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran

atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu (Marimbi,

2010).

Menurut Depkes RI dalam buku Marimbi (2010),

pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh

bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur. Menurut

Whalley dan Wong (2000) dalam bukau Fida (2012),

pertumbuhan ialah bertambahnya jumlah dan besarnya sel

diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur.

Menurut Sutjiningsih (1998), pertumbuhan adalah adanya

perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan

pembentukan protein baru, sehingga meningkatkan jumlah dan

ukuran sel diseluruh bagian tubuh (Fida, 2012).

Pertumbuhan anak juga dapat diartikan sebagai perubahan

kuantitatif pada material pribadi sebagai akibat adanya pengaruh

lingkungan. Material pribadi yang dimaksud ialah sel, kromosom,

rambut, butiran darah, dan tulang. Adapun ciri pertumbuhan anak

meliputi pertambahan material, baik terkait pertumbuhan yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif, asalkan tidak berhubungan

dengan fungsinya (Fida, 2012).

Jika mengacu pada pengertian pertumbuhan anak tersebut,

kita dapat menentukan ciri-ciri yang menunjukkan pertumbuhan

anak, yakni bertambahnya berat badan, tinggi badan, tinggi

badan, lingkaran kepala, tumbuh sekaligus tanggalnya gigi susu

dan gigi tetap, serta perubahan tubuh lainnya (Fida, 2012).

2. Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai

hasil dari proses pematangan. Perkembangan lebih menitik

beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ

Page 44: Kti Sandra Kumala Sari

atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional

akibat pengaruh lingkungan. Menurut depkes RI, perkembangan

adalah bertamabah sempurna nya fungsi dari alat tubuh (Marimbi,

2010).

Menurut Whalley Wong dalam Hidayat (2005)

menjelaskan bahwa perkembangan adalah bertambah

sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tingkat

kematanagan dan belajar. Perkembangan anak bisa terjadi pada

perubahan bentuk dan fungsi pematangan organ, mulai dari aspek

sosial, emosional, hingga intelektual (Fida, 2012).

Menurut Soetjiningsih (1995), perkembangan adalah

bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dengan pola teratur dan dapat diramalkan

sebagai hasil proses pematangan (Fida, 2012).

Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia),

perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks, serta bersifat kualitatif yang

pengukurannya lebih sulit dari pada pertumbuhan (Fida, 2012).

3. Ciri-Ciri Perkembangan Anak

Dalam proses tumbuh kembang anak, terdapat ciri-ciri

yang saling berkaitan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan anak menyebabkan terjadinya perubahan,

yaitu perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.

Setiap pertumbuhan disertai perubahan fungsi (misalnya,

perkembangan inteligensia anak menyertai pertumbuhan otak

dan sarafnya).

2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahapan awal

menentukan perkembangan selanjutnya. Dalam hal ini,

setiapa anak tidak dapat melewati satu tahapan

perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya

(anak tidak bisa berjalan sebelum berdiri).

Page 45: Kti Sandra Kumala Sari

3. Biasanya, proses pertumbuhan dan perkembangan anak

memiliki kecepatan yang bebeda. Artinya, pertumbuhan fisik

dan perkembangan fungsi organ setiap anak mempunyai

kecepatan yang tidak sama.

4. Perkembangan selalu berkolerasi dengan pertumbuhan.

Ketika pertumbuhan berlangsung cepat, maka perkembangan

terjadi pada peningkatan mental, memori, daya nalar,

asosiasi, dan alain-lain.

5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Dalam hal ini,

perkkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua

hukum yang tetap, sebagaimana berikut :

a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,

kemudian menuju arah kaudal/anggota tubuh (pola

sefalokaudal).

b. Perkembangan terjai lebih dahulu di daerah proksimal

(gerak kasar), lalu berkembang ke bagian distal, seperti

jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola

proksimodistal).

6. Dalam prosesnya, perkembangan melalui tahapan berurutan.

Tahapan tidak bisa terbalik. Misalnya, anak mampu membuat

lingkaran sebelum ia bisa membuat gambar kotak.

4. Prinsip Perkembangan Anak

1. Perkembangan anak merupakan hasil proses kematangan dan

belajar. Sedangkan kematangan adalah proses intrinsik yang

terjadi dengan sendirinya sesuai potensi yang ada pada anak.

Sementara itu, belajar adalah perkembangan yang berasal

dari latihan dan usaha.

2. Menurut Depkes dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),

pola perkembangan dapat diramalkan, yaitu adanya

persamaan pola perkembangan bagi semea anak, sehingga

perkembangan bisa diramalkan. Perkembangan ini

Page 46: Kti Sandra Kumala Sari

berlangsung dari tahapan umum ke spesifik dengan

berkesinambungan.

