keracunan korosif

30
dr. H. Guntur Bumi. NST, SpF August 3, 2009 KERACUNAN KOROSIF BAB 1 PENDAHULUAN Semua zat kimia yang bersifat korosif dapat menimbulkan luka bakar pada tubuh korban, dan oleh karena rasa nyeri yang di akibatkan oleh zat- zat tersebut sedemikian hebatnya, maka pada umumnya kasus yang di hadapi adalah kasus bunuh diri atau kecelakaan. Pembunuhan pada zat- zat kimia yang bersifat korosif sangat jarang, oleh karena korban dengan segera dapat mengetahui adanya zat- zat tersebut, kecuali bila pembunuhan di lakukan dengan cara menyiram tubuh dengan zat- zat yang dapat membakar tersebut. Racun korosif adalalah golongan racun yang bersifat merusak atau menghancurkan jaringan tubuh. Asam kuat dan basa kuat merupakan bahan kimia yang merupakan bagian dari racun korosif. Trauma kimia sebenarnya hanya merupakan efek korosi dari asam kuat dan basa kuat. Asam kuat sifatnya mengkoagulasi protein sehingga menimbulkan luka korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen, sedangkan basa kuat bersifat membentuk penyabunan sehingga menimbulkan luka yang basah, licin dan lunak. Page 1

Upload: rahma-wati

Post on 21-Nov-2015

133 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

h

TRANSCRIPT

dr. H. Guntur Bumi. NST, SpF

dr. H. Guntur Bumi. NST, SpF

August 3, 2009

KERACUNAN KOROSIF

BAB 1

PENDAHULUANSemua zat kimia yang bersifat korosif dapat menimbulkan luka bakar pada tubuh korban, dan oleh karena rasa nyeri yang di akibatkan oleh zat- zat tersebut sedemikian hebatnya, maka pada umumnya kasus yang di hadapi adalah kasus bunuh diri atau kecelakaan. Pembunuhan pada zat- zat kimia yang bersifat korosif sangat jarang, oleh karena korban dengan segera dapat mengetahui adanya zat- zat tersebut, kecuali bila pembunuhan di lakukan dengan cara menyiram tubuh dengan zat- zat yang dapat membakar tersebut. Racun korosif adalalah golongan racun yang bersifat merusak atau menghancurkan jaringan tubuh. Asam kuat dan basa kuat merupakan bahan kimia yang merupakan bagian dari racun korosif.

Trauma kimia sebenarnya hanya merupakan efek korosi dari asam kuat dan basa kuat. Asam kuat sifatnya mengkoagulasi protein sehingga menimbulkan luka korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen, sedangkan basa kuat bersifat membentuk penyabunan sehingga menimbulkan luka yang basah, licin dan lunak. Basa kuat akan lebih berbahaya dari pada asam kuat bila mengenai kornea, karena kerusakan akan terus berlanjut sampai kedalam. Pada keracunan zat- zat yang bersifat korosif, kelainan terdapat pada tractus gastrointestinal, terutama lambung, dimana kelainan tersebut dapat berupa : hiperemi, perlunakan- nekrose, ulserasi atau perforasi. Kelainan- kelainan tersebut pada akhir kardia dan pada curvatura mayor.1

BAB 2

PEMBAHASANI. KAITAN ILMU KERACUNAN FORENSIK DENGAN UU

KUHP 204

1) Barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi- bagikan barang yang di ketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, padahal sifat; berbahaya itu tidak di beri tahu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

KUHP 205

1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan barang- barang yang berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, dijual, diserahkan atau di bagi- bagikan tampa di ketahui sifat berbahayanya oleh yang membeli atau yang memperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

3) Barang- barang itu dapat di sita.

KUHP 340

Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

KUHP 345

Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.2

II. KLASIFIKASIYang termasuk dalam golongan ini ialah :A. Asam- asam in organik yang bersifat korosif (corrosive inorganic acids)

1.1. asam sulfat1.2. asam khlorida

1.3. asam nitrat

1.4. asam fluorida

B. Asam- asam organik yang bersifat korosif (corrosive organic acids)2.1. asam oksalat2.2. asam karbol (phenol)

2.3. asam sitrat

2.4. asam asetat

C. Kaustik alkali (Caustic alkalis)

3.1. natrium hidroksida

3.2. kalium hidroksida

3.3. kalsium hidroksida

3.4. amoniak

A. Asam- Asam Inorganik Yang Bersifat Korosif

1.1. Asam Sulfat (H2SO4)a. Sifat- sifatAsam sulfat murni merupakan cairan tidak berwarna dan pekat. Cairan ini tidak

mudah terbakar pada udara terbuka. Jika ditambahkan air akan menghasilkan panas. Jika mengenai benda yang bersifat organik, kulit atau tekstil akan menyebabkan perubahan warna menjadi hitam dan seperti terbakar.

