kep jiwa candra

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi keperawatan sebagai profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah ada. Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan simbol-simbol yang nyata. Sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat didalamnya. Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan 1

Upload: nitameliandari

Post on 17-Jan-2016

252 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pendidikan Kesehatan Jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: Kep Jiwa Candra

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi keperawatan sebagai profesi yang unik dan kompleks. Dalam

melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori

keperawatan yang sudah ada. Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu

kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan simbol-simbol yang nyata.

Sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka

konseptual atau model keperawatan. Model konseptual keperawatan merupakan

suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan

perawat didalamnya.

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan

atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya

kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996

tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan

fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan

itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain

mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang

sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif,

sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan

semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar

terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh

semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai

sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan

atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya

kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996

tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan

fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan

itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain

1

Page 2: Kep Jiwa Candra

mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang

sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif,

sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan

semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar

terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh

semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai

sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009). Gangguan

kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-tiba tetapi

lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi atau

terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang melatar belakangi

timbulnya suatu gangguan. Pengetahuan dan pengalaman yang cukup dapat

membantu seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan jiwa ?

2. Apa yang dimaksud dengan keperawatan jiwa ?

3. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa ?

4. Apa saja yang dapat menyebabkan gangguan jiwa ?

5. Bagaimana tanda dan gejala dari gangguan jiwa ?

6. Bagaimana penanganan yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah membaca makalah ini mahasiswa jurusan keperawatan diharapkan

mampu mengerti dan memahami tentang pendidikan kesehatan jiwa.

2. Tujuan Khusus

Setelah membaca makalah ini, mahasiswa jurusan keperawatan diharapkan

mampu mengerti dan memahami tentang :

a. Pengertian Kesehatan Jiwa

b. Pengertian Keperawatan Jiwa

2

Page 3: Kep Jiwa Candra

c. Pengertian Gangguan Jiwa

d. Penyebab Timbulnya Gangguan Jiwa

e. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

f. Penanganan Pada Gangguan Jiwa

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini kami susun dengan sistematika dasar yaitu sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teori yang berisikan, definisi teori, penjelasan teori,

serta  penerapan dalam keperawatan.

BAB III : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran serta daftar pustaka.

3

Page 4: Kep Jiwa Candra

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kesehatan Jiwa

Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No

23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan

adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan

hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua defenisi di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu

kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau

perasaan tertekan yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif

dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara

nyaman dan berkualitas.

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang

menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri

sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan

kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada

(American Nurses Associations).

Menurut WHO kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan

jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan

langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yang menggambarkan

keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

kepribadian yang bersangkutan.

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan

atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya

kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996

tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan

fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan

itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain

mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang

sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif,

4

Page 5: Kep Jiwa Candra

sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan

semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar

terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh

semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai

sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).

Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat kompleks

sehingga perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa yang bersifat

kompleks pula. Masalah-masalah kesehatan jiwa dapat meliputi: 1) perubahan

fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu (distres) dan atau

hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya; 2) masalah psikososial yang

diartikan sebagai setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat

psikologis maupun sosial yang memberi pengaruh timbal balik dan dianggap

mempunyai pengaruh cukup besar. Sebagai faktor penyebab timbulnya berbagai

gangguan jiwa.

Psikososial yang dapat berupa masalah perkembangan manusia yang

harmonis, peningkatan kualitas hidup, upaya-upaya kesehatan jiwa diperlukan

untuk mengatasi masalah tersebut yang meliputi upaya primer, sekunder dan

tersier yang ditujukan untuk meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia agar

dapat hidup lebih sehat, harmonis, dan produktif (Dalami, 2010).

B. Pengertian Keperawatan Jiwa

Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang

berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung

pada fungsi yang terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar

dan dapat melakukan fungsinya dengan baik, sanggup menjalankan tugasnya

sehari-hari sebagaimana mestinya. Dalam upaya mengembangkan pelayanan

keperawatan jiwa, perawat sangat penting, untuk mengetahui dan meyakini akan

peran dan fungsinya, serta memahami beberapa konsep dasar yang berhubungan

dengan asuhan keperawatan jiwa. Para perawat kesehatan jiwa mempunyai peran

yang bervariasi dan spesifik. Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan

kolaborasi.

5

Page 6: Kep Jiwa Candra

1. Pelaksana asuhan keperawatan

Perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa kepada

individu, keluarga dan komunitas. Dalam menjalankan perannya, perawat

menggunakan konsep perilaku manusia, perkembangan kepribadian dan

konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan

keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas.

Perawat melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui

pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penetapan diagnosis

keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan melaksanakan tindakan

keperawatan serta evaluasi terhadap tindakan tersebut.

