komang eri mahayasa 1413021015

26
Agama Hindu Arjuna Visada Yoga sebagai Landasan Melaksanakan Dasar-Dasar Ajaran Agama Hindu Dosen Pengampu: Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si. Disusun Oleh: Nama : Komang Eri Mahayasa NIM :1413021015 Kelas : II.A JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015

Upload: erimahayasa

Post on 16-Sep-2015

72 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Agama

TRANSCRIPT

  • Agama Hindu Arjuna Visada Yoga sebagai Landasan Melaksanakan Dasar-Dasar

    Ajaran Agama Hindu

    Dosen Pengampu:

    Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si.

    Disusun Oleh:

    Nama : Komang Eri Mahayasa

    NIM :1413021015

    Kelas : II.A

    JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

    SINGARAJA

    2015

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Om Swastyastu,

    Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang

    Maha Esa, karena atas rahmat beliaulah makalah yang berjudul Arjuna Visada Yoga

    sebagai Landasan Melaksanakan Dasar-Dasar Ajaran Agama Hindu dapat diselesaikan

    tepat pada waktunya.

    Kesempatan baik ini penulis gunakan untuk mengucapkan terimakasih kepada

    semua pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.

    1. Prof. Dr. I Wayan Satyasa, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Agama

    Hindu, atas arahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis.

    2. Mahasiswa Mahasiswi dan semua pihak terkait yang sudah berperan serta

    membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

    Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan

    masih perlu perbaikan. Oleh sebab itu, penulis senantiasa membuka diri dan sangat

    mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, untuk penyempurnaan

    makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga makalah ini bermanfaat

    bagi pembaca.

    Om Santih, Santih, Santih, Om

    Singaraja, 5 Juni 2015

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i

    KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

    DOA PEMBUKA ....................................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masala............................................................................................... 2

    1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2

    1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 3

    BAB II PEMBAHASAN

    2.1 Bhagawad Gita Bab I tentang Arjuna Visad Yoga............................................... 4

    2.2 Ajaran-ajaran Agama Hindu yang Berkaitan dengan Bhagawad Gita Bab I...... 8

    2.2.1 Moha.......................................................................................................... 8

    2.2.2 Ajaran Ahimsa.......................................................................................... 9

    2.2.3 Maha Pataka............................................................................................. 10

    2.2.4 Ajaran Vairagy......................................................................................... 11

    2.3 Implementasi Ajaran-ajaran Agama Hindu....................................................... 12

    2.3.1 Implementasi Ajaran Moha....................................................................... 12

    2.3.2 Implementasi Ajaran Ahimsa.................................................................... 14

    2.3.3 Implementasi Maha Pataka..................................................................... 16

    2.3.4 Implementasi Ajaran Vairagy................................................................... 18

    BAB III PENUTUP

    3.1 Simpulan................................................................................................................ 20

    3.2 Saran...................................................................................................................... 20

    DOA PENUTUP

    DAFTAR PUSTAKA

  • iv

    DOA PEMBUKA

    OM SWASTYASTU

    Indra kratum na bhara

    pitputrebhyo yath Siks no asmin

    puruhuta yamani jivajyotirasimahi.

    Artinya:

    Oh indra berilah kami kebijaksanaan,

    sebagai lelurur kami yang memberikan kebijaksanaan kepada putra-putranya.

    Bimbinglah kami, ya Tuhan!

    Dalam jalan kami,

    semoga kami masih bisa hidup dan dapat melihat cahaya itu.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Bhagavad Gita adalah salah satu kitab suci agama Hindu yang merupakan

    kitab suci Veda yang ke lima. Bhagavad Gita sering disebut sebagai nyanyian Tuhan.

    Bhagawad Gita memuat percakapan perwujudan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai

    Sri Krishna dan Arjuna menjelang perang di medan Kuruksetra. Sri Krisnha

    memberikan nasihat kepada Sang Arjuna sesaat sebelum perang antara keluarga

    Pandawa dan keluarga Kurawa berlangsung di tengah medan perang. Kitab suci

    Bagavad Gita mengandung ajaran moral tentang rahasia hidup yang dirangkai dengan

    bahasa sastra yang sangat indah. Bhagavad Gita juga memuat tentang sari pati ajaran

    Veda atau Sari pati ajaran agama Hindu yang isisnya sangat simpel dan di perlukan

    oleh masyarakat luas.

    Bagavad Gita sebagai kitab suci agama Hindu tentunya menjadi salah satu

    pedoman hidup umat agama Hindu. Bhagavad Gita menjadi pedoman bagi umat hindu

    dalam berpikir, berkata, dan juga berbuat. Bhagavad Gita mengandung ajaran-ajaran

    kebenaran yang dapat dijadikan cerminan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari

    di masyarakat. Tujuan penting dari hidupnya manusia adalah untuk mencapai Moksa.

    Upaya untuk mencapai moksa adalah satunya alah dengan mempelajari dan

    menerapkan ajaran-ajaran kebenaran menurut kitab suci Bhagavad Gita. Ajaran-ajaran

    kebenaran dalam Bhagavad Gita lebih terarah dan merupakan pengumpulan dan

    pengembangan dari Veda-Veda sebelumnya.

    Bhagavad Gita terbagi menjadi delapan belas Bab dan masing-masing Bab

    terdiri dari slokanya masing-masing. Pada bab pertama dibahas tentang Arjuna Visada

    Yoga atau ajaran keragu-raguan yang timbul dalam diri Arjuna. Keragu-raguan Arjuna

    timbul setelah menyadari akibat dari peperangan adalah bertentangan dengan ajaran

    agama. Peperangan tidak sesuai dengan ajaran agama dan bertentangan dengan dasar-

    dasar nilai agama Hindu.

    Keragu-raguan pada zaman modern ini sering dijumpai dalam kehidupan di

    masyarakat. Keragu-raguan timbul karena ketidak mampuan orang dalam

    memutuskan suatu hal. Orang-orang yang dihadapkan pada pilihan sulit sering

  • 2

    mengalami rasa ragu untuk menentukan pilihan. Keraguan yang ada dalam diri

    seseorang jika tidak dapat dikendalikan cenderung akan membuat orang tersebut

    melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan dasar-dasar agama Hindu.