b. Gejala- gejala Asam sulfat mempunyai afinitas yang tinggi terhadap air (efek higroskopis) sehingga jaringan akan mengalami dehidrasi. Karena kenaikan temperatur yang sangat tinggi akan menyebabkan luka bakar.

Lidah bengkak dan ditutupi selaput yang putih. Kadang- kadang karena derajat keasaman yang tinggi bisa mengakibatkan berbentuk seperti suatu massa jaringan.

Gigi berwarna putih seperti putih kapur dan tidak berkilat.

Bibir bengkak dan mengalami ekskoriasi . Asam menetes dari sudut bibir menuju dagu, sehingga bekas tetesan akan berwarna hitam. Air liur sangat berlebihan dalam beberapa hari.

Urine mungkin akan berwarna biru.c. Dosis fatal

Dosis fatal dewasa untuk asam sulfat pekat adalah 5- 20 ml, anak- anak 2 ml.

d. Periode fatal

18 jam 24 jam, Kematian mendadak pernah terjadi pada anak- anak karena kesulitan bernafas.

e. Gambaran Post Mortem

Pemeriksaan luar :

Terdapat tanda- tanda korosi seperti halnya korosi yang ditimbulkan oleh racun- racun lain. Warna luka bakar pada keracunan asam sulfat mula- mula berwarna abu- abu putih, yang degan cepat berubah menjadi coklat atau hitam.

Kulit yang terbakar tersebut kemudian akan menjadi keras seperti perkamen, sehingga perlu dibedakan dengan luka lecet.

Dan oleh karena terjadi reaksi peradangan yang hebat, dapat terjadi pembengkakan pada bibir dan mulut.Pemeriksaan dalam :

Selama asam sulfat ini bekerja hanya secara lokal, maka kelainan pada pemeriksaan dalam hanya terbatas pada traktus digestivus bagian atas saja dan traktus respiratorius.

Pada traktus digestivus, mulai dari mulut sampai dengan lambung dapat ditemukan reaksi peradangan yang hebat, oedema disertai perdarahan- perdarahan interstitial yang hebat. Mukosa atau seluruh dinding lambung menebal, pada daerah- daerah yang terkena akan berwarna coklat atau hitam dan pada perabaan rapuh. Perforasi lambung sering terjadi, dan ini akan menimbulkan komplikasi chemical peritonitis.

Pada muntahan mungkin didapatkan mukosa- mukosa lambung yang rusak. Duodenum biasanya tidak menunjukkan kelainan hal ini dimungkinkan karena adanya spasme dari pilorus.

Pada traktus respiratorius, pada keracunan asam sulfat dimana sering terjadi regurtasi isi lambung sewaktu korban muntah atau terjadi aspirasi sewaktu menelan ; maka perubahan atau kelainan yang terdapat pada traktus respiratorius ialah : pada laring dan trakhea terdapat tanda- tanda korosi atau peradangan yang hebat. f. Pemeriksaan kimia Pemisahan bahan organik dari asam dilakukan dengan cara filtrasi atau dialysis.

Barium nitrat ditambahkan sehingga membentuk barium sulfat dan akan tampak

berupa endapan berwarna putih.

g. Aspek medikolegal Kebanyakan kasus merupakan upaya bunuh diri.

Kadang- kadang digunakan sebagai racun untuk membunuh anak- anak dan

pada pasien yang tidak sadar.Penyiraman asam pada wajah (Vitriot Trowing / Vitriolage)

Yaitu tindakan menyiramkan asam sulfat pekat adalah bertujuan untuk merusakkan wajah. Dasar dari tindakan ini biasanya rasa benci yang sangat besar. Dampak lokal pada kulit adalah berupa jejas yang permanen. Jika permukaan tubuh yang terkena sangat luas bisa menyebabkan kematian. Jika mengenai kornea akan menyebabkan buta.4,5,6,7,81.2. Asam Khlorida ( HCL)

a. Sifat- sifat

Tidak berwarna, bau sangat merangsang dan larut sempurna dalam air.

b. Gejala- gejala Asam ini lebih ringan dibandingkan akibat asam sulfat dan asam nitrat, sehingga gejala dan tanda yang ditimbulkan juga lebih ringan.

