kista celah brankial

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Leher merupakan bagian tubuh yang terbuka dan karena itulah pembengkakan pada daerah ini mudah dikenali oleh penderita atau dideteksi selama pemeriksaan rutin. Untuk tujuan deskriptif, leher dibagi menjadi dua bagian oleh garis tengah vertikal, dan setiap sisi dibagi menjad segitiga anterior dan posterior oleh otot sternokleidomastoideus. Sebagian besar massa yang tampak seperti tonjolan terjadi pada segitiga servikal anterior. Beberapa kelainan, seperti kista celah brankial, kista duktus tiroglosus, atau celah palatum, sering terjadi. 1,2 Benjolan di leher dapat sebagai kelainan primer maupun sebagai manifestasi penyakit lain yang dapat mengenai kelenjar leher (limfadenopati) atau jaringan lain. Lebih dari 75 buah kelenjar terdapat di kanan kiri leher dan masing-masing merupakan aliran tertentu di daerah leher dan kepala seperti rongga mulut, lidah, tonsil, nasofaring, hidung, telinga , laring, maupun dari daerah leher sendiri seperti tiroid dan kelenjar liur mayor maupun minor. Kelainan lain kemungkinan suatu kelainan bawaan seperti limfangioma (higroma kistik), kista dermoid, sisa duktus 1

Upload: dexzal

Post on 26-Jun-2015

989 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kista celah brankial (Branchial Cleft Cyst)

TRANSCRIPT

Page 1: kista celah brankial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leher merupakan bagian tubuh yang terbuka dan karena itulah pembengkakan pada

daerah ini mudah dikenali oleh penderita atau dideteksi selama pemeriksaan rutin.

Untuk tujuan deskriptif, leher dibagi menjadi dua bagian oleh garis tengah vertikal, dan

setiap sisi dibagi menjad segitiga anterior dan posterior oleh otot

sternokleidomastoideus. Sebagian besar massa yang tampak seperti tonjolan terjadi pada

segitiga servikal anterior. Beberapa kelainan, seperti kista celah brankial, kista duktus

tiroglosus, atau celah palatum, sering terjadi.1,2

Benjolan di leher dapat sebagai kelainan primer maupun sebagai manifestasi

penyakit lain yang dapat mengenai kelenjar leher (limfadenopati) atau jaringan lain.

Lebih dari 75 buah kelenjar terdapat di kanan kiri leher dan masing-masing merupakan

aliran tertentu di daerah leher dan kepala seperti rongga mulut, lidah, tonsil, nasofaring,

hidung, telinga , laring, maupun dari daerah leher sendiri seperti tiroid dan kelenjar liur

mayor maupun minor. Kelainan lain kemungkinan suatu kelainan bawaan seperti

limfangioma (higroma kistik), kista dermoid, sisa duktus tiroglosus, kista branchial dan

karsinoma bronkogenik dan laringokel.2,3

Aparatus brankial pertama kali dikemukakan oleh VonBaer, kelainan yang terjadi

pada perkembangan brankial kemudian diuraikan oleh Von Ascherson pada tahun 1832.

Ascherson berpendapat bahwa kista brankial adalah kista yang dihasilkan oleh

kegagalan hilangnya celah brankial. Pada tahun 1864, Heusinger memperkenalkan

istilah fistula brankial.4,5

Fistula dan kista celah brankial menunjukkan sekitar 20 % massa leher yang sering

terjadi pada anak-anak. Dari beberapa kasus, 2/3 pasien kista ini terlihat pada umur di

bawah 30 tahun. Kista yang bersifat bilateral sekitar 1 % dari kasus, tanpa adanya

1

Page 2: kista celah brankial

kecendrungan ke salah satu sisi (kanan atau kiri) di mana biasanya berkembang.

Biasanya kista ini berlokasi di region cervikalis, parotis dan mediatinum.6,7

Benjolan pada leher umumnya timbul pada anak-anak tetapi multiplisitas dan

lokasinya biasanya khas. Penelitian klinis pada anak-anak dapat sangat sulit karena kista

celah brankial dapat menyerupai nodus limfatikus, bahkan dapat timbul dan berlanjut

pada penyakit radang saluran pernafasan atas.1,3

Pada adolesen dan dewasa muda, kista celah brankial mungkin merupakan

penyebab tersering bagi pembengkakan ovoid, soliter, rata dan besar di lateral leher.