    Mengendalikan keraguan sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang.

    Pengendalian keragu-raguan dapat dilakukan dengan mempelajari ajaran-ajaran suci

    agama Hindu. Salah satu ajaran suci yang merupakan ajaran kebenaran yang wajib

    umat Hindu pelajari dan pahami adalah ajaran dalam kitab suci Bagavad Gita

    khususnya Bhagavad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga. Mempelajari ajaran suci

    dalam Bhagavad Gita khususnya Bab I juga bertujuan agar umat Hindu tidak

    melakukan perbuatan yang bertentangan dengan dasar-dasar ajaran agama Hindu.

    Berdasarkan pemaparan di atas maka disusunlah makalah berjudul Arjuna

    Visada Yoga sebagai Landasan Melaksanakan Dasar-Dasar Ajaran Agama Hindu

    untuk membahas lebih lanjut Bhagavad Gita Bab I Sloka 1 sampai Slola 24.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat

    dirumuskan masalah sebagai berikut:

    1.2.1. Apa isi dari Bhagawad Gita Bab I tentang Arjuna Visad Yoga?

    1.2.2. Apa dasar-dasar ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan Bhagavad Gita

    Bab I tentang Arjuna Visad Yoga?

    1.2.3. Bagaimana implementasi dasar-dasar ajaran agama Hindu tentang Arjuna

    Visad Yoga dalam kehidupan sehari-hari?

    1.3. Tujuan

    Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan maslah di atas

    adalah:

    1.3.1. Menjelaskan isi Bhagawad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga.

    1.3.2. Menjelaskana dasar-dasar ajaran gama Hindu yang berkaitan dengan Bhagavad

    Gita Bab I tentang Arjuna Visad Yoga

    1.3.3. Menjelaskan implementasi ajaran-ajaran agama tentang Arjuna Visad Yoga

  • 3

    1.4. Manfaat

    Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:

    1.4.1. Bagi Penulis

    Melalui penulisan makalah ini diharapkan dapat memperoleh

    pengetahuan tentang kitab suci Bhagavad Gita khususnya Bab I tentang Arjuna

    Visad Yoga. Selanjutnya diharapkan dapat diimplementasikan dalam

    kehidupan sehari-hari. Selain itu melalui penulisan makalah ini diharapkan

    dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama Hindu.

    1.4.2. Bagi Pembaca

    Melalui makalah ini diharapkan para pembaca dapat menambah

    wawasan dan pengetahuan mengenai Arjuna Visad Yoga dan dapat

    mempelajari ajaran-ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan Arjuna Visad

    Yoga dan mampu untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-

    hari.

  • 4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.4 Bhagawad Gita Bab I tentang Arjuna Visad Yoga

    Bhagawad Gita Bab I dimulai melalui pandangan ajaran bersandar pada

    dialektika teori konflik mengenai hakikat yang di alami oleh manusia. Arjuna Visada

    Yoga atau ajaran keragu-raguan yang timbul pada diri Arjuna setelah menyadari akibat

    peperangan yang dapat terjadi dinilai bertentangan dengan ajaran agama. Bab I adalah

    gambaran situasi di padang Kuru, tempat terjadinya peperangan saudara. Masalah

    yang dihadapi oleh Arjuna adalah pertentangan nilai religi dasar-dasar agama Hindu

    (Pudja, 1999: xv)

    Bagavad Gita Bab I menggambarkan suasana peperangan Baratayudha antara

    Pandawa melawan Kurawa di medan perang Kuruksetra.

    dhrtarstra uvca

    dharma-ksetre kuru-ksetre

    samavet yuyutsavah

    mmakh pndav caiva

    kim akurvata sajaya

    (Bhagavad Gita I.1)

    Artinya: Maharaja Dhrtarasta berkata: wahai Sanjaya, putra-putraku dan putra-putra

    Pandu sedang berkumpul di medan suci Kuruksetra dengan tekad untuk

    bertempur (ceritakanlah padaku) apa yang mereka (sedang) lakuka?

    sajaya uvca

    drstv tu pndavnkam

    vydham duryodhanas tad

    cryam upasagamya

    rj vacanam abravt

    (Bhagavad Gita I.2)

    Artinya: Sanjaya berkata: Wahai Maharaja Dhrtarastra, setelah melihat tentara

    Pandava yang disusun rapi dalam barisan militer posisi Vajra-vyuha, Raja

    Duryodahana mendekati Acarya Drona dan berkata sebagai berikut:

  • 5

    payaitm pndu-putrnm

    crya mahatm camm

    vydhm drupada-putrena

    tava isyena dhmat

    (Bhagavad Gita I.3)

    Artinya: Wahai Guruku, lihatlah pasukan kuat putra-putra Pandu, ditata rapi oleh siswa oleh

    siswa anda cerdas, putra Maharaja Drupada.

    asmkam tu viist ye

    tn nibodha dvijottama

    nyak mama sainyasya

    samjrtham tn bravmi te

    (Bhagavad Gita I.7)

    Artinya: Guruku Sang Dwija Utama, ketahuilah tokoh-tokoh hebat yang beda di pihak kita.

    Sebagai informasi untuk anda, izinkanlah hamba menyampaikan keterangan

    tentang komandan-komandan yang memimpin pasukan hamba.

    bhavn bhsma ca karna ca

    krpa ca samitim-jayah

    avatthm vikarna ca

    saumadattis tathaiva ca

    (Bhagavad Gita I.8)

    Artinya: tokoh-tokoh yang selalu menang dalam peperangan seperti Guru sendiri (Acarya

    Drona), kakek Bhisma, Karna, dan juga Acarya Krpa, Asvattahama, Vikarna serta

    Raja Bhurisrava, putra Somadatta.

    drupado draupadey ca

    sarvaah prthiv-pate

    saubhadra ca mah-bhuh

    akhn dadhmuh prthak prthak

    (Bhagavad Gita I.18)

  • 6

    Artinya: Drupada, putra-putra Drupadi dan lain-lain, Wahai Tuanku Raja Penguasa

    Bumi, juga putra-putra Subhadra yang sangat perkasa, mereka semua menu

    Sangkhakala-nya masing-masing.