Pakaian yang berwarna gelap akan menjadi merah kecoklatan jika terkena asam ini. Kulit dan membran mukosa tidak mengalami perubahan warna.

Pada beberapa kasus pernah diamati terjadinya salivasi, konvulsi, delirium dan paralisis anggota badan.

Keracunan kronis terjadi karena sering menghirup asap dari HCL. Pasien keracunan kronis ini akan mengalami coryza, konjungtivitis, faringitis dan bronkitis.c. Dosis fatal Biasanya 15- 20 ml asam pekat

d. Periode fatal 24- 36 jam.e. Gambaran Post mortem Tidak ada perubahan warna pada kulit dan membran mukosa.

Kulit menjadi keras dan mengalami parchmentasi.

Membran mukosa pada lambung berwarna putih kelabu, disertai dengan adanya beberapa tempat yang mengalami korosi dan berwarna hitam.

Jarang ditemukan adanya perforasi. Biasanya tampak gambaran berupa gastritik akut.

Paru- paru mengalami edema dan kongesti jika kasusnya karena menghirup uap asam.f. Aspek medikolegal Pada umumnya jarang terjadi keracunan karena asam ini. Pernah ada kasus karena kecelakaan atau upaya bunuh diri.4, 7, 8Penatalaksanaan keracunan asam mineral1. Jangan melakukan tindakan bilas lambung dan perangsangan muntah.2. Karbonat dalam konsentrasi pekat jangan digunakan, karena akan terjadi pembentukan gas yang akan lebih berbahaya dan menyebabkan perforasi.

3. Batasi pemasukan cairan melalui mulut. Pada pasien bisa segera diberikan satu sendok makan kalsium oksida atau magnesium oksida. Setelah itu bisa diberikan minuman seperti air barley (semacam gandum), minyak zaitun. Bisa juga diberikan mentega cair.

4. Jika nyeri dan syok, berikan suntikan morfin dengan dosis 10-20 mg secara intravena atau intramuskular.

5. Steroid diberikan secara sisitemik..

6. Jika ada kegagalan pernafasan harus segera dilakukan tindakan trakeostomi.

7. Berikan cairan melalui intravena.

8. Luka bakar pada kulit dibungkus dengan salep antibiotik.

1.3. Asam Nitrat (HNO3) a. Sifat- sifatAsam nitrat pekat merupakan cairan bening dan tidak berwarna, di mana jika bereaksi dengan udara akan mengeluarkan asap yang tidak berwarna. Asam nitrat yang berwarna merah kekuningan adalah asam nitrat yang terdapat di pasaran yang mengandung nitrogen oksida.

b. Gejala- gejala dan tanda- tanda khusus

Bibir, lidah dan gigi menjadi kuning karena perubahan protein tubuh menjadi xantho- protein. Email gigi yang mengalami kerusakan akan membuat gigi menjadi berwarna kuning.

Kulit dan pakaian yang terkena asam akan berwarna kuning.

Bahan yang dimuntahkan berwarna kuning kecoklatan.

Abdomen mengalami distensi karena pembentukan gas.

Mungkin ditemukan adanya oliguri atau anuria. Pada urin bisa dijumpai adanya albumin dan endapan protein.

Kejang mulut dan insensibilitas dapat dijumpai pada beberapa kasus.

c. Dosis fatal

Jumlah sebanyak 10 ml atau lebih bisa berakibat fatal, tergantung dari usia dan

besarnya kerusakan yang disebabkan oleh asam.

d. Periode fatal

Lamanya 12- 24 jam.

e. Gambaran post- mortem Kulit dan membran mukosa pada sistem pencernaan tampak berwarna kuing.

Jarang terjadi perforasi. Tanda korosi tampak pada lambung dan mukosa duodenum.

Jika kematian terjadi karena inhalasi asap dari asam tersebut, pada laring, trakea dan saluran bronkus akan tampak mengalami kongesti dan oedema.f. Aspek medikolegal Keracunan asam ini jarang terjadi. Biasanya karena kecelakaan atau upaya bunuh diri.4, 6, 7, 8

B. Asam- Asam Organik Yang Bersifat Korosif

2.1. Asam oksalat (COOH COOH)a. Sifat- sifatTidak berwarna, bentuk kristal, larut dalam air dan alkohol

b. Penggunaan secara umum Sebagai bahan pemutih untuk menghilangkan bercak pada pakaian.

