kontribusi pendidikan dalam mewujudkan integrasi sosial

9
KONTRIBUSI PENDIDIKAN DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI SOSIAL Pendahuluan Pada zaman penjajahan Belanda, dampak dari pelaksanaan polit belah,devide at impera, bangsa Indonesia pernah kehilangan mutiara yang berharga yaitu jiwa persatuan dan kesatuan. Kata persatuan dan kesatuan ini dengan integrasi. Sebab semangat persatuan dan kesatuan merupakan l terwujudnya integrasi, tanpa adanya persatuan dan kesatuan yang mun desintegrasi, bukan integrasi. Dalam masyarakat yang bersifat plural dan heterogen, bangsa mengenal bermacam-macam suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, pandangan politik, serta taraf kemajuan daerah yang berbeda. Heterogenitas menimbulkan suatu kerawanan apabila tidak diantisipasi secara dini. Menyada pentingnya hal itu, bangsaIndonesia mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Untuk merealisasikan semboyan tersebut, sebagai lembaga formal mempunyai peran yang sangat strategis untuk dan terbinanya integrasi sosial. Pengertian Integrasi Sosial Istilah integrasi berasal dari kata integrare, artinya membe suatu keseluruhan. Dari kata kerja itu dibentuk kata benda menjadi integrit keutuhan atau kebulatan. Dari kata yang sama itu dibentuk kata sifat integr utuh,maka istilah integrasi berarti membuat unsur-unsur tertentu menjadisatu

Upload: anam-el-ersy

Post on 21-Jul-2015

133 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KONTRIBUSI PENDIDIKAN DALAM MEWUJUDKAN INTEGRASI SOSIALPendahuluan Pada zaman penjajahan Belanda, dampak dari pelaksanaan politik pecah belah, devide at impera, bangsa Indonesia pernah kehilangan mutiara yang sangat berharga yaitu jiwa persatuan dan kesatuan. Kata persatuan dan kesatuan ini identik dengan integrasi. Sebab semangat persatuan dan kesatuan merupakan landasan bagi terwujudnya integrasi, tanpa adanya persatuan dan kesatuan yang muncul adalah desintegrasi, bukan integrasi. Dalam masyarakat yang bersifat plural dan heterogen, bangsa Indonesia mengenal bermacam-macam suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, agama, dan pandangan politik, serta taraf kemajuan daerah yang berbeda. Heterogenitas ini dapat menimbulkan suatu kerawanan apabila tidak diantisipasi secara dini. Menyadari akan pentingnya hal itu, bangsa Indonesia mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Untuk merealisasikan semboyan tersebut, sekolah sebagai lembaga formal mempunyai peran yang sangat strategis untuk mewujudkan dan terbinanya integrasi sosial. Pengertian Integrasi Sosial Istilah integrasi berasal dari kata integrare, artinya memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Dari kata kerja itu dibentuk kata benda menjadi integritas, artinya keutuhan atau kebulatan. Dari kata yang sama itu dibentuk kata sifat integral, artinya utuh, maka istilah integrasi berarti membuat unsur-unsur tertentu menjadi satu

kesatuan yang bulat dan utuh. Integrasi sosial berarti membuat masyarakat menjadi satu keseluruhan yang bulat. [1] Sedangkan Raga berpendapat, integrasi sosial merupakan kerjasama dari seluruh anggota masyarakat mulai dari individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persatuan-persatuan berupa konsensus nilai-nilai yang dijunjung tinggi bersama. [2] Menurut Yad Mulyadi, integrasi sosial adalah adanya proses persesuaian diantara unsur-unsur yang paling berbeda sehingga menghasilkan pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat.[3] Dengan demikian integrasi sosial bermakna sebagai proses penyatuan dari unsur-unsur sosial agar tercapai kesatuan sosial yang harmonis dan serasi bagi kehidupan bermasyarakat. Seperti diketahui bahwa dalam kehidupan di masyarakat akan terjadi integrasi antara komponen-komponen yang ada, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Proses Integrasi Sosial Indonesia adalah negara yang majemuk, yang memiliki beraneka ragam budaya, bahasa, dan agama. Oleh karena itu bangsa Indonesia sangat melestarikan, memupuk dan membina masyarakatnya agar memiliki sikap integrasi sosial yang baik. Dalam mewujudkan integrasi sosial ini dapat dikembangkan melalui beberapa fase, yaitu: 1. Fase kerja sama atau cooperation