    Sloka-sloka di atas menggambarkan kekuatan dari masing-masing pika yakni

    keluarga Kurawa dan keluarga Pandawa. Sloka 18 menceritakan para Kesatria meniup

    Sangkhakala masing-masing sebagi pertanda dimulainya perang. Sebelumnya bahwa

    Panca Pandawa diasingkan ke hutan selama dua belas tahun. Tahun ke tiga belas

    Pandawa menyamar bekerja kepada Raja Wirata. Setelah Pandawa kembali ke Astina

    Pura, Pandawa bersiap untuk mengambil hak-haknya dari para Kurawa. Perebutan

    kekuasaan antara dua belah pihak yang bersaudara itu akhirnya menyebabkan

    meletusnya peperangan Baratayudha. Secara umum sloka-sloka awal pada Bhagavad

    Gita Bab I menceritakan meletusnya peperangan antara Kurawa melawan Pandawa.

    Bhagavad Gita Bab I juga menceritakan tentang konflik batin yang dialami

    oleh Arjuna. Konflik batin yang dilamai Arjuna lebih dikenal dengan ajaran keragu-

    raguan (Arjuna Visada Yoga). Arjuna menyadari bahwa akibat dari adanya peperangan

    tidak sesuai dengan ajaran Agama.

    atha vyavasthitn drstv

    dhrtarstrn kapi-dhvajah

    pravrtte astra-sampte

    dhanur udyamya pndavah

    (Bhagavad Gita I. 20)

    hrskeam tad vkyam

    idam ha mah-pate

    (Bhagavad Gita I. 21)

    Artinya: Wahai Maharaja Dhrtarastra, setelah Arjuna yang berbendera kereta

    bergambar Hanuman mengamati posisi para putra Dhrtarastra maka ia

    mengangkat busur, siap untuk melepaskan anak panahnya dan berkata

    sebagai berikut kepada Sri Krsna

  • 7

    yvad etn nirkse ham

    yoddhu-kmn avasthitn

    kair may saha yoddhavyam

    asmin rana-samudyame

    (Bhagavad Gita I. 22)

    Artinya: Wahai Acyta, mohon menempatkan kereta hamba di tengah-tengah kedua

    belah pasukan. Dengan demikian, hamba dapat melihat mereka semua, siapa

    yang hadir ingin bertempur di sini dan dengan siapa hamba harus bertempur

    dalam medan peperangan besar ini.

    yotsyamnn avekse ham

    ya ete tra samgath

    dhrtarstrasya durbuddher

    yuddhe priya-cikrsavah

    (Bhagavad Gita I. 23)

    Artinya: biarlah hamba melihat mereka yang berkumpul di medan peperangan ini

    dengan tujuan bertempur karena ingin menyenangkan putra Dhrtarastra yang

    berhati jahat.

    sajaya uvca

    evam ukto hrskeo

    gudkeena bhrata

    senayor ubhayor madhye

    sthpayitv rathottamam

    (Bhagavad Gita I. 24)

    Artinya: Sanjaya berkata: wahai Maharaja Dhrtarastra, setelah Arjuna berkata

    demikian, Sri Krsna menempatkan kereta yang sangat gagah itu di tengah-

    tengah antara kedua pasukan.

    Bhagavad Gita Bab I Sloka 20 sampai Sloka 24 menceritakan Arjuna meminta

    kepada Arcyuta agar menempatkan keretanya di tengah-tengah antara kedua pasukan.

    Arjuna ini melihat siapa-siapa saja yang berada di pihak musuh (pihak Kurawa) dan

    ingin mengetahui dengan siapa Arjuna akan bertempur. Bagavad Gita Sloka 6 sampai

  • 8

    Sloka 12 menceritakan orang-orang yang berada di pihak Kurawa. Acarya Drona,

    Bhisma, Karna, dan juga Acarya Krpa, Asvattahama, Vikarna serta Raja Bhurisrava,

    putra Somadatta berada di pihak Kurawa. Ketika kereta Arjuna telah berada di tengah-

    tengah antara kedua pasukan maka dilihatlah Gurunya, kakek Bhisma, paman,

    keluarga istri, saudara-saudara, kawan, mertua dan sanak saudara yang ia kasihi berada

    di pihak musuh. Arjuna menjadi ragu-ragu dan terjadi konflik batin di dalam dirinya

    untuk melakukan peperangan melawan Kurawa. Melihat sanak saudara adalah

    lawannya dalam peperangan baratayuda membuat Arjuna menjadi bingung. Arjuna

    merasa bahwa perang saudara yang akar terjadi bertentangan dengan ajaran agama

    Hindu.

    Secara umum isi dari Bagavad Gita Bab I Sloka 1 sampai Sloka 24 adalah

    peperangan antara Kurawa melawan Pandawa dan ajaran keragu-raguan yang timbul

    di dalam diri Arjuna (Arjuna Visada Yoga) saat peperangan Baratayuda terjadi.

    2.5 Ajaran-ajaran Agama Hindu yang Berkaitan dengan Bhagawad Gita Bab I

    Bhagavad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga (ajaran keragu-raguan) dan

    diceritakan peperangan antara Pandawa dengan Kaurawa memiliki kaitan erat dengan

    ajaran-ajaran agama Hindu. Konflik batin yang terjadi pada diri Arjuna menyebabkan

    ia kebingungan. Bingung dalam ajaran agama Hindu disebut Moha, di mana Moha

    adalah bagian dari Sad Ripu yang dimiliki oleh setiap manusia. Peperangan antara

    Kurawa dengan Pandawan kaitannya dengan dasar-dasar ajaran agama Hindu, di

    antaranya adalah Ajaran Ahimsa, Maha Pataka, dan Ajaran Vairagya.