Sebagai bahan pewarna pada proses percetakan dan mengkilatkan besi.c. Gejala- gejala

Gejala yang timbul bisa akibat dampak lokal ataupun sistemik. Dampak lokal

berupa korosi pada mukosa, tetapi tidak pada kulit.

Gejala sistemik menyerupai gejala yang disebabkan oleh bahan korosif lain

nya, kecuali pada beberapa hal:

Perasaan terbakar pada mulut, tenggorokan dan esofagus. Perasaan tercekik pada tenggorokan.

Muntah yang berulang dan terus menerus, bahkan bisa terus berlangsung sampai meninggal. Bahan muntahan berwarna hijau kecoklatan atau hijau kehitaman.

Pada awalnya tidak disertai dengan diare.

Sering dijumpai adanya tenesmus.

Pada tahap awal bisa mengalami anuria. Kemudian secara perlahan- lahan jumlah urine akan semakin meningkat. Pada urine ditemukan albumin yang jumlahnya tidak begitu banyak. Pemeriksaan urine dengan mikroskop akan menunjukkan adanya sel darah merah, silinder hialin dan banyak kristal oksalat.

Kegagalan peredaran darah perifer semakin lama semakin nyata.

Pasien kemudian akan merasakan kebas dan mati rasa pada bagian anggota badan. Akhirnya pasien sampai pada tahap mengalami uremia dan kemudian koma. Kontraksi otot dan kejang mungkin terjadi pada waktu koma sebelum pasien meninggald. Dosis fatal

Rata- rata 15 gr (10- 30 gr).

e. Periode fatal

1- 2 jam

f. Penatalakasanaan Bilas lambung dilakukan dengan sangat hati- hati dan hanya pada kasus terten

tu. Diberikan 2 sendok teh kalsium laktat, dimana akan menyebabkan terben

tuknya kalsium oksalat yang tidak larut sehingga tidak dapat diserap.

Kalsium juga digunakan secara sistemik sebagai antidotum, diberikan dalam

bentuk kalsium glukonas secara intravena.

Morfin diberikan untuk mengatasi rasa nyeri.

Cairan glukosa dalam garam fisiologis diberikan secara intravena untuk mempertahankan jumlah cairan yang melalui ginjal sehingga mencegah terjadinya uremia.

Isi lambung dikeluarkan secara enema.

Larutan yang bersifat basa jangan digunakan karena akan menyebabkan pembentukan garam yang mudah larut dan bersifat racun. g. Gambaran post mortem Ditemukan tanda- tanda korosi. Paling banyak pada lambung dan paling sedikit pada esofagus dan rongga mulut. Mukosa lambung berwarna putih, menyusut, serta kehilangan tonjolan- tonjolan mukosa. Isi lambung berwarna coklat kehitaman karena bercampur dengan darah.

Usus. Usus bagian atas mengalami hiperemis dan kongesti.

Ginjal. Tubulus ginjal berisi kristal oksalat. Ini merupakan tanda khas dari keracunan oksalat. Tanda- tanda nefritis akut lainnya bisa ditemukan pada beberapa kasus.

Organ tubuh lainnya mengalami kongesti.h. Aspek medikolegalKeracunan secara tidak sengaja jarang terjadi karena asam ini.6, 7, 9i. Penatalaksanaan Bilas lambung dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya pada kasus tertentu. Diberikan 2 sendok teh kalsium laktat, di mana akan menyebabkan terbentuknya kalsium oksalat yang tidak larut sehingga tidak dapat diserap.

Kalsium juga digunakan secara sistemik sebagai antidotum, diberikan dalam bentuk kalsium glukonas secara intravena.

Morfin diberikan untuk mengatasi rasa nyeri.

Cairan glukosa dalam garam fisiologis diberikan secara intravena untuk mempertahankan jumlah cairan yang melalui ginjal sehingga mencegah terjadinya uremia.

Isi lambung dikeluarkan dengan cara enema.

Larutan yang bersifat basa jangan digunakan karena akan menyebabkan pembentukan garam yang mudah larut dan bersifat racun.