5. Pola Pertumbuhan Dan Perkembangan

Pola pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan

peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan

perkembangannya. Ada beberapa pola yang terjadi, diantaranya

sebagai berikut :

1) Pola perkembangan fisik yang terarah

Menurut Wong (1995), pola perkembangan fiik terarah

terdiri atas dua prinsip, yaitu chepalocaudal dan proximal

distal. Chepalocaudal adalah pola pertumbuhan dan

perkembangan yang dimulai dari kepala, yang ditandai oleh

perubahan ukuran kepala menjadi lebih besar. Kemudian,

perubahan ini berkembang menjadi kemampuan

menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala, lalu

dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan, tangan dan

kaki. Sedangkan proximal distal ialah pola pertumbuhan dan

perkembangan yang dimulai dengan menggerakkan anggota

gerak yang paling dekat dengan pusat atau sumbu tengah,

misalnya menggerakkan bahu, lalu jari-jari.

2) Pola perkembangan dari umum ke khusus

Dalam pola perkembangan ini, pola pertumbuhan dan

perkembangan dimulai dengan menggerakkan daerah yang

lebih umum (sederhana), lalu berkembang ke daerah yang

lebih kompleks. Misalnya, anak melambbaikan tangan,

kemudian memainkan jari.

3) Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan

Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap

tahapan perkembangan yang dapat digunakan untuk

mendeteksi dini perkembangan selanjutnya.

4) Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan

atau belajar.

Page 47: Kti Sandra Kumala Sari

Menurut Gunarsa dalam Hidayat (2005), ada suatu

masa saat anak siap menerima sesuatu dari luar (lingkungan)

guna mencapai proses kematangan, dan kematangan yang

dicapainya dapat disempurnakan melalui rangsangan yang

tepat. Masa ini merupakan masa kritis yang harus dirangsang

agar mencapai perkembangan selanjutnya melalui proses

belajar (Fida, 2012).

6. Perkembangan Menurut Denver Development Stress Test

(DDST)

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa

balita. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana

diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi

berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian (Marimbi,

2010).

DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap

kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau

tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan

untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20

menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST

secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85-100 % bayi

dan anak-anak praekolah yyang mengalami keterlambatan

perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyata 89%

dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah

5-6 tahun kemudian (Marimbi, 2010).

Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan

bahwa DDST tidak dapat mengidentifikasikan lebih setengah

anak dengan kelainan bicara. Frankerburg melakukan revisi dan

restandarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada

sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST

tersebut dinamakan Denver II.

1) Aspek perkembangan yang dinilai

Page 48: Kti Sandra Kumala Sari

Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan

perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang

disebut sektor perkembangan, yang melipuri :

a. Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Fine Motor Adaptif (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot, tetapi

memerlukan koordinasi tang cermat.

c. Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

mengikuti perintan dan berbicara spontan.

d. Gross Motor (gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap

tubuh.

2) Alat yang digunakan

a. Alat peraga : benal wol merah, kismis/manik-manik,

kubus warna merah-kuning, hijau-biru, permainan anak,

botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil.

b. Lembar formulir DDST

c. Buku petunjuk referensi yang menjelaskan cara-cara

melakukan tes dan cara penilaiannya.

3) Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu :

Tahap I : secara periodik dilakukan pada semua anak yang

berusia :

a. 3-6 bulan

b. 9-12 bulan

c. 18-24 bulan

d. 3-5 tahun

Page 49: Kti Sandra Kumala Sari

Tahap II : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya

hambatan perkembangan pada tahap I. Kemudian dilanjutkan

pada evaluasi diagnostik yang lengkap.

4) Penilaian

Penilaian buku petunjuk terdapat penjelasan tentang

bagaimana melakukan penilaian apakah lulus (Passed=P),

gagal (Fail=F), atau anak tidak mendapat kesempatan

melakukan tugas (No Opportunity=N.O). Kemudian digaris

berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horizontal

tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah dihitung

pada masing-masing sektor, beberapa yang P berada di F,

selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan

dalam:

a. Abnormal

1. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2

sektor atau lebih.

2. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau

lebih keterlambatan PLUS 1 sektor atau lebih

dengan 1 keterlambatan dan pada 1 sektor yang

sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang

berpotongan dengan garis vertikal usia.

b. Meragukan

1. Bila pada 1 sektor didapatkan keterlambatan atau

lebih

2. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1

keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada

yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan

garis vertikal kebawah.

c. Tidak dapat dites

Page 50: Kti Sandra Kumala Sari

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes

menjadi abnormal atau meragukan.

d. Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut

diatas.

Dalam pelaksanaan skrining dengan DDST ini, umur anak

perlu ditetapkan terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30

hari untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Bila dalan

perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama

dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas.