Biasanya lebih besar dari nodus limfatikus dan mula-mula timbul di trigonum

karotikum, tepat diliputi tepi anterior muskulus sternokleidomastoideus. Seperti kista

duktus tiroglossus, ia sering membesar dan menjadi sangat nyeri tekan pada infeksi

saluran pernapasan atas. Beberapa kista celah brankial terletak lebih tinggi (di ekor

parotis). Biasanya tidak disertai dengan abnormalitas lain pada sistem brankial.3

Oleh karena itu, penulis menyusun referat ini untuk mengembangkan pendekatan

rasional terhadap massa pada leher, khususnya kelainan brankial, sehingga diharapkan

dapat secara tepat dalam penatalaksanaan.

2

Page 3: kista celah brankial

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kista celah brankial merupakan sisa aparatus brankial janin yang tertinggal dimana

struktur leher berasal. Kista celah brankial dilapisi oleh campuran epitel skuamosa dan

epitel respiratorius serta dikelilingi oleh dinding jaringan limfoid, sehingga mungkin

terjadi kekacauan histologi. 1,3,9,10

Sebagian besar kista celah brankial (berkembang dari arkus kedua, ketiga dan

keempat) biasanya terdapat sebagai tonjolan atau muara saluran sinus sepanjang batas

anterior otot sternokleidomastoideus. Saluran interna atau muara kista terletak pada

derivatif embriologik sulkus faringeal yang sama, misalnya tonsil (arkus kedua), atau

sinus piriformis (arkus ketiga dan keempat). Letak saluran kista juga ditentukan oleh

hubungan embriologik arkusnya dengan derivat arkus yang terletak proksimal dan

kaudal terhadap arkus.12,13

Gambar 2.1 Kista celah brankial

3

Page 4: kista celah brankial

2.2 Embriologi

Pada masa embrio awal tidak ada leher yang jelas, memisahkan toraks dari kepala.

Leher dibentuk seperti jantung, dimana berasal dari di bawah foregut, yang bermigrasi

ke rongga toraks dan aparatus brankial berkembang menjadi bentuk yang sekarang.

Migrasi dari jantung merupakan sebab mengapa beberapa struktur dari leher bermigrasi

terakhir. Pada masa embrio awal terdapat beberapa tonjolan sepanjang tepi dari foregut

yang juga dapat dilihat dari luar. Tonjolan ini adalah aparatus brankialis.1,8

Meskipun secara filogenik terdapat enam arkus brankialis, arkus kelima tidak

pernah berkembang pada manusia, dan hanya membentuk ligementum arteriosum.

Hanya empat arkus yang dapat dilihat dari luar. Setiap arkus brankialis mempunyai

sepotong kartilago, yang berhubungan denga kartilago ini adalah arteri, saraf, dan

beberapa mesenkim yang akan membentuk otot. Di belakang setiap arkus terdapat alur

eksternal yang terdiri dari ektordermal dan kantong yang berisi endodermal. Daerah

diantara ektodermal dan endodermal dikenal dengan lempeng akhir.1,8

Gambar 2.2 perkembangan aparatus brankial

4

Page 5: kista celah brankial

Gambar 2.3 derivat dari aparatus brankial

Bagian dari struktur yang disebut diatas berkembang menjadi struktur dewasa yang

tetap. Bagian yang seharusnya hilang dapat menetap dan membentuk struktur yang

abnormal pada dewasa. Menetapnya bagian aparatus brankialis abnormal dapat

menimbulkan bermacam kista, sinus, dan fistula. Menetapnya ektodermal dari arkus

brankialis pertama dapat menyebabkan kista atau sinus yang terletak sejajar dan bahkan

dapat memperbanyak pada saluran telinga luar. Jenis yang berbeda dari menetapnya

bagian aparatus brankialis dapat menimbulkan kista, sinus atau fistula yang terletak

pada satu garis bagian dalam telinga luar melalui kelenjar parotis sampai pada sudut

mandibula di depan otot sternokleidomastoideus. Seperti sisa arkus pertama dapat

melalui di depan di belakang, bahkan melalui cabang saraf fasialis.1,8,9

Ektodermal dan endodermal dari arkus kedua dan ketiga dapat juga menimbulkan

kista, sinus, dan fistula. Normal muara dari arkus kedua, ketiga dan keempat diliputi

oleh pertumbuhan dari daerah yang disebut tonjolan epiperikardial. Saraf pada daerah

ini adalah asesorius spinalis, dan mesenkimnya membentuk otot sternokleidomasteideus

dan trapesius. Tonjolan epikardial menyatu dengan arkus brankialis kedua, menutupi

muara alur brankialis kedua, ketiga dan keempat sebagai kista ektodermal, sinus

servikalis dari His, yang normalnya menghilang. Juga otot lidah yang berasal dari

miotom post-brankialis, bermigrasi ke dasar mulut, melalui belakang derivat brankialis.