Perbedaan asam oksalat dam magnesium sulfat

Corak Asam oksalatMagnesium sulfat

Rasa AsamPahit dan memabukkan

ReaksiSangat asam, pH < 7Netral, pH 7

Dengan sodium carbonat Percepatan (-) Percepatan (+)

Noda Hilang/ lenyap Tidak ada reaksi

2.2. Asam Karbolat (C6H5OH ) Yang termasuk golongan ini adalah Cresol ( methyl phenol ), Lysol ( Cresol + Larutan sabun), Dettol (Chloroxylenol ) dan Hexacholorophene.1. Phenol

a. Sifat- sifat

larutan tidak berwarna, kristalnya berbentuk jarum yang berwarna agak merah

jambu yaitu bila terkena udara, mempunyai rasa agak manis dan mempunyai

bau yang khas yaitu carbolic smell . Phenol juga mudah larut dalam air, al

kohol, eter, dan gliserin.

b. Dosis Letal

8- 15 gr ( 2 ml ) per- oral.

c. Absorpsi dan Gejala Phenol dapat diabsorpsi melalui kulit yang normal atau yang sakit, traktus digestivus, traktus urogenitalis, rektum dan traktus respiratorius. Eliminasinya melalui urin dan dalam waktu 36 jam akan dieliminasikan seluruhnya. Didalam urine diperoleh dalam bentuk hydroquinone dan pyrocatechine, yang menyebabkan urine warna hijau kecoklatan, dan bila ditambah FeCl3 akan memberikan warna biru (phenol) dan hijau (Cresol). Phenol mempunyai efek lokal dan sistemik karena phenol merupakan fat soluble depressant, berpengaruh terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi paralisis pernafasan.

d. Gambaran Post Mortem

Pemeriksaan luar

Korosif pada bibir dan jaringan disekitarnya yang berwarna abu- abu keputihan

warna ini lama- lama oleh karena pengeringan akan berwarna lebih gelap (coklat).

Juga mungkin didapatkan kelainan yang sama didaerah jari- jari tangan. Dari mulut dan hidung dapat tercium bau yang khas. Tanda- tanda asfiksia pada pemeriksaan luar dapat pula ditemukan.

Pemeriksaan dalam

Warna coklat keabuan pada mukosa lambungTanda- tanda korosif akan ditemukan pada traktus digestivus mulai dari mulut sampai lambung; kelainan yang paling jelas terdapat di lambung yaitu berupa: lambung akan kaku, keras, perabaan keras seperti meraba kulit, mukosa membengkak dan ditutupi oleh lapisan membran yang berwarna abu- abu atau kecoklatan dan memberikan gambaran seperti perak (silvery appearance). Kelainan tersebut tampak jelas pada lipatan- lipatan mukosa, sedangkan jaringan diantara lipatan biasanya tidak akan memperlihatkan kelainan, oleh karena koagulasi pada tempat ini tidak terjadi atau jika terjadi hanya ringan saja. Sering pula didapatkan mukosa yang terlepas / nekrotik, dan jaringan dibawahnya tampak kongestif. Bau yang khas dari phenol dapat tercium. Pada traktus respiratorius akan didapatkan kelainan yang serupa, terutama jika terjadi aspirasi dari isi lambung. Pembengkakan (edema) pada laring dan paru- paru akan didapatkan terutama jika uap phenol yang dihisap.

2. Lysol Pada keracunan lysol, maka gambarannya agak berbeda, yaitu : lambung tidak mengeras tetapi malah melunak dan pada perabaan mukosanya licin oleh karena terjadi proses penyabunan, dan warna mukosa pada keracunan lysol adalah coklat tua atau coklat- kemerahan, warna tersebut disebabkan karena terbentuknya hematin- alkali.2, 6, 9, 10

a. Penatalaksanaan Bilas lambung bisa dengan aman dilakukan karena kemungkinan adanya perforasi sangat kecil. Cairan yang digunakan untuk bilas lambung sebaiknya mengandung zat arang hewan, magnesium sulfat atau natrium sulfat; gliserin atau larutan sabun. Unsur tersebut diatas akan membentuk senyawa yang tidak berbahaya.

Perangsang muntah yang bekerja lokal tidak pada tempatnya diberikan karena sistem pencernaan mati rasa. Perangsang muntah yang bekerja secara sentral boleh digunakan secara hati-hati.

Unsur demulsen, misalnya putih telur dapat digunakan.

Pengobatan secara simptomatis diberikan bergantung pada keadaan pasien.

Untuk luka bakar yang disebabkan oleh asam karbolat, bagian tersebut dicuci berulang kali dan kemudian dioleskan minyak castor.