2.2 KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal khusus.Oleh karena konsep merupakan abstraksi,

maka konsep tidak dapat langsung diamati dan diukur.konsep hanya dapat

diamati atau diukur atau yang lebih dikenal melalui konstruk atau yang lebih

dikenal dengan nama variabel (Notoatmodjo 2010).

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin di amati atau diukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan.

Berikut gambaran kerangka penelitian yang akan dilakukan dalam

penelitian ini :

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Ket :

Status gizi

a. BB/Ub. TB/U

Perkembangan anak usia 1-5 tahun melalui DDST

Page 51: Kti Sandra Kumala Sari

: Variabel yang diteliti

: Berhubungan

2.3 HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

yang harus dibuktikan. Berdasarkan dari teori dan kerangka konsep yang

telah di jelaskan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Ada hubungan antara status gizi terhadap perkembangan anak usia 1-

5 tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun

2013.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan studi observasional yang bersifat

analitik dengan melakukan pendekatan Cross Sectional Study, yang

merupakan suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau

dalam suatu periode waktu tertentu dan setiap subjek studi hanya dilakukan

satu penelitian saja. Pendekatan ini dimaksudkan untuk melihat hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja

Puskesmas Sail tahun 2013.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10-14 Juni 2013.

Page 52: Kti Sandra Kumala Sari

3.3 KERANGKA KERJA/ALUR PENELITIAN

Kerangka kerja adalah kerangka yang menyatakan tentang urutan

langkah dalam melaksanakan penelitian (Suparyanto, 2011).

Skema 3.1 Kerangka Kerja

3.4 POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING

3.4.1 Populasi

Populasi merupakan kumpulan dari seluruh elemen atau

unsur yang akan dibuat kesimpulan. Elemen atau unsur yang

dimaksudkan adalah subyek dimana pengukuran akan dilakukan.

Besarnya populasi yang akan digunakan dalam suatu penelitian

Populasi Seluruh Balita Berusia 1-5 tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Puskesmas Sail Tahun 2013

Sampel Sebagian dari Populasi dengan Teknik Mengambil Sampel Minimal yang di Anggap Cukup Untuk Penelitian.

Teknik sampling:accidental sampling

Variabel penelitian Status Gizi terhadap Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun

Metode pengumpulan data:Format DDST, timbangan BB, pengukur TB

Analisi dataBivariat (Uji Chi Squere)

Page 53: Kti Sandra Kumala Sari

tergantung pada jangkauan kesimpulan yang akan dibuat atau

dihasilkan. Populasi yang dituju pada penelitian ini adalah seluruh

balita yang berumur 1-5 tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja

Puskesmas Sail Tahun 2013 yang berjumlah 39 orang.

3.4.2 Sampel

Menurut Saryono (2010), sampel adalah sebagian dari

populasi yang dianggap mewakili suatu populasi. Dalam penelitian

ini, cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara

mengambil sampel atas pertimbangan peneliti sampai memenuhi

batas minimal sampel yang dianggap cukup untuk penelitian ini.

Jumlah sampel yang diambil adalah 30 orang.

3.4.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel

akan mewakili keseluruhan populasi yang ada. Mengingat populasi

penelitian ini terlalu luas, maka dilakukan teknik pengambilan

sampel Accidental Sampling. Pengambilan sampel secara aksidental

(accidental) yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia.

Sampel tanpa sengaja (Accidental Sampling), sampel diambil atas

dasar seandainya saja, tanpa direncanakan terlebih dahulu. Jumlah

sampel yang dikehendaki berdasarkan pertimbangan yang dapat

dipertanggung jawabkan, dan dapat memenuhi keperluan penelitian.

Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja

(Notoatmodjo, 2010).

3.5 VARIABEL PENELITIAN

3.5.1 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini

dikenal dengan bebas yang artinya bebas mempengaruhi veriabel

Page 54: Kti Sandra Kumala Sari

lainnya. Dalam penelitian ini sebagai variabel independen adalah

Status Gizi.

3.5.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang mempengaruhi

variabel bebas atau menjadi akibat variabel bebas. Dalam penelitian

ini sebagai variabel dependen adalah Perkembangan Anak usia 1-5

tahun.

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah devinisi variabel berdasarkan apa yang

dilaksanakan dalam penelitian, sehingga variabel tersebut dapat diukur,

diamati atau dihitung sehingga timbul variasi (Suparyanto, 2011).

Tabel 3.1Definisi Operasional

No.Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Status Gizi

Berat Badan

Merupakan salah satu parameter yang valid untuk mengukur status gizi.