Hal ini akan terwujud apabila anggota masyarakat memiliki kepentingan yang sama, meskipun belum tentu bersama. Oleh karena itu, fase ini merupakan langkah pertama dalam menuju integrasi sosial. 2. Fase akomodasi Menurut Soerjono Soekanto, istilah akomodasi dapat dipergunakan pada dua arti yaitu, untuk menunjuk pada suatu keadaan, dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan, equilibrium dalam interaksinya antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usahausaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu; usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.[4] Akomodasi sebenarnya suatu cara untuk menyelesaikan suatu pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi antara lain pertama, untuk mengurangi pertentangan antara perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi di sini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru. Kedua, Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu secara temporer. Ketiga, untuk memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan. Keempat, Mengusahakan

peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui perkawinan campuran. Akomodasi dan integrasi sosial, telah mempunyai kontribusi yang cukup banyak dalam menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang akan melahirkan pertentangan baru. Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi, dengan adanya proses asimilasi para pihak lebih saling mengenal dan dengan timbulnya benih-benih toleransi mereka lebih mudah untuk saling mendekati.[5] 3. Asimilasi Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antar individu atau kelompok manusia, dan juga meliputi usaha-usaha manusia untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan prosesproses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama. Apabila seseorang melaksanakan asimilasi ke dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat, maka dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan mereka dianggap sebagai orang asing, dalam proses asimilasi ini mereka mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok kepentingan serta tujuan kelompok. Secara singkat proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walau kadangkala bersifat emosional dengan tujuan untuk mencapai kesatuan, atau paling sedikit mencapai integrasi dalam organisasi fikiran dan tindakan. Proses ini akan timbul bila ada, a) kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, b) orang perorangan sebagai warga kelompok yang saling bergaul

secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama, c) kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia yang masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan mudah terjadinya asimilasi yaitu; a) toleransi, b) kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi, c) sikap menghargai orang asing dan kebudayaaannya, d) sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, dan e) adanya musuh yang sama dari luar.[6] Norma- Norma Dalam Integrasi Integrasi sebagai salah satu proses dan produk kehidupan sosial merupakan sarana yang bertujuan untuk mengadakan suatu keadaan kebudayaan yang dinamik. Apabila keadaan demikian itu tercapai maka kelangsungan hidup kelompok masyarakat banyak sedikit akan terjamin. Dalam hubungan dan usaha ini maka asimilasi merupakan tahap yang paling mendekati makna integrasi dalam bentuk idealnya. Proses asimilasi bukan merupakan proses yang searah atau sepihak, melainkan merupakan suatu two-way procces karena menyangkut pihak yang diintegrasikan, dan kelompok atau anggota-anggota lain yang mengintegrasikan. Hal ini sejalan dengan Ogburn dan Nimkof yang menyatakan bahwa Integrasi adalah, The procces where by individual or groups once disimilar become similar, become identified in their interst and outlook.[7] Dalam integrasi, norma merupakan landasan ikatan, karena norma merupakan unsur yang mengatur perilaku, dengan mengadakan tuntutan tentang

bagaimana orang harus berperilaku. Oleh karena itu integrasi sosial akan berjalan dengan baik apabila: a. Anggota masyarakat merasa bahwa mereka telah berhasil mengisi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lainnya. b. Apabila telah tercapai semacam konsensus mengenai norma-norma sosial. c. Apabila norma-norma yang telah berlaku cukup lama, konsisten, dan tidak berubahubah. Apabila anggota masyarakat merasa bahwa mereka tidak dirugikan dalam kehidupan kelompoknya ataupun merasa keuntungan yang diperoleh daripadanya masih lebih besar dibanding kerugiannya, maka dengan sendirinya anggota masyarakat itu akan tinggal dalam kehidupan kelompok yang bersangkutan. Demikian pula apabila terdapat kesesuaian faham tentang norma-norma yang berlaku, terutama tentang apa dan bagaimana seharusnya orang berperilaku, bagaimana tujuan masyarakatnya dicapai, maka kehidupan dalam kelompok akan berjalan stabil dan anggota masyarakat akan suka tinggal atau krasan di dalamnya. Di samping itu, apabila norma-norma yang berlaku cukup konsisten dan membentuk suatu struktur yang pasti dan jelas, maka anggota masyarakat akan juga senang dan betah tinggal di dalam komunitas tersebut. Oleh karena itu stabilitas kelompok dan kelangsungan hidup kelompok akan lebih terjamin dibanding apabila norma itu berubah-ubah dan tidak stabil. Pentingnya dicapai sistem norma adalah agar anggota masyarakat mengetahui apa yang diharapkan atau dituntut dari padanya oleh sesama anggota masyarakat, dan karenanya dapat mengarahkan perilakunya ke arah