    2.2.1 Moha

    Moha adalah salah satu bagian dari Sad Ripu. Sad Ripu adalah enam

    musuh yang ada di dalam diri manusia. Moha memiliki arti bingung atau

    kebingungan. Kebingungan ini terjadi pada diri Arjuna saat perang Baratayuda

    terjadi. Kebingungan atau keragu-raguan Arjuna buntu ikut serta dalam perang

    kabar tersebut karena ia melihat bahwa lawan perangnya adalah sanak

    saudaranya sendiri.

    Moha sebagai bagian dari Sad Ripu akan selalu menyertai setiap

    manusia. Moha tidak dapat dihilangkan begitu saja dari diri manusia, namun

    moha dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri. Moha atau kebingungan dan

    sifat keragu-raguan biasanya muncul ketika orang dihadapkan pada situasi sulit.

  • 9

    Ketika seorang dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit, sering kali orang

    tersebut akan bingung untuk menentukan pilihannya. Ketika orang kebingungan

    dan ragu-ragu untuk menentukan pilihan dan takut pilihannya adalah salah

    kadang kala orang mengambil jalan pintas untuk menghadapi masalahnya.

    Zaman kaliyuga di mana perbuatan buruk lebih dominan dari pada perbuatan

    baik, orang-orang cenderung memilih jalan yang tidak baik atau jalan yang

    bertentangan dengan Dharma.

    Moha sangat berbahaya jika menguasai diri seseorang. Bingung

    membuat manusia tidak dapat berpikir dengan baik hingga pada akhirnya akan

    membuat ia berbuat yang tidak baik pula. Berdasarkan hal ini kebingungan atau

    keragu-raguan yang ada di dalam diri harus dapat untuk dikendalikan. Memiliki

    keyakinan akan keputusan yang diambil dalam menghadapi malah. Keputusan

    yang di ambil tentunya berlandaskan ajaran-ajaran agama Hindu. Keyakinan

    akan kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Wasa akan selalu melindungi umatnya

    yang berbuat sesuai dengan ajaran-Nya dan sesuai dengan ajaran kebenaran.

    Layaknya Arjuna yang mengharapkan bimbingan dari Sri Khrisna untuk keluar

    dari kebingungannya.

    2.2.2 Ajaran Ahimsa

    Ahimsa adalah suatu kebajikan yang sangat tinggi dalam ajaran agama

    Hindu. Ahimsa memiliki arti tidak melakukan kekerasan, tidak melukai atau

    tidak membunuh. Ahimsa mengajarkan bahwa semua seorang harus

    menganggap semua makhluk hidup adalah perlambangan dari Tuhan dan

    sehingga seseorang itu tidak boleh melukai pikiran, dengan kata-kata, atau

    perbuatan makhluk lainnya. Bhagavad Gita X.5, XII.8, XVI.2, dan XVII.14

    mengartikan ahimsa sebagai tidak melakukan kekerasan. Memang benar

    bahwasanya membunuh adalah salah satu bentuk dari tindakan kekerasan.

    Kitab suci Bagavad Gita Bab I menceritakan peperangan bratayudha di

    medan perang Kuruksetra. Peperangan sudah pasti akan terjadi saling menyakiti,

    melakukan kekerasan, dan membunuh. Dapat diartikan bahwa perang tidak

    sesuai dengan ajaran Ahimsa. Dasar ajaran Ahimsa membuat Arjuna ragu-ragu

    untuk ikut dalam peperangan. Arjuna menghadapi masalah bahwa peperangan

    tidak sesuai dengan ajaran agama Hindu.

  • 10

    2.2.3 Maha Pataka

    Maha Ptaka artinya dosa besar. Perilaku yang termasuk dosa besar

    adalah membunuh Brhman, meminum minuman keras, mencuri emas dan

    lain-lain (Duwijo dan Susila, Komang. 2014).

    bhavn bhsma ca karna ca

    krpa ca samitim-jayah

    avatthm vikarna ca

    saumadattis tathaiva ca

    (Bhagavad Gita I.8)

    Artinya: tokoh-tokoh yang selalu menang dalam peperangan seperti Guru sendiri

    (Acarya Drona), kakek Bhisma, Karna, dan juga Acarya Krpa, Asvattahama,

    Vikarna serta Raja Bhurisrava, putra Somadatta.

    Anye ca bahavah sura

    Mac-arthe tyakta-jivitah

    Ana-sastra-praharanah

    Sarve Yudha-visaradah

    (Bhagavad Gita I.9)

    Artinya: dan juga banyak ksatria lainnya yang bersedia mengorbankan nyawanya demi

    dentingan hamba. Mereka mahir menggunakan berbagai jenis senjata serta

    semua sangat hebat di dalam peperangan.

    Bagavad Gita Bab I Sloka 8 dan Sloka 9 menjelaskan siapa saja yang ada

    di pihak Kurawa. Sloka 8 meberikan informasi bahwa Acarya Drona dan kakak

    Bhisma berada di pihak Kurawa. Arjuna dengan gurunya Acarya Drona dan

    kakeknya Bhisma berada pada pihak yang berlawanan. Hal ini pula yang

    menyebabkan Arjuna ragu-ragu. Jika terjadi perang maka Arjuna bisa saja

    membunuh gurunya, kakeknya, atau orang suci lainnya. Jika sampai membunuh

    di antaranya maka Arjuna melakukan Maha Pataka. Berdasarkan pada ajaran ini

    Arjuna menjadi tidak ingin berperang.

    Kehidupan di masyarakat saat ini sangat banyak terjadi maha pataka.

    Sangat banyak umat Hindu yang berada pada kondisi ini, contohnya mabuk-

  • 11

    mabukan, membunuh karena merampok, memerkosa, dan lain sebagainya.