Observasi Timbangan berat badan

Baik > 80 % berdasarkan baku NCHS

Sedang 70-80% berdasarkan baku NCHS

Kurang 60-70% berasarkan baku NCHS

Buruk ≤ 60% berdasarkan baku NCHS

Ordinal

Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan antropometri

Observasi Pengukur Tinggi Badan

Baik > 90 % berdasarkan baku

Ordinal

Page 55: Kti Sandra Kumala Sari

yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan merupakan parameter yang valid untuk menentukan status gizi.

NCHS

Sedang 81-90% berdasarkan baku NCHS

Kurang 71-80 % berdasarkan baku NCHS

Buruk ≤ 70 % berdasarkan baku NCHS

2. Perkembangan balita

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Observasi Format DDST Normal

Meragukan

Tidak dapat di tes

Abnormal

Ordinal

3.7 JALANNYA PENELITIAN

3.7.1 Tahap persiapan

Peneliti mengajukan judul kebagian Kurikulum/Pudir I dan

pembimbing Akademi Kebidanan Dharma Husada. Kemudian

mengurus Surat Penelitian kebagian Tata Usaha. Peneliti

menyampaikan informasi berupa surat pengantar dari Direktur

Akademi Kebidanan Dharma Husada selanjutnya ke Badan

Penelitian Provinsi dan Kota. Peneliti menyempaikan informasi

berupa surat pengantar dari Direktur Kebidanan Dharma Husada

kepada Puskesmas Sail Pekanbaru untuk pengambilan data dan

lokasi penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah mendapat izin dari

pihak-pihak yang terkait maka dilakukan pengumpulan data awal

dan pendukung. Data yang telah dikumpulkan dikonsultasikan secara

terus-menerus kepada pembimbing dan dimasukkan dalam program

komputer.

Page 56: Kti Sandra Kumala Sari

Peneliti juga mempersiapkan administrasi yang diperlukan.

Setelah semua syarat terpenuhi, peneliti menyajikan rancangan

penelitian dalam bentuk karya tulis ilmiah.

3.7.2 Tahap pelaksanaan

Peneliti mengajukan permohonan izin kepada pimpinan

Kelurahan Sukamulia dan pimpinan Puskesmas Sail Pekanbaru yang

menjadi lokasi penelitian dan disertai surat pengantar dari Akademi

Kebidanan Dharma Husada Pekanbaru. Setelah mendapat izin,

dilakukan pengumpulan data yang diperoleh dari tempat penelitian.

Data yang terkumpul kemudian diolah sedemikian rupa sehingga

menghasilkan data yang signifikan.

3.7.3 Tahap penyelesaian

Pada tahap penyelesaian ini dimulai dengan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah dilanjutkan seminar hasil penelitian, kemudian

perbaikan dan pengumpulan Karya Tulis Ilmiah.

3.8 PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

3.8.1 Pengumpulan data

1. Data Primer

Data primer adalah data baku yang masih membutuhkan

pengolahan lebih lanjut, diperoleh langsung dari subjek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran/kuesioner sesuai dengan

kebutuhan data yang diperlukan. Data yang diperoleh langsung

oleh peneliti melalui observasional langsung kepada responden.

Dengan cara menilai status gizi dengan menimbang dan

mengukur tinggi badan serta menilai perkembangan anak usia 1-5

tahun dengan cara mengisi format DDST.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data dan informasi pendukung yang

sudah ada, diperoleh dari penelitian sebelumnya. Data yang

Page 57: Kti Sandra Kumala Sari

diperoleh dari catatan Puskesmas Sail dan Studi Kepustakaan

untuk memperoleh literatur.

3.8.2 Teknik pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2010), pengolahan data menggunakan

komputer dengan menggunakan program Nutrisurvey, WHO Anthro

2005 dan SPSS yang meliputi entri data, editing, koding dan analisis

data. Pengolahan dan penyajian data dilakukan dengan tahapan-

tahapan sebagai berikut:

1. Editing (Penyuntingan Data)

Melakukan pemeriksaan pada setiap lembar format DDST

yang dilakukan oleh peneliti untuk memastikan bahwa tidak ada

kesalahan dalam pengisian format DDST.

Setelah dilakukan penilaian dari setiap balita dan dilakukan

pemeriksaan pada setiap lembar DDST, didapatkan hasil tidak

ada kesalahan dalam pengisian.

2. Coding (Pengkodean Data)

Memberikan kode pada setiap jawaban hasil observasi

dengan format DDST yang telah diisi oleh peneliti untuk

memudahkan dalam entry data.

Setelah dilakukan pemeriksaan dari setiap lembar DDST,

kemudian diberi kode dari setiap variabel.