2. Pelaksana pendidikan keperawatan

Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga

dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota

keluarga dan anggota masyarakat lain. Pada akhirnya diharapkan setiap

anggota masyarakat bertanggung jawab terhadap kesehatan jiwa.

3. Pengelola keperawatan

Perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung

jawab dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan

perannya ini perawat:

a. Menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola

asuhan keperawatan jiwa.

b. Menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan dalam

mengelola asuhan keperawatan jiwa.

c. Berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus seperti

mengorganisasi, koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta

perbaikan bagi individu maupun keluarga.

d. Mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.

4. Pelaksana penelitian

Perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan

menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk

meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa (Dalami, 2010).

6

Page 7: Kep Jiwa Candra

C. Kriteria Jiwa Sehat

1. Menurut WHO

a. Sikap positif terhadap diri sendiri

Hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total.

Contoh: membendingkan dengan teman sebaya pasti ada kekurangan

dan kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau

tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan.

b. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan

puncaknya adalah aktualisasi diri.

c. Integrasi

Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya

menonjolkan yang positif saja tapi yang negatif juga merupakan

bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan satu kesatuan.

d. Otonomi

Orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan

menerima masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga

keputusan pasienpun bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang

memilih sendiri.

e. Persepsi sesuai dengan kenyataan

Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena

perbedaan adat.

Dadang Hawari (PR,19-1-1995) mengemukakan pendapat WHO

(organisasi kesehatan dunia), bahwa ada delapan kriteria jiwa (mental)

yang sehat, yaitu sebagai berikut:

a. Mampu belajar dari pengalaman

b. Mudah beradaptasi

c. Lebih senang memberi daripada menerima

d. Lebih senang menolong daripada ditolong

e. Mempunyai rasa kasih sayang

f. Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya

g. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman

h. Berpikir positif (positive thingking)

7

Page 8: Kep Jiwa Candra

2. Menurut DEPKES

Pandangan sehat menurut Depkes RI UU No. 23, 1992 tentang

Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara social dan

ekonomi. Ciri –ciri kesehatan menurut Depkes RI yaitu :

a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, sedih, dan

sebagainya.

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan

rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu

diluar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.

d. Kesehatan social terwujud apabila seseorang mampu berhubungan

dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan

ras, suku, agama atau kepercayaan, social, ekonomi, politik, dan

sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

e. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa)

produktif,dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu

yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya

secara finansial.

3. A. H. Maslow

Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri.

Cirinya adalah:

a. Persepsi akurat terhadap realitas

b. Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi

c. Mewujudkan spontanitas

d. Promblem centered yang akhirnya memerlukan self centered

e. Butuh privasi

f. Otonomi dan mandiri

g. Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu

memperbaiki diri

h. Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi

8

Page 9: Kep Jiwa Candra

i. Berminat terhadap kesejahteraan manusia

j. Hubungan intim dengan orang terdekat

k. Demokrasi

l. Etik kuat

m. Humor/tidak bermusuhan

n. Kreatif

o. Bertahan atau melawan persetujuan asal bapak senang

D. Gangguan Jiwa

1. Pengertian gangguan jiwa

Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus

dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan

karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-

sendiri (Djamaludin, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara

berpikir (cognitive), kemauan (volition),emosi (affective), tindakan

(psychomotor) (Yosep, 2007). Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000)

adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan

pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau

hambatan dalam melaksanakan peran social.

Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III

adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara

klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala

penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau

lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002).

2. Penyebab Timbulnya Gangguan Jiwa

Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam ada yang bersumber

dari berhubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti

diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta tidak terbatas,

kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan lain-lain. Selain

itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik, kelainan saraf dan

gangguan pada otak (Djamaludin, 2001).

9

Page 10: Kep Jiwa Candra

Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang sebab-sebab terjadinya

gangguan jiwa. Menurut pendapat Sigmund Freud dalam Maslim (2002),

gangguan jiwa terjadi karena tidak dapat dimainkan tuntutan id (dorongan

instinctive yang sifatnya seksual) dengan tuntutan super ego (tuntutan normal

social). Orang ingin berbuat sesuatu yang dapat memberikan kepuasan diri,

tetapi perbuatan tersebut akan mendapat celaan masyarakat. Konflik yang

tidak terselesaikan antara keinginan diri dan tuntutan masyarakat ini akhirnya

akan mengantarkan orang pada gangguan jiwa.

Terjadinya gangguan jiwa dikarenakan orang tidak memuaskan macam

macam kebutuhan jiwa mereka. Beberapa contoh dari kebutuhan tersebut

diantaranya adalah pertama kebutuhan untuk afiliasi, yaitu kebutuhan akan

kasih sayang dan diterima oleh orang lain dalam kelompok. Kedua, kebutuhan

untuk otonomi, yaitu ingin bebas dari pengaruh orang lain. Ketiga, kebutuhan

untuk berprestasi, yang muncul dalam keinginan untuk sukses mengerjakan

sesuatu dan lain-lain. Ada lagi pendapat Alfred Adler yang mengungkapkan

bahwa terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh tekanan dari perasaan rendah

diri (infioryty complex) yang berlebih-lebihan. Sebab-sebab timbulnya rendah

diri adalah kegagalan di dalam mencapai superioritas di dalam hidup.