    Perkembangan zaman dan tuntutan hidup membuat orang menghalalkan segala

    cara untuk mencapai tujuan duniawi. Perbuatan yang tidak dibenarkan oleh

    ajaran agama Hindu khususnya ajaran Maha Pataka haruslah dihindari.

    Pengendalian diri adalah salah satu cara untuk menghindari perilaku

    menyimpang. Pengendalian diri bisa dilakukan dengan mempelajari dan

    mengamalkan ajaran-ajaran suci Hindu, misalnya dengan mempelajari kitab suci

    Bagavad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga.

    2.2.4 Ajaran Vairagya

    Ajaran Vairagya adalah ajaran bagai sistem pencapaian tujuan moksa.

    Moksa adalah keterlepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga

    dari putaran reinkarnasi atau Punarbawa kehidupan. Kitab suci Bagavad Gita

    membahas Moksa pada Bab akhir yakni Bab XVII tentang Moksa Samnyasa

    Yoga.

    Sesungguhnya tujuan manusia dilahirkan adalah untuk mencapai moksa

    sehingga terlepas dari kehidupan berulang (punarbawa). Bagavad Gita Bab I

    tentang Arjuna Visada Yoga, di mana pada terjadinya peperangan antara kurawa

    dan pandawa Arjuna mengalami keragu-raguan. Keragu-raguan Arjuna salah

    satunya disebabkan oleh adanya ajaran Vairagya. Berdasarkan apa yang sudah

    dibahas pada ajaran Ahimsa dan Maha Pataka bahwa peperangan tidak sesuai

    dengan ajaran agama. Peperangan pasti ada pembunuhan yang bertentangan

    dengan ajaran Ahimsa dan membunuh orang suci tidak sesuai dengan ajaran

    Maha Pataka. Karena peperangan bertentangan dengan ajaran agama maka itu

    akan dapat menghalangi seorang mencapai moksa. Arjuna menjadi ragu-ragu

    karena khawatir tidak dapat mencapai moksa jika ikut berperang pada perang.

    Sebab pada peperangan cenderung terjadi perbuatan yang bertentangan dengan

    ajaran agama. Peperangan mengarah untuk membunuh lawan untuk dapat

    memenangkan perang. Membunuh merupakan perbuatan yang tidak dibenarkan

    oleh ajaran agama Hindu.

  • 12

    2.6 Implementasi Ajaran-ajaran Agama Hindu

    Mempelajari agama tidak hanya berupa konsep dan pemahaman saja, namun

    belajar agama sangat penting diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

    implementasi ajaran-ajaran agama Hindu yang terkandung dalam Bhagavad Gita Bab

    I adalah bagai berikut.

    2.3.1 Implementasi Ajaran Moha

    Implementasi moha dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya adalah

    mengendalikan moha itu sendiri. Agar terhindar dari sifat moha berikut adalah

    implementasinya.

    1) Bersikap Welas Asih dan Kebaikan

    Moha atau kebingungan pada dasarnya disebabkan oleh ketiak berdayaan

    seorang dalam menghadapi masalah dan karena mementingkan diri sendiri.

    Bersikap welas asih dapat menghilangkan atau meredam Moha yang ada di

    dalam diri manusia. Sikap welas asih berupa kebaikan tanpa syarat contohnya

    adalah mengasihi sesama manusia, memliki kepedulian terhadap orang lain

    maupun lingkungan, menolong sesama dengan ikhlas, dan lain-lain. Sakap

    welas asih membuat batin seseorang menjadi tenang dan terhudar dari

    kebingungan.

    2) Melaksanakan Swadharma

    Kerja adalah salah satu sarana yang baik untuk memahami sang diri dan

    kehidupan. Melarikan diri dari masalah, penolakan akan tugas-tugas

    kehidupan saat ini akan menjauhkan bathin dari kebahagiaan dan kedamaian.

    Hanya melaksanakan kerjalah yang bisa membebaskan kita, bukan menolak

    untuk bekerja dan tenggelam dalam rasa frustrasi dan menjadi bingung.

    Sesuatu yang harus dilakukan adalah melaksanakan tugas dan pekerjaan

    dengan baik dan bersungguh-sungguh. Seorang guru sekolah dengan

    sungguh-sungguh menjalani profesinya dan tidak menghindari tugasnya

    membuat ia merasa damai di hati. Hal ini membuat ia terhindar dari

    kebingungan atau keragu-raguan dalam menjalankan hidupnya. Seorang yang

    tidak sungguh-sungguh menjalankan tugas-tugasnya akan sering dihadapkan

    pada masalah-masalah yang tidak dapat ia pecahkan. Ketika orang itu sudah

  • 13

    mendapatkan masalah itu ia merasa bingung. Untuk itu yang harus dilakukan

    adalah bersungguh-sungguh dalam melaksanakan swadarma.

    3) Berpikir Positif

    Pengendalian moha dalam diri dapat pula dilakukan dengan selalu

    berpikir positif. Berpikir positif dalam hal ini adalah memiliki kepercayaan

    diri dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Berpikir positif selalu

    percaya bahwa perbuatan Dharma yang dilakukan akan menghasilkan susu

    kebaikan pula. Contohnya seorang anak yang akan masuk perguruan tinggi

    setelah lulus SMA. Melalui berpikir positif dan tanpa keraguan ia memilih

    perguruan tinggi yang akan dia cari. Ketika anak itu ragu-ragu dan tidak mau

    berpikir positif tentang tujuannya di perguruan tinggi maka ia akan bingung

    dalam memilih perguruan tinggi mana yang ia akan cari, layaknya Arjuna

    yang bingung akan ikut berperang atau tidak. Untuk itu dalam menghindari

    moha atau kebingungan, maka harus selalu berpikir positif dan menjalankan

    kehidupan berdasarkan Dharma.

    4) Bermeditasi atau Sembahyang

    Aktifitas dharma seperti meditasi, sembahyang dan melukat, adalah

    sebuah kekuatan penyembuhan bathin. Ini bisa menjadi aktivitas pendukung

    yang efektif bagi manusia guna melenyapkan moha. Contoh implementasinya

    adalah dengan melakukan meditasi secara rutin, rajin sembahyang ke tempat-

    tempat suci pada hari raya keagamaan atau pada hari-hari tertentu, dan

    melakukan pebersihan pada diri secara skala maupun niskala pada waktu-

    waktu tertentu.