1) Berat badan : Baik (1)

Sedang (2)

Kurang (3)

Buruk (4)

2) Tinggi badan : Baik (1)

Sedang (2)

Kurang (3)

Buruk (4)

Page 58: Kti Sandra Kumala Sari

3) Perkembangan : Abnormal (1)

Meagukan (2)

Tidak dapat di tes (3)

Normal (4)

3. Entry (Pemprosesan)

Memastikan data yang didapat melalui hasil observasi

dengan menggunakan format DDST yang di isi oleh peneliti

kedalam program komputer.

Setelah dilakukan pengkodean, lalu diproses kedalam

program komputer untuk mengetahui bagaimana hasil analisa

univariat dan analisa bivariat dari berat badan, tinggi badan dan

perkembangan balita yang di dapat dari format DDST tersebut.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Memeriksa kembali data yang ada di program komputer

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk memastikan bahwa

tidak ada kesalahan dalam entry data.

3.8.3 Analisis data

1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi

Status Gizi dan Perkembangan Balita usia 1-5 tahun baik

variabel independen maupun variabel dependen.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam

penelitian ini, analisa bivariat menggunakan sistem

komputerisasi. Maka, digunakan uji chi squere dengan derajat

kepercayaan 95% (α=0,05).

3.8.4 Instrumen Penelitian

Page 59: Kti Sandra Kumala Sari

Instrument penelitian yang digunakan untuk mendapat

informasi dalam penelitian ini adalah adalah format pengkajian

anak dan format DDST, berisi tingkat perkembangan anak usia

1-5 tahun. Instrument penelitian dilakukan dengan cara

observasi dimana peneliti melakukan pengamatan saat penelitian

berlangsung.

3.9 KETERBATASAN DAN KESULITAN

3.9.1 Keterbatasan

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan kesulitan dalam

melakukan penelitian karena keterbatasan waktu. Waktu penelitian

yang relatif singkat menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan

penelitian ini.

3.9.2 Kesulitan

Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan kesulitan dalam

pengumpulan data. Hal ini disebabkan karena peneliti kesulitan

dalam mendapatkan sampel secara langsung untuk dilakukan

observasi.

3.10 MASALAH ETIKA

Didalam penelitian ini peneliti juga melengkapkan informed consent

sebelum melakukan penelitian berupa lembar persetujuan menjadi respoden

yang telah ditanda tangani, anonimity (tanpa nama) kepada ibu dari balita

tersebut. Pada saat penelitian, peneliti melakukan tindakan sesuai prosedur

dan tetap menjaga kerahasiaan dan keaslian penelitian.

Page 60: Kti Sandra Kumala Sari

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Sail adalah salah satu puskesmas yang berada di

kecamatan Sail kota Pekanbaru. Wilayah kerja Puskesmas Sail

berbatasan dengan:

1. Utara : Berbatasan dengan Kec. Lima Puluh

2. Selatan : Berbatasan dengan Kec. Bukit Raya

3. Timur : Berbatasan dengan Kec. Tenayan Raya

4. Barat : Berbatasan dengan Pekanbaru Kota

Wilayah kerja Puskesmas Sail terdapat 3 kelurahan yaitu

Page 61: Kti Sandra Kumala Sari

sebagai berikut:

1. Suka Mulia dengan 10 Posyandu

2. Sukamaju dengan 9 Posyandu

3. Cinta Raja dengan 5 Posyandu

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Dwikora Wilayah

Kerja Puskesmas Sail yang terletak dijalan Dwikora Kelurahan

Sukamulia Kecamatan Sail.

Luas Wilayah kerja Puskesmas Sail adalah 3,26 km2 yang

terdiri dari 3 kelurahan, yang terdiri dari 76 RT, 18 RW. Jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sail pada tahun 2011 adalah

21.550 jiwa yang terdiri dari 10.657 jiwa laki-laki dan 110.893 jiwa

perempuan, yang terdiri dari 5.764 KK, dengan kepadatan penduduk

rata-rata 6.940 penduduk/km2` yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Suka Mulia : 8.460 jiwa

2. Kelurahan Sukamaju : 6.728 jiwa

3. Kelurahan Cinta Raja : 6.362 jiwa

4.1.2 Analisa Univariat

1. Berat Badan Balita

Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Berat Badan Balita Usia 1-5 Tahun di Posyandu

Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013

NO BERAT BADAN f %

1

2

3

4

Baik

Sedang

Kurang

Buruk

22

6

2

0

73,3

20

6,7

0

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2013

Analisa berdasarkan tabel 4.1 tentang Berat Badan Balita

Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas

Sail Tahun 2013 mayoritas baik yaitu sebanyak 22 balita (73,3%).