5

Page 6: kista celah brankial

Oleh karena itu muara derivat brankialis persisten terletak di depan otot

sternokleidomastoideus dan salurannya melalui bagia atas saraf hipoglosus. Oleh karena

itu daoat diduga sacara tepat garis dari kista, sinus, dan fistula brankialis kedua dan

ketiga.1,8,9,10

Fistula brankialis kedua terbuka di depan otot sternokleidomastoideus, masuk ke

leher di depan arteri karotis komunis dan interna, biasanya di antara arteri karotis

interna dan eksterna, kemudian di atas glosofaringeus dan hipoglosus kea rah tonsila.

Fistula brankialis ketiga terbuka di depan otot sternokleidomastoideus, melalui bagian

belakang arteri karotis komunis dan interna dan si atas saraf hipoglosus tetapi di bawah

saraf glosofaringeus dan stilofaringeus, masuk ke faring di atas daerah yang dipersarafi

oleh saraf laringeus superior. Tanda-tanda sisa kantong brankialis keempat dapat

menetap sebagai saluran dari faring bagian bawah sampai daerah tiroid dan kadang-

kadang dapat menyebabkan tiroiditis supuratif.1,8,9

Tabel 2-1 Derivat dari Aparatus Brankialis1,8

I II III IV V

Kartilago Maleus

Inkus

Ligamentum

Sfenomandibularis

Mandibula (dalam

membrane sekitar

kartilago)

Stapes

Stiloid

Ligamentum

stilohyoidea

Kornu mayor

Korpus hyoid

bagian bawah

Korpus hioid

Tiroidea Krikoidea

Arteri Meningea media Cabang post-

aurikularis

stilomastoide

a

Stapedia

persisten

Karotis

komunis dan

interna

Arkus aorta

Ligamentum

arterisum

Subklavia

kanan

Arteri

pilmonalis

6

Page 7: kista celah brankial

Saraf Mandibularis Fasialis Glosofaringeal Laringeus

superior

Laringeus

rekurens

Otot Penguyah

Tensor timpani

Tenosr vili

palatini

Milohioidea

Digastrikus

anterior

Ekspresi

wajah

Stapedius

Aurikularis

Stilohioidea

Digastrikus

posterior

Stilofaringeus Krikotiroid Intrinsik

laring

Ektodermal Kanalis eksterna

Membran timpani

eksterna

__ __ __ __

Endodermal Tuba eustaki

Telinga tengah

Sel-sel udara

mastoid

Celah di atas

tonsila

__ __ __

2.3 Anatomi

Leher dapat dijelaskan sebagai bagian tubuh yang terletak di antara tepi inferior

mandibula dan linea nukae superior (di atas) dan incisura jugularis dan tepi superior

calvicula (di bawah).11

Jaringan leher dibungkus oleh 3 fasia, fasia colli superfisialis membungkus

m.sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher untuk bertemu dengan

fasia sisi lain. Fasia colli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan

fasia sisi lain di garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia colli

superfisialis. Ke dorsal fasia colli media membungkus a.carotis communis,

v.jugularisinterna dan n.vagus menjadi satu. Fasia colli profunda membungkus

m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia colli lateral.11

7

Page 8: kista celah brankial

Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a.carotis communis (dilindungi oleh

vagina carotica bersama dengan v.jugularis interna dan n.vagus, setinggi cornu superior

cartilago thyroidea bercabang menjadi a.carotis interna dan a.carotis externa),

a.subclavia (bercabang menjadi a.vertebralis dan a.mammaria interna).11

Pembuluh darah vena antara lain v.jugularis externa dan v.jugularis interna. Vasa

lymphatica meliputi nnll.cervicalis superficialis (berjalan sepanjang v.jugularis externa)

dan nnll.cervicalis profundi (berjalan sepanjang v.jugularis interna). Inervasi oleh

plexus cervicalis, n.facialis, n.glossopharyngeus, dan n.vagus.11

Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir semua bentuk

radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar

limfe leher. Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah kelenjar

limfe rangkaian jugularis interna yang terbentang antara klavicula sampai dasar

tengkorak, dimana rangkaian ini terbagi menjadi kelompok superior, media dan inferior.

Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental, submandibula, servicalis

superficial, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius, skalenus anterior dan

supraclavicula.11

Daerah kelenjar limfe leher, menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center

Classification dibagi dalam 5 daerah penyebaran kelompok kelenjar yaitu daerah:

I. Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibula

II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfe jugular superior,

kelenjar digastik dan kelenjar servikal posterior superior

III. Kelenjar limfe jugularis diantara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid

dengan m.sternokleidomastoid dan batas posterior m.sternokleidomastoid.

IV. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraclavicula

V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal

Untuk keperluan deskripsi, leher dibagi menjadi trigonum cervikalis anterior dan

posterior oleh otot sternokleidomastoideus yang terletak di depan dan di belakang otot

tersebut.11

8

Page 9: kista celah brankial

Gambar 2.4 penyebaran kelenjar Gambar 2.5 Trigonum cervicalis

2.4 Klasifikasi

Kista brankial diklasifikasikan ke dalam empat tipe:

a. Kista celah brankial pertama (First Branchial Cleft Cyst)

Kista celah brankial pertama dibagi menjadi tipe I dan tipe II. Kista tipe I

berlokasi dekat kanalis auditorius eksterna. Umumnya, kista ini berada di inferior

dan posterior dari tragus, tetapi bisa saja berada di glandula parotis atau angulus

mandibula. Kista ini sangat sulit dibedakan dengan massa padat parotis dalam

pemeriksaan klinis. Kista tipe II berhubungan dengan glandula submandibula atau

ditemukan di anterior trigonum cervikalis.12,13,14

b. Kista celah brankial kedua (Second Branchial Cleft Cyst)

Kista celah brankial kedua dilaporkan sebanyak 90% dari kelainan brankialis.

Kebanyakan, kista ini di temukan sepanjang pinggir anterior sepertiga atas otot

sternokleidomastoideus. Bagaimanapun, kista ini bisa terlihat dimanapun sepanjang

saluran fistula brankialis kedua, yang berjalan dari kulit lateral leher, di antara

arteri karotis eksterna dan interna, dan sampai tonsil palatine. Oleh karena itu, kista

celah brankial sebagai diagnosa pembanding dari massa parafaringeal.12,15

c. Kista celah brankial ketiga (Third Branchial Cleft Cyst)

9

Page 10: kista celah brankial

Kista celah brankial ketiga dan keempat jarang terjadi. Kista celah brankial

ketiga terlihat di anterior otot sternokleidomastoideus dan di leher lebih rendah

dibandingkan kista celah brankial pertama dan kedua. Kista ini berada lebih dalam

ke lengkunagan derivatif ketiga (misalnya nervus glosofaringeal dan arteri carotis

interna) dan superficial ke lengkungan derivatif keempat (misalnya nervus vagus).

Kelainan ini berakhir di faring pada membran tirohioid atau sinus piriformis.13,16,17

d. Kista celah brankial keempat (Fourth Branchial Cleft Cyst)

Kista celah brankial keempat memiliki manifestasi klinis yang sama dengan

kista celah brankial ketiga. Biasanya didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda

yang sering ditemukan sebagai abses leher lateral yang telah resisten terhadap

pengobatan antibiotik. Seperti yang dilaporkan oleh Godin dkk, 93 % kista celah

brankial berlokasi di cervikalis lateral sinistra di trigonum cervikalis.17

Gambar 2.6 A. Pembukaan kista celah brankial di sisi leher oleh saluran fistula. B.

fistula dan kista celah brankial di depan otot sternokleidomastoideus. C. kista celah

brankial menuju faring pada permukaan tonsil palatine

10

Page 11: kista celah brankial

2.5 Diagnosa dan pemeriksaan

2.5.1 Anamnesa dan pemeriksaan fisik

Untuk mendiagnosa berbagai massa pada leher dimulai dengan anamnesa yang

teliti. Serangkaian pertanyaan-pertanyaan logik dapat mempersempit kemungkinan

diagnostik secara cepat dan pemeriksaan dan penatalaksanaan selanjutnya. Pertanyaan-