    5) Meyakini Kebesaran Tuhan

    Keyakinan terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dalam hal ini Ida

    Sang Hyang Widhi Wasa dalam menjalankan kehidupan sehari-hari akan

    menghindarkan manusia dari Moha. Contohnya ketika kita dihadapkan pada

    masalah yang sangat rumit dan sulit dicari jalan keluarnya yakinlah pada

    Tuhan bahwa keputusan yang kita ambil adalah baik. Setiap situasi yang sulit

    mendekatkan diri kepada Tuhan agar kita dapat berpikir dengan jernih dan

    tidak mengalami keragu-raguan atau bingung. Melalui cara ini akan dapat

    dicari jalan keluar yang terbaik yang berlandaskan Dharma.

  • 14

    2.3.2 Implementasi Ajaran Ahimsa

    Ahimsa artinya tidak menyakiti dan tidak melukai atau membunuh sangat

    banyak implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa

    implementasi ajaran Ahimsa adalah sebagi berikut.

    1) Tidak Melakukan Kekerasan

    Kekerasan pada akhir-akhir ini sangat sering terjadi. Contohnya yang

    sering kita jumpai di masyarakat adalah kekerasan di ramah tangga yang

    dilakukan oleh sesama anggota keluarga. Misalnya seorang yang memukul

    istrinya karena bertengkar maslah uang. Kekerasan di rumah tangga

    belakangan ini terjadi tidak hanya di sebabkan oleh faktor asosial dan faktor

    ekonomi. Kekerasan di ramah tangga juga disebabkan oleh kurangnya

    pemahaman dan penerapan dasar-dasar ajaran agama Hindu di keluarga.

    Sebagai implementasi jarang ahimsa di keluarga, sesama anggota keluarga

    hendaknya saling menjaga dan saling mengasihi. Orang tua di dalam keluarga

    menyayangi dan merawat anaknya dan si anak berbakti kepada orang tuanya.

    Begitu pula dengan hubungan mantra suami dan istri hendaknya saling

    mengasihi. Menerapkan ajaran Ahimsa sepatutnya tidak ada kekerasan dan

    saling menyakiti antar sesama anggota keluarga. Cara yang sederhana adalah

    dengan saling memberikan pengertian, saling memberi perhatian, serta saling

    mengasihi. Ketika ada suatu masalah di keluarga sebaiknya dibicarakan

    dengan cara baik-baik bukan dengan cara peperangan. Tidak seperti apa yang

    di ceritakan dalam Bhagavad Gita Bab I antara keluarga Kurawa dan

    Pandawa berperang karena tahta kerajaan, hingga pada akhirnya terjadi

    penyimpangan terhadap ajaran Ahimsa dalam peperangan tersebut.

    2) Menjalin Hubungan Baik Antar Sesama

    Hubungan baik dengan sesama sangat perlu dijaga dalam upaya

    menjalankan ajaran Ahimsa dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan baik di

    masyarakat contoh sederhananya adalah saling menyapa saat bertemu, saling

    menolong ketika ada kesudahan, dan sebagainya. Sebaliknya ketika terjadi

    permusuhan atau perselisihan antara sesama di masyarakat akan

    menyebabkan saling menyakiti antar sesama dan ini tidak sesuai dengan

    ajaran Ahimsa. Kisah Mahabarata seperti yang tersirat dalam kitab suci

  • 15

    Bhagavad Gita menunjukkan hubungan yang kurang harmonis antara

    Pandawa dengan Kurawa. Ketika hubungan kedua pihak tidak baik terjadilah

    penyimpangan Ahimsa, mereka saling menyakiti dan akhirnya sampai

    berperang walaupun sebenarnya mereka adalah bersaudara. Becermin dari

    konflik Pandawa dengan Kurawa sangat penting untuk menjaga hubungan

    yang baik di masyarakat, keluarga, dan tempat lainnya.

    Hubungan antara sesama pada zaman modern ini justru semakin

    renggang. Banyak masyarakat berkonflik karena permasalahan tertentu,

    misalnya karena masalah batas desa. Konflik-konflik di masyarakat yang

    sifatnya Adharma sudah sangat mengkhawatirkan. Konflik seperti ini bisa

    sampai terjadi pembunuhan dan jelas hal ini bertentangan dengan ajaran

    Ahimsa sebagai salah set dasar ajaran agama Hindu. Upaya yang dapat

    dilakukan untuk menghindari permasalahan semacam ini dan utamanya

    menegakan ajaran Ahimsa adalah dengan meningkatkan sikap toleransi antar

    sesama.

    3) Tidak Melakukan Pembunuhan

    Membunuh adalah perbuatan yang sangat kecik dan tidak dibenarkan

    dalam ajaran agama Hindu. Bagavad Gita Bab I tentang Arjuna Visada Yoga

    adalah konflik Arjuna karena harus berperang dengan para sanak saudaranya

    bahkan dengan gurunya Droana dan sang kakek Bhisma yang ada di pihak

    musuh. Kebingungan Arjuna menunjukkan bahwa membunuh tidaklah

    dibenarkan dalam ajaran agama Hindu. Pembunuhan pada akhir-akhir ini

    sangat sering terjadi, contohnya adalah kasus Begal motor. Pembegal motor

    tidak ragu untuk membunuh korbannya saat melakukan kejahatan. begal.

    Menjaga sesama saling mengasihi dan saling pengertian adalah salah

    satu cara menghindari terjadinya pembunuhan. Selanjutnya yakni dengan

    saling memberi dengan sesama, misalnya saat sedang panen buah kita berbagi

    dengan sesama. Selain itu juga sangat penting untuk saling menjaga perasaan

    orang lain agar tidak ada rasa tersinggung atau tersakiti yang berpeluang

    menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap ajaran Ahimsa.