Page 62: Kti Sandra Kumala Sari

2. Tinggi Badan Balita

Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Tinggi Badan Balita Usia 1-5 Tahun di Posyandu

Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013

NO TINGGI BADAN F %

1

2

3

4

Baik

Sedang

Kurang

Buruk

21

8

1

0

70

26,7

3,3

0

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2013

Analisa berdasarkan tabel 4.2 tentang Tinggi Badan Balita

Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas

Sail Tahun 2013 mayoritas baik yaitu sebanyak 21 balita (70%).

3. Perkembangan Balita

Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Perkembangan Balita Usia 1-5 Tahun di

Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013

NO PERKEMBANGAN f %

1

2

3

4

Abnormal

Meragukan

Tidak dapat dites

Normal

3

1

0

26

10

3,3

0

86,7

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2013

Analisa berdasarkan tabel 4.3 tentang Perkembangan

Balita Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja

Puskesmas Sail Tahun 2013 mayoritas normal yaitu sebanyak 26

balita (86,7%).

Page 63: Kti Sandra Kumala Sari

4.1.3 Analisa Bivariat

1. Hubungan Berat Badan Terhadap Perkembangan Anak Usia 1-5

Tahun

Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Hubungan Berat Badan Terhadap Perkembangan Anak Usia 1-5

Tahun Di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013

N

O

BERAT

BADAN

PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-5 TAHUN

N% P

valueAbnormal Meragukan

Tidak

dpt

dites

Normal

N % n % N % n %

1 Baik 1 33,33 0 0 0 0 21 80,77 22 73,33

0,00

2 Sedang 0 0 1 100 0 0 5 19,23 6 20

3 Kurang 2 66,67 0 0 0 0 0 0 2 6,67

4 Buruk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 3 100 1 100 0 0 26 100 30 100

Sumber : Data Primer 2013

Analisa berdasarkan tabel 4.3 tentang Hubungan Berat

Badan Terhadap Perkembangan Balita Usia 1-5 Tahun Di

Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013

mayoritas berberat badan baik dengan perkembangan normal

yaitu sebanyak 21 balita (80,77%).

2. Hubungan Tinggi Badan Terhadap Perkembangan Anak Usia 1-5

Tahun

Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Hubungan Tinggi Badan Terhadap Perkembangan Anak Usia 1-5

Tahun Di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013

N

O

TINGGI

BADAN

PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-5 TAHUN

n %P

valueAbnormal Meragukan

Tidak

dpt

dites

Normal

N % N % N % n %

1 Baik 1 33,33 0 0 0 0 20 76,92 21 70 0,13

Page 64: Kti Sandra Kumala Sari

2 Sedang 1 33,33 1 100 0 0 6 23,08 8 26,67

3 Kurang 1 33,33 0 0 0 0 0 0 1 3,33

4 Buruk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 3 100 1 100 0 0 26 100 30 100

Sumber : Data Primer 2013

Analisa berdasarkan tabel 4.5 tentang Hubungan Tinggi

Badan Terhadap Perkembangan Balita Usia 1-5 Tahun Di

Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail Tahun 2013

mayoritas bertinggi badan baik dengan perkembangan normal

yaitu sebanyak 20 balita (76,92%).

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Analisa Univariat

1. Berat Badan

Dari Distribusi Frekuensi Berat Badan Anak Usia 1-5

Tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail

Tahun 2013, mayoritas berat badan baik yaitu sebanyak 22 balita

(73,3%), dan minoritas berat badan kurang yaitu sebanyak 2

balita (6,7%).

Pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan

untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali

terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya

tumor). Berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar

perhitungan dosis obat dan makanan. Menggambarkan jumlah

protein, lemak, air dan mineral pada tulang.

Memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih mudah dan cepat

dimengerti oleh masyarakat, baik untuk mengukur status gizi akut

dan kronis, indikator status gizi kurang saat sekarang, sensirif

terhadap perubahan kecil growth monitioring pengukuran yang

berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau

KEP, dapat mendeteksi kegemukan (overweight) badan terhadap

umur. Selain beberapa kelebihan indeks ini juga memiliki

Page 65: Kti Sandra Kumala Sari

beberapa kelemahan yaitu kadang umur secara akurat sulit

didapat, dapat menimbulkan interprestasi keliru bila terdapat

edema maupun asites, memerlukan data umur yang akurat

terutama untuk usia balita, sering terjadi kesalahan dalam

pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak saat

ditimbang, secara operasional : hambatan sosial budaya lebih

banyak tidak mau menimbang anak karena seperti barang

dagangan.

2. Tinggi Badan

Dari Distribusi Frekuensi Tinggi Badan Anak Usia 1-5

Tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail

Tahun 2013, mayoritas tinggi badan baik yaitu sebanyak 21 balita

(70%), dan minoritas tinggi badan kurang yaitu sebanyak 1 balita

(3,33%).