pertanyaan dan artinya terdapat dibawah ini.1

1. Berapa umur penderita? Lesi kongenital jauh lebih sering terjadi pada inividu yang

lebih muda, sedangkan lesi keganasan lebih sering pada yang lebih tua. Kista celah

brankial biasanya terdapat di antara 20 sampai 30 tahun. Pada anamnesa dapat

diketahui kista merupakan bawaan sejak lahir.1,12

2. Apakah massa tumbuh dengan cepat? Tidak adanya tanda-tanda infeksi, lesi

kegansan (limfoma, kanker metastase) jauh lebih mungkin mengalami pertumbuhan

yang lebih cepat dibandingkan massa yang jinak. Kista celah brankial membesarnya

lambat yang terletak pada leher lateral.1,13,

3. Apakah terdapat tanda-tanda infeksi atau peradangan? Sementara massa di leher

dapat menjadi infeksi, massa-massa tersebut yang tampak meradang atau terinfeksi

jauh lebih mungkin menunjukkan massa yang jinak. Kista celah brankial

merupakan massa jinak kongenital. Seperti kista duktus tiroglossus, ia sering

membesar dan menjadi sangat nyeri tekan pada infeksi saluran pernapasan atas.

Kista celah brankial sering ditemukan sebagai abses leher lateral.1,4,9

4. Dimanakah letak massa pada leher? Letak massa sebaiknya digambarkan secara

teliti dengan istilah-istilah berikut: Apakah massa tersebut terletak pada garis tengah

atau lateral? 1

5. Apakah massa kistik atau padat? Massa kistik seringkali merupakan lesi kongenital

seperti kista celah brankial dan kista duktus tiroglosus.1,5,12

6. Apakah terdapat tanda-tanda sumber infeksi atau keganasan di tempat lain pada

kepala dan leher?1

11

Page 12: kista celah brankial

Pemeriksaan fisik dapat dimulai dengan inspeksi leher untuk melihat adanya

benjolan yang nyata. Benjolan ini kadang-kadang lebih baik dilihat daripada diraba.

Suruh pasien menelan dan perhatikan gerakan kartilago tiroidea dan ada atau tidaknya

geraknan mass yang dapat ditemukan. Benjolan lateral bukan kelenjar limfe mencakup

aneurisma arteri karotis, higroma kistik dan kista celah brankial. Aneurisma akan

berdenyut. Higroma kistik terutama ditemukan pada anak-anak dan tampak terang pada

transluminasi. Kista celah brankial biasanya timbul pada orang dewasa sebagai

pembengkakan kistik yang keras di bawah otot sternokleidomastoideus, dekat angulus

mandibula.9,10,18

Palpasi suatu massa dilakukan untuk menentukan letak, konsistensi, ukuran dan

mobilitasnya. Kelenjar limfe dapat terpisah-pisah atau menyatu, seperti karet atau keras

seperti batu, bebas atau melekat, tidak nyeri atau nyeri tekan. Sedikit banyaknya

fluktuansi massa kistik pada leher, tergantung pada tebal dinding kista, viskositas di

dalamnya, dan tekanan dalam kista. Demikian pula pada transluminasi memberikan

hasil yang berbeda-beda pula.18

Auskultasi hanya dilakukan jika diperlukan saja. Bila pasien berusia lebih dari 50

tahun, dengarlah di ats tiap sinus karotikus kemungkinan adanya aliran turbulensi pada

pembuluh darah atau bising karotis.18

2.5.2 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan dianostik untuk massa leher dapat dikelompokkan menjadi dua

kelompok:

1. Pemeriksaan yang memberikan keterangan tentang sifat-sifat fisik yang khasatau

letak massa (pemeriksaan tidak langsung). Ultrasonografi, CT scan, MRI scan, dan

angiografi merupakan contoh pemeriksaan tidak langsung.1

a. Ultrasonografi membedakan lesi padat dari lesi kistik dan sebaiknya digunakan

pada keadaan yang jarang di mana hanya ada keterangan yang dibutuhkan.1

b. Angiografi berguna untuk menilai pembuluh darah, aliran darah spesifik dari

massa, atau keadaan arteri karotis tetapi memberikan sedikit keterangan tentang

sifat-sifat fisik yang khas dari masa tersebut.1

12

Page 13: kista celah brankial

c. CT scan dan/atau MRI scan berguna dalam memberikan keterangan mengenai

sifat-sifat yang khas maupun pembuluh darah massa dan di samping itu juga

menjelaskan hubungannya dengan struktur-struktur yang berdekatan. Karena itu,

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan tidak langsung yang sangat

berguna dan paling sering diminta.1

d. X-ray dengan menggunakan kontras untuk mengidentifikasi fistula.15

Gambar 2.7 X-ray dengan menggunakan kontras untuk mengidentifikasi fistula.