  • 16

    2.3.3 Implementasi Ajaran Maha Pataka

    Maha Pataka pada zaman sekarang semakin sering bahkan setiap saat

    terjadi. Implementasi dari ajaran Maha Pataka adalah sebagi berikut.

    1) Menjalankan Ajaran Dharma

    Melaksanakan ajaran Dharma adalah salah satu cara untuk terhindar dari

    Maha Pataka. Ajaran kebenaran dan kebaikan melalui pelaksanaan Dharma.

    Setiap bertindak selalu diawali dengan kebenaran Dharma maka perbuatan

    yang kita lakukan niscaya akan ada dalam kehendak yang maha kausa.

    Dharma akan membuat orang terhindar dari hal-hal yang buruk, terhindar dari

    bencana, dan terhindar mara bahaya. Maha Pataka yang merupakan perbuatan

    yang berdosa sangat besar, misalnya membunuh orang suci, mencuri, mabuk-

    mabukan, dan lain-lain. Dahulu Maha Pataka cenderung jarang terjadi, namun

    pada zaman sekarang dosa yang tergolong Maha Pataka sangat sering terjadi.

    Misalnya pencurian, korupsi, membunuh, memerkosa, dan sebaginya.

    Implementasi untuk menghindari Maha Pataka bisa dilakukan dengan

    mempelajari dan menerapkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari melalui

    pengetahuan kebenaran agama Hindu. Hal ini dapat dilakukan dengan

    mempelajari kitab suci agama Hindu, salah satunya adalah Bhagavad Gita.

    Perbuatan Dharma juga dapat dilakukan melalui tapa samadhi agar

    memperoleh ketenangan lahir dan batin. Melaksanakan Dharma juga dapat

    dilakukan dengan memberikan kepedulian kepada sesama yang sedang

    membutuhkan bantuan, misalnya memberikan bantuan material maupun

    rohani.

    Pelaksanaan Dharma sebagai upaya implementasi menghindari Maha

    Pataka bertujuan agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik

    yang tergolong ke dalam dosa besar Maha Pataka. Seperti dalam Bhagawad

    Gita Bab I ketika Arjuna bingung karena lawannya di peperangan adalah

    sanak saudara dan juga gurunya, di mana dalam agama hindu membunuh guru

    adalah dosa besar. Arjuna pun meminta nasihat kepada Sri Khrisna yang

    merupakan penjelmaan Tuhan. Kehidupan sehari sebagi maha siswa dalam

    implementasi agar terhindar tar Maha Pataka bisa dilakuakn dengan berbakti

    kepada guru dalam hal ini adalah Dosen.

  • 17

    2) Mengendalikan Diri dari Sifat Keduniawian

    Sifat-sifat keduniawian sangat membutakan manusia. Hanya karena

    harta manusia bisa membunuh manusia lainnya. Karena ingin mendapat

    kekayaan secara instan para pejabat berlomba mencuri uang negara, dan

    masih banyak lagi perbuatan yang tergolong keadaan doa besar Maha Pataka.

    Kisah Mahabarata yang menceritakan peperangan antara Pandawa melawan

    Kurawa, hanya karena tahta kerajaan bereka berperang.

    Untuk menghindari terjerumus ke dalam perbuatan yang berdoa apalagi

    yang berdosa besar maka sangat perlu dilakukan pengendalian diri terhadap

    sifat-sifat keduniawian. Pengendalian diri bisa dilakukan dengan

    melaksanakan puasa atau bratha, mempelajari kitab suci Veda, serta menahan

    diri dari godaan-godaan keduniawian.

    3) Membekali Diri dengan Pengetahuan Agama

    Pengetahuan agama sangat penting untuk dimiliki agar terhindar dari

    dosa besar. Orang yang tidak memiliki pengetahuan agama tidak akan tahu

    ke mana tujuan hidupnya. Orang-orang yang tidak tahu tujuan hidup akan

    selalu berbuat yang meyimpang dari aram agama Hindu. Membekali diri

    dengan pengetahuan agama dapat dilakukan dengan mempelajari kitab suci

    Agama Hindu yakni Panca Veda. Selanjutnya bisa dilakukan melalui belajar

    dengan orang suci atau tokoh spiritual keagamaan.

    Pengetahuan agama dalam implementasinya menjadi tuntunan manusia

    dalam berpikir, berkata, dan juga berbuat. Pengetahuan suci yang dimiliki

    manusia akan menuntunnya berbuat ke arah yang baik. Pengetahuan Agama

    tidak hanya berguna bagi diri sendiri namun juga bergua bagi orang lain dan

    bagi lingkungannya. Membekali diri dengan pengetahuan suci agama maka

    dapat menghindarkan manusia dari perbuatan yang tidak baik. Pengetahuan

    yang telah dimiliki menjadi pedoman orang sebelum bertindak. Seperti

    halnya Arjuna dalam Bhagavad Gita belajar pengetahuan agama dari Sri

    Khrisna. Sebagai maha siswa belajar pengetahuan agama sebagi belah untuk

    membentengi diri dari perbuatan-perbuatan yang berdosa dilakukan dengan

    belajar ibu agama dari orang tua, orang suci, kitab suci Veda , serta Dosen.

  • 18

    2.3.4 Implementasi Ajaran Vairagya

    Ajaran Vairagaya atau pencapaian tujuan moksa, dapat diimplementasikan

    usaha mencapainya sebagai berikut.

    1) Melaksanakan Catur Marga Yoga

    Catur Marga Yoga adalah empat jalan mencapai moksa dalam agama Hindu.

    Bhakti Marga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara menunjukkan

    Bhakti kita (berbakti, cinta pada Tuhan dan sesama). Implementasinya

    dengan melaksanakan sembah bakti, di antaranya Melaksanakan

    Sembahyang pada Tuhan, menyanyikan nama nama Ketuhanan,

    melaksanakan Japa, menyayangi semua makhluk ciptaan Tuhan

    Karma Marga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara bekerja atau

    melakukan pelayanan tanpa pamrih. Contoh implementasinya adalah

    memberikan seorang pengemis makanan dan tidak mengacapkan

    imbalan apapun. Menolong orang yang gedang kesudahan dengan rasa

    tulus kilas dan tidak pernah mengharapkan akan diberi oleh orang lain.