Tinggi badan merupakan antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan

normal, TB tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

Pertumbuhan TB tidak seperti BB, relatif kurang sensitif pada

masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh

defisiensi zat gizi terhadap TB akan nampak dalam waktu yang

relatif lama. Merupakan parameter paling penting bagi keadaan

yang telah lalu dan keadaan sekarang, jka umur tidak diketahui

dengan tepat. Merupakan ukuran kedua yang penting, karena

dengan menghubungkan BB terhadap BB, faktor umur dapat

dikesampingkan.

Indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa lampau

dan status ekonomi. Kelebihannya yaitu baik untuk menilai status

gizi masa lampau, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah

dibawa, indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa.

Namun kekurangannya yaitu TB tidak cepat naik bahkan tidak

mungkin turun, diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran,

Page 66: Kti Sandra Kumala Sari

karena biasanya anak relatif sulit berdiri tegak, ketepatan umur

sulit didapat.

3. Perkembangan Balita

Dari Distribusi Frekuensi Pekembangan Anak Usia 1-5

Tahun di Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas Sail

Tahun 2013, mayoritas perkembangan normal yaitu sebanyak 26

balita (86,7%), dan minoritas perkembangan meragukan yaitu

sebanyak 1 balita (3,33%).

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua

peristiwa yang bersifat berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit

dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan

(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,

yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),

ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan

metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai

hasil dari proses pematangan.

4.2.2 Analisa Bivariat

4.2.2.1 Hubungan Berat Badan Terhadap Perkembangan Anak

Usia 1-5 Tahun

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan

bermakna antara berat badan terhadap perkembangan anak

usia 1-5 tahun dimana P Value < 0,05 atau P Value = 0,00.

Adanya hubungan tersebut secara statistik dapat dikatakan

berat badan memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak

usia 1-5 tahun.

Tabel 4.4 menunjukkan dari 30 balita, 21 balita

(76,92%) memiliki berat badan kategori baik dengan

Page 67: Kti Sandra Kumala Sari

perkembangan yang normal dan 2 balita (66,67%) memiliki

berat badan kategori kurang dengan perkembangan yang

abnormal.

Menurut peneliti berdasarkan penelitian yang

dilakukan, terdapat hubungan antara berat badan dan

perkembangan anak usia 1-5 tahun. Hal ini disebabkan

karena berat badan merupakan salah satu tingkat

pertumbuhan untuk menentukan status gizi seorang balita

yang memiliki hubungan kuat terhadap perkembangan balita.

Semakin baik asupan nutrisi yang diterima seorang balita

yang dilihat dari berat badan, semakin baik pula tingkat

perkembangannya.

Menurut pendapat Soetjiningsih status gizi merupakan

bagian dari pertumbuhan anak, sehingga kita dapat

mendeteksi secara dini adanya kelainan atau gangguan

pertumbuhan dengan melihat status gizinya dan dapat

digunakan untuk mencari penyebab serta mengusahakan

pemulihannya (Nursadiyah, 2011)

Dari hasil penelitian Proboningsih (2007) bahwa pada

anak usia 12-24 bulan di puskesmas wilayah kerja sidoarjo

kelompok status gizi baik terdapat 78,6% memiliki

perkembangan normal dan 21,4% perkembangan yang

terhambat. Sedangkan pada kelompok gizi kurang terdapat

53,6% memiliki perkembangan normal dan 46,4%

perkembangan yang terhambat. Hal ini menunjukkan bahwa

status gizi normal dan status gizi kurang memiliki perbedaan

perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan

prilaku sosial) (Nursadiyah, 2011).

Status gizi dinilai dari tingkat pertumbuhan. Istilah

tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang

bersifat berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan,

yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth)

Page 68: Kti Sandra Kumala Sari

berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang

bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),

ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan

metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Pertumbuhan

berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu

(Marimbi, 2010).

4.2.2.2 Hubungan Tinggi Badan Terhadap Perkembangan Anak

Usia 1-5 Tahun

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan

bermakna antara tinggi badan terhadap perkembangan anak

usia 1-5 tahun dimana P Value < 0,05 atau P Value = 0,013.

Adanya hubungan tersebut secara statistik dapat dikatakan

berat badan memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak

usia 1-5 tahun.

Tabel 4.5 menunjukan dari 30 balita, 20 balita

(76,92%) memiliki berat badan kategori baik dengan

perkembangan yang normal dan 1 balita (33,33%) yang

memiliki tinggi badan kurang dengan perkembangan yang

abnormal.

Menurut peneliti berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan, didapatkan Hasil P Value tinggi badan lebih besar

dibandingkan dengan hasil P Value dari berat badan. Hal ini

disebabkan karena pertumbuhan tinggi badan tidak seperti

berat badan, tinggi badan relatif kurang sensitif pada masalah

kekurangan gizi dalam waktu singkat. Pengaruh defisiensi zat

gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang

relatif lama.