A.Anteroposterior; B.Lateral

g

13

A B C

Page 14: kista celah brankial

Gambar 2.8 proyeksi MRI kista celah brankial. A. Korona; B. Aksial; C. Sagital

Gambar 2.9 CT Scan yang menunjukkan adanya kista celah brankial kanan

2. Pemeriksaan yang mencari diagnosis histologik (pemeriksaan langsung).

Pemeriksaan langsung melibatkan pemriksaan histologik jaringan dari massa.

Jaringan ini dapat diperoleh pada satu dari tiga jalan yang berbeda: (1) Aspirasi

jarum halus (Fine needle aspiration/FNA), (2) biopsi jarum, atau (3) biopsi terbuka.1

FNA melibatkan pemasukan jarum kecil (ukuran 23 sampai 25) yang dilekatkan

pada spuit ke dalam massa untuk memperoleh sel-sel yang cukup untuk pemeriksaan

sitologik. Metode biopsi jarum yang besar (yang memperoleh inti jaringan) dan

pembedahan teknik biopsi terbuka lebih invasif dan mempunyai risiko “penyebaran”

keganasan yang lebih tinggi dan menimbulkan komplikasi penatalaksaan selanjutnya.12

14

Page 15: kista celah brankial

Gambar 2.10 Gambaran secara sitologi kista celah brankial (jaringan limfoma) – FNA

(May-Grunwald-Giemsa stain X 400)

Kriteria untuk sitologi FNA: a) tebal, kuning, pus seperti cairan, b) anuclear,

keratinizing cells, c) squamous epithelial cells of variable maturity dan d) latar belakang

amorphous debris.12

2.6 Penatalaksaan

Pengobatan terdiri dari pengangkatan pembedahan yang sempurna dari kista dan

salurannya (pembedahan eksisi). Jika terdapat infeksi atau peradangan, sebaikya diobati

dan dibiarkan sampai tenang sebelum dilakukan pengangkatan. Insisi dan drainase

sebaiknya dihindari. Insisi dan drainase karena salah didiagnosis sebagai abses adenitis

servikalis mengakibatkan drainase persisten dan menyulitkan usaha pengangkatan

menyeluruh nantinya. Terapi elektif kista celah brankial dengan eksisi teliti, dan

mempertahankan struktur di sekitarnya. Nervus hipoglosus dan asesorius terletak sangat

dekat dengan dinding kista.1,8,9,12

Pembedahan eksisi dengan melakukan cervikotomi transversal dengan anastesi

umum adalah pilihan pengobatan dengan prognosa yang baik. Untuk membantu

pembedahan dapat disuntikkan larutan methylene blue ke dalam saluran sebelum operasi

sehingga jaringan yang berwarna ba digunakan sebagai petunjuk panjang dan luasnya

kista/fistula. Zat warna itu mungkin tidak memasuki seluruh cabang-cabang yang lebih

kecil sehingga diperlukan ketelitian selama diseksi untuk saluran-saluran kecil yang

tidak berwarna. Beberapa ahli bedah yang berpengalaman dalam menangani penyakit

ini merasa bahwa penyuntikan zat warna harus ditinggalkan karena penyebaran zat

warna ke sekitarnya akan mengorbankan jaringan sehat dengan sia-sia.8,9,12

Cara lain ialah dengan fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan zat kontras ke

dalam muara fistel, lalu dilakukan pemeriksaan radiologic. Pada pemeriksaan

fistulografi tidak menggambarkan jalur traktus yang sebenarnya karena infeksi yang

berulang menimbulkan tersumbatnya traktus oleh jaringan fibrosis. Identifikasi, selama

operasi, arteri karotis eksterna dan interna, nervus vagus, hipoglosus, glosofaringeal,

laringeal superior harus dihindari sehingga tidak mencederai struktur tersebut.