    Jnana Marga adalah cara mencapai Tuhan dengan cara mempelajari kitab

    Suci Veda. Jalan ini cukup sulit untuk dilakukan oleh orang biasa, karena

    tidak semua orang mampu untuk memahami secara benar maksud yang

    terkandung dalam Veda. Selain menjadi penyebar ajaran Veda Jnana

    Marga juga dapat dilakukan oleh guru sebagi pendidik dalam

    menyebarkan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya.

    Raja Yoga adalah cara mencapai Tuhan denga cara Meditasi, Perenungan

    Tuhan, Pengendalian (Tapa). Raja Yoga cukup sulit dilakukan oleh orang

    yang tidak terlatih. Orang yang melaksanakan Raja Yoga pada awalnya

    akan dibimbing oleh guru spritualnya. Contoh implementasinya adalah

    melaksanakan tapa di tempat-tempat tertentu misalnya pada tempat

    pertapaan di gunung Himalaya.

    Catur Marga Yoga adalah cara yang paling disarankan dalam usaha

    mencapai moksa. Moksa tercapai ketika jiwatman manusia telah mencapai

    kelepasan dan tidak Ati teriak Oen sifat-sifat keduniawian yang melekat pada

    diri manusia.

  • 19

    2) Mendekatkan diri dengan Tuhan

    Salah satu usaha yang dapat dilakukan sebagi salah mencapai moksa

    adalah dengan mendekatkan diri dengan Tuhan. Implementasi untuk

    mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa ada beberapa cara

    yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan cipta), Dhyana

    (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan

    latihan rohani, terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat menyadari

    kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita. Apabila

    sifat-sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat dengan

    Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan dan

    kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.

    3) Tri Sadhana

    Ajaran Tri Karana (Tri sadhana) ada dalam Kitab Wrhaspati Tattwa yang

    termasuk Tri Karana/Tri Sadhana itu adalah:

    a) Jnana Bhyudreksa yang berarti memahami semua tattwa.

    b) Indria Yoga Marga artinya tidak terikat pada kenikmatan.

    c) Tresna Doksa Ksaya artinya dapat menghilangkan ikatan dengan

    phala baik dan

    4) Melaksanakan Dharma

    Jalan selanjutnya untuk mencapai moksa adalah dengan melaksanakan

    Dharma. Implementasinya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik

    seperti membantu orang, mempelajari kitab suci Veda, menegakkan

    kebenaran, dan sebaginya.

    Kitab suci Bagawad Gita di dalamnya disebutkan bahwa Dharma dan

    Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada

    Arjuna mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan

    Kesucian, dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada

    kemenangan. Orang yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma

    maka selalu tempuhlah kehidupan yang suci dan terhormat.

  • 20

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan materi yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

    kesimpulan sebagai berikut.

    3.1.1 Bhagavad Gita Bab I berisikan dialektika teori konflik yang di alami oleh

    Arjuna sebagi sifat keragu-raguan yang timbul pada diri Arjuna setelah

    menyadari akibat peperangan yang dapat terjadi dinilai bertentangan dengan

    ajaran agama.

    3.1.2 Dasar-dasar ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan Bhagavad Gita Bab I

    adalah Moha yakni kebingungan dalam diri manusia, ajaran Ahimsa yakni

    tidak melakukan kekerasan, melukai, dan membunuh, ajaran Maha Pataka

    yakni dosa yang sangat besar dalam hal ini adalah larangan membunuh guru,

    dan Ajaran Vairagya yakni ajaran pencapaian moksa.

    3.1.3 Implementasi dasar-dasar ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan Arjuna

    Visada Yoga adalah Ajaran Moha dilakukan dengan bersikap welas asih dan

    kebaikan, melaksanakan swadharma, berpikir positif, bermeditasi atau

    sembahyang, dan meyakini kebesaran tuhan. Ajaran Ahimsa dilakukan dengan

    tidak melakukan kekerasan, menjalin hubungan baik antar sesama, dan tidak

    melakukan pembunuhan. Ajaran Maha Pataka dilaksanakan dengan

    menjalankan ajaran Dharma, mengendalikan diri dari sifat keduniawian, dan

    membekali diri dengan pengetahuan agama. Dan ajaran Vairagya dilaksanakan

    dengan melaksanakan catur marga yoga, mendekatkan diri dengan Tuhan, Tri

    Sadhana, dan melaksanakan Dharma

    3.2 Saran

    Adapun saran aynag dapat penulis sampaikan kepada umat Hindu sedharma

    adalah agar selalu membekali diri dengan pengetahuan agama yang bersumber dari

    kitab suci Veda khususnya Bhagavad Gita. Selanjutnya diharapkan untuk apak

    melaksanakan dasar-dasar ajaran agama Hindi di dalam kehidupan bermasyarakat.

  • DOA PENUTUP

    Om Ano Bhadrah Krattawoyantu Wiswatah

    Om Dewa Suksma Parama Acintya Ya Namah Swaha,

    Sarwa Karya Prasidhantam

    Ya Tuhan semoga pikiran yang baik datang dari segala arah

    Ya Tuhan dalam wujud Parama Acintya yang Maha Gaib dan Maha Karya,

    hanya atas anugrah-Mu lah maka pekerjaan ini berhasil dengan baik

    OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM

  • DAFTAR PUSTAKA

    Darmayasa. 2014. Bhagavad Gita (Nyanyian Tuhan). Denpasar: Yayasan Dharma

    Sthapanam.

    Duwijo dan Susila, Komang. 2014. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Jakarta:

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

    Pudja. 1999. Bhagavad Gita (Pancamo Veda). Surabaya: Paramita.