realita tuntutan yang telah dibuat dan disepakati. Dengan kata lain, dengan adanya sistem norma di dalam suatu masyarakat atau kelompok, maka dengan sendirinya gaya sentripental adalah lebih besar dibanding gaya sentrifugal, atau perilaku integrasi lebih dominan dibanding disintegrasi. Kontribusi Pendidikan Dalam Integrasi Sosial Dalam masyarakat yang bersifat heterogen dan pluralistik ini, pendidikan sekolah mempunyai peran yang strategis untuk mewujudkan integrasi sosial. Secara kuantitas lembaga pendidikan tersebar di seluruh pelosok tanah air, baik lembaga pendidikan swasta atau negeri. Dari segi kronologis usia, pendidikan mencakup keseluruhan usia warga, dari mulai anak-anak, remaja, dan dewasa. Sehingga apabila lembaga pendidikan ini difungsikan untuk sosialisasi dan pemupukan semangat integrasi sosial adalah sangat efektif. Dari aspek kurikulum, sekolah juga mengajarkan materi-materi yang berkaitan dengan integrasi sosial, antara lain: 1. Sekolah mengajarkan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Dengan media bahasa nasional ini kita dapat berkomunikasi lintas daerah, suku, dan golongan secara efektif, tanpa menghilangkan bahasa lokal. Pengajaran bahasa nasional ini merupakan cara yang paling tepat untuk menjamin integrasi sosial. 2. Sekolah mengajarkan pengalaman-pengalaman yang sama kepada anak melalui kurikulum dan buku-buku pelajaran dan bacaan. Dengan pengalaman itu akan menimbulkan sikap dan norma dalam diri anak.

3.

Sekolah mengajarkan kepada anak corak kepribadian nasional melalui pelajaran sejarah dan geografi nasional, upacara-upacara bendera, peringatan hari besar nasional, lagu-lagu nasional, dan lain sebagainya. Dengan pengenalan kepribadian nasional akan membangkitkan sikap nasionalisme dan patriotisme, dan akhirnya akan mengarah pada tercapainya integrasi sosial. Penutup Lembaga pendidikan mempunyai peran yang strategis untuk mewujudkan integrasi sosial. Sebab lembaga pendidikan di sampingsecara kuantitas tersebar di seluruh pelosok daerah, juga mencakup keseluruhan usia warga, dari mulai anak-anak, remaja, dan dewasa. Dari aspek kurikulum, sekolah juga mengajarkan materi-materi yang berkaitan dengan integrasi sosial.

DAFTAR PUSTAKA Mochtar Buchori, Tranformasi Pendidikan , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan dan IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1995. Ogburn dan Nimkof, A Hand Of Sociology, London, 1960 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990. Yad Mulyadi, Sosiologi Dan Anthropologi, Jakarta: Erlangga, 1994.

[1].

Hendro Puspito OC, Sosiologi Sistematik, Jogjakarta: Kanisius, Cet. I, 1989, hlm.

375.[2]. Rafaul Raga Manar, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. I, 2001, hlm. 184 [3]. Yad Mulyadi, Sosiologi dan Antropologi, Jakarta: Erlangga, 1994.

[4]

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1990, hlm. 82. [5]. Ibid, hal. 83. [6]. Ibid., hlm. 89 [7]. Ogburn , A Hand Book of Sociology, London, 1960, hlm. 107.http://andiirawan68.blogspot.com/2011/12/kontribusi-pendidikan-dalam-mewujudkan.html