Menurut pendapat Salsabila (2010), salah satu

kelompok umur dalam masyarakat yang paling mudah

Page 69: Kti Sandra Kumala Sari

menderita kelainan gizi (rentan gizi) adalah anak balita

(bawah lima tahun). Pada anak balita terjadi proses

pertumbuhan yang pesat, sehingga memerlukan zat gizi tinggi

untuk setiap kilogram berat badannya. Anak balita justru

paling sering menderita akibat kekurangan gizi. Sedangkan

masa balita ini merupakan periode penting dalam

pertumbuhan, dimana pertumbuhan dasar yang berlangsung

pada masa balita akan menentukan perkembangan anak

selanjutnya.

Menurut pendapat Soetjeningsih tercapainya tumbuh

kembang yang optimal tergantung pada potensi biologinya.

Tingkat tercapainya potensi biologi seorang merupakan hasil

interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yaitu faktor

genetik, linkungan bio-psikososial, dan prilaku. Proses yang

unik dan hasil ukur yang berbeda-beda yang memberikan ciri

tersendiri pada setiap anak (Nursadiyah, 2011).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno

(2007), dari 98 anak yang diteliti 60% perkembangan

motoriknya baik dan sisanya mengalami perkembangan yang

terlambat yaitu 40%. Ditemukan bahwa adanya hubungan

antara status gizi, asupan protein dan asupan energi terhadap

perkembangan motorik kasar balita (Nursadiyah, 2011).

Page 70: Kti Sandra Kumala Sari

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Dwikora

Wilayah Kerja Puskesmas Sail dari 10-14 Juni 2013, maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara status gizi terhadap perkembangan anak usia 1-5

tahun.

5.2 SARAN

5.2.1 Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan bagi Posyandu Dwikora Wilayah Kerja Puskesmas

Sail dapat mengobservasi seluruh anak usia 1-5 tahun yang ada

Page 71: Kti Sandra Kumala Sari

diwilayah tersebut. Bertujuan agar dapat mengetahui bagaimana

status gizi dan pola perkembangan nya agar tidar terjadi gangguan yg

lebih lanjut.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi kepustakaan

Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekanbaru dan penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian

selanjutnya.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dalam membuat karya

tulis ilmiah ini dapat lebih baik lagi dan dijadikan sebagai tolak ukur.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana., Bambang Wijatmadi. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana

Cakrawati, Dewi,. Mustika NH. 2012. Bahan Pangan, Gizi dan Kesehatan. Bandung : Alfabeta

Compas (2007). Peran Ibu dalam Tumbuh Kembang Anak. Di akses pada tanggal 28 Maret 2013 pukul 10.00 WIB, dari http://www2.compas.com

Depkes RI (2005. Referensi Kesehatan. Di akses tanggal 28 Maret 2013 pukul 13.30 WIB, dari http://creasoft.wordpress.com

Fida., Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : D-MEDIKA

Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika

Page 72: Kti Sandra Kumala Sari

Maryuni, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media

Minza, Fitri Yeni. “Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Balita Di RW 01 Kelurahan Tangkerang Timur Wilayah Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru Tahun 2012”. KTI, Program Diploma Tiga Kebidanan Dharma Husada, 2012. Hal 1

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursadiyah (2011). “Hubungan Kelengkapan Imunisasi dan status Gizi dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 0-1 Tahun”, Jurnal Kesehatan. Diakses pada tanggal 24 maret 2013 pukul 10.00 WIB, dari jtptunimus-gdl-nursadiyah-5524-2-babi.pdf

Proverawati, Atikah., Siti Asfuah. 2009. Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Proverawati, Atikah., Erna Kusuma Wati. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Mediaka

Salsabila (2010). Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia 0-3 Tahun. Di akses tanggal 15 Maret 2013 pukul 10.00 WIB, dari http://skripsi-qt.blogspot.com/2010/05/hubungan-status-gizi-dengan.htmlHubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia 0-3 Tahun

Soemanto, Wasty.2009. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara

Sri Rahayu, Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak Dan Neonatus. Jakarta : Salemba Medika

Suprayanto (2010). Angka Kematian Bayi. Di akses pada tanggal 28 Maret 2013 pukul 13.30 WIB, dari http://www.google.com/angkakematianbayi

Vitaloka, Dea. “Gambaran Pengetahuan Ibu Dalam Pencapaian Tumbuh Kembang Balita Usia 4-5 Tahun Di TK An-Namiroh 01 Panam Pekanbaru”. KTI, Program Diploma Tiga Kebidanan Dharma Husada, 2012. Hal 1

Page 73: Kti Sandra Kumala Sari