2.3. Asam Asetat (CH3COOH )a. Sifat- sifat

Tidak berwarna, cairan yang mudah menguap membuat bau yang khas dan rasa asam yang membuat terbakar.

b. Tanda dan gejala Asam asetat dengan konsentrasi 100% dikenal dengan nama asam asetat glasial. Asam ini merupakan zat korosif keras pada selaput mukosa dan ketika masuk ke dalam mulut, akan mengiritasi selaput mukosa mulut, lidah, esofagus dan lambung. Dijumpai muntah dan muntahannya terdiri dari darah dan lendir. Aspirasi dari muntahan atau sisa asam pada laring akan menyebabkan gagal nafas dan kemungkinan oedem paru. Bisa dijumpai adanya melena. Cuka terdiri dari 4- 6 % asam asetat dan tidak bersifat korosif. Asetic anhydrid ketika di gabungkan dengan air membentuk asam asetat. Asetic anhydrid sebagai korosif yang paling tinggi.

c. Fatal Dose Kira- kira 5 ml. Konsentrasi asam ini dapat menyebabkan kematian pada anak- anak, umumnya 60 ml dapat menyebabkan fatal dose tetapi angka kesembuhan dijumpai pada orang dewasa setelah pelan- pelan 2 sampai 6 botol cairan dapat memperbaiki keadaan yang buruk.d. Periode Fatal

Kematian dijumpai 1- 48 jam , walaupun ada yang melaporkan sampai 3, 7 dan

14 hari.

e. Penatalaksanaan Kumbah lambung.

Minuman kental.

Bantuan pernafasan, bila perlu kasih oksigen.

f. Gambaran Post Mortem Dijumpai tanda korosi didalam mulut dan oesofagus.

Dinding lambung lunak, selaput mkosa teriritasi dengan pengelupasan dan perdarahan, yang terdiri dari sel- sel darah disertai cairan lendir. Bau asam asetat dapat terdeteksi.

Dijumpai inflamasi pada pernafasan bagian bawah, kongesti dan oedem paru. Jika inhalasi dari muntah atau memasuki saluran pernafasan.g. Aspek medikolegal Kecelakaan.

Jarang terjadi pada anak- anak atau orang dewasa biasanya terjadi salah letak penempatan zat tersebut.

Pembunuhan.

Bisa terjadi. Tetapi angka kejadian sangat kecil sekali.

Bunuh diri.

Sangat sulit. Tetapi tidak terdeteksi.5, 8

C. Kaustik Alkali (Custic Alkalis)Senyawa Alkali

Senyawa alkali dengan protein akan membentuk proteinat dan dengan lemak akan membentuk sabun. Dengan demikian, jika terjadi kontak antara senyawa alkali dengan jaringan menyebabkan jaringan menjadi lunak, nekrotik dan akan terjadi penetrasi yang dalam. Karena kelarutannya dapat menyebabkan terjadi penetrasi lebih lanjut dalam beberapa hari. Akibat stimulasi yang intensif dari senyawa alkali menyebabkan hilangnya refleks tonus vaskuler dan hambatan kerja jantung.3

3.1. Natrium Hidroksida dan Kalium Hidroksida ( NaOH dan KOH )a. Sifat- sifat

Bahan kimia ini adalah bahan alkali yang mengikis.

b. Gejala- gejala rasa sakit seperti terbakar di mulut, kerongkongan dan esofagus.

abdomen terasa sakit yang hebat.

kesukaran menelan.

bahagian bibir dan kulit disekitar mulut kelihatan berwarna kecoklatan karena luka terbakar akibat alkali pengikis ini

muntah dan bau muntah seakan akan racun lisol.

warna muntah hitam akibat bercampur dengan darah.

kesukaran bernafas dan rasa tercekik sangat sering dijumpai karena bagian

glotis terkikis.

pingsan dijumpai dalam beberapa jam akibat kegagalan kardiovaskuler dan pernafasan jika yang diminum banyak.

jika yang diminum sedikit akan mengalami pneumonia dan jika sembuh dijumpai pengerutan jaringan dalam esofagus.b. Gambaran Post Mortem

Pemeriksaan dalam :

mukosa lambung lunak, sembab dan basah.

mucosa berwarna merah atau coklat.

pada perabaan memberi kesan seakan meraba sabun, oleh karena terjadi proses penyabunan.