15

Page 16: kista celah brankial

Komplikasi yang ditimbulkan dapat berupa perdarahan, kekambuhan, pembentukan

jaringan fibrotic atau keloid, dan paralisis nervus kranial.9,12

2.7 Prognosis

Kista celah brankial umumnya memiliki prognosis yang baik jika kista/fistula ini

ditanggulangi secara terampil dan cermat maka hasilnya akan memuaskan dan kecil

kemungkinan untuk residif.12

Gambar 2.11 Pembedahan eksisi kista celah brankial

16

Page 17: kista celah brankial

BAB III

KESIMPULAN

Benjolan pada leher dapat berupa kelainan bawaan, peradangan, tumor jinak dan

tumor ganas serta metastase dari penyakit lain. Kelainan bawaan dapat berupa higroma

kistik, kista dermoid, sisa duktus tiroglosus, karsinoma bronkogenik, laringokel, dan

kista celah brankial. Kista selah brankial merupakan 20 % massa yang sering terjadi

pada anak-anak. Kista celah brankial pada anak sulit dinilai karena menyerupai nodus

limfatikus sehingga sering ditemukan pada dewasa muda sebagai benjolan yang telah

dialami sejak lahir.

Kista celah brankial merupakan massa yang licin, tidak begitu nyeri, membesarnya

lambat yang terletak di lateral leher. Kista ini biasanya terdapat di antara usia 20-30

tahun. Kista ini berjalan sepanjang bagian anterior dari otot sternokleidomastoideus.

Kista ini biasanya dijumpai sebagai abses adenitis servikalis karena telah mengalami

peradangan. Kista celah brankial memiliki empat tipe. Kista celah brankial kedua

merupakan jenis yang paling sering terjadi.

Pengobatan terdiri dari pengangkatan pembedahan yang sempurna dari kista tdan

salurannya. Jika terdapat infeksi atau peradangan, sebaiknya diobati dan dibiarkan

sampai tenang sebelum pengangkatan. Identifikasi, selama operasi, arteri karotis

eksterna dan interna, nervus vagus, hipoglosus, glosofaringeal, laringeal superior harus

dihindari sehingga tidak mencederai struktur tersebut.

17

Page 18: kista celah brankial

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997

2. Roezin A. Penatalaksanaan penyakit dan kelainan Telinga Hidung Tenggorok Edisi

ketiga. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Hal: 208-209. 2003.

3. Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC; Hal: 374-377. 1986

4. Anjaneyulu C, Sharan CJ. Complete Branchial Fistula. Bahrain Medical Bulletin;

25(4); December 2003

5. Gore D, Masson A. Anomaly of First Branchial Cleft. Annals of Surgery. August

1959

6. Mitroi M, Dumitrescu D, Simionescu C, et al. Management of Second Branchial

Cleft Anomalies. Romanian Journal of Morphology and Embryology; 49(1): p69-74.

2008

7. Park. Second Branchial Cleft Cyst. Visitorsare. Available at

http://pediatricimaging.wikispace.com. Accessed on November 2010.

8. Sadler TW. The Ninth Edition of Langman’s Medical Embryology. Lange. Available

at http://www.lww.com. Accessed on November 2010.

9. Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck

Surgery. McGraw-Hill Lange. 2007

10. Healy GB. Otolaryngology Basic Science and Clinical Review. Thieme; p207-211.

2005

11. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Bagian 3. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; Hal: 220-223. 2003

12. Thomaidis V, Seretis K, Tamiolakis, et al. Branchial Cyst A Report of 4 Cases. Acta

Dermatoven APA; 15(2): p85-89. 2006

18

Page 19: kista celah brankial

13. Anniko M, Sprekelson MB, Bonkowsky V, et al. Otorhinolaryngology Head and

Neck Surgery. European Manual of Medicine. p613-615. 2006

14. Ada M, Korkut N, Giivenc MG, et al. Unusual Extension of the First Branchial

Cleft Anomaly. Eur Arch Otorhinolaryngol; 263: p263-266. 2006

15. Gold BM. Second Branchial Cleft Cyst and Fistula. AJR 134: p1067-1069. 1980

16. Aneeza WH, Mazita A, Marina MB, et al. Complete Congenital Third Branchial

Fistula:does the Theorical Course Apply?. Singapore Medical Journal; 51(7): p122-

125. 2010

17. Hamoir M, Rombaux P, Cornu AS, et al. Congenital Fistula of the Fourth Branchial

Pouch. Eur Arch Otorhinolaryngol; 255: p322-324. 2008

18. Burnside JW, McGlynn TJ. Diagnosis Fisik Edisi 7. Jakarta. Penerbit Kedokteran

EGC.1995

19