Kegagalan yang terus-menerus ini akan menyebabkan kecemasan dan

ketegangan emosi. Dari berbagai pendapat mengenai penyebab terjadinya

gangguan jiwa seperti yang dikemukakan diatas disimpulkan bahwa gangguan

jiwa disebabkan oleh karena ketidak mampuan manusia untuk mengatasi

konflik dalam diri, tidak terpenuhinya kebutuhan hidup, perasaan kurang

diperhatikan (kurang dicintai) dan perasaan rendah diri. (Djamaludin dan

Kartini, 2001).

Menurut Sigmund Freud dalam Santrock (1999) adanya gangguan

tugas perkembangan pada masa anak terutama dalam hal berhubungan dengan

orang lain sering menyebabkan frustasi, konflik, dan perasaan takut, respon

orang tua yang mal adaptif pada anak akan meningkatkan stress, sedangkan

frustasi dan rasa tidak percaya yang berlangsung terusmenerus dapat

menyebabkan regresi dan withdral. Umumnya sebab-sebab gangguan jiwa

menurut Santrock (1999) dibedakan atas :

10

Page 11: Kep Jiwa Candra

a. Sebab-sebab jasmaniah/ biologic

1) Keturunan

Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas

dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa

tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan

kejiwaan yang tidak sehat.

2) Jasmaniah

Beberapa penyelidik berpendapat bentuk tubuh seorang

berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang

bertubuh gemuk / endoform cenderung menderita psikosa manik

depresif, sedang yang kurus/ ectoform cenderung menjadi

skizofrenia.

3) Temperamen

Orang yang terlalu peka/ sensitif biasanya mempunyai masalah

kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan

mengalami gangguan jiwa.

4) Penyakit dan cedera tubuh

Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker dan

sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih.

Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa

rendah diri.

5) Sebab Psikologik

Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang

dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya dikemudian

hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada

keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.

a) Masa Bayi

Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 – 3 tahun,

dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah

sosialisasi dan pada masa ini. Cinta dan kasih sayang ibu akan

memberikan rasa hangat/ aman bagi bayi dan dikemudian hari

menyebabkan kepribadian yang hangat, terbuka dan

11

Page 12: Kep Jiwa Candra

bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak acuh

bahkan menolak dikemudian hari akan berkembang

kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap

lingkungan.

b) Masa pra sekolah ( antara 2 – 7 tahun)

Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh

disiplin dan otoritas. Penolakan orang tua pada masa ini, yang

mendalam atau ringan, akan menimbulkan rasa tidak aman dan

ia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah, dia

mungkin menurut, menarik diri atau malah menentang dan

memberontak. Anak yang tidak mendapat kasih sayang tidak

dapat menghayati disiplin tak ada panutan, pertengkaran dan

keributan membingungkan dan menimbulkan rasa cemas serta

rasa tidak aman. hal-hal ini merupakan dasar yang kuat untuk

timbulnya tuntutan tingkah laku dan gangguan kepribadian

pada anak dikemudian hari.

c) Masa anak sekolah

Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual

yang pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan

pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga. Kekurangan

atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan

penyesuaian diri. Dalam hal ini sikap lingkungan sangat

berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah diri atau

sebaliknya melakukan kompensasi yang positif atau

kompensasi negatif. Sekolah adalah tempat yang baik untuk

seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul dan

memperluas sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi,

mengekang atau memaksakan kehendaknya meskipun tak

disukai oleh si anak.

d) Masa Remaja

Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahanperubahan

yang penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri

12

Page 13: Kep Jiwa Candra

diri kewanitaan atau kelaki-lakian) Sedang secara kejiwaan,

pada masa ini terjadi pergolakan- pergolakan yang hebat. pada

masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba

kemampuannya, di suatu pihak ia merasa sudah dewasa (hak-

hak seperti orang dewasa), sedang di lain pihak belum sanggup

dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua

perbuatannya. Egosentris bersifat menentang terhadap otoritas,

senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering

terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan

sangat membantu proses kematangan kepribadian di usia

remaja.

e) Masa Dewasa Muda

Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman

dan bahagia akan cukup memiliki kesanggupan dan

kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil mengatasi

kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami

banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami

masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan

jiwa.

f) Masa Dewasa Tua

Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan

sosial seseorang sudah mantap. Sebagian orang berpendapat

perubahan ini sebagai masalah ringan seperti rendah diri.

pesimis. Keluhan psikomatik sampai berat seperti murung,

kesedihan yang mendalam disertai kegelisahan hebat dan

mungkin usaha bunuh diri.

g) Masa Tua

Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa

ini Berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya

belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi

menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering

mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang

13

Page 14: Kep Jiwa Candra

dilingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan teman

sebaya keterbatasan gerak dapat menimbulkan kesulitan

emosional yang cukup hebat.