c. Dosis Fatal

Dosis yang menyebabkan kematian ialah kurang lebih 10- 15 g.10

3.2. Amoniak ( NH3 )

a. Sifat- sifat

Amoniak terdiri dari 32,5 % larutan tidak berwarna, mempunyai karakteristik

bau yang khas, merupakan reaksi alkalin yang kuat. Amoniak dalam bentuk

gas ketika dilarutkan dalam air, membentuk larutan amoniak yang kuat yang di

kenal sebagai Hartshorn. Larutannya digunakan sebagai produk rumah tangga

pada dalam banyak produk. Gasnya digunakan sebagai refrigeran alat pendi

ngin dan fertilisasi.

b. Dosis fatal

Batas paparan 25 ppm.3, 7

Penatalaksanaan1. Racun bisa dinetralkan dengan larutan asam yang diencerkan, misalnya asam asetat. Minuman yang mengandung demulsen juga diberikan.

2. Bilas lambung dilakukan pada kasus yang ringan dan dengan hati-hati. 3. Pengobatan simptomatik:4. Morfin untuk rasa nyeri.5. Cairan intravena untuk mengatasi syok dan dehidrasi.

6. Pada kasus keracunan amoniak, perlu diberikan oksigen. Udara yang dihirup juga harus tetap lembab.

7. Striktur esofagus yang terlambat penanganannya mungkin harus ditangani oleh ahli bedah.

Kekerasan kimiawi dan artinya bagi penyidikanJenis kekerasan kimiawiLuka bakar pada kulit / mukosaHubungan dengan cara kematian

Asam organik

1. as. Karbol (phenol)

2. as. OksalatAbu- abu keputih- putihan Abu- abu kehitam- hitamanBunuh diri, kecelakaan

Bunuh diri, kecelakaan

Asam an organik

1. As. Sulfat, as. Khlrorida

2. As. Nitrat

3. As. FluoridaAbu- abu kemudian menjadi hitam.

Coklat

Merah kecoklatan,

perdarahan

Bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan

Bunuh diri, kecelakaan

Kaustik alkaliAbu- abu keputih- putihan bunuh diri, kecelakaan,

pembunuhan

Garam logam berat

1. zinc- chlorida

2. mercury- chloridaKeputih-putihan

Biru- Keputihan, pendarahanBunuh diriKecelakaan

Bunuh diri, kecelakaan

BAB 3

PENUTUP

Pemeriksaan dalam pada kasus- kasus yang mati akibat racun, umumnya tidak akan di jumpai kelainan- kelainan yang khas atau spesifik yang dapat dijadikan pegangan untuk menegakkan diagnosa / menentukan sebab kematian karena keracunan sesuatu zat. Hanya sedikit dari racun- racun yang dapat di kenali berdasarkan kelainan- kelainan yang di temukan pada saat pemeriksaan mayat.

Jelas bahwa pemeriksaan analisa kimia (pemeriksaan toksikologik), untuk menentukan adanya racun dan menentukan sebab kematian korban mutlak harus di lakukan pada setiap kasus keracunan atau yang di duga mati akibat racun. Pembedahan mayat berguna untuk menyingkirkan kemungkinan- kemungkinan lain sebagai penyebab kematian dan bermanfaat untuk memberikan pengarahan pemeriksaan. DAFTAR PUSTAKA

1. Knight B. Simpsons Forensic Medicine. Eleventh Edition. Oxford University Press. Inc. New York. 1997: 192- 196.

2. KUHPer, KUHP, KUHAP. Jakarta. 2008: 535- 536, 571- 572.

3. Sartono sartono. Racun dan keracunan. Widya Medika. Jakarta: 2002: 197- 29.

4. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Pertama, Jakarta. 1997: 71-94.

5. Chadha PV. Ilmu Forensik dan Toksikologi, Edisi V. Penerbit Widya Medika. Jakarta. 1995: 49- 238.

6. Idries AM, Sidhi, Imam Santoso SS. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Penerbit PT. Gunun Agung. Jakarta. 1985: 10-12,52-56.

7. Nandy A. Principles of Forensic Medicine New Central Book Agency (p). Ltd. Calcutta- India. 1996: 84- 472.

8. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997: 9- 125.9. Franklin C.A. Modis Textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology. 21th. N.M.

Tripathi Private Limited. Bombay. 1988: 35- 59. 10. Shahrom AW. Toksikologi Forensik. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian

Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 1993: 463.Page 21