6) Sebab Sosio Kultural

Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat

dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan

merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan jiwa,

biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian

seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku

dalam kebudayaan tersebut.

3. Tanda Gejala Gangguan Jiwa

Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah sebagai

berikut :

a. Ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,

perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah,

tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.

b. Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar

(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh,

melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya

tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya

muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang

sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa

mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang

sebenarnya tidak ada menurut orang lain.

c. Gangguan kemauan: klien memiliki kemauan yang lemah (abulia)

susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali

bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau

dan acak-acakan.

d. Gangguan emosi: klien merasa senang, gembira yang berlebihan

(Waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja,

pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi di lain waktu ia bisa

14

Page 15: Kep Jiwa Candra

merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide

ingin mengakhiri hidupnya.

e. Gangguan psikomotor : Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan

yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur,

meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau

menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau

melakukan gerakan aneh. (Yosep, 2007).

4. Penanganan Gangguan Jiwa

a. Terapi psikofarmaka

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja

secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama

terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan

psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien (Hawari,

2001). Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:

antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, antiinsomnia, anti-

panik, dan anti obsesif-kompulsif,. Pembagian lainnya dari obat

psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan

psikomimetika (Hawari, 2001).

b. Terapi somatic

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat

gangguan jiwa sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh

lain. Salah satu bentuk terapi ini adalah Electro Convulsive Therapy.

Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik

dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang

ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand

mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai. Mekanisme

kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT

menghasilkan perubahan-perubahan biokimia di dalam otak (Peningkatan

kadar norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan.

(Townsend alih bahasa Daulima, 2006).

15

Page 16: Kep Jiwa Candra

c. Terapi Modalitas

Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien

gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien

gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang

adaptif. Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:

1) Terapi Individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa

dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan

seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara

perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang

dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,

dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui

hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan

yang ditetapkan di awal hubungan. Hubungan terstruktur dalam terapi

individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang

dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan

penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang

sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

2) Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata

lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku

maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua

lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah

memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan

memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

3) Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan

sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang

diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan

kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan

keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan

perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir

16

Page 17: Kep Jiwa Candra

yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah

dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus asuhan

adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini,

harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun

perubahan kognitif.

4) Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh

anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan

terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya.

Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang

mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang

dituntut oleh anggotanya. Dalam terapi keluarga semua masalah

keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-

masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali.

Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga

mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi

masingmasing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari

solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan

atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.

5) Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang

dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku

melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi

dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah

meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan

interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Terapi Perilaku

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku

timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya

dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik

dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah: Role model,

Kondisioning operan, Desensitisasi sistematis, Pengendalian diri dan

Terapi aversi atau rileks kondisi.

17

Page 18: Kep Jiwa Candra

6) Terapi Bermain

Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa

anak-anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan

dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat

mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa

diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah

anak tersebut.

18

Page 19: Kep Jiwa Candra

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan

perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang

dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain.

Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada

fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang

menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam

melaksanakan peran social. Penyebab gangguan jiwa itu bermacam-macam

ada yang bersumber dari berhubungan dengan orang lain yang tidak

memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semena-mena, cinta

tidak terbatas, kehilangan seseorang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, dan

lain-lain. Selain itu ada juga gangguan jiwa yang disebabkan faktor organik,

kelainan saraf dan gangguan pada otak (Djamaludin, 2001).

B. Saran

Mahasiswa jurusan keperawatan diharapkan dapat mengerti dan

memahami mengenai pendidikan kesehatan jiwa serta mengenal tentang

gangguan jiwa. Sehingga nantinya mahasiswa jurusan keperawatan dapat

memberikan perawatan serta penanganan yang tepat untuk klien yang

mengalami gangguan jiwa.

19

Page 20: Kep Jiwa Candra

DAFTAR PUSTAKA

Herman, Ade S. D. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan 1.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Kahfi, Resti. 2014. Makalah Keperawatan Jiwa Masyarakat. Available at

http://www.academia.edu. Diakses tanggal 4 Maret 2015.

Furqan, Fahri. 2013. Pengertian Kesehatan Jiwa. Available at

https://id.scribd.com/doc. Diakses tanggal 4 Maret 2015.

Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC

20